Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Frmakokinetik Klinik
Oleh :
DEVI WINDIARTI
3351141115
Apoteker B
C. Bioavailabilitas
Absorpsi oral → secpurna dan cepat. Puncak konsentrasi → 1 – 2 jam setelah
dosis < 30 mg/m2. Pada dosis tinggi tingkat absorpsi menurun dan bioavailabilitas
tidak sempurna. Maka, regimen dosis sedang dan tinggi harus diberikan dengan rute
parenteral. Dosis < 30 mg/m2 → dapat diberikan oral atau parenteral.
D. Volume Distribusi
Volume distribusi awal kira – kira 0,2 L/kg
Volume distribusi kedua > 0,5 – 1 L/kg setelah distribusi yang menyeluruh
Faktor yang mempengaruhi volume distribusi diantaranya : cairan rongga ke-
3 seperti asites, edema, atau efusi pleura
Pasien dengan efusi pleura, waktu paruh eliminasi awal kelihatan normal,
tetapi fase eliminasi kedua diperpanjang.
E. Klirens (Cl)
Eliminasi → melalui ginjal
Klirens metotreksat berkisar dari satu sampai sebanyaknya 2x klirens
kreatinin
Klirens kreatinin metotreksat dipengaruhi oleh sejumlah senyawa, diantaranya
:
Probenesid dan salisilat → mempengaruhi sekresi asam lemah
Sulfisoksazol dan asam lemah → mengurangi transpor ginjal
Penghambat pompa proton (seperti omeprazol) → penundaan klirens
metotreksat dan perpanjangan waktu paruh metotreksat
Interaksi : pemberian bersamaan metotreksat dengan penghambat
prostaglandin indometasindan ketoprofen menyebabkan penurunan akut
fungsi ginjal dan pemaparan yang sangat lama terhadap konsentrasi
metotreksat tinggi.
(140 − 61)(69)
=
(72)(1,1)
= 68,8 𝑚𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Klirens kreatinin 68,8 mL/ menit dapat diubah menjadi 4,13 L/jam :
𝐿 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
𝐶𝑙𝑐𝑟 ( ) = [𝐶𝑙𝑐𝑟 (𝑚𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡] [ ]
𝑗𝑎𝑚 1000 𝑚𝐿/𝐿
60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= [68,8 𝑚𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡] [ ]
1000 𝑚𝐿/𝐿
𝐿
= 4,13
𝑗𝑎𝑚
Klirens kreatinin 4,13 L/jam ini dapat ditempatkan dalam persamaan 8,4 untuk
menghitung klirens metotreksat (ClMTX) 6,6 L/jam
ClMXT = (1,6) (Clcr)
= [1,6][4,13 L/jam]
= 6,6 L/jam
Konsentrasi 24 jam mewakili suatu kadar keadaan untuk rata-rata, kadar keadaan
tunak metotreksat dalam mg/L kemudian dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan untuk konsentrasi keadaan tunak seperti dibawah ini
(𝑆)(𝐹)(𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠/ 𝜆
Css rerata = 𝐶𝑙
(1)(1)(50 𝑚𝑔/1𝑗𝑎𝑚
= 6,6 𝐿/𝑗𝑎𝑚
= 7,6 mg/L
Nilai S dan F dianggap 1 dan konsentrasi metotreksat ini dalam mg/L dapat
dikonversi menjadi suatu konsentrasi dalam satuan mikromol atau 10 -6 molar dengan
menggunakan persamaan :
7,6 𝑚𝑔/𝐿
= \
0,454
Keadaan tunak dianggap telah tercapai karena konsentrasi plasma metotreksat relatif
-7
tinggi. Pada konsentrasi lebih besar dari 10 molar, waktu paruh 2 sampai 3 jam
tampak menentukan eleminasi dan akumulasi sebagian besar metotreksat dalam
tubuh. Pada model kompartemen dua, waktu paruh memainkan peranan penting
dalam akumulasi lanjutan, hal ini umumnya tampak minoritas, dan penggunaan lebih
pendek, 2 sampai 3 jam waktu paruh metotreksat dalam mengevaluasi kehilangan
awal atau akumulasi metotreksat.
