BAB I
PENDAHULUAN
Lulus SMA tahu 1991, berangkat dari kampung menuju Medan dengan satu cita-cita
harus kuliah, Dengan bakat yang saya miliki saya sebenarnya ingin menjadi seorang desainer,
sejak SD saya sangat senang menggambar, bahkan saya pernah mewakili sekolah dalam
perlombaan seni antar sekolah waktu itu, kalau sekarang tepatnya dinamakan O2SN (
Olimpiade Olah Raga dan Seni ). Kegemaran saya menggambar berlanjut sampai ke SMA
karena kebetulan sekali waktu itu saya tinggal dengan guru SMA saya yang kebetulan
seorang guru Seni Rupa. Dengan perasaan bangga saya mengambil formulir UMPTN waktu
itu dan dengan mantap dan tekad bulat saya memilih ITB dengan jurusan Seni Rupa sebagai
pilihan pertama. IKIP Medan dengan jurusan Seni Rupa adalah pilihan kedua saya setelah
ITB, dan Alhamdulillah pilihan pertama saya tidak lulus tetapi rasya syukur masih tetap
terucap karena saya diterima di IKIP Medan dengan jurusan yang sama.
Sejak mendaftar di IKIP Medan dibenak saya belum ada keinginan untuk menjadi
seorang guru. Tetapi saya sangat menikmati masa-masa kuliah karena kegemaran saya
pengalaman untuk berkarya dan sering mengikuti pameran membuat saya lupa akan menjadi
seorang guru. Bahkan ada terbersit keinginan untuk menjadi seorang seniman saja karena
waktu itu saya masih ingat dengan rambut gondrong, jeans lusuh, kaos oblong dan membawa
Semester V ( lima ) membuyarkan seluruh harapan saya waktu itu, dimana saya harus
mengikuti PPL ( Program Pengalaman Lapangan ) dan saya harus meninggalkan seluruh
kesenangan saya waktu itu rambut gondrong harus dipangkas, jeans lusuh dan kaos oblong
SMA Negeri 4 Padang Sidempuan menjadi tempat saya pertama dipanggil Bapak oleh
siswa, karena kebetulan disekolah ini tidak ada guru seni rupa maka guru pamong saya
waktu itu adalah seorang guru agama. Saya masih terkenang bagaimana saya waktu itu
pertama kali masuk kelas saya tidak berbicara sedikitpun, tetapi yang saya lakukan adalah
menggambar sebuah pemandangan dipapan tulis, alangkah terkejutnya saya waktu itu karena
sebagian besar siswa mengambil buku gambar dan meniru apa yang saya gambar dipapan
tulis. Memang mereka tidak punya guru seni rupa tetapi setiap pelajaran seni mereka selalu
ditugaskan oleh guru pengganti yaitu guru agama yang sekaligus sebagai pamong yang saya
ceritakan diatas. Dan pamong saya ini adalah salah satu orang yang menguatkan saya untuk
menjadi seorang gur dengan alasan yang cukup sederhana yaitu: “orang yang mengajarkan
ilmu keabaikan kepada orang lain akan mendapatkan derajat yang tinggi disisi Alloh”.
Jika ilmu yang saya ajarkan diajarkan ke orang lain lagi dan memberi manfaat, maka akan
mendapatkan pahala dan derajat semakin tinggi. Dengan inilah saya berusaha untuk
mencintai profesi saya sebagai guru, kalupun tidak bisa menjadi desiner atau seniman paling
tidak saya akan mengajari orang untuk menjadi desainer atau seniman.
