2006-02-Pengumpulan Data Geoteknik PDF
2006-02-Pengumpulan Data Geoteknik PDF
PELATIHAN
AHLI PELAKSANA GEOTEKNIK
KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
(GEOTECHNICAL ENGINEER WRD)
KATA PENGANTAR
Laporan UNDP tentang : Human Development Index (HDI) tertuang dalam Human
Development Report, 2004, mencantumkan Indeks Pengembangan SDM Indonesia pada
urutan 111, satu tingkat di atas Vietnam urutan 112 dan jauh di bawah dari Negara-
negara ASEAN terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25, dan Australia urutan
3, merupakan sebuah gambaran kondisi pengembangan SDM kita.
Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai
modal untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan
SDM paling tidak setara dengan Negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era
globalisasi.
Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat
pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain :
UU. No. 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
UU. No. 7 Tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air menetapkan pada Pasal 71 Ayat 1
dan 2 bahwa :
- (1) Menteri yang membidangi sumber daya air dan menteri yang terkait dengan
bidang sumber daya air menetapkan standar pendidikan khusus dalam bidang
sumber daya air
i
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
(2) Penyelenggaraan pendidikan bidang sumber daya air dapat dilaksanakan, baik
oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta sesuai dengan standar
pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Modul Pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat penting karena
menyentuh langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk
mencapai tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarisasi jabatan
kerja yang kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latih Kompetensi) yang sudah disepakati dalam
suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya
disusun oleh Tim Penyusun/tenaga professional dalam bidangnya masing-masing,
merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih, dan meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang
dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan
dan peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi agar menjadi kompeten dalam
melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya.
Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga
cita-cita peningkatan kualitas SDM khususnya di bidang jasa konstruksi dapat terwujud.
Kepala Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
ii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
PRAKATA
Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan
tenaga ahli / trampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan
serta penguasaan teknologi.
Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode
kerja dan lain-lain.
Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik untuk bidang
pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air maupun untuk pekerjaan
dibidang bangunan gedung.
Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus tiga puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli
Pelaksana Geoteknik merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk
disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam
pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam Geoteknik konstruksi bidang sumber daya
air.
Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Pelaksana Geoteknik ini terdiri dari 8 (delapan)
modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih tenaga
kerja menjadi Ahli Pelaksana Geoteknik.
Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan
khususnya untuk modul Pengumpulan Data Geoteknik pekerjaan konstruksi Sumber
Daya Air.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan
masukkan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
Tim Penyusun
iii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
LEMBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu menyiapkan perencanaan dan penyelidikan Geoteknik sebelum pelaksanaan
konstruksi untuk mendukung perencanaan teknis pekerjaan konstruksi Sumber Daya
Air.
iv
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
v
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Satuan Morfologi Daerah Rencana Bendungan dan Sekitarnya 4-7
Gambar 4.2 Peta Geologi Daerah Penyelidikan dan Daerah Genangan ............... 4-8
Gambar 4.3 Peta Lokasi Borrow Area dan Quarry ................................................. 4-9
Gambar 4.4 Peta Lokasi Borrow Area ................................................................... 4-10
Gambar 4.5 Peta Situasi Borrow Area .................................................................. 4-11
Gambar 4.6 Peta Geologi Quarry Peterongan ....................................................... 4-12
vi
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
DAFTAR TABEL
vii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Pelaksana Geotenik
dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
didalamnya telah ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria
unjuk kerja, sehingga dalam Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik, unit-unit kompetensi
tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
viii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
DAFTAR MODUL
Perencanaan Penyelidikan
Geologi Teknik dan Mekanika
4. GTE - 04 Membuat Perencanaan
Tanah untuk Perencanaan Teknis 4.
Penyelidikan Geoteknik
Konstruksi Sumber Daya Air
(SDA)
Melakukan Pengendalian
5. GTE - 05 Pengendalian Pelaksanaan
5. Pekerjaan Penyelidikan
Penyelidikan Geoteknik
Geoteknik
ix
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
PANDUAN PEMBELAJARAN
x
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
xi
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
1. PEMBUKAAN
Menjelaskan Tujuan Mengikuti penjelasan OHT1,2,3,4
Pembelajaran Umum dan instruktur TPU dan TPK
Tujuan Pembelajaran Khusus dengan tekun dan aktif
(TPU & TPK) Mengajukan pertanyaan
Memotivasi dan merangsang jika perlu
peserta dengan pertanyaan
atau pengalamannya tentang
pengumpulan data geoteknik
Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan, lembar
tujuan
2. Ceramah : Pendahuluan
OHT5,6
Mengikuti penjelasan
Sifat-sifat tanah / batuan instruktur dengan tekun
Pengaruh air terhadap sifat- dan aktif
sifat tanah / batuan Mencatat hal-hal yang
Pengenalan batuan dianggap perlu
Mengajukan pertanyaan
Waktu : 10 menit bila belum jelas
Bahan : Materi serahan
(Bab 1)
xii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
4. Ceramah : Topografi
Mengikuti penjelasan OHT9,10
Pemetaan Udara instruktur dengan seksama
- Digunakan untuk memeriksa Mencatat hal-hal yang
apakah pemetaan topografi belum jelas
sudah benar atau menyimpang
Tanya jawab / diskusi
- Foto-foto diambil dari udara berdasarkan pengalaman
dengan kecepatan tinggi, peserta di lapangan
membuat gambar saling
menutup (overlap) 60 %
Pemetaan Topografi
- Semua bangunan, saluran
besar, saluran kecil, jalan
besar, jalan kecil, titik tetap,
saluran listrik, jalan kereta api,
desa, jembatan, dan lain-lain
harus ada dalam gambar.
Waktu : 30 menit
Bahan : Materi serahan (Bab 3)
xiii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
MATERI SERAHAN
xiv
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
BAB 1
PENDAHULUAN
Untuk memperoleh struktur yang kokoh dan kuat perlu dipelajari pengumpulan data
terdahulu untuk mendukung perencanaan struktur tersebut. Mekanika tanah atau juga
disebut geoteknik adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat-sifat dan
perilaku tanah sebagai bahan konstruksi (construction material). Prinsip-prinsipnya
meliputi aplikasi dari problema-problema yang bervariasi dalam geofisik dan proses
bahan.
Beton dan baja sebagai bahan konstruksi diperoleh setelah diproses oleh manusia
terlebih dahulu sehingga sifat-sifat dan perilakunya relatif tetap. Lain halnya dengan tanah
sebagai bahan konstruksi dan sebagai bahan pondasi adalah diperoleh langsung dalam
alam tanpa diproses terlebih dahulu.
Sebagai bahan konstruksi alam tanah/ batuan memiliki sifat-sifat fisik yang bervariasi dan
yang kebanyakan tidak tetap.
Sifat fisik dari tanah/ batuan selain tergantung dari latar belakang terbentuknya lapisan-
lapisan tanah atau batuan di dalam bumi tersebut dan oleh beberapa faktor yang
diperolehnya dari atmosfir, genangan banjir dan pelapukan batuan secara alamiah.
Kesulitan lain yang dihadapi tanah sebagai bahan konstruksi adalah sifat-sifat tanah/
batuan di lapangan dapat bervariasi meskipun dalam jarak yang pendek. Karena itu,
kadar air dan pengaruh kimiawi di dalam tanah dipandang sebagai salah satu faktor yang
menentukan sifat dan perilaku tanah dan batuan. Air mempunyai pengaruh pula terhadap
daya dukung tanah (bearing capacity) karena dapat merubah keadaan plastis ke elastis.
Tanah yang dapat berkembang dan menyusut sudah tentu mempunyai pengaruh besar
terhadap struktur di atasnya maupun tanah itu sendiri sebagai strukturnya. Terjadinya
keruntuhan pada lereng alam maupun timbunan tanah yang dibuat manusia, disebabkan
karena tanah kehilangan kekuatan geser tanah disebabkan air di dalam tanah
1-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
menimbulkan tegangan air pori (pore water pressure) di dalam tanah yang mengurangi
besarnya tegangan efektif.
1-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
RANGKUMAN
1-3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
LATIHAN
1-4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
BAB 2
DATA GEOTEKNIK
2 -1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
Tabel 2.1
Data Hasil Pemboran Terdahulu
2 -2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
3. Bangunan Pelimpah
Pemboran inti dan permeability test
setiap interval 3 m
DH – 10; DH – 17; DH – 18 68 m 1976/ 1977 DPMA
4. Observation Wells
Pemboran inti permeability test
setiap interval 3 m
DH – 21 (right bank)
DH – 22 (left bank)
DH – 23 (left bank) 160 m 1977/ 1978 DPMA
5. Power plant
Pemboran inti DH – 16 12 m 1976/ 1977 DPMA
6. Quarry site
Pemboran inti
DH – 24 – 29 33 m 1976/ 1977 DPMA
7. Peterongan
Pemboran inti
DH – 31 – 38 75 m 1976/ 1977 DPMA
Pemboran inti
B–1–4 75,8 m 1976/ 1977 DPMA
8. Banyu Bunih
Pemboran inti
DH – 1 sampai dengan DH - 2 25 m 1976/ 1977 DPMA
2 -3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -8
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -9
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -10
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -11
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -12
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -13
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -14
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -15
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -16
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -17
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -18
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
2 -19
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
RANGKUMAN
Data geoteknik menjelaskan masalah geologi sebagai ilmu yang mempelajari bumi dan
mencakup pengetahuan yang luas mengenai bumi. Dan untuk perencanaan dipelajari hasil
pemboran untuk mengetahui apa yang ada pada lapisan-lapisan bumi pada kedalaman
tertentu terutama pada lokasi yang akan dibangun suatu konstruksi.
2 -20
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan
LATIHAN
1. Sebutkan apa gunanya data geoteknik pada kegiatan pengumpulan data terdahulu ?
2. Sebutkan cabang-cabang ilmu yang mengenai pengetahuan tentang bumi dalam
geoteknik ?
3. Sebutkan lokasi dan macam penyelidikan pemboran dalam pelaksanaan penyelidikan
SDA khususnya untuk bendungan !
4. Sebutkan perbedaan dan persamaan daripada penyelidikan lapangan mengenai
pekerjaan borring dan sondir !
5. Sebutkan dalam gambar potongan/ penampang atau yang Anda dapat uraikan
sehubungan dengan pekerjaan penyelidikan geoteknik !
2 -21
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
BAB 3
TOPOGRAFI
Karena pembangunan bendungan menyebabkan terjadinya waduk yang sangat luas, maka
pemetaan udara adalah sangat perlu dan oleh karena itu sangat dianjurkan.
Digunakan untuk memeriksa apakah pemetaan topografi sudah benar atau ada
keanehan-keanehan tertentu untuk memperkirakan keadaan geologi permukaan di
lapangan. Perlu diketahui bahwa peta topografi yang ada sekarang dibuat sebelum
negara kita merdeka sehingga telah banyak terjadi perubahan-perubahan, misalnya
terdapatnya bangunan-bangunan, pabrik-pabrik, kompleks perumahan, perkantoran,
pertamanan dan lain-lain. Sebelum dilaksanakan harus dibuat perencanaan terlebih
dahulu mengenai daerah yang akan dipetakan serta ditentukan titik-titik tetapnya. Foto-
foto diambil dari pesawat udara atau helikopter yang bergerak dengan kecepatan tinggi
secara berurutan, maka akan terjadi gambar yang saling menutup (overlap) kira-kira
60% dari luasnya. Ukuran (format) yang diambil biasanya ukuran 9 inch x 9 inch atau
230 mm x 230 mm.
Pada tahap rekonaisan biasanya diambil skala 1 : 20.000.
Pada tahap studi kelayakan biasanya diambil skala 1 : 15.000 atau 1 : 20.000.
Pada tahap perencanaan teknis biasanya diambil skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000.
Untuk foto-foto dengan skala yang sama ditempelkan satu dengan lainnya secara
saling menutupi, maka gambar yang tersusun ini disebut mosaik. Dari gambar mosaik
lalu dibuat peta yang mempunyai garis tinggi (kontur), maka disebut gambar ortho foto.
Harus dicari titik-titik triangulasi yang sudah diketahui koordinat dan elevasinya sebagai
titik tetap. Karena belum tentu ada titik-titik triangulasi di dekatnya, agar tidak berkali-
kali melakukan pengukuran dari tempat yang jauh, dibuat titik-titik tetap di sekitar lokasi
daerah pengukuran.
Titik-titik tetap (bench marks, reference points) ini harus dijaga supaya tetap stabil
(dengan diberi pondasi) dan dijaga keamanannya (dengan diberi pagar). Hal ini untuk
menghindarkan terjadinya masalah di kemudian hari, misalnya : air tidak dapat
mengalir di saluran/ terowongan, terowongan tidak dapat bertemu dari 2 (dua) arah
yang berlainan, energi listrik yang dibangkitkan tidak sesuai dengan rencana dan lain-
3 -1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
lain. Untuk memudahkan pelaksanaan, harus dicari lebih dahulu peta topografi dengan
skala 1 : 50.000 yang kemudian diperbesar dengan skala 1 : 25.000, 1 : 20.000 atau
1 : 10.000, dengan alat pantograf.