Selanjutnya, dengan menganggap bahwa konsentrasi plasma pada akhir infusi 36 jam
adalah 16,7 x 10 -6 molar, konsentrasi plasma 1,04 x 10 -6molar (10,4 x 10 -7 molar)
pada 48 jam atau 12 jam sesudah infusi dihentikan) dapat dihitung menggunakan
persamaan:
C1 – C2 (e-kt)
C1 adalah konsentrasi plasma metotreksat pada akhir infusi dan t adalah masa interval
waktu 12 jam yang berputar dari akhir infusi 36 jam sampai waktu pengambilan
sampel pada 48 jam. K adalah konstanta laju eleminasi yang dihitung dari suatu
pengaturan kembali ke persamaan untuk t ½ dan menggunakan waktu paruh
eleminasi lebih pendek yakni 3 jam.
0,693
t½= 𝐾
0,693
K = ...........................(pers. 8.8)
t½
0,693 0,693
K = = 3 jam = 0,213 jam-1
t½
C2 = C1 (e-kt)
-6
Karena konsentrasi metotreksat ini 1 x 10 molar 48 jam sesudah mulai terapi
metotreksat, dosis penyelamatan leukovorin tidak harus dinaikan. Rencana jadwal
penyelamatan leukovorin harus diteruskan hingga konsentrasi turun sampai 0,5x 10 -7
. Perhitungan konsentrasi metotreksat 60 jam setelah infusi mulai (24 jam sesudah
infusi diakhiri) lebih meragukan.waktu metotreksat cenderung naik sampai
-7 -7
konsentrasi metotreksat mencapai 0,2 sampai 0,7x 10 (2 sampai 7x 10 ) molar.
Oleh sebab itu, penggunaan model dua kompartemen tradisional untuk obat ini tidak
tepat karena waktu akhir yang lebih diperlama berkolerasi lebih erat dengan rentang
konsentrasi spesifik dari pada dengan interval waktu spesifik penghentian infusi.
Fenomena ini tidak umum ini mungkin berhubungan dengan perubahan sistem
transfor aktif yang dipengaruhi oleh konsentrasi plasma.
𝐶1
ln
𝐶2
t= ..............................................(pers. 8.9)
𝐾
-6
C1 mewakili konsentrasi plasma awal 16,7 x10 molar, C2 konsentrasi plasma
-6
pemutus 0,5x10 molar dan K konstanta laju eleminasi berhubungan dengan waktu
paruh awal 3 jam (0,231 jam-1) menggunakan persamaan (pers. 8.9). Waktu (t) yang
-6
diperlukan konsentrasi metotreksat untuk turun menjadi 0,5x10 molar adalah 15,2
jam sesudah akhir infusi 51,2 jam sesudah regimen metotreksat dimulai.
Untuk menghitung konsentrasi plasma pada 60 jam, kadar plasma 51,2 jam (36 jam
infusi + 15,2 jam kehilangan) harus dihilangkan untuk tambahan 8,8 jam. Namun
pada kasus ini, konstanta laju eleminasi yang berhubungan waktu eleminasi akhir 10
jam akan digunakan (persamaan 8.8)
0,693 0,693
K = = = 0,0693 jam-1
t½ 10 jam
Dengan menggunakan konsentrasi ini akan menurun menjadi konsentrasi dibawah 5 x
-7
10 (0,05 mikromolar) (nilai penyelamatan) sedikit lebih besar dibandingkan waktu
paruh, akan tampak dari perhitungan kita bahwa pasien P.J akan diselamatkan oleh
leukovorin dengan sukses.
