Anda di halaman 1dari 68

;PE DOMAN

TATA PAMERAN
DI MUSEUM

DEPARTEMENPBNDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
DlllEXTORAT PERMUSEUMAN
PROYEX PEMBINAAN PERMUSEUMAN J AKAKl'A
19'7/lffl
DAFTARISI

KATA PENGANTAR Ill

SAMBUTAN DIREK TUR PERMUSEUMAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . v

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB II PAMERAN DI MUSEUM . .......................... 3


A. Jenis Pameran . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
B. Pelaksana Pameran . . .. .... . . .... .. .. .. .. .. . .. .. .. . . 7
C. Faktor-faktor Yang Mendukung Dalam Pameran 9
D. Prinsip Tata Pameran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . JI

BAB III PROSES KEGIATAN PAMERAN . . . . . . . . . . . . . . . 29


A. Tahap Prakarsa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 29
B. Tahap Pembuatan Konsep . ....................... 36
.c. Tahap Pembuatan Desain ...................... .. 38
D. Tahap Pelaksanaan . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
E. T ahap Evaluasi . .... . ............................ . . 40

BAB IV PENUTUP . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
KATA PENGANTAR

Salah satu kegiatan Direktorat Pennuseuman yang dibiayai


melalui dana Proyek Pembinaan Pennuseuman Jakarta Tahun Anggaran
1997/1998 adalah Pencetakan Hasil Kegiatan Penyusunan Naskah
Budaya.

Buku "Pedoman Tata Pameran di Museum" adalah salah satu


naskah budaya yang dicetak untuk kedua kalinya. l(arena cetakan
yang pertama sudah habis. Pada cetalcan yang kedua ini terdapat
sedikit revisi dan tambahan setelah melalui pertimbangan yang
seksama. Namun kami menyadari bahwa isi buku ini masih belum
seperti yang diharapkan. Segala kritik dan saran demi perbaikan isi
buku ini sangat kami harapkan dan akan kami terima dengan senang
hati.

Kepada Bapak Direktur Pennuseuman. Kami mengucapkan


terima kasih yang sebesar-besamya atas saran dan pengarahannya.
demikian pula kepada semua pihalc yang telah membantu sehingga
terselesaikannya pencetakan ulang buku ini.

Selamat membaca.

Jakarta. Desember 1997


Proyek Pembinaan Pennuseuman Jakarta
Pemimpin,

Drs. Agus
NIP 130517287

iii
,.
DAFTARISI

KATA PENGANTAR Ill

SAMBUTAN DIREK TUR PERMUSEUMAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . v

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB II PAMERAN DI MUSEUM . .......................... 3


A. Jenis Pameran . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
B. Pelaksana Pameran . . .. .... . . .... .. .. .. .. .. . .. .. .. . . 7
C. Faktor-faktor Yang Mendukung Dalam Pameran 9
D. Prinsip Tata Pameran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . JI

BAB III PROSES KEGIATAN PAMERAN . . . . . . . . . . . . . . . 29


A. Tahap Prakarsa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 29
B. Tahap Pembuatan Konsep . ....................... 36
.c. Tahap Pembuatan Desain ...................... .. 38
D. Tahap Pelaksanaan . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
E. T ahap Evaluasi . .... . ............................ . . 40

BAB IV PENUTUP . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
BABI

PENDAHULUAN:

Naluri manusia untuk melakukan pengumpulan benda-benda


adalah merupakan hal yang lama (collecting instinct). Hal ini dapat
dibuktikan oleh para ahli arkeologi di Eropah bahwa naluri ini sudah
ada pada manusia Neanderthal di Eropa sejak 85.000 tahun yang
lalu, dan bukti-buktinya berupa koleksi kepingan-kepingan oker
(jenis batuan berwarna), kerang-kerangan yang aneh, dan banyak lagi
yang didapatkan di dalam gua-gua bekas tempat tinggal manusia
Neanderthal ini.

Kumpulan koleksi dari benda-benda aneh ini (curiosities)


dalam bidang permuseuman merupakan "curio cabinet" atau bentuk
tata pameran yang tertua. Naluri pengumpulan · · benda aneh
ini terus berlanjut, sehingga menjadikannya suatu bentuk pameran
tersendiri.

Museum-museum pada permulaannya memang merupakan


koleksi pribadi milik para bangsawan, para pangeran (Princes) serta
pecinta seni budaya yang kaya raya dimana koleksinya merupakan
cermin yang khusus menjadi minat dan perhatian dari orang-orang
tersebut.

Kumpulan koleksi ini jarang diperlihatkan kepada orang-orang


lain, dan hanya diperlihatkan pada sahabat terdekat atau pada relasi
yang dipercaya untuk menunjukkan kelebihannya, sehingga benda­
benda tersebut merupakan ajang prestise dari pemiliknya.

Dengan memiliki satu galeri yang besar atau curio cabinet


yang luas, dapat meyakinkan bahwa sang pemiliknya memiliki
kekayaan, kedudukan serta kekuasaan untuk memperoleh benda­
benda tersebut dalam perjalanannya jauh ke negeri-negeri asing yang
telah dilakukannya sendiri atau mereka memiliki kemampuan untuk
mengirimkan utusan-utusan guna melakukan ekspedisi penyelidikan
dan pengumpulan benda-benda tersebut.
Pada umumnya mereka menyimpan semua benda ini dalam
sebuah "trophy room" (ruang khazanah) dan memamerkannya pada
lemari-lemari khusus.

Pameran seperti ini terus "membeku", tidak berkembang


merupakan pameran isi gudang istilah masa kini membeku dalam
bentuk animasi peragaan sampai pada akhir tahun 1700.

Mulai akhir abad ini para pemuka masyarakat mulai memikirkan


bentuk peragaan yang dapat dilihat oleh masyarakat umum, sehingga
benar-benar dapat dinikmati serta ada manfaatnya.

Bentuk peragaan beralih seperti bentuk peragaan barang di


etalase toko, di mulai pada abad ke 20 dan telah dicari bentuk
peragaan yang lebih menarik yang dikaitkan dengan kepentingan
·

dunia pendidikan.

Di Indonesia pada beberapa museum yang tertua seperti pada


museum Nasional, museum Sonobudoyo dan museum Bali sampai
saat ini masih melihat satu peragaan yang tradisional dalam bidang
penataan modem permuseuman, namun pada beberapa ruangan
sudah ada renovasi atau pembaruan.

Pamerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


sejak orde baru menggalakkan bidang permuseuman ini dengan
mendirikan museum umum provinsi pada setiap ibukota provinsi.

Pendirian museum ini walaupun bangunannya harus memenuhi


syarat museologis, juga harus menunjukkan unsur kebudayaan
setempat. Variasi besar kecilnya museum setiap provinsi dibagi
dalam 3 katagori kelas, yaitu kelas A, B dan C, sehingga hal ini
juga mempengaruhi luas dari ruangan pameran tetapnya, yang
berkisar antara 2.000 sampai 10.000 m2.

2
BAB II

PAMERAN DI MUSEUM

Museum adalah lembaga dan tempat untuk mengumpulkan,


menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkomunikasikan
koleksi kepada masyarakat.

Untuk mengkomunikasikan koleksi kepada masyarakat ada 5 metode


penyampaian, yaitu

Pameran,

Audiovisual,
Kegiatan Edukatif,

Ceramah,

Penerbitan,

Pameran adalah salah satu cara mengkomunikasikan koleksi


kepada masyarakat dan merupakan tugas pokok Museum Umum
ataupun Museum Khusus. Untuk menyelenggarakan pameran dengan
baik, diperlukan Pedoman Pelaksanaan Tata Penyajian Koleksiffata
Pameran di Museum.

