Anda di halaman 1dari 153

BAB I

PROFIL LEMBAGA

A. Profil Lembaga PAUD


BKB PAUD Melati IV adalah salah satu lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan anak usia dini dengan kategori Satuan PAUD
Sejenis (SPS). Nama lembaga nya yaitu BKB PAUD Melati IV dengan
beralamatkan Jalan Tegalan I, Kelurahan Palmeriam, Kecamatan Matraman,
Jakarta Timur. BKB PAUD Melati IV ini terletak di tengah-tengah rumah
warga. Untuk memasuki wilayah BKB PAUD Melati IV ini, kita harus
melewati jalan utama kemudian masuk ke dalam gang yang tidak terlalu
sempit tetapi mudah dilewati hanya satu mobil kemudian tak jauh dari situ
sampai di pertigaan jalan ada tulisan Jalan Tegalan IC belok kanan dan tak
jauh dari situ sudah terlihat lembaga PAUD.

Gambar 1.1
Tampak Depan BKB PAUD Melati IV

1
2

Gambar 1.2
Tampak Depan BKB PAUD Melati IV
BKB PAUD Melati IV berdiri pada tanggal 18 Juli 2000. BKB PAUD
Melati IV memiliki luas tanah seluas 63 m2 dengan jumlah 4 ruangan. Saat ini,
BKB PAUD Melati IV mempunyai 2 guru dan 76 anak. Sejak berdirinya
BKB PAUD Melati IV sampai sekarang belum ada pergantian Kepala
Sekolah. Kepala Sekolah BKB PAUD Melati IV adalah Lily Sri Aprianti.
B. Visi, Misi dan Tujuan Lembaga
BKB PAUD Melati IV sudah memiliki visi, misi dan tujuan lembaga.
Visi dari BKB PAUD Melati IV merupakan Mensosialisasikan, meningkatkan,
mutu bermain dan belajar anak usia dini di lingkungan sekitar khususnya dan
luar pada umumnya. Misi dari BKB PAUD Melati IV adalah sebagai berikut :
 Mengembangkan potensi anak didik
 Menjadikan anak yang sehat
 Menjadikan anak yang mandiri dan dan kreatif
 Menjadi anak yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Menjadikan anak yang berkarakter

Tujuan dari BKB PAUD Melati IV adalah untuk membentuk


karakter anak, agar bisa lebih mandiri dan mencerdaskan pola pikir
anak yang lebih maju serta mendidik anak untuk bisa disiplin.
3

C. Sejarah Berdirinya Lembaga PAUD


BKB PAUD Melati IV didirikan oleh RW 04 Palmeriam, Matraman,
Jakarta Timur. Sejarah BKB PAUD Melati IV berawal dari sebuah posyandu
pada tahun 1997. Lokasi BKB PAUD Melati IV ini berada di belakang dekat
kali sampai tahun 2011. Saat adanya kebijakan dari Gubernur Fauzi Bowo
untuk mendirikan lembaga PAUD di setiap RW maka terbentuklah BKB
PAUD yang bernama Balita.
BKB Paud di RW 04 ini memang dikhususkan untuk posyandu
sampai akhirnya mendapat sumbangan bangku. Sehingga, anak yang datang
untuk menimbang dan sebagainya di lembaga ini juga mengikuti kegiatan
belajar. Pada tahun 2011, BKB PAUD pindah ke jalan Tegalan I karena
lokasinya yang tidak memungkinkan berjalannya kegiatan belajar mengajar.
Awal berdirinya BKB PAUD ini memiliki susunan kependidikan
berjumlah 3 orang dan guru berjumlah 2 orang. Kelompok usia terbagi
menjadi tiga yaitu kelompok usia 2-3 tahun , Kelompok usia 4-5 tahun , dan
Kelompok C usia 5-6 tahun . Dikarenakan luas ruang yang m cukup maka
BKB PAUD Melati IV membagi jadwal pembelajar untuk ketiga kelompok
tersebut. Jam 08.00 sampai 09.00 adalah jadwal pembelajaran untuk
kelompok usia 2-3 tahun, jam 09.00 sampai 10.15 adalah jadwal untuk usia 4-
5 tahun dan jam 10.15 sampai 11.30 adalah jadwal pembelajaran untuk usia 5-
6 tahun. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan setiap hari.
D. Alamat dan Peta Lokasi Lembaga PAUD
BKB PAUD Melati IV beralamat di Jalan Tegalan I RW 04,
Kelurahan Palmeriam, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. BKB PAUD
Melati IV berada di tengah-tengah rumah warga. Untuk memasuki BKB
PAUD, melewati jalan Matraman kemudian belok kiri ke jalan Tegalan I,
jalan terus sampai mentok ke jalan Tegalan IC belok kanan kemudian tak jauh
dari situ di sebelah kanan terdapat BKB PAUD Melati IV.
4

Gambar 1.3
Peta lokasi BKB PAUD Melati IV
E. Status Satuan Lembaga PAUD
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, BKB PAUD
Melati IV belum memiliki akreditas. Mengenai surat izin operasiona, BKB
PAUD Melati IV sudah memiliki kelengkapan surat-surat seperti sertifikat
tanah, sertifikat NPSN dan surat izin operasional.
5

Gambar 1.4 Sertifikat NPSN Gambar 1.5 Surat Izin


Operasional
BAB II

TEMUAN LAPANGAN

A. Kurikulum
B. Gambaran Proses Pembelajaran
C. Sumber Daya Manusa di Lembaga PAUD

Sumber daya manusia (SDM) yang berada di lembaga PAUD haruslah


meliputi pendidik dan tenaga kependidikan, anak didik (murid), orang tua
peserta didik, dan kemitraan yang terlibat dalam proses kegiatan di dalam
sekolah. Hal ini akan mendukung proses kegiatan dari setiap lembaga PAUD.
Sumber daya manusia yang ada di lembaga BKB PAUD Melati IV sebagai
berikut :

1. Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Pendidik dan tenaga kependidikan ini merpakan salah satu sumber
daya manusia yang diperlukan dalam sebuah lembaga pendidikan. Di
dalam sebuah lembaga pendidikan haruslah memiliki tenaga pendidik dan
kependidikan yang mumpuni sehingga di dalamnya haruslam memuat
komponen-komponen penting seperti profil, cara perekrutan, pembinaan
dan pengembangan, serta proses pemberhentian bagi pendidik dan tenaga
kependidikan. Di dalam BKB PAUD Melati IV ini telah memuat
beberapa komponen-komponen tersebut seagai berikut:
a. Profil Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Profil merupakan sebuah gambaran umum mengenai riwayat


dan data seseorang. Di dalam lembaga kependidikan, profil ini
memuat informasi-informasi umum mengenai pendidik dan tenaga
kependidikan yang ada di sebuah lembaga. Berikut profil pendidik
dan tenaga kependidikan yang ada di lembaga BKB PAUD Melati
IV.

6
7

Profil Pendidik

No. Nama Tenpat, Tanggal Lahir Tugas Alamat


1. Lily Sri Apriyanti Jakarta, 17-04-1955 Kepala Jl. Tegalan I E No.
Sekolah 143 Rt 10/04,
Palmeriam,
Matraman, Jakarta
Timur, 13140
2. Lina Riawati Tg. Pinang 17-05- Guru Jl. Salemba Tegalan
1965 IV No. 149 Rt
008/04, Palmeriam,
Matraman, Jakarta
Timur, 13140
3. Poppy Anggriani Jsksrts, 05-04-1963 Guru Jl. Salemba Tegalan
III No. 284 Rt
003/04, Palmeriam,
Matraman, Jakarta
Timur, 13140
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, bahwa pendidik
yang mengajar di BKB PAUD Melati IV ini merupakan lulusan
SMA dan S1. Pendidikan sarjana (S1) yang telah ditempuh oleh
guru tersebut berada pada bidang komunikasi. Pendidik di lembaga
PAUD ini juga merangkap menajdi tenaga kependidikan untuk
mengatur sistem manajemen yang ada di sekolah.

b. Perekrutan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Perekrutan pendidik dan tenaga kependidikan di dalam sebuah
lembaga kependidikan merupakan hal yang sangat penting untuk
8

dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah,


bahwa BKB PAUD Melati IV ini belum melaksanakan atau belum
mengadakan perekrutan secara resmi. Perekrutan yang
dilaksanakan tidak memiliki persyaratan tertentu.
Pada umumnya perekrutan yang dilakukan oleh BKB PAUD
ini dengan cara calon pendidik dan tenaga kependidikan
mengajukan diri secara suka rela untuk mengajar atau menjadi
staff di BKB PAUD tersebut. Pendidik dan tenaga kependidikan di
BKB PAUD Melati ini merupakan warga yang berasal dari
wilayah tersebut yang tergerak hatinya untuk mendidik anak
dengan bauk.
Setelah warga mengajukan diri untuk menjadi pendidik dan
tenaga kependidikan, sebelum melakukan kegiatan mengajar,
kepala sekolah memberi tahukan gambaran kegiatan dan situasi
atau keadaan yang ada di kelas. Hal ini dilakukan oleh kepala
sekolah agar calom pendidik dapat mengetahui cara yang tepat
untuk mendidik anak.
c. Pembinaan dan Pengembangan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah,, bahwa


pendidik dan tenag kependidikan di BKB PAUD Melati IV ini
sudah mengikuti pelatihan atau diklat pada bulan Maret 2018. Saat
ini para pendidik melakukan penyusunan laporan dan pertanggung
jawaban terhadap hasil yang telah didapat dan dilakukan selapa
proses diklat.

d. Pemberhentian Pendidik dan Tenaga Kependidikan


BKB PAUD Melati IV ini memiliki 2 guru dan 1 kelapa
sekolah. Sejak beriidi tahun 1997, jumlah tenaga pendidik dan
kependidikan yang ada tidak berubah. Berdasarkan hasil
9

wawancara dengan kepala sekolag, bahwa tidak adanya


persyaratan yang ditentukan dalam melakukan pemberhentian bari
pendidik dan tenaga kependidikan yang ada.
2. Anak didik
Anak didik merupakan salah satu sumber daya manusia yang sangat
penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Anak didik merupakan salah
satu komponen yang harus ada, karena dengan adanya anak didik, maka
proses pembelajaran akan berjalan dengan baik. Dalam sebuah lembaga
pendidikan data yang harus dimiliki dari anak didik diantaranya profil,
penerimaan peserta didik, pengelompokkan, penyusunan program dan
pengaturan kelulusan.
a. Profil Anak Didik

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan data


lapangan bahwa peserta didik yang bersekolah di BKB PAUD
Melati IV ini merupakan warga sekitar sekolah. Pada umumnya
peserta didik tinggal di wilayah RW 04 Palmeriam, Matraman.
Rentang usia yang ada di BKB PAUD Melati IV ini berkisar usia
3-6 tahun. BKB PAUD ini sudah memiliki buku peserta didik
sehingga profil dari setiap peserta didik tercatat dan
teeridentifikasi secara baik.
10

Gambar
Buku Calon Peserta Didik
Berdasarkan data diatas bahwa jumlah peserta didik pada tahun
ajaran 2017/2018 di BKB PAUD Melati adalah 45 anak. peserta
didik tersebut dibedakan sesuai usia. Sedangkan berdasarkan data
lapangan pada tahun ajaran 2018/2019 jumlah peserta didik di
BKB PAUD Melati IV tersebut adalah 15 anak. Jumlah peserta
didik tersebut akan terus bertambah hingga penutupan pendaftaran.
Pada buku data peserta didik tersebut tetera nama, tempat dan
tanggal lahir, alamat, nama orang tua, dan terima/tolak.
b. Penerimaan Anak Didik
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, cara
penerimaan perserta memiliki persyaratan tertentu seperti usia
anak. Usia yang di tentukan oleh BKB PAUD Melati IV ini
minimal 3 tahun. Warga di sekitar PAUD ini sudah mengetahui
bahwa RW 14 menyelenggarakan pendidikan untuk anak usia dini
sejak tahun 1997 dengan awall pembentukan pos yandu. Cara
mempromosikan PAUD ini adalah dengan mensosialisasikannya
pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh RW. Setelah itu
orang tua mengetahui bahwa RW 14 ini menyelenggarakan
11

pendidikan untuk anak usia dini, maka orang tua yang tertarik akan
mendaftarkan anaknya secara langsung dengan mengisi formulir.
Sekolah ini juga menerima anak ADHD. Pada saat pendaftaran
tidak adanya biaya yang di tentukan oleh pihak sekolah.
Berdasarkan data lapangan yang diperoleh pada tangga 18 Juli
2018, bahwa peserta didik yang diterima di BKB PAUD Melati IV
ini belum terlihat adanya anak ADHD. Ketika pendaftaran, orang
tua melengkapi data yang diminta oleh kepala sekolah yaitu foto
copy KTP orang tua dan formulit pendaftaran yang telah diisi.
c. Pengelompokkan Anak Didik
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah,
pengelompokkan peserta didik di bagi berdasarkan 3 kelompok
yaitu KB, TK A dan TK B. Kelompok KB memiliki rentang usia
3-4 tahun, TK A memiliki rentang usia 4-5 tahun, dan TK B
memiliki rentang usia 5-6 tahun. Jumlah siswaa yang berada di
setiap kelompok berbeda, KB berjumlah 20 orang, TK A
berjumlah 25 orang, dan TK berjumlah 30 orang.
Berdasarkan hasil observasi lapangan pada tanggal 18 Juli
2018, pengelompokkan peserta didik pada tahun ajaran 2018/2019
hanya dibagi menjadi 2 kelas. Kelas tersebut adalah KB untuk usia
3-4 tahun dan TK 5-7 tahun. TK A dan TK B digaung menjadi satu,
dikarenakan peserta didik usia 6-7 tahun belum banyak yang
mendaftar di BKB PAUD Melati IV ini.
d. Penyusunan Program Kegiatan Anak Didik
1) Masa Orientasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah
bahwa pada saat anak sudah diterima di BKB PAUD
Melati IV ini, guru melakukan masa orientasi untuk
memperkenalkan lingkungan dan suasana yang ada di
PAUD tersebut. Proses masa orientasi ini berlangsung
12

selama 1 hari agar anak dapat menyesuaikan diri di


lingkungan sekolah.
Berdasarkan hasil observasi lapangan pada tanggal 18
Juli 2018, masa orientasi peserta didik dilakukan pada hari
pertama sekolah. Dimana guru melakukan pengenalan dari
setiap anak dan memberi tahukan kegiatan yang akan
dilakukan anak. Pada masa orientasi ini guru juga sudah
memberikan materi dengan melakukan penugasan untuk
anak. Anak haruslah menulis dan mewarnai gambar yang
ada di buku. Buku-buku tesebut telah di sediakan dari
sekolah dan anak diminta mengerjakan sesuai dengan
perintah yang diberikan oleh guru.
2) Rencana Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah
bahwa BKB PAUD Melati IV sudah memiliki, membuat,
dan menerapkan Program Semester, RPPM dan RPPH.
Rencana pembelajaran tersebut sudah di bukukan dan
disusun sesuai dengan urutan pembelajaran.
Berdasarkan temuan lapangan pada tanggal 18 Juli
2018, BKB PAUD Melati IV belum membuat perangkat
pembelajaran untuk tahun ajaran 2018/2019. Guru di
PAUD ini masih melanjutkan ProTa dan Prosem pada
tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru kelas, tim guru belum membuat RPPM dan RPPH
dikarenakan masih melanjutkan program yang telah di
rancang pada tahun sebelumnya.
3) Jadwal Kegiatan
Bedasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah,
bahwa BKB PAUD Melati IV ini memiliki jadwal kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di PAUD inii
13

dilaksanakan selama 5 kali pertemuan yaitu hari senin


hingga hari jum’at. Khusus kegiatan hari jum’at
dilaksanakan di masjid dekat PAUD yaitu dengan agenda
pembelajaran sholat, berwudhu, dan membaca iqra. Jam
pebelajaran yang diterapkan disesuaikan dengan kelompok
usia yaitu KB pukul 08.00-10.00, TK A pukul 10.00-12.00,
dan TK B 12.00-14.00. Materi pembelajaran yang
diajarkan setiap harinya berbeda sesuai dengna RPPH yang
sudah di buat.

4) Asesmen, Pencatatan Asesmen, dan Pelaporan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah


BKB PAUD Melati IV, bahwa guru-guru menggunakan
teknis asesmen anecdotal report dan raport. Asesmen yang
dilakukan berguna untuk melihat sampai dimana
perkembangan anak terjadi dan bagaimana menyikapi hasil
dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

e. Pengaturan Kelulusan Anak Didik


Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, bahwa
kegiatan kelulusan yang dilakukan oleh BKB PAUD Melati IV ini
dilakukan berdasarkan usia. Ketentuan usia yang akan lulus adalah
anak yang sudah berusia 6 tahun dan sudah tuntas melaksanakan
pembelajaran di sekolah.
3. Orang Tua Peerta Didik

Peran orang tua peserta didik sangatlah penting dalam mendukung


proses belajar dan mengajar di sekolah. Orang tua haruslah mengetahui
dan menyapakan proses pembelajaran yang dilaksanakan anak di sekolah
sehingga pemerolehan pengetahuan anak dapat seimbang antara sekolah
dan di rumah.
14

Orang tua anak didik yang berada di BKB PAUD Melati IV ini
memiliki latar belakang daerah, pekerjaan yang berbeda, dan tingkat
pendidikan yang berbeda. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
sekolah mengenai profil umum orang tua dan bentuk keterlibatan yang
dilakukan oleh orang tua dijabarkan sebagai berikut :

a. Profil Umum Orang Tua Anak Didik


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, BKB
PAUD Melati IV sebagian besar orang tua anak didik bertempat
tinggal di kelurahan Palmeriam, Matraman. Orang tua anak didik
memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda yaitu Sekolah
Menengan Atas dan Sekolan Menengah Pertama. Namun ada juga
orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan diploma.
Selanjutnya orang tua anak didik juga memiliki latar belakang
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, ojek, karyawan, dan buruh.
Selanjutnya orang tua anak didik memiliki latar belakang
ekonomi menengah kebawah. Namun saat kami meminta data
menngenai orang tua anak didik, kepala sekolah mengatakan
bahwa data tersebut sedang dirapihkan sebagai pertanggung
jawaban dan pelaopran kepada pihak yang membantu. Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru kelas , ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung, orang tua mengunggu di depan kelas dan berbincang
satu sama lain.
Pada temuan hasil lapangan, latar belakang orang tua peserta
didik di lembaga PAUD berasal dari menengah ke bawah. Rata-rata
pendidikan orangtua peserta didik adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA) walau ada beberapa yang lulusan diploma. Pekerjaan orang
tua peserta didik adalah ibu rumah tangga, buruh, ojek, dan
karyawan.
15

b. Bentuk-Bentuk Keterlibatan Orang Tua Anak Didik Dengan


Lembaga PAUD (Parenting Program)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, orang tua
sangat dilibatkan dalam kegiatan sekolah. Orang tua membantu
dalam kegiatan-kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh pihak
sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti makan sehat, manasik
haji, serta merayakan hari-hari besar. Pada akhirnya sekolah
membentuk komite sebagai perwakilan dari orang tua anak didik.
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, komite
tersebut berguna sebagai penampung aspirasi dan informasi.
Sebelum melakukan kegaiatan tahunan tesebut, pihak komite dan
pihak sekolah melakukan rapat agar tidak adanya kesalah pahaman
antara orang tua dan guru. Rapat tersebut pada umumnya berisikan
mengenai rencana dan pembiayaan kegiatan yang akan disepakati
oleh orang tua dan pihak sekolah.
Berdasarkan dengan observasi pada saat pembelajaran, orang
tua di PAUD ada beberapa yang menunggu di luar sambil
mengintip anaknya. Untuk kelas Kelompok Bermain, orang tuanya
ikut belajar di dalam kelas. Terlihat bahwa sebagian orang tua
yang mengobrol di dalam kelas.
4. Hubungan Kemitraan Lemabaga PAUD
Kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan
antara dua pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan
kerjasama di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu
sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Dalam lembaga
PAUD adanya hubungan kemitraan yang dilakukan dapat
mempermudah proses kegiatan yang akan dilaksanakan. BKB
PAUD Melati IV ini memiliki bentuk hubungan kemitraan yang
dilakukan dengan instansi terkait dan organisasi kemasyarakatan.
16

a. Bentuk-Bentuk Hubungan Kemitraan Lembaga PAUD dengan


Instansi Terkait
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, BKB
PAUD Melati IV memiliki hubungan kemitraan dengan instansi
terkait, yakni Susu Morinaga, posyandu RW 14, dan organisasi
lainnya yang bergerak di RW 14 . Kemitraan ini terjalin karena
adanya pertukaran informasi yang dilakukan oleh kedua belah
pihak. Susu Morinaga sebagai sarana untuk membantu kegiatan
yang ada di sekolah dengan memberikan sponsor berupa hadiah.
Sedangkan posyandu memberikan informasi mengenai kesehatan
dan DDTK yang harus dilakukan sebelum memberikan
pembelajaran untuk anak.
b. Bentuk-Bentuk Hubungan Kemitraan Lembaga PAUD dengan
Organisasi Kemasyarakatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah BKB
PAUD Melati IV memiliki hubungan kemitraan dengan organisasi
kemasyarakatan. Organisasi kemasyarakatan tersebut bergabung
dengan RW dan dengan sukarela membantu kebutuhan lembaga
PAUD tersebut. Organisasi kemasyarakatan tersebut dikelola oleh
RW. Semua pelaksanaan kegiatan tersebut mendapat dukungan
baik berupa pendanaan atau peralatan untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar.
17

D. Prasarana dan Sarana Lembaga PAUD

1. Site plan dan floor plan Lembaga Paud


Sarana dan Prasarana merupakan perlengkapan yang dibutuhakn dalam
suatu lembaga untuk menunjang proses kegiatan belajar.
1. Site plan
Site plan merupakan gambar umum mengenai denah disekitar PAUD
yang berfungsi sebagai prasarana lembaga PAUD. Dari hasil temuan
lapangan, BKB PAUD Melati IV sendiri tidak memiliki bangunan sendiri
melainkan menempatkan kantor RW 04 beralamat Jl.Tegalan I kelurahan
Palmeriam kec.Matraman Kota Jakarta Timur. BKB Paud Melati IV sendiri
berada di gang tidak terlalu kecil, namun letak BKB PAUD Sakura sendiri
berada di antara rumah warga yang berdempetan satu dengan yang lain.
Akses jalan pada lokasi BKB PAUD Melati IV sendiri dapat dilewati oleh
kendaraan beroda dua yang merupakan jalan umum untuk warga. Pada
Lokasi dari jalan raya ke gang tempat Paud berada tersebut tidak terlalu
jauh, sehingga akses untuk ketempat BKB PAUD tersebut mudah. Gedung
BKB PAUD Melati IV sendiri tidak memiliki tingkat bangunan, sehingga
dalam pembagian kelas sendiri dilakukan persesi pertemuan.
Pembagian kelompok pada KB memiliki rentang usia 3-4 tahun,
dilakukan pada pukul 08.00 sampai dengan 10.00. TK A memiliki rentang
usia 4-5 tahun, dilakukan pada pukul 10.00 sampai dengan 12.00. dan TK
B memiliki rentang usia 5-6 tahun dilakukan pukul 12.00 sampai dengan
14.00. Ruangan BKB PAUD Melati IV sendiri tidak cukup besar, karena
pada setiap kelompok memiliki murid cukup banyak. Pada ruang kelas
terdapat sarana indoor yang dilengkapi dengan meja kecil, kursi kecil,
papan tulis, kipas angin, AC, lemari berbahan plastik, lemari kayu, sapu,
kontener plastic, meja besar, kursi besar, dan jam dinding.
18

ARAH MATA ANGIN

JALUR
BKB PAUD UMUM
RUMAH
RUMAH MELATI IV PELATIHAN (KE
WARGA
WARGA BABY SITTER JALAN
BESAR)

JALAN UMUM

RUMAH JALAN RUMAH RUMAH


RUMAH WARGA
WARGA KECIL WARGA WARGA

Gambar 2.22

Site plan BKB PAUD Melati IV


19

A. BATAS LINGKUNGAN SEBELAH TIMUR

Gambar 2.23

Batas Lingkungan Sebelah Timur

B. BATAS LINGKUNGAN SEBELAH BARAT

Gambar 2.24

Batas Lingkungan sebelah Barat

Berbicara mengenai Site plan pasti berpengaruh pada posisi


lokasi letak nya sebuah tempat. Pada BKB PAUD Melati IV sendiri
berlokasi didalam gang yang tidak terlalu kecil namun persis dipinggir
jalan. Sehingga untuk kegiatan outdoor sendiri diletakan didalam
lembaga PAUD tersebut. Permainan outdoor jika diletakan luar area
20

lembaga PAUD sangat berbahaya untuk anak, karena posisi dari


lembaga tersebut yang persis dipinggir jalan. Dengan demikian, dari
hasil wawancara menurut kepala sekolah sarana permainan outdoor
lebih baik diletakan didalam ruang indoor.

