) sebagai Pengganti
Karya Ilmiah
OLEH :
MALANG
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan peneliti
taufik, rahmat, dan hidayat serta kesehatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan
karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Daun kemangi (Ocimum sp.) sebagai
1. Prof. Imam Suprayogo, selaku rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
2. Ibu Kholifah Holil, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Teknik
Instrumentasi, serta ibu Ainun Nikmati Laily, M.Si dan dr. Nur Laili
berlangsung.
di kelas Biologi A yang saling mensupport satu sama lain sehingga karya
Peneliti menyadari bahwa dalam karya ilmiah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca supaya kedepan karya ilmiah ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembaca secara umum dan kepada peneliti pada khususnya.
Peneliti,
Mei, 2013
2
DAFTAR ISI
Nabati) terhadap Mortalitas Hama Serangga Jenis Jangkrik (Gryllus sp.) ...... 1
ABSTRAK ....................................................................................................... 7
BAB I ............................................................................................................... 9
PENDAHULUAN ........................................................................................... 9
1.3.TUJUAN .................................................................................................. 12
1.4.HIPOTESIS ............................................................................................. 12
1.5.MANFAAT .............................................................................................. 12
1.6.BATASAN MASALAH........................................................................... 13
BAB II............................................................................................................ 14
3
2.2.1.1.DESKRIPSI DAUN KEMANGI (Ocimum sp.)................................ 14
SERANGGA.................................................................................................. 19
2.2.2.EKSTRAKSI ........................................................................................ 22
3.2.1.Alat Penelitian....................................................................................... 28
3.3.VARIABEL PENELITIAN...................................................................... 28
3.4.RANCANGAN PENELITIAN................................................................ 29
3.6.1.Preparasi Sampel................................................................................... 30
4
3.6.2.Ekstraksi Larutan dengan Pelarut Air ................................................... 30
BAB 4 ............................................................................................................ 34
4.1.Preparasi Sampel...................................................................................... 34
BAB 5 ............................................................................................................ 44
PENUTUP ..................................................................................................... 44
5.1.KESIMPULAN ........................................................................................ 44
5.2.SARAN .................................................................................................... 44
5
LAMPIRAN................................................................................................... 49
GAMBAR PENELITIAN.............................................................................. 49
PERHITUNGAN ........................................................................................... 52
6
ABSTRAK
Tahani, Nadia Anisah. 2013. Pengaruh Daun kemangi (Ocimum sp.) sebagai
Pembimbing: Kholifah Holil, M.Si, Ainun Nikmati Laily, M.Si, dr. Nur
minyak atsiri. Beberapa jenis minyak atsiri terbukti mempunyai aktivitas biologi
hama serangga jenis jangkrik (Gryllus sp.) dan 2) Untuk mengetahui perbedaan
konsentrasi 25%, 50%, dan 100% dengan teknik pengenceran yang menggunakan
7
rumus C1.V1=C2.V2. parameter yang diamati yaitu mortalitas (angka kematian)
(Gryllus sp.) paling tinggi dari pada konsentrasi 25% dan 50% karena dalam
Larutan ekstrak daun kemangi (Ocimum sp.) ternyata lebih efektif digunakan
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki hutan tropis yang
luas. Tanaman hutan tropis Indonesia lebih unggul dalam merekayasa bahan-
bahan kimia daripada tanaman sejenis ditempat lain. Oleh karena itu penemuan
Salah satu jenis bahan kimia tersebut adalah minyak atsiri (Agusta, 2000).
mikroba maupun serangga hama dan vektor patogen yang merugikan manusia,
hewan, dan tanaman. Properti minyak atsiri tersebut telah banyak dimanfaatkan
misalnya sebagai bahan aditif dan pengawet makanan. Potensi minyak atsiri
sebagai pestisida nabati juga sangat besar ditinjau dari aktivitas biologi, efikasi,
9
Serangga merupakan jenis hewan yang paling banyak populasinya didunia.
tidak sedikit pula yang mendatangkan masalah dan kerugian (Iffah, Gunandini, &
Kardinan, 2008).
bunga tanaman;
Beberapa hama yang menyerang tanaman ialah: ulat tanah, ulat penggerek,
mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jazat pengganggu). Kata pestisida
pembunuh hama (jazat pengganggu) yang bertujuan meracuni hama, tetapi kurang
Pestisida organik bersifat mudah terurai menjadi bahan yang tidak berbahaya
10
Tanaman yang diduga dapat menjadi insektisida nabati adalah kemangi.