Pengukuran dilaksanakan dengan membuat poligon, jaring segitiga dan rangkaian
jaringan segitiga. Untuk pengukuran elevasi harus dilaksanakan secara pulang pergi
sampai mendapat batas toleransi kesalahan pengukuran yang diizinkan. Adapun alat-
alat yang digunakan antara lain adalah teodolit, waterpas dan alat pengukur elektronik
jarak jauh (Electronic Distance Meter, EDM).
Skala yang dipakai tergantung standarisasi yang dipakai masing-masing negara atau
Konsultan yang melaksanakannya. Apabila daerah genangan waduk sangat luas,
dipakai skala 1 : 10.000 atau 1 : 20.000 dengan beda genangan waduk sangat luas
dipakai skala 1 : 10.000 atau 1 : 20.000 dengan beda garis kontur 2 m atau 5m. Di
negara yang menggunakan sistem feet, digunakan skala 1 : 12.000 (1 inch : 1000 feet)
atau 1 : 18.000 (1 inch : 1500 feet). Apabila genangan waduk tidak luas, dapat
digunakan skala 1 : 5.000 dengan beda garis kontur 0,50 m atau 1 m. Khusus untuk
lokasi bendungan peta dengan skala 1 : 200, 1 : 250, 1 : 400 atau 1 : 500.
3 -2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
RANGKUMAN
Bab 3, Topografi menjelaskan masalah pengumpulan peta udara, skala peta pada tahap
rekonaisan, studi kelayakan dan perencanaan teknis, pengumpulan peta topografi, skala
peta yang diperlukan sesuai standar yang berlaku dalam bidang pekerjaan konstruksi
Sumber Daya Air.
3 -3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
LATIHAN
3 -4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
BAB 4
LAPORAN PENYELIDIKAN TERDAHULU
Pada umumnya batuan beku yang masih segar dan belum melapuk mempunyai
nilai compressive strength dan shear strength yang tinggi. Tidak ada masalah untuk
fondasi maupun sebagai bahan-bahan bangunan dan aggregate beton.
Tetapi harus diperhatikan mengenai adanya retakan-retakan (cracks), kekar
(jointing) dan patahan (faulting).
Hal-hal tersebut akan menyebabkan :
Batuan sebagai suatu massa akan berkurang kekuatannya, walaupun sifatnya
sendiri keras. Karena secara keseluruhan massa batuan tersebut seakan-akan
telah terpotong-potong.
Terjadinya alterasi yaitu proses perubahan mineral-mineral pada batuan
terutama sepanjang bidang-bidang retakan, patahan.
Untuk batuan extrusif perlu diperhatikan adanya scoriaceous atau vesicular yaitu
lubang-lubang atau rongga-rongga yang terjadi disebabkan oleh bekas gas-gas
pada saat pendinginan Lava flow (basalt, andesit) biasanya menunjukkan adanya
kekar (“columnar jointing”) berupa retakan yang meyebabkan batuan beku tersebut
terdiri dari kolom-kolom yang menyerupai pilar.
Batuan hasil aktivitas gunung api yang partikel-partikelnya halus mempunyai sifat-
sifat umum : lunak, shear strength maupun compressive strength rendah.
Misalnya : debu gunung api, tuff.
Di bawah kondisi tertentu partikel-partikel halus tersebut dapat berubah karena
proses alterasi jadi mineral-mineral lempung yang sangat lunak, plastis dan
mempunyai sifat mengembang (expansif soil).
Misalnya : lempung montmorilonit.
4 -1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
Batuan Sedimen
Batuan Metamorf
4 -2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
Dari penyelidikan terdahulu telah dilakukan pemilahan lokasi quarry, yaitu di daerah
sandaran kanan poros bendungan, perbukitan Batukucing, Banyubunih dan
Peterongan. Di daerah sandaran kanan poros bendungan perbukitan Batukucing
dan Banyubunih beberapa sudah dilakukan pemboran, hasilnya Batugamping keras
hanya didapatkan sekitar 0,5 meter saja di permukaan tanah, semakin ke bawah
justru semakin lunak. Hal ini diakibatkan oleh proses pengerasan permukaan “case
hardening”, bahkan kadang-kadang tercampur pula dengan bahan rombakan
batugamping dan tanah, sehingga pada lokasi tersebut di atas tidak diusulkan
untuk lokasi quarry.
