Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum ke-5 Tanggal : 8 Desember 2018

Teknik Karantina Pertanian Dosen : Drh Apris Beniawan

Drh Ika Suharti

Drh Tetty Barunawati S, MSi

Asisten : Nadia Aulia Putri, AMd

Agarose Gel Precipitation Test (AGPT)


Kelompok 1/P1

Nama NIM Ttd

Adam Dwi Pangestu J3P116001

Natasya Amalia Agustine J3P116047

Nurul Oktaviani J3P116053

Trian Gustiana Nuriman J3P116067

Ramadanti Putri Herlambang J3P216107

Faris Nurohman J3P216089

Rizky Yasodiputra J3P216108

PROGRAM STUDI PARAMEDIK VETERINER


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium merupakan salah satu komponen penting yang berperanan dalam


pelaksanaan tindakan karantina khsusnya Pemeriksaan. Peranan penting tersebut
sudah semestinya mendapat perhatian lebih serius dari para pemangku kebijakan
sehingga akan terwujud pemahaman yang benar tentang posisi, peran dan
pengembangan laboratorium Karantina Pertanian. Dengan terwujudnya
pemahaman yang benar sebagaimana dimaksud di atas, diharapkan akan memberi
dampak positif terhadap arah pengembangan laboratorium Karantina Pertanian ke
depan untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang (Karantina
Pertanian 2017).
Salah satu prasyarat penting dalam pengembangan laboratorium Karantina
Pertanian adalah menentukan dan memahami target yang ingin dicapai
dihubungkan dengan keadaan yang ada pada saat ini sehingga akan memudahkan
penentuan langkah dan tahapan yang hendak dikerjakan. Dalam rangka hal tersebut
diperlukan tindakan evaluasi terhadap laboratorium (Karantina Pertanian 2017).
Evaluasi Laboratorium Karantina Pertanian dilakukan dengan mengumpulkan
informasi mengenai konsekuensi risiko atas lalulintas Media Pembawa di suatu
tempat pemasukan dan pengeluaran serta kapasitas laboratorium yang diperlukan
dibandingkan dengan kondisi laboratorium yang ada di Unit Pelaksana Teknis.
Dengan melakukan perbandingan tersebut diharapkan dapat digunakan untuk
mengetahui kapasitas ideal laboratorium yang diperlukan, tindakan koreksi yang
diperlukan terhadap laboratorium yang tersedia serta dapat menentukan skala
prioritas untuk penguatan laboratorium (Karantina Pertanian 2017).
Dengan memperhatikan hal tersebut, Badan Karantina Pertanian memandang
perlu menyusun pedoman Evaluasi Laboratorium dalam rangka mengukur dan
mengetahui sejauh mana kesesuaian kondisi laboratorium di Unit Pelaksana Teknis
terhadap kriteria yang ada dalam Pedoman Pengembangan Laboratorium Badan
Karantina Pertanian (Karantina Pertanian 2017).
Berdasarkan mekanisme yang dilakukan Badan Karantina dalam salah satu
tindakan pemeriksaan, yaitu uji serologis. Salah satu uji serologis yang dilakukan
yaitu Agarose Gel Precipitation Test (AGPT).

1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan praktikum ini adalah mahasiswa dapat menguraikan salah
satu uji selorogis Agarose Gel Precipitation Test (AGPT).
26

2 METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilakukan di Klinik Hewan IPB. Waktu praktikum yaitu hari
Sabtu, 8 Desember 2018 pukul 08.00 – 12.00 WIB.

3 PEMBAHASAN

Pemeriksaan kesehatan atas hewan, bahan asal hewan atau hasil bahan asal
hewan dilaksanakan pada siang hari (antara terbit dan terbenamnya matahari)
kecuali dalam keadaan tertentu menurut pertimbangan Dokter Hewan Karantina
dapat dilaksanakan pada malam hari. Untuk memperkuat hasil pemeriksaan dapat
dilakukan uji diagnostik yang diperlukan di laboratorium karantina atau di
laboratorium lain yang terdekat atas permintaan Dokter Hewan Karantina. Salah
satu uji yang dilakukan di laboratorium karantina adalah Agarose Gel Precipitation
Test (AGPT) (Kepmentan 1988).

Uji serologis adalah pengujian yang menggunakan serum sebagai sampel.


Prinsip utama uji serologis adalah mereaksikan antibodi dengan antigen yang
sesuai. Antibodi adalah zat kekebalan yang dilepaskan oleh sel darah putih untuk
mengenali serta menetralisir antigen (bibit penyakit baik virus maupun bakteri)
yang ada dalam tubuh (Medion 2009). Agarose Gel Precipitation Test (AGPT)
merupakan salah satu teknik immunodifusi yang bertujuan untuk menganalisis
secara kualitatif dan kuantitatif keberadaan antibodi atau titer antibodi. Antigen
yang diletakkan pada lubang di bagian tengah akan berdifusi di sekitarnya, begitu
pula dengan antibodi yang diletakkan pada lubang di sekelilingnya. Antibodi
yang digunakan akan berdifusi melalui gel agarose menuju antigen. Jika
homolog maka akan terbentuk garis presipitasi pada daerah gel agarose di antara
antigen dengan antibodi (Wibawan et al. 2009).

Uji presipitasi menggunakan metode yang dilakukan oleh Wood et al (1979)


dan Castello (1987) dalam Okwor et al (2011). Bahan untuk AGPT terdiri atas
Phosphate Buffer Saline (PBS) dengan pH 7,4, aquades, agarose 1%, dan Na azide
0,001%. Campuran tersebut dipanaskan dengan hot plate sampai agar larut dan
mendidih. Larutan Agar gel kemudian dituang sebanyak 5 ml diatas gelas objek
hingga seluruh permukaan gelas objek tertutup dan dibiarkan hingga mengeras.
Agar gel yang telah mengeras dilubangi menggunakan gel puncher. Lubang pada
bagian tengah diisi dengan antigen dan enam lubang disekelilingnya diisi dengan
serum antibodi dari kelinci (Wibawan et al 2009). Agar disimpan dalam wadah
tertutup yang telah dialasi tissue basah untuk menjaga kelembaban dan
diinkubasikan selama 24 hingga 48 jam pada suhu ruang.
Kelebihan metode ini adalah dapat diaplikasikan untuk berbagai macam
mikroba. Di bidang perunggasan, uji ini sering digunakan untuk mendeteksi IB, ILT
dan fowl adenovirus (FAV) atau inclusion body hepatitis (IBH). Walaupun uji ini
kurang peka dibandingkan dengan uji pengikatan primer, namun relatif mudah
dilakukan (Anonim 2010). Uji ini menggunakan selapis media agar yang dilubangi.
Kemudian kedalam sumur-sumur tersebut masing-masing diisi dengan antigen dan
serum atau kuning telur yang mengandung antibodi pereaksi. Antigen dan antibodi
akan merembes, berdifusi disekitar sumur secara radial. Apabila antigen bereaksi
dengan antibodi spesifik, akan terbentuk kompleks antigen antibodi yang besar
sehingga kompleks mengendap dan terjadi presipitasi yang membentuk garis putih
(homolog). Garis presipitasi yang terbentuk dapat terlihat seperti pada gambar 1.
Tetapi bila tidak ada kesesuaian antara antigen dan antibodi, maka garis presipitasi
tidak akan terbentuk (heterolog). Jika positif akan terlihat garis putih yang terletak
di antara antigen dan antibodi begitu pun sebaliknya (Medion 2009). Antibodi
umumnya adalah bivalen dan karenanya hanya mampu berikatan silang dengan dua
determinan antigen dalam satu waktu, tetapi antigen umumnya bersifat multivalen
yang mempunyai determinan antigen yang relatif sangat besar (Tizard 1988).

Gambar 1 Terbentuknya garis putih (garis presipitat) mengelilingi lubang


menunjukkan hasil positif (Medion 2009)

Perbandingan antigen dengan antibodi merupakan faktor penting dalam reaksi


presipitasi. Pembentukan presipitat terjadi apabila antara konsentrasi antigen dan
antibodi tercapai keseimbangan. Kondisi antigen berlebihan akan mengakibatkan
melarutnya kembali komplek yang terbentuk, sedangkan antibodi berlebihan
mengakibatkan komplek antigen-antibodi tetap ada dalam larutan. Hal pertama
disebut postzone effect dan yang kedua disebut prozone effect (Anonim 2010).
Metode uji serologis ini termasuk metode yang sederhana untuk mendeteksi
antibodi terhadap berbagai virus berdasarkan reaksi positif (+) atau negatif (-)
(Medion 2008). Reaksi positif ditandai dengan adanya garis presipitasi antara serum
dan antigen homolog.
28

4 Simpulan

Agarose Gel Precipitation Test (AGPT) merupakan salah satu teknik


immunodifusi yang bertujuan untuk menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif
keberadaan antibodi atau titer antibodi. Hasil positif pada uji AGPT ditunjukkan
dengan terbentuknya garis putih (homolog). Uji ini sering digunakan untuk bidang
perunggasan, mendeteksi IB, ILT dan fowl adenovirus (FAV) atau inclusion body
hepatitis (IBH).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Uji-Uji Serologis. Bagian Mikrobiologi Medik Departemen Ilmu


Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Institut Pertanian
Bogor.
Badan Karantina Pertanian. 2017. Pedoman Evaluasi Laboratorium Karantina
Pertanian. Pusat Karantina Pertanian. Kementrian Pertanian.
Keputusan Menteri Pertanian nomor 442 tahun 1988 tentang Peraturan Karantina
Hewan. [Internet]. [Diunduh 2018 Des 7]. Tersedia pada: www.investasi-
perizinan.ntbprov.go.id.
Medion. 2008. Metode Uji Serologis. [Internet]. [Diakses 2018 Des 6]. Tersedia
pada: http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/pengobatanvaksinasi/
metode-uji-serologis/2-pengobatan-a-vaksinasi/74- artikel- uji- serologis.
Medion. 2009. Uji Serologis sebagai pendukung diagnosa penyakit. [Internet].
[Diakses 2018 Des 6]. Tersedia pada: http://info.medion.co.id/index.php
/artikel/layer/pengobatan-avaksinasi/serologis-pendukung-diagnosa.
Okwor, EC. D.C. EZe, K.E. Okonwo, and J.O. Ibu. 2011. Comparative evaluation
of agar gel precipitation test (AGPT) and indirect haemagglutination test (IHA)
for the detection of antibodies against infectious bursal disease (IBD) virus in
village chickens. African Journal Of Biotechnology. 10(71):16024-16027.
Tizard. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Hardjosworo Soehardjo,
Partodiredjo M, penerjemah; Surabaya : Airlangga University Press.
Terjemahan dari: An Introduction to Veterinary Immunology.
Wibawan IWT, S Murtini, RD Soejoedono, dan IGNK Mahardika. 2009. Produksi
IgY Antivirus Avian Influenza H5N1dan Prospek Pemanfaatannya dalam
Pengebalan Pasif. Jurnal Veteriner 10(3): 118–124.

Anda mungkin juga menyukai