Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN BENCANA

PENILAIAN SEBELUM, SAAT DAN SETELAH BENCANA PADA KORBAN, SURVIVOR,


POPULASI RENTAN, DAN BERBASIS KOMUNITAS

BUSSINES CONTUNITY PLAN (BCP)

KOMUNITAS DAN PENYEBARAN INFORMASI (SIM BENCANA)

PERAN PERAWAT DALAM BENCANA MELIPUTI PRE, INTRA DAN PASCA BENCANA

Oleh :
Sarina C12116009 Ruslia Mayau C12116309
Putri Chrisma C12116031 Nur Islami C12116305
Annisa Rahmayani C12116302 Ulfa Nurfajeria C12116313
Nurazizah C12116024 Trivosa Rombe C12116503
Tinctoria Citra Amalia C12116016 Ayu Wardani C12115038
Andi Taufiqurahman C12116327 Novianti Putri C12116512
Ade Rahmawati C12116320 Ishmah Rosyidah C12116521
Deka Khusnul Ainiyah C12115509 Dewi Liling C12116316

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Tuhan Semesta Alam karena atas

izin dan kehendak-Nya jualah tugas sederhana ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan

bencana . Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai “penilaian sebelum

saat dan setelah bencana pada korban, survivor, populasi rentan, dan berbasis komunitas,

Bussines contunity plan (bcp), Komunitas dan penyebaran informasi (sim bencana), dan Peran

perawat dalam bencana meliputi pre, intra dan pasca bencana”.

Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan

terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini

dan juga berbagai sumber seperti buku,e-book dan lainnya. Oleh karena itu sudah sepatutnya

kami berterima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah memberikan limpahan ilmu

yang berguna bagi kami.

Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih sedikit. Dalam makalah ini kami

sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kami yakin makalah ini masih banyak

kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar dapat

menyempurnakan makalah ini.Harapan kami, makalah ini dapat menjadi referensi bagi kami

untuk pembuatan makalah selanjutnya . Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi

orang lain yang membacanya.

Makassar, 3 Februari 2019

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KEPERAWATAN BENCANA ...................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I .............................................................................................................................................. 6
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 6
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 6
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................... 7
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................... 7
BAB II ............................................................................................................................................ 8
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 8
A. Penilaian Sistematis Sebelum, Saat, dan Setelah Bencana Pada Korban, Survivor, Populasi
Rentan, dan Berbasis Komunitas ................................................................................................ 8
1. Manajemen Kesehatan Jiwa Bencana di Tingkat Pusat ...................................................... 8
2. Di Tingkat Provinsi ...................................................................................................... 10
3. Di Tingkat Kab/Kota ................................................................................................... 11
Masalah yang sering terjadi pasca bencana atau di pengungsian: ......................................... 13
Upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat: .......................................................................... 13
Manajemen kesehatan jiwa bencana: .................................................................................... 14
B. BUSSINES CONTUNITY PLAN (BCP) ............................................................................ 15
1. Tahapan BCP ............................................................................................................... 16
2. Komponen Penyusun BCP .......................................................................................... 17
3. Manfaat BCP ................................................................................................................ 18
C. KOMUNITAS DAN PENYEBARAN INFORMASI (SIM BENCANA) .................... 18
A. Penyebaran Informasi ..................................................................................................... 18
D. Peran Perawat Dalam Bencana Meliputi Pre, Intra Dan Pasca Bencana .................. 24
1. Pre bencana ................................................................................................................... 24
2. Fase intra ....................................................................................................................... 25
3. Fase post ........................................................................................................................ 27
BAB III......................................................................................................................................... 29
PENURUP ................................................................................................................................... 29
A. KESIMPULAN ................................................................................................................ 29
B. SARAN .............................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 30
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat

tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Kondisi alam tersebut serta adanya

keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya

bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga kaya

akan sumber daya alam. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor

geologi (gempabumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorologi (banjir,

tanah longsor, kekeringan, dan angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit

manusia, penyakit tanaman/ternak, ataupun hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakan

industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, serta pencemaran bahan kimia).