4 -3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
Semula dari laporan terdahulu direncanakan pemilihan lokasi bahan filter meliputi
K. Kemuning (Sampang), K. Penyiburan (Blega) serta G. Gigir (Galis), namun
semuanya relatif kotor tercampur dengan tanah (decantation sampai > 28 %)
sehingga perlu pencucian terlebih dahulu dan tidak disarankan untuk bahan filter
rencana Bendungan Blega.
Bahan filter yang baik untuk rencana Bendungan Blega harus didatangkan dari
Jawa, diambil bersamaan dengan kebutuhan bahan pasir untuk beton. Lokasi yang
disarankan adalah dari Mlirip (Mojokerto) atau dari Tlocor (Porong) masing-masing
sebagai endapan sungai yang banyak dipergunakan untuk bahan beton proyek-
proyek besar di Surabaya. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada
penjelasan Pasir Beton pada Sub Bab berikut ini.
Seperti halnya penimbunan pada inti tanah lempung (clay cone) dan timbunan batu
(rock fill), maka pada timbunan filter juga disarankan untuk dilaksanakan
(embankment test).
4 -4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
Pasir beton dipeoleh dari Jawa tepatnya di sekitar Mlirip (Mojokerto) atau di Tlocor
(Porong). Berdasarkan pengujian DPMA (1976), maka bahan pasir di Mlirip
(Mojokerto) relatif halus dengan parameter selengkapnya sebagai berikut :
6 (enam) tempat dari borrow area A, C dan D, 1 (satu) tempat dari G Gigir (filter)
dan 1 (satu) tempat lagi dari Tlocor (Sungai Porong) untuk bahan pasir filter dan
beton. Khusunya pada lokasi Tlocor hanya bisa dilakukan penggalian dan
pengambilan sample pasti dari dasar sungai, tetapi log sumuran uji tidak bisa dibuat
karena tergenang air sungai. Contoh hasil pengujian dapat dilihat pada gambar :
Log of test pit
Hasil pengujian laboratorium untuk bahan tanah (borrow area)
Hasil pengujian laboratorium untuk bahan filter dan beton
Pelaksanaan pemboran di daerah “dam site” sebanyak 8 titik, serta rencana
bendung di hilir Bendungan Blega sebanyak 2 titik masing-masing dengan diameter
66 mm sebanyak total 300 meter. Selama pemboran dilaksanakan pada pengujian
permeabilitas setiap interval 5 meter dengan metode “water pressure test”
Contoh hasil penyebaran dapat dilihat pada gambar
Drill log
Hasil pengujian permeabilitas dalam lubang bor
Berdasarkan laporan penyelidikan terdahulu dapat disimpulkan parameter desain
geologi teknis adalah sebagai berikut :
4 -6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
4 -7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
4 -8
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
4 -9
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
4 -10
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
4 -11
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
4 -12
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
RANGKUMAN
Membahas masalah laporan yang berisikan data teknik terdahulu tentang sifat-sifat batuan
dan penyebabnya. Hasil pemboran yang pernah dilakukan terdahulu pemetaan dan
penyimpulan parameter desain.
4 -13
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
LATIHAN
2. Sebutkan apa yang diperoleh dari hasil penyelidikan/ pengujian bahan di laboratorium !
3. Sebutkan apa yang Anda ketahui mengenai pemetaan geologi khususnya untuk daerah
regional atau disebut peta jaring geologi regional ?
4 -14
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik
DAFTAR PUSTAKA
6. Legger P. F. And Karvew, “Hand Book of Geology in Civil Engineers“, (ed 1983)
7. Mc. Lean A. C. And C. D. Gribble, “Geology for Civil Engineers“, (ed 1979)
8. Brown E. T., “Rocks Charracterisation, Testing and Monitoring“, (ed 1981)
9. Farmer E. W., “Engineering Behavior of Rocks“, (ed 1983)
10. Goodman R. F., “Introduction to Rock Mechanical“, (ed 1980)
11. Hock E. And J. W. Brown, “Rocks Sloop Engineering“, (ed 1981)
12. Hock E. T. Brown, “Under Ground Excavation in Rocks“, (ed 1980)
13. Drs. P. N. W. Verhoef, “Geologi untuk Teknik Sipil“, (ed 1989)