Selama ini, kemangi hanya dikenal sebagai sayur yang digunakan sebagai lalapan
dan baunya seakan-akan bau serai. Tumbuhan rimbun dan mempunyai cabang
yang banyak. Daunnya tersusun dalam bentuk pasangan yang bertentangan dan
tersusun dari arah atas dan bawah. Batangnya berbentuk empat segi dan
mempunyai bulu-bulu halus. Bunga kemangi tersusun pada tangkai bunga yang
putih dan berbau sedikit wangi. Bunga ini akan menghasilkan biji benih kemangi
yang banyak dan kecil. Berkembang biak melalui biji benih dan keratan batang
(Savitri, 2008).
Ada satu tanaman yang mirip kemangi yaitu selasih yang terbukti mampu
Oleh karena itu pada penelitian mengenai “Pengaruh Daun kemangi (Ocimum
sebagai sampel dan jangkrik sebagai sampel hama serangga yang akan diuji
mortalitasnya.
11
1.2.RUMUSAN MASALAH
(Gryllus sp.)?
1.3.TUJUAN
1.4.HIPOTESIS
(pestisida nabati) terhadap mortalitas hama serangga jenis jangkrik (Gryllus sp.).
1.5.MANFAAT
mortalitas hama serangga jenis jangkrik (Gryllus sp.) dan kandungan kimia daun
kemangi (Ocimum sp.) yang menyebabkan adanya mortalitas hama serangga jenis
12
1.6.BATASAN MASALAH
1. Sampel yang digunakan adalah daun kemangi (Ocimum sp.) yang dibeli
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.KAJIAN ISLAMI
“Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.” (Q.S. Ar-
Rahman: 12).
2.2.KAJIAN PUSTAKA
Raihan atau daun ruku-ruku/daun kemangi adalah tumbuhan yang wangi dan
berbau harum. Oleh sebab itu kalangan barat menyebutnya ais. Itulah yang
dikenal dikalangan orang-orang Arab sebagai raihan, orang-orang Iraq dan Syam
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
14
Genus : Ocimum
Jenis kemangi yang banyak diusahakan adalah jenis lokal yang belum jelas
muda. Bunga putih kurang menarik. Bila dibiarkan berbunga maka pertumbuhan
daun lebih sedikit dan tanaman cenderung cepat tua dan gampang mati (Savitri,
2008).
Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh yang rumit. Dapat dikatakan semua
wilayah di Indonesia bisa ditanami kemangi. Yang jelas tanahnya bersifat asam.
Kemangi juga toleran terhadap cuaca panas maupun dingin. Perbedaan iklim ini
ditanam didaerah dingi daunnya lebih lebar dan lebih hijau. Sedang kemangi
didaerah panas daunnya kecil, tipis, dan berwarna hijau pucat (Savitri, 2008).
tanaman dengan bunga berbibir. Nama genusnya Ocimum yang berarti tanaman
berkerabat dekat dengan daun mint (Mentha arvensis), yang dikenal orang Sunda
antaranya tanaman selasih (Ocimum sanctum) (Savitri, 2008). Terna dengan tinggi
mencapai 1,5 m, daun berwarna hijau, bunga tersusun dalam tandan tegak.
Penyebarannya hidup liar ditempat kering yang mendapat sinar matahari, pinggir
jalan, padang rumput, dan ada juga yang ditanam pada dataran rendah sampai 500
m dpl (Agusta, 2000). Kerabat kemangi yang lain adalah daun bangun-bangun
15
alias daun jinten (Coleus amboinicus). Tetapi kerabat yang paling dekat adalah
bumbu aromatik untuk campuran masakan Italia, seperti saus sphagetti atau saus
yang memiliki 50-150 jenis yang tersebar dari daerah tropis Asia, Afrika sampai
atsiri merupakan salah satu komponen yang mendapat perhatian secara komersial.
Minyak atsiri ini banyak digunakan sebagai aroma pada makanan, minuman, dan
juga digunakan dalam industri parfum. Walaupun termasuk dalam marga yang
sama, tetapi kandungan minyak atsiri dari masing-masing jenis berbeda satu sama
lain, baik komposisi senyawa penyusun minyak atsiri ataupun kadarnya, karena
banyak faktor yang dapat mempengaruhi produksi minyak atsiri tanaman yang
harum, dan menyegarkan. Beberapa bahan kimia yang terkandung pada seluruh
bagian tanaman kemangi diantaranya 1,8 sineol, anethol, apigenin, dan boron.
16
Sementara pada daunnya terkandung arginine dan asam aspartat (Hariana, 2007).
atsiri ini antara lain 1,8-sineol, trans-beta-ocimen, kamfor, linalool, metil klavikol,
kariopilen. Kandungan utama yang banyak terdapat dalam minyak atsiri yang
beredar di pasaran seperti minyak sweet basil adalah linalool, metil klavikol.