3. Pasien C.T. adalah seorang pria berusia 50 tahun, berat 60 kg dengan serum
kreatinin 1,0 mg/ dl. Dia mempunyai sarkoma osteogenik dan menerima infusi
selama 4 jam, diikuti pada 24 jam dengan leukorin 20 mg peroral setiap 6 jam
sampai kadar metotreksat kurang dari 0,05 mikromolar. Hitung kosentrasi
metoreksat pada akhir jam ke-4 infusi, 12 jam sesudah akhir infusi, dan 48 jam
sesudah dimulainya infuse (44 jam sesudah berakhirnya infusi).
Pertanyaan 4
Pasien R.J adalah seorang wanita berusia 18 tahun dan berat 50 kg dengan leukemia,
diterapi setiap 7 hari dengan metotreksat intratekal untuk mencegah penyebaran
penyakit sumsum tulang belakang pada system saraf pusat (SSP). Berapa dosis yang
tepat untuk pasien R.J. dengan mempertimbangkan usia dan ukuran badannya?
Jawab : Ada bukti yang dapat dipertimbangkan bahwa tanpa memeperhatikan ukuran
tubuh, pasien-pasien yang berusia lebih tua 3 tahun hendaknya menerima dosis
standar metotreksat intratekal 12 mg. dosis ini tanpa melihat pada ukuran tubuh
karena volume cairan serebrospinal mencapai 80% sampai 90% dari nilai
maksimumnya dalam kurun waktu 3 tahun kehidupannya. Lebih lanjut kompartemen
SSP tidak berhubungan baik dengan berat badan total maupun luas permukaan tubuh.
Pertanyaan
C.T. usia 50 tahun, BB 60 kg, kreatinin serum 1,0 mg/dL. Dia memiliki riwayat
osteogenic sarkoma dan mendapatkan IV 24 gm infus methotreksat lebih dari 4 jam,
diikuti 24 jam dengan leucovorin 20 mg per oral setiap 6 jam sampai level
methotreksat kurang dari 0,05 mikromolar. Hitung konsentrasi akhir methotreksat
infus pada 4 jam, 12 jam setelah infus dan 48 jam setelah di mulainya infus (44 jam
setelah infus berakhir) ?
Untuk menghitung konsentrasi , pertama dibutuhkan metotreksat clearance dari Tn
C.T dengan menghitung kreatinin clearance.
(140 − 𝑎𝑔𝑒)(𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡)
𝐶𝐿𝑐𝑟 𝑓𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑙𝑒𝑠 =
(72)(𝑆𝐶𝑟𝑠𝑠 )
(140 − 50)(60)
=
(72)(1.0 𝑚𝑔/𝑑𝐿)
= 7𝑚 𝑚𝑙/𝑚𝑖𝑛
= 4.5 L/hr
0.693
𝐾=
𝑡1/2
0.693
=
3 ℎ𝑟
= 0.231 ℎ𝑟 −1
Untuk meramalkan konsentrasi methotrexate (C2) pada akhir infus dan 12 jam
kemudian. Persamaan 8.11 dapat digunakan, dimana tin merupakan waktu lebih dari
dosis dengan infus dan t2 merupakan waktu dari akhir infus terhadap konsentrasi
obat.
(𝑆)(𝐹)(𝐷𝑜𝑠𝑒/𝑡𝑖𝑛 )
𝐶= (1 − 𝑒 −𝑘𝑡𝑖𝑛 )(𝑒 −𝑘𝑡2 )
𝐶𝑙
(1)(1)(24,000𝑚𝑔/4𝑗𝑎𝑚)
𝐶= (1 − 𝑒 −(0,231)(4 𝑗𝑎𝑚) )(𝑒 −(0,231)(𝑡2 ) )
7,2𝐿/𝑗𝑎𝑚
𝐶 = (833,3𝑚𝑔/𝐿)(1 − 0,4)(𝑒 −(0,231)(𝑡2 ) )
untuk menghitung konsentrasi plasma pada 48 jam (44 jam setelah mengakhiri infus)
akan diperlukan persamaan 8.9 kehilangan konsentrasi plasma ke titik di mana waktu
paruh berubah dari 3 jam kira-kira sampai 10 jam
𝑐1 69,4 𝑥 106
𝑙𝑛 (𝑐2) 𝑙𝑛 ( ) 𝑙𝑛(138,8)
0,5 𝑥 106
𝑡= = =
𝑘 0,231 𝑗𝑎𝑚 0,231 𝑗𝑎𝑚
4,93
= = 21,3 𝑗𝑎𝑚
0,231 𝑗𝑎𝑚
Oleh karena itu, 21,3 jam setelah sampel 12-jam, atau = 37 jam dari awal infus (4 jam
infus + 12 jam + 21 jam), konsentrasi methotrexat sekitar 0,5 x 10-6 molar. Untuk
menghitung konsentrasi pada 48 jam, kehilangan konsentrasi plasma dari 0,5 x 10-6
molar selama 11 jam. Pada rentang konsentrasi ini, bagaimanapun, salah
mengantisipasi paruh methotrexate menjadi sekitar 10 jam, sesuai dengan sebuah
konstanta laju eliminasi dari 0,0693 jam-1 (persamaan 8,8).
0,693
𝐾=
𝑡1/2
0,693
=
10ℎ𝑟
= 0,0693 jam-1
sekarang, dengan menggunakan persamaan 8.6 dan konstanta laju eliminasi baru.
konsentrasi methotrexate 14 jam kemudian (48 jam setelah memulai fusi) dapat
dihitung.
C2 = (C1)(e_kt)
= (0,5x10-6 molar)(e-(0,693hr-1(8,8jam))
= 0,27 x 10-6 molar atau 2,7 x 10-7 molar
A. Definisi
Lidokain mempunyai bioavailabilitas oral yang buruk, hampir semuanya
dimetabolisme oleh hati dan mempunyai durasi kejra yang relatifpendek. Untuk
alasan ini, lidokain hampir selalu diberikan sebagai dosis bolus 1 sampai 1,5 mg/kg,
diikuti dengan infusi kontinu kira-kira 1 sampai 4 mg/menit.
Lidokain adalah suatu agen anestetik lokal dengan sifat antiaritmia yang
digunakan untuk penobatan untuk pengobatan aritmia ventrikular parah yang akut.
Tahun-tahun belakangan ini, kegunaan lidokain sebagai profilaksis pada infark
miokardium akut dan versus agen lain pada henti jantung (cardiac arrest) akut
dipertanyakan. Karena pemodelan lidokain kompartemen-dua dan distribusinya cepat,
ada skema ganda yang digunakan untuk mencapai efek terapeutik dengan cepat dan
kemudian mempertahankannya. Hal ini biasanya meliputi beberapa dosis bolus yang
kecil dari 0,5 sampai 20 menit, diikuti dengan pengurangan laju infus menjadi laju
pemeliharaan lazim dari 1 sampai 4 mg/menit. Lidokain mempunyai indeks
terapeutik sempit, dan efek toksik umumnya berhubungan dengan dengan konsentrasi
atau dosis. Lebih lanjut, kondisi seperti gagal jantung kongestif (congestive heart
failure/CHF), difungsi hati, trauma parah, penyakit kritis, dan pengobatan bersamaan
dapat mengubah farmakokinetika lidokain, dan karena itu, terapeutik yang diharapkan
memberi respons pada dosis lazim. Penerapan prinsip farmakokinetik pada
individualisasi dosis lidokain yang pendek dan pemakaiannya pada pengoobatan akut
membutuhkan waktu perputaran pengujian yang pendek untuk pemantauan terapeutik
obat yang optimal.