2. Floor Plan
Floor plan merupakan gambaran umum mengenai ruangan kegiatan
belajar mengajar yang digunakan sebagai sarana lembaga PAUD. Pada
temuan lapangan ruang lembaga dibagi menjadi 5 bagian. Dimana pada
bagian kanan dari arah timur terdapat ruangan untuk meletakan mainan
outdoor ketika kegiatan pembelajaran sedang libur serta toilet. Ukuran
untuk meletakan alat permainan outdoor sendiri memiliki panjang -/+ 3.6
m, sedangkan lebar nya 3 m. Sedangkan, untuk ruang toilet sendiri
memiliki ukuran panjang -/+ 2.85 m, sedangkan untuk lebarnya memiliki
ukuran 1,2 m.
Ruang tengah sendiri digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, dan
disebelah kiri dari arah pintu ditempatkan alat permainan outdoor. Ukuran
dari ruang belajar pada BKB PAUD MelatiIV sendiri memiliki panjang
berukuran -/+ 7.20 m dan lebar -/+ 7.20 m. Pada BKB PAUD Melati IV
sendiri untuk ruang sebelah kiri dari arah timur bangunan digunakan untuk
ruang kepala sekolah dan juga guru. Ukuran untuk ruang kepala sekolah
dan guru. Didalam ruang kepala sekola dan guru terdapat ruang kecil yang
diperuntukan untuk meletakan alat main atau media serta piala. Pada ruang
kelas sendiri seluruh ruangan menggunakan keramik berwarna putih.
Dinding kelas dan ruang untuk meletakan permainan outdoor dicat
menggunakan warna biru muda dengan dihiasi berberapa tempelan
mengenai struktur organisasi sekolah dan meteran untuk mengukur tinggi
anak. Sedangkan untuk ruang kepala sekolah dan guru dicat menggunakan
warna krem. Untuk luar ruangan, warna cat yang digunakan yaitu oranye
21

dan keramik berwarna krem. Untuk toilet sendiri menggunakan cat


berwarna putih.

TIMUR

Meja dan kursi Meja dan

Meja dan kursi


kursi

orang dewasa
anak
TOILET

pintu ayunan

Perosotan lemari

Jungkat-
jungkit
pintu

pintu
Gambar 2.25
Floor plan bangunan BKB PAUD Melati IV

Bangunan atau gedung sekolah merupakan hal utama yang


diperlukan dalam terlaksananya proses kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu, gedung atau bangunan sekolah merupakan hal yang harus
diperhatikan demi menciptakan pembelajaran yang nyaman. Dengan
demikian, setiap lembaga harus memiliki site plan dan floor plan. Site
plan sendiri diartikan sebagai gambar umum mengenai denah disekitar
PAUD yang berfungsi sebagai prasarana lembaga PAUD. Sedangkan
floor plan pada lembaga paud merupakan gambaran umum mengenai
22

ruangan kegiatan belajar mengajar yang digunakan sebagai sarana


lembaga PAUD.
Dengan demikian, dalam merencanakan bentuk dari sebuah
bangunan lembaga, maka diperlukanya rancangan seperti pembuatan
rancangan site plan lembaga dan floor plan lembaga. Site plan sendiri
digunakan untuk memudahkan seseorang untuk membaca posisi letak
sebuah lembaga. Sedangkan untuk floor plan sendiri berfungsi bagi
seseorang agar memahami bagaimana bentuk dari posisi setiap
ruangan yang ada dilembaga tersebut. Sehingga dalam pembuatan
perencaanan site plan dan floor plan sendiri membutuhkan penguasaan
visualspasial dalam pengerjaanya.
Pada hasil observasi sendiri, BKBPAUD Melati IV tidak
memiliki site plan atau floor plan lembaga. Karena pada hasil
wawancara sendiri, bangunan yang digunakan untuk BKB tersebut
pada awalnya difungsikan untuk kegiatan posyandu dan RW Melati IV.
Karena bangunan awal BKB PAUD Melati IV sendiri sebelum
dipindahkan pada awalnya sangat tidak layak untuk digunakan, maka
masyarakat setuju untuk memindahkan BKB PAUD Melati IV ke
bangunan kantor RW. Dari hasil temuan lapangan, kondisi dari tempat
BKB PAUD Melati IV sendiri tidak ada perombakan yang signifikan.
Melainkan tambahan tempat untuk ruang guru dan kepala sekolah
dilembaga.

Pada hasil wawancara kepada pihak sekolah, BKB PAUD


Melati IV sendiri pada kegiatan belajar dan mengajar membedakan
anak dari rentang usia dan jam masuk sekolah. Tujuan dari
membedakan anak berdasarkan rentang usia dan waktu jam masuk
anak sendiri yaitu karena keterbatasan tempat atau ruang kelas.
Dengan demikian pembagian kelas berdasarkan usia dan jam masuk
diberlakukan. Pada hasil observasi yang dilakukan, Pembagian
23

kelompok pada KB memiliki rentang usia 3-4 tahun, dilakukan pada


pukul 08.00 sampai dengan 10.00. TK A memiliki rentang usia 4-5
tahun, dilakukan pada pukul 10.00 sampai dengan 12.00. dan TK B
memiliki rentang usia 5-6 tahun dilakukan pukul 12.00 sampai dengan
14.00.

3. Prasarana dan sarana Indoor


Sepeti yang telah dijelaskan sebelumnya, sarana merupakan
perlengkapan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan kegiatan
pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini . Sehingga,
dalam merencanakan lembaga PAUD, diperlukanya sarana dan
prasarana untuk memfasilitasi proses kegiatan belajar dan mengajar
dikelas guna mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, guru
dan siswa dapat merasakan manfaat dari sarana. Sedangkan untuk
prasarana sendiri menurut KBBI adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha,
pembangunan, proyek, dan sebagainya).

Sarana dan prasarana sendiri dibedakan menjadi 2 kajian, yaitu


sarana indoor (dalam ruangan) dan outdoor (luar ruangan). Sedangkan
untuk prasarana sendiri yaitu prasarana terbuka dan prasarana tertutup.

a. Jenis-jenis prasarana tertutup di Lembaga BKB PAUD


Melati IV
Berdasarkan hasil observasi yang kami temui jenis prasarana
tertutup yang ada di Lembaga BKB PAUD Melati IV terdiri dari
ruang kelas, kamar mandi, ruang penyimpanan permainan outdoor,
tempat Kepala sekolah dan guru, serta tempat permainan indoor.
Berikut daftar Prasarana indoor yang ada di BKB PAUD Melati IV:
24

Gambar 2.26
Ruang kelas BKB PAUD MELATI IV

Dari hasil observasi dilapangan, BKB PAUD melati IV


memiliki sebuah ruang kelas yang menggunakan keramik berwarna
putih dan berwarna biru muda. Kondisi ruangan kelas pada BKB
PAUD Melati IV sendiri cukup baik dan cukup terawat. Pada
dinding BKB PAUD Melati IV sendiri memiliki meteran untuk
menggukur tinggi anak dan juga papan struktur organisasi lembaga
yang ditempel pada dinding lembaga
Ukuran luas dari ruang kelas BKB PAUD Melati IV sendiri
memiliki panjang -/+ 7.20 m dan lebar berukuran 7.20 m. untuk
kondisi ruang kelas dari BKB PAUD Melati IV sendiri cukup baik,
dimana fentilasi udara cukup banyak dan kebersihan dari ruang
kelas tersebut cukup bauk. Namun, pada saat melakukan observasi
ruang kelas tersebut diberi jarak untuk meletakan alat permainan
outdoor. Karena menurut dari hasil wawancara, alesan alat
permainan diletakan pada ruangan indoor adalah kurang aman nya
25

arena luar gedung dan juga arena tersebut sering digunakan warga
untuk memarkirkan kendaraan beroda empat.
26

Gambar 2.27

Ruang kamar mandi BKB PAUD MELATI IV

Pada hasil observasi lapangan, BKB Paud Melati IV memiliki


kamar mandi sendiri yang berdekatan dengan ruang penyimpanan
outdoor. Kondisi kamar mandi di BKB PAUD Melati IV sendiri
tidak terlalu luas. Pada BKB PAUD Melati IV sendiri tidak
menggunakan cat tembok melainkan setengah dari dinding hanya
diplester menggunakan semen dan sisanya menggunakan kerami
yang ditempel pada dinding. Ukuran dari kamar mandi tersebut -/+
memiliki panjang 2.85 m dan lebar 1.5 m.

Kamar mandi tersebut dapat dipergunakan untuk siswa, guru,


dan orangtua murid. Kloset yang digunakan pada BKB PAUD
Melati IV sendiri menggunakan kloset jongkok. Pada BKB Paud
Melati IV sendiri memiliki keran air dan juga baskom untuk
mengeluarkan dan meletakan air. Kamar mandi BKB PAUD Melati
IV sediri tidak memiliki fentilasi udara sehingga sirkulasi cahaya
dan udara cukup kurang. Walaupun untuk sirkulasi udara kurang
bauk, kondisi kebersihan dari kamar mandi BKB PAUD Melati IV
sendiri cukup baik.
27

Gambar 2.28

Ruang Kepala sekolah dan Guru

Pada hasil observasi pada BKB PAUD Melati IV memiliki


ruang kepala sekolah dan juga guru. Ruang kepala sekolah dan guru
diletakan pada satu ruangan yang tidak terlalu luas. Ruang kepala
sekolah dan guru menggunakan cat berwarna oranye, dan lantai
yang digunakan sama dengan lantai pada ruang kelas yaitu
berwarna putih. Ruang tersebut memiliki banyak sekali hiasan
seperti jam dinding, foto karyawan sekolah. biasanya digunakan
oleh kepala sekolah dan guru untuk menyimpan berkas lembaga
seperti berkas hasil perkembangan anak dan berkas lainya yang
berkaitan dengan anak. Selain digunakan untuk meletakan berkas,
ruang kepala sekolah dan guru diperuntukan juga untuk meletakan
kegiatan anak.
28

Gambar 2.29

Ruang penyimpanan mainan Outdoor BKB PAUD Melati IV

Pada hasil observasi BKB PAUD Melati IV memiliki ruangan


untuk meletakan permainan outdoor. Selain untuk meletakan
permainan outdoor, ruangan tersebut digunakan sebagai tempat
penyimpanan yang lain seperti meja, kursi dan lemari yang telah
rusak. Ruang penyimpanan alat permainan outdoor sendiri
berukuran -/+ panjang 3.6 m dan lebar 3 m.

Kondisi keadaan ruangan tersebut tidak baik karena kurang


fentilasi dan juga kotor. Ruangan tersebut digunakan ketika
lembaga BKB PAUD Melati IV tidak melakukan kegiatan belajar
mengajar. Sehingga alat permainan tersebut diletakan pada ruangan
tersebut karena ketika tidak ada pembelajaran. Ruangan tersebut
menggunakan lantai berwarna putih serta diberi cat berwarna biru
muda.
29

Gambar 2.30

Ruangan kelapala sekolah dan guru BKB PAUD Melati IV

Pada ruangan ini, masih satu ruangan dengan ruang kepala


sekolah dan guru. Dimana pada ruangan ini sangat kecil yang
diperuntukan untuk menaru barang-barang seperti mainan indoor
dan piala hasil mengikuti lomba.

Hasil observasi dan juga wawancara diatas merupakan daftar


beberapa ruangan yang terdapat pada lembaga BKB PAUD Melati
IV. Ruangan-ruangan tersebut masih dalam kondisi baik walaupun
ada sebagian cat tembok telah pudar dan berberapa tempat seperti
tempat penyimpanan sarana outdoor dalam keadaan tidak bersih.
Pada tempat penyimpanan permainan outdoor banyak sekali barang
yang tidak terpakai sehingga dalam ruangan itu terkesan sempit dan
kotor.

Hasil observasi dan juga wawancara diatas merupakan daftar


beberapa ruangan yang terdapat pada lembaga BKB PAUD Melati IV.
Ruangan-ruangan tersebut masih dalam kondisi baik walaupun ada
30

sebagian cat tembok telah pudar dan berberapa tempat seperti tempat
penyimpanan sarana outdoor dalam keadaan tidak bersih. Pada tempat
penyimpanan permainan outdoor banyak sekali barang yang tidak
terpakai sehingga dalam ruangan itu terkesan sempit dan kotor.

1. Jenis-jenis Sarana Indoor Lembaga BKB PAUD Melati IV


Berdasarkan hasil observasi, terdapat sarana indoor Lembaga BKB
Paud Melati IV yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.3 Sarana Indoor BKB PAUD Melati IV

SARANA
NO. URAIAN JML KONDISI FOTO
INDOOR
1. Meja dan Meja dan Baik
kursi anak kursi anak
yang
berukuran
kecil
digunakan
untuk
belajar
3. Papan tulis Terdapat 1 Baik
satu buah
papan tulis
31

4. Rak Diperguna 2 Baik


plastic kan sebagai
tempat
penyimpan
an media
anak, buku
cerita,
buku tulis.
Gambar 1

Gambar 2
5. Rak kayu Diperguna 2 Baik
kan untuk
penyimpan
an alat-alat
tulis anak,
media
pembelajar
an, buku

Gambar 1
32

Gambar 2
33

6. Kipas Diperguna 2 Baik


angina kan untuk
membuat
ruangan
kelas terasa
lebih sejuk.

Gambar 1

Gambar 2

10. AC (Air Untuk 2 Baik


Condition menyejuka
er) n ruangan

Gambar 1
34

Gambar 2
11. Box besar Untuk 3 Baik
penyimpan
an
alat/media
bermain
anak

12. Komputer Digunakan 1 Baik


untuk
menyusun
kegiatan
yang
berhubung
an dengan
lembaga
35

13. Karpet Digunakan 1 Baik


hanya
untuk
kegiatan
RW Melati
IV

11. Kulkas Digunakan 1 Baik


dan untuk
dispenser menyimpa
n makanan
dan tempat
minum
anak

4. Prasarana dan Sarana Outdoor BKB PAUD Melati IV

1) Jenis-jenis Prasarana terbuka/Outdoor Lembaga BKB


PAUD Melati IV
36

2.31 Prasarana Outdoor


Berdasarkan hasil observasi yang kami temui, BKB Paud Melati IV
tidak memiliki prasarana Outdoor. Karena diluar gedung BKB Paud Melati
IV sendiri sering digunakan menjadi lahan parkir kendaraan beroda empat
dan kurang aman untuk anak. Sehingga untuk meletakan alat permainan
outdoor, BKB PAUD Melati IV diletakan pada ruang indoor, dimana
ruangan belajar indoor tersebut diberi jarak untuk meletakan alat
permainan outdoor.

Fasilitas permainan di dalam dan di luar ruangan yang aman dan sehat
merupakan hal yang wajib ada pada lembaga Paud. Sedangkan dari hasil
temuan lapangan dan wawancara, fasilitas permainan outdoor di BKB
PAUD Melati IV sendiri berada didalam ruangan indoor, sehingga lembaga
BKB PAUD Melati IV tidak memiliki prasarana terbuka/outdoor yang
memadai.
37

BAB III

ANALISA TEMUAN LAPANGAN

A. Kurikulum

Setiap lembaga pendidikan pasti akan memiliki kurikulum yang


berguna sebagai acuan dalam proses pembelajaran dalam lembaganya, baik
itu proses belajar semester, bulanan, mingguan bahkan harian. Begitu juga
dengan BKB PAUD Melati IV, lembaga ini juga memiliki kurikulum yang
berguna sebagai pedoman atau acuan dalam proses pembelajaran.

Dalam buku Hilda L Jackman menyatakan bahwa

“Curriculum is a multilevel process that encompasses what


happens in an early education classroom each day, reflecting the
philosophy, goals, and objectives of the early childhood program”1.
Kurikulum merupakan suatu proses yang memiliki tingkatan
mencakup semua yang terjadi di dalam kelas setiap harinya yang
mencerminkan tujuan-tujuan program dari anak usia dini.

Selain itu dalam buku Decker and Decker menyatakan bahwa

“Curriculum is a way of helping teachers think about children and


organize the child's experience in the program setting. The long range goals
contained in a program rationale are explicitly defined in terms of curriculum
planning. These plan, including the activities, teaching-learning approaches,
and materials used in implementation, become the tools in realizing these
goals.”2.
Menurut buku Decker and Decker kurikulum berguna untuk
membantu guru dalam membuat perencanaan program pengalaman belajar
untuk anak terkait dengan kegiatan belajar, pendekatan saat proses belajar
mengajar serta bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan media

1
Hilda L Jackman, Early Education Curriculum A Child’s Connection to The World Fifth Edition,
Cengage Learning: Canada, 2012, hlm 35
2
Celia Anita Decker and John R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs,
Macmillan Publishing Company: United States America, 1992, hlm 266
38

pembelajaran. Selain itu dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20


Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19 menyatakan
bahwa, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu3.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu program


pembelajaran yang dirancang untuk membantu guru dalam mengembangkan
pengalaman anak melalui kegiatan selama berlangsungnya proses belajar yang
digunakan untuk mencapai tujuan dari program pendidikan anak usia dini.

1. Kurikulum Acuan

Berdasarkan informasi yang kami dapatkan melalui wawancara baik


dengan kepala sekolah maupun guru yang mengajar, bahwa BKB PAUD
Melati IV memiliki kurikulum acuan yaitu Kurikulum 2013 (kurtilas).
Pernyataan dari kepala sekolah dan guru ini di dukung dengan di
perlihatkannya dokumen-dokumen yang di punya sekolah terkait dengan
Kurikulum 2013. Dokumen yang di perlihatkan terkait Kurikulum 2013
berupa print out yang sudah di jilid yaitu Peraturan Menteri No. 84 Tahun
2014 (Pendirian Satuan PAUD), Peraturan Menteri No. 137 tahun 2014
(Standar Nasional PAUD), dan Peraturan Menteri No. 146 Tahun 2014
(Kurikulum 2013 PAUD). Kepala sekolah juga menyatakan bahwa guru-guru
yang mengajar sudah mengajar sesuai dengan tema yang terdapat di
Kurikulum 2013. Selanjutnya saat kami bertanya apakah ada kurikulum yang
dibuat sendiri oleh sekolah sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, baik
kepala sekolah maupun guru menyatakan tidak memiliki kurikulum sekolah
sehingga tidak ada dokumen yang berkaitan dengan kurikulum sekolah.

3
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL
39

Gambar 2.1
Peraturan Menteri

Suatu lembaga pendidikan sebaiknya memiliki kurikulum sebagai


acuan atau pedoman dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
setiap harinya. Acuan disini merupakan dasar dalam pembuatan kurikulum.
Kurikulum dibuat disesuaikan dengan khas atau karakteristik yang dimiliki
oleh sekolah yang bisa dilihat dari lingkungan sekitar sekolahnya, maka itu
bisa menjadi dasar kegiatan yang akan dirancang untuk proses pembelajaran.

Kurikulum acuan ialah ketentuan dasar bagaimana menyusun


program-program yang akan di laksanakan oleh sekolah untuk memberikan
berbagai pengalaman baru bagi peserta didik. Menurut Permendikbud no. 137
tahun 2014 pasal 3 ayat (1) Menyatakan bahwa Kurikulum PAUD disebut
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, ayat (2) Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini mengacu pada Standar Nasioanl Pendidikan Anak
Usia Dini, ayat (3) Kurikulum 2013 PAUD terdiri dari :

a. Kerangka dasar kurikulum,


b. Struktur kurikulum,
c. Pedoman deteksi dini tumbuh kembang anak,
d. Pedoman pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
40

e. Pedoman pembelajaran,
f. Pedoman penilaian,
g. Buku-buku panduan pendidik4.
Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 36 ayat 1 dan 2
menyatakan bahwa, (1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu
pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. (2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik5.

Dalam buku Decker and Decker mengatakan bahwa

“Such a curriculum came to be referred to as a "developmentally


appropriate curriculum". A developmentally appropriate curriculum focuses
on practices based on knowledge of how children develop, and thus, the
curriculum is viewed as a continuum from birth through age eight”6.
Kurikulum yang dibuat sekolah seharusnya berfokus pada setiap
perkembangan anak sesuai dengan tahapan usia anak sehingga kegiatan yang
di rancang dapat di lakukan oleh anak tanpa merasa kesulitan.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa dari


kurikulum acuan sebaiknya bisa di perbarui dan sesuaikan dengan kondisi di
lingkungan sekolah dan kondisi dari anak yang bersekolah di sekolah tersebut.
Selain itu juga pembuatan kurikulum sekolah juga harus memperhatikan
setiap perkembangan yang sesuai dengan tahapan usia anak. Dalam kurikulum
terdapat kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang di pilih
juga harus di sesuaikan dengan tahapan perkembangan anak sehingga tidak
ada anak yang mengalami kesulitan yang bisa mengakibatkan anak tidak

4
Permendikbud no. 146 Tahun 2014
5
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL

66
Celia Anita Decker and John R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs,
Macmillan Publishing Company: United States America, 1992, hlm 268
41

percaya diri saat melihat temannya lebih cepat menyelesaikan kegiatan yang
di berikan guru.

Solusi yang bisa kami berikan untuk BKB PAUD Melati IV adalah
dengan lebih menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 hanyalah sebagai acuan
untuk pembelajaran sehingga sekolah tidak terlalu jauh memiliki target yang
melampaui kemampuan anak. Sekolah juga bisa membuat kurikulum yang di
sesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan keadaan anak-anak yang
bersekolah disana serta sekolah juga harus melihat standar perkembangan
anak sesuai dengan usianya sehingga dalam membuat kegiatan pembelajaran
guru tidak membuat kegiatan yang terlalu sulit untuk usia anak.

2. Pendekatan Pembelajaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah beserta salah satu


guru dari kelompok kelas TK B di dapat informasi bahwa pendekatan
pembelajaran yang berlaku di BKB PAUD Melati IV yaitu berfokus pada
anak, yang mana ketika guru memberikan suatu kegiatan pembelajaran, guru
tidak memaksakan anak untuk melakukannya tetapi guru berusaha untuk
membimbing. Jika sudah di bimbing namun anak tetap tidak mau
melakukannya guru tidak akan memaksakan anak untuk menyelesaikan tugas
yang sudah di berikan, dan mengizinkan anak untuk melanjutkan di rumah.
Guru berpendapat jika anak di paksakan untuk melakukan apa yang di
perintah oleh guru maka anak semakin tidak mau melakukannya. Guru juga
mengatakan bahwa guru bukan hanya berdiri di depan kelas dekat dengan
papan tulis, tetapi guru juga berkeliling kelas untuk mengawasi anak dan
membantu anak-anak yang masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
penugasan yang guru berikan.

Untuk posisi duduk dalam belajar yang di dapat dari hasil wawancara,
guru menyatakan bahwa untuk kegiatan pembuka, anak dan guru akan duduk
42

melingkar, ketika sudah selesai maka anak-anak akan duduk di kursi yang
sudah di sediakan yang mana di bagian depan kelas terdapat papan tulis.

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan ternyata guru untuk


kelompok bermain berhalangan hadir, jadi yang menggantikan di kelompok
bermain adalah kepala sekolahnya. Saat memulai pembelajaran, guru
langsung berada di depan kelas karena kursi-kursi sudah di susun dengan rapi.
Guru mengawali kegiatan dengan bernyanyi, anak-anak bernyanyi dengan
duduk di kursi masing-masing dan guru berdiri di depan, barulah setelah
bernyanyi guru mengajak anak untuk duduk melingkar.

Gambar 2.2
Proses Pembelajaran di Kelompok Bermain
43

Gambar 2.3
Duduk Melingkar (circle time) di Kelompok Bermain
Observasi yang kami lakukan untuk kelompok TK A, saat memulai
pelajaran guru dan anak tidak duduk melingkar melainkan anak sudah duduk
di kursi masing-masing dan guru berada di depan kelas. Guru memang tidak
hanya berada di depan kelas, sesekali berjalan menghampiri anak namun
guru lebih sering berada di depan kelas ketika menjelaskan materi dan
setelah menjelaskan materi, guru memberikan tugas pada anak. Ketika anak
mengerjakan tugas yang sudah di berikan guru, guru lebih sering duduk di
depan kelas. Guru akan berjalan ketika ada anak yang berhenti mengerjakan
bahkan tidak mau mengerjakan.
44

Gambar 2.3
Proses Pembelajaran di TK A
Pendekatan pembelajaran merupakan hal penting dalam proses
belajar mengajar. W. Gulo (2002) menyatakan bahwa pendekatan
pembelajaran adalah cara pandang untuk mengupayakan murid agar mampu
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Perceival dan Ellington (1988)
juga menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran memiliki dua cara yaitu
pendekatan yang berorientasi pada guru (teacher oriented) dan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada murid (learner oriented)7.

Dalam buku Creative Curriculum di jelaskan bahwa “When the


curriculum encourages teachers to respect and value differences among
children cultural, linguistic, ethnic, ability, and gender and provides a way
to assess each child's individual strength, interests, and needs, then program
is more likely to be responsive to and appropriate for each child.”8 Yang
mana dari kurikulum yang sudah di buat maka guru harus menghargai setiap
perbedaan anak didiknya sehingga guru mampu menciptakan kegiatan
pembelajaran yang bisa menyediakan minat anak serta yang anak butuhkan.

7
Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ghalia Indonesia: Bogor, 2011,
hlm 75
8
Diane Trister Dodge dan Laura J. Colker, The Creative Cerriculum for Early Childhood, Teaching
Strategies: Washington DC, 2001. Hlm 19
45

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa guru dan kepala


sekolah yang mengajar sekolah BKB PAUD Melati IV belum sesuai dalam
proses pembelajaran, seharusnya baik guru maupun kepala sekolah bisa
lebih mengeksplore apa saja yang akan di pelajari setiap harinya sesuai
dengan tema yang sudah di buat. Setelah itu guru harus kreatif dalam
membuat media pembelajaran sehingga tidak hanya dari buku saja dan
kegiatannya juga beragam sehingga sesuai untuk setiap anak serta posisi
belajar juga harus di rubah sehingga tidak hanya guru yang menjadi fokus
pada proses pembelajaran.