Pameran di museum adalah salah satu bentuk penyajian,


informasi tentang benda koleksi yang dimiliki museum. Benda
koleksi yang dipamerkan tidak hanya diletakkan begit_ u saja, semua
harus diatur dan direncanakan agar pameran tersebut dapat dipahami
pengunjung.

A. Jenis Pameran di Museum

Pameran di museum dapat dibagi menjadi tiga jenis yang


dibedakan dari jangka waktu serta lokasi pamerannya yaitu

I . Pameran tetap

2. Pameran temporer

3. Pameran keliling

3
I. Pamera11 Tetap

Pameran tetap ialah pameran yang diselenggarakan dalam


jangka waktu sekurang-kurangnya 5 tahun. Namun dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat mustahil pameran
tetap bisa dipertahankan terlalu lama, karena barang kali sudah tidak
sesuai lagi isi pameran tersebut dengan kondisi yang dituntut oleh
perkembangan kesatuan wilayah dalam bidang sejarah alam, sejarah
budaya, dan wawasan nusantara. Sedangkan untuk Museum Khusus
adalah penggambaran suatu aspek tertentu dari sejarah alam, sejarah
budaya, wawasan nusantara atau teknologi.

2. Pameran Temporer

Pameran temporer ialah pameran yang diselenggarakan dalam


jangka waktu tertentu dan dalam variasi waktu yang singkat dari
satu minggu sampai satu tahun dengan mengambil tema khusus
mengenai aspek-aspek tertentu dalam sejarah, alam dan budaya.
Pameran Temporer ini sebenarnya merupakan penunjang pameran
tetap yang ada di museum, untuk mengundang lebih banyak
pengunjung datang ke museum. Karena itu thema atau corak
pameran temporer tersebut harus kita sesuaikan - Pameran ini bisa
kita adakan dalam rangka menyambut hari besar misalnya Hari
Pahlawan, Hari Proklamasi, dan hari-hari besar lainnya.

3. Pameran Keliling

Pameran keliling ialah pameran yang diselenggarakan di luar


museum pemilik koleksi, dalam jangka waktu tertentu, dalam variasi
waktu yang singkat dengan tema khusus dengan jenis koleksi yang
dimiliki oleh museum tersebut dipamerkan atau dikelilingkan dari
suatu tempat ke tempat lain.

4
KATA PENGANTAR

Salah satu kegiatan Direktorat Pennuseuman yang dibiayai


melalui dana Proyek Pembinaan Pennuseuman Jakarta Tahun Anggaran
1997/1998 adalah Pencetakan Hasil Kegiatan Penyusunan Naskah
Budaya.

Buku "Pedoman Tata Pameran di Museum" adalah salah satu


naskah budaya yang dicetak untuk kedua kalinya. l(arena cetakan
yang pertama sudah habis. Pada cetalcan yang kedua ini terdapat
sedikit revisi dan tambahan setelah melalui pertimbangan yang
seksama. Namun kami menyadari bahwa isi buku ini masih belum
seperti yang diharapkan. Segala kritik dan saran demi perbaikan isi
buku ini sangat kami harapkan dan akan kami terima dengan senang
hati.

Kepada Bapak Direktur Pennuseuman. Kami mengucapkan


terima kasih yang sebesar-besamya atas saran dan pengarahannya.
demikian pula kepada semua pihalc yang telah membantu sehingga
terselesaikannya pencetakan ulang buku ini.

Selamat membaca.

Jakarta. Desember 1997


Proyek Pembinaan Pennuseuman Jakarta
Pemimpin,

Drs. Agus
NIP 130517287

iii
Pameran keliling bertujuan untuk memperkenalkan koleksi
yang dimiliki oleh suatu museum kepada masyarakat jauh di luar
lokasi museum pemilik koleksi. Pameran keliling umumnya merupakan
sesuatu paket, yang dirancang dalam suatu program pameran keliling,
mencakup keseluruhan sarana-sarana pamerannya, dibantu oleh
koleksi museum daerah tempat tujuan, yang disusun berdasarkan
suatu pokok khasanah budaya, yang barang-barangnya berasal dari
seluruh atau dari hampir seluruh pelosok Tanah Air Indonesia. Dalam
hal tersebut kepada pengunjung diperlihatkan sifat Bhineka Tunggal
Ika harta budaya bangsa kita.

Kategori yang kedua ialah pameran keliling yang koleksinya


terdiri dari barang-barang koleksi suatu museum daerah, dengan
tema tertentu dan dikelilingkan ke museum-museum daerah lainnya,
dengan tujuan memperkenalkan khasanah budaya daerah yang satu
kepada lainnya, sehingga mempererat hubungan perkenalan antara
suku bangsa atau budaya. Ada pameran keliling yang ruang lingkupnya
agak kecil jangkauannya hanya mengunjungi desa seputar kota, desa­
desa pengirim yang agak jauh letaknya dari gedung museum. Cara
ini adalah untuk 'merealisasikan gagasan, bahwa kalau orang tidak
datang ke museum, maka museum harus mendatangi mereka.
Dengan demikian museum harus memiliki mobil khusus untu
melakukan pameran tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pameran


keliling ini adalah pengepakan dan pengiriman barang/benda koleksi.

B. Pelalcsana Pameran

Semua jenis pameran di museum pada umumnya adalah


seluruh pimpinan dan staf museum.

1. Kepala Museum

Memimpin, mengkoordinir dan bertanggung jawab atas kelancaran


dari seluruh kegiatan pameran di museum.

7
2. Bagian Tata Usaha

Melaksanakan urusan administrasi, pengadaan beaya, registrasi


koleksi dan ketertiban/keamanan pameran.

3. Kelompok Tenaga Fungsional Koleksi

Membuat story line (alur cerita) pameran dengan kelompok


terkait dan mempersiapkan koleksi yang dipamerkan.

4. Kelompok tenaga Fungsional Konservasi dan Preparasi

Melakukan konservasi koleksi dan mempersiapkan serta


melaksanakaJi penataan pameran.

5. Kelompok Tenaga Fungsional Edukatif

Mempersiapkan label dengan kelompok terkait dan mempersiapkan


pemandu pameran, serta kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya
dengan pameran.

C. Faktor-Falctor Yang Mendulcung Dalam Pameran

Pameran merupakan media komunikasi untuk memberikan


informasi yang obyektif dan edukatif kepada pengunjung museum
hendaknya dapat dicema dengan mudah oleh pengunjung pameran.

Supaya komunikasi berhasil dengan baik, petugas pelaksana


pameran harus menguasai Hrna faktor, yaitu :

1. Pemikiran atau cerita yang akan dipamerkan.

2. Koleksi atau benda museum yang akan menunjang jalannya


cerita tadi.

3. Ruangan atau tempat yang akan dipakai sebagai sarana (ukuran


dan bentuk).

4. Menguasai pengetahuan mengenai kebiasaan-kebiasaan pengunjung


museum yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lain.

5. Menguasai pengetahuan mengenai lemari pajang (vitrin) dan


panil, serta materi bangunan, teknik dan metode pameran.

9
Ruang Pameran Tetap di Tokyo National Museum, Jepang.
(Foto : Aris lbnu D.)

10
,.
Karena museum di Indonesia berfungsi juga sebagai alat untuk
mencerdaskan bangsa dalam mewujudkan manusia yang utuh, maka
semua informasi yang dikemukakan oleh museum haruslah benar
obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

lnformasi dari museum merupakan ajang komunikasi dari


benda yang dipamerkan kepada masyarakat. Agar benda ini dapat
berkomunikasi dengan masyarakat tentu harus dibuat suatu sinopsis
dari cerita yang akan disajikan, yang merupakan sebuah cerita yang
utuh yang dapat dilihat sejak masuk sampai pintu keluar.

Urutan cerita yang sudah baku untuk dari penataan pameran


tetap pada museum-museum negeri provinsi di Indonesia sebagai
berikut :
A I am,
Manusia,
Aktivitas,
Keluarga,
S e n i,

Religi,

Sejarah.

Semua unsur ceritera ini merupakan penggambaran yang utuh


dari daerah setempat. Memang dalam penataan belum tentu semua
unsur ini dapat porsi yang sama, karena besar kecilnya porsi dari
setiap unsur tergantung pada keadaan.

Sesuai dengan perkembangan zaman serta menunjang program


Pemerintah dalam memajukan pendidikan, maka jalan cerita yang
tergambar di museum Pameran khususnya museum di bawah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dijelaskan dalam dua jenis museum,
yaitu museum umum dan museum khusus.
·

12
SAMBUTAN DJREKTUR PERMUSEUMAN

Informasi kini sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup


bagi masyarakat.

Karena pameran merupakan salah satu media penyampaian


informasi kepada masyarakat, maka pengelola museum harus mampu
menyelenggarakan pameran yang dapat menghadirkan informasi
yang mengandung nilai pendidikan bagi masyarakat.

Direktorat Permuseuman, sebagai unit pembina museum­


museum di Indonesia, melalui anggaran pembangunan 1997/1998
menerbitkan kembali buku "Pedoman Tata Pameran di Museum"
dengan tujuan menambah penyebarluasan pengetahuan tentang
penyelenggaraan pameran di museum, khususnya bagi pengelola
museum baru yang belum memperoleh buku tersebut pada penerbitan
yang terdahulu.

Hanya dengan banyak mempraktekkan ilmu yang kita punyai,


maka kemampuan teknis akan dapat lebih ditingkatkan. Hal tersebut
sesuai dengan kata pepatah "Pengalaman merupakan guru yang
paling baik bagi kita".

Jakarta, 27 November 1997

Direktur Permuseuman

Drs. Tedjo Susilo

NIP 130352848

v
Sistimatika dalam setiap museum negeri provinsi adalah
penggambaran utuh mengenai semua aspek warisan sejarah alam dan
warisan sejarah budaya dari daerah atau provinsi dimana museum
tersebut berada, dan saat ini sedang digarap satu ruangan pameran
untuk setiap museum provinsi yang memamerkan dan menjelaskan
falsafah dan koleksi Wawasan Nusantara.

Perlu dijelaskan di sini bahwa bentuk serta wujud pameran


pada setiap museum tidak sama, tergantung dari tersedianya kekayaan
koleksi yang ada pada setiap provinsi, baik yang menyangkut
warisan sejarah alam maupun warisan sejarah budaya, sehingga hal
ini dapat memperkaya variasi pameran.

Untuk museum-museum khusus saat ini Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan hanya mengelola 4 buah museum yang keseluruhannya
merupakan museum sejarah, dan sistimatikanya disesuaikan dengan
kronologis perkembangan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, baik
yang bersifat perjuangan fisik maupun sosial.

Pada umumnya jalan cerita dari seting museum direncanakan


dan dibuat oleh kelompok fungsional koleksi.

2. Faktor Koleksi

Cerita yang akan disajikan pada setiap museum propinsi


walaupun sistimatika pembakuannya sudah ada hari Direktorat
Permuseuman, tetapi pihak daerah harus sudah mempunyai konsepsi
detail mengenai apa saja yang kelak akan disajikan pada museum
mereka, urutan skenario, jenis serta jumlah koleksi yang akan
mendukung cerita ini.

Pengadaan koleksi baru harus dapat mendukung cerita yang


akan disajikan. Jadi disini terlihat bahwa pengadaan koleksi yang
dilaksanakan oleh setiap museum provinsi terdiri dari dua prioritas,
dimana prioritas pertama adalah pengadaan koleksi yang akan
mendukung cerita, sedangkan prioritas kedua adalah pengadaan
koleksi yang berhubungan dengan pengamanan benda budaya yang
hampir musnah.

14
Pameran evokatif dengan teknik baru di National Museum of
Ethnology, Osaka, Jepang. (Foto: Aris lbnu D.)

15
Dari faktor di atas dapat kita lihat bahwa faktor pe'hgadaan
koleksi tidak asal beli saja, dan memang pada banyak daerah pada
permulaan Pelita pengadaan koleksinya karena dianggap merupakan
faktor utama jadi apa j'ang dianggap antik terns dibeli.

Kegiatan pengadaan koleksi juga pelaksanaannya oleh kelompok


fungsional koleksi dan kelompok fungsional preparasi dan kon­
�-
servasi.

3. Faktor Teknik Penyajian dan Metode Penyajian :

Dalam penataan di museum setiap petugas teknis museum


harus memegang teguh suatu standard dari teknik penyajian tidak
tergantung pada selera.

a) Teknik Penyajian
Standard tertentu dari tehnik penyajian ini terutama yang
meliputi :

1) Ukuran Vitrin dan Panil

Ukuran vitrine dan panil tidak boleh terlalu tinggi ataupun


terlalu rendah. Tinggi rendahnya sangat relatif untuk patokan
disesuaikan dengan tinggi rata-rata manusia Indonesia. Umpama
tinggi rata-rata orang Indonesia kira-kira antara 160 cm s/d 170 cm
dan kemampuan gerak anatomi leher manusia kira-kira sekitar 30°m
gerak ke atas ke bawah atau ke samping maka tinggi vitrin
seluruhnya kira-kira 210 cm sudah cukup alas terendah 65 - 70 cm
dan tebal 50 cm - ukuran dan bentuk vitrin harus memperhitungkan
juga ruangan dan bentuk bangunan dimana vitrin itu akan diletakkan.
Dalam membuat vitrin ataupun panel harus diperhitungkan mengenai
masalah kontruksinya.

2) Tata Cahaya
Pengaturan cahaya tidak boleh mengganggu koleksi atau
menyilaukan pengunjung. Cahaya yang menyilaukan akan menyulitkan

16
l
2,10

1.2.0

,.I
t ) , ...
o1f m

"O'

0 t. J 4
s�ale •••

� 1,1.S ---tf

Ukuran Bentuk Vitrin dan Panil yang Ideal seta Lehar Gang antara
Vitrin Yang baik

17
BABI

PENDAHULUAN:

Naluri manusia untuk melakukan pengumpulan benda-benda


adalah merupakan hal yang lama (collecting instinct). Hal ini dapat
dibuktikan oleh para ahli arkeologi di Eropah bahwa naluri ini sudah
ada pada manusia Neanderthal di Eropa sejak 85.000 tahun yang
lalu, dan bukti-buktinya berupa koleksi kepingan-kepingan oker
(jenis batuan berwarna), kerang-kerangan yang aneh, dan banyak lagi
yang didapatkan di dalam gua-gua bekas tempat tinggal manusia
Neanderthal ini.

Kumpulan koleksi dari benda-benda aneh ini (curiosities)


dalam bidang permuseuman merupakan "curio cabinet" atau bentuk
tata pameran yang tertua. Naluri pengumpulan · · benda aneh
ini terus berlanjut, sehingga menjadikannya suatu bentuk pameran
tersendiri.

Museum-museum pada permulaannya memang merupakan


koleksi pribadi milik para bangsawan, para pangeran (Princes) serta
pecinta seni budaya yang kaya raya dimana koleksinya merupakan
cermin yang khusus menjadi minat dan perhatian dari orang-orang
tersebut.

Kumpulan koleksi ini jarang diperlihatkan kepada orang-orang


lain, dan hanya diperlihatkan pada sahabat terdekat atau pada relasi
yang dipercaya untuk menunjukkan kelebihannya, sehingga benda­
benda tersebut merupakan ajang prestise dari pemiliknya.

Dengan memiliki satu galeri yang besar atau curio cabinet


yang luas, dapat meyakinkan bahwa sang pemiliknya memiliki
kekayaan, kedudukan serta kekuasaan untuk memperoleh benda­
benda tersebut dalam perjalanannya jauh ke negeri-negeri asing yang
telah dilakukannya sendiri atau mereka memiliki kemampuan untuk
mengirimkan utusan-utusan guna melakukan ekspedisi penyelidikan
dan pengumpulan benda-benda tersebut.
bernilai dan bentuknya tidak terlalu besar. Kaea vitrin dibuat setebal
5 mm agar tahan terhadap benturan. Kegunaan kaca vitrine ini di
samping untuk mencegah dari bahaya pencurian, juga untuk menahan
masuknya debu/kotoran yang melekat pada koleksi.

Untuk memegang koleksi seyogyanya menggunakan sarung


tangan agar koleksi tetap bersih. Koleksi tidak tahan terhadap unsur
garam juga unsur lemak yang terkadang melekat pada tangan
manusia, yang menyebabkan koleksi tersebut menjadi kotor apabila
dipegang. Untuk mencegah pengunjung agar tidak menyentuh
koleksi yang dipamerkan dalam ruangan pameran, di depan koleksi
tersebut dapat dibuat pagar. Jenis peralatan pengamanan yang dapat
dipasang di ruang pameran antara lain : Camera IJE 7542 Vidichip
CCD, TV Monitor, Passive infra red, Flush mound Door Contact
dan sebagainya.

6) Labelling

Label adalah sarana komunikasi untuk memberikan informasi


yang dimiliki oleh museum kepada pengunjung. Membuat label perlu
direncanakan secara benar baik mengenai isi maupun tipografinya.
Setiap label harus mempunyai tujuan yang jelas misalnya label
tersebut dibuat untuk apa? Untuk pameran dapat dibedakan
menjadi

a) Label Judul
Label judul ini harus menonjol. Biasanya hurufnya paling
besar diantara huruf label yang digunakan dalam pameran,
label ini harus memberikan informasi yang cukup untuk
memungkinkan penunjung memutuskan apakah mereka
tertarik pada pokok masalah. Hal yang perlu untuk diketahui
label judul dapat juga berupaya membangkitkan minat dan
keingintahuan pengunjung berisi kurang dari 10 kata. Sering kali
hanya 1-5 kata.

20
Dalam Setiap Penataan Kemampuan Fisik Pengunjung Harus
diperhatikan.

21
b) Label subjudul
Label ini isinya menjelaskan sebagian besar peran dari
pameran. Sedangkan ukuran hurufnya cukup besar, cberisi 1-1 O
kata atau lebih, tergantung pada banyaknya pesan.

c) Label pengantar

Dimaksudkan untuk melayani pengunjung yang tertarik


dengan keterangan yang lebih rinci tempatnya diletakkan di
dekat permulaan suatu pameran. Jsinya cukup panjang, berkisar
50 - 200 kata dibuat dalam huruf besar. Label ini menceritakan
pokok masalah dan latar belakang apa yang dipamerkan serta
mempersiapkan pengunjung untuk memahami informasi
berikutnya.

d) Label kelompok

Panjangnya lebih dari 100 atau kurang. Isinya menerangkan


kemiripan yang tampak jelas dalam koleksi kesamaan fungsi,
bentuk atau sifat. Diharapkan dapat menyentuh perasaan pembaca
akan ciri unik dari kelompok benda yang dipamerkan.

e) Label individu
Menginformasikan benda yang dipamerkan secara umum.

f) ID atau ldentifikasi label


Menjelaskan bukti dasar dari benda, seperti nama benda,
tanggal didapat, penyumbang dan lain-lain.

Ada beberapa cara untuk membuat label agar lebih menarik


dan mudah dibaca :

Mulai penjelasan dan fakta-fakta yang nyata dan dapat


diamati mengenai koleksi.

22
Pameran KIAS "Beyond the Java Sea" di Belanda.
(Foto : Luthfi Asiarto)

23
Pada umumnya mereka menyimpan semua benda ini dalam
sebuah "trophy room" (ruang khazanah) dan memamerkannya pada
lemari-lemari khusus.

Pameran seperti ini terus "membeku", tidak berkembang


merupakan pameran isi gudang istilah masa kini membeku dalam
bentuk animasi peragaan sampai pada akhir tahun 1700.

Mulai akhir abad ini para pemuka masyarakat mulai memikirkan


bentuk peragaan yang dapat dilihat oleh masyarakat umum, sehingga
benar-benar dapat dinikmati serta ada manfaatnya.

Bentuk peragaan beralih seperti bentuk peragaan barang di


etalase toko, di mulai pada abad ke 20 dan telah dicari bentuk
peragaan yang lebih menarik yang dikaitkan dengan kepentingan
·

dunia pendidikan.

Di Indonesia pada beberapa museum yang tertua seperti pada


museum Nasional, museum Sonobudoyo dan museum Bali sampai
saat ini masih melihat satu peragaan yang tradisional dalam bidang
penataan modem permuseuman, namun pada beberapa ruangan
sudah ada renovasi atau pembaruan.

Pamerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


sejak orde baru menggalakkan bidang permuseuman ini dengan
mendirikan museum umum provinsi pada setiap ibukota provinsi.

Pendirian museum ini walaupun bangunannya harus memenuhi


syarat museologis, juga harus menunjukkan unsur kebudayaan
setempat. Variasi besar kecilnya museum setiap provinsi dibagi
dalam 3 katagori kelas, yaitu kelas A, B dan C, sehingga hal ini
juga mempengaruhi luas dari ruangan pameran tetapnya, yang
berkisar antara 2.000 sampai 10.000 m2.

2
Pameran "Manik-manik" se Kalimantan di Museum Kalimantan
Tengah "Balanga" (Foto: Aris lbnu. D).

25
untuk meliltat keindahan benda-benda yang dipamerkan;

untuk menambah pengetahuannya setelah melihat benda-benda


yang dipamerkan;

untuk melihat serta merasakan suatu suasana tertentu pada


pameran museum.

Museum harus dapat memamerkan benda-bendanya untuk


memuaskan ketiga motivasi tadi dengan menciptakan metode-metode
penyajian yang menarik.

b) Metode penyajian

1) Metode penyajian Artistik, dimana kita memamerkan benda­


benda diutamakan benda-benda yang mengandung unsur
keindahan;

2) Metode penyajian Intelektual atau Edukatif, dimana benda­


benda yang dipamerkan tidaklah bendanya saja, tetapi
dipamerkan juga semua segi yang bersangkutan dengan
benda itu- sendiri seperti urutan proses terjadinya benda
tersebut sampai pada cara penggunaannya atau fungsinya;

3) Metode penyajian Romantik atau Evokatif, dalam hal ini


benda yang dipamerkan harus disertakan dengan memamerkan
semua unsur lingkungan dimana benda-benda tersebut berada.

4) Faktor Sarana dan Biaya :


Faktor sarana dan biaya merupakan satu faktor yang berkaitan
satu dengan yang lainnya, jika kita akan menyajikan cerita di atas
tentu kita memerlukan sarana, baik berupa bangunan yang lengkap
ruangannya termasuk sarana penunjang lainnya, yang keseluruhannya
memerlukan biaya yang tidak sedikit.

26
..

Ruang Pameran Semi Evokatif di Museum "Kuching" Sarawak,


Malaysia (Foto : Basrul Akram)

27
BAB II

PAMERAN DI MUSEUM

Museum adalah lembaga dan tempat untuk mengumpulkan,


menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkomunikasikan
koleksi kepada masyarakat.

Untuk mengkomunikasikan koleksi kepada masyarakat ada 5 metode


penyampaian, yaitu

Pameran,

Audiovisual,
Kegiatan Edukatif,

Ceramah,

Penerbitan,

Pameran adalah salah satu cara mengkomunikasikan koleksi


kepada masyarakat dan merupakan tugas pokok Museum Umum
ataupun Museum Khusus. Untuk menyelenggarakan pameran dengan
baik, diperlukan Pedoman Pelaksanaan Tata Penyajian Koleksiffata
Pameran di Museum.

Pameran di museum adalah salah satu bentuk penyajian,


informasi tentang benda koleksi yang dimiliki museum. Benda
koleksi yang dipamerkan tidak hanya diletakkan begit_ u saja, semua
harus diatur dan direncanakan agar pameran tersebut dapat dipahami
pengunjung.

A. Jenis Pameran di Museum

Pameran di museum dapat dibagi menjadi tiga jenis yang


dibedakan dari jangka waktu serta lokasi pamerannya yaitu

I . Pameran tetap

2. Pameran temporer

3. Pameran keliling

3
BAB III

PROSES KEGIATAN PAMERAN

Proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pameran tidak


berbeda dengan proses kegiatan lain yang dimulai dengan adanya
inisiatif atau prakarsa. Umumnya kegiatan yang terencana dan
terorganisasi secara baik akan melalui beberapa tahapan yang pada
dasarnya dapat disebutkan sebagai berikut :

Tahap prakarsa
Tahap pembuatan konsep
Tahap pembuatan desain

Tahap pelaksanaan

Tahap evaluasi

A. Tahap prakarsa

Tahap ini adalah saat diputuskan hal-hal pokok dari


pameran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu sebelum kepu­
tusan hal-hal pokok ini akan diambil, harus lebih dahulu dirumuskan
latar belakang permasalahan yang menjadi dasar perlunya di­
laksanakan kegiatan pameran ini, hal-hal pokok yang perlu dit�tukan
adalah :

1. Kepada siapa pameran i'ni ditujukan ?


Mayarakat, penduduk setempat
Turis
Pelajar/mahasiswa, dan sebagainya

2. Apakah tujuan dan sasaran kegiatan pameran ini ?


Peningkatan pengetahuan masyarakat
Penjelasan mengenai situasi yang perlu diketahui oleh
masyarakat
Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap sesuatu hal/seni

29
TAHAP EVALUASI

- Evaluasi
formatif
TAHAP PELAK­ sebelum
SANAAN di buka

- Pengadaan - Perawatan
Sarana Pa­ - Evaluasi
meran sumatif
- Mempersiap­ (Penelitian
TAHAP DESAIN kan Ruangan terhadap

- Pemilihan efek yang


- Mempersiap­
Objek dihasilkan)
TAHAP KONSEP kan Label
- Penulisan - Pembuatan
- Penentuan
Teks AV.(Audio
Masai ah
- GambarDe­ Visual) dan
- Tinjauan
sain+Bestek Barang
Objek
Cetakan
- Rencana
- Tinjauan
Promosi - Kontrol
Ruang
TAHAP PRAKARSA Akhir
- Garis Ceritera - Anggaran
- Terna Kerja (Di­ - Rencana
- Pembagian Peresmian
- Kelompok konsultasi­
Ceritera/ Pembukaan
Sasaran kan kepada
Skema Parneran
Pemberi
- Efek
- Metode yang Tugas)
- Tujuan akan dipakai
Utama
- Rancangan
- Persyaratan waktu
Tambahan
- Rancangan
- Perkiraan Biaya
Biaya
- Organisasi
- Skema Pelaksana
Waktu

- Jaringan
Kerja

30
Pengenalan tentang haJ-haJ yang berasal dari luar (eksotik),
dan sebagainya.

3. Terma.suk. tipe apakah pameran ini ?


Tetap

Ternporer

Keliling

4. Apakah tema pameran ini ?

5. Bagaimanakah bentuk organisasinya ?

Siapa penanggung jawabnya

Bagaimana susunan organisasinya

6. Berapakah perkiraan luzsar biaya yang diperlukan ?

Perkiraan dana yang dapat disediakan

Kemungkinan bantuan dari lembaga lain

7. Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk mewujudkan


pameran ini?
(contoh struktur laporan tahap prakarsa terlampir).

31
LAPORANTAHAPPRAKA RSA

1. Kata Pengantar

- Latar belakang permasalahan

- Efek yang hendak dicapa i melalu i pameran

2. Keputusan Tahap Prakarsa

Nama Kegiatan Pameran


Tempat Gedung
Terna

- Penanggung Jawab : Kepala Museum ........................

- Kelompok Sasaran:
(Pengunjung)
T ujuan

Asal Materi Koleksi Museum ........................

Jadwal Kerja Tahap Konsep Tgl. ... s/d Tgl. ...

Tahap Desain, Tgl. ... s/d Tgl. ...

Sub Tahap Persiapan Tgl. ... s/d Tgl. ...

Sub Tahap Penataan Tgl. ... s/d Tgl. ...


Sub Tahap Penyem-
pumaan Tgl. ... s/d Tgl. ...

Biaya ±Rp. ............


Sarana Pameran Dibikin & Pinjam

Organisasi Pelaksana Staf Museum +

Kegiatan Extra

Metode Penyajian
Evaluasi Hasil Angket & Saresehan

32
I. Pamera11 Tetap

Pameran tetap ialah pameran yang diselenggarakan dalam


jangka waktu sekurang-kurangnya 5 tahun. Namun dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat mustahil pameran
tetap bisa dipertahankan terlalu lama, karena barang kali sudah tidak
sesuai lagi isi pameran tersebut dengan kondisi yang dituntut oleh
perkembangan kesatuan wilayah dalam bidang sejarah alam, sejarah
budaya, dan wawasan nusantara. Sedangkan untuk Museum Khusus
adalah penggambaran suatu aspek tertentu dari sejarah alam, sejarah
budaya, wawasan nusantara atau teknologi.

2. Pameran Temporer

Pameran temporer ialah pameran yang diselenggarakan dalam


jangka waktu tertentu dan dalam variasi waktu yang singkat dari
satu minggu sampai satu tahun dengan mengambil tema khusus
mengenai aspek-aspek tertentu dalam sejarah, alam dan budaya.
Pameran Temporer ini sebenarnya merupakan penunjang pameran
tetap yang ada di museum, untuk mengundang lebih banyak
pengunjung datang ke museum. Karena itu thema atau corak
pameran temporer tersebut harus kita sesuaikan - Pameran ini bisa
kita adakan dalam rangka menyambut hari besar misalnya Hari
Pahlawan, Hari Proklamasi, dan hari-hari besar lainnya.

3. Pameran Keliling

Pameran keliling ialah pameran yang diselenggarakan di luar


museum pemilik koleksi, dalam jangka waktu tertentu, dalam variasi
waktu yang singkat dengan tema khusus dengan jenis koleksi yang
dimiliki oleh museum tersebut dipamerkan atau dikelilingkan dari
suatu tempat ke tempat lain.

4
w
.j::.
RENCANA BIAYA PAMERAN
MUSEUM ....................................................

