Makalah ini disususn agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang “Tari Topeng
Kebudayaan Khas Bekasi”, yang kami sajikan dalam pengamatan dari berbagai sumber. Makalah
ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang pada diri kami maupun
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah YME akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Tari Topeng Kebudayaan Khas Bekasi” yang sangat dekat sekali
dalam kehidupan masyarakat sekitar. Untuk itu kami berharap dengan adanya makalah ini dapat
menambah pengetahan tentang salah satu kebudayaan di indonesia yang hampir sebagian orang
melupakannya.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadikan masyarakat yang lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II 5W + 1H .......................................................................
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan .............................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
A. LATAR BELAKANG
Budaya Bekasi diibaratkan hidup segan mati tak mau. Yang harus dilakukan saat ini
adalah menumbuhkan keyakinan untuk mampu bangkit. Harus mempunyai keberanian. Dengan
kata lain, tantangannya adalah harus memulai membangun jaringan komunikasi, baik dengan
industri dan masyarakat. Untuk menjaga keutuhan budaya Bekasi, jika menggunakan melalui
hak paten, dirasakan biayanya terlalu tinggi. Kalau bisa dengan peraturan daerah saja sudah
cukup kuat untuk melindungi. Karena pemerintah daerah lain tidak bisa mengklaim lagi.
Kebudayaan Bekasi berkembang berdasar sikap masyakatnya yang terbuka, sehinga
banyak pengaruh daerah lain masuk. Namun pengaruh Cirebonan cukup dominan. Persolaan lain
yang perlu diantisipasi adalah adanya “ancaman” daerah lain ( Jakarta ) yang boleh jadi akan
megklaim beberapa kesenian tradisi Bekasi sebagai bagian dari tradisinya. Ini sudah terjadi pada
kesenian Topeng yang aslinya dari Tambun, tapi kini orang mengenalnya sebagai Topeng
Betawi. Langkah selanjutnya, bisa lebih dipertajam. Misalnya menggunakan hak paten untuk
melindungi cagar budaya Bekasi. Langkah ini diharapkan dapat mengikis kata-kata kuota dari
Provinsi Jawa Barat bahwa Kota dan Kabupaten Bekasi hanya mendapat satu kuota cagar
budaya. Pemberian kuota ini sangat mengecewakan karena, membuka pintu bagi daerah lain,
seperti DKI Jakarta untuk mengklaim cagar budaya Bekasi. Dewan Kesenian bercita-cita bahwa
kebudayaan harus menjadi oasenya, bukan jadi obyeknya.
BAB II
B. RUMUSAN MASALAH
Dari untaian kata diatas, kami ingin menjelaskan kepada masyarakat mengenai batasan dan
rumusan masalah dalam beberapa point penting:
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari makalah ini adalah karena menjaga, memelihara dan melestarikan
kebudayaan merupakan kewajiban setiap individu, maka dalam realisasinya, kami mencoba
menyusun makalah yang berjudul KebudayaanBekasi yang didalamnya mengulas tentang
berbagai kebudayaan berdasarkan unsur-unsur kebudayaan yang telah dipelajari.
Penyusunan makalah yang berjudul Kebudayaan Bekasi ini bertujuan agar pembaca
mengetahui bahwa Kabupaten dan Kota Bekasi merupakan daerah yang kaya akan budaya serta
menyadari bahwa menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah merupakan kewajiban dari
setiap orang.
BAB III
PEMBAHASAN
B. Kebudayaan Bekasi
Kebudayaan Bekasi akan punah kalau tidak dijaga. Minimal dengan mempublikasikannya
dengan tulisan. Salah satu contoh ialah, pemerintah daerah Solo dan Banjarmasin yang sudah
melakukannya. Tetapi, kita belum menemukan sebuah buku di Bekasi yang menggarap profil
kebudayaan secara utuh. Mengharapkan ada penulis yang serius menggarap profil kebudayaan
Bekasi. Nanti kemungkinan bisa dicetak oleh pemerintah daerah dan dapat dibagikan ke
masyarakat secara gratis. DPRD respek dengan permasalahan kebudayaan Bekasi. Meminta dari
pertemuan-pertemuan Komunitas Pangkalan Bambu, dibuatkan notulensi sehingga ada jejaknya.
Selama ada keseriusan, ada pengkajian, dan mengajak anggota DPRD lainnya untuk juga
membicarakan masalah kebudayaan Bekasi yang terancam punah. Dan juga adanya kesediaaan
diri untuk membantu dengan memberikan komputer laptop untuk operasional. Minimal
kegunaanya untuk membuat notulensi tiap kali ada pertemuan Komunitas Pangkalan Bambu.
Pertunjukan Topeng Bekasi selalu dilaksanakan sesuai tata cara yang telah ada. Untuk
mengawalinya, dilaksanakan acara pemukulan gong. Prosesi ini tidak dilakukan secara
sembarangan. Jika pagelaran dilaksanakan hari Senin, gong ditabuh sebanyak empat kali. Bila
dihelat pada hari Selasa, maka gong dipukul sebanyak tiga kali. Jumlah pukulan selalu
ditentukan berdasarkan jumlah neptu hari.
Acara kedua dalam pertunjukan Topeng Bekasi adalah tatalu. Tahap ini ditandai dengan
alunan bunyi alat musik rebab. Bila Topeng Bekasi dilaksanakan dalam acara keluarga, maka
terdapat prosesi yang dinamakan ijab kabul. Tetapi jika digelar dalam acara hiburan, acara ketiga
biasanya diisi dengan sambutan-sambutan.
Penampilan para penari topeng dapat disaksikan setelah memasuki prosesi keempat yakni
penyajian tari-tarian. Acara ini menyuguhkan tari topeng tunggal. Dalam tarian tersebut
penonton dapat melihat tiga karakter berbeda yang dilambangkan dengan tiga bentuk topeng
yaitu topeng subadra, kedok satria, dan kedok rahwana. Selain itu, ada pula pementasan tari lipet
gandes, tari kang aji, dan tari oncom lele.
Usai menyaksikan tarian, penonton diajak bersuka cita dengan penampilan para
komedian dalam acara penyajian lawakan. Sedangkan prosesi keenam dalam pertunjukan
Topeng Bekasi lazim disebut ngajantuk atau penyajian lakon cerita. Acara terakhir ini
menampilkan lakon dengan cerita yang bersumber dari kehidupan keluarga sehari-hari seperti
ngaruju, ngalinter, bodo pinter, ngabongkak, dan lain-lain.
Topeng Bekasi biasa dipentaskan untuk memeriahkan acara perkawinan, sunatan, menya
mbut tamu, kampanye, pentas seni , dan sebagainya. Bila ingin menyaksikan teater khas betawi I
ni Anda dapat datang ke Kabupaten Bekasi. Dari Jakarta ikuti Jalan Tol Jakarta-Cikampek hingg
a sampai Cikarang Barat. Selanjutnya belok kiri ke Jalan Akses Tol. Setelah sampai pertigaan bel
ok kanan ke Jalan Imam Bonjol dan lurus saja sampai Jalan Haji Omar Said Cokroaminoto. Lalu
belok kiri pada pertigaan kedua masuk ke Jalan Kyai Asnawi yang mengarah langsung ke Kabup
aten Bekasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berangkat dari kenyataan bahwa ada dua budaya dominan yang berkembang di wilayah
Bekasi ini, yakni Betawi dan Sunda.
Menggugah kalangan konstituen untuk bagaimana merumuskan permasalahan cagar
budaya Bekasi yang “hilang” karena diklaim oleh daerah lain, seperti DKI Jakarta mengklaim
tari Topeng Bekasi menjadi Tari Topeng Betawi. Konstituen diharapkan memikirkan masalah ini
secara serius sehingga dikemudian hari tidak terjadi terjadi lagi. Misalnya, apakah bisa
menerbitkan peraturan daerah tentang perlindungan kebudayaan Bekasi sehingga tidak diklaim
oleh daerah lain. Kalau memungkinkan, apakah bisa dibuat hak paten. Mematenkan budaya
Bekasi.
Kebudayaan Bekasi berkembang berdasar sikap masyakatnya yang terbuka, sehinga
banyak pengaruh daerah lain masuk. Namun pengaruh Cirebonan cukup dominan. Persolaan lain
yang perlu diantisipasi adalah adanya “ancaman” daerah lain ( Jakarta ) yang boleh jadi akan
megklaim beberapa kesenian tradisi Bekasi sebagai bagian dari tradisinya. Ini sudah terjadi pada
kesenian Topeng yang aslinya dari Tambun, tapi kini orang mengenalnya sebagai Topeng
Betawi. Dia menyebut ada jenis empat tradisi yang mesti segera “dilindungi” agar tak direbut.
Antara lain Wayang klitik, Wayang udung. Langkah awal yang harus dilakukan adalah
melakukan pementasan kesenian, antara lain Ujungan. Ini untuk melibatkan para pelaku kesenian
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
(K7718043)
Pendidikan Akuntansi
Tahun 2018/2019