D. Klirens (Cl)
Klirens normal : 10 mL/kg/menit (700 mL/menit/70 kg), < 5 % dibersihkan
melalui ginjal, bioavailabilitas sekitar 0,37 (oral), dan first pass effect tinggi.
Peringatan : bila dosis oral lidokain berulang atau besar diberikan pada pasien sirosis
hati/kondisi lain dengan efek lintas pertama tinggi secara signifikan diturunkan ketika
F sistemik sistemik mendekati 1.
Faktor yang mempengaruhi klirens :
1) Penyakit CHF dan sirosi hati → menurunkan lidokain menjadi 6
mL/kg/menit, sehingga pengurangan 40% pada infus pemeliharaan tepat
untuk pasien dengan kondisi ini.
2) Disfungsi hati (keparahan hati) → menentukan tingkat klirens lidokain
yang diturunkan
3) Kompensasi sirosis hati (anak – anak golongan kelas A) → klirens
mendekati nilai normal
4) Dekompensasi sirosis hati (anak – anak golongan kelas C) →
menurunkan klirens lidokain
5) Pasien trauma berat dan sakit kritis → penurunan klirens menjadi sekitar
6,8 mL/kg/menit.
Dosis lidokain harus disesuaikan pada pasien dengan penurunan fungsi
ginjal dan tidak menerima hemodialisis.
6) Pasien insufisiensi ginjal berat (klirens kreatinin < 30 mL/kg/menit) dan
tidak menerima hemodialisis mempunyai klirens lidokain rerata 6
mL/kg/menit
7) Beberapa toksin uremia yang dapat didialisis → menurunkan klirens
8) Kegemukan
Lidokain terutama dimetabolisme menjadi monoetilglisineksilidida (MEGX) dan
glisineksilidida (GX) yaitu mula – mula N-dietilasi menjadi MEGX oleh sitokrom
P450 1A2 isoenzim dengan 3A4 isoenzim mempunyai peranan lebih kecil. MEGX
dibersihkan melalui metabolisme dan tidak berakumulasi pada pasien gagal ginjal.
sebaliknya, sekitar 50% GX dibersihkan melalui ginjal, sehingga GX berakumulasi
pada pasien dengan fungsi ginjal menurun.
Efek samping GX yang diketahui → sakit kepala dan kinerja mental terganggu
tergantung dosis dan terjadi pada konsentrasi > 1 mg/L.
Toksisitas yang lebih serius tidak diamati pada pasien dengan kadar GX > 9 mg/L.
β½ → sekitar 100 menit. Tidak berubah pada pasien sakit kritis dan CHF atau
trauma parah karena volume distribusi dan klirens dikurangi menjadi sama besarnya.
Pasien penyakit hati β½ sekitar 300 menit yang disebabkan oleh peningkatan volume
distribusi dan penurunan klirens. Pasien sehat setelah pemberian infus yang bertahan
> 24 jam β½ = 200 menit.
Pasien dengan penyakit hati mempunyai t1/2 sekitar 300 menit yang
disebabkan oleh peningkatan volume distribusi dan penurunan klirens. t1/2 lidokain
sekitar 20 menit diamati pada subjek sehat setelah pemberian infus yang bertahan
lebih dari 24 jam. Karena konsentrasi lidokain terus berakumulasi, ada perhatian
mengenai pasien-pasien yang menerima infus lidokain diperpanjang mungkin
beresiko untuk toksisitas lidokain. Walaupun penggunaan lidokain profilaksis pada
infark miokardium akut dapat meningkatkan laju mortalitas dan tidak
direkomendasikan , suatu penelitian observasi baru juga menyatakan bahwa jika
digunakan dengan tepat, lidokain profilaksis pada infark miokardium atau tidak
dihubungkan dengan blokadae sinoatrial, blokade atrioventrikular, atau asistol. Lebih
lanjut, insiden fibrilasi ventikular pada ketiadaan kejut/syok dan udema paru tampak
dikurangi.
