Anda di halaman 1dari 59

GTE – 02 = PENGUMPULAN DATA GEOTEKNIK

PELATIHAN
AHLI PELAKSANA GEOTEKNIK
KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
(GEOTECHNICAL ENGINEER WRD)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

KATA PENGANTAR

Laporan UNDP tentang : Human Development Index (HDI) tertuang dalam Human
Development Report, 2004, mencantumkan Indeks Pengembangan SDM Indonesia pada
urutan 111, satu tingkat di atas Vietnam urutan 112 dan jauh di bawah dari Negara-
negara ASEAN terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25, dan Australia urutan
3, merupakan sebuah gambaran kondisi pengembangan SDM kita.

Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai
modal untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan
SDM paling tidak setara dengan Negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era
globalisasi.

Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat
pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain :

 UU. No. 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan


pelaksanaannya, mengamanatkan bahwa setiap tenaga : Perencana, Pelaksana, dan
Pengawas harus memiliki sertifikat, dengan pengertian sertifikat kompetensi keahlian
atau ketrampilan kerja. Untuk melaksanakan kegiatan sertifikasi berdasarkan
kompetensi diperlukan tersedianya “Bakuan Kompetensi” untuk semua tingkatan
kualifikasi dalam setiap klasifikasi di bidang Jasa Konstruksi.

 UU. No. 13 Tahun 2003, tentang : Ketenagakerjaan, mengamanatkan (Pasal 10 Ayat


(2)). Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu
pada standard kompetensi kerja.

 UU. No. 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).

 UU. No. 7 Tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air menetapkan pada Pasal 71 Ayat 1
dan 2 bahwa :

- (1) Menteri yang membidangi sumber daya air dan menteri yang terkait dengan
bidang sumber daya air menetapkan standar pendidikan khusus dalam bidang
sumber daya air

i
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

(2) Penyelenggaraan pendidikan bidang sumber daya air dapat dilaksanakan, baik
oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta sesuai dengan standar
pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Mengacu pada amanat undang-undang tersebut di atas, diimplementasikan kedalam


konsep Pengembangan Sistem Pelatihan Jasa Konstruksi, yang oleh PUSBIN KPK
(Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi) pelaksanaan programnya
didahului dengan mengembangkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia), SLK (Standar Latih Kompetensi), dimana keduanya disusun melalui analisis
struktur kompetensi sektor/sub-sektor konstruksi sampai mendetail, kemudian dituangkan
dalam jabatan-jabatan kerja yang selanjutnya dimasukan ke dalam Katalog Jabatan
Kerja.

Modul Pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat penting karena
menyentuh langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk
mencapai tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarisasi jabatan
kerja yang kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latih Kompetensi) yang sudah disepakati dalam
suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya
disusun oleh Tim Penyusun/tenaga professional dalam bidangnya masing-masing,
merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih, dan meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang
dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan
dan peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi agar menjadi kompeten dalam
melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya.

Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga
cita-cita peningkatan kualitas SDM khususnya di bidang jasa konstruksi dapat terwujud.

Jakarta, Nopember 2006

Kepala Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

Ir. Djoko Subarkah, Dipl. HE.


NIP : 110016435

ii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

PRAKATA

Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan
tenaga ahli / trampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan
serta penguasaan teknologi.

Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode
kerja dan lain-lain.

Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik untuk bidang
pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air maupun untuk pekerjaan
dibidang bangunan gedung.

Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus tiga puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli
Pelaksana Geoteknik merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk
disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam
pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam Geoteknik konstruksi bidang sumber daya
air.

Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Pelaksana Geoteknik ini terdiri dari 8 (delapan)
modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih tenaga
kerja menjadi Ahli Pelaksana Geoteknik.

Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan
khususnya untuk modul Pengumpulan Data Geoteknik pekerjaan konstruksi Sumber
Daya Air.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan
masukkan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

Jakarta, Nopember 2006

Tim Penyusun

iii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : AHLI PELAKSANA GEOTEKNIK


JUDUL MODUL : PENGUMPULAN DATA GEOTEKNIK
Waktu : 4 X 45 MENIT ( 4 JPL)

TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu menyiapkan perencanaan dan penyelidikan Geoteknik sebelum pelaksanaan
konstruksi untuk mendukung perencanaan teknis pekerjaan konstruksi Sumber Daya
Air.

B. Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu :
1. Melakukan pengumpulan data Geoteknik terdahulu
2. Mempelajari dan menguasai data terdahulu untuk daerah yang akan diselidiki
3. Membuat perencanaan penyelidikan Geoteknik
4. Melakukan pengendalian pekerjaan penyelidikan Geoteknik
5. Melakukan analisa hasil penyelidikan Geoteknik untuk SDA
6. Membuat laporan dan rekomendasi hasil penyelidikan Geoteknik

Seri Modul : GTE – 02/ Pengumpulan Data Geoteknik

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU)


Setelah modul ini dipelajari peserta mampu :
Melakukan penyelidikan tentang sejarah terbentuknya gaya-gaya penyebab dan material-
material yang ada di dalam bumi dalam suatu peta daerah yang akan dilakukan
penyelidikan Geologi Teknik

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK)


Setelah pelatihan ini selesai dilaksanakan peserta mampu :
1. Melaksanakan pengumpulan data geoteknik secara akurat
2. Melakukan pengumpulan peta rupa bumi (topografi) secara akurat
3. Melakukan pengumpulan data penyelidikan geoteknik terdahulu dengan benar

iv
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


PRAKATA ............................................................................................................... iii
LEMBAR TUJUAN ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN AHLI PELAKSANA GEOTEKNIK ....................................................... viii
DAFTAR MODUL .................................................................................................. ix
PANDUAN PEMBELAJARAN ................................................................................. x
MATERI SERAHAN ............................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1-1