Kandungan lainnya yang juga cukup tinggi adalah eugenol dan 1,8-sineol,
selanjutnya dengan kadar yang lebih rendah adalah citral (neral dan geranial) juga
eugenol dan sineol yang mempunyai potensi sebagai larvasida dan hormon
17
Minyak kemangi berfungsi sebagai larvasida dengan cara kerja sebagai
racun kontak (contact poison) melalui permukaan tubuh larva karena fenol
(eugenol) mudah terserap melalui kulit (Wilbraham & Matta, 1992). Menurut
(Prasodjo, 1984), racun kontak akan meresap ke dalam tubuh binatang akan mati
bila tersentuh kulit luarnya. Racun kontak akan masuk dalam tubuh larva melalui
kutikula sehingga apabila insektisida kontak langsung pada kulit maka sedikit
demi sedikit molekul insektisida akan masuk ke dalam tubuh larva. Seiring
bertambahnya waktu maka akumulasi dari insektisida yang masuk ke tubuh larva
bakar dan amat beracun (Wilbraham & Matta, 1992). Eugenol menyebabkan
alergi jika terpapar pada kulit. Eugenol dosis tinggi bahkan dapat mengakibatkan
efek seperti terbakar. Hal ini yang mengakibatkan kematian larva dan bentuk fisik
larva terlihat seperti terbakar. Eugenol juga bekeja pada sistem syaraf. Eugenol
2008).
1992), methyl clavical juga memiliki efek anastetikum. Seperti halnya contoh
kelompok ether yang lain, diduga methyl clavical bekerja mengganggu kerja
susunan syaraf larva. Semakin tinggi ekstrak kemangi yang digunakan maka
semakin tinggi zat bioaktif didalam kemangi yang bekerja mempengaruhi proses
ekdisis larva sangat rendah (hanya 13%) dibanding konsentrasi kemangi yang lain
18
Suatu perusahaan di United State (Mycotech Corporation), telah
hortikultura di rumah kaca dan di pembibitan. Produk lain adalah EcoTrol dan
untuk hama serangga di peternakan. Selain itu, juga telah di produksi insektisida
yang digunakan sebagai antirayap seperti Apilife VAR yang mengandung timol,
pengaruh terhadap mortalitas larva adalah saponin. Saponin dalam lerak dapat
Menurut Dubey et al. (2008), Dubey et al. (2010), Isman (2000), dan Koul
et al. (2008), aktivitas biologi minyak atsiri terhadap serangga dapat bersifat
19
Menurut (Thamrin, Asikin, & Budiman), pada umumnya pestisida sintetik
dapat membunuh langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda
dengan pestisida nabati, sebagai contoh insektisida nabati yang umumnya tidak
yang menyengat
telur
4.Racun syaraf
sebagai perangkap
MINYAK ATSIRI
dan lebih aman dibanding dengan bahan kimia sintetik. Pestisida berbahan
minyak atsiri juga aman bagi lingkungan, karena bersifat tidak persisten. Hal ini
karena minyak atsiri mudah diurai secara alami, sehingga tidak tahan lama di air,
20
Minyak atsiri juga efektif terhadap organisme sasaran, kompatibel dengan
cara pengendalian lain, aman dan tidak toksik terhadap organisme bukan sasaran
potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati secara
berhubungan dengan sifat-sifat dari minyak atsiri sendiri yang volatil dan tidak
bersifat tidak stabil dan akan terurai menjadi bensaldehid pada suhu 60oC.
Namun, ketika dikombinasi dengan eugenol atau cinamon minyak daun, maka
sinamaldehid akan stabil sampai pada 200oC selama lebih dari 30 menit(Burt,
dengan pestisida kimia sintetik dan kerjanya lebih lambat. Oleh karena itu,
senyawa kimia lain yang sifatnya meningkatkan stabilitas bahan aktifnya (Hartati,
2012).
Azwar, 2008):
21
b.Mudah tumbuh, memerlukan waktu dan ruang yang sedikit untuk
d.Tidak menjadi rumput liar atau inang untuk tanaman patogen atau hama
serangga
f. Tidak bersifat racun terhadap organisme yang bukan target, manusia atau
lingkungan
2.2.2.EKSTRAKSI
menggunakan pelarut organik seperti etanol, metanol, aseton dan triton. Hasil
yang diperoleh dengan menggunakan pelarut organik ini biasanya efektif, namun
pelarut ini sulit diperoleh dan harganya mahal. Walau demikian, pelarut organik
tersebut dapat diganti dengan sabun colek atau sejenis detergen lain (Thamrin,
Pembuatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut metanol dan air serta
22
menggunakan blender. Hasil ekstraksi disentrifusi selama 20 menit dengan
Pembuatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut air. Bahan nabati segar
muricata), bahan ramuan terdiri dari 50-100 kembar daun sirsak yang
ditumbuk hingga halus dan dilarutkan dalam 5 liter air dicampur dengan
diencerkan dengan 50-75 liter air, maka bahan tersebut sudah siap untuk
(Aglaia odorata) yakni kulit batang dan ranting kemuning culang yang
telah dihaluskan sebanyak 100 gram direbus dengan 1 liter air selama 30
23
2.2.3.HAMA SERANGGA
1993).
