Anda di halaman 1dari 59

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Pada karya tulis ini penulis mengambi judul kanker
endometrium. Penulis mengambil judul tersebut karena kanker endometrium adalah
salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi. Kanker ini dapat
disembuhkan apabila ditemukan pada stadium dini. Oleh sebab itu deteksi awal sangat
berperan penting dalam menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh kanker
endometrium. Pengetahuan tentang kanker endometrium sangat penting bagi dokter
umum sebagai pilar utama tenaga kesehatan. Dokter umum diharapkan mampu untuk
mengenal gejala kanker endometrium dan mendiagnosis kanker ini sejak stadium
awal sehingga pasien tidak terlambat diterapi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Tangerang, 26 Januari 2012

Chintia Otami

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka
kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Di seluruh dunia, setiap tahun,
142,000 perempuan terdiagnosis, dan sebanyak 42.000 perempuan meninggal karena
penyakit ini (Amant, 2005). Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat
sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker
endometrium. Pada tahun 2007, diperkirakan 1 dari 38 perempuan di Amerika Serikat
terdiagnosis kanker endometrium. Insiden kanker endometrium berdasarkan data
dari Office of National Statistic meningkat dari dua per 100.000 perempuan per tahun
di bawah usia 40 tahun sampai 40-50 per 100.000 perempuan per tahun pada dekade
ke-6, ke-7 dan ke-8. Angka kematian di Amerika Serikat meningkat dua kali antara
tahun 1988 dan 1998. Di regional Asia Tenggara di mana Indonesia termasuk di
dalamnya insiden kanker endometrium mencapai 4,8 persen dari 670.587 kasus
kanker pada perempuan. Sementara kanker payudara sebanyak 30,9%; serviks 19,8%
dan ovarium 6,6%. 6
Peningkatan angka kejadian karsinoma endometrium berkaitan dengan
meningkatnya status kesehatan sehingga usia harapan hidup kaum wanita semakin
tinggi yang menyebabkan jumlah wanita yang berusia lanjut semakin banyak yang
diiringi dengan penggunaan terapi hormone pengganti untuk mengatasi gejala-gejala
menopausenya. Kanker endometrium umumnya ditemukan pada penderita berusia 60
keatas. Selain itu,telah ditemukan bahwa peningkatan kejadian obesitas juga
memegang peranan penting dalam meningkatnya angka kejadian kanker endomerium.
Kanker endometrium lebih banyak menyerang para wanita yang berasal dari golongan
ekonomi menengah ke atas. Tingginya kemampuan ekonomi selanjutnya
mengakibatkan gizi yang mereka peroleh berlebihan sehingga berubah menjadi
obesitas. Karena prevalensi faktor resiko ini semakin meningkat, maka insiden kanker
endometrium juga semakin meningkat akhir-khir ini. Di masa depan, dengan makin
tingginya angka penderita obesitas maka angka kejadian kanker endometrium
diperkirakan akan makin bertambah, yang sudah terbukti di Amerika Serikat. 7

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
2
Pasien dengan kanker endometrium biasanya mencari perhatian medis sejak
awal akibat adanya keluhan perdarahan vagina, dan biopsi endometrium akan
mengarahkan diagnosis dengan cepat. Hal ini menyebabkan meskipun kanker
endometrium menempati urutan ke empat kanker yang paling sering terjadi namun
kanker endometrium tersebut menempati urutan ke delapan kanker yang
menyebabkan kematian pada perempuan. Terapi primer untuk kebanyakan penderita
kanker endometrium adalah histerektomi disertai dengan bilateral salpingo-
oophorectomy (BSO) dan limfadeneknomi. Tiga perempat dari pasien terdiagnosis
saat menderita kanker endometrium stadium satu yang dapat disembuhkan dengan
operasi. Pasien dengan stadium yang lebih lanjut biasanya memerlukan kombinasi
pascaoperasi kemoterapi, radioterapi, atau keduanya. 4

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
3
BAB II
ANATOMI DINDING UTERUS
Uterus merupakan organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip
buah pir terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita.
Ukuran uterus sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas
otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal
2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, begitu pula
korpus uteri ke depan membentuk sudut dengan serviks uteri. 1

Pada wanita yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr
sedangkan pada wanita yang pernah melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr.
uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat.
Derajat kepadatan tergantung dari beberapa faktor, diantaranya uterus lebih banyak
mengandung rongga selama fase sekresi siklus menstruasi, lebih lunak selama masa
hamil, dan lebih padat setelah menopause. 2

Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan


2
endometrium, kehamilan, dan persalinan. Uterus ini sebenarnya terapung-apung di
dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya,
sehingga terfiksasi dengan baik. 2

Ligamentum yang memfiksasi uterus adalah :


a. Ligamentum kardinale sinistra dan dekstra (Mackenrodt)
yakni ligamentum yang terpenting, mencegah agar uterus tidak turun, terdiri
atas jaringan ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah
lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara
lain vena dan arteri uterina. 2
b. Ligamentum sakro-uterinum sinistra dan dekstra,
yakni ligamentum yang menahan uterus agar tidak banyak bergerak, berjalan
dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, ke arah os sacrum kiri dan
kanan2
Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
4
c. Ligamentum rotundum sinistra dan dekstra,
yakni ligamentum yang menahan uterus ke dalam antefleksi dan berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal kanan dan kiri. Pada
kehamilan, terkadang terasa sakit di daerah inguinal waktu berdiri cepat
karena uterus berkontraksi kuat, dan ligamentum rotundum menjadi kencang
serta mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan juga teraba
kencang dan terasa sakit bila dipegang. 2
d. Ligamentum latum sinistra dan dekstra,
yakni ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak
banyak mengandung jaringan ikat. Sebenarnya ligamentum ini adalah bagian
peritoneum viscerale yang meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk
sebagai lipatan. Di bagian dorsal ligamentum ini ditemukan indung telur
(ovarium sinistra dan dekstra). Untuk memfiksasi uterus, ligamentum latum
ini tidak banyak artinya. 2
e. Ligamentum infundibulo-pelvikum,
yakni ligamentum yang menahan tuba Falopii berjalan dari arah infundibulum
ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan syaraf, pembuluh limfe, arteri dan
vena ovarica. 2

Di samping ligamentum tersebut di atas ditemukan pada sudut kiri dan kanan
belakang fundus uteri ligamentum ovarii proprium kiri dan kanan yang
menahan ovarium. Ligamentum ovarii ini secara embriologis berasal dari
gubernaculums, sama seperti halnya ligamentum rotundum. 2

PERDARAHAN UTERUS
Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina sinistra dan dekstra yang terdiri
dari ramus ascenden dan ramus descenden. Pembuluh darah ini berasal dari a. iliaka
interna (= a. hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum, masuk ke dalam
uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm dari forniks vagina. 2
Pembuluh darah lain yang memvaskularisasi uterus adalah a. ovarika sinistra
et dextra. Ini berjalan dari lateral dinding pelvis, melalui ligamentum infundibulo-

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
5
pelvikum mengikuti tuba Falopii, beranastomosis dengan ramus asendens arteri
uterina di sebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Bersama-sama dengan arteri-arteri
tersebut di atas terdapat vena-vena yang kembali melalui pleksus vena ke vena
hipogastrika. 2

PEMBULUH LIMFE UTERUS


Pembuluh limfe yang berasal dari serviks akan mengalir ke daerah obturatorial
dan inguinal dan selanjutnya ke daerah vasa iliaka. Dari korpus uteri, pembuluh limfe
ini akan menuju daerah para-aorta atau para vertebra-dalam. Kelenjar-kelenjar limfe
penting artinya pada operasi karsinoma. 2

INERVASI UTERUS
Inervasi uterus terdiri dari sistem saraf simpatik, tetapi sebagian juga terdiri
dari saraf parasimpatik dan serebrospinal. Sistem saraf parasimpatik berada di dalam
panggul sebelah kiri dan kanan os sacrum, berasal dari syaraf sacral 2, 3, dan 4, dan
selanjutnya memasuki pleksus Frankenhauser. Saraf simpatik masuk ke rongga
panggul sebagai pleksus hipogastrikus melalui bifurcatio aorta dan promontorium
terus ke bawah menuju pleksus Frankenhauser. Pleksus ini terdiri atas ganglion-

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
6
ganglion berukuran besar dan kecil dan terletak terutama pada dasar ligament sakro-
uterina. Serabut-serabut syaraf tersebut di atas memberi inervasi pada miometrium
dan endometrium. Kedua sistem simpatik dan parasimpatik mengandung unsur
motorik dan sensorik. Kedua sistem bekerja antagonis, syaraf simpatik menimbulkan
kontraksi dan vasokonstriksi, sedangkan syaraf parasimpatik sebaliknya, mencegah
kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi. 2
Syaraf yang berasal dari torakal 11 dan 12 mengandung syaraf sensorik dari
uterus dan meneruskan perasaan sakit dari uterus ke serebrum. Syaraf sensorik dari
serviks dan bagian atas vagina melalui syaraf sakral 2, 3, dan 4, sedangkan dari
bagian bawah vagina melalui nervus pudendus dan nervus ileoinguinalis. 2

BAGIAN UTERUS

Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

- Fundus

Merupakan tonjolan bulat di bagian uterus proksimal, dimana merupakan tempat


kedua tuba Falopii masuk ke uterus. Di dalam klinik penting untuk diketahui sampai
dimana fundus uteri berada oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan
perabaan pada fundus uteri. 2

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
7
- Korpus

Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri. Korpus uteri adalah
bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan, bagian ini memiliki fungsi utama
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut
kavum uteri (rongga rahim). 2

- Serviks

Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis services uteri yang disebut portio dan
pars supravaginalis services uteri adalah bagian serviks yang berada di atas vagina.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai
saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar
serviks berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. 2
Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum, dan pintu di
vagina disebut ostium uteri eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik,
misalnya pada penilaian jalannya persalinan, abortus, dan sebagainya. Secara
histologik, uterus terdiri atas endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks
uteri, otot-otot polos, dan lapisan serosa yakni peritoneum viseral. 2

Dinding uterus

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan
perimetrium. 2

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
8
Endometrium

Selaput yang melapisi permukaan dalam miometrium disebut endometrium.


Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak
pembuluh darah yang berkelok-kelok. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan
memiliki arti penting dalam siklus haid seorang wanita dalam masa reproduksi
(childbearing age). Dalam masa haid, endometrium sebagian besar dilepaskan,
kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa sekretorik
(kelenjar-kelenjar telah berkelok-kelok dan terisi dengan getah). Masa-masa ini dapat
diperiksa dengan mengadakan biopsi endometrium. 1

Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan di sebelah luar
berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan oleh karena sesudah

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
9
plasenta lahir, otit akan berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah
yang terbuka yang berada di tempat itu. Endometrium yang banyak mengandung
pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan,
yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan miometrium. Selama
menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang padat dan lapisan tengah
yang berongga tanggal. Segera setelah aliran menstruasi berkahir, tebal endometrium
0,5 mm. Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi,
tebal endometrium menjadi 5 mm. 1

Endometrium mempunyai 3 fungsi penting yaitu sebagai 1 :

- Tempat nidasi
- Tempat terjadinya proses haid
- Petunjuk gangguan fungsional dari steroid seks

Pada usia reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, endometrium mengalami
berbagai perubahan siklik yang berkaitan dengan aktivitas ovarium. Endometrium
terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan basal dan lapisan fungsional. 3

Lapisan Fungsional 3

Dibawah pengaruh estrogen, lapisan fungsional akan berploriferasi dan di bawah


pengaruh estrogen dan progesteron, lapisan itu akan mengalami sekresi. Bilamana
terjadi fertilisasi dan implantasi, maka dari lapisan ini akan beradaptasi untuk
membentuk lingkungan optimum bagi embrio dengan terbentuknya desidua, dan
bilamana tidak terdapat fertilisasi, lapisan ini akan luruh dan terbentuk haid lagi.

Lapisan Basal 3

Lapisan basal adalah lapisan yang berdekatan dengan endometrium dan


letaknya di bawah lapisan fungsional. Lapisan basal tidak luruh saat siklus menstrusi.
Lapisan fungsional berkembang dari lapisan basal.

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
10
Apabila kadar progesteron mencapai titik terendah, arteri yang menyuplai
darah ke lapisan fungsional akan berkonstriksi sehingga sel-sel dalam lapisan tersebut
akan iskemik dan mati, kemudian terjadi menstruasi. 1

Berikut ini adalah tabel perubahan endometrium berdasarkan fase


menstruasinya. 4

Dalam siklus haid dibedakan 4 fase endometrium yaitu :

1. Fase menstruasi atau deskuamasi


Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan
perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan stratum
basale, stadium ini berlangsung 4 hari. Dengan haid itu keluar darah, potongan
potongan endometrium dan lendir dari serviks. Darah tidak membeku karena
adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan
potongan mukosa. Hanya kalau banyak darah keluar maka fermen tersebut
tidak mencukupi hingga timbul bekuan bekuan darah dalam darah haid. 5
2. Fase post menstruasi atau stadium regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara
berangsur angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang
tumbuh dari sel sel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal
endometrium ± 0,5 mm, stadium sudah mulai waktu stadium menstruasi dan
berlangsung ± 4 hari. 5
3. Fase intermenstruum atau stadium proliferasi

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
11
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase proliferasi
dapat dibagi dalam 3 subfase yaitu5 :
a. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9.
Fase ini dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi
epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar kebanyakan lurus,
pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase
proliferasi; sel sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih
menunjukkan suasana fase menstruasi dimana terlihat perubahan
perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma
padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel selnya
berbentuk bintang dan lonjong dengan tonjolan tonjolan anastomosis.
Nukleus sel stroma relatif besar karena sitoplasma relatif sedikit5.
b. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat
dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak
mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma
bertumbuh aktif dan padat 5

4. Fase pramenstruum atau stadium sekresi


Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
12
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28.
Pada fase ini endometrium kira kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang, berkeluk keluk dan mengeluarkan getah yang makin
lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur
yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang
tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima
telur yang dibuahi. Fase ini dibagi atas5 :
1. Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya
karena kehilangan cairan, tebalnya ± 4 – 5 mm. Pada saat ini dapat
dibedakan beberapa lapisan, yaitu5 :
a. stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang
berbatasan dengan lapisan miometrium. Lapisan ini tidak aktif, kecuali
mitosis pada kelenjar5.
b. stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti
spons. Ini disebabkan oleh banyak kelenjar yang melebar dan berkeluk
keluk dan hanya sedikit stroma di antaranya5.
c. stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran saluran
kelenjar sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema. 5

2. Fase sekresi lanjut


Endometrium dalam fase ini tebalnya 5 – 6 mm. Dalam fase ini
terdapat peningkatan dari fase sekresi dini , dengan endometrium
sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkeluk keluk dan
kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan
perkembangan ovum. Sitoplasma sel sel stroma bertambah. Sel stroma
menjadi sel desidua jika terjadi kehamilan 5

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
13
Vaskularisasi Endometrium saat Haid
Cabang cabang arteri uterine berjalan terutama dalam stratum vaskulare
endometrium. Dari sini sejumlah arteri radialis berjalan langsung ke endometrium dan
membentuk arteri spiralis. Pembuluh pembuluh darah ini memelihara stratum
fungsional endometrium yang terdiri dari stratum kompaktum dan sebagian stratum

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
14
spongiosum. Stratum basale dipelihara oleh arteriola arteriola miometrium di
dekatnya. Mulai dari fase proliferasi terus ke fase sekresi pembuluh pembuluh darah
berkembang dan menjadi lebih berkeluk keluk dan segera setelah mencapai
permukaan, membentuk jaringan kapiler yang banyak. Pada miometrium kapiler
kapiler mempunyai endotel yang tebal dan lumen yang kecil. Vena vena yang
berdinding tipis membentuk pleksus pada lapisan yang lebih dalam dari lamina
propria mukosa dan membentuk jaringan anastomosis yang tidak teratur dengan
sinusoid sinusoid pada semua lapisan. 4
Hampir sepanjang siklus haid pembuluh pembuluh darah menyempit dan
melebar secara ritmis, sehingga permukaan endometrium memucat dan berwarna
merah karena penuh dengan darah, berganti ganti. Bila tidak terjadi pembuahan,
korpus luteum mengalami kemunduran yang menyebabkan kadar progesterone dan
estrogen menurun. 4
Penurunan kadar hormon ini mempengaruhi keadaan endometrium ke arah
regresi, dan pada suatu saat lapisan fungsionalis dari endometrium terlepas dari
stratum basale yang di bawahnya. Peristiwa ini menyebabkan pembuluh pembuluh
darah terputus, dan terjadilah pengeluaran darah yang disebut haid4

MIOMETRIUM4

Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium paling
tebal di fundus, semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di serviks. 5

Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling banyak


ditemukan di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi pada
persalinan. Pada lapisan miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi yang
memicu kerja hemostatis. Sedangkan pada lapisan dalam, kerja sfingter untuk
mencegah regurgitasi darah menstruasi dari tuba fallopii selama menstruasi. Kerja
sfingter di sekitar ostium serviks interna membantu mepertahankan isi uterus selama
hamil. Cedera pada sfingter ini dapat memperlemah ostium interna dan menyebabkan
ostium interna serviks inkompeten. 5

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
15
Miometrium bekerja sebagau suatu kesatuan yang utuh. Struktur miometrium yang
memberi kekuatan dan elastisitas merupakan contoh adaptasi dari fungsi4 :

- Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan mendorong
janin ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan paling besar4.

- Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh
darah ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan. Karena
kemampuannya untuk menutup (irigasi) pembuluh darah yang berada di antara
serabut tersebut, maak serabut otot polos disebut sebagai ikatan hidup. 4

PERIMETRIUM

Perimetrium adalah lapisan serosa yang merupakan bagian viseral dari peritoneum. 4

KIMIA DAN FUNGSI HORMON STEROID OVARIUM 3

Estrogen

Estrogen adalah hormon steroid dengan 10 atom C dibentuk terutama dari 17-
ketosteroid androstendion. Estrogen alamiah yang terpenting adalah estradiol (E2),
estron (E1), dan estriol (E3). Secara biologis, estradiol adalah yang paling aktif.
Perbandingan khasiat biologis dari ketiga homon tersebut E2:E1:E3 = 10:5:1. Selain
di Ovarium, estrogen juga disintesis di adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak dan
susunan saraf pusat. 3

Estrogen yang dihasilkan oleh adrenal disebut estrogen residu.


Metabolismenya terutama melalui esterifikasi ke glukoronida atau sulfida, dan
pengeluarannya melalui tinja. Pada organ sasaran seperti uterus,vagina, serviks,
payudara, maupun hipofisis, hipotalamus, estrogen diikat oleh reseptor yang terdapat
di dalam sitoplasma dan diangkut ke inti sel. 3

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
16
Fungsi umum

Khasiat biologis utama dari estrogen adalah sebagai perangsang sintesis DNA melalui
RNA (messenger RNA), sehingga terjadi peningkatan sintesis protein. 3

Fungsi pada endometrium

Estradiol memicu proliferasi endometrium dan memperkuat kontraksi otot uterus. 3

PROGESTERON

Progesteron merupakan steroid dengan 21 atom C dan terutama dibentuk di


dalam folikel dan plasenta. Selain itu dapat berasal dari metabolisme pregnandiol, dan
disebut progesteron residu, serta dibentuk pula di dalam adrenal. Dengan demikian
tampak bahwa progesteron tidak hanya merupakan hormon dasar, melainkan juga
sebagai hasil antara pada ogan-organ yang membentuk steroid. 3

Penghancuran progesteron terjadi setelah pengubahan menjadi pregnandiol


sebagai glukoronida atau sulfat. Selama fase folikuler kadar progesteron plasma
sekitar 1 ng/ml, sedangkan pada fase luteal 10-20 mg/ml3

Fungsi Umum

Progesteron mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan, sehingga merupakan


syarat mutlak untuk konsepsi dan implantasi. Semua khasiat progesteron terjadi
karena ada pengaruh estradiol sebelumnya, karena estradiol mensintesis reseptor
untuk progesteron. 3

Fungsi Khusus

Endometrium

Terhadap endometrium, progesteron menyebabkan perubahan sekretorik. Perubahan


ini mencapai puncaknya pada hari ke 22 siklus haid normal. Bilamana progesteron

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
17
terlalu lama mempengaruhi endometrium, maka akan terjadi degenerasi endometrium,
sehingga tidak cocok lagi menerima nidasi. 3

Miometrium

Progesteron menurunkan tonus miometrium, sehingga kontraksi berjalan lambat.


Dalam kehamilan khasiat ini bermanfaat karena membuat uterus menjadi tenang. 3

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
18
BAB III

KANKER ENDOMETRIUM

DEFINISI

Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal dari


endometrium atau miometrium. Sebagian besarnya merupakan adenokarsinoma
(90%). Karsinoma endometrium terutama adalah penyakit pada wanita
pascamenopause, walaupun 25% kasus terdapat pada wanita yang berusia kurang dari
50 tahun dan 5% kasus terdapat pada usia dibawah 40 tahun. Umur rata-rata penderita
kanker endometrium adalah 55-66 tahun. Insidensi kanker endometrium pada wanita
premenopause 5 kali lebih rendah daripada wanita yang telah mengalami menopause,
Insidensi ini meningkat sesuai bertambahnya usia kemudian menetap setelah umur 70
tahun. 6

Sebagian besar kanker endometrium adalah adenokarsinoma (75 %), yang


berasal dari lapisan tunggal dari sel-sel epitel yang melapisi endometrium dan
membentuk kelenjar endometrium. Ada banyak subtipe mikroskopis karsinoma

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
19
endometrium, termasuk jenis common endometrioid, di mana sel kanker menyerupai
gambaran endometrium normal, Papillary serous carcinoma yang agresif serta clear
cell carcinoma. 6
Kanker endometrium adalah neoplasma yang mempunyai 2 tipe dengan
patogenesis berbeda pada masing-masing tipenya. Tipe pertama adalah estrogen
dependen dan tipe kedua estrogen independen. Perubahan genetik molekular yang
terdapat pada karsinoma endometrium tipe I dan tipe II berbeda dan mungkin dapat
membantu dalam menjelaskan sifat-sifat klinisnya. 4
- Tipe I Estrogen dependen
Tipe I berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen dalam darah,
yang umumnya menyerang wanita pre dan perimenoupause. Pada
anamnesis didapatkan riwayat terpapar estrogen dan berasal dari atipikal
endometrial hiperplasia. Tipe ini berdiferensiasi baik, minimal invasif,
sehingga mempunyai prognosis yang baik. Pada beberapa kasus mungkin
didapatkan diabetes, penyakit liver, hipertensi, obesitas, infertilitas, dan
gangguan menstruasi. Pada kenyataannya, lesi tipe I berpotensi dapat
diecegah melalui pengenalan risiko pada pasien, diagnosis lesi prekursor
(hiperplasia endometrium atipikal), dan pengobatan yang sesuai. 6
- Tipe II Estrogen Independen
Tipe ini bisanya didapatkan pada wanita postmenopause, kurus, dan fertil
atau wanita dengan siklus hormonal yang normal. Tipe II lebih agresif dan
mempunyai prognosis lebih buruk daripada tipe I. Tipe II paling sering
didapat pada wanita Afro-Amerika. Yang termasuk kanker endometrium
tipe II adalah6 :

 high-grade endometrioid cancer,


 uterine papillary serous carcinoma,
 uterine clear cell carcinoma.

Terdapat 3 lokasi dimana kanker endometrium sering terjadi yaitu fundus,


tuba dan isthmus. Hal ini berkaitan dengan pengaruh hormonal pada lapisan uterine di
lokasi tersebut6.

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
20
Gambaran histologik endometrioid adenocarcinoma yang merupakan kanker
endometrium yang paling sering terjadi.

Tabel yang menunjukkan perbedaan kanker endometrium tipe I dan II.

EPIDEMIOLOGI
Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka
kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Di seluruh dunia, setiap tahun,
142,000 perempuan terdiagnosis, dan sebanyak 42.000 perempuan meninggal karena
penyakit ini (Amant, 2005). Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat
sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
21
endometrium. Pada tahun 2007, diperkirakan 1 dari 38 perempuan di Amerika Serikat
terdiagnosis kanker endometrium. 7 AS dan Kanada memiliki rerata insidensi tertinggi
di seluruh dunia, sementara negara berkembang dan Jepang memiliki rerata insidensi
4-5 kali lebih rendah. 8
Insiden kanker endometrium berdasarkan data dari Office of National Statistic
meningkat dari dua per 100.000 perempuan per tahun di bawah usia 40 tahun sampai
40-50 per 100.000 perempuan per tahun pada dekade ke-6, ke-7 dan ke-8. Angka
kematian di Amerika Serikat meningkat dua kali antara tahun 1988 dan 1998. Di
regional Asia Tenggara di mana Indonesia termasuk di dalamnya insiden kanker
endometrium mencapai 4,8 persen dari 670.587 kasus kanker pada perempuan.
Sementara kanker payudara sebanyak 30,9%; serviks 19,8% dan ovarium 6,6%. 8

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
22
Gambar yang menunjukkan angka kematian yang disebabkan oleh kanker
endometrium per 100.000 penduduk di seluruh dunia

PATOFISIOLOGI
Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin kinase
yang berperan dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan pada 10-
12% dari kanker endometrium identik dengan penemuan yang didapatkan dari
kelainan kraniofasial kongenital. Inhibisi pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi
masadepan bagi penderita kanker endometrium. Beberapa peneliti menduga terdapat
dua peran FGFR2 dalam mempengaruhi endometrium, yaitu dengan menghambat
proliferasi sel endometrium pada siklus menstruasi dan sebagai onkogen pada
karsinoma endometrial. 9
Selain itu, kadar hormon sex estrogen yang tinggi juga dapat menyebabkan
peningkatan masa dan jumlah sel lapisan uterus jika tidak terdapat cukup progesteron,
salah satu hormon sex yang penting pada wanita. 9
Siklus menstrual normal, rata-rata berlangsung 28 hari, terdapat 2 fase. Pada 2
minggu pertama, estrogen adalah hormon seks yang dominan. Estrogen menyebabkan
lapisan sel uterus bertumbuh dan bertambah jumlahnya. Pada 14 hari selanjutnya,
hormon sex yang dominan adalah progesteron. Progesteron menyebabkan
kematangan sel sehingga lapisan uterus dapat menerima dan menutrisi ovum yang
sudah difertilisasi. 9
Apabila tidak terdapat cukup progesteron, sel pada lapisan uterus (epitelium)
akan bertumbuh dan bermultiplikasi semakin banyak. Hal ini disebut hiperplasia
simpleks. Apabila situasi ini terus berlanjut, akan terbentuk kelenjar baru pada lapisan
uterus. Hal ini disebut hiperplasia kompleks. Akhirnya, sel menjadi atipikal dan
menunjukkan perilaku yang menyimpang. 10
Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan pada
beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama, mengkonsumsi
estrogen dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi tiroid, penyakit
hepar. 10

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
23
Kanker endometrium mungkin berasal di area minoris (misalnya, sebuah
polip endometrium) atau multifokal difus. Pertumbuhan awal dari tumor dicirikan
oleh pola eksofitik yang menyebar. Pertumbuhan tumor ditandai dengan kerapuhan
dan perdarahan spontan, bahkan pada tahap awal. Kemudian pertumbuhan tumor
ditandai oleh invasi miometrium dan pertumbuhan menuju leher rahim. 9 Empat rute
penyebaran terjadi di luar rahim:

1. Langsung

Penyebaran adenokarsinoma endometrium biasanya lambat terutama pada yang


differensiasi baik. Penyebarannya ke arah permukaan kavum uteri dan endoserviks.
Dari kavum uteri menuju ke stroma endometrium ke miomterium ke ligamentum
latum dan organ sekitarnya. Jika telah mengenai endoserviks, penyebaran selanjutnya
seperti pada adenokarsinoma serviks10.

2.Melalui kelenjar limfe

Penyebarannya melalui kelenjar limfe ovarium akan sampai ke para aorta dan melalui
kelenjar limfe uterus akan menuju ke kelenjar iliaka interna, eksterna dan iliaka
komunis serta melalui kelenjar limfe ligamentum rotundum akan sampai ke kelenjar
limfe inguinal dan femoral. 10

3.Melalui aliran darah

Biasanya proses penyebarannya sangat lambat dan tempat metastasenya adalah paru,
hati dan otak. 10

4 Intrperitoneal atau melalui tuba.

Biasanya disertai pappilary serous carcinoma (UPSC), serupa dengan penyebaran


kanker ovarium. 10

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
24
ETIOLOGI
Penyebab pasti kanker endometrium tidak diketahui. Kebanyakan kasus kanker
endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar stimulasi estrogen secara
kronis. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan
lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan pada hewan
percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker. 11
Adanya hubungan antara pajanan estrogen dengan kanker endometrium telah
diketahui selama lebih dari 50 tahun. Satu faktor risiko yang paling sering dan paling
terbukti untuk adenokarsinoma uterus adalah obesitas. Jaringan adiposa memiliki
enzim aromatase yang aktif. Androgen adrenal dengan cepat dikonversi menjadi
estrogen di dalam jaringan adiposa pada individu yang obes. Estrogen yang baru
disintesis ini juga memiliki bioavailabilitas yang sangat baik karena perubahan
metabolik yang berhubungan dengan obesitas menghambat produksi globulin
pengikat hormon seks oleh hati. Individu yang obes mungkin mengalami peningkatan
drastis pada estrogen bioavailabel yang bersirkulasi dan pajanan ini dapat
menyebabkan penumbuhan hiperplastik pada endometrium. 11
Dasar pemikiran yang menganggap estrogen sebagai faktor etiologis berasal
dari tiga sumber11:
(i) aktivitas biologis estrogen dan progesteron pada endometrium
(ii) data pada hewan dan manusia mengenai pengaruh dietilstilbestrol
(DES) terhadap karsinogenesis
(iii) hubungan antara kanker endometrium dengan hiperplasia
endometrium dalam kaitannya dengan hubungan antara hiperplasia
dengan pajanan estrogen yang tidak dihambat dan bcrlangsung lama.
Bukti yang paling kuat untuk sensitivitas endometrium yang tinggi terhadap
hormon steroid ovarium adalah perubahan dramatis yang terjadi pada jaringan ini

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
25
selama siklus menstruasi. Pada siklus wanita normal: endometrium mengubah
morfologinya setiap hari. 11
Pada fase folikular siklus: estrogen menstimulasi proliferasi epitel yang
menutupi kelenjar endometrium dan stroma di bawahnya. Estrogen menginduksi
produksi reseptorya sendiri dan reseptor progesteron selama fase ini. Progesteron
yang disekresi dengan cepat setelah ovulasi menahan aktivitas proliferasi pada
kelenjar-kelenjar dan mengkonversi epitel menjadi keadaan sekretorik. Stroma
merespons progesteron dengan angiogenesis dan maturasi fungsional. Jika kehamilan
terjadi, perubahan-perubahan ini akan mempersiapkan endometrium untuk implantasi.
Dipercaya bahwa efek mitogenik yang poten dari estrogen pada epitel kelenjar
endometrium mempercepat tingkat mutasi spontan dari onkogen yang merupakan
predisposisi dan/atau gen penekan tumor. Hal ini mengarah pada suatu transformasi
neoplastik. 11

Data pada hewan dan manusia yang dikumpulkan setelah berkembangnya


pajanan DES menambah bukti biologis untuk potensi karsinogenik dari estrogen di
saluran reproduksi. DES adalah agonis estrogen nonsteroid yang merupakan salah
salu estrogen sintetik pertama yang dikembangkan. DES tersebut diberikan kepada
lebih dari dua juta wanita pada tahun 1940-1970 sebagai pengobatan terhadap
ancaman keguguran spontan (miscarriage). 11
Pada tikus. pajanan neonatal terhadap DES menghasilkan kanker endometrium
pada 95% binatang saat berusia 18 bulan. Pada wanita, pajanan DES pranatal
mengarah pada kelainan struktur saluran reproduksi dan pada adenokarsinoma sel
jemih vagina dan serviks. Aktivitas karsinogenik pada DES tampaknya dimediasi
sebagian oleh aktivasi reseptor estrogen. Apakah pajanan DES pranatal akan
menyebabkan kanker endometrium pada manusia akan ditentukan setelah penelitian
kohort pada wanita-wanita ini berlangsung sampai menopause. Mekanisme genetik
molekular mengenai bagaimana DES menyebabkan karsinoma sel jernih mungkin
sama dengan bagaimana estroge alami menyebabkan kanker endometrium tipe I.
Ketidakstabilan genetik telah ditunjukkan pada kedua tumor ini. 11

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
26
FAKTOR RESIKO
1. Faktor resiko reproduksi dan menstruasi.
Kebanyakan peneliti menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai risiko 3x
lebih besar menderita kanker endometrium dibanding multipara. Hipotesis
bahwa infertilitas menjadi factor risiko kanker endometrium didukung
penelitian-penelitian yang menunjukkan resiko yang lebih tinggi untuk
nulipara dibanding wanita yang tidak pernah menikah. 7
Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan dengan infertilitas dikaitkan
dengan risiko kanker endometrium adalah siklus anovulasi ( terpapar estrogen
yang lama tanpa progesteron yang cukup), kadar androstenedion serum yang
tinggi (kelebihan androstenedion dikonversi menjadi estron), tidak
mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan (sisa jaringan menjadi
hiperplastik) dan efek dari kadar estrogen bebas dalam serum yang rendah
pada nulipara. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang
pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang
disuntikkan kepada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan
hiperplasia endometrium dan kanker. 7
2. Usia menarche dini (<12 tahun) berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker
endometrium walaupun tidak selalu konsisten. Benyak penelitian
menunjukkan usia saat menopause mempunyai hubungan langsung terhadap
meningkatnya kanker ini. Sekitar 70% dari semua wanita yang didiagnosis
kanker endometrium adalah pakcamenopause. Wanita yang menopause secara
alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika dibandingkan sebelum usia
49 tahun. 7
3. Hormon.
a. Hormone endogen.
Risiko terjadinya kanker endometrium pada wanita-wanita muda
berhubungan dengan kadar estrogen yang tinggi secara abnormal
seperti polycystic ovarian disease yang memproduksi estrogen.
b. Hormone eksogen pascamenopause.

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
27
Terapi sulih hormone estrogen menyebabkan risiko kanker
endometrium meningkat 2 sampai 12 kali lipat. Peningkatan risiko ini
terjadi setelah pemakaian 2-3 tahun. Risiko relatif tinggi setelah
pemakaian selama 10 tahun.
4. Kontrasepsi oral. Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada
pemakaian kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dosis tinggi dan
rendah progestin. Sebaliknya pengguna kontrasepsi oral kombinasi estrogen
dan progestin dengan kadar progesterone tinggi mempunyai efek protektif dan
menurunkan risiko kanker endometrium setelah 1-5 tahun pemakaian.
5. Tamoksifen. Beberapa penelitian mengindikasikan adanya peningkatan risiko
kanker endometrium 2-3 kali lipat pada pasien kanker payudara yang diberi
terapi tamoksifen. Tamoksifen merupakan antiestrogen yang berkompetisi
dengan estrogen untuk menduduki reseptor. Di endometrium, tamoksifen
malah bertindak sebagai faktor pertumbuhan yang meningkatkan siklus
pembelahan sel.
6. Obesitas. Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium.
Kelebihan 13-22 kg BB ideal akan meningkatkan risiko sampai 3 x lipat.
Sedangkan kelebihan di atas 23 kg akan meningkatkan risiko sampai 10x lipat.
obesitas adalah penyebab paling umum dari kelebihan produksi estrogen
endogen. Jaringan adiposa berlebihan akan meningkatkan aromatisasi
androstenedion perifer menjadi estrone. Pada wanita premenopause, tingkat
estrone memicu umpan balik peningkatan abnormal pada aksis-hipofisis-
ovarium hipotalamus. Hasil klinisnya adalah oligo-atau anovulasi. Dengan
tidak adanya ovulasi, endometrium terkena stimulasi estrogen hampir terus
menerus tanpa efek progestasional berikutnya dan terjadi gangguan
menstruasi.
7. Faktor diet. Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh
peran nutrisi, terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet.
Konsumsi sereal, kacang-kacangan, sayuran dan buah terutama yang tinggi
lutein, menurunkan risiko kanker yang memproteksi melalui fitoestrogen.

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
28
8. Kondisi medis. Wanita premenopause dengan diabetes meningkatkan 2-3 x
lebih besar berisiko terkena kanker endometrium jika disertai diabetes.
Tingginya kadar estrone dan lemak dalam plasma wanita dengan diabetes
menjadi penyebabnya. Hipertensi menjadi faktor risiko pada wanita
pancamenopause dengan obesitas.
9. Faktor genetik. Seorang wanita dengan riwayat kanker kolon dan kanker
payudara meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Begitu juga
dengan riwayat kanker endometrium dalam keluarga.
10. Merokok. Wanita perokok mempunyai resiko ½ kali jika dibandingkan yang
bukan perokok (faktor proteksi) dan diperkirakan menopause lebih cepat 1-2
tahun.
11. Ras. Kanker endometrium sering ditemukan pada wanita kulit putih.
12. Faktor risiko lain. Pendidikan dan status sosial ekonomi diatas rata-rata
meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium akibat konsumsi terapi
pengganti estrogen dan rendahnya paritas.

Risk Factors for Endometrial Cancer

Factors Influencing Risk Estimated Relative Riska

Obesity 2–5

Polycystic ovarian syndrome >5

Long-term use of high-dose menopausal estrogens 10–20

Early age of menarche 1.5–2

Late age of natural menopause 2–3

History of infertility 2–3

Nulliparity 3

Menstrual irregularities 1.5

Residency in North America or northern Europe 3–18

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
29
Higher level of education or income 1.5–2

White race 2

Older age 2–3

High cumulative doses of tamoxifen 3–7

History of diabetes, hypertension, or gallbladder disease 1.3–3

Long-term use of high-dose combination oral contraceptives 0.3–0.5

Cigarette smoking 0.5

MANIFESTASI KLINIS
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan
pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi
bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang
paling banyak menyertai keluhan utama7.

Gejalanya bisa berupa7:


 Perdarahan rahim yang abnormal
 Siklus menstruasi yang abnormal
 Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih
mengalami menstruasi)
 Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
 Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia
diatas 40 tahun)
 Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
 Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
 Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
 Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

DETEKSI KANKER ENDOMETRIUM

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
30
Sebagian besar kanker endometrium terdiagnosis pada stadium dini. Hal ini
dikarenakan wanita menopause cenderung memeriksakan dirinya ke dokter apabila
terdapat perdarahan vaginal. Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik termasuk melakukan pap smear dan pemeriksaan
pelvik. 7
Pemeriksaan pelvik merupakan langkah awal pemerikasaan fisik pada kanker
endometrium. Pada pemeriksaan pelvik, dokter memeriksa daerah sepanjang
kandungan apakah terdapat lesi, benjolan, atau mengetahui daerah mana yang terasa
sakit jika diraba. Untuk daerah kandungan bagian atas dokter menggunakan alat
spekulum. Teknik pemeriksaan ini sebenarnya harus rutin dilakukan oleh wanita
untuk mengetahui kondisi vaginanya7
Biopsi endometrial diperlukan untuk menegakkan diagnosis kanker
endometrium. Pada pemeriksaan biopsi, akan diambil sebagian kecil dari lapisan
uterus (endometrium) kemudian dilihat sediaan tersebut di mikroskop. Karena kanker
endometrium dimulai di dalam uterus, kelainannya tidak selalu dapat dideteksi
dengan pap smear. Karena itu, sampel dari jaringan endometrium harus diambil dan
dilihat dengan mikroskop untuk dideteksi apakah terdapat sel kanker atau tidak. Salah
satu prosedur dibawah ini dapat dilakukan 7
- Biopsi endometrium : Mengambil sebagian kecil jaringan endometrium,
dengan memasukkan selang yang kecil dan fleksibel melalui serviks
kedalam uterus. Selang ini kemudian akan mengikis sebagian kecil
jaringan endometrium sehingga kemudian didapatkan sampel jaringan.
Patolog kemudian akan memeriksa sampel sel kanker di bawah
mikroskop7.
- Dilatasi dan kuretase : Caranya yaitu leher rahim dilebarkan dengan
dilatator kemudian hiperplasianya dikuret. Hasil kuret lalau di PA-kan.
Memasukkan kamera (endoskopi) kedalam rahim lewat vagina. Dilakukan
juga pengambilan sampel untuk di PA-kan. Sampe jaringan endometrium
yang didapatkan dari kuretase kemudian diperiksa di mikroskop. 7

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
31
Gambar diatas menunjukkan sebuah spekulum yang dimasukkan ke vagina
untuk memudahkan melihat serviks. Kemudian kuret dimasukkan lewat
serviks ke uterus untuk mengikis jaringan yang abnormal agar dapat
diperiksa7.

Tes tambahan untuk menegakkan diagnosis meliputi :

- USG transvaginal. Transvaginal ultrasound, adalah suatu alat yang


dimasukkan ke dalam rahim dan berfungsi untuk mengetahui
ketebalan dinding rahim. Ketebalan dinding yang terlihat
abnormal akan dicek lanjutan dengan pap smear atau biopsi. Pada
pemeriksaan USG didapatkan tebal endometrium di atas 5 mm
pada usia perimenopause. Pemeriksaan USG dilakukan untuk
memperkuat dugaan adanya keganasan endometrium dimana
terlihat adanya lesi hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium
yang inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas dengan ukuran
6,69 x 4,76 x 5,67 cm. Pemeriksaan USG transvaginal diyakini
banyak penelitian sebagai langkah awal pemeriksaan kanker
endometrium, sebelum pemeriksaan-pemeriksaan yang invasif
seperti biopsi endometrial, meskipun tingkat keakuratannnya yang
lebih rendah, dimana angka false reading dari strip endometrial
cukup tinggi. Sebuah meta-analisis melaporkan tidak
terdeteksinya kanker endometrium sebanyak 4% pada

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
32
penggunaan USG transvaginal saat melakukan pemeriksaan pada
kasus perdarahan postmenopause, dengan angka false reading
sebesar 50%. USG transvaginal dengan atau tanpa warna,
digunakan sebagai tehnik skrining. Terdapat hubungan yang
sangat kuat dengan ketebalan endometrium dan kelainan pada
endometrium. Ketebalan rata-rata terukur 3,4±1,2 mm pada
wanita dengan endometrium atrofi, 9,7±2,5 mm pada wanita
dengan hiperplasia, dan 18,2±6,2mm pada wanita dengan kanker
endometrium. Pada studi yang melibatkan 1.168 wanita, pada 114
wanita yang menderita kanker endometrium dan 112 wanita yang
menderita hiperplasia, mempunyai tebal endometrium 5 mm.
Metode non-invasif lainnya adalah sitologi namun akurasinya
sangat rendah. 7
-
- Papanicolau Test
adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias
Papanicolau, untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh
human papilomavirus. Pengambilan sampel endometrium,
selanjutnya di periksa dengan mikroskop (PA). Cara untuk
mendapatkan sampel adalah dengan aspirasi sitologi dan biopsy
hisap (suction biopsy) menggunakan suatu kanul khusus. Alat yang
digunakan adalah novak, serrated novak, kovorkian, explora
(mylex), pipelly (uniman), probet. Pap smear tidak sensitif untuk
mendiagnosa kanker endometrium. Pada pemeriksaan pap smear,
50% dari penderita kanker endometrium menunjukkan hasil yang
normal. Sel endometrium yang jinak terkadang ditemukan saat
pemeriksaan pap smear pada wanita diatas 40 tahun Bia sel ini
ditemukan, maka resiko kanker pada wanita tersebut adalah 3-5%.
Pada wanita premenopause, temuan ini kurang akurat, terutama bila
hasil didapatkan saat penderita sedang haid. Pada penderita yang
memakai terapi hormon, resiko keganasan berkurang (1-2%).7

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
33
Pada pemeriksaan kanker endometrium dapat ditemukan hiperplasia
endometrium. Hiperplasia endometrium bukan kanker namun dapat
berkembang menjadi kanker. Salah satu tipe hiperplasia, atypical
adenomatous hyperplasia, berkembang menjadi kanker pada 1 dari 3
penderita. 7

Untuk menentukan stadium kanker endometrium, serangkaian pemeriksaan


dibawah ini harus dilakukan sebelum operasi7 :

- Cek darah lengkap untuk memeriksa anemia dan kelainan darah.


- Antigen kanker 125. Pemeriksaan CA-125 diperlukan untuk
mengetahui apakah kanker telah bermetastasis atau belum.
- Intravenous Pyelogram untuk memeriksa fungsi ginjal
- Foto roentgen untuk mengetahui apakah sel kanker telah
bermetastasis ke uterus.

Pemeriksaan imaging dilakukan sebelum operasi untuk melihat apakah


kanker telah menyebar ke abdomen dan pelvis. Ini dilakukan juga untuk
membuat perencanaan terapi. Pemeriksaan imaging meliputi7 :

- Computed Tomography (CT) scan abdomen dan pelvis


- Magnetic Resonance Imaging (MRI) abdomen dan pelvis. MRI
juga dapat membedakan kanker endometrium dari penyebaran
servikal primary endocervical adenocarcinoma.

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
34
Potongan aksial pada CT Scan Penderita Kanker endometrium
didapatkan uterus membesar dan inhomogen (panah) di atas
pelvis.

Setelah diagnosis kanker endometrium ditegakkan, operasi dilakukan untuk


mengangkat uterus, serviks, ovarium, tuba falopi. Prosedur ini dinamakan
Histerektomi dengan bilateral salphingo-oophorectomy. Kadang kelenjar
limfe pelvis juga diangkat. Jaringan yang diangkat kemudian diperiksa untuk
menentukan stadium kanker7.

Deteksi Dini Kanker Endometrium

American Cancer Society mengatakan bahwa wanita yang telah mendekati


menopause harus diedukasi mengenai gejala dan resiko kanker endometrium7

- Apabila terdapat perdarahan atau spotting atau cairan vagina yang


tidak normal, segera periksakan diri ke dokter
- Wanita dengan resiko hereditary nonpolyposis colon cancer

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
35
(HNPCC) diedukasi untuk memeriksakan diri setiap tahun
dimulai pada usia 35 tahun. Wanita dengan HNPCC juga
memiliki resiko tinggi kanker ovarium dan uterus. Wanita dengan
resiko tinggi kanker endometrium dan tidak mempunyai rencana
untuk hamil dapat melakukan pencegahan dengan mengangkat
uterus, tuba fallopi, dan ovarium7.

KLASIFIKASI HISTOPATOLOGIS
Sembilan puluh persen tumor ganas endometrium/ korpus uterus adalah
adenokarsinoma. Sisanya ialah karsinoma epidermoid, adenoakantoma, sarcoma, dan
karsino-sarkoma. 7
Endometrioid Adenocarcinoma
Tipe histologi kanker endometrium yang paling sering ditemui adalah endometrioid
adenokarsinoma (75% dari total kasus). Karakteristik tumor ini adalah terdapat
kelenjar yang mirip dengan endometrium normal. Hiperplasia endometrium
berhubungan dengan tumor grade rendah dan jarang menginvasi endometrium.
Apabila kelenjar berkurang dan digantikan sel yang padat, tumor diklasifikasikan
sebagai grade yang lebih tinggi. Apabila terdapat endometrium yang atrofik, sering
dihubungkan dengan grade tinggi dan sering bermetastasis. 12

Endometrioid adenocarcinoma yang berasal dari hiperplasia endometrium

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
36
Gambaran makroskopis polyploid endometrioid adenocarcinoma
Serous Carcinoma
5-10% kanker endoetrium adalah tipe serous carcinoma. Serous carcinonma adalah
tumor tipe II yang sangat agresif dan berasal dari endometrium yang atrofik. Tipe ini
biasanya terdapat pada wanita berusia lanjut. Terdapat pola pertumbuhan papiler yang
kompleks ditandai dengan nulkear atipik. Sering disebut uterine papillary serous
carcinoma (UPSC), secara histologis menyerupai kanker ovarium epitelial, dan
terdapat psammoma bodies pada 30 persen pasien. 7

Gambaran histologik uterine papillary serous carcinoma (UPSC)

Biasanya, tumor eksofitik dengan penampakan papiler muncul dari uterus yang kecil
dan atrofik. Terkadang, tumor ini dibatasi polip dan tidak menyebar. UPSC
berpotensi menginvsi miometrium dan menginvasi kelenjar. UPSC dan kanker
ovarium epitel dapat dibedakan lewat pembedahan. Seperti kanker ovarium, tumor ini

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
37
juga mengsekresi CA125, pengukuran serum ini juga dapat digunakan sebagai
monitor postoperasi. UPSC adalah tipe sel yang agresif. 7

Gambaran makroskopis UPSC

Clear Cell Carcinoma

Kurang dari 5 % kanker endometrium adalah tipe clear cell carcinoma. Penampakan
mikroskopik didominasi oleh sel padat, kistik, tubular atau papiler. Biasanya
merupakan gabungan dari 2 atau 3 tipe tersebut. Endometrial clear cell
adenocarcinoma adalah serupa dengan jenis clear cell yang terdapat di ovarium,
vagina, dan serviks. Tidak ada karakteristik khusus, namun seperti UPSC, cenderung
ganas, dan invasif. Pasien biasanya terdiagnosis saat penyakitnya sudah lanjut dan
prognosisnya buruk. 7

Clear cell carcinoma tipe solid

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
38
Clear cell carcinoma tipe papiler

Mucinous Carcinoma

Sekitar 1 sampai 2 persen kanker endometrium adalah tipe mucinous. Sebagian besar
endometrioid adenocarcinoma mempunyai komponen fokal. Umumnya, tumor
mucinous mempunyai gambaran glandular dengan sel yang kolumnar dan stratifikasi
minimal. Hampir semua aadalah stadium 1 dan grade 1 dengan prognosis yang baik.
Karena epitelium endoservikal menyatu dengan segmen bawah uterus, diagnosis
masih sulit dibedakan dengan adenokarsinoma yang primer. Oleh sebab itu,
dibutuhkan imuno-staining, selain ini MRI juga dapat digunakan untuk membedakan
asal tumor.

Gambaran histologi mucinous carcinoma

Karsinoma Campuran
Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
39
Kanker endometrium dapat berupa kombinasi dari dua atau lebih tipe histologik.
Karsinoma campuran, terdiri dari paling tidak dua tipe dengan masing –masing tipe
minimal melingkupi 10 % dari seluruh tumor. Kecuali tipe serous dan clear cell,
kombinasi lain biasanya tidak signifikan. Karsinoma campuran biasanya merupakan
campuran antara kanker endometrium tipe I dan tipe II.

Undifferentiated Carcinoma

Pada 1-2 % kanker endometrium, tidak ada bukti adanya diferensiasi glandular,
sarkomatous, atau squamous. Tumor yang tidak berdeferensiasi ini mempunyai
karakteristik proliferasi epitel monotonous, ukurannya medium tumbuh dari sel yang
padat dan tidak mempunyai pola yang spesifik. Prognosisnya lebih buruk dari
endometrioid adenokarsinoma diferensiasi buruk.

Tipe yang jarang

Kurang dari 100 kasus squamous cell carcinoma endometrium telah dilaporkan.
Diagmosis ditegakkan dari tidak adanya komponen adenokarsinoma dan tidak ada
hubungan dengan squamous epithelium serviks. Biasanya prognosisnya buruk.
Transisional cell carcinoma endometrium juga adalah kasus yang jarang, dan untuk
menegakkan diagnosis, tidak boleh ada metastasis dari kandung kemih dan ovarium. 7

KLASIFIKASI ENDOMETRIUM

Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan berdasarkan surgical staging,


menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 20107 :

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
40
Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
41
Kanker endometrium juga dibagi menurut grade. Grade adalah derajat
diferensiasi tumor. Sel yang normal mampu bermultiplikasi dengan kecepatan yang
teratur dan mampu berinteraksi dengan sel lainnya. Sel kanker tidak mempunyai sifat
seperti sel normal dan lebih jarang berdiferensiasi. Sel yang mempunyai sifat seperti
sel normal dikatakan berdiferensiasi baik. 7

Jika suatu tumor glandular terdiri dari kurang dari 5% bagian yang padat
dikatakan grade I. Jika tumor terdiri dari lebih dari 50% bagian yang padat dikatakan
grade III. Diantara grade I dan III adalah grade II. Lapisan endometrium normal
terdiri dari sel glandular yang mensekresi mukus yang berguna untuk menutrisi sel
telur yang sudah difertilisasi sebelum implantasi. 7

PENATALAKSANAAN

Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan


pilihan terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan
staging surgical yang meliputi histerektomi simple dan pengambilan contoh kelenjar
getah bening para-aorta adalah penatalaksanaan umum adenokarsinoma
endometrium7

1. Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan
rahim). Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi
bilateral) karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
42
dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang
oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di
dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening
tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah
bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka
penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya. 7

2. Radioterapi

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
43
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel-sel kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang
sel-sel kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan
terapi penyinaran dan pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun pada
pasien kanker endometrium menurun 20-30% dibanding dengan pasien
dengan operasi dan penyinaran. Penyinaran bisa dilakukan sebelum
pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan
(untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa). Stadium I dan II secara medis
hanya diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan risiko rendah (stadium IA
grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi. 7

Radiasi adjuvan diberikan kepada :

 Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau


invasi melebihi setengah miometrium.
 Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III.
Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri
(Prawirohardjo, 2006). 7

Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker


endometrium: 7

 Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk


mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak perlu
dirawat di rumah sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat radioaktif yang
dimasukkan ke dalam tubuh. 7
 Radiasi internal (AFL): digunakan sebuah selang kecil yang mengandung
suatu zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama
beberapa hari. Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di
rumah sakit. 7
3. Kemoterapi

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
44
Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi
merupakan terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel
kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain. 7

A. Tujuan Kemoterapi
Kemoterapi bertujuan untuk :
(1) Membunuh sel-sel kanker.
(2) Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
(3) Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.
B. Jenis kemoterapi:
1) Terapi adjuvan
Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat sendiri atau
bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang
telah bermetastase. 7
2) Terapi neoadjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan
massa tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi. 7
3) Kemoterapi primer
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang
kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya
untuk mengontrol gejalanya. 7
4) Kemoterapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya. 7
5) Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi. 7
C. Cara Pemberian Kemoterapi
(1) Per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,
diantaranya chlorambucil dan etoposide (VP-16). 7
(2) Intra-muskulus

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
45
Pemberian ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak
diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali
berturut-turut. Yang dapat diberikan secara intra-muskulus antara
lain bleomicin dan methotreaxate. 7
(3) Intravena
Pemberian ini dapat diberikan secara bolus perlahan-lahan atau
diberikan secara infus (drip). Cara ini merupakan cara pemberian
kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan. 7
(4) Intra arteri
Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana
yang cukup banyak, antara lain, alat radiologi diagnostik, mesin, atau
alat filter, serta memerlukan keterampilan tersendiri. 7
(5) Intra peritoneal
Cara ini juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusus
(kateter intraperitoneal) serta kelengkapan kamar operasi karena
pemasangan perlu narkose. 7
D. Cara Kerja Kemoterapi
Suatu sel normal akan berkembang mengikuti siklus pembelahan
sel yang teratur. Beberapa sel akan membelah diri dan membentuk sel
baru dan sel yang lain akan mati. Sel yang abnormal akan membelah diri
dan berkembang secara tidak terkontrol yang pada akhirnya akan terjadi
suatu massa yang disebut tumor7.
Siklus sel secara sederhana dibagi menjadi 5 tahap:
1. Fase G0: Fase istirahat
2. Fase G1: Sel siap membelah diri yang diperantarai oleh beberapa
protein penting untuk bereproduksi. Berlangsung 18-30 jam
3. Fase S: DNA sel akan dicopy,18-20 jam
4. Fase G2: Sintesa sel terus berlanjut,2-10 jam
5. Fase M: sel dibagi menjadi 2 sel baru,30-60 menit
Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi
mempunyai target dan efek merusak bergantung pada siklus selnya. Obat

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
46
kemoterapi aktif pada saat sel bereproduksi, sehingga sel tumor yang
aktif merupakan target utama dari kemoterapi. Namun, efek samping
obat kemoterapi yaitu dapat mempengaruhi sel yang sehat. 7

E. Persiapan Kemoterapi
 Darah tepi : HB, Leukosit, hitung jenis, trobosit.
 Fungsi hepar : bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase.
 Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan creatinine clearance test
(bila serum kreatinin meningkat).
 Audiogram (terutama pada pemberian cis-platinum).
 EKG (terutama pemberian adriamycin, epirubicin). 7

F. Syarat Pemberian Kemoterapi7


(1) Syarat yang harus dipenuhi
 Keadaan umum cukup baik.
 Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek
samping yang akan terjadi.
 Faal ginjal dan hati baik.
 Diagnosis histopatologik.
 Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
 Riwayat pengobatan (radioterapi atau kemoterapi)
sebelumnya.
 Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb > 10 gr%,
leukosit > 5000/mm3, trombosit > 150.000/mm3.
(2) Syarat yang harus dipenuhi oleh pemberi pengobatan.
 Mempunyai pengetahuan kemoterapi dan menejemen kanker
pada umumnya
 Sarana laboratorium yang lengkap.
G. Efek samping7:

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
47
1) Pada kulit.
 Alopesia.
 Berbagai kelainan kulit lain.
2) Gangguan di mukosa.
 Stomatitis.
 Enteritis yang menyebabkan diare.
 Sistitis hemoragik.
 Proktitis
3) Pada saluran cerna.
 Anoreksia.
 Mual muntah.
4) Depresi sumsum tulang.
 Pansitopenia atau anemia.
 Leukopenia.
 Trombositopenia.
5) Menurunnya imunitas.
6) Gangguan organ.
 Gangguan faal hati.
 Gangguan pada miokard.
 Fibrosis paru.
 Ginjal.
7) Gangguan pada saraf.
 Neuropati.
 Tuli.
 Letargi.
8) Penurunan libido.
9) Tidak ada ovulasi pada wanita.

2.1.5 Kemoterapi pada Kanker Endometrium


Adjuvan AP (Doxorubicin 50-60 mg/m2,
Cisplatinum 60 mg/m2 dengan

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
48
interval 3 minggu)
Kemoradiasi Cis-platinum 20-40 mg/m2 setiap
minggu (5-6 minggu)
Xelloda 500-1000mg/hari (oral)
Gemcitabine 300mg/m2
Paclitacel 60-80 mg/m2, setiap
minggu (5-6 minggu)
Docetaxel 20 mg/m2setiap minggu
(5-6 minggu)

Peran kemoterapi dalam pengobatan kanker endometrium sedang dalam


penelitian clinical trial fase II . Kemoterapi yang dipakai antara lain Daxorubicin,
golongan platinum, fluorouracil, siklofosfamid, ifosfamid, dan paclitaxel. Hasil
penelitia menunjukkan kanker endometrium pasca operasi yang diikuti kemoterapi
kombinasi memiliki angka survival lebih tinggi.Berikut ini rekomendasi pemberian
kemoterapi7:
Karakteristik penderita Rekomendasi

Tumor stadium lanjut atau rekuren Kemoterapi


(cisplatin/doxorubicin/paclitaxel)

Tumor stadium lanjut atau rekuren Hormonal therapy (oral progestin atau
dengan reseptor positif dan/atau grade 1 magestrol asetat)
atau 2
Tumor stadium III-IVA Operasi diikuti kemoterapi

4. Terapi Hormonal
Terapi primer
Salah satu keunikan kanker endometrium adalah merespon terapi hormon.
Progestin digunakan sebagai terapi primer wanita yang mempunyai resiko
tinggi operasi. Namun terapi ini jarang dilakukan. Ini bisa saja merupakan satu-

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
49
satunya pilihan terapi paliatif dalam beberapa kasus. Pada kasus yang jarang
lainnya, pada adenocarcinoma stadium 1 yang sulit di operasi, intrauterine
progestional dapat membantu. Namun terapi ini harus digunakan dengan hati-
hati. 7
Terapi Hormonal Adjuvan
Single-agent progestin telah menunjukkan aktifitas pada penderita dengan
stadium lanjut. Tamoxifen memodulasi ekspresi dari progesteron reseptor dan
meningkatkan efikasi progestin. Tamoksifen dan progestin sebagai terapi
adjuvan telah menunjukkan tingkat respon yang tinggi. Secara umum,
toksisitas sangat rendah, kombinasi ini paling sering digunakan untuk penyakit
rekuren7.
Terapi Pengganti Estrogen
Karena dugaan kelebihan estrogen sebagai penyebab perkembangan kanker
endometrium, ada kekhawatiran bahwa penggunaan estrogen pada wanita
dengan kanker endometrium dapat meningkatkan resiko kekambuhan atau
kematian. Namun, efek seperti itu belum ada penelitiannya. Gog meneliti efek
terapi pengganti estrogen secara acak pada 1236 wanita yang telah menjalani
operasi kanker stadium I dan II dengan memberikan estrogen atau plasebo.
Hasilnya terdapat kekambuhan yang rendah. Karena beresiko dan
keamanannya belum terbukti, pasien harus diberi konseling hati-hati sebelum
memulai rejimen estrogen pasca operasi. 7
5. Terapi adjuvan
Pemakaian postoperatif radiasi pada wanita dengan kanker endometrium
stadium 1 masih kontroversial karena rendahnya tingkat kekambuhan pada
stadium 1 dan data-data penelitian yang masih kurang. Beberapa penelitian
mendukung pemberian postoperative external beam pelvic radiotherapy pada
penderita stage IC, dan grade III. Sebagian besar data retrospektif, pengalaman
institusim dan beberapa penelitian mendukung pemberian external beam pelvic
radiation, vaginal brachytherapy pada penderita stadium II. Pada stadium III,
tumor directed postoperative external beam radiation diindikasikan dengan atau
tanpa kemoterapi. Kebanyakan terapi radiasi ditujukan spesifik pada penyakit

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
50
pelvis namun dapat juga ditujukan ke area para aortic bila ada metastasis.
Beberapa pasien dengan stadium IV radioterapi bertujuan sebagai terapi
kuratif. Namun pada penyakit stadium IV B dimana metastasis intraperitoneal
berada di luar jangkauan radiasi radioterapi, tidak disarankan untuk dilakukan
radiasi di seluruh bagian abdomen. Oleh sebab itu, pada stadium ini radioterapi
dimaksudkan sebagai terapi paliatif bukan kuratif. 7

PROGNOSA

Sejumlah faktor prognosa dibawah ini digunakan untuk menilai kekambuhan dan
keberhasilan pengobatan penyakitnya. 7

1. Umur penderita

Secara umum penderita karsinoma endometrium yang berusia muda lebih baik
prognosanya dari penderita berusia tua. Dari beberapa penelitian didapatkan angka
ketahanan hidup 5 tahun penderita yang berusia > 70 tahun sebesar 60,9 % dan
penderita yang berusia < 50 tahun sebesar 92,1 %. Dan didapati juga kekambuhan
penyakitnya sebesar 33 % pdda usia > 75 tahun, 12 % pada usia 50 - 75 tahun dan
tidak dijumpai pada pender;eta yal-lg berus;ia < 50 tahun. Angka ketahanan hidup
penderita berusia tua berhubungan dengan peningkatan penyebaran tumor ke luar
uterus dan peningkatan kekambuhannya berhubungan dengan tingginya angka
kejadian tumor grade 3 atau jenis histologi tumor yang sangat ganas. 7

2. Jenis histologi

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
51
Kira-kira 10 % karsinoma endomethum adalah bukan jenis endometrioid dan didapati
peningkatan kekambuhan dan penyebarannya. Sebesar 92 % angka ketahanan hidup
penderita yang mempunyai jenis histologinya endomethoid. 7

3.Differensiasi histologi

Didapati kekambuhan penyakitnya sebesar 7,7 % pada tumor grade 1, tumor grade 2
sebesar 10,5 % dan 36,1 % pada tumor grade 3. Dan angka keberhasilan 5 tahun pada
grade 1 sebesar 92 %, grade 2 sebesar 86 % dan pada grade 3 adalah 64%7

4.lnvasi ke miometrium

Umumnya angka ketahanan hidup 5 tahun penderita yang mengidap tumor yang
hanya invasi ke permukaan saja sebesar 80. - 90 % dan 60 % pada tumor yang
invasinya febih dalam. 7

5.Sitologi peritoneum

Dari beberapa penelitian didapati angka kekambuhan yang tinggi pada sitologi
peritoneumnya positif. 7

6.Metastase kelenjar limfe

Dari penderita yang didapati metastase kelenjar limfe paraaorta mempunyai angka
kekambuhan 6 kali dibanding tanpa metastase kelenjar limfe. 7

7.Metastase adneksa

8.Reseptor hormon

9.Ukuran tumor

10. Lymph vascular space invasion

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
52
PENCEGAHAN

Pemeriksaan Rutin

Pada awal menopause, wanita harus diberitahu mengenai resiko dan gejala awal
kanker endometrium. Mereka harus didorong untung melaporkan apabila terdapat
perdarahan vagina ataupun spotting ke dokter. skrining tahunan dengan sampling
endometrium harus dimulai pada usia 35 tahun pada wanita berisiko tinggi untuk
kanker endometrium karena HNPCC . Screening terutama harus dilakukan jika
mereka memiliki anggota keluarga yang didiagnosis dengan kanker endometrium,
usus besar, atau kanker ovarium. 7

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
53
Operasi Profilaksis

Karena wanita dengan HNPCC memiliki seperti risiko tinggi terkena kanker
endometrium (40 sampai 60 persen), histerektomi profilaksis adalah salah satu
pilihan. Dalam stdui kohort dari 315 pembawa mutasi HNPCC, Schmeler dan rekan
(2006) mengkonfirmasikan manfaat melaporkan pengurangan risiko 100-persen dari
histerektomi profilaksis ini . Secara umum, BSO juga harus dilakukan karena risiko
kanker ovarium sebesar 10-12 persen pada wanita pembawa mutsi HPNCC7

Konsumsi Fitoestrogen

Kanker endometrium sebagian besar terkait dengan paparan estrogen. Phytoestrogen


(yaitu, estrogen lemah yang ditemukan dalam makanan nabati) memiliki efek
antiestrogenik. Peneliti mengevaluasi asosiasi antara asupan makanan dari tujuh
senyawa tertentu yang mewakili tiga kelas phytoestrogen (isoflavon, coumestans, dan
lignan) dan risiko kanker endometrium. Dari ketiga kelas tersebut yang tertinggi
kandungan phytoestrogennya adalah isoflavon. 12

Isoflavon, tanaman nonsteroid berbasis polifenol yang sering ditemukan dalam


kacang-kacangan, terutama dalam kedelai, mengurangi risiko kanker endometrium.
Peneliti memeriksa apakah konsumsi kacang-kacangan, kedelai, atau tahu dan
perkiraan asupan isoflavon total atau daidzein isoflavon tertentu, genistein, atau
glycitein dikaitkan dengan risiko kanker endometrium pada perempuan. Sebagaimana
dilaporkan dalam Journal of National Cancer Institute, risiko untuk kanker
endometrium secara signifikan menurun dikaitkan dengan asupan isoflavon total.
Wanita dengan asupan isoflavon tinggi mempunyai faktor resiko 34% lebih rendah
terkena kanker endometrium. Demikian pula, wanita dengan asupan tertinggi daidzein
dan genistein (≥ 3,54 ≥ 3,40 dan mg/1000 kkal per hari, masing-masing) memiliki
faktor resiko 34% lebih rendah dibandingkan dengan intake terendah (<0,70 dan
<0,69 mg/1000 kkal per hari, masing-masing). 13

Wanita postmenopause dengan obesitas yang mengkonsumsi phytoestrogen dengan


jumlah yang relatif rendah memiliki risiko tertinggi kanker dibandingkan dengan non-

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
54
obesitas wanita postmenopause yang mengkonsumsi jumlah yang relatif tinggi
isoflavon. Namun, interaksi antara obesitas dan asupan phytoestrogen secara statistik
tidak signifikan. 12

BAB IV

KESIMPULAN

Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka


kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Di seluruh dunia, setiap tahun,
142,000 perempuan terdiagnosis, dan sebanyak 42.000 perempuan meninggal karena
penyakit ini. Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal dari
endometrium. Sebagian besarnya merupakan adenokarsinoma (90%). Karsinoma

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
55
endometrium terutama adalah penyakit pada wanita pascamenopause, Umur rata-rata
penderita kanker endometrium adalah 55-66 tahun. 6

Kanker endometrium adalah neoplasma yang terdiri dari tipe estrogen


dependent dan tipe estrogen independen. Salah satu etiologi kanker endometrium
adalah mutasi pada FGFR. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan pada 10-12% dari
kanker endometrium. Inhibisi pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi
masadepan bagi penderita kanker endometrium. Selain itu, kadar hormon sex estrogen
yang tinggi juga dapat menyebabkan peningkatan masa dan jumlah sel lapisan uterus
jika tidak terdapat cukup progesteron. Kanker endometrium dapat menyebar ke
tempat lain melalui penyebaran langsung, lewat kelenjar limfe, lewat aliran darah,
intrperitoneal atau melalui tuba. 4

Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan


pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi
bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang
paling banyak menyertai keluhan utama. Sebagian besar kanker endometrium
terdiagnosis pada stadium dini. Hal ini dikarenakan wanita menopause cenderung
memeriksakan dirinya ke dokter apabila terdapat perdarahan vaginal. Pemeriksaan
pelvic merupakan langkah awal pemerikasaan fisik pada kanker endometrium. Biopsi
endometrial diperlukan untuk menegakkan diagnosis kanker endometrium. Serta
dilakukan juga tes tambahan berupa USG Transvaginal, papanicolau Test, serta
pemeriksaan untuk menentukan penyebaran (stadium) kanker endometrium Cek darah
lengkap , antigen kanker 125. pemeriksaan CA-125, Intravenous Pyelogram untuk
memeriksa fungsi ginjal, Foto roentgen, MRI, dan CT Scan. 7

Sembilan puluh persen tumor ganas endometrium/ korpus uterus adalah


adenokarsinoma. Sisanya ialah karsinoma epidermoid, adenoakantoma, sarcoma, dan
karsino-sarkoma. Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan berdasarkan
surgical staging, menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO) 2010. Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan
pilihan terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
56
staging surgical yang meliputi histerektomi simple dan pengambilan contoh kelenjar
getah bening para-aorta adalah penatalaksanaan umum adenokarsinoma endometrium.
Untuk kanker endometrium stase lanjut diberikan terapi kemoterapi. Terapi hormonal
juga bermanfaat dalam mengobati kanker endometrium. 7

Pencegahan adalah kunci utama untuk mengurangi insidensi kanker


endometrium. Pencegahan utama adalah dengan pemeriksaan rutin. Operasi
profilaksis juga dapat dilakukan pada wanita dengan HNPCC karena memiliki seperti
risiko tinggi terkena kanker endometrium (40 sampai 60 persen). Phytoestrogen
(yaitu, estrogen lemah yang ditemukan dalam makanan nabati) memiliki efek
antiestrogenik sehingga apabila dikonsumsi rutin dapat menurunkan resiko terkena
kanker endometrium. Terdapat tiga kelas phytoestrogen dan yang yang tertinggi
kandungan phytoestrogennya adalah isoflavon. Isoflavon, sering ditemukan dalam
kacang-kacangan, terutama dalam kedelai. 12

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo.S. Anatomi Alat Kandungan. Dalam : Ilmu Kebidanan.


Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2007. halaman 31-45
2. Windy.S. Sistem Reproduksi Wantia. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/55657869/makalah-sistem-reproduksi tanggal
17 Januari 2012
3. Prawirohardjo.S. Tumor Ganas Alat Genital. Dalam : Ilmu Kandungan.
Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2008. halaman 390-394
Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
57
4. Unknown. Endometrium. Diunduh dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Endometrium tanggal 18 Januari 2012
5. Pangabean.S. Perubahan Endometrium dalam Siklus Menstruasi. Diunduh
dari
http://digilib.unsri.ac.id/download/PERUBAHAN%20ENDOMERIUM%2
0DALAM%20SIKLUS%20MENSTRUASI.pdf tanggal 30 Januari 2012
6. Anderton.C. Uteri Cancer Map. Diunduh dari
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/ad/Corpus_uteri_cancer
_world_map_-_Death_-_WHO2004.svg tanggal 18 Januari 2012
7. Schorge JO, et al. Endometrial Cancer. Dalam: Schorge JO, Schaffer JI,
Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams
Gynecology. USA:McGraw-Hill. 2008;9.
8. Aghifaris. M. Mengenaldan Mengetahui Gejala Karsinoma Endometrium
dan Pengobatannya. Diunduh dari
http://aghifaris.blogspot.com/2011/03/mengenal-dan-mengetahui-
gejala_10.html tanggal 20 Januari 2012.
9. Chiang. W. Uterine Cancer. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/258148-overview#a0104 tanggal
21 Januari 2012
10. Koplajar M. Uterine Cancer for Laymen and Student. Diunduh dari
http://www.cancerlinks.org/Endometrial/index.html tanggal 21 Januari
2012
11. Jukic S et al. [Pathology of the female reproductive system]. Zagreb,
AGM; 1995.
12. Dean L. Isoflavon May Reduce Endometrial Cancer Risk. Diunduh dari
http://www.medwire-
news.md/46/96687/Oncology/Isoflavones_may_reduce_endometrial_canc
er_risk.html tanggal 20 Januari 2012
13. Lee. M.Phytoestrogen Intake and Endometrial Cancer Risk. Diunduh dari
http://jnci.oxfordjournals.org/content/95/15/1158.short tanggal 15 Januari
2012

Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
58
Chintia Otami
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi Siloam Hospital Lippo Village
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 9 Januari 2012 – 17 Maret 2012
59

Anda mungkin juga menyukai