RANGKUMAN
LATIHAN
BAB 2 DATA GEOTEKNIK
2.1 Geologi sebagai Ilmu yang Mempelajari Bumi ...................................... 2-1
2.2 Hasil Pemboran (borring) Terdahulu ..................................................... 2-2
2.3 Kesimpulan Hasil Borring Terdahulu ...................................................... 2-3
RANGKUMAN
LATIHAN
BAB 3 TOPOGRAFI
3.1 Pengumpulan Peta Udara (Aerial Mapping) ........................................... 3-1
3.2 Pengumpulan Peta Topografi (Topographical Mapping) ....................... 3-1
RANGKUMAN
LATIHAN
BAB 4 LAPORAN PENYELIDIKAN TERDAHULU
4.1 Pengumpulan Jenis Batuan ................................................................ 4-1
4.2 Menentukan dan Menyimpulkan Parameter Desain ............................ 4-5
RANGKUMAN
LATIHAN

DAFTAR PUSTAKA

v
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Satuan Morfologi Daerah Rencana Bendungan dan Sekitarnya 4-7
Gambar 4.2 Peta Geologi Daerah Penyelidikan dan Daerah Genangan ............... 4-8
Gambar 4.3 Peta Lokasi Borrow Area dan Quarry ................................................. 4-9
Gambar 4.4 Peta Lokasi Borrow Area ................................................................... 4-10
Gambar 4.5 Peta Situasi Borrow Area .................................................................. 4-11
Gambar 4.6 Peta Geologi Quarry Peterongan ....................................................... 4-12

vi
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Hasil Pemboran Sebelumnya ........................................................ 2-2

vii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN AHLI PELAKSANA GEOTEKNIK

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Pelaksana Geotenik
dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
didalamnya telah ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria
unjuk kerja, sehingga dalam Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik, unit-unit kompetensi
tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kompetensi (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing


Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja metoda pembelajaran yang
diberikan untuk mencapai indikator keberhasilan dalam tingkat / level dari setiap
Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan
silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan


Kurikulum dan Silabus sebagai cerminan unit kompetensi yang ditetapkan dalam SLK,
disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik.

viii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

DAFTAR MODUL

PELATIHAN : Ahli Pelaksana Geoteknik

NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT


KOMPETENSI
Undang-Undang Jasa
Undang-Undang Jasa Konstruksi
Konstruksi (UUJK), Sistem
(UUJK), Sistem Manajemen
1. GTE - 01 Manajemen Keselamatan
Keselamatan dan Kesehatan 1.
dan Kesehatan Kerja
Kerja (SMK3) dan Pengendalian
(SMK3) dan Pengendalian
Dampak Lingkungan
Dampak Lingkungan

2. GTE - 02 Melakukan Pengumpulan


Pengumpulan Data Geoteknik 2.
Data Geoteknik Terdahulu

Mempelajari dan Menguasai


3. GTE - 03 Kajian Data Geoteknik 3. Data Terdahulu untuk
Daerah yang akan Diselidiki

Perencanaan Penyelidikan
Geologi Teknik dan Mekanika
4. GTE - 04 Membuat Perencanaan
Tanah untuk Perencanaan Teknis 4.
Penyelidikan Geoteknik
Konstruksi Sumber Daya Air
(SDA)

Melakukan Pengendalian
5. GTE - 05 Pengendalian Pelaksanaan
5. Pekerjaan Penyelidikan
Penyelidikan Geoteknik
Geoteknik

Membuat Laporan dan


6. Laporan Hasil Penyelidikan
GTE-06 6. Rekomendasi Hasil
Geoteknik
Penyelidikan Geoteknik

Melakukan Analisa Hasil


Analisa Hasil Penyelidikan
7. GTE - 07 Penyelidikan Geoteknik
Geoteknik untuk Sumber Daya Air 7.
untuk Sumber Daya Air
(SDA)
(SDA)

Pedoman Praktek Sondir, Bor


8. GTE - 08 Pelatihan Penunjang Teori
Tangan, Sampling dan Densiti 8.
dan Praktek
Test (Sand Cone)

ix
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

PANDUAN PEMBELAJARAN

x
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

JUDUL : PENGUMPULAN DATA GEOTEKNIK KETERANGAN

KODE MODUL : GTE – 02

Deskripsi : Modul ini membahas Pengumpulan Data


Geoteknik yang mencakup data geoteknik,
topografi dan laporan penyelidikan terdahulu
untuk menyusun rencana penyelidikan secara
menyeluruh

Tempat Kegiatan : Di dalam ruangan kelas lengkap dengan


fasilitasnya serta dilengkapi dengan media
pembelajaran

Waktu Kegiatan : 4 x 45 menit (4 JPL)


Bahan : Materi serahan

xi
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. PEMBUKAAN
 Menjelaskan Tujuan  Mengikuti penjelasan OHT1,2,3,4
Pembelajaran Umum dan instruktur TPU dan TPK
Tujuan Pembelajaran Khusus dengan tekun dan aktif
(TPU & TPK)  Mengajukan pertanyaan
 Memotivasi dan merangsang jika perlu
peserta dengan pertanyaan
atau pengalamannya tentang
pengumpulan data geoteknik

Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan, lembar
tujuan

2. Ceramah : Pendahuluan
OHT5,6
 Mengikuti penjelasan
 Sifat-sifat tanah / batuan instruktur dengan tekun
 Pengaruh air terhadap sifat- dan aktif
sifat tanah / batuan  Mencatat hal-hal yang
 Pengenalan batuan dianggap perlu
 Mengajukan pertanyaan
Waktu : 10 menit bila belum jelas
Bahan : Materi serahan
(Bab 1)