petani, umumnya dapat dibagi atas tiga golongan besar, jelasnya (Kartasapoetra,
1993):
manyar dan lain-lain, yang selalu hidup berkelompok dalam jumlah yang
besar.
Ketiganya termasuk hama tanaman pangan yang sangat berbahaya, baik tikus,
babi hutan, insekta, dan burung berkemampuan dalam waktu sekejap dapat
(Kartasapoetra, 1993).
Dari jutaan macam serangga yang terdapat didunia ini, terdapat puluhan ribu
yang dapat mengganggu dan merusak berbagai tanaman pangan para petani
(Kartasapoetra, 1993).
Serangga ini menurut fungsi hidupnya ditinjau dari segi kepentingan para
24
a. Serangga ekonomi, yaitu serangga yang secara langsung dapat
b.Serangga predator atau sering pula disebut parasit merupakan serangga yang
bermanfaat bagi para petani, karena berupa musuh atau pemakan serangga
ekonomi.
belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora,
dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh jangkrik jantan. Suara ini
digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik ini
semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Ada sekitar 900 spesies jangkrik
(Anonymous, 2009).
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Gryllidae
Genus : Gryllus
25
Spesies : Gryllus sp.
mempunyai ciri pada dua pasang sayap yang lurus. Sayap depan menutup sayap
belakang yang tipis dan transparan. Tipe mulut menggigit dan mengalami
lingkungan kering, terutama yang dinaungi rumput. Selain itu Gryllus sp.
(jangkrik) dapat ditemukan dirumah-rumah, sisa tanaman yang lembab. Hewan ini
aktif dimalam hari dan mampu bergerak dan melompat dengan cepat (Yeti, 2011).
berwarna kuning pucat dengan garis-garis coklat. Antena panjang dan kaku seperti
dua pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit, yang
disebut tegumina. Sayap belakang berupa membran dan dilipat seperti kipas dan
terletak dibawah sayap depan. Pada beberapa spesies, sayap hanya berupa sisa
jangkrik buah dan gangsir. Diantara jangkrik tersebut yang paling merugikan
26
petani adalah gangsir, karena gigitannya bersifat memotong batang tanaman lebih
(Rahmawati R. , 2012).
Jangkrik menyukai makanan dari buah, pucuk tanaman, daun muda, dan
Jangkrik dan gangsir mencari makan pada malam hari dan pada keadaan yang
memotong tanaman pada daun dan batang yang masih muda (Pertanian, 2001).
dengan habitat aslinya, yaitu lembab dan gelas, maka yang tidak kalah pentingnya
adalah gizi yang cukup agar tidak saling makan (kanibal) (Anonymous, Cara
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1.Alat Penelitian
cawan petri, gelas arloji, neraca analitik, spatula, blender, gelas ukur 100ml,
beaker glass 200ml, pengaduk kaca, plastik, karet gelang, saringan teh, beaker
glass 100 ml, pipet tetes, corong gelas, botol kemasan air mineral, botol semprot,
3.2.2.Bahan Penelitian
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah daun kemangi
(Ocimum sp.), makanan jangkrik (Gryllus sp.) berupa pucuk daun dan nasi, bahan
kimia berupa detergen bubuk, air kran, dan jangkrik (Gryllus sp.) sebagai hewan
ujinya.