Oleh karena itu, Profesi keperawatan harus bersifat luwes dan mencangkup segala kondisi,

dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan keperawatan dirumah sakit saja

melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana (darurat). Situasi

penanganan antara keadaan siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga perawat

harus mampu secara skill dan teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini.

Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana dapat dilakukan

oleh profesi keperawatan. Perawat harus berbekal pengetahuan dan kemampuan yang mampu

melakukan pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk, perawat juga harus siap terjun

langsung ke daeah-daerah yang terdampak akibat bencana dan bertaruh nyawa sekalipun.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penilaian sebelum saat dan setelah bencana pada korban, survivor,

populasi rentan, dan berbasis komunitas ?

2. Apa itu Bussines Contunity Plan (BCP) ?

3. Apa itu komunitas dan penyebaran informasi (sim bencana) ?

4. peran perawat dalam bencana meliputi pre, intra dan pasca bencana ?

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mengetahui bagaimana penilaian sebelum saat dan setelah bencana pada korban,

survivor, populasi rentan, dan berbasis komunitas

2. Mengetahui apa itu Bussines Contunity Plan (BCP)

3. Mengetahui bagaimana komunitas dan penyebaran informasi (sim bencana)

5. Mengetahui peran perawat dalam bencana meliputi pre, intra dan pasca bencana
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penilaian Sistematis Sebelum, Saat, dan Setelah Bencana Pada Korban, Survivor,

Populasi Rentan, dan Berbasis Komunitas

1. Manajemen Kesehatan Jiwa Bencana di Tingkat Pusat

Pra Bencana

1. Menyusun kebijakan, standar, pedoman dan norma

 Mengembangkan pedoman penyuluhan psikoedukasi dan pendidikan bagi

masyarakat yang berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa dan

psikososial

 Mengembangkan standarisasi upaya pelayanan kesehatan jiwa dan

psikososial bagi masyarakat yang terkena bencana dan konflik.