Oktober tahun 1994 saya lulus dengan IP tertinggi, artinya saya adalah seorang calon
guru terbaik jurusan senirupa waktu itu, dan Alhamdulillah sekali saya mengikuti test CPNS
saya langsung lulus. Saya diangkat pertama kali menjadi CPNS mulai tanggal 1 Desember
1995 dengan golongan pangkat II/c dan ijazah yang saya memiliki Diploma III/ Akta
meneruskan kuliah lagi tahun 1998 dan tahun 2002 saya lulus S-1. Agaknya nasib saya
semakin membaik tahun 2010 saya sudah lulus sertifikasi, walaupun saya belum menerima
tunjangan sertifikasi waktu itu saya memberanikan diri untuk mendaftar S-2 di Pascasarjana
UNIMED dan sampai sekarang saya sudah semester III jurusan Teknologi Pendidikan.
Langkah ini semua saya tempuh dengan tujuan akan menghasilkan perestasi kedepan
terutama untuk peningkatan karir, karena bagaimanapun saya atau kita semua yang
mempunya profesi guru harus bisa mempertanggung jawabkan apa yang sudah kita terima
dari pemerintah khususnya tunjangan profesi. Menjadi Guru Profesional adalah tanggung
jawab besar yang harus kita emban, guru profesional bukan sekedar simbol yang
dicantumkan dalam sertifikat pendidik, tetapi mutlak harus dipikul dan dilaksanakan.
Banyak hal yang membuat penulis kadang merasa pemerintah salah besar tidak
melakukan evaluasi tentang pemberian tunjangan profesi tersebut, begitu banyak guru yang
tidak layak disebut profesional. Permasalahannya tetap sama dengan sebelum dilaksanakan
sertifikasi guru yaitu ketidakmampuan guru untuk melaksanakan tugas pokok dan funsinya.
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Secara umum permasalahan dalam proses pembelajaran merupakan hal yang komlpleks,
Setiap masalah itu tentu dapat diselesaikan apabila kita bisa mencari solusi yang tepat,
seberapa tepatkah pendekatan mengajar yang dipakai oleh seorang guru, baik mengenai
dan lain-lain sehingga guru dapat disebut sebagai guru yang profesional.
Upaya – upaya apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru sehingga dapat
meningkatkan kemampuan dan sumber daya yang dibutuhkan dalam pencapaian prestasi
Dari latar belakang masalah yang disampaikan diatas masalah yang akan dibahas pada
makalah ini adalah bagaimana mengukur profesinal seorang guru, bagaimana menjadi
seorang guru yang berprestasi, teori apa yang harus digunakan untuk mencapai hal tersebut,
apa saja yang menjadi syarat menjadi guru yang profesional, apakah sebuah teori
B. RUMUSAN MASALAH
Dari pemaparan identifikasi masalah yang disampaikan diatas masalah yang akan
2. Upaya apa yang harus dilakukan seorang guru untuk menjadi seorang guru yang berprestasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MENGUKUR PROFESIONAL GURU
Tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan Guru adalah pekerjaan yang professional, sebab
itu diperlukan kemampuan. Kemampuan itu dapat dilihat pada kesanggupannya menjalankan
peran sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pegevaluasi
Sebagai wujut dari Reformasi Pendidikan, berbagai kebijakan dan inovasi pendidikan
dewasa ini diarahkan kepada peningkatan kualitas guru. Dalam rangka penigkatan kualitas
upaya sudah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta dalam usaha meningkatkan kualitas
Namun usaha-usaha tersebut belum sepenuhnyan berhasil bahkan masih jauh dari harapan.
Salah satu penyebabnya adalah setiap kegiatan seperti tersebut diatas pada umumnya hanya
bersifat teoritis yang belum tentu dapat diimplementasikan oleh seorang guru di dalam
kelasnya. Masih terlalu banyak masalah yang berkaitan dengan proses pembelejaran di dalam
kelas yang sampai saat ini belum terpecahkan. Implementasi antara teori dan praktek yang
dipelajari disetiap kegiatan pelatihan belum tentu dapat terlaksana dengan pelajaran yang
berbeda, di dalam kelas yang berbeda, dengan guru yang berbeda bahkan dengan sekolah
yang berbeda.
Salah satu usaha yang paling fenomenal saat ini adalah implementasi pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Yang bertujuan sebagai
usaha menigkatkan kualitas guru dan dosen dengan dasar bahwa fungsi, peran dan kedudukan
guru dan dosen sangat strategis dalam pembangunan nasional terutama dalam bidang
pendidikan. Usaha Peningkatan kualitas ini di ikuti dengan usaha peningkatan kesejahteraan
bagi guru dan dosen yang telah memperoleh sertifikat pendidik sebagai bukti formal yang
menyatakan pengakuan sebagai guru PROFESIONAL, dengan kata lain bahwa guru yang
tunjangan profesi ini dijelaskan pada Pasal 16 ayat (1) –(4) yang diatur melalui Perturan
Pemerintah Nomor 41 tahun 2009, dimana besarnya tunjangan adalah sebesar 1 ( satu ) kali
gaji pokok bagi pegawai negeri sipil, dan bagi guru dan dosen bukan pegawai negeri sipil
diberikan sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja, dan kualifikasi akademik yang
berlaku bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil. Dalam hal ini penghasilan guru yang sudah
memperoleh sertifikat pendidik terutama yang berstatus Pegawai Negeri Sipil sudah dapat
dikatakan cukup memadai, dimana guru yang sudah memperoleh Sertifikat rata-rata guru
yang sudah memiliki pengalaman kerja diatas 15 tahun ( Khusus Kota Medan ) gaji pokok
yang diterima rata-rata Rp. 2 juta perbulan, maka tunjangan yang diterima oleh guru yang
sudah memperoleh sertifikat rata-rata sebesar Rp. 2 juta artinya penghasilan guru ditambah
dengan tunjangan lainnya rata-rata Rp. 4 juta – Rp. 5 juta per bulan atau Rp. 150 Ribu per
hari. Mari kita renungkan Apa yang kita kerjakan sebagai seorang guru setaip sehari ?
Jangan dibandingkan !
Sertifikasi guru seyogyanya akan meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu
pendidikan secara umum. tapi pada kenyataannya mutu pendidikan kita masih rendah,
perubahan pada guru yang sudah memperoleh tunjangan profesi belum terlihat, Standar yang
seharusnya sesuai dengan yang diatur pada penentuan kelulusan sertifikasi baik melalui
Fortopolio maupun melalui Pendidikan dan Latihan belum tercapai secara maksimal. Standar
Penulis tidak dapat menghakimi guru dengan menyatakan bahwa masih banyak guru
Artinya tujuan pelaksanaan sertfikasi belum sepenuhnya dapat meningkatkan kualitas guru
dan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Atau paling tidak mari kita berobah dari
kesalahan-kesalahan kecil yang selama ini kita lakukan, misalnya datang terlambat, tidak
masuk kelas, hanya memberikan tugas lalu ngobrol dikantor, atau meniggalkan kelas karena
urusan pribadi yang dapat dikerjakan setelah pulang sekolah, tidak perduli dengan lingkungan
sekolah atau hal-hal lain kecil yang sangat berpengaruh besar kepada kualitas kita sebagai
guru.
Pada dasarnya peningkatan kualitas diri seorang guru harus menjadi tanggung jawab
diri pribadi, artinya usaha untuk memperbaiki kualitas diri sendiri terletak pada diri guru
sendiri, untuk itu diperlukan kesadaran untuk terus menerus menggali potensi dan menambah
pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan. Tidak dapat dipungkiri Era Globalisasi saat
ini memungkinkan kita sebagai guru akan mengalami suatu proses bahwa informasi yang
ingin kita sampaikan sudah terlebih dahulu diketahui oleh siswa, atau mungkin yang lebih
memalukan guru mengetahui informasi dari siswa. Berbeda dengan era-era sebelumnya
dimana guru adalah sumber informasi, sehingga kedudukan guru dimata siswa sangat tinggi
dan mulia, guru adalah seorang yang sangat pintar dan mengetahui segala hal. Proses
Globalisasi merupakan suatu keharusan yang tidak mungkin kita hindari karena Pendidikan
berkaitan erat dengan proses globalisasi itu sendiri. Untuk itu kita sebagai guru harus mampu
berwawasan global.
Prestasi Guru harus berorientasi kepada diri pribadi, mari terus berbenah diri,
laksanakan tugas dengan baik, layani anak didik seperti melayani anak sendiri, Jangan
menyerah untuk terus menerus meningkatkan pengetahuan dan kemammpuan, kesadaran dan
kemauan adalah kuncinya, materi ( uang ) tidak bisa merobah apapun, tapi jadikanlah materi
( uang ) tersebut sebagai alat untuk menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat bermanfaat
dan mendapat berkah dari Yang Maha Mengetahui, artinya seperti dijelaskan diatas bahwa
tujuan utama pemberian sertifikat guru adalah pengakuan bahwa pekerjaan guru merupakan
sebuah profesi, dimana segala kegiatan dalam menjalankan tugas profesi tersebut
membutuhkan tanggung jawab besar karena apabila salah maka akan menyebabkan resiko
yang fatal. Sebagai contoh seseorang yang berprofesi dokter, bayangkan bagaimana jika
salah mengambil tindakan, Hakim apabila salah mengambil keputusan akan sangat beresiko
tinggi. Mungkin kalau dokter akan langsung dapat melihat langsung akibat dari kesalahannya
mengambil tindakan kemungkinan paling besar pasien yang ditanganinya akan meninggal
dunia. Resiko profesi guru sebenarnya jauh lebih berbahaya dari seorang dokter, guru apabila
melakukan tindakan yang salah memang tidak melihat langsung dampaknya, karena tindakan
seorang guru merupakan sebuah tindakan proses yang akan berdampak pada masa depan
siswanya, dan itu tidak satu orang melainkan ratusan generasi yang duduk didalam kelas.
Proses tindakan salah yang dilakukan oleh seorang guru akan terus menerus berlangsung dan
akan tertanam didalam diri siswa selama guru tersebut masih masuk keruang kelas.
beberapa guru berprestasi tingkat nasional yang penulis kenal, semuanya merupakan sosok
guru yang baik rajin, menguasai mata pelajaran yang diampu, mampu menguasai metodologi
positif dalam membimbing siswa dan mampu memberikan motivasi dan harapan riil terhadap
siswa. Keperdulian terhadap sekolah dan anak didik menjadi kunci utama menjadi seorang
guru yang berprestasi, selain itu harus menguasi kompetensi yang telah ditetapkan berupa
sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai instructional leader, yaitu: (1)
memiliki kepribadian ideal sebagai guru; (2) penguasaan landasan pendidikan; (3)menguasai
hasil dan proses belajar mengajar; (7)kemampuan menyelenggarakan program bimbingan; (8)
teman sejawat dan masyarakat; dan (10) kemampuan menyelenggarakan penelitian sederhana
Pada dasarnya peningkatan kompetensi diri seorang guru harus menjadi tanggung
jawab diri pribadi, artinya usaha untuk memperbaiki kompetensi diri sendiri terletak pada diri
guru sendiri, untuk itu diperlukan kesadaran untuk terus menerus menggali potensi dan
menambah pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan. Tidak dapat dipungkiri Era
Globalisasi saat ini memungkinkan kita sebagai guru akan mengalami suatu proses bahwa
informasi yang ingin kita sampaikan sudah terlebih dahulu diketahui oleh siswa, atau
mungkin yang lebih memalukan guru mengetahui informasi dari siswa. Berbeda dengan era-
era sebelumnya dimana guru adalah sumber informasi, sehingga kedudukan guru dimata
siswa sangat tinggi dan mulia, guru adalah seorang yang sangat pintar dan mengetahui segala
hal. Proses Globalisasi merupakan suatu keharusan yang tidak mungkin kita hindari karena
Pendidikan berkaitan erat dengan proses globalisasi itu sendiri. Untuk itu kita sebagai guru
harus mampu mengembangkan potensi sehingga kita dapat mengikuti terciptanya pendidikan
Sebelum menentukan kelayakan seorang guru disebut berprestasi mungkin kita perlu
memahami bagaimana seseorang dapat mencapai prestasi. Menurut sebagian besar orang
mungkin prestasi itu adalah sebuah tujuan yang harus dicapai, tapi bagi saya pribadi prestasi
itu adalah sebuah proses yang dilalui berhasil atau tidak, sukses ataupun tidak.
Jika dikaitkan dengan profesi guru, prestasi berarti proses seorang guru dalam
maka dengan sendirinya guru tersebut sudah berprestasi, atau mungkin disuatu waktu ketika
seseorang yang sudah berhasil mendatangi gurunya lalu mengaku bahwa sesorang tersebut
adalah muridnya, maka itulah prestasi yang seutuhnya. Dengan kata lain bahwa guru
Untuk mencapai hal itu bukan pekerjaan yang mudah, penulis memiliki konsep dimana
guru harus mampu menjadi sosok seorang KPK (kepribadian, prilaku dan karakter)
1. Kepribadian ( berkepribadian )
Kepribadian, 2010). Kepribadian biasanya mengacu pada apa yang unik mengenai seseorang,
Teori kepribadian lain yang berpengaruh berasal dari teori behaviorisme. Pandangan ini,
diwakili oleh para pemikir seperti psikolog Amerika BF Skinner, memberikan penekanan
utama pada belajar. Skiner memandang perilaku manusia terutama ditentukan oleh
Dari teori tersebut diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa guru yang berprestasi adalah
guru yang disenangi murid-muridnya karena menanamkan pola pemikiran positif kepada
siswa dengan memberikan hadiah berupa perhatian, pujian, dan semangat untuk terus
menerus belajar.
2. Prilaku
Prilaku merupakan hasil dari produk intelegensi seseorang . Mengandung arti
kemampuan dari seseorang untuk bertindak dengan penuh tujuan, berfikir rasional dan
Bertindak dengan penuh tujuan mengandung arti prilaku harus mempunyai arah dan tujuan
tertentu, yakni ia harus mempunyai motif. Banyak dari kita bertindak tidak dengan tujuan
yang jelas. Mengikuti irama atau keinginan orang lain sehingga tidak menimbulkan pikiran
Berfikir rasional mengandung pengertian rasio dan pemahaman penting agar tercipta cara
berfikir yang positif, jika kita memiliki fikiran positif tentang diri kita sendiri hal itu akan
membantu kita mengembangkan kita berfikir rasional sehingga membantu kita dalam
Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk selalu berpikiran positif, berbuatlah sedaya mampu
kita, jangan hanya jadi penonton atau sekali-kali hanya menyalahkan apa yang dilakukan
orang lain. Dalam hal ini penerapan prilaku harus dimulai dari diri pribadi guru itu sendiri.
Sebagai contoh guru ingin menerapkan disiplin kepada siswa, maka kita sebagai guru yang
harus lebih dulu disiplin, artinya berilah contoh sebelum menyuruh siswa.
3. Karakter
Kata "karakter" berasal dari kata Yunani: charaktêr. Semula digunakan tanda terkesan
atas koin. Ada pula yang memaknai karakter berarti “to mark” atau menandai dan
tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya
dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah
Dalam hal ini penerapan budaya malu sangat tepat, artinya menerapkan budaya malu jika
tidak melakukan sesuatu yang baik misalnya malu karena orang lain cepat datang, malu
karena orang lain berhasil, atau mungkin malu karena siswa lebih pintar internet, dll. Dengan
menerapkan budaya malu pada diri sendiri akan membuat kita berfikir rasional sehingga
Dalam banyak kesempatan, penulis sering mengamati bahwa ternyata guru yang
disenangi oleh murid-murid adalah seorang guru yang menyenangkan. Seorang guru yang
sebagai berikut:
Dalam hal ini, penulis berusaha untuk bisa mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan anak
didik berikut alasan atau sebab-sebabnya. Dengan demikian, kita bisa memahami apa yang
Sebaliknya, guru yang tidak bisa memahami kebutuhan anak didiknya biasanya bersikap
kaku dan tak mengenal kompromi. Ia merasa sebagai orang paling dewasa dari seluruh anak
didiknya dan oleh karenanya harus selalu diikuti keinginan, pendapat, dan perintahnya. Guru
yang semacam ini akan cenderung menjadi otoriter dan sudah barang tentu tidak disenangi
b. Memberikan Penghargaan
Penghargaan yang dimaksudkan di sini tidak harus bermakna penghargaan yang berupa
materi atau pemberian hadiah berupa barang. Penghargaan juga bisa diberikan hanya dengan
kata-kata yang bermakna positif dan menyenangkan. Misalnya, pada saat seorang anak didik
kamu bisa menyelesaikannya dengan baik.” Sudah tentu, sang anak akan merasa senang
Sebaliknya, apabila seorang anak didik telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya, seorang
guru berkomentar sebaliknya, “Mengerjakan begitu saja lama sekali, padahal ini sebenarnya
sangat mudah.” Mendengar komentar dari sang guru, sudah tentu murid yang dimaksud tidak
Mengedepankan sikap yang lembut jauh lebih bermanfaat daripada memberikan reaksi
spontan dan kemarahan kepada anak didik yang melakukan kesalahan. Anak-anak yang
didekati dengan kemarahan biasanya akan sulit benar-benar berhenti dari perbuatan tidak
baiknya. Jika memang berhenti, biasanya tidak berangkat dari kesadarannya, melainkan
karena dimarahi oleh gurunya. Berbeda sekali dengan anak yang diajak berbicara baik-baik,
ia merasakan ada perhatian dari gurunya. Padahal, sudah menjadi sifat dasar setiap manusia
jika diperhatikan akan merasa senang hatinya. Di sinilah sesungguhnya menjadi penting bagi
seorang guru untuk dapat mengontrol emosi dengan baik agar para muridnya merasa senang,
Tidak menjaga jarak yang dimaksudkan di sini adalah sengaja mendekatkan diri dengan anak
didiknya untuk membangun keakraban. Sebab, tidak sedikit guru yang dengan alasan
menjaga wibawa maka tidak mau dekat-dekat dengan anak didiknya. Atau, kalau dalam
Tidak menjaga jarak dengan anak didik bukan berarti seorang guru tidak profesional lagi
dalam proses belajar mengajar. Dalam urusan yang satu ini, guru memang harus tetap tampil
sebagai seorang yang mengelola proses belajar mengajar bersama murid-muridnya. Meskipun
pengelola dalam proses belajar di kelas atau bahkan di luar kelas, seorang guru yang dicintai
anak didiknya biasanya tetap bersahaja, tidak angkuh, atau merasa paling pintar sendiri. Ia
mempunyai kepribadian yang terbuka, bisa menerima saran, atau bahkan kritik. Seorang guru
yang demikian biasanya pula tidak pelit untuk mengucapkan mohon maaf dan terima kasih
Bagi saya mengajar adalah suatu seni. Seni adalah ungkapan perasaan yang diekpresikan
melalui karya. Guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa mengajar di mana saja
adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya melupakan kelelahan. selain itu
guru juga dapat mempengaruhi muridnya melalui kepribadiannya. Prestasi Guru harus
berorientasi kepada diri pribadi, mari terus berbenah diri, laksanakan tugas dengan baik,
layani anak didik seperti melayani anak sendiri, Jangan menyerah untuk terus menerus
materi ( uang ) tidak bisa merobah apapun, tapi jadikanlah materi ( uang ) tersebut sebagai
alat untuk menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat bermanfaat dan mendapat berkah dari
Yang Maha Mengetahui, artinya seperti dijelaskan diatas bahwa tujuan utama pemberian
sertifikat guru adalah pengakuan bahwa pekerjaan guru merupakan sebuah profesi, dimana
segala kegiatan dalam menjalankan tugas profesi tersebut membutuhkan tanggung jawab
besar karena apabila salah maka akan menyebabkan resiko yang fatal. Sebagai contoh
seseorang yang berprofesi dokter, bayangkan bagaimana jika salah mengambil tindakan,
Hakim apabila salah mengambil keputusan akan sangat beresiko tinggi. Mungkin kalau
dokter akan langsung dapat melihat langsung akibat dari kesalahannya mengambil tindakan
kemungkinan paling besar pasien yang ditanganinya akan meninggal dunia. Resiko profesi
guru sebenarnya jauh lebih berbahaya dari seorang dokter, guru apabila melakukan tindakan
yang salah memang tidak melihat langsung dampaknya, karena tindakan seorang guru
merupakan sebuah tindakan proses yang akan berdampak pada masa depan siswanya, dan itu
tidak satu orang melainkan ratusan generasi yang duduk didalam kelas. Proses tindakan salah
yang dilakukan oleh seorang guru akan terus menerus berlangsung dan akan tertanam
didalam diri siswa selama guru tersebut masih masuk keruang kelas.
Prinsip inilah yang menjadi pemicu saya untuk terus menerus meningkatkan prestasi
saya sebagai guru, prestasi sekolah, dan prestasi siswa secara khusus.
1. Riwayat Pendidikan
Tahun 1995 saya masuk program D3 jurusan Seni Rupa IKIP Medan
Tahun 1995 awal karir saya sebagai guru di SMP Negeri 14 Padang Sidempuan Timur.
Tahun 1998 karena loyalitas saya terhadap pekerjaan dan kepada kepala sekolah saya diajak
Tahun 2010 melanjutkan pendidikan ke S-2 UNIMED dan sampai sekarang masih duduk di
semester ke III.
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa prestasi guru tidak terlepas dari apa yang sudah
dilakukan untuk kemajuan siswa secara khusus dan kemajuan sekolah secara umum.
Upaya-upaya yang sudah saya lakukan mencapai prestasi tersebut antara lain :
DINAS PENDIDIKAN
o. DIKLAT MGMP Seni MEDAN 40 Jam
KOTA MEDAN
Budaya
q. Diklat
DINAS PENDIDIKAN
Penelitian Tindakan Kelas MEDAN 40 Jam
KOTA MEDAN
(PTK)
Whrkshop, Seminar Dan Pameran
r. MEDAN 2 Hari UNIMED
Seni Nasional
Workshop Nasional Kaya Tulis GP.TENDIK INDONESIA/
s. MEDAN 1 Hari
Ilmiah UNIMED
Whorkshop Kurikulum Etika DINAS PENDIDIKAN
t. MEDAN 32 Jam
Berlalulintas PROPINSI SUMUT
Dari berbagai kegiatan diklat tersebut yang paling saya anggap prestasi tertinggi saya
adalah pendidikan pelatihan Pendidikan Seni Nusantara yang dilaksanakan oleh lembaga
Pendidikan Seni Nusantara bekerja sama dengan Ford Fondation, dimana dalam pelatihan ini
guru dijadikan piloting untuk ujicoba kurikulum KBK, dan guru yang dianggap berhasil akan
dilatih dalam TOT untuk menjadi pelatih / instruktur, dan saya mendapatkan sertifikat
b. Prestasi Akademik
Lomba Dan Karya Akademik
Prestasi Mengikuti Lomba Dan Karya Akademik Yang Meliputi :
Nama
No. Waktu Pelaksanaan Tingkat Penyelenggara
Lomba/Kejuaraan
1) Pemilihahan Guru 28-30 Nop 2007 Kota Medan Dinas Pendidikan
Berprestasi
2) Juara III Pemilihahan 03-05 Nop 2008 Kota Medan Dinas Pendidikan
Guru Berprestasi
c. Karya Monomental
Karya Monumental yang pernah saya buat
Wilayah Pengguna/
Nama /Jenis Bulan/Tahun
No. Kebermanfaatan/
Karya Dihasilkan
Sosialisasi
Mgmp
5) Instruktur
Pendidikan Kesenian Smp Negeri 27 Medan
6)
Mgmp
Instruktur Smp Negeri 27 Medan
Pendidikan Kesenian
e. Pembimbingan Siswa
siswa, saya berusaha membimbing siswa untuk mengikuti lomba yang sesuai dengan bidang
yang saya ampu yaitu seni budaya dan melalui ekstrakurikuler. Dari usaha tersebut saya
- Karya Tulis
Karya Tulis Yang Berupa Buku, Artikel (Jurnal/Majalah/ Koran), Modul, Dan Buku Dicetak
Lokal.
Tahun
No. Judul Jenis *) Penerbit
Terbit
1) Kerajinan Tangan & Kesenian 1 Buku Mitra Medan 2003
2) Kerajinan Tangan & Kesenian 2 Buku Mitra Medan 2003
3) Kerajinan Tangan & Kesenian 3 Buku Mitra Medan 2003
4) Lembar Kerja Siswa Tekstil Lks Mgmp 2006
5) Buku Latihan Kreatifitas Tekstil Buku Mgmp 2007
6) Materi Lat. Praktek Seni Rupa Lks Mgmp 2009
7) Buku Materi Seni Rupa Buku Cv. Binawah Medan 2010
8) Koleksi Karya Siswa Buku Kal.Sendiri 2011
a. Penelitian
Pernah Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Atau Penelitian Yang Mendukung Peningkatan
Pembelajaran Dan Atau Profesional Guru
Sumber Status (Ketua/Anggota)
No. Judul Tahun
Dana
SUMBER STATUS
NO JENIS MEDIA/ALAT TAHUN
DANA (KETUA/ANGGOTA)
REPLIKA ALAT MUSIK GONG
1) DENGAN BAHAN BUBUR 2004 PRIBADI KETUA
KERTAS
2) ALAT PERAGA LEMBAR BALIK 2006 BOS KETUA
TENTANG TEORI WARNA
3) ALAT PERAGA PEMANFAATAN 2007 BOS KETUA
BOTOL / KALENG BEKAS
4) ALAT PERAGA PRAKTEK 2007 BOS KETUA
BATIK
5) CONTOH – CONTOH SULAMAN 2008 PRIBADI KETUA
NAMA SEKOLAH
NO. JABATAN TAHUN
10) PANITIA LES TAMBAHAN 2007 S/D 2012 SMP Negeri 13 Medan
11) PANITIA PERPISAHAN 2005 S/D 2011 SMP Negeri 13 Medan
12) PANITIA HUT RI 2007 S/D 2011 SMP Negeri 13 Medan
13) PANITIA MAULID 2009 S/D 2011 SMP Negeri 13 Medan
PEMBERI
NO. JENIS PENGHARGAAN TINGKAT *) TAHUN
PENGHARGAAN
j. Pengalaman Organisasi
BAB III
KESIMPULAN
jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah
profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Menjadi profesional, berarti menjadi ahli
dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya.
Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan
hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam
perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan
antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.
Menjadi profesional adalah Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan
distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak
dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru. Kalau mengacu pada
konsep pembahasan di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas,
menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian seorang guru seperti ilmuwan
yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa. Menjadi
guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam
mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai.
Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina,
mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak
didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan