Anda di halaman 1dari 14

Tugas IPDHB

EMPHISEMA , PNEUMONIA & UDEMA


PULMONUM

Oleh

AHMAD ZUHYARDI LUBIS

0902101010024

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM – BANDA ACEH

2012
EMPHISEMA PULMONAL

Definisi
Emfisema paru-paru adalah keadaan pembesaran paru-paru yang disebabkanoleh
menggembungnya alveoli secara berlebihan yang disertai atau tanpa disertairobeknya dinding
alveoli tergantung dengan kerusakan alveoli. Udara pernafasan akanterdapat di dalam rongga
jaringan interstitial atau tetap berada di dalam rongga alveolisaja. Proses dapat berjalan secara akut
maupun kronik. Secara umum, emfisema paru-paru ditandai dengan dipsnoea ekspiratorik,
hyperpnoea dan mudahnya penderitamengalami kelelahan (Subronto, 2003).

Klasifikasi berdasarkan lokasi kerusakanya.


a.Centriacinar emfisema
b.Distal acinar emfisema
c.Panacinar emfisema
d.Irregular emfisema

Klasifikasi radiologik :
a.Emfisema obstruktif :
1.Akut
2.Kronik
3.Bullous
b.Emfisema non-obstruktif :
1.Kompensasi
2.Senilis (postural)
Etiologi
Emfisema paru-paru primer dapat disebabkan oleh trauma yang langsungmengenai dada hingga
sampai ke paru-paru. Tidak menutup kemungkinan, emfisemaparu-paru diikuti oleh emfisema
subkutan di sebagian besar tubuh. Emfisema primerjarang sekali terjadi terutama pada ternak besar
karena paru-paru ternak dilindungioleh tulang iga dan otot-otot yang kuat.Emfisema sekunder
seringkali terjadi pada sebagian besar ternak. Emfisemasekunder merupakan kejadian lanjutan dari
penyakit saluran pernafasan dan radangparu-paru, misalnya pneumonia suppurativa, pneumonia
verminosa, pneumoniainterstisial, bronchitis dan bronchiolitis. Kuda tua yang dirawat di kandang
terus-menerus dengan kualitas pakan yang jelek dan berdebu maka mudah menderitaemfisema
alveolaris yang kronik tanpa diketahui sebab-sebabnya (heaves). Alergenyang tidak tersifat seperti
debu kandang, spora jamur dan sebagainya akan dapat memudahkan timbulnya emfisema bagi
hewan-hewan yang peka.Emfisema paru-paru mungkin dapat timbul sebagai lanjutan dari
perubahanpatologis di luar alat pernapasan yang disertai toksemia, misalnya mastitis
yangdisebabkan oleh E.coli. Adanya bahan-bahan iritan menyebabkan peradangan padaalveoli. Jika
suatu peradangan berlangsung lama, bisa terjadi kerusakan yang menetap.Pada alveoli yang
meradang, akan terkumpul sel-sel darah putih yang akanmenghasilkan enzim-enzim (terutama
neutrofil elastase), yang akan merusak jaringanpenghubung di dalam dinding alveoli. Tubuh
menghasilkan protein alfa-1-antitripsin,yang memegang peranan penting dalam mencegah
kerusakan alveoli oleh neutrofilestalase.Ada suatu penyakit keturunan yang sangat jarang terjadi,
dimana hewan tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit alfa-1-antitripsin, sehingga emfisema
terjadi padausia muda.Pada sapi, emfisema bisa merupakan lesi karena pneumonia atipikal,
pneumoniaparasiter dan bisa juga dikarenakan anafilaksis (reaksi hipersensitifitas). Bentuk emfisema
yang paling biasa terjadi pada hewan adalah emfisema alveolaris kronis ataupada kuda sering
disebut heaves. Penyebab utamanya kurang diketahui namunpenyakit ini sering sekali terjadi pada
kuda dewasa yang diberi pakan dengan kadarserat kasar yang rendah secara berkepanjangan dan
semakin parah jika makananberdebu. Emfisema ini juga umum terjadi pada kuda yang dikandangkan
di gudanguntuk periode yang lama.Emfisema akut terjadi karena perforasi (perlubangan) pulmo oleh
karena adanyabenda asing yang menusuk atau menyebabkan trauma. Kasus ini sering
disebut Reticuloperitonitis Traumatik. Contoh kejadiannya adalah pada sapi atau kuda yangmenelan
benda tajam seperti paku secara tidak sengaja.

Pada pemeriksaan mikroskopis biasanya ditemukan perubahan menahun dalam paru-paru antara
lain :
1. Proliferasi epitel dan propia mukosa bronkhus dan bhonkioli
2. Hipertropi jaringan otot bronkhus, bhronkhioli pembuluh darah
3. Penambahan jaringan limfoit dan penebalan septa alveoli karena jaringan ikat

Patogenesis
Alveolus berkembangkempis sejak lahir sesuai batas elastisitas dindingnya.Pengembangan alveoli
yang berlebihan dalam waktu lama, misal oleh batuk paroxysmaldan kronik, akan mengakibatkan
penurunan elastisitas alveoli. Adanya stenosis saluranpernafasan, udara tidak dapat dikeluarkan
semua, hingga terjadi kenaikan tekanan intraalveolar. Tekanan intra alveolar meningkat pada suatu
ketika mencapai batasmaksimum hingga alveoli akan dapat pecah dan mengakibatkan emfisema
interstisial.Penurunan elastisitas yang berlebihan akan menyebabkan emfisema alveolaris.Emfisema
terjadi pada bagian paru-paru yang normal sebagai kompensasi atasketidakmampuan untuk
berfungsi dari bagian paru-paru yang lain, misalnya karenaabses, oedema, dan bronchopneumonia.
Penurunan elastisitas bronchiol dan alveolimungkin disebabkan oleh toksin yang dihasilkan kuman
tertentu. Kelemahan dindingalveoli udara ekspirasi harus dikeluarkan dengan usaha yang lebih besar
darinormalnya, hingga terlihat dispnoea yang bersifat ekspiratorik. Kadang-kadangditemukan
ekspirasi ganda (dobel) ditandai dengan berkontraksinya otot perut secaraberlebihan. Robeknya
alveoli diikuti robeknya kapiler disekitarnya, hingga titik-titik darah sering ditemukan bersama lendir
atau dahak yang keluar

Diagnosis
1. Diagnosis UmumPada saat auskultasi akan terdengar suara krepitasi atau sibilant dan hal ini
seringterjadi pada sapi. Sementara pada kuda, kita akan sering mendapatkan suara friksi2.
Pemeriksaan Patologi Klinik Karena tertahannya CO2 dalam darah akibat kegagalan eliminasi oleh
sistempernafasan, maka tubuh mengkompensasi meningkatkan cadangan alkali.
Polisitemia(peningkatan jumlah total sel-sel darah) sebagai kompensasi kekurangan O2 jugabisa
terjadi. Polisitemia dapat dilihat melalui metode hematokrit.3. Pemeriksaan NekropsiParu-paru akan
terlihat membesar dan pucat dan dapat terlihat adanya jejak (imprints) dari tulang iga pada pulmo.
Pada kasus emfisema interstisial, septainteralveolar akan mengalami pengembungan (distensi)
karena udara yang terjebak dan perubahan ini dapat meluas ke bagian atas yaitu ke lapisan bawah
pleura ataulapisan atas pleura. Hal ini yang menyebabkan timbulnya suara krepitasi, sibilant
danfriksi pada saat kita melakukan auskultasi.Hasil pemeriksaan nekropsi lainnya yang dapat terlihat
adalah adanya bukti gagaljantung kongestif. Jantung akan terlihat berwarna merah kehitaman.
Pemeriksaanhistopatologis akan menunjukan adanya ruptur alveoli dan terjadinya bronchiolitis.
tes fungsi paru
- untuk menentukan karakteristik dan kemampuan dari paru-paru
spirometri
- untuk mengukur jumlah udara yang dapat dipaksa keluar
peak flow meter
- untuk mengevaluasi perubahan dalam bernafas danrespon terhadap obat
x-ray dada
dahak analisis
- untuk memeriksa lendir untuk infeksi
elektrokardiogram (ECG atau EKG)
- untuk mengukur aktivitas listrik jantung
Terapi dan Pengobatan
•Obat-obat yang telah diujikan dalam praktek : kortikosteroid, antihistaminika,ekspektoransia,
bronchodilatator dan antibiotika. Bronchodilatator dapat mengurangi kejang otot, misalnya agonis
reseptor beta-adrenergik (albuterolinhaler) dan theophylline per-oral (melalui mulut) yang
diseraplambat.kortikosteroid dapat mengurangi peradangan.
•Tidak ada pengobatan terpercaya yang dapat mengurangi kekentalan lendirsehingga mudah
dikeluarkan melalui batuk. Tetapi menghindari dehidrasi bisamencegah pengentalan lendir. Minum
cairan yang cukup untuk menjaga airkemih tetap encer dan bening.
•Untuk kuda yang diperlukan tenaganya seperti kuda pacu, kuda tarik, kudabeban dapat dikatakan
harapan untuk sembuh tidak ada. Jadi dapat dialihfungsikan sebagai pemacak jikabelum terlalu tua.
•Dengan pemberian istirahat sebanyak-banyaknya, ditemapatkan dalam kandangyang luas, bersih
dan ventilasi yang baik.
•Diberikan makanan yang berkualitas baik dan tidak berdebu.
•Jika tidak ada kontraindikasi dapat diberikan preparat boroglukonat 24-38%sebanyak 100-200 ml
secara IV agar dapat memperkuat pembuluh darah dalamparu-paru.
•Apabila perubahan klinisnya belum terlalu jauh, emfisema yang bersifat kompensatorik dapat
sembuh jika penyakit primernya dapat diatasi.
•Dapat juga diberikan oksigen yang akan mengurangi kelebihan sel darah merahyang disebabkan
menurunnya kadar oksigen dalam darah, memperbaiki gagaljantung, juga bisa memperbaiki sesak
nafas selama beraktivitas dan atropineuntuk mengurangi hipoksia.
•Sapi atau kuda tua yang menderita emfisema kronik sebaiknya dipotong saja.
Pencegahan
Hewan yang sudah tua dirawat di kandang yang bersih dan sekali-kalidikeluarkan.
Hewan diberi pakan berkualitas baik dan tidak berdebu.
Kebersihan kandang dijaga dari debu dan spora jamur.
Polusi udara umumnya diberi batasan sebagai udara yang mengandung satu ataulebih zat kimia
dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk dapat menyebabkangangguan pada manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan dan harta benda.
Pneumonia

Definisi

Pneumonia atau pneumonitis adalah suatu peradangan pada paru-paru terutama pada bagian
parenkhim paru. Kondisi ini mengakibatkan adanya gangguan fungsi sistem pernafasan
(Gabor 2003).

Radang paru-paru (pneumonia) merupakan radang parenkim yang dapat berlangsung baik
akut maupun kronik ditandai dengan batuk, suara abnormal pada waktu auskultasi, dyspnoe
dan kenaikan suhu tubuh. Radang ini disebabkan oleh berbagai agen etiologi, radang yang
disebabkan bakteri terkadang menyebabkan terjadinya toksemia. Secara patologi banyak
ditemukan bersamaan dengan radang bronchus hingga terjadi bronchopneumonia yang sering
terjadi pada hewan.

Etiologi

Faktor-faktor pengelolaan peternakan dan lingkungan hewan sangat berpengaruh terhadap


terjadinya radang paru-paru pada suatu peternakan. Cara-cara pemeliharaan seperti
penempatan hewan yang selamanya hanya dikandang saja, tempat yang lembab atau berdebu,
ventilasi udara yang jelek, penempatan hewan dari berbagai umur dalam satu tempat, jumlah
hewan yang berlebihan dalam satu kandang, hewan yang berdesak-desakan (over crowding),
pemasukan hewan-hewan yang tidak beraturan, merupakan faktor-faktor yang mendukung
terjadinya pneumonia (Cordes et.al 1994). Selain itu, adanya radang seperti radang pada
bronkhus (bronkhitis) juga dapat bertindak sebagai penyebab pneumonia.