PERTANYAAN
1. PM, seorang pria 70-kg 55 tahun, dirawat di unit perawatan koroner dengan
diagnosis gagal jantung, kemungkinan infark miokard (MI), dan hemodinamik
dikombinasi premature ventricular contractions (PVCs). Hitung dosis bolus
lidokain yang harus mencapai respon langsung untuk PM (pasien), berapakah
dosis yang harus diberikan?
Lidokain dosis bolus dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 6.2 seperti
yang ditunjukkan di bawah ini. Karena distribusi lidokain mengikuti model dua
kompartemen dengan respon miokardium seolah-olah berada di kompartemen
awal, V dalam Persamaan 6.2 harus diganti dengan Vi (Lihat pembahasan pada
volume lidocaine Distribusi). Pada Vi untuk pasien dengan CHF adalah 0,3 L /
kg (Lihat Lidocaine Parameter Key) atau 21 L untuk pasien pria 70 kg. S dan F
diasumsikan 0,87 dan 1,0, masing-masing, Untuk lidokain. Jika diasumsikan
bahwa titik puncak tidak boleh melebihi 3 mg / L untuk menghindari toksisitas
dosis bolus yang tepat akan menjadi 70 mg.
Dosis awal = (V) (C) {E.q 6.2}
(S) (F)
Dosis Bolus = (Vi) (C) {E.q 6.3}
(S) (F)
= (21. L) (3 mg/L)
(0.8) (1)
= 72 mg Or ~ 72 mg
untuk dosis bolus 70 mg ini pada dasarnya sama dengan dosis yang biasanya
dianjurkan dari 1 sampai 1,5 mg / kg. Dosis ini harus diberikan secara I.V dengan
dorongan lambat (25 sampai 50 mg / menit).
Pertanyaan 5. Duabelas jam setelah dimulainya infuse, pasien B.P tampak lebih
bingung daripada biasanya. Tidak jelas apakah kondisinya sekarang adalah akibat
dari ensefalopatihepatik atau lidokain. Apakah lidokain mungkin tetap terakumulasi
dan menyebabkan kondisi mental terganggu?
Jawab : Waktu paruh lidokain yang diharapkan pada pasien B.P dapat dihitung dari
Cl dan V lidokain yang diasumsikan dengan menggunakan persamaan 6.1 :
(0,693)(V)
t½ =
Cl
(0,693)(161 L)
=
25,2 L/jam
= 4,4 jam
Nilai perhitungan 4,4 jam ini cukup mendekati nilai 4,9 jam, yang dilaporkan dalam
literature untuk pasien-pasien dengan gagal hati. Karena waktu paruh lidokain yang
diharapkan pada pasien ini adalah 4 sampai 5 jam, keadaan tunak tidak akan dapat
dicapai setelah 12 jam dan kadar lidokainnya akan tetap meningkat.
Pertanyaan 6.
Gagal ginjal akut pasien B.P yang terjadi membutuhkan hemodialisis
intermiten. Penyesuaiannya apa, jika perlu yang hendaknya dibuat pada infuse
pemeliharaan lidokainnya?
Secara normal lidokain adalah obat dengan rasio ekstraksi hepatic tinggi (Cl >
700 mL/menit/70Kg) dan oleh sebab itu, hemodialisis tidak mungkin dapat
bertambah secara signifikan pada klirens total. Namun, pada sirosis, penurunan
klirens lidokain (420 mL/menit/70Kg) akan menyebabkan klirens dialysis menjadi
persentase yang secara proporsional lebih besar dari total klirens. Hal ini dapat
menunjukan bahwa klirens hemodialisis akan bertambah secara signifikan pada
klirens lidokain.
Namun, kita dapat juga memperkirakan volume distribusi fraksi takterikat.
Volume distribusi dapat dihitung dari persamaan 6.6 menggunakan volume distribusi
yang diharapkan sebesar 161 L dn fraksi tak terikat dalam plasma 0,3.