3.3.VARIABEL PENELITIAN
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu larutan ekstrak daun kemangi
(Ocimum sp.), variabel terikat berupa hama serangga jenis jangkrik (Gryllus sp.),
28
dan variabel terkontrolnya adalah konsentrasi 25%, 50%, dan 100%, serta
parameter yang diamati yaitu mortalitas (angka kematian) hama serangga jenis
3.4.RANCANGAN PENELITIAN
Sampel yang diambil adalah daun kemangi (Ocimum sp.) yang dibeli dari
pedagang sayur di Pasar Merjosari Malang kemudian dibersihkan dari debu dan
dipotong bagian daun. Daun yang telah bersih diblender dengan menggunakan
pelarut air sehingga diperoleh larutan ekstrak daun kemangi (Ocimum sp.), setelah
Larutan ekstrak daun kemangi (Ocimum sp.) disaring menggunakan saringan dan
selanjutnya dibuat larutan ekstrak daun kemangi menjadi tiga larutan dengan
konsentrasi yang berbeda sehingga didapatkan tiga macam larutan ekstrak daun
kemangi (Ocimum sp.). Larutan ekstrak daun kemangi (Ocimum sp.) selanjutnya
digunakan untuk uji mortalitas (angka kematian) pada hama serangga jenis
3.5.TAHAP PENELITIAN
1. Preparasi sampel
29
3. Pengaruh larutan ekstrak daun kemangi (Ocimum sp.) terhadap mortalitas
3.6.PROSEDUR KERJA
3.6.1.Preparasi Sampel
mengalir kemudian dikeringkan dengan tissue. Setelah itu dipotong daun kemangi
air sebanyak 200 ml yang dihaluskan dengan menggunakan blender (Tohir, 2010).
Kemudian daun kemangi (Ocimum sp.) yang sudah halus dan larut dalam air
bubuk 0,6 gram. Setelah itu, larutan ekstrak daun kemangi didiamkan selama 24
jam dan ditutup beaker glass 200 ml dengan menggunakan plastik dan karet
dengan rapat. Larutan ekstrak daun kemangi (Ocimum sp.) disaring menggunakan
dimasukkan dalam beaker glass 100 ml sehingga diperoleh dua larutan ekstrak
daun kemangi (Ocimum sp.). Larutan ekstrak daun kemangi 100 ml yang pertama
dimasukkan kedalam botol semprot dan diberi label “100%” dan dianggap
konsentrasinya 100%. Larutan ekstrak daun kemangi (Ocimum sp.) yang kedua
digunakan untuk membuat larutan ekstrak daun kemangi dengan konsentrasi 50%
30
dan 25%. Menurut Priyono (1988), pencampuran dengan menggunakan rumus
C1.V1=C2.V2
Keterangan:
Diperoleh hasil tiga larutan ekstrak daun kemangi (Ocimum sp.) dengan
konsentrasi 100%, 50%, dan 25%. setelah itu larutan ekstrak daun kemangi
(Ocimum sp.) sudah menjadi pestisida nabati dan siap digunakan untuk uji
Diambil empat botol kemasan air mineral, dibersihkan dan dicuci dengan
kemasan air mineral sekitar 5cmx5cm setelah itu ditutup dengan kasa
menggunakan lakban pada tepinya. Dilakukan hal yang sama pada botol kemasan
air mineral lainnya kemudian diberi label botol A (tidak disemprot larutak ekstrak
31
daun kemangi), botol B (disemprot larutan ekstrak daun kemangi dengan
konsentrasi 50%), dan botol D (disemprot larutan ekstrak daun kemangi dengan
konsentrasi 100%).
dimasukkan tiga pucuk daun dan sedikit nasi untuk pakan jangkrik (Gryllus sp.)
(Pertanian, 2001). Jangkrik (Gryllus sp.) dibiarkan dan diberi asupan nutrisi, suhu,
dan oksigen yang cukup untuk bernafas pada kandang yang baru supaya dapat
sp.) yang mati (mortalitas hama serangga jenis jangkrik) setelah disemprot larutan
3.7.ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik. Analisis data mortalitas (angka kematian) dengan
menggunakan data yang diperoleh dari jumlah jangkrik yang mati pada tiap
32
Jumlah jangkrik (Gryllus sp.) total
33
BAB 4
jangkrik (Gryllus sp.) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu meliputi preparasi sampel,
ekstraksi larutan dengan pelarut air, dan pengaruh larutan ekstrak daun kemangi
(Ocimum sp.) terhadap mortalitas hama serangga jenis jangkrik (Gryllus sp.).
4.1.Preparasi Sampel
Ekologi Jurusan Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Daun kemangi
(Ocimum sp.) dibersihkan dan dicuci dengan menggunakan air mengalir kemudian
dikeringkan menggunakan tissue. Setelah itu dipotong bagian daun dan ditimbang
dengan kemuning culang (Aglaia odorata), kulit batang dan ranting kemuning
culang yang telah dihaluskan sebanyak 100 gram direbus dengan 1 liter air selama
30 menit. Pada preparasi sampel ini, peneliti menentukan jumlah sampel daun
kemangi (Ocimum sp.) yang akan digunakan penelitian dengan didasarkan pada
perbandingan 1:10. Sehingga diperoleh sampel daun kemangi (Ocimum sp.) yang
34
4.2.Ekstraksi Larutan dengan Pelarut Air
air sebagai bahan pelarut. Didalam jurnal “Teknik Ekstraksi dan Aplikasi
(Spodoptera litura Fabr.) di Laboratorium” Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No.
sebanyak dua macam, yaitu pembuatan ekstrak nabati dengan pelarut metanol dan
air. Peneliti menggunakan air sebagai bahan pelarut karena selain mudah didapat,
sifatnya yang ekonomis menjadi salah satu faktor utama penggunaan air sebagai
bahan pelarut dalam pembuatan larutan ekstrak daun kemangi (Ocimum sp.) ini.
Larutan ekstrak daun kemangi ini dibuat dengan konsentrasi yang berbeda yakni
kedalam blender kemudian diberi air sebanyak 200 ml dengan menggunakan gelas
dan menjadi larutan, dipindahkan kedalam beaker glass 200 ml dan dimasukkan
sulitnya memperoleh bahan pelarut berupa pelarut organik seperti etanol, metanol,
aseton dan triton, pelarut organik tersebut dapat diganti dengan sabun colek atau
sejenis detergen lain. Pengukuran 0,6 gram detergen yaitu dengan perbandingan
pada pembuatan sirsak yang diketahui pada jurnal milik M. Thamrin dkk.,
35
menggunakan 5 liter air dicampur dengan 15 gram sabun. Dan karena pada
penelitian ini peneliti menggunakan pelarut air sebanyak 200 ml, maka detergen
yang dibutuhkan yaitu sebanyak 0,6 gram. Setelah selesai dihomogenkan, hasil
ekstraksi dibiarkan selama 24 jam dan ditutup menggunakan plastik dan karet
dengan rapat supaya mengendap. Akan tetapi menurut Rahmawati (2012), pada
teh. Akan tetapi akan lebih efektif apabila digunakan kain halus sebagai alat untuk
menyaring karena memiliki celah yang lebih kecil sehingga ampas dapat lebih
Larutan ekstrak yang sudah berupa larutan 200 ml tersebut diambil 100 ml
dan dimasukkan kedalam botol semprot dan diberi label 100%. Menurut Iffah
minyak kemangi yang dianggap 100% dengan pengencer berupa aquades. Dalam
hal ini larutan ekstrak yang berada pada botol semprot dengan label “100%”
dianggap mempunyai konsentrasi sebesar 100%. Setelah itu sisa larutan ekstrak
pelarut air sebanyak 75 ml. Setelah homogen, larutan dimasukkan ke dalam botol
36
4.3.Pengaruh Larutan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sp.) terhadap
kemasan air mineral ukuran besar yang bagian badannya digunting membentuk
berfungsi untuk merekatkan kasa dengan botol kemasan air mineral supaya tidak
ada celah bagi jangkrik (Gryllus sp.) yang akan diamati untuk lolos atau keluar
dari kandangnya. Setelah itu pada bagian-bagian yang lain dilubangi dengan tidak
terlalu besar. Adapun pembuatan ventilasi adalah supaya jangkrik (Gryllus sp.)
yang akan diuji tetap mendapat udara. Pembuatan kandang jangkrik (Gryllus sp.)
ini dilakukan sebanyak empat kali dengan cara yang sama. Pada keempat kandang
terjadi kesalahan dalam melakukan uji terhadap hama serangga jenis jangkrik
(Gryllus sp.).
(Gryllus sp.) dalam kandang dikondisikan supaya dapat beradaptasi dengan baik
dengan dibuat sedemikian rupa seperti ia berada dalam habitat aslinya. Makanan
yang diberikan pada jangkrik (Gryllus sp.) dalam penelitian ini berupa pucuk daun
dan sedikit nasi. Seperti yang dikatakan dalam “Lembar Informasi Pertanian”
37
Pertanian (2001), jangkrik menyukai makanan dari buah, pucuk tanaman, daun
muda dan makan apa saja yang ditemukan. Adaptasi yang dilakukan selama tiga
hari, pada hari kedua jangkrik (Gryllus sp.) pada kandang A bersisa 9 ekor,
ekor. Hal ini terjadi karena kurangnya makanan yang diberikan pada jangkrik
http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/02/cara-ternak-jangkrik-lengkap.html,
diusahakan sama dengan habitat aslinya, yaitu lembab dan gelas, maka yang tidak
kalah pentingnya adalah gizi yang cukup agar tidak saling makan (kanibal).
Terjadinya kanibalisme yaitu karena kurangnya asupan gizi yang didapat oleh
jangkrik (Gryllus sp.) sehingga memakan jangkrik yang lain. Kemudian pada
kandang B ditambahkan satu ekor jangkrik sehingga pada hari ketiga asupan
penyemprotan yang kedua yaitu sebanyak tujuh kali semprot. Setelah disemprot
mulai nampak. Jangkrik pada kandang yang disemprot dengan pestisida nabati,
yang berasal dari kandungan minyak atsiri dalam daun kemangi (Ocimum sp.).