Etiologi kejadian pneumonia sangat beragam. Menurut Welsh et.al (2004), penyakit
pneumonia pada sapi dapat diakibatkan oleh virus, bakteri atau kombinasi keduanya, parasit
metazoa (metazoan parasites) dan agen-agen fisik/kimia lainnya. Adapun spesifitas agen
penyebab tersebut adalah :

VIRUS : Infectious Bovine Rhinotracheitis, Malignant Catharhal Fever, Bovine Fever,


Bovine Herpes V-4, Adenovirus, Parainfluenza-3, Bovine respiratory Virus, Bovine Virus
Diarrhea-Mucosal Disease, Rhino-virus, Rota-virus.
BAKTERI : Pasteurella multocida,Pasturella hemolitica, Streptococcus sp, Mycobacterium
tuberculosa, Corynobacterium pyogenes, Hemophilus somnus

JAMUR: Chlamydia psittaci

MYCOPLASMA: Mycoplasma mycoides, Mycoplasma dispar, Mycoplasma bovis

PARASIT: Dictocaulus viviparus

Patogenesa
Agen-agen infeksi memasuki jaringan paru-paru secara inhalasi, hematogen atau limfogen.
Berat ringan proses radang tergantung pada jenis, virulensi, dan jumlah agen infeksi yang
berhasil memasuki jaringan. Infeksi secara hematogen dan limfogen menyebabkan
terbentuknya foci-foci radang yang letaknya tersebar pada berbagai lobus paru-paru.
Kejadian akut biasanya disebabkan oleh bakteriPasteurela sp dan Mycoplasma sp sedangkan
yang disebabkan jamur atau bakteri Mycobacterium sp kebanyakan bersifat kronis dengan
pembentukan granuloma. Sedangkan agen infeksi yang disebabkan oleh viral berlangsung
subklinis yang memerlukan faktor lain dalam patogenesisnya yaitu dengan kerja sama dengan
bakteri patogen lain maupun pengelolaan peternakan dan lingkungan yang jelek.
Radang paru-paru akan menyebabkan terjadinya hipoksia karena terjadi ganguan
pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Kompensasi dari hal tersebut hewan akan
meningkatkan frekuensi dan intensitas pernafasan. Karena adanya rasa sakit ketika bernafas
disebabkan meningkatnya kepekaan jaringan yang mengalami radang pernapasan
berlangsung cepat dan dangkal.
Adanya hiperemi, paru-paru akan mengalami pemadatan, konsolidasi yang dalam keadaan
lanjut terjadi pemadatan yang berkonsistensi seperti hati ( hepatisasi). Pada uji apung jaringan
yang berkonolidasi akan melayang ataupun tenggelam. Adanya eksudat pada saluran
pernafasan akan menyebabkan batuk bagi jaringan yang peka, karena eksudat ini bila
dilakukan auskultasi akan terdengar suara ronchi basah dan hilangnya suara vesikuler.

Selain itu, gambaran anatomis dan fisiologis dari sistem respirasi sapi memungkinkan adanya
predisposisi terhadap berkembangnya penyakit paru-paru dibandingkan hewan lainnya. Sapi
secara fisiologis mempunyai kapasitas pertukaran gas yang kecil dan aktifitas tekanan
ventilasi basal lebih besar. Kapasitas pertukaran gas yang kecil menyebabkan sapi
mendapatkan tingkat oksigen alveolar dan bronchial rendah selama berada pada dataran
tinggi dan selama periode aktifitas fisik/metabolik. Pada saat itu, tekanan oksigen rendah atau
hypoxia mungkin memperlambat aktifitas mucociliary dan makrofag alveolar dan
menurunkan kecepatan proses pembersihan paru-paru (Subronto 2003).

Paru-paru sapi juga mempunyai tingkat pembagian ruangan yang lebih besar dari pada hewan
lain. Hal ini memungkinkan terjadinya hypoxia perifer pada jalannya udara sehingga jalannya
udara menjadi terhambat. Hal ini mengakibatkan penurunan aktifitas fagositosis dan retensi
multifikasi agen-agen infeksius. Disamping itu, karena makrofag alveolar jumlahnya rendah
pada paru-paru sapi, maka mekanisme pembersihan paru-paru tidak seefektif hewan lain.
Demikian pula tingkat atypical bioactivity dari lysozyme mukus respirasi pada sapi yang
rendah, memungkinkan sapi lebih mudah menderita infeksi saluran pernafasan dibandingkan
spesies hewan lainnya.

Gejala klinis

Pada awalnya radang paru-paru ( pneumonia ) didahului gejala hiperemi pulmonum, diikuti
dyspnoe, frekuensi nafas 40-80 kali permenit, tipe nafas bersifat abdominal, napasnya mula-
mula dangkal kemudian dalam, batuk, setelah berlangsung beberapa hari muncul leleran pada
hidung, pulsus 60-90 kali per menit, demam ( suhu 42ºC ) kenaikan suhu tubuh ini sejalan
dengan reaksi tubuh dalm memobilisasi sel-sel darah putih dan berlangsungnya seperti
antigen-antibodi.
Pada inspeksi terkadang tercium bau abnprmal dari pernapasan penderita. Bau busuk (
halitosis, foxtor ex ero ) dapat berasal dari runtuhan sel atau dari produk bakteri penyebab
pneumonia. Bau busuk selalu ditemukan pada radang paru-paru yang disertai ganggren.
Pada auskultasi daerah paru-paru akan terdengar berbagai suara abnormal. Terdengar
suara bronchial ( rhonci basah ) yang seharusnya suara vesicular disebabkan alveoli terisi
cairan radang. Pada pemeriksaan perkusi pada daerah paru-paru tidak ditemukan adanya
perubahan pada batas-batas daerah perkusi. Suara resonansi yang dihasilkan bervariasi mulai
dari agak pekak pada daerah yang mengalami hiperemi sampai pekak total pada daerah yang
mengalami hepatisasi.
Pada sapi perah terjadi penurunan produksi susu bahkan sering sekali produksi susu
terhenti sama sekali. Penderita tampak lesu, malas berbaring, gelisah, kehilangan nafsu
makan dan minum, depresi, terkadang pernapasan dengan mulut, konstipasi dan oligouria.

Menurut Cordes et.al (1994) gejala klinis terjadinya pneumonia pada sapi adalah
respirasi cepat dan dangkal, sesak nafas (dyspnoe), batuk, keluar discharge atau eksudat pada
hidung, tegak sapi dalam posisi abduksio (bahu direnggangkan), tidak selalu ditandai dengan
kenaikan suhu/demam karena kenaikan suhu tubuh berlangsung sejalan dengan reaksi tubuh
dalam memobilisasi sel darah putih dan berlangsungnya reaksi antigen-antibodi. Pada
pneumonia yang telah berjalan cukup lama (kronis) tidak disertai dengan kenaikan suhu
tubuh (Subronto 2003).
Pada pemeriksaan auskultasi, daerah paru-paru akan terdengar suara abnormal.
Karena alveol berisi cairan radang, pada saat inspirasi suara bronchial lebih kecil atau sama
dengan suara vesikular. Pada pemeriksaan secara perkusi, tidak ditemukan batas-batas yang
jelas pada gema perkusinya. Suara resonansi yang dihasilkan bervariasi (Gabor 2003).
Selain itu, pada perkembangan lebih lanjut, pada sapi yang sedang produksi akan
mengalami penurunan produksi atau produksi air susu akan terhenti sama sekali, hewan lesu,
malas, berbaring dan kehilangan nafsu makan dan minum (Gabor 2003)

Diagnosa

Didasarkan pada:

a. Gejala Klinis

Diagnosa pneumonia didasarkan atas gejala klinik yang terlihat dan dilengkapi dengan
pemeriksaan secara auskultasi, perkusi dan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan lanjutan
berupa pemeriksaan foto rontgent. Untuk mengetahui etiologi atau agen penyebab pneumonia
perlu dilakukan pemeriksaan mikrobiologis berupa pemeriksaan sputum atau leleran hidung
atau swab trakheal (Cordes et.al 1994).
b. Pemeriksaan hematologi

Pemeriksaan ini untuk melihat gambaran sel darah putih dan jika memungkinkan dapat pula
dilakukan pemeriksaan serologis, terutama untuk mengetahui keberadaan agen virus. Bahkan
pemeriksaan feses natif untuk mengetahui telur cacing juga dapat dilakukan. Karena larva
nematoda Dictyocaulus viviparus dalam perjalanannya di paru-paru dapat menyebabkan
peradangan (Lungworm pneumonia).

c. Pemeriksaan makroskopis
1. 2.

