Anda di halaman 1dari 3

Definisi Riba dan Pengertian Riba menurut Beberapa Mazhab

Setiap kata dalam bahasa Arab memiliki makna bahasa (lughawi). Jika makna tersebut dimaknai
dengan secara syara’ maka disebut makna syar’i atau bias disebut dengan makna istilahi. Sedangkan
kata riba secara linguistic menurut orang arab sebelum datangnya Islam, adalah “bertambah” atau
“berkembang”, bias juga diartikan “meninggi”. Dikatakan bahwa sesuatu disebut riba jika ia bertambah.
Contohnya seperti tunas. Tunas dapat dikatakan riba jika ia tumbuh berkembang. Sama halnya dengan
manusia, seseorang dapat tumbuh berkembang jika diberi makan. Sebab ia mendapat riba, maka dia
bisa tumbuh dan berkembang.

Secara istilah, kata riba terdapat kata alif badal (pengganti) waw, jika dijadikan mutsanna
(menunjukan bilangan dua) maka menjadi ribawi. Demikianlah menurut orang-orang Sibawih dan
Bashrah. Sedangkan menurut orang-orang Kufah, riba terdapat huruf alif badal dari ya’ karena huruf ra’
bertanda baca kasrah. Jika dijadikan mutsanna (menunjukan bilangan dua) maka menjadi ribyani.
Qurthubi berkata, “Kata riba dalam buku ditulis dengan huruf waw bertujuan untuk membedakan
antara kata riba dengan zina, sebelum diberi tanda titik. Namun demikian, kata riba yang ditulis dengan
akhir huruf alif lebih baik ketimbang waw sebab akar katanya adalah raba (dengan alif)-yarbuw.

Riba Menurut Syara’

Ketika Islam dating, menurut orang arab indikator makna riba didasarkan pada tradisi mereka.
Yaitu, “tambahan uang sebab ada tenggang waktu”. Definisi ini disebut riba utang. Selanjutnya, riba
diharamkan dalam Al-Qur’an dengan menggunakan kata “riba”. Tidak ada makna atau indikator lain dari
kata ini selain yang telah didefinisikan oleh orang Arab di zaman jahiliyah. Kemudian As-Sunnah
memperluas penjabaran tentang riba. Jashshash berkata, “ Riba menurut syara’ memiliki banyak
pengertian yang belum terdefinisikan secara khususndalam istilah bahasa Arab.” Orang – orang Arab
belum mengetahui bahwa menjual emas dengan emas, perak dengan perak merupakan bagian riba. Ini
adalah salah satu riba menurut istilah syara’.

Jenis riba yang baru ini menurut orang Arab disebut dengan riba jual-beli. Selain itu, riba
menurut syariah lebih cenderung kepada riba jual-beli. Demikianlah yang akan dibahas oleh ahli fiqih
empat mazhab mengenai definisi riba secara istilah.

Riba Menurut Mazhab Hanafi

Menurut penganut mazhab ini adalah definisi yang diungkapkan oleh Muhammad bin ‘Abi
Alauddin al-Hashkafi. Riba adalah kelebihan harta, pada barang yang diperjual-belikan dengan ukuran
syara’, meskipun dalam artian hukum dengan persyaratan tertentu yang diberlakukan kepada salah satu
dari kedua belah pihak dalam transaksi barter.

Yang dimaksud dengan “ukuran syara’” adalah dengan timbangan atau takaran tertentu.
Menurut mazhab hanafi, selain timbangan atau takaran maka tidak termasuk riba. Misalnya, volume
atau kuantitas, kecuali dalam riba nasiah. Sebab riba ini terjadi jika ada tambahan tenggang waktu
penyerahan barang barter pada salah satu dari kedua belah pihak. Jika barang yang ditukarkan itu
berjenis sama maka telah terjadi riba. Demikian juga pada pertukaran harta dengan harta yang sejenis.
Pertukaran barang sejenis yang tidak memungkinkan ditukar atau ditimbang karena terlalu kecil maka
tidak dikategorikan sebagai riba. Jika ada tambahan, baik ada syarat ataupun tidak, tetap saja disebut
riba.

Riba Menurut Mazhab Syafi’i

Terminologi riba menurut mazhab ini adalah transaksi pertukaran suatu barang terentu yang
diukur dengan takaran syara’ dengan barang lain yang belum ada ketika terjadi akad. Atau penukaran
suatu barang yang penyerahannya ditangguhkan, bauk oleh kedua belah pihak ataupun oleh salah
satunya. Yang dimaksud dengan “transaksi penukaran” adalah jual-beli barang dengan ganti yang
sepadan. Kemudian, maksud dari “menukar barang tertentu” adalah harta yang akan dibayar lebih, ini
terjadi pada makanan. Selanjutnya, maksud “barang yang belum ada” adalah barang barter yang belum
diketahui kadarnya secara pasti ketika terjadi akad.

Yang dimaksud dengan “takaran syara’” adalah diisyaratkan dengan menggunakan alat takar.
Sebab terjadinya riba atau tambahan itu akibat tidak diketahuinya kadar barang secara pasti. Dan
terakhir, maksud “(pertukaran barang) yang penyerahannya ditangguhkan, bauk oleh kedua belah pihak
ataupun oleh salah satunya” adalah meskipun kadar barangnya telah diketahui secara pasti dengan
takaran syara’ ketika akad, namun ada kecenderungan terjadi riba jika penyerahan barang antara
keduanya ada yang tertunda waktunya, baik untuk penukaran barang sejenis maupun lain jenis.

Riba Menurut Mazhab Hanbali

Menurut Mazhab ini, definisi terbaik dari Mansur bin Yunus. Beliau mengatakan bahwa riba
adalah tambahan, tenggang waktu, dan persyaratan tertentu, semuanya diharamkan oleh syara’.
Maksud dari “tambahan pada sesuatu” adalah kelebihan pada kadar jenis barang yang akan ditukarkan.
Kemudian, yang dimaksud dengan “tenggang waktu” adalah penundaan penerimaan salah satu barang
takaran atau timbangan, baik barang sejenis maupun barang berbeda jenis.

Yang dimaksud dengan “persyaratan tertentu” adalah penambahan harta riba pada barang
timbangan atau takaran yang akan ditukarkan. Lalu, maksud dari “diharamkan oleh syara’” adalah
dilarang oleh nash maupun qiyas. Mazhab Hanbali menetapkan bahwa alasan hukum adalah takaran
dan timbangan.

Jika diperhatikan dengan seksama, definisi terminologi riba yang diungkapkan oleh mazhab Hanbali ini
bisa diterima oleh semua kalangan fiqih. Apalagi terlihat dari alasan pada riba nasiah dengan riba fadhl
yang ditetapkan oleh seluruh mazhab.

Riba Menurut Mazhab Maliki

Menurut ‘Ali bin Ahmad al-Adawi as-Shuaidi berkata. “wujud riba adalah kelebihan pada takaran
atau timbangan, baik dengan penundaan penyerahan barang barter tersebut yang waktunya diketahui
secara pasti ataupun yang masih meragukan”. Pada mazhab ini, belum menjelaskan sebab terjadinya
riba. Beliau belum menyebutkan alasan hukum riba yang sesuai dengan pendapat mayoritas penganut
mazhab Maliki, yaitu makanan pokok yang tahan lama (bisa disimpan). Akan tetapi, beliau
meberlakukan kepada seluruh barang.

Anda mungkin juga menyukai