Anda di halaman 1dari 3

Metodologi Penyusunan Komunikasi Kesehatan

Asses (Pengkajian)
Assesment (pengkajian) adalah langkah awal dari program komunikasi kesehatan. Tahap ini
merupakan bagian terpenting dari seluruh program komunikasi kesehatan di mana kunci
keberhasilan program terletak pada sejauh mana tahap ini dirancang. Pada tahap ini yang
dilakukan adalah menganalisis situasi masalah kesehatan dan profil audiens. Upaya sistematis
harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang hendak ditanggulangi dengan
mengumpulkan data dasar, membuat rumusan masalah, mencari akar masalah, dan prioritas
masalah. Berdasarkan rumusan ini kemudian disusun bentuk-bentuk perilaku baru yang akan
dikomunikasikan kepada kelompok sasaran.

Plan
Setelah tahap assesment telah dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun tujuan,
mendesain pesan, dan memilih media. Tentunya kegiatan –kegiatan ini disesuaikan dengan
hasil analisis masalah dan karakteristik audiens yang sebelumnya telah dilakukan. Pesan
(message) adalah formulasi ide atau konsep yang disampaikan oleh komunikator kepada
audiens. Pesan disusun berdasarkan tujuan yang telah dibuat dan diharapkan dapat menarik
perhatian, menimbulkan rasa percaya, dan merangsang kelompok sasaran untuk
mengadopsinya. Media adalah alat atau sarana yang digunaan oleh komunikator dalam
menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens. Dalam memilih media harus didasarkan
pada hasil riset untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal berikut:
a.Biaya
b.Jangkauan
c.Pengaruh media terhadap kelompok sasaran.
Hasil pengembangan pesan dan media ini berikutnya akan diujicobakan sebelum tahap
pelaksanaan penyajian pesan (deliver message)
Target audiens
Praktik kesehatan yang akan dipromosikan
Saluran komunikasi
Strategi yang akan digunakan

Prepare material
menyiapkan bahan

Implement
Siap mengirimkan pesan itu
Pertanyaan :
- Apakah pesan mencapai target audiens?
- Apakah bahan mencapai?
- Apakah ada masalah operasional?

Evaluate
Kegiatan monitoring merupakan kajian menyeluruh, kegiatan supervisi, serta pemanfaatan
hasil temuan untuk meningkatkan implementasi program. Tahap monitoring atau pemantauan
dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kekurangan atau kesalahan yang mungkin
terjadi dalam tahap komunikasi kesehatan. Informasi hasil pemantuan sebaiknya dapat
diperoleh tepat waktu agar perbaikan dapat dilakukan sesegera mungkin sementara program
komunikasi kesehatan terus berlangsung. Komponen yang dipantau pada pelaksanaan
monitoring adalah logistik, interim effect (pengetahuan, reaksi), perubahan perilaku, dan
peningkatan status kesehatan.
Pemantauan berkala terhadap program
Pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah kampanye

1. Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi
kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan
menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk
masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya.
Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
2. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder
karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk
selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat
disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil
pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh
atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan
kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).
3. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah adalah
sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan – kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh
masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya
promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.

KASUS
Studi beban penyakit global (Global Burden of Disease/GBD) yang dilakukan oleh
lembaga penelitian Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dari University of
Washington, menunjukkan adanya peningkatan beban penyakit tidak menular (PTM) di
Indonesia. Hasil studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal The Lancet pada 28 Juni 2018 atas
kerja sama antara Kementerian Kesehatan RI, Balitbangkes Kemenkes RI, Badan Pusat
Statistik, Eijkman Oxford Institute, Universitas Indonesia, dan beberapa lembaga lainnya, baik
di dalam maupun luar negeri. Studi beban penyakit global ini menemukan adanya peningkatan
angka harapan hidup di Indonesia dari 63,6 tahun di tahun 1990 menjadi 71,7 tahun di tahun
2016. Perempuan mengalami peningkatan angka harapan hidup lebih tinggi, yaitu 8,7 tahun,
sementara laki-laki 7,4 tahun. Meski kabar tersebut merupakan kabar baik, di sisi lain dalam
kurun waktu yang sama ditemukan bahwa angka penyakit tidak menular di Indonesia justru
naik drastis. Kematian dan disabilitas yang timbul akibat diabetes di Indonesia pada 2016,
misalnya, tercatat mengalami kenaikan 38,5 persen sejak 2006.
Hasil studi ini mencatat, penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke serta
diabetes kini menempati tiga urutan teratas beban penyakit di Indonesia. Beban penyakit ini
maksudnya adalah dampak seperti kerugian finansial dan kematian yang disebabkan oleh
penyakit. Beban penyakit ini diukur dengan menggunakan berbagai indikator seperti keuangan,
angka kematian, maupun morbiditas atau keadaan sakit. Selain itu, dari studi ini ditemukan
pula 10 besar faktor penyebab penyakit di Indonesia adalah makanan, tekanan darah tinggi,
gula darah tinggi, tembakau, malnutrisi ibu dan anak, kecelakaan kerja, indeks massa tubuh di
atas normal, polusi, kolesterol, dan kerusakan ginjal.
Menurut Nafsiah Mboi, mantan Menteri Kesehatan RI yang juga merupakan ketua dari
studi GDB di Indonesia, “Studi ini dapat membantu pemerintah untuk melakukan investasi
lebih pada kesehatan dan memperhatikan kebijakan untuk kesehatan.” “Kami perlu melakukan
penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan pemahaman kami mengenai tren kesehatan,
terutama karena ada banyak provinsi di negara kami, dan negara ini sangat besar serta sangat
beragam,” kata Nafisah, dikutip dari Health Data. Secara lengkap, berikut ini adalah daftar 10
penyakit yang menjadi beban penyakit terbesar di Indonesia pada 2016:
1. Penyakit jantung iskemik
2. Stroke
3. Diabetes
4. TBC
5. Cedera punggung dan leher
6. Kelahiran prematur
7. Penyakit pada indera
8. Kecelakaan saat berkendara
9. Penyakit kulit
10. Diare

Anda mungkin juga menyukai