3. 4

Ket.gambar :
1. Paru sapi terkena pneumonia oleh M bovis
2. pneumonia kronis sapi
3. bronchopneumonia sapi
4. Paru normal sapi

Pemeriksaan makroskopis pada paru-paru tampak perubahan warna mulai yang dari
kemerahan sampai menjadi abu-abu dan kuning bahkan terjadi hepatisasi merah,
konsistensinya berubah menjadi seperti hati yang elastis bahkan mengalami kerapuhan. Pada
pengirisan paru-paru ditemukan adanya eksudat mulai dari serous sampai mukopurulen,
jaringan parenkim tampakmengalami kongesti dan hepatisasi. Pada uji apung akan melayang
atau tenggelam, dan ditemukan inklusi bodi pada pneumonia yang disebabkan virus.

Terapi dan Pencegahan

Pengawasan pada hewan yang masih sehat sangatlah penting, penderita ditempatkan
dikandang yang bersih, hangat dan ventilasi yang baik. Pemberian Ca boroglukonat dan
vitamin C serta penangan dehidrasi sangat berguna untuk terapi pneumonia.

Terapi sangat efektif dilakukan jika telah mengetahui agen penyebab pneumonia.
Pengobatan dengan antibiotik berspektrum luas.
Udema Pulmonum

Definisi

Udema Pulmonum adalah suatu kondisi di mana cairan menumpuk di paru-paru, biasanya
karena ventrikel kiri jantung tidak memompa cukup.

Deskripsi

Penumpukan cairan dalam ruang di luar pembuluh darah paru-paru yang disebut pulmonary
edema. Edema paru adalah komplikasi umum dari gangguan jantung, dan kebanyakan kasus
kondisi ini dikaitkan dengan gagal jantung . Edema paru bisa menjadi kondisi kronis, atau
dapat terjadi tiba-tiba dan cepat menjadi hidup mengancam. Jenis yang mengancam jiwa dari
edema paru terjadi ketika sejumlah besar cairan tiba-tiba bergeser dari pembuluh darah paru
ke paru-paru, karena masalah paru-paru, serangan jantung , trauma, atau bahan kimia
beracun. Hal ini juga bisa menjadi tanda pertama dari penyakit jantung koroner.

Dalam hati yang berhubungan dengan edema paru, ruang utama jantung, ventrikel
kiri, melemah dan tidak berfungsi dengan baik. Ventrikel tidak sepenuhnya mengeluarkan
isinya, menyebabkan darah kembali ke atas dan curah jantung menurun.Tubuh merespon
dengan meningkatkan tekanan darah dan volume cairan untuk mengkompensasi curah
jantung berkurang.Hal ini, pada gilirannya, meningkatkan kekuatan terhadap yang ventrikel
harus mengusir darah. Darah punggung atas, membentuk sebuah kolam di pembuluh darah
paru. Kebocoran cairan ke dalam ruang antara jaringan paru-paru dan mulai
menumpuk. Proses ini membuat lebih sulit bagi paru-paru untuk memperluas. Hal ini juga
menghambat pertukaran udara dan gas antara paru-paru dan darah bergerak melalui
pembuluh darah paru-paru.

Penyebab dan Gejala

Kebanyakan kasus edema paru yang disebabkan oleh kegagalan ruang utama jantung,
ventrikel kiri. Hal ini dapat disebabkan oleh serangan jantung akut, parah iskemia , kelebihan
volume ventrikel kiri jantung, dan stenosis mitral. Non-jantung terkait edema paru
disebabkan oleh masalah paru-paru seperti pneumonia , kelebihan cairan intravena, beberapa
jenis penyakit ginjal , buruk luka bakar , penyakit hati, masalah gizi, dan penyakit Hodgkin.
Gejala awal dari edema paru meliputi:

1.sesak napas

2.gangguan pernapasan secara tiba-tiba

3.kesulitan bernapas

4.batuk

Dalam kasus edema paru yang parah, gejala ini akan memperburuk ke:

1.bekerja dan pernapasan cepat

2.berbusa, cairan berdarah mengandung nanah batuk dari paru-paru (dahak)

3.gangguan serius dalam irama jantung (atrial fibrilasi, misalnya)

4.kulit dingin, basah, berkeringat, dan kebiruan

5.penurunan tekanan darah.

Diagnosa Pulmonary Edema


Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada. Radiograph (X-ray)
dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang menyinggung jantung dan pembuluh-
pembuluh darah utamanya plus tulang-tulang dari vertebral column, dengan bidang-bidang
paru yang menunjukan sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang
dilingkungi oleh struktur-struktur tulang dari dinding dada.
X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak
tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-kasus yang lebih
parah dari pulmonary edema dapat menunjukan opacification (pemutihan) yang signifikan
pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru yang normal.
Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari pulmonary edema, namun
ia mungkin memberikan informasi yang minimal tentang penyebab yang mungkin
mendasarinya.

Untuk mengidentifikasi penyebab dari pulmonary edema, penilaian keseluruhan dari


gambar klinis pasien adalah penting. Sejarah medis dan pemeriksaan fisik yang saksama
seringkali menyediakan informasi yang tidak ternilai mengenai penyebab.
Alat-alat diagnostik lain yang digunakan dalam menilai penyebab yang mendasari dari
pulmonary edema termasuk pengukuran dari plasma B-type natriuretic peptide (BNP) atau N-
terminal pro-BNP. Ini adalah penanda protein (hormon) yang akan timbul dalam darah yang
disebabkan oleh peregangan dari kamar-kamar jantung. Peningkatan dari BNP nanogram
(sepermilyar gram) per liter lebih besar dari beberapa ratus (300 atau lebih) adalah sangat
tinggi menyarankan cardiac pulmonary edema. Pada sisi lain, nilai-nilai yang kurang dari 100
pada dasarnya menyampingkan gagal jantung sebagai penyebabnya.
Metode-metode yang lebih invasif adakalanya diperlukan untuk membedakan antara
cardiac dan noncardiac pulmonary edema pada situasi-situasi yang lebih rumit dan kritis.
Pulmonary artery catheter (Swan-Ganz) adalah tabung yang panjang dan tipis (kateter) yang
disisipkan kedalam vena-vena besar dari dada atau leher dan dimajukan melalui kamar-kamar
sisi kanan dari jantung dan diletakkan kedalam kapiler-kapiler paru atau pulmonary
capillaries (cabang-cabang yang kecil dari pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru). Alat
ini mempunyai kemampuan secara langsung mengukur tekanan dalam pembuluh-pembuluh
paru, disebut pulmonary artery wedge pressure.

Pasien dengan edema paru akan memiliki denyut nadi yang cepat, napas cepat, napas
abnormal dan suara jantung, dan urat leher membesar. Sebuah dada x ray sering digunakan
untuk mengkonfirmasikan diagnosis. Darah pengujian gas arterial dapat dilakukan. Kadang-
kadang kateterisasi arteri pulmonalis dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa pasien
memiliki edema paru dan bukan penyakit dengan gejala yang sama (disebut sindrom
gangguan pernapasan dewasa atau "edema paru noncardiogenic.

Pengobatan

Edema paru membutuhkan perawatan darurat. Pengobatan meliputi: pemberian oksigen,


ventilasi dibantu atau mekanis (dalam beberapa kasus), dan terapi obat. Tujuan pengobatan
adalah untuk mengurangi jumlah cairan di paru-paru, meningkatkan pertukaran gas dan
fungsi jantung, dan, jika mungkin, untuk memperbaiki penyakit yang mendasari.Dalam kasus
di mana gangguan pernapasan parah, ventilator mekanik dan tabung ke dalam tenggorokan
(intubasi trakea) akan digunakan untuk meningkatkan pengiriman oksigen. Dan usaha yang
dibutuhkan untuk napas, meningkatkan oksigen dan pertukaran karbon dioksida, dan
meningkatkan output jantung.

Anda mungkin juga menyukai