3. Ceramah : Data Geoteknik

• Geologi sebagai ilmu yang  Mengikuti penjelasan


OHT7,8
mempelajari lapisan bumi instruktur dengan tekun
dan aktif
 Hasil borring terdahulu
 Mencatat hal-hal yang
 Kesimpulan hasil borring dianggap perlu
terdahulu
 Mengajukan pertanyaan
bila belum jelas
Waktu : 100 menit
Bahan : Materi serahan (Bab 2)

xii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

4. Ceramah : Topografi
 Mengikuti penjelasan OHT9,10
 Pemetaan Udara instruktur dengan seksama
- Digunakan untuk memeriksa  Mencatat hal-hal yang
apakah pemetaan topografi belum jelas
sudah benar atau menyimpang
 Tanya jawab / diskusi
- Foto-foto diambil dari udara berdasarkan pengalaman
dengan kecepatan tinggi, peserta di lapangan
membuat gambar saling
menutup (overlap)  60 %
 Pemetaan Topografi
- Semua bangunan, saluran
besar, saluran kecil, jalan
besar, jalan kecil, titik tetap,
saluran listrik, jalan kereta api,
desa, jembatan, dan lain-lain
harus ada dalam gambar.

Waktu : 30 menit
Bahan : Materi serahan (Bab 3)

5. Ceramah : Laporan Penyelidikan


Terdahulu
 Mengikuti penjelasan OHT11,12
 Pengumpulan jenis batuan instruktur
 Memetakan dan  Mencatat hal-hal yang
menyimpulkan parameter belum jelas
desain  Tanya jawab / diskusi
kelas
Waktu : 30 menit
Bahan : Materi serahan (Bab 4)

xiii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

MATERI SERAHAN

xiv
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

BAB 1
PENDAHULUAN

Membangun berbagai struktur seperti sarana perumahan gedung bertingkat, jaringan


jalan raya, pelabuhan, saluran,bendungan, pekerjaan tanah (earthwork) dan sebagainya
dengan maksud untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan meningkatkan
kesejahteraan hidup. Struktur sarana tersebut dibangun di atas tanah dan harus kokoh
dan kuat sehingga memberi rasa aman bagi manusia yang menggunakan dan
memanfaatkannya.

Untuk memperoleh struktur yang kokoh dan kuat perlu dipelajari pengumpulan data
terdahulu untuk mendukung perencanaan struktur tersebut. Mekanika tanah atau juga
disebut geoteknik adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat-sifat dan
perilaku tanah sebagai bahan konstruksi (construction material). Prinsip-prinsipnya
meliputi aplikasi dari problema-problema yang bervariasi dalam geofisik dan proses
bahan.

Beton dan baja sebagai bahan konstruksi diperoleh setelah diproses oleh manusia
terlebih dahulu sehingga sifat-sifat dan perilakunya relatif tetap. Lain halnya dengan tanah
sebagai bahan konstruksi dan sebagai bahan pondasi adalah diperoleh langsung dalam
alam tanpa diproses terlebih dahulu.
Sebagai bahan konstruksi alam tanah/ batuan memiliki sifat-sifat fisik yang bervariasi dan
yang kebanyakan tidak tetap.

Sifat fisik dari tanah/ batuan selain tergantung dari latar belakang terbentuknya lapisan-
lapisan tanah atau batuan di dalam bumi tersebut dan oleh beberapa faktor yang
diperolehnya dari atmosfir, genangan banjir dan pelapukan batuan secara alamiah.
Kesulitan lain yang dihadapi tanah sebagai bahan konstruksi adalah sifat-sifat tanah/
batuan di lapangan dapat bervariasi meskipun dalam jarak yang pendek. Karena itu,
kadar air dan pengaruh kimiawi di dalam tanah dipandang sebagai salah satu faktor yang
menentukan sifat dan perilaku tanah dan batuan. Air mempunyai pengaruh pula terhadap
daya dukung tanah (bearing capacity) karena dapat merubah keadaan plastis ke elastis.

Tanah yang dapat berkembang dan menyusut sudah tentu mempunyai pengaruh besar
terhadap struktur di atasnya maupun tanah itu sendiri sebagai strukturnya. Terjadinya
keruntuhan pada lereng alam maupun timbunan tanah yang dibuat manusia, disebabkan
karena tanah kehilangan kekuatan geser tanah disebabkan air di dalam tanah

1-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

menimbulkan tegangan air pori (pore water pressure) di dalam tanah yang mengurangi
besarnya tegangan efektif.

Untuk mengatasi masalah-masalah keteknikan dalam pekerjaan tanah dan pondasi


diperlukan data dasar geoteknik sehingga struktur konstruksi dapat didesain dengan
aman dan ekonomis. Inilah perlunya untuk mempelajari dan mendalami pengumpulan
data terdahulu serta aplikasinya, oleh karena itu sebagai seorang Ahli Pelaksana
Geoteknik perlu dan sangat penting untuk memahami pengetahuan pengumpulan data
geoteknik seperti yang disusun dalam modul ini terutama pada penerapan ilmu Geoteknik
di lapangan.

1-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

RANGKUMAN

Pendahuluan menjelaskan masalah pengumpulan data terdahulu yang mencakup


mekanika tanah/ geoteknik, mempelajari perilaku tanah, bahan dari hasil borring
terdahulu, peta udara, peta topografi dan laporan hasil penyelidikan terdahulu.

