Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

INDIKATOR ASAM BASA

TAHUN AJARAN 2019/2020

DISUSUN OLEH:
Aldrin Rayhan Putra (2)
Alwa Ahadiya Kamilah (3)
Fadlilah Reza Septiawan (10)
Fairuz Jinan Lam’a (11)
Irma Nur Alwiyah (15)
Wanda Agri Ziani (33)

XI MIPA 1
Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Kota Bandung
Jalan Pasirkaliki No. 51
Telepon (022) 6027149
1.1 JUDUL
Impatiens balsamania L.yang bermanfaat

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Untuk mengidentifikasi apakah bunga pacar air dapat dijadikan sebagai indikator
alami asam basa.

1.3 ALAT DAN BAHAN


1. Pelat tetes
2. Pipet tetes
3. Mortar
4. Bunga pacar air (Impatiens balsamania L.)
5. Larutan asam (cuka (CH3COOH), air jeruk nipis, air Accu, dan air asam jawa)
6. Larutan basa (Air deterjen, air sabun, perasaan air pare, dan perasaan air daun
pepaya)
7. Air
8. Spatula

1.4 CARA KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memasukan bunga pacar air kedalam mortar, kemudian tumbuk hingga halus.
3. Menuangkan air kedalam mortar yang berisi bunga pacar air, aduk hingga rata.
4. Meneteskan larutan asam dan basa kedalam pelat tetes.
5. Mengambil air bunga menggunakan pipet tetes lalu masukkan kedalam masing-
masing larutan yang sudah disiapkan didalam pelat tetes.
6. Mengamati apakah terdapat perubahan warna setelah larutan asam dan basa diberi
ekstrak bunga pacar air.

1.5 HASIL PENGAMATAN

Nama larutan Warna awal Perubahan warna Keterangan


Cuka Ungu Merah Asam
Air jeruk nipis Ungu Merah Asam
Air aki Ungu Merah Asam
Air asam jawa Ungu Merah Asam
Air deterjen Ungu Biru Basa
Air sabun Ungu Biru kekuningan Basa
Perasan air pare Ungu Kuning Basa
Perasan daun pepaya Ungu Kuning Basa

1. Larutan Asam :
a. Larutan cuka : Warna awal ungu, perubahan warna merah
b. Air jeruk nipis : Warna awal ungu, perubahan warna merah
c. Air accu : Warna awal ungu, perubahan warna merah
d. Air Asam jawa : Warna awal ungu, perubahan warna merah
2. Larutan Basa :
a. Air deterjen : Warna awal ungu, perubahan warna biru
b. Perasan air pare : Warna awal ungu, perubahan warna kuning
c. Air sabun : Warna awal ungu, perubahan warna biru kekuningan
d. Perasan daun pepaya : Warna awal ungu, perubahan warna kuning

1.7 TEORI DASAR


A. Asam
Asam dalam pelajaran kimia adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam
air akan menghasilkan larutan dengan PH kurang dari 7. Dalam definisi modern asam
adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain atau dapat
menerima pasangan elektron dari suatu basa. Contoh asam : Jeruk nipis, lemon, dan
tomat.
Ciri - Ciri asam :
 Dapat menimbulkan korosif
 Mengubah kertas lakmus biru menjadi merah
 pH kurang dari 7
 Menghasilkan ion H+

Jenis larutan asam :


1. Asam kuat
2. Asam astrat

B. Basa
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hidronium ketika dilarutkan
dalam air. Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Atau basa adalah zat (senyawa) yang
dapat bereaksi dengan asam, mengasilkan senyawa yang disebut garam. Contoh basa:
sabun mandi,sabun cuci ,shampo, pasta gigi dan obat maag.
Ciri- ciri basa:
 Rasanya pahit
 Terasa licin di kulit
 Mengubah kertas lakmus merah menjadi biru.
 Menghasilkan OH- dalam air.
 Bersifat kaustik

Jenis larutan basa :


1. Basa kuat
2. Basa lemah
s
C. Garam
Garam atau nama senyawa kimia nya Natrium klorida (NaCL) dalam pelajaran
kimia adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif
(anion), sehingga membentuk senyawa netral (tidak bermuatan). Rumusnya,
Asam + Basa = Garam + Air
D. Teori Asam Basa
1. Asam-Basa Arrhenius
Pada tahun 1884 Svante Arrhenius mengemukakan teori mengenai asam dan
basa yang dikenal dengan teori Arrhenius. Menurut Arrhenius, asam adalah suatu zat
yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+. Basa merupakan zat
yang apabila dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-.