KODE· BI A YA PH
I AK
MATA JENIS KEGIATAN
KETIGA TOTAL
ANGGARAN MATERI UPAH

• Perencanaan
- Pembuatan Konscp Verbal
- Pembuatan Desain & Bestek
- Pembuatan Makel

• Pcn;iap:m Ruang & Kolcksi


- Pembongkaran & Scwa Ruang
- Konservasi Koleksi
- Perbaikan Ruangan

• Pengadaan sarana pameran

• Pengadaan sarana penunjang

• Tr:msponasi PP. & Pcngcpakan

• Pengadaan barang cetakan

• Pul»ikasi & Undangan

• Pembukaan.
Ruang Pameran Temporer di Suita Citv Museum, Osaka, Jepang.
(Foto: Aris Ibnu. D)

Pameran Koleksi Museum-museum Sejarah di Museum Benteng


Yogyakarta. (Foto: Aris lbnu. D)
35
Ruang Pameran Tetap di Museum Negeri Provinsi lrian Jaya.
(Foto: Aris lbnu. D)

5
37
2. Rumusan tentang metode pameran yang dipilih
Intelektual
Romantik/Evokatif
Artistik
Campuran

3. Sinopsis dari pesan yang akan disampaikan

4. Rumusan tentang skema yang memberi gambaran tentang


latar belakang masalah, metode pemecahan dan tujuan
pameran. Skema ini kemudian akan dijadikan dasar dalam
penyusunan alur ceritera.

5. Kondisi lokasi dan ruang yang akan digunakan untuk


pameran

6. Kondisi koleksi-koleksi yang akan dipakai dalam pameran

C. Tahap Pembuatan Desain

Yang perlu diingat ialah bahwa tahap pembuatan desain bukan


berarti berakhimya tahap pembuatan konsep, tetapi merupakan
dasar untuk fase (tahapan) selanjutnya.
Tahap ini menghasilkan bentuk desain dari pameran yang dibuat
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah dibatasi oleh hasil
konsep yang telah diputuskan sebelumnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dikerjakan adalah desain
tentang :
1. Pembagian ruang sesuai dengan alur cerita
2. Pemilihan koleksi yang akan dipamerkan
3. Pembuatan desain pokok sarana pameran, meliputi;
Desain vitrin
Desain alas koleksi
Desain panil

4. Pembuatan desain sarana penunjang, meliputi;


Penentuan ukuran foto
Desain bagan/diagram

38
Pameran Keliling "/kat Kepala Nusantara" di Taman Budaya
Kalimantan Selatan, Banjarmasin. (Foto : Aris lbnu. D)

6
yaitu sub-tahap persiapan, sub-tahap penataran dan sub-tahap
penyempumaan.
Sebagaimana telah disebutkan di depan dalam tahap ini hampir
semua unit kerja dalam organisasi pameran dapat bekerja
simultan.
Pada sub-tahap persiapan ruangan pameran sudah harus mulai
dikerjakan, sementara koleksi dipersiapkan, pembuatan sarana
pokok dan sarana penunjang serta pekerjaan cetakan sudah dapat
mulai dikerjakan.
Pada sub-tahap penataan, unit kerja yang mengurusi pembinaan
pemandu dan penjaga pameran,. publikasi tentang pameran,
urusan transportasi dan administrasi koleksi, termasuk
pengansuransian koleksi dilaksanakan, disamping penyelesaian
pembuatan sarana-sarana penunjang pameran dan penataan
koleksi pameran.
Pada sub-tahap penyempumaan yang perlu diperhatikan adalah
terpenuhinya semua pekerjaan pada saat sebelum waktu pembukaan.
Hal ini dapat tercapai kalau selal_u dilakukan pengontrolan
(supervisi) yang terekam dalam garis keadaan pada setiap saat.
Dengan cara ini dapat dilakukan tindakan bila terjadi kendala
pada waktu dini.
Sehingga pada akhir sub-tahap penyempumaan semua aktivitas
organisasi pelaksanaan dapat berakhir dan terbentuk pameran
yang lengkap sesuai perencanaan, termasuk barang cetakan dan
lain-lain yang telah direncanakan.
Hasil akhir proses ini siap untuk diserahkan kepada pimpinan
organisasi disertai skenario pembukaan dan pedoman
pemungsiannya.

E. Tahap Evaluasi

Untuk mengukur sejauh mana masyarakat pengunjung memperoleh


nilai tambah dari basil kunjungannya melihat pameran, perlu
diadakan penelitian/evaluasi terhadap beberapa pengunjung,
yang kiranya dapat dianggap sebagai indikator dari keberhasilan

40
pameran dalam menyampaikan pesannya kepada masyarakat.

Cara untuk mendapat bahan evaluasi dapat dilakukan dengan


·

beberapa cara antara lain :

a. Wawancara langsung dengan beberapa pengunjung.

b. Meminta pengunjung mengisi sejumlah pertanyaan tertulis


menyangkut jati diri, kesan serta pendapatnya mengenai
penilaian terhadap pelaksanaan pameran (contoh lembar
kuesioner terlampir).
c. Mengadakan sarasehan/diskusi dengan mengundang beberapa
pakar yang terkait dengan pokok bahasan pameran (subyek
pameran).
d. Mengadakan observasi terhadap tingkah laku pengunjung
pameran selama mengunjungi pameran. Hal ini khususnya
untuk mengevaluasi bagian-bagian mana dari pameran yang
berhasil menarik perhatian pengunjung, dan lain sebagainya.

Cara-cara di atas merupakan usaha menyelenggarakan pameran


untuk menghimpun informasi tentang bagaimana publik bereaksi
terhadap yang disajikan dalam pameran, dengan kata lain evaluasi
ini ditujukan terhadap produk (pameran) yang dilaksanakan.
Hasil evaluasi ini diharapkan merupakan masukan yang akan sangat
bermanfaat bagi peningkatan penyelenggaraan pameran yang akan
dilaksanakan selanjutnya. Bentuk evaluasi ini dikenal sebagai evaluasi
sumatif.

Bila evaluasi ditujukan untuk melihat efektifitas proses dan hasil


penataan, maka hal ini dikenal dengan. nama evaluasi formatif.
Pelaksanaan evaluasi ini khususnya dilakukan oleh pakar pameran,
dilakukan bukan hanya untuk melaksanakan pameran yang akan
datang, tetapi sering kali untuk memperbaiki hal-hal yang kiranya
dapat menyempurnakan pameran yang akan dibuka, dengan
menghilangkan bagian-bagian yang mengganggu dan menambah hal­
hal yang dapat meningkatkan kualitas pameran, dengan tidak terlalu
banyak melakukan perubaha.n.

41
Pameran keliling bertujuan untuk memperkenalkan koleksi
yang dimiliki oleh suatu museum kepada masyarakat jauh di luar
lokasi museum pemilik koleksi. Pameran keliling umumnya merupakan
sesuatu paket, yang dirancang dalam suatu program pameran keliling,
mencakup keseluruhan sarana-sarana pamerannya, dibantu oleh
koleksi museum daerah tempat tujuan, yang disusun berdasarkan
suatu pokok khasanah budaya, yang barang-barangnya berasal dari
seluruh atau dari hampir seluruh pelosok Tanah Air Indonesia. Dalam
hal tersebut kepada pengunjung diperlihatkan sifat Bhineka Tunggal
Ika harta budaya bangsa kita.

Kategori yang kedua ialah pameran keliling yang koleksinya


terdiri dari barang-barang koleksi suatu museum daerah, dengan
tema tertentu dan dikelilingkan ke museum-museum daerah lainnya,
dengan tujuan memperkenalkan khasanah budaya daerah yang satu
kepada lainnya, sehingga mempererat hubungan perkenalan antara
suku bangsa atau budaya. Ada pameran keliling yang ruang lingkupnya
agak kecil jangkauannya hanya mengunjungi desa seputar kota, desa­
desa pengirim yang agak jauh letaknya dari gedung museum. Cara
ini adalah untuk 'merealisasikan gagasan, bahwa kalau orang tidak
datang ke museum, maka museum harus mendatangi mereka.
Dengan demikian museum harus memiliki mobil khusus untu
melakukan pameran tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pameran


keliling ini adalah pengepakan dan pengiriman barang/benda koleksi.

B. Pelalcsana Pameran

Semua jenis pameran di museum pada umumnya adalah


seluruh pimpinan dan staf museum.

1. Kepala Museum

Memimpin, mengkoordinir dan bertanggung jawab atas kelancaran


dari seluruh kegiatan pameran di museum.

7
BABIV

PENUTUP

Pada buku Pedoman Tata Pameran di Museum ini telah


dijelaskan bagaimana Pameran di Museum itu. Namun buku ini
isinya .masih sangat terbatas dan tidak begitu lengkap. Tetapi
diharapkan dapat membe:rikan gambaran tentang penyelenggaraan
pameran di museum.

Buku ini diharapkan akan dapat membantu pengelola museum


dalam melaksanakan program pameran-pamerannya. Agar dalam
menyelenggarakan pameran dapat berhasil sesuai dengan tujuan
pameran yang telah ditetapkan. Pekerjaan pameran bukanlah hasil
karya seorang saja namun hasil karya Tim, yang anggotanya terdiri
atas sekumpulan orang dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Tahap-tahap dalam prose:s pameran membantu kita untuk bekerja


lebih sistematis. Rencana yang baik, dana yang besar belum
menjamin pameran terse:but berjalan dengan baik tanpa adanya
kerjasama dari berbagai pihak yang terkait.

Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan


mendorong kita lebih kreatif, bermanfaat untuk kemajuan bangsa.
Museum hendaknya menyajikan apa yang dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan pengunjungnya. Pameran Tetap, Pameran Temporer dan
Pameran Keliling adalah medianya.

Sumbang saran dan kritik untuk penyempumaan buku ini


selalu kami harapkan.

43
Kepustakaan

1. Abdul Razak, Kalimat Efektif, Gaya dan Variasi, PT. Gramedia


Jakarta 1985.
2. Amir Hamzah Suleiman, Media Audio-Visual, untuk Pengajaran,
Penerangan dan Penyuluhan, PT. Gramedia Jakarta, 1988.
3. Bambang Sumadio, Ors. Komunikasi dan Museum, Oirektorat
Permuseuman Jakarta 1985.
4. Dadang Udansyah, Drs. Seni Pameran di Museum, Museum Nasional,
1987-1988.
5. Fajar Sidik dan Arning Prayitno, Ors. Desain Elementer, STSRI
"ASRf' Yogyakarta 198 J.
6. FFJ Schouten, Pengantar Didaktik Museum, Moh. Amir Sutaarga,
Ors. Alih Bahasa, Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta 199 JI
1992.
7. Jalaludin Rakhmat, Ors. M.Sc, Psikologi Komunikasi, Remadja
Karya CV. Bandung, 1985.
8. Jan Verhaar dan Han Meeter, Pameran Model Proyek Sekolah
Tinggi Kesenian Amsterdam 1989.
9. Kecil Tapi Indah, Pedoman Pendirian Museum Proyek Pembinaan
Permuseuman, Jakarta 1992/1993.
10. Miles, R.S. (Cx), The Design of Educational Exhibit, British
Museums, London.
11. Serrell, Beverly, Making Exhibit Labels, American Association for
State and Local History Nashville, Tennesce.
12. Schouten Frans, Psychology And Exhibit Design; A Note, The
International J oumal of Museum Management and Curatorship, 6,
259-262.
13. Tim Perancang, R 0 M, The Royal Ontario Museum, Toronto,
Canada.
14. UNESCO, Organization of Museum, UNESCO, Paris.
15. VJ Herman, Ors. Pedoman Konservasi Koleksi Museum, Oirektorat
Permuseuman, Jakarta 1981.

44
2. Bagian Tata Usaha

Melaksanakan urusan administrasi, pengadaan beaya, registrasi


koleksi dan ketertiban/keamanan pameran.

3. Kelompok Tenaga Fungsional Koleksi

Membuat story line (alur cerita) pameran dengan kelompok


terkait dan mempersiapkan koleksi yang dipamerkan.

4. Kelompok tenaga Fungsional Konservasi dan Preparasi

Melakukan konservasi koleksi dan mempersiapkan serta


melaksanakaJi penataan pameran.

5. Kelompok Tenaga Fungsional Edukatif

Mempersiapkan label dengan kelompok terkait dan mempersiapkan


pemandu pameran, serta kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya
dengan pameran.

C. Faktor-Falctor Yang Mendulcung Dalam Pameran

Pameran merupakan media komunikasi untuk memberikan


informasi yang obyektif dan edukatif kepada pengunjung museum
hendaknya dapat dicema dengan mudah oleh pengunjung pameran.

Supaya komunikasi berhasil dengan baik, petugas pelaksana


pameran harus menguasai Hrna faktor, yaitu :

1. Pemikiran atau cerita yang akan dipamerkan.

2. Koleksi atau benda museum yang akan menunjang jalannya


cerita tadi.

3. Ruangan atau tempat yang akan dipakai sebagai sarana (ukuran


dan bentuk).

4. Menguasai pengetahuan mengenai kebiasaan-kebiasaan pengunjung


museum yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lain.

5. Menguasai pengetahuan mengenai lemari pajang (vitrin) dan


panil, serta materi bangunan, teknik dan metode pameran.

9
4. Dengan apakah Saudara sampai di sini ?
Kendaraan pribadi
D
Kendaraan Umum
D
Iatan kaki
D
Kendaraan Khusus
(rombongan)
D
5. Dengan siapakah Saudara kemari ?
Sendiri
D
Bersama kurang 3 orang
D
Bersama lebih 3 orang
D
6. Setingkat manakah pendidikan terakhir Saudara ?

Setingkat SD
D
Setingkat SMTP
D
Setingkat SMTA
D
Setingkat Perguruan
'Iinggi (PT) D
7. Berapa usia Saudara ?

0-12 tahun D 13-30 tahun


D
31 -60 tahun D di atas 60 tahun
D
8. Saudara pria 0 /Wanita 0
9. Darimanakah Saudara mengetahui adanya pameran "Museum dan
Koleksinya"?

Dan Sekolah
D Dari Keluarga
Teman D
Dari Radio/fV
D Dari Spanduk/Poster
D
Dari Surat kabar 0

47
10. Apakah menurut Saudara judul pameran ini cukup sesuai dengan isi dari
pameran yang ada ?
Ya D
Kurang D
Tidak D
11. Bagaimana menurut penilaian Saudara tentang pengaturan cahaya dalam
pameran ini ?
Baik
D
Sedang
D
Kurang
D
12. Apakah menurut penilaian Saudara keterangan yang ada pada pameran
ini berurutan secara balk dan jelas ?
Baik
D
Sedang
D
Kurang
D
13. Setelah melihat pameran, apakah Saudara merasa bahwa keberadaan
museum sangat diperlukan untuk kemajuan masyarakat ?
Sangat Diperlukan D
Kurang Diperlukan D
Tidak diperlukan D
14. Apakah setelah melihat pameran Saudara merasa penilaian Saudara
terhadap kerajinan batik dan tapis meningkat ?
Ya
D
Tidak
D
15. Apakah ada bagian-bagian pameran yang menurut Saudara tidak perlu
dipamerkan.
Ada D
Tidak
D
48
Bila ada, bagian pameran yang mana ?

16. Bagian pameran yang manakah yang paling menarik? mengapa demikian?

17. Bagian pameran yang manakah yang kurang/tidak menarik ?


mengapa demikian ?

18. Apakah menurut Saudara ada hal yang masih perlu ditambahkan dalam
pameran ini ?
Ada
D
Bila ada, hat apa ?
Tidak
D

19. Cukup puaskah Saudara dengan bentuk pameran ?


Sangat puas D
Cukup puas
D
Kurang puas
D
20. Apakah pesan/harapan Saudara pelaksanaan pameran akan datang ?

Terima kasih atas waktu dan kesediaan


Saudara untuk mengisi/menjawab per­
tanyaan-pertanyaan kami.

49
Lampiran 1

BERITA ACARA SERAH TERIMA KOLEKS I


Nomor: ......................................... .

Pada hari ini .................. tanggal ............... bulan ....................... .


tahun seribu sembilan ratus .................. berdasarkan ....................... .

nomor .............. .......... tanggal .. ....... ............ antara ................. .

dengan ................................ .

Maka yang bertanda tangan di bawah ini :

I. Nama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

NIP ................................................. .

Pangkat/Golongan
Jab atan

Yang selanjutnya disebutkan Pihak pertama

2. Nama ................................................. .

NIP ................................................. .

Pangkat/Golongan
Jabat an
Yang selanjutnya disebut pihak kedua telah melakukan serah terima
koleksi secara fisik, diatur sebagai berikut :
Pasal l
Pihak pertama menyerahkan kepada pihak kedua menerima dari pihak
pertama koleksi.Koleksi,jumlah kondisi dan persyaratan lainnya secara terperinci
tercantum dalam lampiran berita.BeritaacaraPemeriksaan No ..................... .

Beserta Lampiran.

Pihak2
Berita acara ini dibuat dengan sebenarnya dalam rangkap ...... ( . . . . . . . . . . . . . . . )
dengan dibubuhkan materai secukupnya pada lembar I dan 2 yang masing­
masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.

.................................... 19 · · · · · ·

Bagian ........... ... .... Mengetahui/Menyetujui Pihak pertama ...............


Kepala Museum Bagian ...................... .

( .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ) ( .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ) ( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . )
NIP NIP NIP.

50
Ruang Pameran Tetap di Tokyo National Museum, Jepang.
(Foto : Aris lbnu D.)

10
BON PERMINTAAN BARANG

Untuk keperluan : Pameran


Museum ............. . .

j
Banyaknya
No. Urut Nama Barang Jenis/ Jumlah Dengan Keterangan
ukuran Huruf

........................ 19 ..... .

Menyetujui, Bagian ........... .

Kabag Tata Usaha

( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . ) ( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . )
NIP. NIP.

52
.....

i ·c;;
i�
:o
: :..e
�:'
� a i
: (i :
!� i
!: � 1
J�
I .

I J
-�
u
.....

...

=:.

I I
Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut di atas Direktorat
Permuseuman khususnya untuk pembinaan serta pengembangan
museum-museum yang ada di bawah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, menggunakan beberapa prinsip terbaru yang harus ada
dalam pengorganisasian pameran di museum.

Dalam tugas penataan, tata pameran yang dihasilkan merupakan


hasil kolektip dari semua unsur teknis di Direktorat Permuseuman
maupun unsur staf teknis dari daerah, baik di bidang Muskala/
Musjarah ataupun museum setempat.

D. Prinsip Tata Pameran

Museum Negeri Provinsi di Indonesia teknik penataan pameran


baru dapat dilaksanakan bila sudah memenuhi beberapa prinsip
umum untuk penataan dan membuat satu desain. Prinsip-prinsip
tersebut adalah :

1. Sistimatika atau jalan cerita yan6 akan dipamerkan (story -line).

2. Tersedianya benda museum atau koleksi yang akan menunjang


jalannya cerita dalam pameran tadi.

3. Teknik dan metode pameran yang akan dipakai dalam pameran.

4. Sarana serta prasarana yang akan dipakai, dana/biaya yang perlu


disediakan.

1. Faktor Cerita/Story Line:

Museum merupakan salah satu dari infra-struktur media


informasi seperti juga tv., radio, surat-kabar, perpustakaan. Informasi
yang diberikan oleh museum merupakan informasi hubungan manusia
dengan alamnya, hubungan manusia dengan manusia. baik dari masa
lalu, sekarang maupun masa yang akan datang sehingga dengan ini
museum merupakan cermin dari manusia dimana museum itu
terdapat, dan tontonan yang mempunyai fungsi edukatif.

11
t

BUKU PENERIMAAN KOLEKSI


Ruang
Vitrin

Tan® Bukti Pengirim


Tanggnl Nama Koleksi Jcnis No.
No. Uru1 Nama Pcngirim Jumlah Kctcrangan .
tcrima Tanggal yang di kirim Koleksi Kol
Nomor
.

i 2 j 4 3 6 7 8 9 IQ

.................................................... 19 ..... .

·eagian .............................................. .

Muscwn ............................................ .

( . . . . ....
.. .... ..... ..... . . . . .. ..
...... ... ... . .... .)
NIP.
VI
VI
Mueum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . .. . . .

TANDA PENGELUARAN KOLEKSI

Telah dikeluarkan sesuai dengan yang telah disetujui untuk Bagian

No. Nama No. Jenis Ket. Singkat Banyaknya


Keterangan
Urut Koleksi Kol. Koleksi tentang Koleksi Anclca Huruf

· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · 19 ..... .

Yang menerima Yang mengeluarkan,


Bagian Koleksi

( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ) ( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . )
NIP. NIP.

56
Karena museum di Indonesia berfungsi juga sebagai alat untuk
mencerdaskan bangsa dalam mewujudkan manusia yang utuh, maka
semua informasi yang dikemukakan oleh museum haruslah benar
obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

lnformasi dari museum merupakan ajang komunikasi dari


benda yang dipamerkan kepada masyarakat. Agar benda ini dapat
berkomunikasi dengan masyarakat tentu harus dibuat suatu sinopsis
dari cerita yang akan disajikan, yang merupakan sebuah cerita yang
utuh yang dapat dilihat sejak masuk sampai pintu keluar.

Urutan cerita yang sudah baku untuk dari penataan pameran


tetap pada museum-museum negeri provinsi di Indonesia sebagai
berikut :
A I am,
Manusia,
Aktivitas,
Keluarga,
S e n i,

Religi,

Sejarah.

Semua unsur ceritera ini merupakan penggambaran yang utuh


dari daerah setempat. Memang dalam penataan belum tentu semua
unsur ini dapat porsi yang sama, karena besar kecilnya porsi dari
setiap unsur tergantung pada keadaan.

Sesuai dengan perkembangan zaman serta menunjang program


Pemerintah dalam memajukan pendidikan, maka jalan cerita yang
tergambar di museum Pameran khususnya museum di bawah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dijelaskan dalam dua jenis museum,
yaitu museum umum dan museum khusus.
·

12
PANITIA PENYUSUNAN BUKU

I. Nara Sumber 1. Dra. Sri Soejatmi Satari

2. M. Urip Suroso, B.A.

3. Drs. Tedjo Susilo.

2. Tim Penyusun 1. Basrul Akram, B.A.

2. Drs. Luthfi Asiarto

3. Drs. Aris Ibnu Darodjad

4. Hendrarto H, BA.

,,.

58

Anda mungkin juga menyukai