2. Melakukan sosialisasi, advokasi, dan fasilitasi

 Menyelenggarakan pertemuan formal/informal yang berkaitan dengan

pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial

 Melakukan sosialisasi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan

masalah kesehatan jiwa dan psikososial

 Mendorong tumbuh-kembangnya jaringan kerja pada tingkat lokal,

nasional dan internasional

 Memberikan pelatihan berjenjang tentang deteksi dini dan

penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial

 Mendorong institusi pendidikan untuk memasukkan kesehatan jiwa

kedalam kurikulum untuk tenaga kesehatan, psikolog dan pekerja sosial


 Mengupayakan dan mengkoordinasikan mobilisasi sumber daya yang

bersumber dari pemerintah maupun swasta

 Menyelenggarakan koordinasi formal maupun informal yang berkaitan

dengan pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan

psikososial masyarakat yang terkena bencana dan konflik

 Menyiapkan tenaga-tenaga kesehtan jiwa yang sudah terlatih untuk

dipersipkan pada penanggulangan masalah kesehatan jiwa pada kejadian

bencana dan konflik

3. Melakukan pemantauan dan evaluasi

 Mengembangkan sistem jaringan informasi tingkat lokal, nasional, dan

internasional

 Mengembangkan instrument penilaian masalah kesehatan jiwa dan

psikososial bagi masyarakat yang terkena bencana dan konflik

Intra Bencana

 Mengadakan penilaian secara cepat terhadap kebutuhan pelayanan

kesehatan jiwa dan psikososial

 Mengadakan pengawasan secara cepat terhadap pelaksanaan pelayanan

kesehatan jiwa dan psikososial secara terkoordinasi

 Mempersiapkan tenaga untuk pendampingan ketingkat provinsi dan

kabupaten/kota

 Melakukan koordinasi tentang bantuan kesehatan jiwa, khususnya bantuan

dari luar negeri, agar tidak terjadi tumpang-tindih antar kegiatan, sekaligus

untuk melancarkan kegiatan monitoring dan evaluasi


Pasca Bencana

 Supervisi, pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah

dilakukan

 Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang terjadi

 Merencanakan program berikutnya

2. Di Tingkat Provinsi

Pra Bencana

 Membuat juknis tentang pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan

jiwa

 Pemetaan daerah rawan dengan mengidentifikasi jenis, sifat, lokasi akan

terjadinya bencana serta keadaan sosiokultural setempat dan tempat

pengungsian

 Penyuluhankepadamasyarakattentangsituasi yang akandihadapi

 Mengembangkan pedoman pelatihan upaya pencegahan dan penanggulangan

masalah kesehatn jiwa dan psikososial bagi masyarakat yang terkena bencan

dan konflik sesuai kondisi daerah

 Pelatihan petugas pelakasana di provinsi dan kab/kota

 Mengembangkan jejaring kerja di provinsi yang melibatkan sector terkait dan

elemen masyarakat

 Mengembangkan sistem jaringan informasi tentang masalah kesehatan jiwa

 Pertemuan koordinasi bekal dengan isntansi terkait, LSM, dunia usaha,

perguruan tinggi dan masyarakat


Intra Bencana

 Mengadakan penilaian secara cepat terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan

jiwa dan psikososial

 Mengadakan pengawasan secara cepat terhadap pelaksanaan pelayanan

kesehatan jiwa dan psikososial secara terkoordinasi

 Mempersiapkan tenaga untuk pendampingan

 Melakukan koordinasi tentang bantuan kesehatan jiwa, khususnya bantuan

dari luar negeri, agar tidak terjadi tumpang-tindih antar kegiatan, sekaligus

untuk melancarkan kegiatan monitoring dan evaluasi

Pasca Bencana

 Supervisi, pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan

 Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang terjadi

 Merencanakan program berikutnya

3. Di Tingkat Kab/Kota

Pra Bencana

 Membuat pemetaan daerah rawan dengan mengidentifikasikan jenis, sifat,

lokasiakan terjadinya bencana serta keadaan sosiokultural setempat dan

tempat pengungsian

 Melaksanakan kegiatan pencegahan dan penanggulangan maslah kesehatan

jiwa dan psikososial pada masyarakat yang terkena dampak bencana dan

konflik yang melipatkan lembaga pemasyarakatan dan lembaga sosial sesuai

petunjuk pelaksanaan dan petunjukteknis


 Penyuluhan kepada masyarakat tentang situasi yang akan dihadapi

 Membentuk Tim Kesehatan Jiwa yang merupakan tim terpadu, Lembaga

Pemasyarakatan dan Lembaga Sosial, dan yang dapat bergerak/pindah setiap

saat bilamana diperlukan

 Melatih masyarakat rawan bencana dan konflik untuk menghadapi dan

mengatasi masalah kesehatan jiwa dan psikososial yang mungkinakan terjadi

 Menyelenggarakan pertemuan koordinasi berkala dengan instan siterkait,

LSM, dunia usaha, perguruan tinggi dan masyarakat

Intra Bencana

 Mengadakan penilaian secara cepat terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan

jiwa dan psikososial serta sumber daya yang tersedia di masyarakat untuk

berpartisipasi dalam program penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan

psikososial (kader kesehatan, bidan desa, pekerja sosial, guru, PKK, karang

taruna, dan elemen masyarakat lainnya)

 Mengidentifikasi kelompok rentan, risti (anak, remaja, perempuan, lansia, dan

orang cacat)

 Memberikan bentuan kebutuhan dasar, misalnya makanan, air bersih, tempat

tinggal dan lain-lain

 Mempersiapkan tenaga untuk pendampingan

Pasca Bencana

 Mempersiapkan tempat mengungsi, rumah aman dan rumah perlindungan

serta memberikan bantuan sosial bagi masyarakat yang terkena bencana dan

konflik
 Melakukan psikoedukasi bagimasyarakat baik langsung maupun melalui

media massa

 Mempersiapkan mental untuk pengembalian pengungsi ketemp atasal atau

tempat baru

 Melaksanakan pendampingan bagi korban dan memberikan bimbingan dan

konseling kepada kelompok yang berpotensi mengalami masalah kesehatan

jiwa dan psikososial

 Supervise, pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan

 Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang terjadi

 Merencanakan program berikutnya

Masalah yang sering terjadi pasca bencana atau di pengungsian:

- Streess pasca trauma, anxiety, depresi, dan gejala psikosomatik

- Perilaku agresif dalam keluarga

- Child abuse

- Perilaku agresif di lingkungan

- Masalah (belajar, ekonomi, kenakalan remaja, sikap psimis, cendrung tergantung pada

bantuan)

Upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat:

- Layanan kesehatan jiwa yang mudah dicapai dan berada dekat dengan masyarakat yang

mebutuhkan

- Mampu menyediakan kebutuhan individu yang beragam

- Mampu mengidentifikasi sumber yang selama ini tersembunyi


Manajemen kesehatan jiwa bencana:

1. Pra bencana

- Menyusun kebijakan, standar, pedoman, dan norma

 Mengembangkan standarisasi upaya pelayanan kesehatan jiwa dan psikososial bagi

masyarakat yang terkena bencana dan konflik.

- Melakukan sosialisasi, advokasi, fasilitasi

 Melakukan sosialisasi tentang upaya pencegahan dan penangguulangan masalah

kesehatan jiwa dan psikososial

 Memberikan pelatihan berjenjang tentang deteksi dini dan penanggulangan masalah

kesehatan jiwa dan psikososial

 Menyiapkan tenagaa-tenaga kesehatan jiwa yang sudah terlatih untuk dipersiapkan

pada penanggulangan masalah kesehatan jiwa pada kejadian bencana dan konlik

2. Intra bencana

- Mengadakan penilaian secara cepat terhadap kebuutuhan peelayanan kesehatan jiwa dan

psikososial

- Mengadakan pengawasan secara cepat terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa

dan psikososiial secara terkoordinasi

3. Pasca bencana

- Supervisi, pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan

- Menggidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang terjadi

- Merencanakan program berikutnya.


B. BUSSINES CONTUNITY PLAN (BCP)

Business Continuity Plan (BCP) adalah suatu rencana strategis yang dibuat berdasarkan

kondisi perusahaan untuk tetap menjalankan kegiatan bisnisnya secara berkelanjutan walaupun

sedang terjadi masalah atau bencana. BCP membahas tentang membuat rencana darurat untuk

keadaan darurat yang mengancam kelangsungan bisnis dan meneruskan bisnis tersebut walaupun

terjadi bencana serta membuat rencana dan menciptakan kerangka kerja untuk memastikan

bahwa bisnis itu dapat hidup dalam keadaan darurat.

Secara sederhana, Business Continuity Plan diciptakan untuk mencegah gangguan

terhadap aktivitas bisnis normal. BCP dirancang untuk melindungi proses bisnis yang kritis dari

kegagalan/bencana alam atau yang dibuat manusia dan akibatnya hilangnya modal dalam

kaitannya dengan ketidaktersediaan untuk proses bisnis secara normal. BCP merupakan suatu

strategi untuk memperkecil efek gangguan dan untuk memungkinkan proses bisnis terus

berlangsung. Peristiwa yang mengganggu adalah segala bentuk pelanggaran keamanan baik yang

disengaja ataupun tidak yang menyebabkan bisnis tidak bisa beroperasi secara normal. Contoh

peristiwa yang dapat mempengaruhi kesinambungan bisnis adalah Kebakaran atau ledakan,

gempa bumi, badai, banjir, dan kebakaran.

Tujuan BCP adalah untuk memperkecil efek peristiwa mengganggu tersebut pada

perusahaan. Tujuan BCP yang utama adalah untuk mengurangi risiko kerugian keuangan dan

meningkatkan kemampuan perusahaan dalam proses pemulihan sesegera mungkin dari suatu

peristiwa yang mengganggu. BCP juga membantu memperkecil biaya yang berhubungan dengan

peristiwa yang mengganggu tersebut dan mengurangi risiko yang berhubungan dengan itu.
1. Tahapan BCP

a. Tahap Pencegahan (prevention)

Pada tahap ini, strategi yang digunakan yakni untuk mencegah terjadinya suatu

bencana, serta mencegah efek bencana tersebut. Tahap ini akan berhubungan dengan

resiko manajemen (risk management plan). Karena berhubungan dengan resiko

manajemen, maka tahap ini menggunakan metode analisa resiko, mulai dari

mengidentifikasi resiko, identifikasi dampak pada karyawan dan property perusahaan dan

lain sebagainya.

b. Tahap Persiapan (preparedness)

Pada tahapini, timanalisa BCP akan melakukan pembagian skala prioritas

terhadap suatu bencana. Pembagian ini dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan

tindakan dan pemulihan yang efisien apabila nantinya terjadi suatu bencana. Kemudian,

tahap ini akan berhubungan dengan Business Impact Analysis (BIA). Contoh penerapan

tahapan ini yakni melakukan backup terhadap data-data yang penting.

c. Tahap Tindakan (response)

Apabila ternyata terjadi suatu bencana pada perusahaan, makata hap ini akan

dilakukan. Pada tahap ini, strategi yang dilakukan yakni menahan agar bencana tadi tidak

sampai mengganggu proses bisnis, serta melakukan upaya untuk mengurangi dampak

yang ditimbulkan berdasarkan skala prioritas yang telah ditentukan pada tahap

sebelumnya. Tahap ini berhubungan dengan Incident Response Planning

d. Tahap pemulihan (recovery)

Setelah bencana dapat teratasi, makalangkah selanjutnya yakni melakukan

pemulihan. Strategi ini dilakukan untuk mengembalikan keadaan perusahaan seperti


semula, serta meminimalkan recovery time (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan

pemulihan). Tahap ini berhubungan dengan recovery plan. Contoh penerapan tahap ini

yakni menggunakan backup data yang lama bila data yang baru rusak akibat terkena

bencana. Setelah melalui tahap pemulihan, proses tidak berhenti pada tahap tersebut.

Namun, tahap tadi akan memberikan feedback terhadap tahap prevention agar nantinya

bencana yang serupa dapat ditanggulangi lebih baik.

2. Komponen Penyusun BCP

a. Komponen Personel

Komponen ini meliputi semua pihak yang terlibat di dalam BCP. Misalnya perencanaan

BCP (planner), penanggungjawab, tim-tim khusustiap proses, dan lain sebagainya.

Komponen ini berfungsi untuk menjalankan strategi-strategi yang telah dibuat

sebelumnya.

b. Komponen Teknologi

Komponen ini berfungsi untuk mendukung proses BCP. Komponen tersebut meliputi:

 Hardware :berupa jaringan computer (network), mainframe, dan lain sebagainya.

 Software :berupa system operasi yang digunakan, aplikasi, dan lain-lain.

 File data dan vital records : data-data penting yang disimpandalambentuk

softcopy.

 Operations processing equipment :peralatan yang digunakanuntukmelakukan

proses suatukegiatan.

 Backup data :kegiatan menyalinsebuah data untuk disimpan pada tempat lain dan

dapat dipakai dikemudian hari.


3. Manfaat BCP

BCP merupakan rencana yang bersifat preventif, artinya rencana tersebut berfokus

kepada tindak pencegahan sebelum suatu bencana benar-benar terjadi menimpa perusahaan.

Namun, bukan berarti bahwa BCP tidak bisa menanggulangi bencana. Di dalam BCP

terdapat disaster recovery plan (DRP) yang berfungsi sebagai tindak kuratif. Adapun

manfaat dari BCP ialah:

a. Mengurangi dampak bencana keperusahaan

Dengan menggunakan BCP, maka apabila perusahaan terkena bencana, dampak yang

ditimbulkan dapat dikurangi. Hal ini disebabkan karena BCP membantu perusahaan

untuk mengidentifikasi berbagai macam ancaman yang telah atau akan terjadi, serta

menganalisa berbagai cara untuk menanggulangi ancaman tersebut. Sehingga perusahaan

lebih siap untuk menanggulai bencana.

b. Mengurangi resiko kehilangan finansial

BCP membantu perusahaan untuk menganalisa resiko dan ancaman, serta bagaimana cara

untuk menghadapi permasalahan tersebut. Di dalam analisa resiko, terdapat juga metode

kuantitatif yang dapat memperhitungkan berapa probabilitas dan dampak yang

ditimbulkan oleh bencana dalam cost-benefit perusahaan. Sehingga perusahaan dapat

memperkirakan berapa besar kerugian yang ditimbulkan oleh bencana.

C. KOMUNITAS DAN PENYEBARAN INFORMASI (SIM BENCANA)

A. Penyebaran Informasi

Pada saat pra, saat dan pasca-bencana pelaporan informasi penanggulangan krisis

bencana kesehatan akibat bencana dimulai dari pengumpulan sampai penyajian


informasi dan ditujukan untuk mengoptimalisasikan upaya penanggulangan krisis

kesehatan akibat bencana.

1. Informasi Pra-Bencana

Dalam rangka mendukung upaya-upayasebelum terjadi bencana diperlukan data

dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai bahan masukan pengelola

program di dalam mengambil keputusan terkait penanggulangan krisis kesehatan

akibat bencana. Salah satu bentuk informasi yang cukup penting adalah adanya

profil yang mengambarkan kesiapsiagaan sumber daya dan upaya‐upaya yang

telah dilakukan terkaitdengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di

daerah,khususnya di tingkat kabupaten/kota.

Informasi yang dikumpulkan dalam bentuk profil terdiri dari:

1) gambaran umum wilayah, yang meliputi letak geografis, aksesibilitaswilayah

gambaran wilayah rawan bencana, geomedic mapping, datademografi, dan

informasi bencana yang pernah terjadi;

2) Upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, yang pernah dilakukan;

3) Upaya tanggap darurat dan pemulihan, yang pernah dilakukan;

4) Gambaran pengelolaan data dan informasi.


Alur penyampaian informasi pra‐bencana adalah sebagai berikut :

2. Informasi Saat dan Pasca-Bencana

Informasi saat dan pasca‐bencana ini terdiri dari :

1) Informasi pada awal kejadian bencana;

Informasi ini harus disampaikan segera setelah kejadian awal diketahui

serta dikonfirmasi kebenarannya dengan menggunakan formulirpenyampaian

informasi Form B‐1 atau B‐4 (terlampir).

Sumber informasi dapat berasal dari masyarakat, sarana pelayanankesehatan,

dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota dan lintas sektor.


Alur penyampaian dan konfirmasi informasi awal kejadian bencana

adalah sebagai berikut :

2) Informasi penilaian kebutuhan cepat.

Informasi ini dikumpulkan segera setelah informasi awal kejadianbencana

diterima oleh Tim Penilaian Kebutuhan Cepat dengan menggunakan formulir

isian form B‐2 (terlampir). Sumber informasinyadapat berasal dari masyarakat,

sarana pelayanan kesehatan, dinaskesehatan provinsi/kabupaten/kota dan

lintas sektor.
Alur penyampaian informasi penilaian kebutuhan cepat adalah sebagai

berikut :

3) Informasi perkembangan kejadian bencana

Informasi ini dikumpulkan setiap kali terjadi perkembanganinformasi terkait

dengan upaya penanganan krisis kesehatan akibatbencana yang terjadi.

Formulir penyampaian informasinyamenggunakan form B‐3 (terlampir).

Sumber informasi berasal dari sarana pelayanan kesehatan dandinas kesehatan

provinsi/kabupaten/kota.
Alur penyampaian dan konfirmasi informasi perkembangan

kejadianbencana adalah sebagai berikut:

4) Sarana penyampaian informasi

a. Informasi pra‐bencana

Profil yang mengambarkan kesiapsiagaan sumber daya danupaya‐upaya

yang telah dilakukan terkait dengan penanggulangankrisis kesehatan akibat

bencana di daerah, khususnya di tingkatkabupaten/kota dapat disampaikan

melalui email dan secara onlinemelalui website.


b. Informasi saat dan pasca‐bencana

Informasi pada awal kejadian bencana yang menggunakanForm B‐1 dapat

disampaikan melalui telepon dan melalui faksimil.Informasi pada awal

kejadian bencana yang menggunakan Form B‐4 dapat disampaikan melalui

sms gate‐way. Informasi penilaian kebutuhan cepat yangmenggunakan

FormB‐2 dapat disampaikan e‐mail dan secara online melalui websiteserta

melalui faksimil.Informasi perkembangan kejadian bencana

yangmenggunakan Form B‐3 dapat disampaikan melalui e‐mail dansecara

online melalui website serta melalui faksimil.

D. Peran Perawat Dalam Bencana Meliputi Pre, Intra Dan Pasca Bencana

1. Pre bencana

 Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam

penanggulangan bencana untuk setiap fasenya.

 Perawat ikut serta dalam berbagai dinas pemrintahan, organisasi lingkungan,

palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam

memeberikan penyuluahn dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana

kepada masyarakat.

 Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan

masyarakat dalam menghadapi bencaan yang meliputi :

 Usaha pertolongan diri sendiri (masyarakat)

 Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota

keluarga yang lain


 Membedakan informasi tentang bagaimana menyiapkan dan membawa

persediaan makanan dan penggunaan air yang aman

 Perawat juga dapat memberikan alamat atau nomor telepon darurat dll

2. Fase intra

 Bertindak cepat

 Don’t promise. Perawat tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan maksud

memberikan harapan yang besar bagi para korban.

 Berkonsentrasi penuh dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create

leadership

 Untuk jangka yang panjang, mendistribusikan dan merancang master plan of

revitalizing dengan pihak terkait

 Selain itu, Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan

tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien

untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase ) TRIASE

1. Merah

Paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan

sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan

internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II 2.

2. Kuning

Penting,prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek

sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini

sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut
antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis,

laserasi, luka bakar derajat II 3.

3. Hijau

Prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup,

luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi 4.

4. Hitam

Meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari

bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal

Adapun peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana seperti :

 Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari

 Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian

 Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan

kesehatan di RS

 Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian

 Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan

kesehatan

 Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi

kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan

perawat jiwa

 Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang

ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi

psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
 Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan

memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain

 Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater

 .Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan

kebutuhan masyarakat yang tidak mengungs

3. Fase post

 Bencana tentu bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial dan psikologis tertentu.

 Sress psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi posttraumatic

stresss dsisorder (PTSD) Yang merupakan sindrom dengan tiga criteria utama

yaitu :

 Pertama, gejala trauma belum dapat pasti dikenali

 Kedua, individu tersebut mengalami gejalan ulang traumanya melalui

flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya

 Ketiga, inividu akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu

dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah

dan gangguan memori.

 Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi yang terkait bekerjasama dengan

unsur lintas sector menangani maslaah kesehatan masyarakat pasca gawat darurat

serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman.
Cara mengatasi trauma psikis pada korban bencana :

Gangguan psikologis yang dialami korban bencana antara lain perasaan sedih

akibat kehilangan keluarga yang mereka sayangi, kehilangan harta benda, rumah, mata

pencaharian, dan merasa asing ditempat pengungsian. Berbagai permasalahan tersebut

memicu terjadinya gangguan psikologis di kalangan pengungsi.

Penanganan aspek psikologis pasca bencana menggunakan pendekatan

biopsikososial. Penanganan yang dibutuhkan untuk mengurangi gangguan psikologis

tersebut adalah dengan menghibur mereka, memberi pelatihan dan pembinaan serta

aktivitas lain agar mereka tidak jenuh. Untuk penanganan trauma juga dilakukan pada

anak karena mereka belum tahu cara mengontrol emosi dan mungkin belum paham

dengan apa yang sebenarnya terjadi. Jadi penanganan yang dilakukan antara lain seperti

mengadakan aktivitas bermain yaitu menggambar, mewarnai, dan permainan kelompok

serta mennyanyi. Dimana tujuannya untuk menghilangkan kebosanan pada anak-anak

selama di tempat pengungsian.

Selain itu untuk penanganan trauma psikologis bagi anak juga dapat

menggunakan program Sekolah Petra. Dimana tahapan untuk penanganan trauma

Sekolah Petra yaitu pertama di awali dengan identifikasi masalah, kedua spesifikasi

masalah, dan yang ketiga pemecahan masalah.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidikan keperawatan bencana adalah salah satu aktivitas yang dilakukan selama

masa tenang dari siklus bencana. Perawata mempunyai peranan penting dalam f ase ini, yakni

meningkatkan kesadarannya, dan pada saat normal memperoleh pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan untuk keperawatan bencana. Untuk melakukan tugas ini, perlu

mengembangan kesiap-siagaan pada bencana dengan mempertahankan dan mengingatkan

keterampilan diri sendiri melalui program pendidikan dan pelatihan secara berkala dan

berkelanjutan, dan perlu terus melanjutkan praktik keperawatan didalam aktivitasnya sehari-

hari.

Untuk mengambangkan kemampuan praktik pada keperawatan bencana bagi perawat,

maka hal ini menjadi penting untuk mengambangkan program pendidikan bencana yang

menekankan “berkelanjutan”, “secara bertahap” dan “jenis/pola”, mengevaluasi terhadap

program pendidikan dan pelatihan yang sedang / yang sedang dilaksanakan, serta melakukan

upaya yang berkelanjutan untuk perbaikannya.

B. SARAN

Dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca maupun

penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan, karena penulis sadar bahwa

penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna dan kami sangat mengharapkan kritik dan

saran itu dari pembaca untuk penulisan selanjutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Cahya Indah, Materi Pengantar Bencana. Diakses Pada Tanggal 03 Meret


2019https://www.academia.edu/37493181/Materi_pengantar_bencana

Hamarno Rudi.2016. Keperawatan Gawat Darurat & Majemen Bencana. Kemenkes RI

Kebijakan masalah kesehatan jiwa dan psikologis akibat bencana dan konflik, diakses pada
tanggal 3 maret 2019(https://www.scribd.com/doc/341824012)Pedoman Teknis

Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana. Diakses pada tanggal 3 maret


2019https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.searo.wh
o.int/indonesia/documents/ermpub-technicalguidelines.pdf&ved=2ahUKEwjPsO-
kjuXgAhVCiXAKHUeOATcQFjABegQIBhAB&usg=AOvVaw38JUbciyWqaUZ6up
6nGxT6&cshid=1551586716231

Peran perawat pre, intra dan post dalam bencana oleh nursaktiani 14 februari 2015 diakses pada
tanggal 3 februari 2019https://www.scribd.com/doc/255708793/Peran-Perawat-
Dalam-Bencana-Sebelum

Ramadhan, Adhitira F. 2016. “Pembuatan Business Continuity Plan (BCP) GunaMeningkatkan


Business Survival Bisnis Perusahaan”,
https://www.academia.edu/30654887/PEMBUATAN_BUSINESS_CONTINUITY_P
LAN_BCP_GUNA_MENINGKATKAN_BUSINESS_SURVIVAL_BISNIS,
diaksespada 03 Maret 2019 pukul 17.00

Sitorus, Aston Freddy.2005. “Business Continuity Planning and Disaster Recovery Planning”,
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://openstorage.gunadar
ma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan-Sistem, diaksespada 03 Maret 2019
pukul 17.00.

(PERMENKES tahun 2006)

Anda mungkin juga menyukai