2. Asam-Basa Brønstead-Lowry
Pada tahun 1923 ahli kimia Denmark bernama J. N. Brønstead dan ahli kimia
inggris bernama T. N. Lowry mengemukakan definisi tentang asam basa yang dikenal
dengan teori asam basa Brønstead-Lowry. Menurut Brønstead-Lowry, asam
merupakan zat pemberi proton (pendonor proton) sedangkan basa merupakan zat
penerima proton (akseptor proton). Berdasarkan definisi tersebut maka suatu asam
,setelah melepas proton akan membentuk basa konjugasi dari asam nya. Demikian
pula dengan basa, setelah menerima proton akan membentuk asam konjugasi dari
basanya.

3. Asam-Basa Lewis
Pada tahun 1932 seorang ahli kimia Amerika bernama G. N. Lewis
mengemukakan definisi mengenai asam dan basa, yang dikenal dengan teori asam
basa Lewis. Teori ini menyatakan bahwa basa adalah zat yang memiliki satu atau
lebih pasangan elektron bebas yang dapat diberikan kepada zat lain sehingga
terbentuk ikatan kovalen koordinasi. Asam adalah zat yang dapat menerima pasangan
elektron tersebut atau akseptor elektron. Dengan demikian, untuk menggolongkan ke
dalam asam atau basa harus menggambarkan struktur Lewis-nya.
_ +
H2 O(ℓ) + NH3(aq) ⇌ OH(aq) + NH4(aq)

Keterangan,
Menurut Lewis : NH3 = Donor pasangan elektron (basa)
H2O = Akseptor pasangan elektron (asam)
Menurut Brønsted-Lowry : NH3 = Akseptor pasangan proton (basa)
H2O = Donor pasangan proton (asam)

E. Indikator Asam Basa


Sifat keasaman atau kebasaan suatu larutan dapat diuji menggunakan indikator
asam basa. Indikator asam basa adalah suatu zat yang mempunyai warna berbeda
dalam larutan asam dan basa. Ada beberapa macam indikator asam basa ini yaitu,
1. Indikator Buatan = Indikator yang dibuat pabrik.
Contohnya:
a. Kertas lakmus dapat membedakan asam dan basa. Ada 2 jenis kertas
lakmus yang berbeda warna yaitu, lakmus merah dan biru.
Perubahan warnanya yaitu:
Jika asam : Lakmus merah menjadi merah, lakmus biru menjadi
merah
Jika basa : Lakmus merah menjadi biru, lakmus biru menjadi
biru.
Jika netral : Lakmus merah dan biru tetap diwarna yang sama.
b. pH-meter, alat digital yang digunakan untuk mengukur pH larutan.
Caranya dengan mencelupkan elektrode pH-meter ke dalam larutan yang
diuji sehingga akan diketahui harga pH larutan pada layar pH meter.

2. Indikator Alami = Indikator yang terbuat dari ekstrak tumbuh-


tumbuhan tertentu yang memiliki warna.
a. Kunyit, Asam → Kuning
Basa → Jingga
b. Kubis Kol Merah, Asam → Merah
Basa → Hijau atau Kuning
c. Ekstrak bunga Pacar Air, Asam → Merah
Basa → Biru
d. Ekstrak bunga Sepatu, Asam → Merah
Basa → Hijau

F. Kekuatan Asam Basa


1. Ionisasi Air
Sebagian kecil air terionisasi dalam kesetimbangan berikut.
Pasangan konjugasi

H2 O + H2 O ⇌ H3 O+ + OH −
asam basa asam basa

Pasangan konjugasi
Reaksi tersebut dinamakan reaksi autoionisasi, yaitu reaksi antara 2 molekul
pelarut. Persamaan kesetimbangan menjadi,
Kw = [H3O+][OH−]
Berdasarkan persamaan tersebut Kw dinamakan konstanta hasil kali dari ion
air atau konstanta ionisasi air. Pada suhu 25° C,
harga Kw = 1,0×10-14

Persamaan autoionisasi air sering dipermudah dengan menghilangkan molekul


yang mengikat ion H dan mengikat ion H3O+, sebagai ion H+.

Reaksi ionisasi air, merupakan reaksi kesetimbangan sehingga dapat


mengalami pergeseran. Penambahan ion H+ akan menggeser kesetimbangan ke kiri
dan memperkecil konsentrasi ion OH−. Penambahan ion OH− juga akan menggeser
kesetimbangan ke kiri dan memperkecil konsentrasi H. Dari pembahasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa,
Harga tetapan kesetimbangan air (Kw) : [H+][OH−]
pada air murni : [H+] = [OH−]
pada larutan asam : [H+] > [OH−]
pada larutan basa : [H+] < [OH−]

2. Tetapan Kesetimbangan Asam Dan Basa Dalam Air


Tetapan kesetimbangan hanya dimiliki oleh asam lemah dan basa lemah
karena untuk asam dan basa kuat dapat mengalami ionisasi sempurna. Misalnya untuk
Asam asetat (CH3COOH).
Rumus Umum,
[H+ ][A− ]
Ka =
[HA]
Keterangan : Ka = Tetapan kesetimbangan asam
[A−] = Konsentrasi basa konjugasi
[H+] = Konsentrasi ion H+
[HA] = Konsentrasi asam lemah

[HB+ ][OH− ]
Asam asetat Kb = [B]
Keterangan : Kb = Tetapan kesetimbangan basa
[HB+] = Konsentrasi asam konjugasi
[OH−] = Konsentrasi ion OH−
[B] = Konsentrasi basa lemah

3. Derajat Keasaman (pH)


Konsentrasi Ion H+ dalam setiap larutan asam lemah sangat kecil. Upaya
untuk menghindari penggunaan bilangan yang sangat kecil tersebut dilakukan oleh
Sorensen seorang biokimiawan dari Denmark dengan mengusulkan istilah pH pada
tahun 1909, mengacu ke “potensial ion hidrogen”. Ia mendefinisikan pH sebagai
negatif dari logaritma [H+] (Petrucci, Harwood, Herring, dan Madura 2011).
Rumus pH sebagai berikut.
pH = −log [H+]

pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif. Semakin besar


konsentrasi ion H+, pH akan semakin kecil. Larutan yang pH-nya berbeda sebesar n,
beda konsentrasi ion H+-nya sebesar 10n.
[H+] = 0,1 M → pH = 1, karena 1×10−1
[H+] = 0,01 M → pH = 2, karena 1×10−2

Dianalogikan seperti pH, maka besaran lain seperti [OH−], Kw, Ka, dan Kb
dapat dinyatakan sebagai pOH, pKw, pKa, dan pKb.
pOH = −log [OH−]
pKw = −log Kw
pKa = −log Ka
pKb = −log Kb

4. Perhitungan pH Asam-Basa Kuat Monoprotik


Derajat keasaman atau pH larutan ditentukan oleh konsentrasi ion H+ sesuai
rumus pH = –log [H+]. Untuk mengetahui konsentrasi H+ dalam larutan perlu
diketahui seberapa besar derajat ionisasi asam tersebut.
HCl tergolong asam kuat dan terionisasi sempurna membentuk
ion-ionnya: HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq) sehingga dalam larutan HCl 0,1 M
terdapat [H+] = [Cl–] = 0,1 M.
Disamping itu, air juga memberikan sumbangan ion H+ dan OH–
sebagai hasil ionisasi air, masing-masing sebesar 1,0 × 10–7 M.

+ −
H2 O(ℓ) ⇌ H(aq) + OH(aq)
HCl adalah asam kuat
Jika konsentrasi H+ hasil ionisasi air dibandingkan dengan
konsentrasi H+ hasil ionisasi HCl, sumbangan H+ dari air sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Apalagi jika ditinjau dari prinsip Le Chatelier,
penambahan ion H+ (HCl) ke dalam air akan menggeser posisi
kesetimbangan air ke arah pembentukan molekul air.