38
Penolakan ini terlihat dari tingkat keagresifan jangkrik (Gryllus sp.) terutama pada
kandang yang disemprot pestisida nabati dengan konsentrasi 100% yang tingkat
konsentrasi 50% dan 25%. Sesuai dengan yang dikatakan Dubey et al. (2010)
dalam jurnal milik Hartati (2012) menyatakan bahwa aktivitas biologi minyak
ini dapat diketahui bahwa aktivitas penolakan jangkrik (Gryllus sp.) yang terjadi
0
kandang A kandang B kandang C kandang D
menit ke-30 menit ke-60 menit ke-90 menit ke-120
jangkrik (Gryllus sp.) disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:
39
Gambar diatas menunjukkan bahwa pada kandang A (tidak disemprot
pestisida nabati) tidak terdapat jangkrik yang mati, pada kandang B (disemprot
pestisida nabati dengan konsentrasi 25%) diperoleh data pada menit ke-30 ada
satu jangkrik yang mati, menit ke-60 ada satu jangkrik yang mati, dan pada menit
ke-90 dan 120 sudah tidak ada jangkrik yang mati. Pada kandang C (disemprot
pestisida nabati dengan konsentrasi 50%) diperoleh data pada menit ke-30 dan 60
masing-masing ada satu jangkrik yang mati, menit ke-90 tidak ada jangkrik yang
mati, tetapi pada menit ke-120 ada satu jangkrik yang mati. Kemudian pada
pada menit ke-30 ada tiga jangkrik yang mati, menit ke-60 dan 90 ada satu
jangkrik yang mati, pada menit ke-120 sudah tidak ada jangkrik yang mati.
Secara statistik, pada menit ke-30 jumlah jangkrik yang paling banyak
mati diantara keempat kandang adalah jangrik yang disemprot pestisida nabati
dengan konsentrasi 100%. Hal ini terjadi karena kandungan eugenol yang terdapat
dalam larutak ekstrak daun kemangi lebih dominan pada konsentrasi 100% yang
Hart (1990) dalam jurnal milik Iffah, dkk. (2008) menyatakan bahwa eugenol
melemahkan dan mengganggu sistem syaraf. Selain itu pada kandang yang
jangkrik yang mati paling banyak daripada konsentrasi 50% dan 25%. Iffah
(2008) mengatakan bahwa semakin tinggi ekstrak kemangi yang digunakan maka
semakin tinggi zat bioaktif didalam kemangi yang bekerja mempengaruhi proses
40
ekdisis. Kemudian hal lain yang dapat dianalisis yaitu pada menit selanjutnya
yaitu menit ke-60, 90, dan 120 jumlah jangkrik yang mati semakin sedikit. Hal ini
disebabkan karena menurut Hartati (2012), salah satu kelemahan dari pestisida
berbasis minyak atsiri adalah berhubungan dengan sifat-sifat dari minyak atsirinya
sendiri yang volatil dan tidak stabil atau tidak tahan terhadap sinar matahari. Oleh
karena itu, dalam pemberian larutan ekstrak daun kemangi (Ocimum sp.) ini perlu
dilakukan beberapa kali penyemprotan, dengan catatan pada tiap kandang harus
jangkrik (Gryllus sp.) ini juga memberikan informasi baru mengenai kelebihan
menurut Hartati (2012), pestisida berbahan minyak atsiri juga aman bagi
lingkungan, karena bersifat tidak persisten. Hal ini karena minyak atsiri mudah di
urai secara alami, sehingga tidak tahan lama di air, udara, didalam tanah, dan
tuubuh mamalia. Octavia, dkk (2008) juga mengatakan bahwa pestisida organik
yang bersifat mudah terurai menjadi bahan yang tidak berbahaya dan juga dapat
lingkungan.
Akan tetapi pestisida berbasis minyak atsiri karena sifatnya yang tidak
tahan panas menjadikan pestisida nabati ini tidak dapat digunakan dalam jangka
waktu yang lama dan menurut Hartati (2012) juga mengatakan bahwa keefektifan
41
kimia sintetik dan kerjanya lebih lambat. Hal ini juga yang menjadi salah satu
aktifnya.
menurut Savitri (2008) kemangi tidak menuntut syarat tumbuh yang rumit. Dapat
dikatakan semua wilayah di Indonesia bisa ditanami kemangi. Yang jelas tanahnya
bersifat asam. Kemangi juga toleran terhadap cuaca panas maupun dingin.
Kemangi yang ditanam didaerah dingi daunnya lebih lebar dan lebih hijau.
Sedang kemangi didaerah panas daunnya kecil, tipis, dan berwarna hijau pucat.
Dan adapun syarat-syarat yang dimaksud adalah menurut Octavia dkk. (2008):
d.Tidak menjadi rumput liar atau inang untuk tanaman patogen atau hama
serangga
f. Tidak bersifat racun terhadap organisme yang bukan target, manusia atau
lingkungan
42
g.Mudah dalam persiapan permanen, persiapan harus sederhana, tidak
Pada kenyataannya daun kemangi mudah tumbuh dan tetap hijau sepanjang tahun,
Agusta (2000) juga menguatkan bahwa penyebarannya hidup liar ditempat kering
yang mendapat sinar matahari, pinggir jalan, padang rumput, dan ada juga yang
efektif sebagai penolak hama serangga jenis jangkrik daripada untuk membasmi
jangkrik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil prosentase mortalitas hama
serangga jenis jangkrik (Gryllus sp.) pada konsentrasi 25%, 50%, dan 100%
secara berturut-turut yang hanya sebesar 22%, 33%, dan 66% dan juga tingkah
laku yang terjadi pada jangkrik setelah disemprot dengan larutan ekstrak daun
kemangi. Jangkrik berusaha untuk melepaskan diri dari area yang sudah
terkontaminan dengan larutan ekstrak daun kemangi yang terlihat dari keagresifan
gerak nya dan membutuhkan waktu yang lama untuk mati setelah disemprot
larutan ekstrak daun kemangi. Hal ini juga dikuatkan oleh Octavia dkk, (2008)
tertentu.
43
BAB 5
PENUTUP
5.1.KESIMPULAN
disimpulkan bahwa:
ether yang memiliki efek anastetikum. Seperti halnya contoh ether yang
tersebut.
5.2.SARAN
44
berlangsung, memperbanyak mencari referensi yang jauh lebih lengkap
sumbernya, dan melakukan penelitian lebih lanjut dan secara khusus mengenai
pestisida nabati menggunakan teknik ekstraksi seperti maserasi, destilasi, atau lain
sebagainya.
45
DAFTAR PUSTAKA
http://jangkrikkrik.wordpress.com/insecta/jangkrik/
http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/02/cara-ternak-jangkrik-
lengkap.html
Ersam, T., & Dewi, M. (2007). Turunan 4-Fenilkumarin dari Fraksi Polar Ekstrak
Etil Asetat Pada Batang Garcinia Balica Miq. Akta Kimindo, 3, 55-60.
Swadaya.
Iffah, D., Gunandini, D. J., & Kardinan, A. (2008). Pengaruh Ekstrak Kemangi
Swadaya.
46
Kartasapoetra, A. (1993). Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Octavia, D., Andriani, S., Qirom, M. A., & Azwar, F. (2008). Keanekaragaman
Rahmawati, N., Zetra, Y., & Burhan, R. (2009). Pemanfaatan Minyak Atsiri Akar
Rahmawati, R. (2012). Cepat dan Tepat Berantas Hama dan Penyakit Tanaman.
Thamrin, M., Asikin, S., & Budiman, A. (n.d.). Potensi Ekstrak Flora Lahan
47
Triharso. (2004). Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Wilbraham, A., & Matta, M. (1992). Pengantar Kimia Organik dan Hayati. In S.
ITB.
Sawadaya.
http://kancanedewe.blogspot.com/2011/08/gryllus-sp-jangkrik.html
48
LAMPIRAN
GAMBAR PENELITIAN
PREPARASI SAMPEL
Gambar 3. Kemangi 20 gram dan detergen 0,6 gram yang sudah ditimbang
dipotong daunnya
49
PEMBUATAN LARUTAN EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sp.)
50
gambar 8. Pembuatan beberapa konsentrasi dengan metode pengenceran
panjang
51
TABEL PENGAMATAN
menit ke-
30 60 90 120
1 A - - - - - -
2 B 25% 1 1 - - 2
3 C 50% 1 1 - 1 3
4 D 100% 3 1 1 1 6
PERHITUNGAN
% kematian pada kandang A = Jumlah jangkrik (Gryllus sp.) yang mati x 100%
= 0 x 100%
= 0%
% kematian pada kandang B = Jumlah jangkrik (Gryllus sp.) yang mati x 100%
= 2 x 100%
= 22%
52
% kematian pada kandang C = Jumlah jangkrik (Gryllus sp.) yang mati x 100%
= 3 x 100%
= 33%
% kematian pada kandang D = Jumlah jangkrik (Gryllus sp.) yang mati x 100%
= 6 x 100%
= 66%
53