1-3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

LATIHAN

1. Sebutkan bagaimana struktur bangunan dibangun agar dapat memberikan rasa


aman?
2. Sebutkan apa yang dimaksud dengan mekanika tanah atau geoteknik ?
3. Sebutkan apa yang dimaksud bahan bangunan menurut ilmu geoteknik ?
4. Sebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah !
5. Sebutkan mengapa air sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah ?

1-4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

BAB 2
DATA GEOTEKNIK

2.1 Geologi sebagai Ilmu yang Mempelajari Bumi


Geologi sebagai ilmu yang mempelajari bumi, mencakup pengetahuan yang luas
mengenai bumi antara lain :
 Mineralogi : Mempelajari mineral-mineral yaitu bahan utama yang membentuk
kerak bumi.
 Petrologi : Mempelajari cara terjadinya berbagai macam batuan, klasifikasinya
dan sifat-sifatnya.
 Paleontologi : Mempelajari sisa-sisa binatang dan tumbuh-tumbuhan yang pernah
hidup di masa lampau.
 Geologi Sejarah : Mempelajari urutan dari satuan-satuan waktu pada kejadian-
kejadian dan perubahan selama sejarah bumi.
 Geologi Umum : Mempelajari berbagai proses dan efek dari perubahan-
perubahan, ada kalanya sebuah proses tertentu merupakan
dasar dari sebuah cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
 Proses eksogen, pada hakekatnya merupakan suatu proses
yang dipengaruhi oleh energi matahari, yaitu antara lain :
air mengalir (hidrolika), air tanah (hidrogeologi), laut
(oseanografi), es (glasiologi); baik yang merusak (erosi,
geomorfologi) maupun yang membangun (sedimen,
sedimentologi).
 Proses endogen, sumbunya ditemukan di dalam bumi itu
sendiri antara lain :
Lipatan, patahan, penyembuhan, penurunan (tektonik, geologi
struktural), gempa bumi (seismologi  geofisika), vulkanisme
(vulkanologi), plutonisme dan metaforsis (petrologi).
 Geologi Regional : Penerapan semua ilmu pengetahuan tentang geologi pada
suatu daerah tertentu, dengan demikian cukup penting untuk
penerapan dalam praktek.
 Geologi Ekonomi : Mempelajari endapan-endapan serta mineral-mineral yang
mempunyai arti ekonomi yang penting.
Misal : emas, perak , batu bara, minyak bumi, dan lain-lain.

2 -1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

 Geomorfologi : Mempelajari bentuk-bentuk muka bumi dan gaya-gaya


penyebabnya baik di atas maupun di dalam bumi.
 Geofisika : Mempelajari sifat-sifat dari bumi.
Misal : gaya berat, magnetis, listrik, cepat-rambat gelombang
getaran pada lapisan batuan dan lain-lain.
 Stratigrafi : Mempelajari urutan pengendapan, sistem korelasi antara
lapisan dengan lapisan lainnya.
 Geologi Terapan : Menerapkan untuk semua ilmu geologi, tapi diarahkan hanya
pada tujuan ekonomi praktek, seperti :
 Geologi minyak bumi (minyak bumi dan gas bumi)
 Geologi ekonomi (berbagai bijih dan mineral)
 Geologi teknik atau geologi rekayasa (pekerjaan sipil)
 Hidrogeologi (air)
 Agrogeologi (pertanian)

2.2 Hasil Pemboran (borring) Terdahulu


Untuk melengkapi data geoteknik diperlukan data hasil pemboran terdahulu yang akan
digunakan dalam melakukan pekerjaan selanjutnya, sebagai contoh seperti berikut di
bawah ini :

Tabel 2.1
Data Hasil Pemboran Terdahulu

Lokasi dan Macam Penyelidikan


No. Volume Tahun Keterangan
Pemboran
1. DAM SITE
Pemboran inti dan permeability test
setiap interval 3 m
DH – 1 – 7; DH – 14 dan 15;
DH – 20; DH – 30 – DH – 48; 980 m 1976 / 1977 DPMA
DH 92 – 1 sampai dengan 3 100 m 1992 Indra Karya
2. Terowongan Pengelak
Pemboran inti dan permeability test
setiap interval 3 m
DH – 8 – 9 dan DH – 10 120 m 1976/ 1977 DPMA

2 -2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

3. Bangunan Pelimpah
Pemboran inti dan permeability test
setiap interval 3 m
DH – 10; DH – 17; DH – 18 68 m 1976/ 1977 DPMA

4. Observation Wells
Pemboran inti permeability test
setiap interval 3 m
DH – 21 (right bank)
DH – 22 (left bank)
DH – 23 (left bank) 160 m 1977/ 1978 DPMA
5. Power plant
Pemboran inti DH – 16 12 m 1976/ 1977 DPMA
6. Quarry site
Pemboran inti
DH – 24 – 29 33 m 1976/ 1977 DPMA
7. Peterongan
 Pemboran inti
DH – 31 – 38 75 m 1976/ 1977 DPMA
 Pemboran inti
B–1–4 75,8 m 1976/ 1977 DPMA
8. Banyu Bunih
Pemboran inti
DH – 1 sampai dengan DH - 2 25 m 1976/ 1977 DPMA

2.3 Kesimpulan Hasil Borring Terdahulu


Dapat dilihat dari lampiran laporan hasil drilling log (sebagai contoh)
 Terlihat pada gambar penampang mengenai :
 Kedalaman muka air tanah
 Core recovery
 Tingkat pelapukan
 Klasifikasi tanah
 Terlihat jenis satuan tanah mengenai :
 Ketebalan lapisan tiap-tiap satuan tanah/ batuan
 Jenis dan satuan-satuan tanah/ batuan

2 -3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 1 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 2 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 3 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 4 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 5 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -8
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 6 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -9
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 7 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -10
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 8 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -11
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 9 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -12
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 10 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -13
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 11 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -14
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 12 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -15
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 13 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -16
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 14 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -17
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 15 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -18
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

Contoh 16 : lampiran laporan hasil pemboran log drill

2 -19
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

RANGKUMAN

Data geoteknik menjelaskan masalah geologi sebagai ilmu yang mempelajari bumi dan
mencakup pengetahuan yang luas mengenai bumi. Dan untuk perencanaan dipelajari hasil
pemboran untuk mengetahui apa yang ada pada lapisan-lapisan bumi pada kedalaman
tertentu terutama pada lokasi yang akan dibangun suatu konstruksi.

2 -20
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Geologi Teknik dan Pengenalan Batuan

LATIHAN

1. Sebutkan apa gunanya data geoteknik pada kegiatan pengumpulan data terdahulu ?
2. Sebutkan cabang-cabang ilmu yang mengenai pengetahuan tentang bumi dalam
geoteknik ?
3. Sebutkan lokasi dan macam penyelidikan pemboran dalam pelaksanaan penyelidikan
SDA khususnya untuk bendungan !
4. Sebutkan perbedaan dan persamaan daripada penyelidikan lapangan mengenai
pekerjaan borring dan sondir !
5. Sebutkan dalam gambar potongan/ penampang atau yang Anda dapat uraikan
sehubungan dengan pekerjaan penyelidikan geoteknik !

2 -21
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

BAB 3
TOPOGRAFI

Karena pembangunan bendungan menyebabkan terjadinya waduk yang sangat luas, maka
pemetaan udara adalah sangat perlu dan oleh karena itu sangat dianjurkan.

3.1 Pengumpulan Peta Udara (Aerial Mapping)

Digunakan untuk memeriksa apakah pemetaan topografi sudah benar atau ada
keanehan-keanehan tertentu untuk memperkirakan keadaan geologi permukaan di
lapangan. Perlu diketahui bahwa peta topografi yang ada sekarang dibuat sebelum
negara kita merdeka sehingga telah banyak terjadi perubahan-perubahan, misalnya
terdapatnya bangunan-bangunan, pabrik-pabrik, kompleks perumahan, perkantoran,
pertamanan dan lain-lain. Sebelum dilaksanakan harus dibuat perencanaan terlebih
dahulu mengenai daerah yang akan dipetakan serta ditentukan titik-titik tetapnya. Foto-
foto diambil dari pesawat udara atau helikopter yang bergerak dengan kecepatan tinggi
secara berurutan, maka akan terjadi gambar yang saling menutup (overlap) kira-kira
60% dari luasnya. Ukuran (format) yang diambil biasanya ukuran 9 inch x 9 inch atau
230 mm x 230 mm.
Pada tahap rekonaisan biasanya diambil skala 1 : 20.000.
Pada tahap studi kelayakan biasanya diambil skala 1 : 15.000 atau 1 : 20.000.
Pada tahap perencanaan teknis biasanya diambil skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000.
Untuk foto-foto dengan skala yang sama ditempelkan satu dengan lainnya secara
saling menutupi, maka gambar yang tersusun ini disebut mosaik. Dari gambar mosaik
lalu dibuat peta yang mempunyai garis tinggi (kontur), maka disebut gambar ortho foto.

3.2 Pengumpulan Peta Topografi (Topographical Mapping)

Harus dicari titik-titik triangulasi yang sudah diketahui koordinat dan elevasinya sebagai
titik tetap. Karena belum tentu ada titik-titik triangulasi di dekatnya, agar tidak berkali-
kali melakukan pengukuran dari tempat yang jauh, dibuat titik-titik tetap di sekitar lokasi
daerah pengukuran.
Titik-titik tetap (bench marks, reference points) ini harus dijaga supaya tetap stabil
(dengan diberi pondasi) dan dijaga keamanannya (dengan diberi pagar). Hal ini untuk
menghindarkan terjadinya masalah di kemudian hari, misalnya : air tidak dapat
mengalir di saluran/ terowongan, terowongan tidak dapat bertemu dari 2 (dua) arah
yang berlainan, energi listrik yang dibangkitkan tidak sesuai dengan rencana dan lain-

3 -1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

lain. Untuk memudahkan pelaksanaan, harus dicari lebih dahulu peta topografi dengan
skala 1 : 50.000 yang kemudian diperbesar dengan skala 1 : 25.000, 1 : 20.000 atau
1 : 10.000, dengan alat pantograf.
Pengukuran dilaksanakan dengan membuat poligon, jaring segitiga dan rangkaian
jaringan segitiga. Untuk pengukuran elevasi harus dilaksanakan secara pulang pergi
sampai mendapat batas toleransi kesalahan pengukuran yang diizinkan. Adapun alat-
alat yang digunakan antara lain adalah teodolit, waterpas dan alat pengukur elektronik
jarak jauh (Electronic Distance Meter, EDM).
Skala yang dipakai tergantung standarisasi yang dipakai masing-masing negara atau
Konsultan yang melaksanakannya. Apabila daerah genangan waduk sangat luas,
dipakai skala 1 : 10.000 atau 1 : 20.000 dengan beda genangan waduk sangat luas
dipakai skala 1 : 10.000 atau 1 : 20.000 dengan beda garis kontur 2 m atau 5m. Di
negara yang menggunakan sistem feet, digunakan skala 1 : 12.000 (1 inch : 1000 feet)
atau 1 : 18.000 (1 inch : 1500 feet). Apabila genangan waduk tidak luas, dapat
digunakan skala 1 : 5.000 dengan beda garis kontur 0,50 m atau 1 m. Khusus untuk
lokasi bendungan peta dengan skala 1 : 200, 1 : 250, 1 : 400 atau 1 : 500.

3 -2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

RANGKUMAN

Bab 3, Topografi menjelaskan masalah pengumpulan peta udara, skala peta pada tahap
rekonaisan, studi kelayakan dan perencanaan teknis, pengumpulan peta topografi, skala
peta yang diperlukan sesuai standar yang berlaku dalam bidang pekerjaan konstruksi
Sumber Daya Air.

3 -3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

LATIHAN

1. Sebutkan kegunaan peta udara dalam pekerjaan penyelidikan geoteknik !


2. Sebutkan kegunaan peta topografi dalam pekerjaan penyelidikan geoteknik !
3. Sebutkan skala peta pada tahap rekonaisan studi kelayakan dan perencanaan teknis !
4. Sebutkan apa yang Anda ketahui tentang titik tetap dan Benchmark dalam suatu
pengukuran !
5. Sebutkan pula tentang jaring segitiga poligon dalam suatu pengukuran !

3 -4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

BAB 4
LAPORAN PENYELIDIKAN TERDAHULU

Contoh laporan penyelidikan terdahulu diilustrasikan pada kegiatan pengumpulan jenis


batuan yang dilanjutkan dengan penentuan dan penyimpulan parameter desain.

4.1 Pengumpulan Jenis Batuan

 Sifat-sifat batuan beku

Pada umumnya batuan beku yang masih segar dan belum melapuk mempunyai
nilai compressive strength dan shear strength yang tinggi. Tidak ada masalah untuk
fondasi maupun sebagai bahan-bahan bangunan dan aggregate beton.
Tetapi harus diperhatikan mengenai adanya retakan-retakan (cracks), kekar
(jointing) dan patahan (faulting).
Hal-hal tersebut akan menyebabkan :
 Batuan sebagai suatu massa akan berkurang kekuatannya, walaupun sifatnya
sendiri keras. Karena secara keseluruhan massa batuan tersebut seakan-akan
telah terpotong-potong.
 Terjadinya alterasi yaitu proses perubahan mineral-mineral pada batuan
terutama sepanjang bidang-bidang retakan, patahan.
Untuk batuan extrusif perlu diperhatikan adanya scoriaceous atau vesicular yaitu
lubang-lubang atau rongga-rongga yang terjadi disebabkan oleh bekas gas-gas
pada saat pendinginan Lava flow (basalt, andesit) biasanya menunjukkan adanya
kekar (“columnar jointing”) berupa retakan yang meyebabkan batuan beku tersebut
terdiri dari kolom-kolom yang menyerupai pilar.
Batuan hasil aktivitas gunung api yang partikel-partikelnya halus mempunyai sifat-
sifat umum : lunak, shear strength maupun compressive strength rendah.
Misalnya : debu gunung api, tuff.
Di bawah kondisi tertentu partikel-partikel halus tersebut dapat berubah karena
proses alterasi jadi mineral-mineral lempung yang sangat lunak, plastis dan
mempunyai sifat mengembang (expansif soil).
Misalnya : lempung montmorilonit.

4 -1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

 Batuan Sedimen

 Batuan Sedimen Klastik


Sifat kekerasan (hardness), compressive strength dan shear strength nilainya
tergantung terhadap derajat proses kemampatan batuan sedimen tersebut di
alam.
Untuk sedimen yang mempunyai kekerasan besaran partikel halus pada
umumnya “Highly Compressible” (mudah ditekan), tetapi untuk yang besar
butirnya makin kasar dan besar-besar, sulit untuk ditekan.
Misalnya : batuan serpih (shale) yaitu lempung yang mempunyai bidang
perlapisan yang tipis.
Batuan serpih tersebut sifatnya jika berhubungan dengan udara akan mudah
pecah-pecah dan luruh menjadi partikel-partikel (lempengan-lempengan) kecil
dan jika kena air akan bersifat menyerap air.
Longsoran-longsoran umumnya terjadi pada batuan serpih karena mempunyai
sifat “slacking”.
 Batuan Sedimen Kimiawi
Sifat umum dari batuan sedimen kimiawi :
 Mudah melarut, relatif lunak, compression strengthnya mempunyai nilai
yang rendah.
 Jika diairi volumenya berubah.
Sifat-sifat tersebut di atas tidak cocok untuk keperluan teknik terutama batuan
garam (anhidrit, gipsum) sama sekali tidak bisa dipakai.
Batuan kimiawi silikat yang tak berkristal, misalnya :
 Chert (rijang), opal tidak baik sebagai agregat beton. Walaupun sifatnya
keras tetapi akan bereaksi dengan semen sehingga akan menyebabkan
deleterisasi atau penghancuran.
 Batu gamping pada umumnya mudah larut jika bersentuhan dengan larutan
asam.

 Batuan Metamorf

Sangatlah sulit untuk menerapkan secara garis besar mengenai engineering


properties dari batuan metamorf berhubung tiap-tiap batuannya mempunyai sifat-
sifat fisik maupun kimiawi yang berbeda-beda.
Gneiss : umumnya mempunyai sifat keras, massif. Mempunyai nilai compressive
strength dan shear strength yang tinggi.

4 -2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

Sekis : - Mempunyai bidang-bidang belah (cleavage)


- Bidang-bidang lemah
- Permeable (rembes) sepanjang bidang-bidang schistositynya.

 Contoh bahan batuan

Dari penyelidikan terdahulu telah dilakukan pemilahan lokasi quarry, yaitu di daerah
sandaran kanan poros bendungan, perbukitan Batukucing, Banyubunih dan
Peterongan. Di daerah sandaran kanan poros bendungan perbukitan Batukucing
dan Banyubunih beberapa sudah dilakukan pemboran, hasilnya Batugamping keras
hanya didapatkan sekitar 0,5 meter saja di permukaan tanah, semakin ke bawah
justru semakin lunak. Hal ini diakibatkan oleh proses pengerasan permukaan “case
hardening”, bahkan kadang-kadang tercampur pula dengan bahan rombakan
batugamping dan tanah, sehingga pada lokasi tersebut di atas tidak diusulkan
untuk lokasi quarry.

Satu-satunya lokasi quarry yang diusulkan adalah di Peterongan, terletak sekitar 5


km sebelah Selatan rencana Bendungan Blega, atau tepatnya berada di pinggir
jalan antara Galis – Blega pada Km Kamal 47. Pada lokasi ini telah dilakukan
investigasi dan pemboran oleh DPMA (1976/ 1979), dimana peta geologi maupun
lokasi penyelidikan dapat dilihat pada Gambar 4.6 Peta geologi quarry Peterongan.
Hasil pemboran DPMA (1976) sedalam 10 sampai 12 m pada DH–31 sampai DH–
38 di lokasi ini di bagian atas maksimum 1 meter terdiri dari bahan rombakan
batugamping, sedang di bawahnya adalah Batugamping, keputihan sampai abu-
abu, massif, berfosil dan sering tersingkap di permukaan dengan morfologi
berbentuk kerucut.

Hasil penelitian di laboratorium DPMA (1976) menunjukkan parameter sebagai


berikut :

 Kuat tekan : 500 sampai 785 kg/ cm2


 Specific gravity : 2,47 sampai 2,76
 Absorption : 2 sampai 5 %
Sedangkan pengujian gravel dari quarry ini dengan ukuran < 5 mm sampai 40 mm
yang dilakukan oleh PT Indra Karya 1992 diperoleh hasil sebagai berikut :
 Specific gravity (sg) : 2,587 - 2,59
 Unit weight (ton/ m3) : 1,38 - 1,451
 Absorption : 3,1 %
 Decantation : 0,14 %

4 -3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

 Clay lumps : 0,69 %


 Soundness : 5,7 % - 10,82 %
 Less than 1.95 Gs in coarse agregat :2,13 % - 7,51 %
 Sedang pasir lolos saringan 5 mm
Fineness modulus : 2,13
Unit weight : 1,534 ton/ m3
Specific gravity : 2,525
Absorption : 2,21 %
Pada bagian bawah dari daerah lokasi pengambilan batu quarry Peterongan,
terdapat batugamping berlapis N 130° E/ 12°, putih, berongga-rongga, berbutir
halus sampai kasar, dan poros. Pada batugamping berlapis jenis ini dari hasil
pengujian PT Indra Karya 1992 mempunyai kuat tekan relatif kecil 62 kg/ cm2.
Batuan ini sebaiknya tidak dipergunakan baik untuk bahan timbunan bendungan
maupun bahan beton.
Cadangan batuan batugamping massif pada lokasi quarry Peterongan ini
diperkirakan sebesar 300.000 m3.
Pada awal pelaksanaan konstruksi disarankan untuk dilaksanakan “embankment
test” pada timbunan batu ini, agar diperoleh ketebalan perlapisan batuan setiap
pemadatan, jenis peralatan untuk pemadatan, jumlah lintasannya, serta
karakteristik parameter teknis bahan timbunan yang diperoleh.

 Contoh bahan filter

Semula dari laporan terdahulu direncanakan pemilihan lokasi bahan filter meliputi
K. Kemuning (Sampang), K. Penyiburan (Blega) serta G. Gigir (Galis), namun
semuanya relatif kotor tercampur dengan tanah (decantation sampai > 28 %)
sehingga perlu pencucian terlebih dahulu dan tidak disarankan untuk bahan filter
rencana Bendungan Blega.

Bahan filter yang baik untuk rencana Bendungan Blega harus didatangkan dari
Jawa, diambil bersamaan dengan kebutuhan bahan pasir untuk beton. Lokasi yang
disarankan adalah dari Mlirip (Mojokerto) atau dari Tlocor (Porong) masing-masing
sebagai endapan sungai yang banyak dipergunakan untuk bahan beton proyek-
proyek besar di Surabaya. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada
penjelasan Pasir Beton pada Sub Bab berikut ini.

Seperti halnya penimbunan pada inti tanah lempung (clay cone) dan timbunan batu
(rock fill), maka pada timbunan filter juga disarankan untuk dilaksanakan
(embankment test).
4 -4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

 Contoh pasir beton

Pasir beton dipeoleh dari Jawa tepatnya di sekitar Mlirip (Mojokerto) atau di Tlocor
(Porong). Berdasarkan pengujian DPMA (1976), maka bahan pasir di Mlirip
(Mojokerto) relatif halus dengan parameter selengkapnya sebagai berikut :

 Gradasi butiran 10 cm > 65 % > 2 cm


2 cm > 25 % > 0,25 cm
10% < 0,25 cm
 Koefisien permeabilitas (k) = 10 –2 cm/ detik
 e minimum = 0,63
 e maksimum = 0,69
 Relatif Density (Dr) :
Dr = 60 %, maka nilai e lapangan (ef) = 0,654
Dr = 70 %, maka nilai e lapangan (ef) = 0,648
Dr = 80 %, maka nilai e lapangan (ef) = 0,642
Sedangkan pasir Tlocor sekitar 15 km dari Porong kea rah pantai, berdasarkan
pengujian Indra Karya (1992) dan (2003) dengan ukuran maksimum 5 mm, adalah
sebagai berikut :
 Decanation (lolos saringan 200) : 3,1 % - 6,42 %
 Soundness : 3,62 % - 10,35 %
 Koef. Permeabilitas : 4,9 x 10 –3 cm/ sec2
 Less than 1,95 Gs in coarse aggregate : 1,87
 Pasir lolos 5 mm :
Fineness modulus : 1,87
Specific gravity : 2,577
Unit weight : 1,491 t/ m3 – 1,499 t/ m3
Absorption : 3,715 % – 4,54 %

4.2 Menentukan dan Menyimpulkan Parameter Desain


Contoh hasil pengujian terdahulu adalah sebagai berikut :
 Pemetaan geologi pada lokasi bendungan dan genangan skala 1 : 5000, serta
quarry dan borrow area skala 1 : 1000. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.1, 4.2,
4.3, 4.4, 4.5 dan 4.6. Adapun evaluasi dan tinjauan aspek geoteknik pada rencana
pondasi bendungan dan bangunan penunjangnya serta kondisi dan cadangan
bahan material selengkapnya dapat dilihat pada penjelasan laporan ini.
 Pelaksanaan test pit (sumuran uji), sampling material dan pengujian laboratorium
sebanyak 8 (delapan) tempat pada daerah rencana pengambilan bahan bangunan.
4 -5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

6 (enam) tempat dari borrow area A, C dan D, 1 (satu) tempat dari G Gigir (filter)
dan 1 (satu) tempat lagi dari Tlocor (Sungai Porong) untuk bahan pasir filter dan
beton. Khusunya pada lokasi Tlocor hanya bisa dilakukan penggalian dan
pengambilan sample pasti dari dasar sungai, tetapi log sumuran uji tidak bisa dibuat
karena tergenang air sungai. Contoh hasil pengujian dapat dilihat pada gambar :
 Log of test pit
 Hasil pengujian laboratorium untuk bahan tanah (borrow area)
 Hasil pengujian laboratorium untuk bahan filter dan beton
 Pelaksanaan pemboran di daerah “dam site” sebanyak 8 titik, serta rencana
bendung di hilir Bendungan Blega sebanyak 2 titik masing-masing dengan diameter
66 mm sebanyak total 300 meter. Selama pemboran dilaksanakan pada pengujian
permeabilitas setiap interval 5 meter dengan metode “water pressure test”
Contoh hasil penyebaran dapat dilihat pada gambar
 Drill log
 Hasil pengujian permeabilitas dalam lubang bor
Berdasarkan laporan penyelidikan terdahulu dapat disimpulkan parameter desain
geologi teknis adalah sebagai berikut :

4 -6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

Gambar 4.1 Peta Satuan Morfologi Daerah Rencana Bendungan dan


Sekitarnya

4 -7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

Gambar 4.2 Peta Geologi Daerah Penyelidikan dan Daerah


Genangan

4 -8
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

Gambar 4.3 Peta Lokasi Borrow Area dan Quarry

4 -9
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

Gambar 4.4 Peta Lokasi Borrow Area

4 -10
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

Gambar 4.5 Peta Situasi Borrow Area

4 -11
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

Gambar 4.6 Peta Geologi Quarry Peterongan

4 -12
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

RANGKUMAN

Membahas masalah laporan yang berisikan data teknik terdahulu tentang sifat-sifat batuan
dan penyebabnya. Hasil pemboran yang pernah dilakukan terdahulu pemetaan dan
penyimpulan parameter desain.

4 -13
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

LATIHAN

1. Sebutkan mengenai masalah jenis batuan dalam pembuatan laporan penyelidikan


terdahulu menurut Ahli Pelaksana Geoteknik !

2. Sebutkan apa yang diperoleh dari hasil penyelidikan/ pengujian bahan di laboratorium !

3. Sebutkan apa yang Anda ketahui mengenai pemetaan geologi khususnya untuk daerah
regional atau disebut peta jaring geologi regional ?

4. Sebutkan apa yang dimaksud dengan parameter desain ?

5. Sebutkan apa yang dimaksud dengan borrow area dan quarry ?

4 -14
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Pengumpulan Data Geoteknik

DAFTAR PUSTAKA

1. Attewell P Band Farmer E. W., “Principles of Engineering Geology”, (1979)


2. Beel F. G., “Fondation Engineering in Difficult Ground”, (ed 1978)
3. Beel F. G., ”Engineering Properties of Soil and Rocks”, (ed 1981)
4. Blyth F. G. H. and M. H. de Frietas, “A Geology for Engineers”, (ed 1974)
5. Krynine, D. P. And Judd W. R., “Principles of Engineering Geology and Geotechnic“,
(ed 1957)

6. Legger P. F. And Karvew, “Hand Book of Geology in Civil Engineers“, (ed 1983)
7. Mc. Lean A. C. And C. D. Gribble, “Geology for Civil Engineers“, (ed 1979)
8. Brown E. T., “Rocks Charracterisation, Testing and Monitoring“, (ed 1981)
9. Farmer E. W., “Engineering Behavior of Rocks“, (ed 1983)
10. Goodman R. F., “Introduction to Rock Mechanical“, (ed 1980)
11. Hock E. And J. W. Brown, “Rocks Sloop Engineering“, (ed 1981)
12. Hock E. T. Brown, “Under Ground Excavation in Rocks“, (ed 1980)
13. Drs. P. N. W. Verhoef, “Geologi untuk Teknik Sipil“, (ed 1989)

Anda mungkin juga menyukai