+ −
H2 O(ℓ) ← H(aq) + OH(aq)
Dengan demikian, pH larutan HCl 0,1M hanya ditentukan oleh konsentrasi ion
H+ dari HCl. pH (HCl 0,1M) = –log [H+] = –log (1 × 10–1) = 1.

5. Perhitungan pH Asam-Basa Lemah Monoprotik


Seperti telah diuraikan sebelumnya, konsentrasi ion-ion dalam larutan asam
lemah ditentukan oleh nilai tetapan ionisasi asam (Ka).
[H + ][A− ]
Ka =
[HA]

Untuk asam monoprotik, pH larutan asam lemah dapat ditentukan dari


persamaan berikut.
[H + ] = √M ∙ K a

Demikian juga untuk basa lemah, konsentrasi ion OH– dalam larutan
basa lemah ditentukan oleh tetapan ionisasi basa (Kb).
[HB + ][OH − ]
Kb =
[B]
Untuk basa monoprotik, pH larutan basa lemah dapat dihitung dari persamaan berikut.
[OH − ] = √M ∙ K b
lalu,
pH = pK w + log √M ∙ K b

6. Perhitungan pH Asam-Basa Poliprotik


Apakah yang dimaksud dengan asam poliprotik? Asam-asam seperti H2SO4,
H2CO3, H2C2O4, dan H3PO4 tergolong asam poliprotik. Berdasarkan contoh tersebut,
dapat disimpulkan bahwa asam poliprotik adalah asam yang dapat melepaskan lebih
dari satu proton (ion H+).
Di dalam air, asam-asam tersebut melepaskan proton secara bertahap dan pada
setiap tahap hanya satu proton yang dilepaskan. Jumlah proton yang dilepaskan
bergantung pada kekuatan asamnya.
Untuk asam-asam kuat seperti H2SO4, pelepasan proton yang pertamasangat
besar, sedangkan pelepasan proton kedua relatif kecil dan berkesetimbangan. Asam-
asam lemah seperti H2CO3, pelepasan protonpertama dan kedua relatif kecil dan
berkesetimbagan.
Tinjaulah asam lemah diprotik, misalnya H2CO3. Di dalam air, H2CO3
terionisasi membentuk kesetimbangan. Persamaannya:
+
[H + ][HCO− 3]
H2 CO2(aq) ⇌ H(aq)
+ HCO−
K a1 =
(aq) = 4,3 ∙ 1O−7
[H2 CO3 ]
− + 2−
[H + ][CO2−3 ]
HCO3(aq) ⇌ H(aq) + CO3(aq) K a2 = = 5,6 ∙ 1O−11
[HCO− 3 ]
Oleh karena ada dua tahap ionisasi maka ada dua harga tetapan
kesetimbangan, ditandai dengan Ka1 dan Ka2, dimana Ka1 >> Ka2. Beberapa asam
poliprotik dan tetapan ionisasinya ditunjukkan pada tabel berikut

Zat Rumus Ka1 Ka2 Ka3


Asam fosfat H3PO4 7,5 × 10−3 6,2 × 10−8 4,8 × 10−13
Asam arsenat H3AsO4 5,0 × 10−3 8,0 × 10−8 6,0 × 10−10
Asam sulfat H2SO4 Besar 1,2 × 10−2
Asam sulfit H2SO3 1,5 × 10−2 1,0 × 107
Asam oksalat H2C2O4 6,5 × 10−2 6,1 × 10−7
Asam karbonat H2CO3 4,3 × 10−7 4,8 × 10−11

1.7 KESIMPULAN
Bunga Pacar Air (Impatiens Balsamina L.) adalah indikator yang baik untuk asam
basa. Ditandai dengan perubahan warna pada beberapa sampel yang sudah dibuktikan, bahwa
apabila sampel mengandung asam, maka akan berubah warnanya menjadi merah, apabila
sampel mengandung basa, maka akan berubah warnanya menjadi biru, kuning, atau coklat.

1.8 DAFTAR PUSTAKA


Waldjinah dkk.2016.Buku Siswa Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Klaten. PT Intan
Pariwara.
Sunarya, Yayan dkk.2009.Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XI Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Permana, Ilham. 2009. Memahami Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai