Anda di halaman 1dari 20

ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk
mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan
dengan suatu larutan yang konsentrasinya diketahui. Analisis
semacam ini menggunakan pengukuran volume larutan pereaksi
disebut analisis volumetri.
Titrasi argentometri memiliki empat metode, ke empat metode
tersebut dapat dibedakan berdasarkan indikator yang digunakan.
Metode-metode argentometri adalah metode Mohr, metode Volhard,
metode Vajans, dan yang terakhir metode Leibig.
Ion perak memegang peranan peting dalam proses titrasi
pengendapan, karena dipakai dalam suatu titrasi ion-ion halogen.
dasar titrasi argentometri atau titasi pegendapan adalah pembentukan
endapan yang tidak mudah larut antara titran dan analit. titrasi
argentometri berbeda dengan titrasi asam basa ataupun titrasi redoks
karena titrasi argentometri memiliki metode tidak sebanyak titrasi
asam basa ataupun titrasi redoks.
Metode titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan
pembentukan seyawa kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks
yang sering digunakan adalah Etilen Diamina Tetra Asetat (EDTA).
Dinatrium EDTA digunakan sebagai titran. Dalam penetapan kadarnya
digunakan beberapa indikator sepeti hitam eriokrom, jingga xilenol,
dan biru hidroksi naftol.
EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan semua
logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam-logam
alkali tanah seperti kalsium dan magnesium membentuk kompleks
yang tidak stabil dengan EDTA pada pH rendah, karenanya titrasi
logam-logam ini dengan EDTA dilakukan pada larutan bufer ammonia
pH 10.

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

1.2 Maksud praktikum


Adapun maksud praktikum yaitu untuk mengetahui kadar suatu
senyawa dengan menggunakan metode argentometri dan
kompleksometri.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum yaitu :
1. Untuk menentukan kadar NaCl dengan cara titrasi pengendapan
dengan menggunakan metode argentometri.
2. Untuk menentukan kadar ZnSO4 dengan menggunakan metode
kompleksometri.

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Umum
Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi
titrasi merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Titrasi ini
biasanya disebut sebagai Argentometri karena melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+.
Titrasi Argentometri tidak hanya digunakan untuk menentukan ion
halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan
(thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion
fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43- (Khopkar, 2008).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan
kadar halogenida dan senyawa lain yang membentuk endapan
dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode
argentometri disebut juga metode pengendapan karena pada
argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak
larut atau endapan. (Gandjar, 2007).
Pada titrasi argentometri, endapan perak klorida (AgCl) yang
terbentuk dari larutan perak nitrat dan natrium klorida dapat digunakan
dalam menentukan titik akhir dalam titrasi volumetri. Titik akhir
tersebut ditandai dengan habisnya semua klorida diendapkan menjadi
perak klorida. Reaksi tersebut merupakan reaksi penetapan kadar
secara volumetri, penetapan kadar dari suatu obat yang mengandung
natrium bromida atau kalium iodida dapat dilakukan dengan
argentometri dan juga dapat dilakukan untuk penetapan kadar ion-ion
halida (Rahman, 2007).
Sebelum titrasi balik dapat dilakukan, AgCl yang mengendap
harus disaring atau dilapisi dengan dietiftalat untuk mencegah SCN -
menyebabkan penguraian AgCl. Klorin yang dikombinasikan secara
organik harus dibebaskan melalui hidrolisis dengan natrium hidroksida
sebelum titrasi. Suatu halogen yang menempel pada cincin aromatik

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

tidak dapat dibebaskan dengan cara hidrolisis dan halide aromatik


harus dibakar dalam tabung oksigen agar dapat melepaskan halogen
untuk titrasi (Watson, 2009).
Titrasi argentometri didasarkan pada rekasi : AgNO3 + Cl- →
AgCl(s) + NO3- Kalium kromat dapat digunakan sebagai suatu indikator,
menghasilkan warna merah dengan kelebihan ion Ag+. Kelebihan
AgNO3 ditambahkan kedalalm sampel yang mengandung ion klorida
atau bromide. Kelebihan AgNO3 kemudian dititrasi dengan ammonium
tiosianat, dan ammonium fero sulfat digunakan sebagai iondikator
pada kelebihan SCN-. Sebelum titrasi balik dapat dilakukan, AgCl
yang mengendap harus disaring atau dilapisi dengan dietiftalat untuk
mencegah SCN- menyebabkan penguraian AgCl. Klorin yang
dikombinasikan secara organik harus dibebaskan melalui hidrolisis
dengan natrium hidroksida sebelum titrasi. Suatu halogen yang
menempel pada cincin aromatik tidak dapat dibebaskan dengan cara
hidrolisis dan halide aromatik harus dibakar dalam tabung oksigen
agar dapat melepaskan halogen untuk titrasi. Titrasi argentometri
digunakan pada penetapan kadar dalam farmakope untuk: tablet
natrium klorida dan kalium klorida, tiamin hidroklorida, mustin klorida,
dan karbromal (Watson, 2009).
Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukkan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi
dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Contoh dari kompleks
tersebut adalah logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi dengan
merkuro nitrat dan perak sianida juga dikenal sebagai titrasi
kompleksometri (Khopkar, 2008).
Pada titrasi komplesometri digunakan senyawa yang membentuk
kompleks berwarna tajam dengan logam yang ditetapkan. Warna
tersebut hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat menjadi

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

kompleks yang lebih stabil, misalnya ethylene diamine tetra acetic acid
(EDTA). EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. EDTA
terdapat sebagai kristal H4Y dan kristal garam dinatriumnya,
Na2H2Y.2H2O. kristal H4Y sukar larut dalam air. Untuk melarutkannya
harus digunakan NaOH yang cukup untuk pembentukan garam
dinatrium yang mudah larut dalam air (Sutrisno, 2012).
Faktor-faktor yang membuat EDTA ampuh sebagai pereaksi
pada titrasi kompleksometri adalah (Sutrisno, 2012) :
1. EDTA dengan ion logam selalu terbentuk kompleks 1:1 (satu
molekul EDTA dengan satu ion logam).
2. Konstan kestabilan khelat dari EDTA umumnya besar sekali
sehingga reaksinya sempurna kecuali dengan logam alkali.
3. Banyak ion logam yang bereaksi cepat dengan EDTA.
Indikator yang digunakan pada titrasi kompleksometri merupakan
indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dimana kompleks
tersebut mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya
sendiri. Indikator tersebut disebut indikator metalokromat. Contohnya :
Enriochrome black T, calmagit, 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon,
asam salisilat, metafalein, dan calcein blue. Keefektifan indikator
tergantung pada kestabilannya. Indikator dlam jumlah yang banyak
dapat menyebabkan kesalahan titrasi (Sutrisno, 2012).
Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin
asam tetra asetat (EDTA) adalah titran yang biasa digunakan
membentuk stabel 1:1 komplek dengan semua logam efektif. Logam
alkali tanah seperi kalsium dan magnesium bentuk kompleks yang
stabil pada nilai pH rendah dan dititrasi dalam ammonium klorida
penyangga di pH= 10 (Watson, 2009).

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

2.2 Uraian Bahan


A. Argentometri
a. Aquadest (Ditjen POM, 1979, h. 96)
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Rumus Struktur : H O H
Berat molekul : 18,02 gr/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
b. Larutan AgNO3 (Ditjen POM, 1979, h. 97)
Nama Resmi : ARGENTII NITRAS
Nama Lain : Perak Nitrat
Rumus Molekul : AgNO3
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 169,87 gr/mol


Pemerian : Hablur berwarna putih, tidak berbau, menjadi
gelap bila terkena sinar
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup Baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
c. Kalium Kromat (Ditjen POM, 1979, h. 690)
Nama Resmi : KALII KROMAT
Nama Lain : Kalium Kromat
Rumus Molekul : K2CrO4
Berat Molekul : 194,2 gr/mol

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

Rumus Struktur :

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan jernih


Pemerian : Massa hablur, berwarna kuning
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

d. Natrium Klorida (Ditjen POM, 1979, h. 403)


Nama Resmi : NATRI CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium Klorida
Rumus Molekul : NaCl
Rumus Struktur : Na Cl
Berat Molekul : 58,44 gr/mol
Kelarutan : larut dalam 2,8 bagian air, 2,7 bagian air
mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol p ; sukar larut dalam etanol(95%)
Pemerian : Hablur heksahedra tidak berwarna atau \
serbuk hablur putih ; tidak berbau ; rasa asin
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
B. Kompleksometri
a. Seng Sulfat (Ditjen POM, 1979, h. 637)
Nama Resmi : ZINCI SULFAS
Nama Lain : Seng Sulfat
Rumus Molekul : ZnSO4
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 278,54 gr/mol


Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur, tidak

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

berbau, rasa sepat mirip logam, sedikit


merapuh
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, prraktis tidak
larut dalam etanol ( 95 % ) P, mudah larut
dalam gliserol P
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
b. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979, h. 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Rumus Struktur : Na OH
Berat Molekul : 40,00 gr/mol
Pemerian : Bentuk batang, massa hablur atau keping –
Keeping rapuh dan mudah meleleh basa,
sangat alkalis dan korosif
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol dan air
Keguanaan : Sebagai Pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
c. Amonia Hidroksida (Ditjen POM, 1979, h. 86 )
Nama resmi : AMMONIA
Nama lain : Amonia Hidroksida
Rumus Molekul : NH4OH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 35,05 gr/mol


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas
menusuk kuat
Kelarutan : Mudah larut dalam air

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk.


Kegunaan : Pelarut sampel
d. EBT (Ditjen POM, 1979, h. 754)
Nama Resmi : Hitam Mordat II
Nama Lain : Hitam Eriokromat
RM / BM : C20H14N2O11S3 / 461,38 gr/mol
Pemerian :Serbuk, hitam kecoklatan
Kelarutan : Larut dalam air panas, dalam etanol ( 95 % )
P dan dalam metanol P
Kegunaan : Sebagai indikator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Rumus struktur :

e. EDTA (Ditjen POM, 1979, h. 1155)


Nama Resmi : ETILEN DIAMINA TETRA ASETAT
Nama Lain : Diantium Etilen Diaminterta Asetat
RM / BM : C2H8N2 / 372,24 gr/mol
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam air
Kegunaan : Sebagai titran
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Rumus struktur :

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2019, h. 26 dan 28)


A. Argentometri
 Penentuan Kadar Natrium Klorida
Ditimbang seksama 250 mg zat uji, kemudian dilarutkan
dalam erlenmeyer dengan 10 ml air suling, tambahkan
indikator K2CrO4 5% 3 tetes dan titrasi dengan larutan baku
AgNo3 0,1 N sampai terbentuk endapan kemerah-merahan.
B. Kompleksometri
 Penentuan Kadar Zink Sulfat
Ditimbang seksama 100 mg zat uji, kemudian dilarutkan
dalam erlenmeyer dengan 100 ml air suling, tambahkan NaOH
encer tetes demi tetes secukupnya hingga terbentuk endapan
yang mantap. Tambahkan 5 ml dapar ammonia pH 10, titrasi
dengan EDTA 0,05 M menggunakan indikator EBT-NaCl 20 mg
hingga terjadi warna biru.

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

BAB 3 METODE KERJA


3.1 Alat praktikum
Adapun alat praktikum yang digunakan yaitu bulk, buret,
corong, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, pipet volume
dan statif.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan yaitu aquadest, indikator EBT,
indikator Kalium dikromat (K2CrO4), larutan baku EDTA, larutan baku
Perak nitrat (AgNO3), larutan dapar Ammonia (NH4OH) pH 10,
Natrium hidroksida (NaOH), Natrium klorida (NaCl), dan Zink sulfat
(ZnSO4).
3.3 Cara Kerja
A. Argentometri
Ditimbang 50 mg NaCl kemudian dilarutkan di dalam
erlenmeyer 5 ml aquadest, ditambahkan indikator K2CrO4 5% 3
tetes, kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan baku AgNO3
hingga terbentuk endapan kemerah-merahan. Amati dan catat
volume titran
B. Kompleksometri
Ditimbang 50 mg ZnSO4 kemudian dilarutkan dalam
erlenmeyer 100 ml aquadest, ditambahkan beberapa tetes NaOH
hingga terbentuk endapan, ditambahkan 5 ml larutan dapar NH4OH
pH 10, setelah itu ditambahkan 20 mg indikator EBT, kemudian
dititrasi dengan larutan baku EDTA. Amati perubahan warna dan
catat volume titran

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

A. Argentometri
Klp Berat Sampel Volume Titran % Kadar
1 50 mg 5,2 mL 54,756 %
2 50 mg 4,5 mL 47,4 %
3 50 mg 18 mL 189,54 %
4 50 mg 9 mL 94,77 %

B. Kompleksometri
Klp Berat Sampel Volume Titran % Kadar
1 50 mg 5 mL 69,88 %
2 50 mg 17,5 mL 489,2 %
3 50 mg 4,4 mL 123,00 %
4 50 mg 4 mL 111,81 %

Perhitungan :
A. Penetapan kadar NaCl menggunakan metode argentometri
Diketahui : Volume titran = 4,5 mL
N = 0,09 N
Bst = 5,85 mg
Berat sampel = 50 mg
Fk = 0,1 N
V.titran . N . Bst
% Kadar = x 100%
B.sampel . Fk

4,5 x 0,09 x 5,85


= x100%
50 X 0,1

= 47,4 %

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

B. Penetapan kadar ZnSO4 menggunakan metode


kompleksometri
Diketahui : Volume titran = 17,5 mL
N = 0,0486 N
Bst = 14,38 mg
Berat sampel = 50 mg
Fk = 0,05 N
V.titran . N . Bst
% Kadar = x 100%
B.sampel . Fk

17,5 x 0,0486 x 14,38


= x100%
50 X 0,05

= 489,2 %
4.2 Pembahasan
A. Argentometri
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan
kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk
endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.
Metode ini disebut juga metode pengendapan karena pada
argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak
larut atau endapan.
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk menentukan
kadar natrium klorida (NaCl) dengan cara titrasi pengendapan
dengan menggunakan metode argentometri.
Larutan pada awalnya berwarna kuning karena penambahan
indikator K2CrO4 5%. Saat terjadi titik ekuivalen yaitu saat ion Cl-
tepat habis bereaksi dengan ion Ag+, penambahan AgNO3 yang
sedikit berlebih menyebabkan ion Ag+ bereaksi dengan ion CrO42-
dari indikator membentuk endapan kemerah-merahan dengan
warna larutan putih. Ag+ dari AgNO3 dengan Cl- akan bereaksi
membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl -

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion
CrO42- dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan perubahan
warna, dari kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat
AgNO3 tepat habis bereaksi dengan Cl. Keadaan tersebut
dinamakan titik ekuivalen.
Indikator K2CrO4 digunakan pada metode ini karena K2CrO4
lebih larut dibanding endapan utama yang terbentuk saat titrasi,
dan sifatnya tidak terlalu banyak larut. Reaksi terjadi harus dalam
keadaan netral atau sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa
sebab Ag akan mengendap sebagai AgOH. Larutan yang terlalu
asam dapat membuat titik akhir titrasi tidak terlihat sebab karena
konsentrasi CrO42- berkurang.
Hasil yang diperoleh dari penentuan kadar Natrium Klorida
volume titran yang diperoleh adalah 4,5 mL dan %kadar yang di
dapat adalah 47,4%. Berdasarkan Ditjen POM 1979, %kadar dari
Natrium Klorida adalah tidak kurang dari 99,5%.
Adapun faktor kesalahan yaitu kurang telitinya dalam
mengamati perubahan yang terjadi dan alat yang digunakan kurang
bersih atau alat yang masih basah langsung digunakan tanpa
dikeringkan dengan baik, sehingga mempengaruhi hasil praktikum.
B. Kompleksometri
Kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks (ion kompleks atau garam). Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan
kadar Zink Sulfat dengan metode kompleksometri.
Setelah larutan ZnSO4 ditambahkan dengan larutan dapar
amonia pH 10 dan kemudian ditambahkan dengan indikator EBT,
maka EBT akan berdisosiasi melepaskan dua atom hidrogennya

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

dan mengikat ion Zn2+ yang ada dalam air dan segera membentuk
kompleks dengan Zn2+. PAda reaksi kompleks indikator logam
bereaksi dengan EDTA yang menghasilkan perubahan warna dari
ungu menjadi biru, dimana ion Zn berikatan dengan EDTA dan
indikator berikatan dengan ion yang tersisa sehingga terjadi
perubahan warna dari ungu menjadi biru.
Alasan digunakan EDTA karena EDTA merupakan zar
pengkhelat atau komplekson yang merupakan bentuk garam dari
asam etilen diamin tetraasetat yang mempunyai aksi
mengkompleks dengan ion ion logam.
Alasan digunakan amonia pH dapar 10 karena reaksi
pembentukan kompleks antara ion logam dengan EDTA sangat
peka terhadap pH. Karena reaksi pembentukan kompleks selalu
dilepaskan H+ maka (H+) didalam larutan akan meningkat
walaupun sedikit. Akan tetapi yang sedikit ini akan berakibat
menurunnya stabilitas kompleks pada suasana tersebut (reaksi ini
dapat berjalan pada suasana asam, netral dan alkalis). Untuk
menghindari hal tersebut, maka perlu diberikan penahan (buffer).
Selain itu pada saat titrasi pH larutan harus terus menerus dijaga
oleh karenanya diberikan larutan dapar amonia pH 10. Perubahan
warna EBT tergantung pada proses titrasi yang akan menghasilkan
perubahan warna yang berbeda pada pH tertentu.
Alasan penambahan NaOH encer agar menjaga pH larutan
untuk tetap basa, dikarenakan kompleks EDTA akan mencapai
kestabilan dengan logam divalent (Zn2+) pada suasana basa atau
sedikit asam.
Hasil yang diperoleh dari penentuan kadar Zink Sulfat volume
titran yang diperoleh adalah 17,5 mL dan %kadar yang di dapat
adalah 489,2%. Berdasarkan Ditjen POM 1979, %kadar dari Zink
Sulfat adalah tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 108,7%.

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

Adapun faktor kesalahan yaitu kurangnya teliti dalam


mengamati perubahan warna yang terjadi dan alat yang digunakan
kurang bersih atau alat yang masih basah langsung digunakan
tanpa dikeringkan dengan baik, sehingga mempengaruhi hasil
praktikum.

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Hasil yang didapat pada penetapan kadar NaCl menggunakan
metode titrasi argentometri denga volume titran 4,5 mL, kadar yang
diperoleh adalah 47,4 %.
b. Hasil yang didapat pada penetapan kadar ZnSO4 menggunakan
metode titrasi kompeleksometri dengan volume titran 17,5 mL,
kadar yang diperoleh adalah 489,2%.
5.2 Saran
Adapun saran untuk laboratorium ialah sebaiknya alat-alat dan
bahan di laboratorium dilengkapi agar praktikum bias berjalan dengan
baik. Asisten pendamping sebaiknya selalu mendampingi praktikan
agar tidak terjadi kesalahan saat praktikum.

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2019, Penuntun Praktikum Kimia Analisis, Universitas Muslim


Indonesia : Makassar.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Departemen


Kesehatan RI : Jakarta.

Gandjar, Ibnu G. dkk, 2007, Kimia Analisis Farmasi, Pustaka Pelajar :


Yogyakarta.

Khopkar, 2008, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press : Jakarta.

Rahman, Abdul, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar :


Yogyakarta.

Sutrisno, 2012, Bahan Ajar Kimia Industri, Universitas Negeri Malang :


Malang.

Waston, David G., 2009, Analisis Farmasi Edisi Kedua, EGC : Jakarta.

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

LAMPIRAN

A. Skema Kerja
1. Argentometri

Timbang 50 mg Dilarutkan 5 ml
NaCl aquadest

Titrasi dengan
larutan baku (+) Indikator
AgNO3 (hingga K2CrO4 5% 3 tetes
terbentuk endapan
kemerah-merahan)

2. Kompleksometri

Timbang 50 mg Dilarutkan 100


ZnSO4 ml aquadest

(+) beberapa tetes


(+) 5 ml dapar
NaOH (hingga terbentuk
NH4OH pH 10
endapan putih)

Dititrasi dengan larutan


(+) 20 mg
baku EDTA (Hingga
indikator EBT
berubah warna dari ungu
ke biru)

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242
ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI

B. Gambar
1. Argentometri

2. Kompleksometri

VATHIMAH ZAHRA K ANDI FITRI AZIZAH


15020180242

Anda mungkin juga menyukai