Setelah melakukan observasi yang membaca teori solusi yang bisa


kami berikan adalah memberi pengetahuan tambahan untuk guru dan kepala
sekolah terkait dalam menata lingkungan belajar dan media yang digunakan
sehingga tidak hanya berfokus pada guru namun anak yang menjadi pusat
pada proses pembelajaran.

3. Struktur dan Muatan Kurikulum

Berdasarkan dokumen-dokumen yang di berikan oleh kepala sekolah


ketika melakukan wawancara dapat dilihat bahwa dalam program semester
sudah tersusun tema-tema pembelajaran yang akan di lakukan setiap
bulannya, dan dalam setiap tema memiliki kompetensi dasar sesuai dengan
aspek perkembangan anak usia dini yaitu nilai agama dan moral, sosial
emosi, fisik motorik, kognitif, bahasa, dan seni. Serta terdapat alokasi waktu
yang jelas dalam setiap tema yang sudah di buat, sebagai contoh pada
program semester dua terdapat tema bulanan tanaman yang memiliki sub
tema apel, bayam, mawar. Alokasi waktu setiap tema berbeda dan sudah
tercantum jelas dalam program semesternya yang di sediakan untuk
mempelajari tema ini di berikan selama dua minggu, dan guru mengatakan
bahwa pembelajaran di BKB PAUD Melati IV sudah mengikuti kurikulum
2013.
46

Untuk dokumen yang menjelaskan program semester I tidak ada. Di


dalam dokumen yang di berikan pada saat kami melakukan observasi hanya
terdapat program semester II, RPPM, dan RPPH. Saat observasi guru TK A
mengajarkan tentang bagian-bagian tubuh dan guru menyatakan bahwa guru
mengajar sesuai dengan buku. Buku yang di gunakan di BKB PAUD Melati
IV di dapat dengan cara membeli, dan terdapat buku-buku sesuai aspek
perkembangan ada buku tentang motorik, bahasa, kognitif, seni, dan
pembiasaan.

Dalam buku Creative Curriculum menyatakan bahwa

“When the curriculum is based on a knowledge of how children


grow and develop socially, emotionally, cognitively, and physically
then the activities, environment, schedule, and expectations for
children's behavior and learning are likely to be appropriate for the
children in the group.”9
Kurikulum yang disusun harus berdasarkan pada tumbuh kembang
anak, yang mana dalam setiap program yang tersusun harus terdapat aspek
sosial, emosional, kognitif, dan fisik. Jadwal yang di buat juga harus di
sesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan pada setiap harinya.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 PAUD Pasal 5
ayat 1 menyatakan struktur kurikulum PAUD memuat program-program
pengembangan yang mencakup :

a. nilai agama dan moral;


b. fisik-motorik;
c. kognitif;
d. bahasa;
e. sosial-emosional; dan

9
Ibid, hlm 19
47

f. seni10
Selain itu dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014 lampiran I tentang struktur
kurikulum menjelaskan terkait pengorganisasian muatan kurikulum,
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan lama belajar. Untuk muatan
kurikulumnya terdapat program untuk pengembangan nilai agama dan moral,
fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni. Pengembangan
semua aspek tersebut tersusun dalam Kompetensi Inti dan diturunkan ke
Kompetensi Dasar11.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa dalam


penyusunan kurikulum yang berkaitan dengan program-program yang
berkaitan dengan program semester sampai program harian harus mencakup
semua aspek perkembangan anak (nilai agama dan moral, sosial emosi, fisik
motorik, kognitif, bahasa, dan seni) sehingga semua aspek perkembangan
anak dapat terasah dengan baik sesuai dengan tingkatan kemampuan anak.

Solusi yang bisa di berikan pada BKB PAUD Melati IV adalah


pendalaman kurikulum 2013 PAUD yang di sesuaikan dengan kondisi
sekolah namun juga tidak lupa menjelaskan tentang aspek-aspek
perkembangan anak sesuai dengan tahapan usia anak.

4. Kalender Pendidikan

Saat melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan menanyakan


apakah BKB PAUD Melati IV memiliki kalender pendidikan secara tertulis,
kepala sekolah menyatakan bahwa dokumen yang berkaitan dengan kalender
pendidikan tersebut namun sedang di bawa oleh salah satu guru. Ketika
melakukan observasi ternyata di temukan kalender akademik yang di tempel
di ruang guru. Kalender akademik tersebut adalah kalender akademik dari

10
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014
11
Ibid,
48

dinas pendidikan daerah Jakarta. Kepala sekolah menyatakan bahwa BKB


PAUD Melati IV memiliki beberapa kegiatan tahunan seperti melakukan
manasik haji, acara hari kartini, acara hari kemerdekaan. Lalu setiap
bulannya rutin kegiatan posyandu dan kegiatan makan sehat di minggu ke
dua awal bulan untuk setiap kelompok (kelompok bermain, TK A, TK B).
Untuk kegiatan setiap minggunya ada kegiatan yang dilakukan rutin yaitu
kegiatan praktik sholat di masjid terdekat serta olahraga. Untuk penanggalan
kegiatan tidak ada tanggal khusus dan dilakukan fleksibel saja

Ketika observasi berlangsung jadwal masuk BKB PAUD Melati IV


sesuai dengan kalender akademik dari dinas pendidikan yaitu tanggal 16 Juli
2018. Namun pada hari pertama masuk sekolah bukan untuk belajar
mengajar melainkan untuk kegiatan posyandu yang memang rutin di lakukan
setiap bulannya oleh BKB PAUD Melati IV dan pada hari pertama juga di
gunakan untuk menerima murid baru yang orang tuanya baru mendaftarkan
anaknya.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 pasal 34 ayat 3 menyatakan bahwa setiap
satuan atau program memiliki kurikulum, kalender pendidikan, struktur
organisasi, tata tertib, dan kode etik12.

Dalam petunjuk teknis penyelenggaraan POS PAUD menjelaskan


kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran
anak selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun ajaran,
minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur 13 .
Kalender pendidikan juga berisikan tentang program-program kegiatan
tahunan termasuk perayaan hari libur nasional, puncak tema dan kegiatan
dari lembaga tersebut. Pada petunjuk teknis juga di jelaskan bahwa
pembuatan kalender pendidikan yang di sesuaikan dengan kondisi suatu

12
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014
13
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN POS PAUD, hlm 13
49

lembaga juga sangat di sarankan karena berguna sebagai acuan pengelola


dalam menyusun kegiatan belajar selama setahun serta untuk memberikan
informasi pada orang tua tentang berbagai kegiatan selama setahun
bersekolah.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembuatan


kalender pendidikan oleh lembaga pendidikan sangatlah penting yang mana
berguna sebagai pedoman kegiatan belajar selama setahun, baik dalam
kegiatan belajar harian, bulanan, puncak tema, bahkan kegiatan tahunan
sekolah serta kegiatan yang berkaitan dengan hari libur nasional.

Solusi yang bisa diberikan untuk BKB PAUD Melati IV adalah


memberikan pengarahan tentang pentingnya membuat kalender pendidikan
sekolah yang di sesuaikan dengan kondisi lembaga tersebut.

5. Perencanaan Pembelajaran

Melalui dokumen-dokumen yang di berikan oleh kepala sekolah saat


melakukan wawancara, terdapat perencanaan pembelajaran di BKB PAUD
Melati IV yang memiliki pembagian berdasarkan tema tertentu dan
tercantum dalam program semester.

Menurut Majid dalam jurnal Perencanaan Pembelajaran Kurikulum


2013 PAUD, bahwa perencanaan merupakan proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan
metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan14.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 137 tahun 2014 Bab V tentang standar proses pasal 11
yang mencakup tentang perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

14
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.
50

pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pengawasan pembelajaran.


Selanjutnya pada pasal 12 ayat 2 di jelaskan perencanaan pembelajaran
meliputi program semester (prosem), rencana pelaksanaan pembelajaran
mingguan (RPPM), rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)15.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan


pembelajaran memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran setiap
harinya yang mana tersusun dalam RPPH yang di turunkan dari RPPM dan
Prosem. Sehingga sekolah harus membuat perencanaan yang rinci terkait
dengan materi pembelajaran termasuk media yang di gunakan dan lamanya
kegiatan berlangsung.

Solusi yang bisa dilakukan untuk BKB PAUD Melati IV adalah


memberikan pengarahan dalam pembuatan program semester yang
diturunkan menjadi RPPM, barulah setelah itu dikembangkan menjadi RPPH
yang menjadi acuan belajar setiap harinya.

Berikut ini adalah temuan lapangan mengenai perencanaan


pembelajaran.

a. Program Tahunan

Berdasarkan informasi yang di dapat dengan melakukan wawancara


dengan kepala sekolah BKB PAUD Melati IV, terdapat program tahunan
yang rutin di laksanakan oleh lembaga ini seperti kegiatan manasik haji, hari
kartini, dan juga saat hari kemerdekaan. Lalu kepala sekolah memberikan
dokumen terkait dengan program tahunan. Dalam program tahunan
dijabarkan kegiatan yang akan di lakukan setiap bulannya dari bulan Juli
2017 sampai Juli 2018 salah satunya ada kegiatan perkenalan dan pertemuan
orang tua murid di awal tahun ajaran baru.

15
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014
51

Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun


ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar)
yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh
kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh
siswa16.
Setelah membaca teori di atas, dapat disimpulkan bahwa program
tahunan seharusnya di susun di awal tahun ajaran bahkan sebaiknya sebelum
memulai tahun ajaran baru sekolah sebaiknya sudah menyusun kegiatan
selama setahun agar lebih terencana dengan baik.
Solusi yang bisa di berikan adalah pengarahan tentang pembuatan
kegiatan program tahunan yang sesuai dengan perencanaan pembelajaran
yang akan berlaku selama setahun.
b. Program Semester

Berdasarkan dokumen-dokumen yang di berikan oleh kepala sekolah


sebagai bukti bahwa BKB PAUD Melati IV sudah memiliki program
semester secara tertulis. Hal ini di dukung dengan adanya print out untuk
program semester kedua berupa penjabaran enam tema besar yang akan di
lakukan setiap bulannya yaitu tema tanaman, tema profesi, tema transportasi,
tema komunikasi, tema rekreasi, dan yang terakhir tema alam semesta.
Berdasarkan dokumen yang di perlihatkan oleh kepala sekolah,
program bulanan akademik di BKB PAUD Melati IV sudah memilkitema-
tema setiap bulannya yang memiliki sub tema dalam setiap temanya. Tidak
hanya itu, alokasi waktunya untuk setiap tema juga sudah tertulis secara rinci.
Berikut ini penjabaran setiap temanya.

 Tema bulan Januari : Tanaman


Sub tema : Apel, Bayam, Mawar
Puncak tema : Cooking sayur
Alokasi waktu : 2 minggu

16
Wina Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
52

 Tema bulan Februari : Profesi


Sub tema : Guru, Polisi, Dokter
Puncak tema : Kunjungan atau pemeriksaan
Alokasi waktu : 4 minggu
 Tema bulan Maret : Transportasi
Sub tema : Sepeda, Kapal laut, Pesawat terbang
Puncak tema : Naik kapal laut
Alokasi waktu : 4 minggu
 Tema bulan April : Benda Langit
Sub tema : Matahari, Bintang
Puncak tema : Merasakan hangatnya sinar matahari
Alokasi waktu : 2 minggu
 Tema bulan Mei : Rekreasi
Sub tema : Pantai, Pegunungan, Taman Kota
Puncak tema : Rekreasi ke taman
Alokasi waktu : 4 minggu
 Tema bulan Juni : Komunikasi
Sub tema : Surat kabar, Televisi, Telepon, HP
Alokasi waktu : 4 minggu

Selain program bulanan akademik, kepala sekolah dan guru juga


mengatakan ketika wawancara bahwa setiap bulan juga ada kegiatan makan
bersama di setiap kelompok. Kegiatan ini setiap bulannya di lakukan melalui
keputusan bersama dengan orang tua. Jadi untuk kegiatan ini semua orang
tua dari setiap kelompok melakukan musyawarah dan jika sudah pasti
barulah di beritahu ke guru. Kegiatan ini di lakukan di minggu kedua setiap
bulannya. Orang tua yang memasak makanan sesuai dengan musyawarah
yang di lakukan orang tua di setiap kelompok.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 146 tahun 2014 menjelaskan bahwa program semester
53

terdapat dalam Dokumen II. Di dalam Dokumen II berisi program semester,


RPPM, RPPH. Untuk program semester ada tata cara penyusunannya yaitu
dengan menentukan tema, menentukan alokasi waktu, penentuan KD di
setiap tema. Tema yang di pilih harus yang dipilih dekat lingkungan anak,
memilih tema dari yang sederhana ke tema yang rumit, mempertimbangkan
setiap minat anak, tema harus mencakup semua aspek perkembangan anak17.

Berdasarkan teori dan temuan lapangan di atas dapat disimpulkan


bahwa BKB PAUD Melati IV sudah membuat program dengan baik jadi
perlu di pertahankan agar selalu membuat program semester sebelum tahun
ajaran baru agar kegiatan yang berlangsung selama dua semester akan
terlaksana dengan baik.

c. Program Mingguan

Dari hasil wawancara dengan guru kelompok TK A di dapat


informasi selain program berupa akademik yang sesuai dengan dokumen
yang di berikan terdapat juga program mingguan non akademik seperti
kegiatan olahraga dan kegiatan praktik sholat di masjid terdekat. Untuk
kegiatan olahraga, kelas kelompok bermain dapat melakukannya di luar
ruangan seperti berjalan keliling sekitar sekolah. Hal ini di dukung karena
untuk jam belajar kelas kelompok bermain yaitu pukul 08.00 jadi
memungkinkan untuk kegiatan olahraga. Sedangkan untuk kelompok kelas
TK A dan TK B, guru menyatakan bahwa hanya melakukan kegiatan senam
di dalam kelas di karenakan untuk kelompok kelas TK A dan TK B sudah
terik jadi lebih baik di lakukan di dalam ruangan.
Untuk program mingguan akademik sudah terperinci dengan jelas
materi-materi yang akan di ajarkan sesuai dengan kompetensi dasarnya serta
terdapat juga rencana kegiatan dalam menunjang pencapaian sesuai dengan
kompetensi dasar. Sebagai contoh untuk kompetensi dasar motorik materi

17
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014
54

yang di lakukan yaitu mengekspresikan diri melalui gambar dan untuk


kegiatannya adalah mewarnai gambar orang. Serta dalam RPPM di jelaskan
kegiatan di setiap harinya selama satu minggu.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 146 tahun 2014 di jelaskan bahwa RPPM disusun sebagai
acuan pembelajaran selama satu minggu. RPPM dapat berbentuk jaringan
tema atau format lain yang dikembangkan oleh satuan PAUD yang berisi
projek-projek yang akan dikembangkan menjadi kegiatan pembelajaran.
Pada akhir satu atau beberapa tema dapat dilaksanakan kegiatan puncak
tema untuk menunjukkan hasil belajar. Puncak tema dapat berupa kegiatan
antara lain membuat kue/makanan, makan bersama, pameran hasil karya,
pertunjukan, panen tanaman, dan kunjungan18.
Berdasarkan teori dan hasil temuan lapangan dapat disimpulkan jika
BKB PAUD Melati IV sudah membuat RPPM dengan cukup baik karena
sudah terdapat KD yang menjadi acuan, adanya materi pembelajaran dan
rencana kegiatan setiap harinya.
d. Program Harian

Berdasarkan dari dokumen yang di berikan oleh kepala sekolah,


untuk kegiatan harian sudah tertulis secara rinci dalam dokumen RPPH.
Dalam RPPH BKB PAUD Melati IV terdapat materi kegiatan, kegiatan
bermain apa saja yang akan di lakukan, alat dan bahan, dan serta susunan
kegiatan mulai dari pembukaan, inti, recalling, dan kegiatan penutup, serta
tidak lupa ada kegiatan penilaian.

Ketika melakukan wawancara dengan guru, guru menyatakan bahwa


untuk kegiatan setiap harinya bisa di lakukan sesuai dengan RPPH yang
sudah ada atau dengan melakukan secara spontan, karena kegiatan berfokus
pada anak. Guru juga menyatakan untuk kelompok TK B sudah mulai di
ajarkan membaca, tulis dan berhitung namun tidak terlalu di tekankan dan di

18
Ibid,
55

paksakan. Anak di kenalkan huruf, angka. Namun jika dalam kegiatan


menulis anak kesulitan dalam menulis, guru akan mencoba membantu tetapi
jika anak sudah tidak mau menulis maka guru tidak memaksakan anaknya.
Guru berpendapat bahwa pendidikan anak usia dini lebih menekankan
terhadap adaptasi, baik itu adaptasi dengan guru maupun dengan teman
sebayanya. Untuk adaptasi dengan guru, guru biasa melakukan kegiatan
bercerita ketika sedang bercerita sesuai tema terkadang anak suka bercerita
tentang yang anak lakukan sebelumnya, dan guru berusaha untuk mengajak
anak untuk kembali ke topik pembicaraan sesuai tema. Guru tidak
menyalahkan anak yang bercerita, guru akan mendengarkan terlebih dahulu,
jika sudah sekiranya cukup maka guru akan mengalihkan ke pembicaraan
awal.

Di BKB PAUD Melati IV terdapat tiga kelompok, yaitu KB (usia 2-3


tahun), TK A (usia 4-5 tahun), TK B (usia 5-6 tahun). Proses belajar yang di
lakukan setiap harinya di lakukan secara bergantian, untuk KB kegiatan
belajar mengajar di lakukan pukul 08.00-10.00, TK A pukul 10.00-12.00,
dan untuk TK B pukul 12.00-14.00 bahkan bisa lebih karena sudah kelas
transisi ke Sekolah Dasar jadi lebih banyak kegiatan akademiknya di
banding kegiatan bermainnya. Untuk kegiatan bernyanyi di TK B di lakukan
sebagai selingan ketika anak sudah mulai bosan atau jenuh. Dari guru juga
mendapat informasi bahwa ada beberapa orang tua yang meminta untuk di
lakukan belajar tambahan kegiatan membaca, tulis dan hitung sebagai
persiapan untuk ke Sekolah Dasar, namun tidak semua anak dan ini tidak
memaksakan anak.

Saat melakukan observasi ternyata saat proses pembelajaran di KB


tidak terlaksana dengan baik. Guru KB berhalangan hadir dan kepala sekolah
yang menggantikannya, saat di tanya akan belajar apa hari ini kepala sekolah
menjawab akan belajar mengenai hewan. Pada saat proses belajar tidak
terdapat media yang berkaitan dengan pembelajaran binatang. Guru hanya
56

melakukan tanya jawab terkait hewan sehingga pembelajaran tentang hewan


sangat tidak memiliki kesan pada anak.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 146 tahun 2014 RPPH disusun sebagai acuan
pembelajaran harian. Komponen RPPH meliputi antara lain: tema/sub
tema/sub- sub tema, kelompok usia, alokasi waktu, kegiatan belajar
(kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup), indikator
pencapaian perkembangan, penilaian perkembangan anak, serta media dan
sumber belajar.

Berdasarkan teori dan hasil temuan lapangan disimpulkan bahwa


pembelajaran di BKB PAUD Melati IV belum terlalu terencana dengan baik
sehingga untuk melaksanakan pembelajaran setiap harinya guru seperti tidak
mempersiapkan dengan baik dan lebih terkesan spontan tidak memiliki
tujuan.

Solusi yang bisa di berikan pada BKB PAUD Melati IV adalah


dengan mengajarkan pendalam dalam melaksanakan kegiatan yang sudah di
buat di RPPH. Untuk pembuatan RPPH sebaiknya di lakukan sebelum
adanya ajaran baru sehingga saat proses belajar di minggu pertama tetap ada
kegiatan terstruktur setiap harinya.

C. Sumber Daya Manusia di Lembaga PAUD

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berada di lembaga PAUD


haruslah meliputi pendidik dan tenaga kependidikan, anak didi (murid),
orang tua peserta didik, dan kemitraan yang terdapat di lembaga BKB
PAUD Melati IV.

Berdasarkan hasil wawancara di BKB PAUD Melati IV sudah


melaksanakan manajemen sumber daya manusia. Pelaksanaan manajemen
tersebut dipimpin oleh kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin
membebaskan setiap guru untuk melakukan sistem pembelajarannya yang
57

sesuai dengan karakteristik anak. Kepala sekolah tidak melakukan batasan


dalam setiap kegiatan yang dilasanakan di lembaga.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumber daya manusia dapat


diartikan sebagai sebuah potensi yang dimiliki oleh manusia yang dapat
dikembangkan untuk proses produksi. Sumber daya manusia yang ada di
sebuah lembaga haruslah memiliki potensi yang sesuai dengan bidang
pekerjaannya. Sedangkan menurut Bejamin Bukit dkk, sumber daya manusia
diartikan sebagai kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang
dimiliki individu, perilaku, dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan
lingkungannya, sedangkan dalam prestasi kerja dimotivasi oleh keinginan
utuk memenuhi kepuasannya. 19 Berdasarkan pemaparan tersebut dapat
disimpulkan bahwa sumber daya manusia merupakan sebuah potensi yang
dimiliki oleh manusia baik potensi fisik, pikiran dan kinerja. Potensi-potensi
tersebut dapat kelola hingga dapat bermanfaat bagi proses produksi sebuah
lembaga. Adanya sumber daya manusia yang mumpuni, maka lembaga akan
berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan oleh
lembaga. Untuk itu, dalam sebuah lembaga haruslah memiliki manajemen
yang mengatur sumber daya manusia di dalamnya.
Menurut Bejamin Bukit dalam kutipannya Edy Sutrisno (2012:6)
mengatakan bahwa Manajemen Suber Daya Manusia merupakan kegiatan
perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, serta penggunaan
sumber daya manusia untuk mencapai tujuan baik secara individu maupun
organisasi. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mempermudah pekerjaan yang
ada di dalam sebuahlembaga. Sedangkan Kaswan (2012: 6) mengatakan
bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan lain-lain. 20

19
Bajamin Bikur.Dkk, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Yogjakarta: Zahir Publishing,2017), Hal
2.
20
Ibid, Hal 11
58

Proses tersebut dijalankan sesuai dengan tahapan-tahapan manajerial yang


dimiliki di setiap lembaga.
Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya
Manusia diartikan sebagai seni dan ilmu mengatur hubngan dan peranan
tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya lembaga ,
karyawan, dan masyarakat. 21 Berdasarkan pemaparan di bersebut, dapat
dikatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu
komponen terpenting dalam sebuah lembaga. Manajemen Sumber Daya
Manusia ini merupakan suatu wadah dalam perencanaan, pengelolaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap kegiatan yang
dilakukan dalam sebuah lembaga. Dengan adanya Manajemen Sumber Daya
Manusia, maka kegiatan yang ada di lembaga akan berjalan dengan efektif
dan efisien.
Dalam sebuah lembaga pendidikan, manajemen sumber daya manusia
mencakup :
a. Perencanaan pegawai
b. Pengadaan pegawai
c. Pembinaan dan pengembangan pegawai
d. Kompensasi
e. Penilaian pegawai.22
1. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasiaonal Pasal 1 ayat 5 dan 6 menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebuyan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan tenaga, sedangkan kependidikan adalah anggota masyarakat
yang mengabdi diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan

21
Malayu.S.P, Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009). Hal 10
22
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Roskadara,2012), Hal 42
59

pendidikan. 23 Tenaga pendidik dan kependidikan merupakan keseluruhan


sumber daya manusia yang ada di lembaga PAUD yang memiliki peranan
dalam memberikan pelayanan bagi anak usia dini.

Sumber daya manusia di dalam lembaga kependidikan haruslah memiliki


pendidik dan tenaga kependidikan yang mumpuni. Sehingga di dalamya
harus memuat koponen-komponen penting seperti profil, cara perekrutan,
pembinaan dan pengembangan, dan pembehentian bagi pendidik dan tenaga
kependidikan. Dalam BKB PAUD Melati IV ini telah memuat komponen-
komponen tersebut sebagai berikut :

a. Profil Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Profil merupakan sebuah gambaran umum mengenai riwayat
data seseorang. Di dalam lembaga kependidikan, profil ini memuat
informasi-informasi umum mengenai pendidik dan tenaga
kependidikan yang adai di lembaga. Profil ini berguna untuk
membentuk sumber daya manusia yang berpotensi untuk
memajukan lembaga. Berikut profil pendidik dan tenaga
kependidikan yang berada di BKB PAUD Melati IV
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, bahwa pendidik
yang mengajar di PAUD ini merupakan lulusan SMA dan S1.
Pendidikan sarjana yang telah ditempuh oleh guru tersebut adalah
S1 dalam bidang komunikasi di PERBANAS. Sedangkan tenaga
pendidik lainnya merupakan lulusan SMA.

Tabel 2. Profil Pendidik

No. Nama Tenpat, Tanggal Lahir Tugas Alamat

23
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
ayat 5 dan 6
60

1. Lily Sri Apriyanti Jakarta, 17-04-1955 Kepala Jl. Tegalan I E No.


Sekolah 143 Rt 10/04,
Palmeriam,
Matraman, Jakarta
Timur, 13140
2. Lina Riawati Tg. Pinang 17-05- Guru Jl. Salemba Tegalan
1965 IV No. 149 Rt
008/04, Palmeriam,
Matraman, Jakarta
Timur, 13140
3. Poppy Anggriani Jsksrts, 05-04-1963 Guru Jl. Salemba Tegalan
III No. 284 Rt
003/04, Palmeriam,
Matraman, Jakarta
Timur, 13140
Dalam dunia pendidikan memerlukan figure yng berperan
penting dalam sebuah lembaga sekolah. Figure tersebut yang akan
membentuk dan mengembangkan kegiatan-kegaiatan
pembelajaran. Berdasarkan Peraturan Mentri No. 137 tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 24
ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa
“Pendidik anak usia dini merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan
menilai hasil pembeajaran, serta melakukan bimbingan,
pelatihan,, pengasuhan, dan perlindungan. Pedidik anak usia
dini terdiri atas guru inti, guru pendamping, dan guru
pedamping muda.”24
Adanya kualifikasi guru tersebut akan mempermudah
proses belaja mengajar yang dilakukan di seolah. Sedangkan

24
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 Tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Bab VII Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pasal
24 ayat 2
61

dalam buku Decker and Decker menyataan bahwa dalam sebuah


lembaga PAUD memiliki ketentuan pendidik bagi anak usia dini
sebagai berikut :

a. Early Childhood Teacher Assistant (Gueu Pembantu)


b. Early Childhood Associate Teacher (Guru Asuh)
c. Early Childhhood Teacher (Guru Inti)25
Kemampuan mengajar yang dimiliki oleh seorang pendidik
akan terlihat dan berpengaruh oleh latar belakang yang dimiliki.
Oleh karena itu dalam sebuah lembaga harusnya memiliki
kualifikasi akademik yang dapat mengajar di sekolah. Kualifikasi
akademik yang dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda
tergantung pada begian yang dibutuhkan. Setiap sekolah juga akan
menentukan kualifikasi akademiknya sendiri sesuai dengan
kebutuh dan lingkungannya.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 137 tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pasal 25 ayat 1 menyatakan
bahwa:
“Kualifikasi akademik seorang guru PAUD yaitu
memiliki ijazah D-IV atau S1 dalam bidang pendidikan
anak usia dini, dan kependidikan lainnya yang relevan
dengan sistem pendidikan anak usia dini, atau psikologi
yang diperoleh dari program studi terakreditasi, dan
memiliki sertifikast Pendidikan Profesi Guru (PGG)
PAUD dari perguruan tinggi yang terakrediatsi.”26

25
Celia Anita Decker and John R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs Fifth
Edition, ( New York: Macmilan Piblishing Company, 1992), Hal 110
26
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 Tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Bab VII Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pasal
25 ayat 1
62

Sedangkan kualifikasi guru pendamping dan pendamping muda


berada di bawah kualifikasi guru inti. Kualifikasi tersebut
sebagai penetapan standar bagi setiap lembaga PAUD.

Selain tenaga pedidik, dalam sebuah lembaga PAUD juga


terdapat tenaga kependidikan yang tidak kalah pentingnya.
Decker and Decker menyatakan bahwa

“Supporting program personnel provide services that


support or facilitate caregiving, and instructional
program; these include dientitians, medical staff,
psychologists, caseworkers, and maintenance staff”27
Tenaga kependidikan merupakan salah satu bagian yang akan
mebantu dalam penyelenggaraan pendidikan. Tenaga
kependidikan yang ada di lembaga PAUD akan membantu dalam
bidang administrasi, kebersihan, penataan lingkungan, dan lain
sebagainya. Adanya tenaga kependidikan di dalam sebuah
lembaga sekolah, maka penyelenggaraan kegiatan yang
dilakukan di sekolah akan berjalan dengan baik dan akan
terorganisir secara teratur.

Seorang pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di


lembaga PAUD haruslah memiliki kualfikasi yang baik.
Kualfikasi tersebut di tetapkan oleg pemerintah dan di jadikan
standar acuan bagi setiap lembaga sekolah. Kompetensi yang
ditetapkan oleh pemerintah ini adalah sebagai modal untuk guru
dan staff lainnya dalam melaksanakan proses kegiatan dan
pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan paparan di atas bahwa pendidik dan tenaga


kependidikan merupakan seorang yang ahli di dalam tugasnya
dan memiliki fungsi yang sangat penting dalam penyelenggaraan

27
Op.cit, Hal 110-111
63

kegiatan. Pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah haruslah


memiliki kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan agar
dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu
lembaga pnediidkan haruslah menjelaskan dan memaparkan
kualifikasi-kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan yang
sudah ada agar dapat memajukan lembaga PAUD.

Tenaga pendidik seharusnya memiliki kompetensi dan


kemampuan yang sesuai dengan bidang keahliannya. Pendidik
merupakan seorang tenaga yang ahli dalam tugasnya dan
memiliki fungsi yang sangat penting dalam melaksanakan
pengajaran bagi anak usia dini. Menurut Peraturan Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pasal
25 ayat 1 bahwa guru PAUD harus memiliki kualifikasi
pendidikan serendah-rendahnya D-IV dan S1 PG PAUD dan
kependidikan lainnya. Namun berdasarkan wawancara yang
didapat bahwa guru di BKB PAUD Melati IV ini merupakan
lulusan SMA dan Sarjana Komunikasi.

Membandingkan teori dan hasil wawancara, maka kualifikasi


guru yang berada di BKB PAUD Melati IV ini tidak sesuai
dengan teori yang ada. Tenaga pendidik yang mengajar di PAUD
ini tidak sesuai dengan bidang keahlian yang ditempuh. BKB
PAUD Melati IV ini belum memiliki tenaga pendidik dengan
kualifikasi lulusan sekurang-kurangnya D-IV atau S1 PG PAUD
dan kependidikan lainya. Berdasarkan hasil data lapangan bahwa
pencantuman data pendidik dan kependidikan belum lengkap.
Dalam data lapangan tidak tercantum pendidikan akhir yang
ditempuh oleh guru, sehingga orang tua tidak dapat mengetahui
bidang keahlian yang dimiliki oleh guru.
64

Sebaiknya BKB PAUD Melalti IV ini mencantumkan data


pendidikan terakhir dari setiap tenaga pendidik dan kependidikan.
Data tersebut berguna untuk melihat kualitas dan kuantitas
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah tersebut. Ketika
orang tua dan lingkungan sekitar mengetahui bahwa sekolah
tersebut memiliki guru dengan keahlian dibidangnya, maka
masyarakat akan lebih yakin dengan kualitas pendidik yang ada
di BKB PAUD Melati IV.

b. Perekrutan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, bahwa


tidak adanya perekrutan secara resmi atau tanpa syarat apapun.
Perekrutan bagi pendidik dan tenaga kependidikan di PAUD ini
dengan cara calon pendidik dan tenaga kependidikan
mengajukan diri untuk mengajar di BKB PAUD Melati IV ini.
Pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di PAUD ini
merupakan warga sekitar yang tergerak hatinya untuk mendidik
anak usia dini dengan baik. Warga yang mengajukan diri dengan
sukarela ini tidak mengharapkan gaji. Pedidik dan tenaga
kependidikan di BKB PAUD Melati IV ini dengan sukarela
mengajar demi mendidik dan memajukan anak bangsa menjadi
lebih baik.

Setelah pendidik dan tenaga kependidikan dengan sukarela


mengajukkan diri, sebelum melakukan kegiatan mengajar,
kepala sekolah memberi tahukan gambaran kegiatan dan situasi
yang ada di BKB PAUD Melati IV. Hal ini dilakukan oleh
kepala sekolah agar pendidik dan tenaga kependidikan dapat
nyaman dan dapat bekerjasama dengan baik. Calon guru yang
ingin mengajar di BKB PAUD Melati ini haruslah sudah
65

memahami perkembangan anak sehingga dapat mendidik anak


dengan tepat.

Sebelum mentukan penugasan (job descripsion), tahap awal


yang dilakukan adalah perekrutan. Perekrutan merupakan
pelaksanaan atau tahapan awal dengan tujuan mecari pendidik
dan tenaga kependidikan yang kompeten didalam bidangnya. Di
dalam sebuah lembaga pasti akan terjadi pergantian pegawaai.
Begitu juga sama halnya dengan lembaga pendidikan, dimana
terdapat adanya pergantian pendidik dan tenaga kependidikan,
baik mengundurkan diri ataupun penerimaan pendidikdan tenaga
kependidikan. Maka dari itu diperlukan perekrutan yang
dilakukan oleh pengelola lembaga.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rekrutmen
diartikan sebagai pengerahan, dimana pengerahan adalah sebuah
proses atau cara. Proses atau cara tersebut akan menunjukkan
kesiapan dari setiap pegawai yang bekerja di lembaga tersebut.
Sedangkan menurut Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson
rekrumen antara lain meliputi upaya pencarian sejumlah calon
pegawai atau karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah
28
tertentu. Upaya pencarian tersebut dilakukan oleh pihak
lembaga terutama kepala sekolah.
Kemudian Schermerhorn (1997) mendefinisikan bahwa
rekrutmen adalah proses penarikan sekelompok kandidat untuk
mengisi posisi yang lowong. Perekrutan yang efektif akan
membawa peluang pekerjaan kepada perhatian dari orang-orang
yang berkemampuan dan keterampilannya memenuhi spesifikasi

28
Nanang Nuyanta, Pengelolaan Sumber Daya Manusia (Tinjauan Rekrutmen dan Seleksi Aspek), Vol
1 No. 1, Hal 61
66

pekerjaan. 29 Dengan adanya perekrutan ini, maka akan terlihat


bagaimana kemampuan yang ada di dalam setiap calon pegawai.
Selanjutnya menurut Decker and Decker sebelum melakukan
perekrutan tenaga pendidk dan kependidikan, pemimpin atau
kepala sekolah dan pihak yang terkait harus menganalisis
kebutuhan tenaga kerja dan persyaratakn untuk perkerjaan
tertentu, kemudian menemukan prioritas atau bidang keahliannya
masing-masing pelamar.30
Berdasarkan hasil paparan diatas, dapat dikatakan bahwa
perekrutan tenaga pendidik dan tenaka kependidikan dilakukan
secara bertahap sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh
setiap lembaga. Sebelum menerima pegawai, lembaga akan
melakukan penyaringan atau pemilihan calon pendidik dan
tenaga kependidikan yang sesuai dengan kualifikasi yang
dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar setiap lembaga dapat
mengetahui kemampuan calom pegawai dan calon pegawai dapat
melakukan pekerjaannya dengan tanggung jawab penuh.
Membandingkan dari hasil teori dan temuan lapangan dapat
dikatanakn bahwa dalam melakukan perekrut pendidik dan
teanga kependidikan, sering kali berbagai lembaga sekolah tidak
melakukan prosedur atau langkah-langkah yang tepat dan jelas.
Proses perekrutan yang tidak tepat dan tidak jelas akan
mempengaruhi kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang
ada di sekolah. Namun karena kondisi administratif yang tidak
memadai, maka langkah-langkan perekrutan ini dapat menjadi
acuan bagi lembaga dalam melaksanakan penerimaan pedidik
dan tenaga kependidikan.

29
Ekki Wibisono D dan Rizka Ramayanti S, Makalah Manajemen Sumber Daya Manusia Rekrutmen
Sumber Daya Manusia, (Malang; Universitas Brawijaya, 2016), Hal 6
30
Celia Anita Decker dan John R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Program, (New
York: 1992), Hal 115
67

Sebaiknya BKB PAUD Melati IV ini memiliki acuan dalam


melakukan perekrutan tenaga pendidik dan kependidikan yang
akan bekerja di paud tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
penetapan pekerjaan sesuai dengan bidang keahlian dan
lingkungan yang ada di sekitar BKB PAUD Melati IV ini.
Dengan kondisi lemaga administratif yang tidak memadai, maka
kepala sekolah sebaiknya ikut melakukan penyaringan bagi calon
pedidik dan tenaga kependidikan yang melamar di BKB PAUD
Melati IV tersebut.
c. Pembinaan dan Pengembangan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah BKB


PAUD Melati IV, bahwa tenaga pendidik yang ada sudah
mengikuti pelatihan atau diklat pada bulan Maret 2018. Saat ini
para pendidik sedang menyusun laporan dan pertanggung
jawaban terhadap hasil pelatihan yang telah dilakukan.

Pembianaan dan pengembangan pendidik dan tenaga


kependidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
sekolah dalam meningkatkan kompetensi staff yang ada. Adanya
pembinaan yang dilakukan oleh lembaga merupakan upaya
dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan yang ada di lembaga. Menurut UU No. 14
tahun 2005 Pasal 32 tentang Dosen dan Guru menyatakan
bahwa pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan
dan pengembangan profesi dan karier. Pembinaan dan
pengembangan tersebut dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
68

sosial, konpetensi profesional, penugasan, kenaikan pangkat dan


promosi.31

Dalam jurnal yang ditulis oleh Abd. Aziz Hasibuan,


mengutip dari Satori (1989) menyatakan bahwa pembinaan
sebagai usaha yang sifatnya memberikan bantuan, dorongan, dan
kesempatan pada pegawai untuk meningkatkan profesinal kerja
mereka agar dapat melaksanakan tugas utamanya dengan lebih
baik. 32 Pembianaan ini dilakukan agar pendidik dan tenaga
kependidikan dapat meningkatkan kompetensi dan
kemampuannya dalam melakukan tugas. Sedangkan menurut
Decker and Decker pembinaan atau pengembangan staff
memiliki berbagai cara seperti Obervasi mengajar, diskusi,
obervasi anak, msyawarah individu work shop, konsultasi, dan
sumber profesional lainnya.33

Berdasarkan hasil pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa


pembinaan merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh pendidik dan
tenaga kependidikan. Peningkatan kompetensi ini berguna untuk
meningkatkan dan amemperbaiki mutu pembelajaran yang ada.
Dalam melakukan pembinaa dan pengembangan sumber daya
manusia ini memiliki tujuan agar setiap tenaga pendidik dan
kependidikan di lembaga paud memiliki wawasan dan kreatifitas
yang baik dalam mengajar.

Membandingkan teori dan hasil wawancara dapat dikatakan


bawha BKB PAUD Mealti IV telah melakukan pembinaan dan
pengembangan bagi guru yang ada. Guru yang mengajar di paud

31
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 32 ayai 1-4, Hal 15-16
32
Abd Aziz Hasibuan, Manajemen Pembinaan Profesi Dalam Peningkatan Kinerja Guru, (Jakarta:
2016), Vol 10 No. 1, Hal 3 / 124
33
Op.cit, Hal 127
69

tersebut telah mengikuti diklat dan meningkatkan kompetensi


yang dimiliki. Diklat tersebut telah dilaksanakan pada bulan
Maret 2018.

d. Pemberhentian Pendidik dan Tenaga Kependidikan

BKB PAUD Melati IV ini memiliki 2 tenaga pendidik dan 1


kepala sekolah. Sejak berdiri tahun 1997, jumlah tenaga pendidik
dan kependidikandi sekolah ini tidak berubah. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala sekolah bahwa tidak adanya
persyaratan yang ditentukan dalam pemberhentian pendidik dan
tenaga kependidikan.

Dalam proses pemberhentian pada umumnya memiliki


berbagai alasan yang diberikan oleh seorang pendidik dan tenaga
kependidikan. Berdasarkan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pasal 30 menyatakan bahwa pemberhentian guru
secara hormat dilakukan karena meninggal sunia, mencapai usia
pensiun. Atas permintaan, sakit jasmani dan/atau rohani sehingga
tidak dapat melaksanakan tugas secara baik, dan berakhirnya
perjanjian kerja. Namun adapun penjelasan tentang
pemberhentian guru secara tidak terhormat karena melanggar
aturan dan sumpah, melanggar perjanjian kerja, dan melalaikan
kewajibannya sebagai pendidik.34

Berdasarkan teori di atas dapat dikatakan bahwa


pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan
ketika guru melakukkan pelanggaran. Selain itu pemberhentian
pendidik dan tenaga kependidik juga dapat dilakukan atas
permintaan dari individu tersebut. Pemberhentian ini memiliki

34
UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 30
70

berbagai macam alasan yang diberikan dari seorang pendidik


datu tenaga kependidikan.

Membandingkan dari teori dan hasil wawancara, bahwa BKB


PAUD Melati IV melakukan pemberhentian terhadap
pegawainya atas permintaan dari individu tersebut. Hal ini
sejalan dengan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 30 yang menyatakan bahwa guru dapat berhenti secara
terhormat atas permintaan dengan memiliki alasan yang kuat.
Pendidik dan tenaga kependidikan yang mengundurkan diri
merupakan cara pemberhentian yang dilakukan secara terhormat.

2. Anak didik
Sumber Daya Manusia yang ada di dalam lembaga PAUD adalah anak
didik. Data yang harus ada dalam SDM anak didik ini diantaranya profil,
penerimaan peserta didik, pengelompokkan, penyusunan program dan
pengaturan kelulusan.
a. Profil Anak Didik
Peserta didik yang bersekolah di BKB PAUD Melati IV ini
merupakan warga yang berada di wilayah RW 04 Palmeriam,
Matraman. Data peserta didik diperoleh dari wawancara dan data
lapangan yang diberikan oleh Kepala Sekolah. Rentang usia yang
ada di BKB PAUD Melati IV ini berkisar 3-6 tahun.
71

Gambar
Buku Calon Peserta Didik
Berdasarkan data diatas bahwa jumlah peserta didik pada tahun
ajaran 2017/2018 di BKB PAUD Melati adalah 45 anak. peserta
didik tersebut dibedakan sesuai usia. Sedangkan berdasarkan data
lapangan pada tahun ajaran 2018/2019 jumlah peserta didik di
BKB PAUD Melati IV tersebut adalah 15 anak. Jumlah peserta
didik tersebut akan terus bertambah hingga penutupan pendaftaran.
Pada buku data peserta didik tersebut tetera nama, tempat dan
tanggal lahir, alamat, nama orang tua, dan terima/tolak.
Anak didik merupakan komponen utama dalam sebuah
lembaga pendidikan. Dalam jurnal yang ditulis oleh M. Ramli
menyatakan bahwa peserta didik merupakan masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. 35 Dalam sebuah lembaga sekolah haruslah
memiliki identitas diri atau profil dari peserta didik yang akan
belajar di sekolah tersebut. Dengan adanya data diri dari setiap

35
M. Ramli, Hakikat Pendidik dan Peserta Didik, 2015, Vol 5 No. 1, Hal 8 / 68
72

peserta didik, maka pengelompokan di dalam pembelajaran akan


lebih mudah.
Selain itu Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa perserta
didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik disuatu
lembaga pendidikan. 36Data diri peserta didik yang dimiliki oleh
sekolah juga dapat mengetahuo karakteristik dari setiap peserta
didik. Karakteristik tersebut dapat terlihat dari latar belakanng
orang tua setiap peserta didik. Ketika lembaga pendidikan
memiliki data tersebut, maka guru dapat menyesuaikan
pembelajaran yang akan diberikan kepada setiap peserta didik.
Sedangkan Abu Ahmad berpendapat bahwa peserta didik
merupakan sosok manusia sebagai individu atau pribadi yang
berusaha untuk tidak bergantun kepada orang lain dalam
menjalankan kegiatannya.37
Berdasarkan teori diatas dapat dikatakan bahwa peserta didik
merupakan tokoh utama dalam sebuah lembaga pendidikan. Setiap
peserta didik yang berada di lembaga sekolah sebaiknya memiliki
data diri yang valid. Data diri tersebut berguna untuk menyatakan
bahwa anak tersebut benar bersekolah di lebaga tersebut dan
meminimalisir kejahatan-kehjahatan yang ada di masyarakat.
Dengan demikian setiap lembaga sekolah memerlukan data
peserta didik yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
Membandingkan dari teori, hasil wawancara dan temuan
lapangan, dapat dikatakan bahwa BKB PAUD Melati IV ini sudah
memiliki pencatatan data peserta didik. Ketika melakukan
pendaftaran, setiap orang tua diwajibkan untuk melengkapi data-
data seperti Kartu Keluarga, KTP Orang tua, alamat, dan nomor
telepon. BKB PAUD Melati IV ini telah memiliki data yang valid

36
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: indeks, 2014), Hal 20
37
Ibid, Hal 21
73

dari setiap peserta didik yang besekolah di PAUD tersebut. Data


ini juga diperuntukkan bagi sekolah untuk mengurus kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik ketika melakukan
pembelajaran di luar ssekolah.
b. Penerimaan Anak Didik
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, cara
penerimaan perserta memiliki persyaratan tertentu seperti usia
anak. Usia yang di tentukan oleh BKB PAUD Melati IV ini
minimal 3 tahun. Warga di sekitar PAUD ini sudah mengetahui
bahwa RW 14 menyelenggarakan pendidikan untuk anak usia dini
sejak tahun 1997 dengan awall pembentukan pos yandu. Cara
mempromosikan PAUD ini adalah dengan mensosialisasikannya
pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh RW. Setelah itu
orang tua mengetahui bahwa RW 14 ini menyelenggarakan
pendidikan untuk anak usia dini, maka orang tua yang tertarik akan
mendaftarkan anaknya secara langsung dengan mengisi formulir.
Sekolah ini juga menerima anak ADHD. Pada saat pendaftaran
tidak adanya biaya yang di tentukan oleh pihak sekolah.
Berdasarkan data lapangan yang diperoleh pada tangga 18 Juli
2018, bahwa peserta didik yang diterima di BKB PAUD Melati IV
ini belum terlihat adanya anak ADHD. Ketika pendaftaran, orang
tua melengkapi data yang diminta oleh kepala sekolah yaitu foto
copy KTP orang tua dan formulit pendaftaran yang telah diisi.
Pada hakikatnya penerimaan peserta didik abru di sebuah
lembaga sekolah merupakan proses pencarian, menetapkan, dan
menarik pelamar yang mampu mejadi peserta didik.38 Penerimaan
peserta didik baru ini biasanya dilakukan diberbagai lembaga
sekolah dnegan melakukan penyeleksian dan penempatan calon
peserta didik baru yang sesuai. Oleh karena itu penerimaan peserta

38
Nizarman, Jurnal Manajemen Penerimaan Siswa Baru, Hal 4
74

didik baru ini perlu dilakukan berdasarkan konsep dan aturan yang
sesuai dan berlaku dalam penyelenggaraan pendidikan.
Penerimaan peserta didik merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan sekolah pada awal tahun ajaran baru. Dalam proses
penerimaan peserta didik ini, pihak sekolah hendakya dilakukan
secara baik hingga kegiatan pembelajaran dapat dilakukan. Saat
akan melakukan proses penerimaan peserta didik baru, sekolah
haruslah memiliki azaz-azaz yang harus diperhatikan. Azaz-azaz
tersebut antara lain :
1. Objektif
2. Transparan
3. Akuntabel
4. Kompetitif
5. Tidak diskriminaitf39

Yang dimaksud objektif adalah setiap peserta didik baru haruslah


memenuhi persyaratan secara umum yang ditetapkan oleh sekolah.
Transparan adalah setiap pemerimaan peserta didik baru haruslah
terbuka dan dapat diketahui oleh masyarakat. Akuntabel adalah
setiap penerimaan siswa baru dapat dipertanggung jawabkan
dengan sebaik mungkin kepada mmasyarakat. Kompettitf adalah
dilakukan melalui seleksi yang telah ditentukan oleh pihak sekolah.
Sedangkan tidak diskriminatif adalag dilaksanakan tanpa
membeda-bedakan RAS yang ada dari setiap peserta didik baru.
Azaz tersebut bertujuaan agar penerimaan peserta didik baru
memberikan kesempaan seluas-luasnya kepada masyarat dalam
memperoleh pendidikan yang baik.

Pada umumnya sebuah lembaga PAUD akan melakukan


penerimaan pesera didik baru. Tahapan yang biasa dilakukan oleh

39
Nizarman, Jurnal Manajemen Penerimaan Siswa Baru, Hal 2
75

pihak sekolah adalah menyiapkan formulir, melakukan tes


sederhana untuk melihat kesiapan anak, dan menetapkan biaya.
Hal ini haruslah diketahui dan dilakukan oleh setiap orang tua
peserta didik baru, agar pihak PAUD dapat mendata secara
bertahap.

Berdasarkan paparan di atas dapat dikatakan bahwa


penerimaan peserta didik baru dilakukan oleh setiap lembaga
sekolah. Penerimaan peserta didik baru ini memiliki azaz-azaz
yang harus dilakukan oleh setiap lebaga sekolah. Azaz-azaz ini
dilakukan agar setiap masyarakat mengetahui dan apat menilai
kesiapan sekolah serta anak dalam melaksanakan pembelajaran di
sekolah. Penerimaan peserta didik ini memiliki tujuan agar setiap
sekolah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
masyarakat dalam memperoleh pendidika yang layak.

Membendingkan dari hasil teori, hasil observasi, dan


wawancara, bahwa BKB PAUD Melati IV telah melakukan proses
penerimaan peserta didik sesuai dengan azaz yang ada. PAUD ini
juga telah melakukan pencatatan yang baik saat penerimaan
peserta didik baru. Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh BKB
PAUD Melati IV ini juga sudah baik. Tahapan-tahap tersebut
berupa pemberian formulir pendaftaran, melakukan DDTK, dan
membicarakan biaya yang akan dikeluarkan oleh orang tua peserta
didik. Namun hasil dari DDTK tesebut tidak diimbangi dengan
pengelompokkan peserta didik.
76

c. Pengelompokkan Anak Didik


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah,
pengelompokkan peserta didik di bagi berdasarkan 3 kelompok
yaitu KB, TK A dan TK B. Kelompok KB memiliki rentang usia
3-4 tahun, TK A memiliki rentang usia 4-5 tahun, dan TK B
memiliki rentang usia 5-6 tahun. Jumlah siswaa yang berada di
setiap kelompok berbeda, KB berjumlah 20 orang, TK A
berjumlah 25 orang, dan TK berjumlah 30 orang.
Berdasarkan hasil observasi lapangan pada tanggal 18 Juli
2018, pengelompokkan peserta didik pada tahun ajaran 2018/2019
hanya dibagi menjadi 2 kelas. Kelas tersebut adalah KB untuk usia
3-4 tahun dan TK 5-7 tahun. TK A dan TK B digaung menjadi satu,
dikarenakan peserta didik usia 6-7 tahun belum banyak yang
mendaftar di BKB PAUD Melati IV ini.
Pengelompokkan peserta didik marpakan kegiatan yang
dilakuakn dengan menggunakan sistem usia. Menurut William A.
Jeager mengatakan bahwa pengelompokkan peserta didik dapat
didasarkan pada fungsi integrasi dan fungsi perbedaan. 40 Fungsi
integrasi adalah pengelompokkan peserta didik yang didasarkan
pada kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh peserta didik.
Kesamaan-kesamaan ini dapat berupa usia atau kemampuan yang
dimiliki oleh peserta didik. Sednagkan fungsi perbedaan yaitu
pengelompokkan yang didasarkan pada perbedaan-perbedaan yang
dimiliki oleh peserta didik seperti minat, bakat dan lain sebagainya.
Menurut Decker and Decker pengelompokkan peserta didik
dibagi menjadi 2 yaitu size of grouping dan grouping pattern.41
Size Of Grouping merupakan pengelompokkan peserta didik

40
Op.Cit Hal 44/40
41
Celia Anita Decker dan John R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Program, (New
York: 1992), Hal 262-265
77

dengan cara melakukan perbandingan antara jumlah murid dan


guru yang akan mendampinginnya. Sedangkan Grouping Pattern
merupakan pengelompokkan peserta didik dengan melihat
kemampuan peserta didik atau usia dari setiap anak.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan Rapublik Indonesia No. 137 Tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 8 menyatakan
bahwa pengelompokkan bagi anak dibedakan berdasarkan usia.
Pasal tersebut menyatakan bahwa usia lahir hingga 2 tahun, usia 2-
4 tahun, dan usia 4-6 tahun. 42 Sistem pengelompokkan yang
dilakukan dalam proses belajar mengajar ini sangat berpengaruh
pada perkembangan dan kemampuan anak dalam menangkap dan
menerima informasi yang diberikan.
Berdasarkan kajian toeri di atas dapat dikatakan bahwa
pengelompkkan peserta didik dilakukan agar dapat membantu
anak dalam proses pembelajaaran. Pengelompokkan anak yang
sesuai akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan
kemampuan anak di dalam proses pembelajaran. Pengelompokkan
ini juga mempermudah guru dalam melakukan penngajaran,
karena guru telah mengetahui batasan dan kemampuan anak di
dalam kelas.
Membandingkan anatar teori, hasil observasi, dan wawancara,
bahwa BKB PAUD Melati IV ini sudah melakukan
pengelompokkan peserta didik berdasarkan usia. Pengelompokkan
ini dilakukan agar guru dapat melakukan pengajaran sesuai dengan
usia anak. Pengelompokkan yang dilakukan oleh BKB PAUD
Melati ini adalah KB dan TK. Dimana KB diperuntukkan bagi
anak berusia 3-4 tahun dan TK 4-7 tahun.

42
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini, pasal 8
78

Sebaiknya BKB PAUD Melati IV ini menggunakan hasil


DDTK tesebut dengan baik. Hasil DDTK tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan anak berdasarkan tingkat
perkembangan anak. Guru juga sebaiknya meggunakan hasil
DDTK tersebut unntuk menyesuaikan sistem pembelajaran dengan
kemampuan perkembangan anak.

d. Penyusunan Program Kegiatan Anak Didik


1) Masa Orientasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah
bahwa pada saat anak sudah diterima di BKB PAUD
Melati IV ini, guru melakukan masa orientasi untuk
memperkenalkan lingkungan dan suasana yang ada di
PAUD tersebut. Proses masa orientasi ini berlangsung
selama 1 hari agar anak dapat menyesuaikan diri di
lingkungan sekolah.
Berdasarkan hasil observasi lapangan pada tanggal 18
Juli 2018, masa orientasi peserta didik dilakukan pada hari
pertama sekolah. Dimana guru melakukan pengenalan dari
setiap anak dan memberi tahukan kegiatan yang akan
dilakukan anak. Pada masa orientasi ini guru juga sudah
memberikan materi dengan melakukan penugasan untuk
anak. Anak haruslah menulis dan mewarnai gambar yang
ada di buku. Buku-buku tesebut telah di sediakan dari
sekolah dan anak diminta mengerjakan sesuai dengan
perintah yang diberikan oleh guru.
Masa orientasi merupakan masa pengenalan bagi anak
terhadap lingkungan baru. Menurut Dewa Ketut Sukardi
(2000: 211) menyatakan bahwa “layanan orientasi adalah
bimbingan dan konseling yang memungkinan peserta didik
(terutama orang tua) memahami lingkungan (termasuk
79

sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk


mempermudah dan memperlancar berperannya peserta
didik dilingkungan yang baru ini.43
Masa orientasi merupakan tahap awal yang dilakuan
setiap peserta didik baru yang berada disetiap lembaga
sekolah. Masa orientasi ini merupakan masa pengenalan
lingkungan sekolah secara fisik. Masa orientasi bagi
peserta didik baru ini bertujuan agar :
1. Peserta didik mengerti dan menaatai peraturan yang
ada disekolah
2. Peserta didik dapat beradaptasi aktif dalam kegiatan
yang diselenggarakan oleh sekolah
3. Peserta didik siap menghadapi lingkungan sekolah
yang bari baik secara fisik, mental, dan emosional
4. Peserta didik merasa nyaman dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran44

Berdasarkan paparan di atas dapat dikatakan bahwa masa


orientasi dilakukan untuk mengenalkan lingkungan sekolah
kepada peserta didik baru. Masa orientasi ini dilakukan agar
peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekolah. Diharapkan pada masa orientasi ini, peserta didik siap
secara fisik, mental, dan emosi dalam melakukan kegiatan
belajar di sekolah.

Membangdingkan teori dan hasil temuan lapangan dapat


dikatakan bahwa BKB PAUD Melati IV ini sudah melakukan
masa orientasi bagi peserta didik baru. Masa orientasi ini

43
Risdiyanto Prayoga, PERANAN KEGIATAN MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK (MOPD)
DALAM MENYIAPKAN PESERTA DIDIK BARU DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK TAHUN
PELAJARAN 2015/2016, hal 22
44 44
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: indeks, 2014), Hal 96/44
80

dilaksanakan 1 hari. Namun berdasarkan hasil temuan


lapangan bahwa BKB PAUD Melati IV ini tidak melakukan
masa orientasi secara baik. Guru PAUD ini sudah memberikan
materi pembelajaran untuk anak sehingga anak terlihat tida
tertarik dan bosan dengan kegiatan yang dilakukan ketika hari
pertama sekolah.

Sebaiknya BKB PAUD Melati IV ini melakukan


penambahan jadwal masa orientasi kepada peserta didik baru.
Masa orientasi yang dilakukan dengan tujuan mengenalkan
lingkungan sekolah baik indoor maupun outdoor. Selain
pengenalan lingkungan fisik sekolah, gruu juga sebaiknya
melakukan pengenalan terhadap aturan-aturan yang diterapkan
di sekolah. Pembiasaan ini dilakukan agar anak terbiasa
dengan rutinitas yang ada di sekolah.

2) Rencana Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah
bahwa BKB PAUD Melati IV sudah memiliki, membuat,
dan menerapkan Program Semester, RPPM dan RPPH.
Rencana pembelajaran tersebut sudah di bukukan dan
disusun sesuai dengan urutan pembelajaran.
Berdasarkan temuan lapangan pada tanggal 18 Juli
2018, BKB PAUD Melati IV belum membuat perangkat
pembelajaran untuk tahun ajaran 2018/2019. Guru di
PAUD ini masih melanjutkan ProTa dan Prosem pada
tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru kelas, tim guru belum membuat RPPM dan RPPH
dikarenakan masih melanjutkan program yang telah di
rancang pada tahun sebelumnya.
81

Dalam menyusun rencana pemmbelajarnan untuk anak


usia dini, pada umumnya guru akan melihat kebutuhan
yang ada dari setiap perserta didik. Pada pendidikan anak
usia dini umumnya perencanaan kegiatan dibuat
berdasarkan tema dengan acuan kurikulum. Menurut Majid
perencanaan merupakan proses penyusunan materi
pembelajaran, membuat media, menggunakan pendekatan
dan metode pengajaran, serta memiliki penilaian atau
45
evaluasi. Perencanaa pembelajaran tersebut disusun
berdasarkan lanbgkah-langkah penyelesaian agar mencapai
tujuan yang diharapkan.
Pada umumnya, perangkat perencanaa pembelajaran
disebut sebagai kurikulum. Kurikulum ini merupakan
acuan yang digunakan oleh lembaga sekolah dalam
melakukan pembelajaran. Kurikulum dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berkenaan dengan pengumpulan,
pemilihan, dan analisis sejumlah informasi yang relevan
dari berbagai sumber dan mempersiapkan peserta didik
untuk menghadapi kehirupan sekaran dan masa yang akan
datang. 46 Kurikulum juga dapat diartikan sebagai rencana
tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki
berdasarkan tandar nasional, materi yang perlu dipelajari
dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk
mencapai kemampuan tersebut dan diperlukannya sebuah
evaluasi untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan
murid. 47 Lembaga sekolah yang memahami kurikulum,

45
Annisa Eka Fitri.dkk, Perencanaaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini,
(Bengkulu: 2017), Hal 3
46
Ibid, Hal 4
47
Haidar Putra D, dkk., Aplikasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Madrasah Aliyah Kecamatan
Medan Sunggal, (Medan: 2017), Vol 1 No. 2, Hal 140.
82

akan menyesuaikan kurikulum acuan dengan lingkungan


dan kebutuhan anak, sehingga pada umumnya kurikulum
tersebut diberi nama sesuai dengan lembaga sekolah.
“The curriculum consists of the knowledge and
skills to be acquired in the educational program as well
as the plans for experiences through which children’s
learning will take place, (Developmentally Appropriate
Practice in Early Childhood Programs, NAEYC
(2009)).”48
Pada pendidikan anak usia ini, perencanaan
pembelajaran tersebut pada umumnya disusun berdasarkan
kebutuhan tahunan, semester, RPPM, dan RPPH. Dimana
penyusunan ini disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan
lingkungan disekitarnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa
perencanaan pembelajaran merupakan sebuah acuan yang
dibuat untuk menyelaraskan sistem pebelajaran, lingkungan,
dan kebutuhan anak. Perencanaan pembelajaran ini disusun
berdasarkan langkah-langkah yang pasti agar tujuan yang
diharapkan tercapai. Perencanaan pembelajaaran ini biasa
disebut sebagai kurikulum. Kurikulum ini pada umumnya
dirancang berdasarkan kebutuhan tahunan, semester,
RPPM, dan RPPH.
Membandingkan teori dengan teman lapangan dan
wawancara, bahwa BKB PAUD Melati ini sudah membuat
perencanaan pembelajaran atau kurikulum. BKB PAUD
Melati ini sudah membuat Prota, Prosem, RPPM, dan
RPPH. Namun, pada tahun ajaran 2018/2019 ini BKB
PAUD Melati IV belum membuat dan mempersiapkan
rencana pembelajaran yang akan dilakukan. BKB PAUD
Melati IV ini hanya menyalin ulang rencana pembelajaran

48
http://earlylearningsuccess.net/curriculum-field-early-childhood-education/
83

yang ada pada Kurikulum 2013. Tidak ada penyesuaian


yang dilakukan oleh sekolah untuk menyetarakan proses
pembelajaran dengan kemampuan peserta didik dan
lingkungan sekolah.
Sebaiknya BKB PAUD Melati IV melakukan proses
perencanaan pembelajaran setiap tahunnya. Pembuatan
perangkat perencanaan pembelajaran tersebut dapat
mempermudah guru dalam melakukan proses pembelajaran.
Guru juga sebaiknya melakukan penyetaraan antara
kurikulum yang digunakan dengan kemampuan peserta
didik dan lingkungan sekolah.
3) Jadwal Kegiatan
Bedasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah,
bahwa BKB PAUD Melati IV ini memiliki jadwal kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di PAUD inii
dilaksanakan selama 5 kali pertemuan yaitu hari senin
hingga hari jum’at. Khusus kegiatan hari jum’at
dilaksanakan di masjid dekat PAUD yaitu dengan agenda
pembelajaran sholat, berwudhu, dan membaca iqra. Jam
pebelajaran yang diterapkan disesuaikan dengan kelompok
usia yaitu KB pukul 08.00-10.00, TK A pukul 10.00-12.00,
dan TK B 12.00-14.00. Materi pembelajaran yang
diajarkan setiap harinya berbeda sesuai dengna RPPH yang
sudah di buat.
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan mendukung
aspek perkembangan setiap anak. Hal ini dilakukan agar
pembelajaran yang diterapkan kepada anak sesuai dengan
hasil DDTKA yang dilakukan sebelum anak masuk ke
sekolah.
84

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala guru,


bahwa materi pembelajaran yang dilakukan setiap harinya
berbeda-beda sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh
guru kelas. Pada hari senin hingga hari rabu pembelajaran
yang diberikan oleh guru adalam memberikan materi
umum seperti matematika, bahasa, studi sosial, sains, dan
motorik halus. Materi tersebut dilakukan berdasarkan buku
yang dibeli oleh sekolah atau didapat dari pemerintah. Pada
hari kamis, materi pembelajaran yang dilakukan adalah
berolahraga. Olahraga yang biasa dilakukan adalah senam,
berjalan berkeliling lingkungan PAUD, dan bermain bola.
Pada hari jum’at, materi pembelajaran yang diberikan oleh
guru adalah materi agama atau imtaq, seperti shilat,
membaca iqra dan membava do’a-do’a sehari-hari.
Berdasarkan temuan lapangan pada tanggal 18 Juli
2018, kegiatan pembelajaran yang dilakukan berkisal 1-1,5
jam. Kelas KB dimulai pukul 08.00-09.00. Sedangkan
kelas TK dilaksanakan pada pukul 09.30-11.00.
Pengaturan jadwal kegiatan pada umumnya disebut
sebagai manajemen kelas. Manajemen kelas dipandang
sebagai proses mengorganisasikan segala sumber daya
kelas bagi terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan
49
efisien. Pembuatan jadwal kegiatan dilakukan untuk
mempermudah proses pembelajaran bagi setiap lembaga
sekolah.
Dalam pembuatan jadwal kegiatan di POS PAUD
dilakukan oleh bagian administrasi kegiatan PAUD. 50
Pembuatan jadwal kegiatan merupakan tugas pengelola dan

49
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: indeks, 2014), Hal 106
50
Petunjuk Teknis Pos PAUD tahun 2015, Hal 54
85

pendidik. Didalam jadwal kegiatan terdapat waktu untuk


pembiasaan-pembiasaan yang harus ditanamkan pada anak.
Mebandingkan teori, hasil wawancara, dan temuan
lapangan, dapat dikatakan bahwa BKB PAUD Melati IV
ini telah melakukan penjadwalan terhadap kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. Penjadwalan tersebut
sibuat berdasarkan usia anak. Jadwal yang dibuat terssebut
mempermudah proses belajar mengajar yang dilakukan di
sekolah.
4) Asesmen, Pencatatan Asesmen, dan Pelaporan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah


BKB PAUD Melati IV, bahwa guru-guru menggunakan
teknis asesmen anecdotal report dan raport. Asesmen yang
dilakukan berguna untuk melihat sampai dimana
perkembangan anak terjadi dan bagaimana menyikapi hasil
dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu


tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai. 51
Evaluasi yang dilakukan dilembaga sekolah merupakan
hasil pembelajaran yang telah dilakukan oleh peserta didik.
Pada lemabag PAUD proses evaluasi atau asesmen tersebut
dibuat berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan anak.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar, baik menggunakna instrumen tes
atau non tes. 52 Sedangkan evaluasi adalah suatu proses

51
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: indeks, 2014), Hal 61/54
52
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia 2011),
Hal 141
86

menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-


patokan tertentu untuk mencapai tujuan.53

Menurut Pasaribu dan Simanjuntak menyatakan bahwa


proses evaluasi memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.
54
Tujuan umum tersebut adalah mengumpulkan data yang
membuktikan taraf kemajuan peserta didik dalam mencapai
tujuan yang diharapkan, memungkinkan guru menilai
aktivitas yang didapat, dan menilai metode mengajar yang
digunakan. Sedangkan tujuan khusus adalag merangsang
kegiatan peserta didik, menentukan sebab-akibat kemajuan
atau kegagalan belajar peserta didik, dan memberikan
bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan,
dan bakat peserta didik.

Dalam melakukan asesmen anak usia dini, berbagai


cara dapat dilakukan oleh lembaga sekolah. Berbagai
macam jenis asesmen dapat digunakan oleh lembaga
sekolah. Jenis-jenis asesmen tersebut adalah rating scale,
ceklist, anecdotal record, time sampling, event sampling,
dan running record. Pada umumnya lembaga sekolah
menggunakan ceklist atau rating scale karena
mempermudah penilaian yang dilakukan oleh guru.

Berdasarkan teori di atas, dapat dikatakan bahwa


evaluasi pada pendidikan anak usia dini dilakukan dengan
melihat hasil capaian perkembangan anak. berbagai macam
metori asesmen yang dapat digunakan guru untuk melihat
hasil capaian perkembangan anak. Salah satu bentuk
catatan asesmen yang sering digunakan oleh guru adalah

53
Ibid, Hal 142
54
Ibid, Hal 61/54
87

rating scale. Rating scale ini dipilih oleh guru karena


mempermudah dan mempersingkat pencatatan hasil
perkembangan anak.

Membandingkan dari hasil teori dan hasil wawancara,


maka BKB PAUD ini sudah melakukan pencatatan
evaluasi atau asesmen untuk anak. Pencatatan asesmen
tersebut berbentuk anecdotal record. Hasil asesmen
tersebut dibagikan kepada orang tua setiap semester untuk
melaporkan tingkat capaian perkembangan pada anak.
BKB PAUD Melati IV ini menyebut catatan evaluasi
dengan raport.

e. Pengaturan Kelulusan Anak Didik


Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, bahwa
kegiatan kelulusan yang dilakukan oleh BKB PAUD Melati IV ini
dilakukan berdasarkan usia. Ketentuan usia yang akan lulus adalah
anak yang sudah berusia 6 tahun dan sudah tuntas melaksanakan
pembelajaran di sekolah.
Proses kelulusan adalah kegiatan yang dilakukan pada akhir
masa pembelajaran anak. Proses kelulusan ini merupakan sebuah
pernyataan yang dilakukan oleh sekolah terhadap anak yang telah
menyelesaikan program pendidikan dan dapat melanjutkan ke
jenjang berikutnya. 55 Pada umumnya pengaturan kelulusan ini
dilakukan berdasarkan tingkat capaian anak. Anak yang
dinyatakan lulus dari sebuah instansi pendidikan adalah anak yang
dianggap sudah mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 4 tahun 2018 tentang Penilaian Hasil

55
Ibid, Hal 69/56
88

Belajar Oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar Oleh


Pemerintah pasa 19 ayat 1 bahwa peserta didik yang dinyatakan
lulus dari satuan/program pendidikan setelah menyelesaikan
seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai sikap/ perilaku
minimal baik, dan telah menyelesaikan ujian sari satuan
pendidikan. Hal ini dapat dikataan bahwa setiap peserta didik yang
dinyatakan lulus haruslah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
Bedasarkan paparan di atas dapat dikatakan bahwa proses
kelulusan ditentukan ketika peserta didik sudah menyelesaikan
seluruh oembelajaran yang ada dan mampu untuk melanjutkan
kejenjang berikutnya. Proses kelulusan ini merupakan sebuah
pernyataan dari sekolah yang menyatakan bahwa peserta didik
tersebut telah layak untuk melanjutkan pendidikannya.
Membandingkan toeri dengan hasil wawancara, BKB PAUD
Melati IV sudah melakukan proses kelulusan anak yang sesuai
dengan tingkat pencapaian anak. BKB PAUD Melati IV ini
menentukan kelulusan anak dengan melihat usia dan kesiapan
belajar anak ke jenjang berikutnya.
3. Orang Tua Anak Didik
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pengertian orang tua merupakan
yang terdiri dari ayah dan ibu atau orang yang paling tua. Orang tua adalah
orang yang berperan penting pada pendidikan anak sejak dini. Orang tua
memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, dan membimbing
anak-anaknya untuk mencapai tahapan dimana anak bisa hidup
bersosialisasi. Anak memperoleh pengetahuan dari orang tuanya
dikarenakan orang tua yang menjadi contoh pertama yang dilihat anak.
Orang tua anak didik yang berada di BKB PAUD Melati IV ini
memiliki latar belakang daerah, pekerjaan yang berbeda, dan tingkat
pendidikan yang berbeda. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
89

sekolah mengenai profil umum orang tua dan bentuk keterlibatan yang
dilakukan oleh orang tua dijabarkan sebagai berikut :
a. Profil Umum Orang Tua Anak Didik
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, BKB
PAUD Melati IV sebagian besar orang tua anak didik bertempat
tinggal di kelurahan Palmeriam, Matraman. Orang tua anak didik
memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda yaitu Sekolah
Menengan Atas dan Sekolan Menengah Pertama. Namun ada juga
orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan diploma.
Selanjutnya orang tua anak didik juga memiliki latar belakang
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, ojek, karyawan, dan buruh.
Selanjutnya orang tua anak didik memiliki latar belakang
ekonomi menengah kebawah. Namun saat kami meminta data
menngenai orang tua anak didik, kepala sekolah mengatakan
bahwa data tersebut sedang dirapihkan sebagai pertanggung
jawaban dan pelaopran kepada pihak yang membantu. Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru kelas , ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung, orang tua mengunggu di depan kelas dan berbincang
satu sama lain.
Pada temuan hasil lapangan, latar belakang orang tua peserta
didik di lembaga PAUD berasal dari menengah ke bawah. Rata-rata
pendidikan orangtua peserta didik adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA) walau ada beberapa yang lulusan diploma. Pekerjaan orang
tua peserta didik adalah ibu rumah tangga, buruh, ojek, dan
karyawan.
Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan. Dan pasal 7 ayat 2
90

menjelaskan bahwa orang tua dari anak usia wajib belajar,


berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.56
Pendidikan awal yang anak adalah rumah. Di rumah anak dapat
belajar tentang pengetahuan dan perilaku yang sering dilakukan
oleh orang tua dan orang yang disekitanya. Selain di rumah, anak
juga belajar melalui kehidupan masyarakat. Sekolah menjadi
pendidikan kedua yang didapatkan anak. Walaupun sekolah tidak
memberikan sepenuhnya kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan anak sehingga diperlukan perhatian orang tua untuk
memberikan pemenuhan kebutuhan anak.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
beberapa orang yang terikat hubungan darah dan pernikahan,
berkumpul dan tinggal di satu tempat/atap dalam keadaan saling
ketergantungan dan bertanggung jawab terhadap pengasuhan,
perawatan dan pendidikan anak-anak mereka.
Berbagai macam latar belakang pendidikan orang tua tidak
membatasi mereka untuk mensekolahkan anaknya. Namun,
beberapa orang tua masih belum memahami pendidikan anak usia
dini. Banyak orang tua yang masih menemani anaknya bersekolah
dan menunggu anaknya.
b. Bentuk-Bentuk Keterlibatan Orang Tua Anak Didik Dengan
Lembaga PAUD (Parenting Program)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, orang tua
sangat dilibatkan dalam kegiatan sekolah. Orang tua membantu
dalam kegiatan-kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh pihak
sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti makan sehat, manasik
haji, serta merayakan hari-hari besar. Pada akhirnya sekolah
membentuk komite sebagai perwakilan dari orang tua anak didik.

56
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
91

Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, komite


tersebut berguna sebagai penampung aspirasi dan informasi.
Sebelum melakukan kegaiatan tahunan tesebut, pihak komite dan
pihak sekolah melakukan rapat agar tidak adanya kesalah pahaman
antara orang tua dan guru. Rapat tersebut pada umumnya berisikan
mengenai rencana dan pembiayaan kegiatan yang akan disepakati
oleh orang tua dan pihak sekolah.
Berdasarkan dengan observasi pada saat pembelajaran, orang
tua di PAUD ada beberapa yang menunggu di luar sambil
mengintip anaknya. Untuk kelas Kelompok Bermain, orang tuanya
ikut belajar di dalam kelas. Terlihat bahwa sebagian orang tua yang
mengobrol di dalam kelas.
Menurut UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 7 ayat 1 menjelaskan bahwa orang tua berhak
berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh
informasi tentang perkembangan pendidikan anak.
Orang tua berperan serta dalam menentukan masa depan anak
karena orang tua adalah orang yang memahami anak sedari kecil
sehingga untuk menentukan suatu sekolah maka orang tualah yang
memilihkan sekolah tersebut untuk perkembangan anak. Orang tua
mengetahui satuan pendidikan yang akan dimasuki anak untuk
bersekolah. Orang tua juga berhak untuk mengetahui perkembangan
anak melalui laporan yang dilakukan sekolah.
. Menurut Decker and Decker orang tua harus dilibatkan
menjadi bagian dari sebagai berikut :
1. Orang tua sebagai Komite Penasihat Kebijakan dan Dewan Direktur
Many early childhood program include parents as member of
planning and advisory groups, for example, parents serve as
member of Head Start policy groups. Including parents in planning
and advisory group is in accordance with the democratic principles
92

of citizen’s rights and responbilities in formulating public policy,


works as a two-way public relation committee and constitutes a
partnership between professional and nonprofessional persons.57
Beberapa program anak usia sini termasuk orang tua sebagai
anggota dalam merencanakan dan penasehat, sebagai contoh, orang
tua membantu sebagai anggota kelompok kebijakan Head Start.
Termasuk orang tua dalam kelompok untuk merencanakan dan
kebijakan sesuai dengan prinsip demokrasi dari keteraturan rakyat
sipil dan tanggung jawab dalam merancang kebijakan umum,
bekerja sebagai dua pihak yaitu komite public relasi dan
menegakkan kerja sama antara professional dan orang yang tidak
professional.
2. Orang Tua sebagai voluntir
Peran orang tua sebagai voluntir menurut Decker and Decker adalah
For a volunteer program to work, the administrator must support
the program by providing general guidance in planning, although
parents can organize and operate the program itself. In effective
program, all parents are given a chance to participate, a choice of
roles, and the freedom to determine the extent of their
participation.58
Peran orang tua di dalam sekolah terbagi menjadi 2 yaitu
Komite Sekolah/ Dewan Direktur dan Voluntir. Fungsi orang tua di
dalam Komite Sekolah adalah untuk terlibat dalam pembuatan
aturan di dalam sekolah yang disesuaikan dengan budaya
masyarakat disekitarnya dan aturan yang diberlakukan Pemerintah.
Bahkan Komite Sekolah juga dapat menentukan kegiatan sekolah
dalam satu tahun. Peran orang tua sebagai voluntir untuk membantu

57
Celia Anita Decker and Jhon R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Program Fifth
Edition, Macmillan Publishing Company, United States 1992, hlm 380
58
Ibid., hlm. 381
93

pekerjaan guru. Orang tua bisa menjadi guru dalam pembelajaran


anak untuk merasakan bagaimana menjadi seorang guru.
Keterlibatan orang tua dalam program anak usia dini memiliki
keuntungan untuk berbagai pihak, yaitu program, anak dan orang
tua Menurut Decker and Decker adalah
Benefits for Program
1. Parent involvement frequently enables the school to comply with
federal and/or state guideliness.
2. Through parent involvement, schools achieve a better a adult-child
ratio.
3. Parents can serve as resource people. Their special talents and
interest can be useful to the program
4. Parents have a unique empathy in explaining the program’s
services and problems to other parents.
5. In addition to sharing teaching responbilities with profesionals in
the classroom and in the home, parents can serve as program
decision makers.
6. When parents are available to “ explain” the child’s culture to the
teacher, the teacher may become more empthatic.
7. Parents have a chance to see the other children of the same age and
gain a more realistic picture of their child’s strength and weakness.

Benefits for child

1. More quality adult attention increases the change for greater


achievement.
2. Children see their parents in new roles and can see that parents
and staff are working together for them.
3. Parent assistance in the early childhood program can enhance
program quality, a benefit to the child.

Benefits for Parent


94

1. Participation in early childhood program can enhance the parents’


feelings of self-worth and contribute to increased education and
employment.
2. Parent-education program can help parents gain confidence as a
parent.
3. As parent become more effective with their children and within
their families, they become more involved in the schools.
4. Parents may even become an early childhood program’s strongest
advocates.

Keuntungan dalam keterlibatan orang tua memiliki pengaruh


terhadap program, anak dan orang tua. Keterlibatan orang tua akan
menghasilkan program yang sesuai dengan perkembangan anak
dikarenakan orang tua mengetahui cara apa yang sesuai untuk anak
pada saat di sekolah. Orang tua diberikan pengetahuan mengenai
perkembangan anak sehingga orang tua juga mengetahui stimulus
apa yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak pada saat di
rumah. Apabila orang tua mengetahui pengetahuan mengenai
PAUD maka orang tua menjadi rekan kerja karena mereka bisa
mengungkapkan pendapat mengenai program yang dilakukan
sekolah. Orang tua juga bisa menjadi voluntir untuk membantu guru
misalkan untuk mengajar anak-anak.

Forming partnership with parents is an ecologies approach to


involving, teaching, and supporting families; to enhancing the total
experience of children through increased interactions and
continuity between the home and the center; to enriching the
program through parents’ participation and contribution.59

59
Carol E. Castron and Jan Allen, Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model Second Edition
( New Jersey : Prentice Hall, Inc , 1999) hlm, 76
95

Membentuk kerja sama dengan orang tua akan menghasilkan


sebuah hubungan yang akan menghasilkan sebuah program yang
mendalami pengalaman pembelajaran anak. Pembelajaran anak
akan semakin dikuatkan apabila pembelajaran tak hanya dilakukan
di sekolah tetapi juga di rumah sehingga peran orang tua dalam
partisipasi pembelajaran semakin terlihat.

Kyle and Mclnyte (2000) believe that to educate effectively,


teachers must reach out to student’s families in ways not
traditionally imagined, and bridge the ever-widening gap between
home and school so that children realize they are known, care
about, and expected to achieve.60

Komunikasi yang dilakukan guru mengenai perkembangan anak


harus mendekati orang tuanya. Guru memiliki bahasa yang efektif
saat berbicara dengan orang tua sehingga jarak antara sekolah dan
rumah menjadi lebih dekat. Dengan adanya jarak yang dekat maka
kerja sama dalam memberikan pendidikan terhadap anak akan
semakin optimal dan anak merasakan bahwa dirinya dipedulikan
oleh guru dan orang tua.

Winkleman surveyed student teachers who soon would become


new elementary school teachers. He found their anxieties about
parents centered in four general areas :61

1. Defending curriculum and teaching practices


2. Involving families in their child’s education
3. Deciding how much family participation they really wanted in their
classroom
4. Communicating about children’s problems and weaknesses.

60
Jeanne M. Machado and Helen Meyer- Botharescue, Student Teaching : Early Childhood Practicum
Guide 5th Edition ( Thomson Learning, 2005), hlm. 393
61
Ibid., hlm. 394
96

Orang tua berperan dalam 4 fungsi yaitu memperjuangkan


kurikulum dan pelatihan mengajar, melibatkan keluarga dalam
pendidikan anak, menentukan berapa banyak orang tua yang
berpartisipasi dalam kelas dan mengkomunikasikan masalah dan
kelemahan anak. Pentingnya keterlibatan orang tua untuk
memberikan saran kepada masalah yang sedang dihadapi oleh anak.

Berdasarkan dengan kutipan-kutipan diatas bahwa peran orang


tua adalah sebagai rekan guru karena orang tua berhak mengetahui
perkembangan anak. Untuk dapat mencapai tingkat perkembangan
anak maka dibutuhkan kerja sama antara guru dengan orang tua
dalam membuat sebuah pembelajaran yang bisa meningkatkan
perkembangan anak. Komite yang dibentuk oleh sekolah menjadi
bagian dari sekolah. Komite menjadi perwakilan untuk
menampung aspirasi dan pendapat dari orang tua murid sehingga
akan menghasilkan sebuah rancangan untuk pelaksanaan program
pembelajaran anak.

Kerja sama yang dilakukan oleh guru dan orang tua memiliki
berbagai keuntungan dan salah satunya berdampak pada anak. Anak
akan mempelajari banyak hal melalui kegiatan belajar yang
dilakukan oleh orang tua dan guru. Anak akan mencapai
perkembangan sesuai dengan usianya berdasarkan dengan strategi
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi anak. Orang tua juga
bisa menjadi voluntir dalam membantu guru dalam mengajar di
kelas atau mengatur setting kelas sebelum anak belajar. Keterlibatan
orang tua akan menghasilkan keuntungan baik pihak sekolah
ataupun anak.

Berdasarkan dengan perbandingan analisa teori dan temuan


lapangan bahwa keterlibatan orang tua dengan Lembaga PAUD
tidak sesuai karena pembentukan Komite sekolah di BKB PAUD
97

Melati IV hanya bertugas sebagai organisasi yang mengatur uang


untuk melakukan kegiatan padahal seharusnya Komite bisa
berperan menjadi bagian dari pembentukan aturan di sekolah dan
program pembelajaran. Keterlibatan orang tua tidak terlalu terlihat
dalam pembelajaran. Mereka hanya menjadi masuk ke dalam kelas
dan berbicara satu sama lain. Bahkan orang tua yang diluar kelas
menjadi pengamat saat anaknya belajar.

Solusi untuk permasalahan ini adalah memberikan guru dan


orang tua untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam
satuan pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini. Diadakan
sebuah program parenting mengenai keterlibatan orang tua dalam
pendidikan anak di sekolah.

4. Hubungan Kemitraan Lembaga PAUD


Kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara
dua pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu
bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh hasil
yang lebih baik. Membangun Jejaring Kerja (kemitraan) pada hakekatnya
adalah sebuah proses membangun komunikasi atau hubungan, berbagi ide,
informasi dan sumber daya atas dasar saling percaya (trust) dan saling
menguntungkan diantara pihak-pihak yang bermitra yang dituangkan dalam
bentuk nota kesepahaman atau kesepakatan guna mencapai kesuksesan
bersama yang lebih besar.
Pada aspek manajemen, makna kemitraan adalah untuk
mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang
tidak bisa dicapai apabila satu individu bertindak sendiri. Sehingga ada 2
(dua) hal yang menjadi pusat perhatian yaitu : Pertama, peningkata
98

produktivitas individu yang melaksnakan kerja, dan Kedua, peningkatan


produktivitas organisasi di dalam kerja yang dilaksanakan.62
Dalam lembaga PAUD adanya hubungan kemitraan yang dilakukan
dapat mempermudah proses kegiatan yang akan dilaksanakan. BKB PAUD
Melati IV ini memiliki bentuk hubungan kemitraan yang dilakukan dengan
instansi terkait dan organisasi kemasyarakata.
c. Bentuk-Bentuk Hubungan Kemitraan Lembaga PAUD dengan
Instansi Terkait
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, BKB
PAUD Melati IV memiliki hubungan kemitraan dengan instansi
terkait, yakni Susu Morinaga, posyandu RW 14, dan organisasi
lainnya yang bergerak di RW 14 . Kemitraan ini terjalin karena
adanya pertukaran informasi yang dilakukan oleh kedua belah
pihak. Susu Morinaga sebagai sarana untuk membantu kegiatan
yang ada di sekolah dengan memberikan sponsor berupa hadiah.
Sedangkan posyandu memberikan informasi mengenai kesehatan
dan DDTK yang harus dilakukan sebelum memberikan
pembelajaran untuk anak.
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik- Integratif menyebutkan
penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia dini secara
holistik integratif dilakukan dengan peningkatan koordinasi dan
kerja sama lintas sektor serta kemitraan antara institusi pemerintah,
lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait, baik lokal,
nasional, dan internasional, juga pelibatan masyarakat termasuk
dunia usaha dan media massa.63

62
Herlina, Urgensi Kemitraan Bagi Pengembangan Lembaga Pendidikan Non Formal, Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Mataram, 2018, hlm. 4
63
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
99

Untuk meningkatkan pelayanan yang disusun dalam program


untuk pendidikan anak usia dini membutuhkan kerja sama antara
satuan pendidikan dengan organisasi terkait.
Pada saat instansi/lembaga/atau negara menjalin kerja sama
dengan mitra, sekolah juga telah menekankan prinsip kemitraan
yaitu sekolah dengan mitra ditekankan untuk saling mengisi
kekurangan masing-masing, bukan malah merasa lebih unggul dari
mitra.64
Kemitraan yang dilakukan oleh sekolah dengan sebuah instansi
harus melihat sejauh mana kebutuhan sekolah. Sehingga tujuan
kemitraan akan berjalan lancar dalam rangka meningkatkan
kualitas sebuah sekolah. Pihak yang tergabung dalam kemitraan
saling memberikan bantuan untuk memenuhi tujuan dari kemitraan.
Berdasarkan dengan kutipan-kutipan diatas, bahwa kemitraan
satuan pendidikan dengan instansi terkait bahwa kemitraan yang
dilakukan akan memberikan sebuah dana atau bantuan dari instansi
kepada satuan pendidikan. Salah satu kemajuan satuan pendidikan
dapat melalui bantuan yang diberikan oleh instansi terkait. Itu
sebabnya kemitraan antara satuan pendidikan dengan instansi
terkait sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan di
satuan pendidikan anak usia dini.
Berdasarkan dengan perbandingan antara teori dan temuan
lapangan bahwa, kemitraan antara satuan pendidikan dan instansi
terkait sudah sesuai. Pihak morinaga membantu BKB PAUD
Melati IV berupa barang yang terpakai oleh paud tersebut.

64
Yunida Cahya Kinanti, KEMITRAAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 2 YOGYAKARTA, Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 5 Vol. V Tahun
2016,hlm. 484
100

d. Bentuk-Bentuk Hubungan Kemitraan Lembaga PAUD dengan


Organisasi Kemasyarakatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah BKB


PAUD Melati IV memiliki hubungan kemitraan dengan organisasi
kemasyarakatan. Organisasi kemasyarakatan tersebut bergabung
dengan RW dan dengan sukarela membantu kebutuhan lembaga
PAUD tersebut. Organisasi kemasyarakatan tersebut dikelola oleh
RW. Semua pelaksanaan kegiatan tersebut mendapat dukungan
baik berupa pendanaan atau peralatan untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar.

Kemitraan antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat


dalam membangun ekosistem pendidikan sejalan dengan visi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu terbentuknya insan
serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan
berlandaskan gotong royong.65

Kemitraan yang dilakukan sekolah untuk memberikan pendidikan


kepada anak tidak hanya bekerja sama dengan anak tetapi juga
masyarakat. Masyarakat juga memiliki peran penting untuk
pendidikan anak usia dini. Masyarakat juga berhak untuk memberikan
contoh yang baik untuk anak dan ikut berkontribusi pada pendidikan
anak usia dini sehingga akan menghasilkan lingkungan yang baik
untuk anak.

Kemitraan tri sentra pendidikan adalah upaya kerjasama antara


satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat yang berlandaskan
pada azas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya,
saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam

65
Petunjuk Teknis Kemitraan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Dengan Keluarga dan Masyarakat,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016, hlm. 2
101

membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter


dan budaya prestasi peserta didik.66

Kemitraan yang dilakukan oleh satuan pendidikan, keluarga


dan masyarakat harus bersifat gotong royong untuk membangun
sebuah pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak.
Bentuk kemitraan yang dilakukan satuan PAUD dengan keluarga
dan masyarakat menggunakan bentuk komunikasi dua arah
bertujuan untuk mendapat informasi dan masukan tentang
perkembangan peserta didik, baik dari keluarga kepada satuan
PAUD ataupun sebaliknya. Hal ini untuk bertukar informasi
mengenai satuan pendidikan dari hal program pembelajaran,
pembiayaan yang dibutuhkan, perkembangan anak dan sebagainya.

Teori Ki Hajar Dewantara di dalam jurnal Interaksi Tiga Pilar


Dasar Pendidikan Anak Usia Dini mengenai tiga pilar pendidikan
yang terdiri dari: (1) keluarga; 2) sekolah dan (3) masyarakat,
maka tergolong dalam bentuk keluarga dan masyarakat. Peran
orang tua sebagai anggota yang paling dominan dalam suatu
kelompok masyarakat terkecil, di tuntut partisipasinya terhadap
lembaga pendidikan anak usia dini, wujud kepedulian dan
tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anak.67

Sudjana (2003) mengemukakan bahwa PKBM memiliki fungsi


sebagai tempat pembelajaran kepada warga masyarakat,
melakukan koordinasi dalam memanfaatkan potensi-potensi di
masyarakat, menyediakan informasi kepada anggota masyarakat
yang membutuhkan keterampilan fungsional atau kecakapan hidup,
menjadi ajang pertukaran ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan

66
Ibid., hlm. 5
67
Ummu Saadah, Interaksi Tiga Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Nonformal
Volume 13, No. 1, Maret 2018, hlm. 28
102

keterampilan di antara anggota masyarakat, dan menjadi tempat


untuk upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
tertentu bagi warga masyarakat yang membutuhkan.68

Salah satu program untuk memberikan pengetahuan kepada


warga adalah PKBM. PKBM ini sebagai wujud untuk menyediaka
informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan
masyarakat. Dengan adanya program ini bisa menjadi

.Berdasarkan dengan kutipan-kutipan diatas bahwa kemitraan


yang dilakukan satuan pendidikan tidak hanya dilakukan dengan
keluarga atau orang tua tetapi juga masyarakat terutama organisasi
yang dibentuk di dalam masyarakat. Adanya kemitraan ini untuk
memajukan satuan pendidikan menjadi lebih baik. Kemitraan yang
dilakukan adalah saling memberikan bantuan, bertukar informasi
untuk meningkatkan mutu satuan pendidikan anak usia dini.
Kemitraan yang dilakukan satuan pendidikan dengan organisasi
kemasyarakatan bersifat gotong royong sehingga Kepala Sekolah
dan guru bisa merundingkan permasalahan yang dihadapi oleh
satuan pendidikan dengan masyarakat khususnya perwakilan
masyarakat seperti Ketua RW dan Ketua RT.

Berdasarkan dengan kutipan dan temuan lapangan bahwa


kemitraan yang dilakukan oleh BKB PAUD Melati IV sudah
sesuai karena tempat yang digunakan untuk belajar adalah milik
balai warga RW 04. Bantuan berupa uang dan barang kepada
sekolah ada sebagian yang diperoleh dari warga.

68
M. Arief Rizka dan Dian Gustiana, Strategi Kemitraan Penyelenggaraan Program Pendidikan Non
Formal, Jurnal Kependidikan Volume 14 No. 2, 2015, hlm.
103

D. Sarana dan Prasarana Lembaga PAUD

Dalam kegiatan pembelajaran prasarana dan sarana merupakan


hal penting yang harus disiapkan pada sebuah lembaga pendidikan.
Sehingga proses kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Prasarana dan sarana pendidikan merupakan alat bantu pendidik dalam
menyampaikan materi pembelajaran dan sebaliknya, sehingga dalam
penerapannya memiliki standar yang betujuan sebagai acuan untuk
lembaga pendidikan. Prasarana menurut KBBI adalah segala sesuatu
yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses
(usaha, pembangunan, proyek, dan sebagainya)69 dan sarana menurut
KBBI adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan; alat; media70.
Prasarana dan sarana pendidikan PAUD secara nasional
memiliki standar yang dijelaskan pada Pasal 31 Ayat 1 Permendikbud
No.137 Tahun 2014 mengenai standar prasarana dan sarana lembaga
PAUD mengatakan bahwa “Sarana dan prasarana merupakan
perlengkapan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan kegiatan
pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini.”71. Sehingga
dalam perencanaan lembaga PAUD, prasarana dan sarana merupakan
perlengkapan yang harus disediakan oleh lembaga PAUD. Pada Pasal
31 Ayat 2 Permendikbud No.137 Tahun 2014 menjelaskan bahwa
“Pengadaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
perlu disesuaikan dengan jumlah anak, usia, lingkungan sosial dan
budaya lokal, serta jenis layanan”72.
Dari pernyataan diatas, pengadaan prasarana dan sarana pada
lembaga PAUD sendiri dalam penyelengaraan dan pengeloaanya perlu

69
https://kbbi.web.id/prasarana diakses pada Jumat,20 July 2018 pukul: 9.17 WIB
70
https://kbbi.web.id/sarana diakses pada Jumat,20 July 2018 pukul: 9.19 WIB
71
Pasal 31 Ayat 1 Permendikbud No.137 Tahun 2014
72
Pasal 31 Ayat 2 Permendikbud No.137 Tahun 2014
104

disesuaikan dengan jumlah, usia, lingkungan sosial dan budaya lokal


anak serta jenis layanan. Dengan demikian Prasarana dan sarana
lembaga PAUD dalam pelaksanaanya memiliki standar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yang bertujuan sebagai acuan bagi lembaga
PAUD dalam menyiapkan prasarana dan sarana.

2. Site plan dan floor plan Lembaga Paud


4. Site plan
Site plan merupakan gambar umum mengenai denah disekitar PAUD
yang berfungsi sebagai prasarana lembaga PAUD. Dari hasil temuan
lapangan, BKB PAUD Melati IV sendiri tidak memiliki bangunan sendiri
melainkan menempatkan kantor RW 04 beralamat Jl.Tegalan I kelurahan
Palmeriam kec.Matraman Kota Jakarta Timur. BKB Paud Melati IV sendiri
berada di gang tidak terlalu kecil, namun letak BKB PAUD Sakura sendiri
berada di antara rumah warga yang berdempetan satu dengan yang lain.
Akses jalan pada lokasi BKB PAUD Melati IV sendiri dapat dilewati oleh
kendaraan beroda dua yang merupakan jalan umum untuk warga. Pada
Lokasi dari jalan raya ke gang tempat Paud berada tersebut tidak terlalu
jauh, sehingga akses untuk ketempat BKB PAUD tersebut mudah. Gedung
BKB PAUD Melati IV sendiri tidak memiliki tingkat bangunan, sehingga
dalam pembagian kelas sendiri dilakukan persesi pertemuan.
Pembagian kelompok pada KB memiliki rentang usia 3-4 tahun,
dilakukan pada pukul 08.00 sampai dengan 10.00. TK A memiliki rentang
usia 4-5 tahun, dilakukan pada pukul 10.00 sampai dengan 12.00. dan TK
B memiliki rentang usia 5-6 tahun dilakukan pukul 12.00 sampai dengan
14.00. Ruangan BKB PAUD Melati IV sendiri tidak cukup besar, karena
pada setiap kelompok memiliki murid cukup banyak. Pada ruang kelas
terdapat sarana indoor yang dilengkapi dengan meja kecil, kursi kecil,
papan tulis, kipas angin, AC, lemari berbahan plastik, lemari kayu, sapu,
kontener plastic, meja besar, kursi besar, dan jam dinding.
105

ARAH MATA ANGIN

JALUR
BKB PAUD UMUM
RUMAH
RUMAH MELATI IV PELATIHAN (KE
WARGA
WARGA BABY SITTER JALAN
BESAR)

JALAN UMUM

RUMAH JALAN RUMAH RUMAH


RUMAH WARGA
WARGA KECIL WARGA WARGA

Gambar 2.22

Site plan BKB PAUD Melati IV


106

C. BATAS LINGKUNGAN SEBELAH TIMUR

Gambar 2.23

Batas Lingkungan Sebelah Timur

D. BATAS LINGKUNGAN SEBELAH BARAT

Gambar 2.24

Batas Lingkungan sebelah Barat

Berbicara mengenai Site plan pasti berpengaruh pada posisi


lokasi letak nya sebuah tempat. Pada BKB PAUD Melati IV sendiri
berlokasi didalam gang yang tidak terlalu kecil namun persis dipinggir
jalan. Sehingga untuk kegiatan outdoor sendiri diletakan didalam
lembaga PAUD tersebut. Permainan outdoor jika diletakan luar area
107

lembaga PAUD sangat berbahaya untuk anak, karena posisi dari


lembaga tersebut yang persis dipinggir jalan. Dengan demikian, dari
hasil wawancara menurut kepala sekolah sarana permainan outdoor
lebih baik diletakan didalam ruang indoor.

5. Floor Plan
Floor plan merupakan gambaran umum mengenai ruangan kegiatan
belajar mengajar yang digunakan sebagai sarana lembaga PAUD. Pada
temuan lapangan ruang lembaga dibagi menjadi 5 bagian. Dimana pada
bagian kanan dari arah timur terdapat ruangan untuk meletakan mainan
outdoor ketika kegiatan pembelajaran sedang libur serta toilet. Ukuran
untuk meletakan alat permainan outdoor sendiri memiliki panjang -/+ 3.6
m, sedangkan lebar nya 3 m. Sedangkan, untuk ruang toilet sendiri
memiliki ukuran panjang -/+ 2.85 m, sedangkan untuk lebarnya memiliki
ukuran 1,2 m.
Ruang tengah sendiri digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, dan
disebelah kiri dari arah pintu ditempatkan alat permainan outdoor. Ukuran
dari ruang belajar pada BKB PAUD MelatiIV sendiri memiliki panjang
berukuran -/+ 7.20 m dan lebar -/+ 7.20 m. Pada BKB PAUD Melati IV
sendiri untuk ruang sebelah kiri dari arah timur bangunan digunakan untuk
ruang kepala sekolah dan juga guru. Ukuran untuk ruang kepala sekolah
dan guru. Didalam ruang kepala sekola dan guru terdapat ruang kecil yang
diperuntukan untuk meletakan alat main atau media serta piala. Pada ruang
kelas sendiri seluruh ruangan menggunakan keramik berwarna putih.
Dinding kelas dan ruang untuk meletakan permainan outdoor dicat
menggunakan warna biru muda dengan dihiasi berberapa tempelan
mengenai struktur organisasi sekolah dan meteran untuk mengukur tinggi
anak. Sedangkan untuk ruang kepala sekolah dan guru dicat menggunakan
warna krem. Untuk luar ruangan, warna cat yang digunakan yaitu oranye
108

dan keramik berwarna krem. Untuk toilet sendiri menggunakan cat


berwarna putih.

TIMUR

Meja dan kursi Meja dan

Meja dan kursi


kursi

orang dewasa
anak
TOILET

pintu ayunan

Perosotan lemari

Jungkat-
jungkit
pintu

pintu
Gambar 2.25
Floor plan bangunan BKB PAUD Melati IV

Bangunan atau gedung sekolah merupakan hal utama yang


diperlukan dalam terlaksananya proses kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu, gedung atau bangunan sekolah merupakan hal yang harus
diperhatikan demi menciptakan pembelajaran yang nyaman. Dengan
demikian, setiap lembaga harus memiliki site plan dan floor plan. Site
plan sendiri diartikan sebagai gambar umum mengenai denah disekitar
PAUD yang berfungsi sebagai prasarana lembaga PAUD. Sedangkan
floor plan pada lembaga paud merupakan gambaran umum mengenai
109

ruangan kegiatan belajar mengajar yang digunakan sebagai sarana


lembaga PAUD.
Dengan demikian, dalam merencanakan bentuk dari sebuah
bangunan lembaga, maka diperlukanya rancangan seperti pembuatan
rancangan site plan lembaga dan floor plan lembaga. Site plan sendiri
digunakan untuk memudahkan seseorang untuk membaca posisi letak
sebuah lembaga. Sedangkan untuk floor plan sendiri berfungsi bagi
seseorang agar memahami bagaimana bentuk dari posisi setiap
ruangan yang ada dilembaga tersebut. Sehingga dalam pembuatan
perencaanan site plan dan floor plan sendiri membutuhkan penguasaan
visualspasial dalam pengerjaanya.
Pada hasil observasi sendiri, BKBPAUD Melati IV tidak
memiliki site plan atau floor plan lembaga. Karena pada hasil
wawancara sendiri, bangunan yang digunakan untuk BKB tersebut
pada awalnya difungsikan untuk kegiatan posyandu dan RW Melati IV.
Karena bangunan awal BKB PAUD Melati IV sendiri sebelum
dipindahkan pada awalnya sangat tidak layak untuk digunakan, maka
masyarakat setuju untuk memindahkan BKB PAUD Melati IV ke
bangunan kantor RW. Dari hasil temuan lapangan, kondisi dari tempat
BKB PAUD Melati IV sendiri tidak ada perombakan yang signifikan.
Melainkan tambahan tempat untuk ruang guru dan kepala sekolah
dilembaga.

Pada hasil wawancara kepada pihak sekolah, BKB PAUD


Melati IV sendiri pada kegiatan belajar dan mengajar membedakan
anak dari rentang usia dan jam masuk sekolah. Tujuan dari
membedakan anak berdasarkan rentang usia dan waktu jam masuk
anak sendiri yaitu karena keterbatasan tempat atau ruang kelas.
Dengan demikian pembagian kelas berdasarkan usia dan jam masuk
diberlakukan. Pada hasil observasi yang dilakukan, Pembagian
110

kelompok pada KB memiliki rentang usia 3-4 tahun, dilakukan pada


pukul 08.00 sampai dengan 10.00. TK A memiliki rentang usia 4-5
tahun, dilakukan pada pukul 10.00 sampai dengan 12.00. dan TK B
memiliki rentang usia 5-6 tahun dilakukan pukul 12.00 sampai dengan
14.00.

Mengacu pada buku planning administering early childhood


programs by Decker mengatakan bahwa:

“Many states use thirty-five square feet per child as the


minimum square footage in licensing regulations. Thirty-five square
feet per child is considered adequate for infants and toddlers. For
older children , especially those in programs that require extra
“activity place”, forty to sixty square feet per child would be more
adequate. Thirty-five square feet can be very workable if the area is
exclusive of space occupied by sinks, lockersm and storage
cabinets.”73
Pernyataan diatas, menjelaskan bahwa dalam teori tersebut
mengatakan bahwa untuk ukuran ruangan lembaga paud sendiri pada
buku Decker, untuk ukuran minimal ruangan yaitu sebesar 35 kaki per
anak, dianggap memadai untuk anak infant dan toddler. Sedangkan,
untuk anak yang lebih tua usianya, khususnya yang pada program
pembelajaranya membutuhkan ekstra ruangan, maka ukurannya adalah
40 sampa 60 kaki per anak. jika belum mampu untuk sebesar itu, maka
ukuran tempat belajar anak yang ideal adalah 35 kaki per anak.

Lain hal di Indonesia , menurut standar sarana dan prasarna


PAUD sejenis (SPS) memiliki persyaratan mengenai jumlah anak pada
satu ruangan yang tertulis pada pasal 32 ayat 4 Permendikbud no. 137
tahun 2014, yaitu :

73
Celia Anita Decker dan Jhon R.Decker, op. cit. hal.157
111

“Mengenai persyaratan prasarana dan sarana, yaitu : (1)


memiliki jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jumlah
anak, luas minimal 3 m2 per anak”74
Selain menurut standar permendikbud, lain halnya dengan
menurut buku pengelolaan kelas mengatakan bahwa :

“Kelompok usia anak mempengaruhi penataan ruangan dan


jumlah anak yang dapat diterima pada satuan PAUD. Sehingga
semakin muda usia anak maka semakin luas pula keperluan raunagan
untuk bergerak bertambah. Dengan demikian pada standar PAUD
diberlakukanya sistem pengelompokan kelas seperti berikut:
1. Kelompok usia 0-2 tahun adalah berjumlah 4
anak/kelompok
2. Kelompok usia 2-4 tahun adalah berjumlah 8
anak/kelompok
3. Kelompok usia 4-6 tahun adalah berjumlah 15
anak/kelompok.”75

Dari ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap anak


membutuhkan ruangan yang luas. Sehingga dari hasil temuan lapangan
dengan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa BKB PAUD
Melati IV ada berberapa tidak sesuai dengan teori diatas. Seperti pada
banyaknya jumlah siswa yang ada pada lembaga paud tersebut, dimana
pada tahun ajaran lama jumlah siswa keseluruhan berjumlah 40 siswa.
Namun, pada hasil wawancara dan temuan lapangan BKB PAUD
Melati IV sendiri sudah memiliki solusi agar pembelajaran yang
dilakukan akan berjalan efektif, yaitu berlakukan jam masuk kelas.
Dimana untuk usia KB yaitu rentang usianya 2 tahun masuk lebih awal
yaitu pukul 8 pagi, sedangkan untuk kelompok usia TK dilanjukan
pada pukul 9.30 pagi

74
Pasal 32 Ayat 2 Permendikbud No.137 Tahun 2014
75
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, “Pedoman Pengelolaan kelas anak usia dini”,
(Jakarta, hal : 22)
112

6. Prasarana dan sarana Indoor


Sepeti yang telah dijelaskan sebelumnya, sarana merupakan
perlengkapan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan kegiatan
pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini . Sehingga,
dalam merencanakan lembaga PAUD, diperlukanya sarana dan
prasarana untuk memfasilitasi proses kegiatan belajar dan mengajar
dikelas guna mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, guru
dan siswa dapat merasakan manfaat dari sarana. Sedangkan untuk
prasarana sendiri menurut KBBI adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha,
pembangunan, proyek, dan sebagainya).

Sarana dan prasarana sendiri dibedakan menjadi 2 kajian, yaitu


sarana indoor (dalam ruangan) dan outdoor (luar ruangan). Sedangkan
untuk prasarana sendiri yaitu prasarana terbuka dan prasarana tertutup.

b. Jenis-jenis prasarana tertutup di Lembaga BKB PAUD


Melati IV
Berdasarkan hasil observasi yang kami temui jenis prasarana
tertutup yang ada di Lembaga BKB PAUD Melati IV terdiri dari
ruang kelas, kamar mandi, ruang penyimpanan permainan outdoor,
tempat Kepala sekolah dan guru, serta tempat permainan indoor.
Berikut daftar Prasarana indoor yang ada di BKB PAUD Melati IV:
113

Gambar 2.26
Ruang kelas BKB PAUD MELATI IV

Dari hasil observasi dilapangan, BKB PAUD melati IV


memiliki sebuah ruang kelas yang menggunakan keramik berwarna
putih dan berwarna biru muda. Kondisi ruangan kelas pada BKB
PAUD Melati IV sendiri cukup baik dan cukup terawat. Pada
dinding BKB PAUD Melati IV sendiri memiliki meteran untuk
menggukur tinggi anak dan juga papan struktur organisasi lembaga
yang ditempel pada dinding lembaga
Ukuran luas dari ruang kelas BKB PAUD Melati IV sendiri
memiliki panjang -/+ 7.20 m dan lebar berukuran 7.20 m. untuk
kondisi ruang kelas dari BKB PAUD Melati IV sendiri cukup baik,
dimana fentilasi udara cukup banyak dan kebersihan dari ruang
kelas tersebut cukup bauk. Namun, pada saat melakukan observasi
ruang kelas tersebut diberi jarak untuk meletakan alat permainan
outdoor. Karena menurut dari hasil wawancara, alesan alat
permainan diletakan pada ruangan indoor adalah kurang aman nya
114

arena luar gedung dan juga arena tersebut sering digunakan warga
untuk memarkirkan kendaraan beroda empat.
115

Gambar 2.27

Ruang kamar mandi BKB PAUD MELATI IV

Pada hasil observasi lapangan, BKB Paud Melati IV memiliki


kamar mandi sendiri yang berdekatan dengan ruang penyimpanan
outdoor. Kondisi kamar mandi di BKB PAUD Melati IV sendiri
tidak terlalu luas. Pada BKB PAUD Melati IV sendiri tidak
menggunakan cat tembok melainkan setengah dari dinding hanya
diplester menggunakan semen dan sisanya menggunakan kerami
yang ditempel pada dinding. Ukuran dari kamar mandi tersebut -/+
memiliki panjang 2.85 m dan lebar 1.5 m.

Kamar mandi tersebut dapat dipergunakan untuk siswa, guru,


dan orangtua murid. Kloset yang digunakan pada BKB PAUD
Melati IV sendiri menggunakan kloset jongkok. Pada BKB Paud
Melati IV sendiri memiliki keran air dan juga baskom untuk
mengeluarkan dan meletakan air. Kamar mandi BKB PAUD Melati
IV sediri tidak memiliki fentilasi udara sehingga sirkulasi cahaya
dan udara cukup kurang. Walaupun untuk sirkulasi udara kurang
bauk, kondisi kebersihan dari kamar mandi BKB PAUD Melati IV
sendiri cukup baik.
116

Gambar 2.28

Ruang Kepala sekolah dan Guru

Pada hasil observasi pada BKB PAUD Melati IV memiliki


ruang kepala sekolah dan juga guru. Ruang kepala sekolah dan guru
diletakan pada satu ruangan yang tidak terlalu luas. Ruang kepala
sekolah dan guru menggunakan cat berwarna oranye, dan lantai
yang digunakan sama dengan lantai pada ruang kelas yaitu
berwarna putih. Ruang tersebut memiliki banyak sekali hiasan
seperti jam dinding, foto karyawan sekolah. biasanya digunakan
oleh kepala sekolah dan guru untuk menyimpan berkas lembaga
seperti berkas hasil perkembangan anak dan berkas lainya yang
berkaitan dengan anak. Selain digunakan untuk meletakan berkas,
ruang kepala sekolah dan guru diperuntukan juga untuk meletakan
kegiatan anak.
117

Gambar 2.29

Ruang penyimpanan mainan Outdoor BKB PAUD Melati IV

Pada hasil observasi BKB PAUD Melati IV memiliki ruangan


untuk meletakan permainan outdoor. Selain untuk meletakan
permainan outdoor, ruangan tersebut digunakan sebagai tempat
penyimpanan yang lain seperti meja, kursi dan lemari yang telah
rusak. Ruang penyimpanan alat permainan outdoor sendiri
berukuran -/+ panjang 3.6 m dan lebar 3 m.

Kondisi keadaan ruangan tersebut tidak baik karena kurang


fentilasi dan juga kotor. Ruangan tersebut digunakan ketika
lembaga BKB PAUD Melati IV tidak melakukan kegiatan belajar
mengajar. Sehingga alat permainan tersebut diletakan pada ruangan
tersebut karena ketika tidak ada pembelajaran. Ruangan tersebut
menggunakan lantai berwarna putih serta diberi cat berwarna biru
muda.
118

Gambar 2.30

Ruangan kelapala sekolah dan guru BKB PAUD Melati IV

Pada ruangan ini, masih satu ruangan dengan ruang kepala


sekolah dan guru. Dimana pada ruangan ini sangat kecil yang
diperuntukan untuk menaru barang-barang seperti mainan indoor
dan piala hasil mengikuti lomba.

Hasil observasi dan juga wawancara diatas merupakan daftar


beberapa ruangan yang terdapat pada lembaga BKB PAUD Melati
IV. Ruangan-ruangan tersebut masih dalam kondisi baik walaupun
ada sebagian cat tembok telah pudar dan berberapa tempat seperti
tempat penyimpanan sarana outdoor dalam keadaan tidak bersih.
Pada tempat penyimpanan permainan outdoor banyak sekali barang
yang tidak terpakai sehingga dalam ruangan itu terkesan sempit dan
kotor.

Hasil observasi dan juga wawancara diatas merupakan daftar


beberapa ruangan yang terdapat pada lembaga BKB PAUD Melati IV.
Ruangan-ruangan tersebut masih dalam kondisi baik walaupun ada
119

sebagian cat tembok telah pudar dan berberapa tempat seperti tempat
penyimpanan sarana outdoor dalam keadaan tidak bersih. Pada tempat
penyimpanan permainan outdoor banyak sekali barang yang tidak
terpakai sehingga dalam ruangan itu terkesan sempit dan kotor.

Mengacu pada buku planning and administering early


childhood by Decker program mengatakan

“Before contemplating the specifics of housing, one must


remember that : (1)Location of building is an important aspect of
planning, because local zoning regulation may include restrictions, (2)
Regardless of type of program most the occupants will be young
children, so the facility should be child oriented, (3) safety of the
children and staff members is of maximum importance and is discussed
later in this chapter, (4) Housing is an important consideration in
planning for disabled. (5) variations in arrangement of space, (6)
flexibility is essensial, (7) cost must be considerec.”76
Dari pernyataan diatas, dalam merencanakan tata ruang dalam
sebuah bangunan atau gedung lembaga PAUD, dijelaskan bahwa
perlunya menyiapkan hal-hal berikut, seperti lokasi gedung yang baik,
aman, dan nyaman untuk siswa serta karyawan, memperhatikan
fasilitas gedung lembaga PAUD yang berorientasi pada anak,
mementingkan keamanan pada siswa dan juga karyawan, tata ruang
harus dirancang ramah disabilitas, tata ruang harus dirancang
bervariasi seperti ada tempat yang luas untuk kegiatan bergerak dan
kecil untuk kegiatan yang tidak bergerak, selain memperhatikan
ukuran ruangan, tingkat kebisingan suara didalam ruangan juga harus
diperhatikan dan juga tembok ruangan juga harus diperhatikan. Pada
ruangan yang tingkat keberisinganya tinggi menggunakan warna yang
terang sedangkan ruangan yang tingkat kebisinganya rendah seperti
ruang tidur anak menggunakan warna yang menenangkan.

76
Celia Anita Decker dan Jhon R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs fith
edition, Macmillan Publishing Company, United States of America, 1992, hal : 153
120

Selain memperhatikan ukuran ruangan, dalam merencanakan


tata ruang diperlukanya penataan ruang yang fleksibelitas tinggi dan
juga pembiayaan harus diperhatikan.

Selain itu, menurut buku administration of programs for young


children mengatakan bahwa :

“Infant and toddler program guidelines usually have some


general categories of requiments. One category may cover the
sanitation of the building, playground, bedding, food areas, toys, and
equipment. Requirements that all surface, incluing flooring, be
washable may reflect health concerns.”77
Pernyataan diatas mengatakan bahwa dalam panduan program
sekolah bayi dan balita biasanya memiliki beberapa kategori-kategori
persyaratan umum yang digunakan sebagai acuan yaitu : (1) kategori
tersebut dapat mencakup sanitasi bangunan, taman bermain, tempat
tidur, area makanan, mainan, dan peralatan. Persyaratan tersebut
mengatakan bahwa semua permukaan, termasuk lantai, dapat
dibersihkan sehingga mencerminkan masalah kesehatan yang baik.

Jika dilihat dari syarat prasarana lembaga PAUD di Indonesia,


menurut Peraturan Menteri No.137 tahun 2014 mengenai Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia dini mengatakan bahwa ;

“Prasarana dan sarana sendiri dalam persiapanya memiliki


persyaratan yang sesuai dengan jenis layanan PAUD. Jenis pelayanan
pada satuan PAUD sejenis (SPS) memiliki persyaratan yang tertulis
pada pasal 32 ayat 4 Permendikbud no. 137 tahun 2014 menjelaskan
mengenai persyaratan prasarana dan sarana, yaitu : (1) memiliki
jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jumlah anak, luas
minimal 3 m2 per anak; (2) memiliki ruangan untuk melakukan
aktivitas anak didik di dalam dan luar; (3) memiliki fasilitas cuci
77
Phyllis M. Click dan Kimberly A. Karkos, Administration of program for young children; seventh
edition, Thomson Corporation, United states of America, 2008, hal: 112
121

tangan dengan air bersih; (4) memiliki kamar mandi/jamban yang


mudah dijangkau oleh anak dengan air bersih yang cukup, aman dan
sehat bagi anak, dan mudah bagi guru melakukan pengawasan; (5)
memiliki fasilitas permainan di dalam dan di luar ruangan yang aman
dan sehat; (6) memiliki tempat sampah yang tertutup dan tidak
tercemar”78

Pernyataan diaats mengatakan bahwa dalam mempersiapkan


prasarana indoor menurut Peraturan Menteri No.137 tahun 2014,
diperlukanya jumlah ruangan yang memadai sesuai dengan jumlah
anak, memiliki ruangan untuk melakukan aktivitas, serta memiliki
fasilitas seperti kamar mandi yang baik, air bersih dan juga lingkungan
yang tidak tercemar.

Pada buku planning and administering early childhood by


Decker program mengatakan :

“the children’s activity room is perhaps the single most


important area of the building, because it is in this room that children
work and play for most of their day79”

Pernyataan diatas mengatakan bahwa ruang aktivitas anak


merupakan salah satu area yang penting pada gedung lembaga. Karena
menurut teori tersebut ruangan tersebut merupakan ruangan yang anak
gunakan dalam hal berbagai kegiatan setiap harinya.

Dari keempat teori yang dijelaskan diatas, prasarana tertutup


merupakan hal yang diperlukan pada sebuah lembaga PAUD. Dengan
demikian dari hasil temuan lapangan dan teori diatas dapat
disimpulkan bahwa dalam prasarana tertutup BKB PAUD Melati IV
sudah sesuai dengan teori, dimana pada BKB PAUD Melati IV sudah

78
Pasal 32 Ayat 2 Permendikbud No.137 Tahun 2014
79
Celia Anita Decker dan Jhon R.Decker, op. cit. hal : 156
122

memiliki fasilitas kamar mandi yang bersih, ruang belajar, dan ruang
kepala sekolah dan juga guru. Namun pada ruang kegiatan belajar
sendiri dalam men-setting kelas berorientasi pada metode klasikal.
Yaitu ruang belajar tidak bersifat bergerak (moving class).

Solusi yang dapat diberikan pada masalah yang ada dalam


men-setting lingkungan kelas, yaitu dengan cara meminimalisir
penggunakan meja dan kursi pada ruang kelas. Meja dan kursi tersebut
dapat diubah dengan menggunakan karpet atau alas yang tebal. Hal
tersebut memberikan efek luas pada ruangan dan juga memberikan
kesan kelas bergerak (moving class).

Untuk ruang tempat penyimpanan alat permainan outdoor


sendiri dapat dibersihkan agar tempat prasarana tertutup dapat lebih
bersih dan sirkulasi udara tetap baik. Selain itu, agar sirkulasi udara
masuk dengan baik, solusi yang dapat dilakukan yaitu membuka
jendela ruangan. Agar ruangan tersebut tidak lembab dan juga panas.

2. Jenis-jenis Sarana Indoor Lembaga BKB PAUD Melati IV


Berdasarkan hasil observasi, terdapat sarana indoor Lembaga BKB
Paud Melati IV yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.3 Sarana Indoor BKB PAUD Melati IV

SARANA
NO. URAIAN JML KONDISI FOTO
INDOOR
123

1. Meja dan Meja dan Baik


kursi anak kursi anak
yang
berukuran
kecil
digunakan
untuk
belajar
3. Papan tulis Terdapat 1 Baik
satu buah
papan tulis

4. Rak Diperguna 2 Baik


plastic kan sebagai
tempat
penyimpan
an media
anak, buku
cerita,
buku tulis.
Gambar 1
124

Gambar 2
5. Rak kayu Diperguna 2 Baik
kan untuk
penyimpan
an alat-alat
tulis anak,
media
pembelajar
an, buku

Gambar 1
125

Gambar 2
126

6. Kipas Diperguna 2 Baik


angina kan untuk
membuat
ruangan
kelas terasa
lebih sejuk.

Gambar 1

Gambar 2

10. AC (Air Untuk 2 Baik


Condition menyejuka
er) n ruangan

Gambar 1
127

Gambar 2
11. Box besar Untuk 3 Baik
penyimpan
an
alat/media
bermain
anak

12. Komputer Digunakan 1 Baik


untuk
menyusun
kegiatan
yang
berhubung
an dengan
lembaga
128

13. Karpet Digunakan 1 Baik


hanya
untuk
kegiatan
RW Melati
IV

11. Kulkas Digunakan 1 Baik


dan untuk
dispenser menyimpa
n makanan
dan tempat
minum
anak

Mengacu pada buku planning and administering early childhood


program by Decker, dalam perencanaan sarana untuk ruang Indoor adalah
sebagai berikut :

“these component must be both functional and durable. the materials


used on their surfaces coordinated so they are aesthetically pleasing and
comfortable”80

Pernyataan diatas mengatakan komponen ini harus fungsional dan


tahan lama. bahan yang digunakan pada permukaannya terkoordinasi
sehingga sangat estetis dan nyaman. Sehingga dalam pebentukan sarana

80
Celia Anita Decker dan Jhon R.Decker, op. cit. hal : 159
129

dalam lembaga PAUD harus memiliki hal-hal yang estetis dan kenyamanan
untuk anak.

Selain hal tersebut, dalam merencanakan sarana indoor hal yang perlu
diperhatikan yaitu bagian lantai. Bagian lantai merupakan bagian yang
sangat beresiko dengan anak. Jika lantai tersebut tidak dibersihkan dengan
baik, maka bisa memungkinkan mengakibatkan kecelakaan bagi anak.
Menurut buku planning and administering early childhood program by
Decker, menjelaskan hal sebagai berikut :

“carpeting is the best for infant-toddler rooms. Carpeting with large


pillows offers a safe floor enviroments for nonwalkers and toddlers.”81

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa karpet merupakan material yang


baik untuk ruangan anak. karpet memberikan kesan aman dan nyaman pada
lantai. Sehingga anak-anak dapat bebas bermain dengan aman dan
mengurangi resiko kecelakaan.

Jika mengacu pada buku pedoman pengelolaan kelas, ada berbagai


cara untuk memilihih furniture untuk anak yaitu sebagai berikut”

“hal-hal yang perlu dilihat dalam pemilihan furniture, yaitu:

1. Meja dan kursi anak disesuaikan dengan ukuran anak, baik


berat maupun ukuranya. Penyesuaian ukuran dengan
kemampuan anak dimaksudkan agar anak nyaman
menggunakanya dan terhidar dari kecelakaan
2. Ujung meja dan kursi berbentu tumpul
3. Loker tempat penyimpanan alat main anak dan buku bacaan
anak setinggi jangkauan anak digunakan sebagai pemisah
antara sentra bermain

81
Loc.cit
130

4. Bila kursi plastic dipilih, pastikan cukup kokoh dan tidak licin
pada saat ditempatkan di atas lantai
5. Bila alat furniture dipilih berbahan kayu, pastikan cat yang
digunakan aman bagi anak, tidak mengandung toxin dan racun
6. Perhatikan permukaan furniture kayu, permukaan yang kasar
dapat melukai anak

Dari pernyataan diatas, dalam pemilihan furniture untuk anak memiliki


standar sendiri. Standar tersebut berguna sebagai dasar agar anak dapat
bermain dengan aman dan nyaman. Selain itu, menimalisirkan kejadian
yang tidak diinginkan.

Dalam penyimpanan tempat peralatan mainan anak, hal-hal yang perlu


diperhatikan yaitu :

“antar ruang kegiatan dibatasi oleh loker setinggi anak saat berdiri,
hal tersebut berguna untuk memudahkan guru untuk mengobservasi anak
dengan mudah, dan bukubuku anak ditempatkan disetiap sentra atau
ditempat tertentu yang mudah dijangkau dengan anak”82

Dari pernyataan diatas, mengatakan dalam mempersiapkan ruang


kegiatan, sarana yang harus diperhatikan yaitu loker yang harus setinggi
anak saat berdiri, dan juga loker tersebut kuat. Dengan posisi loker yang
hanya setinggi anak, maka guru dapat mengawasi anak dengan baik dan
seksama.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam


pemilihan sarana indoor untuk lembaga paud ada perihal yang harus di
lihat. Seperti untuk lantai, diberikan karpet agar anak terhindar dari
kecelakaan dan juga pemilihan furniture untuk anak. berdasarkan dari hasil

82
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, “Pedoman Pengelolaan kelas anak usia dini”,
(Jakarta, hal : 18)
131

temuan lapangan dan teori yang telah dijelaskan diatas, maka sarana pada
BKB PAUD Melati IV belum sesuai dengan teori yang ada. Dimana pada
hasil observasi yang dilakukan, BKB PAUD Melati IV memiliki sarana
seperti karpet, namun karpet tersebut tidak digunakan dalam proses belajar
dan mengajar. Selain itu pebentukan kelas yang digunakan masih klasikal.
Dimana metode tersebut memberikan efek tidak bebas dan nyaman untuk
anak.

Dari permasalahan diatas, solusi yang bisa kita berikan dalam penataan
sarana indoor yaitu, mengganti meja dan kursi kayu yang penempatanya
masih berbentuk klasikal dengan menggunakan karpet. Selain memberikan
kesan luas pada ruang belajar, dan juga anak dapat bermain dengan bebas.

5. Prasarana dan Sarana Outdoor BKB PAUD Melati IV


132

2) Jenis-jenis Prasarana terbuka/Outdoor Lembaga BKB


PAUD Melati IV

2.31 Prasarana Outdoor


Berdasarkan hasil observasi yang kami temui, BKB Paud Melati IV
tidak memiliki prasarana Outdoor. Karena diluar gedung BKB Paud Melati
IV sendiri sering digunakan menjadi lahan parkir kendaraan beroda empat
dan kurang aman untuk anak. Sehingga untuk meletakan alat permainan
outdoor, BKB PAUD Melati IV diletakan pada ruang indoor, dimana
ruangan belajar indoor tersebut diberi jarak untuk meletakan alat
permainan outdoor

Mengacu pada buku planning and administering early childhood


program by Decker mengatakan :

“outdoor play has been an integral part of early childhood program


and hence housing facilities. However, concepts about the values of certain
133

types of play have changed over the years. Along with these changing
concepts, there has been an evolution in playground83”

Pernyataan diatas mengatakan bahwa permainan outdoor sendiri


merupakan bagian dari program pendidikan anak usia dini bagian
perencanaan prasarana. Walaupun demikian, konsep mengenai permainan
ourdoor melewati berberapa perubahan selama berberapa tahun. Sehingga,
terdapat perubahan konsep yang telah terjadi evolusi di taman bermain.
Dengan demikian, permainan outdoor memiliki berberapa kriteria yang
mendasar, yaitu sebagai berikut :

“outdoor space should meet these criteria :


1) outdoor spcace should meet safety guidelines
2) outdoor space should preserve and enhance natural features
3) the design should be based on the needs of children
4) outdoor space should provide opportunities for activity similar
to those conducted in the indoor space”84

Dari pernyataan diatas, dalam merencanakan atau membuat prasarana


outdoor memiliki kriteria yaitu : prasarana terbuka/outdoor harus
mengutamakan keselamatan, kedua prasarana outdoor harus
mempertahankan nuansa alam, ketika dalam me-desain outdoor sendiri
harus berdasarkan kebutuhan anak dan yang ke empat prasarana
terbuka/outdoor harus memberikan peluang untuk kegiatan serupa dengan
yang dilakukan di ruang dalam ruangan.

Sedangkan menurut pedoman pengelolaan kelas pendidikan anak usia


dini, dalam merencakan pembuatan prasaran terbuka/ outdoor memiliki
hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut :

83
Celia Anita Decker dan Jhon R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs fith
edition, Macmillan Publishing Company, United States of America, 1992, hal : 180
84
Phyllis M. Click dan Kimberly A. Karkos, Administration of program for young children; seventh
edition, Thomson Corporation, United states of America, 2008, hal: 165
134

“(1) luas area bermain sebagaimana pada standar internasional


menetapkan 7m2 per anak, (2) ruangan bermain outdoor dipastikan tidak
terdapat binatang yang menyengat, (3) bak pasir harus ditutup bila tidak
digunakan dan dipastikan dalam kondisi kering agar tidak menjadi tempat
berkembang biak binatang kecil, (4) area basah ditempatkan di luar, dekat
dengan sumber air, lantai yang tidak licin, dan sanitasi terjaga dengan
baik agar tidak menggenang”85
Berdasarkan buku administration of programs for young children, by
Phyllis M.Click dan Kimberly A.Karkos dalam perencanaan ruangan atau
prasaranan terbuka/outdoor memiliki hal-hal yang harus diperhatikan,
yaitu :

“outdoor time should allow children to explore freely and to


experience the sights, sounds, and smells of the outdoor. They should be
able to run, jump, climb, and ride bikes”86

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa dalam waktu permainan outdoor


seharusnya berorientasi pada anak. Dimana anak dibairkan bereksplorasi
sendiri dan memberikan pengetahuan mengenai lingkungan outdoor.
Sehingga dalam pembuatan prasarana terbuka/outdoor harus ada tempat
untuk berlari, melompat, memanjat, dan mengendarai sepeda.

Berdasarkan dari ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa dalam


perencanaan prasarana terbuka/outdoor memiliki perihal yang harus
siapkan. Dari hasil temuan observasi dan juga wawancara yang telah
dilakukan yang mengacu pada ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa
BKB PAUD Melati IV tidak mengikuti persyaratan dalam Prasarana
terbuka lembaga PAUD yang ditetapkan.

Fasilitas permainan di dalam dan di luar ruangan yang aman dan sehat
merupakan hal yang wajib ada pada lembaga Paud. Sedangkan dari hasil

85
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, “Pedoman Pengelolaan kelas anak usia dini”,
(Jakarta, hal : 20
86
Phyllis M. Click dan Kimberly A. Karkos, Administration of program for young children; seventh
edition, Thomson Corporation, United states of America, 2008, hal: 165
135

temuan lapangan dan wawancara, fasilitas permainan outdoor di BKB


PAUD Melati IV sendiri berada didalam ruangan indoor, sehingga lembaga
BKB PAUD Melati IV tidak memiliki prasarana terbuka/outdoor yang
memadai.

Dengan demikian, lembaga BKB PAUD Melati IV sendiri IV tidak


sesuai dengan pernyataan yang ada pada buku planning and administering
early childhood. Karena pada hasil observasi, penempatan permainan
outdoor masih diletakan didalam gedung lembaga. Selain itu, menurut
buku diatas menjelaskan bahwa dalam perencanaan prasarana
terbuka/outdoor miliki perihal yang harus dipehatikan. Namun pada
kenyataanya, untuk BKB PAUD Melati IV sendiri tidak memiliki cukup
lahan untuk mengikuti perihal tersebut.

Jika mengacu pada pedoman pengelolaan kelas untuk anak usia dini,
dalam perencanaan prasarana terbuka/outdoor sebuah lembaga ada hal
yang harus diperhatikan. Namun, dari hasil temuan lapangan lembaga
tersebut yang dikhususkan untuk anak usia infant dan toddler, pada BKB
PAUD Melati IV tidak memiliki Prasarana terbuka.

Dari hasil analisis berdasarkan teori dan temuan lapangan, maka solusi
yang dapat diberikan untuk BKB PAUD Melati IV sendiri mengenai
prasarana outdoor yaitu merapihkan ruang penyimpanan outdoor. Karena
tempat penyimpanan permainan outdoor sendiri ruanganya cukup untuk
meletakan alat permainan tersebut. Namun karena banyaknya barang yang
disimpan dalam ruangan tersebut, dan sirkulasi udara yang kurang baik.
Solusi kedua yang dapat dilakukan untuk BKB PAUD Melati IV sendiri
yaitu mengganti alat permainan outdoor yang bermaterial besi dengan
bermatrial plastik. Solusi ketiga dari masalah diatas, jika lembaga tidak
memiliki sumber dana yang baik, alangkah baiknya alat permainan outdoor
tersebut diletakan didalam ruang indoor, namun diberi pembatas agar anak
dapat bermain dengan leluasa.
136

b. Jenis-jenis Sarana Outdoor Lembaga BKB PAUD


Melati IV

Berdasarkan hasil observasi yang kami temui jenis sarana outdoor


yang ada di Lembaga BKB PAUD Melati IV terdiri dari alat permainan
seperti prosotan, jungkat-jungkit dan ayunan.

Tabel 2.4 Sarana Outdoor Lembaga BKB PAUD Melati IV


SARANA
NO. URAIAN JML KONDISI FOTO
OUTDOOR
1. Prosotan Digunakan 1 Baik
untuk
permainan
anak

2. Jungkat- Digunakan 1 Baik


jungkit untuk
permainan
anak
137

3. Ayunan Digunakan 1
untuk
permainan
anak

3. Tempat Digunakan 1 Baik


Sepatu sebagai
tempat
pemyimpa
nan sepatu
siswa-
siswa
yang
datang ke
sekolah

Mengacu pada buku pedoman pengelolaan kelas, hal yang perlu


diperhatikan dalam pemilihan sarana outdoor yaitu sebagai berikut :

“hal yang perlu diperhatikan dalam mainan di luar ruangan


yaitu :
1. Bebas dari bahan yang berbahaya
2. Penataan sarana cukup luas bagi anak untuk bergerak
bebas dan tidak perlu berdesakan
138

3. Ketinggian mainan sebaiknya 1.5 meter dan tingkat


kemiringan sekitar 40o
4. Dasar seluncuran cukup lembut
5. Dipastikan tidak mudah patah atau putus
6. Dikontrol dan diperbaiki secara regular
7. Seluncuran, ayunan, jungkitan dan sarana bermain
outdoor dalam kondisi baik dan cat tidak mengandung
toxin
8. Jika bahan menggunakan kayu, pastikan permukaan kayu
tersebut rapih agar terhindar dari kecelakan.87

Dari pernyataan diatas, dalam pemilihan sarana outdoor sendiri


memiliki perihal yang harus diperhatikan, sehingga dalam pemilihan sarana
permaina outdoor harus memperhatikan hal-hal yang berguna untuk
meminimalisirkan kecelakan untuk anak.

Sedangkan sarana outdoor menurut buku administration of


program for young children mengakatakan dalam perencanaan taman
bermain/sarana outdoor hal yang perlu diperhatikan yaitu :

“most playground typically include unmovable equipment such as


swings, slides, a jungle gym, and sandbox. These are certainly well used by
childred, but children lose interest in them adter a while, or their play
themes may remain static”88

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, banyak


permainan outdoor atau sarana terbuka terbuat dari bahan yang tidak dapat
dipindakan seperti ayunan, seluncuran, gym hutan, dan kotak pasir. Ini
tentu digunakan dengan baik oleh anak-anak, tetapi anak-anak kehilangan
minat pada mereka untuk sementara waktu, atau tema permainan mereka
mungkin tetap stati. Sehingga menurut buku administration of program for
young children, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam meng-setting
permainan outdoor yaitu sebagai berikut :

87
Buku pengelolaan kelas. Op.cit,.hal : 21
88
Phyllis M. Click dan Kimberly A. Karkos. Op.cit,.hal: 165
139

“(1) pathways for running or bike riding, (2) cleary defined areas
for each activity, (3) different surfaces; sand, grass, cement, dirt, and wood
chips, (4) natural areas for trees, bushes, and plants, large boulders or
logs for climbing on, (5) a sandbox with storage for sand toys, (6) space
for woodworking, art activities, and dramatic play”89

Pada pernyataan diatas, dalam meng-setting area outdoor perlu


diperhatikan hal-hal yaitu adanya tempat untuk bermain sepeda atau berlari,
perbedaan area seperti area berpasir, berumput, area bersemen dan
sebagainya. Selain itu terdapat pohonpohon untuk memberikan kesan alami.
Untuk area berpasir harus berserta loker untuk tempat penyimpanan
mainan berpasir dan yang terakhir ada jarak antara permainan kayu, seni
dan bermain peran.

Dari ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam


mengadakan sarana outdoor harus berorientasi pada anak. Dimana semakin
luasnya arena permainan outdoor, maka memberikan dampak yang baik
untuk anak. Selain itu, dalam pemilihan alat permainan outdoor hal yang
harus diperhatikan yaitu tingkat keamanan dari alat tersebut.

Sebagai contoh, jika alat permainan tersebut terbuat dari besi,


maka yang perlu diperhatikan cat tidak mengandung racun ataupun toxin,
selain itu permukaan sarana permainan tidak ada yang patah, dan jika alat
sarana permainan tersebut terbuat dari kayu, maka yang perlu diperhatikan
yaitu cat kayu tersebut tidak mengandung racun, dan permukaan kayu yang
digunakan halus. Sehingga anak terhindar dari kecelakaan

Dari hasil temuan lapangan, sarana outdoor pada BKB PAUD


Melati IV sendiri tidak sesauai dengan ketiga teori yang telah dijelaskan.
Karena pada hasil laporan observasi sendiri, sarama permainan outdoor
BKB PAUD Melati IV sudah tidak baik untuk digunakan. Dimana pada

89
Ibid. hal : 166
140

sarana tersebut cat nya sudah tergelupas dan banyak bagian dari sarana
tersebut sudah tidak baik digunakan.

Untuk area permainan outdoor sendiri, pada BKB PAUD Melati


IV sendiri tidak memiliki arena yang beragam. Sehingga dalam
implementasinya, sarana outdoor pun hanya terbatas pada alat permainan
seperti ayunan, jungkat-jungkit, dan porsotan.

2. Manajemen Prasarana dan Sarana Lembaga PAUD

Manajemen atau suatu proses pengaturan sangat perlukan dalam


segala aspek dalam rangka mendukung proses pelaksanaan pendidikan.
Dalam pengaturan sarana dan prasarana dibutuhkanya suatu manajemen
atau pengaturan yang terkendali. Manajemen sendiri menurut KBBI yaitu
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran 90 .
Sedangkan menurut etimologi, Manajemen diartikan dalam bahasa Latin,
kata manajemen berasal dari kata manus yang berarti tangan dan agere
yang berarti melakukan, jika digabung memiliki arti menangani.
Pada buku manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang
ditulis oleh Ahmad Nurabadi mengatakan bahwa sarana dan prasarana
dikelompokan menjadi 4 yaitu tanah, bangunan, perlengkapan, dan
perabotan sekolah91
Sehingga dalam penyusunan manajemen prasarana dan sarana
lembaga PAUD sendiri harus melibatkan ke-empat pengelompokan
manajemen sarana dan prasarana. Agar sarana dan prasarana tersebut
dapat digunakan dengan baik, maka diperlukanya koordinasi pengelolaan
yang baik. Pengelolaan yang disebutkan yaitu : (1) perencanaan,

90
https://kbbi.web.id/manajemen diakses pada hari Minggu, 22 juli 2018. Pukul 00.00 WIB
91
Ahmad Nurabadi, “Manajemen sarana dan prasarana pendidikan”, fakultas ilmu pendidikan
Universitas Negeri Malang, 2014, (Malang, hal : 1)
141

pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, penataan, penggunaan, dan


penghapusan.92
Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam manajemen
prasarana dan sarana lembaga PAUD diperlukanya pengelolaan yang
baik. agar proses kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan baik.

6. Penentuan Kebutuhan Prasarana dan Sarana Lembaga


PAUD
Pada saat melakukan sesi wawancara kepada kepala sekolah dan
guru, penentuan dalam kebutuhan Prasarana dan Sarana di BKB PAUD
Melati IV dilakukan oleh pihak sekolah. Dimana dalam menentukan hal
tersebut kepala sekolah berkontribusi dengan guru dikelas dalam
melakukan rapat mengenai apa saja yang dibutuhkan untuk Prasarana dan
Sarana disekolah.
Perencanaan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk
mempertimbakan apa saja yang dbutuhkan oleh lembaga. Selain mengenai
hal yang dibutuhkan lembaga, pencatatan juga diperlukan sebagai cara
untuk mempertimbangkan kondisi dan kemungkinan yang dapat terjadi.
Penentuan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan untuk
membantu dalam mencapai tujuan, menetapkan langkah-langkah yang
akan dilakukan. Selain hal diatas, pencatatan digunakan sebagai alat bukti
kepada pengawas.
Dalam proses manajemen prasarana dan sarana yang dilakukan
sebelum melakukan pengadaan yaitu prerencanaan kebutuhan. Menurut
Permendikbud no. 137 pasal 31 tahun 2014, mengatakan :
“(1) saranan dan prasarana merupaka perlengkapan dalam
penyelengagraan dan pengelolaan kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan
perlindungan anak usia dini, (2) pengadaan sarana dan prasarana

92
Ibid. hal : 1
142

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perlu disesuaikan dengan jumlah


anak, usia, lingkungan sosial dan budaya lokal, serta jenis layanan.”93
Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa dalam proses
perencanaan prasarana dan sarana lembaga PAUD, prasarana dan sarana
harus berorientasi pada anak seperti mengenai pengelolaan kegiatan
pendidikan, pengasuhan dan perlindungan untuk anak. Dalam pengadaan
sarana dan prasarana seperti hal diatas harus disesuaikan dengan jumlah
anak, usia, lingkungan sosial dan budaya lokal, dan juga jenis layanan
yang ada.
Mengacu pada buku planning and administering early childhood
program by Decker, mengatakan bahwa :
“equipment and materials have a major influence on both staff
members and children; consequently, the educational objective of the
local early childhood program should determine what equiment and
materials are used. these item should be planned and budgeted for at the
conception of the early childhood program for two reason: first, if
budgeting for equipment and materials in an afterthought, these items may
be purchased with what remains after other expenditure”94
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa peralatan dan bahan
memiliki pengaruh besar pada anggota staf dan anak-anak; akibatnya,
tujuan pendidikan dari program anak usia dini setempat harus menentukan
apa yang menjadi sumber dan bahan yang digunakan. Hal ini harus
direncanakan dan dianggarkan untuk konsep program anak usia dini
karena memiliki alesan yaitu jika penganggaran untuk peralatan dan bahan
dalam perencanaan, maka barang-barang ini dapat dibeli dengan apa yang
tersisa setelah pengeluaran yang lain.

93
Permendikbud no 137 Pasal 31 tahun 2014
94
Celia Anita Decker dan Jhon R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs fith
edition, Macmillan Publishing Company, United States of America, 1992, hal : 201
143

Berdasarkan dari hasil temuan lapanagan dan teori yang ada , BKB
PAUD Melati IV tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan. Karena
BKB PAUD Melati IV belum memiliki pencatatan mengenai prasarana
dan sarana. karena pada proses pengadaanya hanya dilakukan ketika
melakukan rapat antara kepala sekolah dan guru dikelas.

7. Proses Pengadaan Prasarana dan Sarana Lembaga PAUD


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, pengadaan
sarana dan prasarana pada BKB PAUD Melati IV dilakukan dengan
melakukan kerjasama dengan morinaga dan uang BOP yang diajukan
oleh lembaga kepada pemerintah.
Setelah melakukan perencanaan kebutuhan, langka selanjutnya
yang dlakukan dalam proses manajemen yaitu proses pengadaan.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan bagian
keseluruhan proses menghadirkan seperti tidak adanya sarana menjadi
ada nya sarana. Proses pengadaan tersebut bisa meliputi mengganti sarana
yang rusak atau sebagainya
Menurut buku manajemen prasarana dan sarana pendidikan
dalam perencanaan proses pengadaan prasarana dan saranna hal-hal yang
perlu disiapkan adalah sebagai berikut :
“(1) pembelian : merupakan cara pemenuhan kepenuhan sarana
dan prasarana pendidikan dengan cara melakukian transaksi antar
penjual dan pembeli. Pembelian dilakukan jika lembaga memiliki
anggaran yang tersedia, (2) meminta pinjaman, (3) pengajuan ke
pemerintah, pengajuan ke pihak yayasan (4) pengajuan ke komite sekolah
(5) tukar-menukar ke sekolah lain dan sebagainya. ”95
Dari penyataan daiatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pengadaan prasarana dan sarana Lembaga PAUD sendiri memiliki

95
Ahmad Nurabadi, “Manajemen sarana dan prasarana pendidikan”, fakultas ilmu pendidikan
Universitas Negeri Malang, 2014, (Malang, hal : 37)
144

berberapa cara yaitu dengan cara pembelian bila memiliki dana yang
tersedia, mengajukan peminjaman , pengajuan kepada pemerintah,
pengajuan ke pihak yayasan, mengajukan ke pihak komite sekolah dan
terakhir tukar-menukar dengan sekolah lain.
Dari hasil temuan lapanagn dan teori diatas , dapat disimpulkan
bahwa dalam pelaksanaan pengadaan prasarana dan sarana BKB PAUD
Melati IV melakukan proses pengadaan sesuai dengan teori diatas yaitu
melakukan pembelian langsung melalui dana yang tersedia dan juga
melakukan pengajuan dana kepemerintah untuk masalah pengadaan
sarana dan prasarana. Sehingga lembaga tersebut memiliki prasarana dan
sarana yang memadai.
8. Pemakaian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana
Lembaga PAUD
Berdasarkan hasil wawancara, pemakaian dan pemeliharaan
prasarana dan sarana di BKB Paud Sakura sendiri tidak jelaskan secara
rinci. Namun setelah anak selesai bermain semua guru yang mengajar
dikelas harus saling membantu satu sama lain untuk membersihkan
dan meletakan kembali mainan dan media pembelajaran yang telah
digunakan pada saat pembelajaran
Dalam pemakaian dan pemeliharaan prasarana dan sarana
Lembaga agar pemakaian dan pemeliharaan prasarana dan sarana
dapat dilakukan secara baik, maka kepala sekolah selaku pemimpin
lembaga harus memberikan arahan kepada staf nya. Sehingga dalam
pemakaian dan pemeliharaan prasarana dan sarana lembaga paud dapat
dilakukan oleh semua pekerja lembaga.
Dari hasil temuan lapangan, dan teori yang ada pemakaian dan
pemeliharaan prasarana dan sarana lembaga paud belum sesuai dengan
teori diatas. Karena pada saat melakukan wawancara, kepala sekolah
mengatakan bahwa dalam pemakaian dan pemeliharaan prasarana dan
srana dilakukan oleh semua staff lembaga.
145

Solusi yang dapatr dilakukan yaitu melakukan pencatatan


pemakaian dan pemeliharaan prasarana dan sarana lembaga paud.
Dengan demikian, semua pekerja memiliki kewajiban dalam
pemakaian dan pemeliharaan prasarana dan sarana lembaga

9. Pencatatan/Inventarisasi Prasarana dan Sarana Lembaga


PAUD

Gamabr 2.32
Papan inventaris
146

Berdasarkan hasil wawancara, pencatatan prasarana dan sarana


lembaga BKB PAUD Melati IV, lembaga memiliki papan inventaris
dan buku catatan inventaris sendiri pada lembaga. Untuk papan
inventaris sendiri diletakan pada ruang belajar anak. Pada saat melihat
hasil catatan inventaris pada dinding, catatan yang diletakan pada
dinding lembaga, pada saat observasi inventaris tersebut belum ditulis
secara terperinci.
Namun, untuk inventaris pada buku, pihak lembaga tidak
menunjukan buku tersebut dengan alasan catatan inventaris atau buku
inventaris tersebut sedang digunakan oleh guru untuk membuat
laporan pertanggung jawaban.

10. Pertanggungjawaban Prasarana dan Sarana Lembaga


PAUD
Berdasarakan hasil wawancara, yang bertanggung jawab dalam
prasarana dan sarana pada lembaga BKB PAUD Melati IV sendiri
dipegang oleh Ibu Lili selaku kepala sekolah pada lembaga tersebut.
Namun, kepala sekolah dibantu oleh semua guru yang berkerja
dilembaga tersebut. Sehingga semua karyawan memiliki tanggung
jawab dalam menjaga dan merawat Prasarana dan Sarana yang tersedia.
Pertanggungjawaban merupakan suatu langkah timbal balik
yang harus dilakukan setelah penyedayaan prasarana dan sarana.
pertanggung jawaban ini diilakukan oleh seluruh warga sekolah
kepada semua lembaga yang memenuhi penyelengaraan prasarana dan
sarana tersebut. Sebagai contoh, pada BKB PAUD ini berkerjasama
kepada morinaga dan pemerintah. Dimana dari hasil kerjasama
tersebut perlu adanya pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada
isntansi yang terkait.
Bentuk pertanggungjawaban dapat berupa fisik seperti laporan,
atau berbentuk lain seperti perawatan dan keamanan. Penjagaan
147

prasarana dan sarana yang baik merupakan wujud dari bentuk


pertanggungjawaban lembaga kepada instansi yang telah berkontribusi
aktif kepada lembaga.
Pada hasil temuan lapangan, BKB PAUD Melati IV sendiri
belum memiliki bukti fisik berupa laporan pertanggungjawaban.
Melainkan dari hasil observasi wawancara semua pihak lembaga
mempunyai kewajiban untuk mempertanggung jawab prasarana dan
sarana lembaga paud.
148

BAB IV

PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM

A. Penyusunan Program
Berdasarkan hasil temuan lapangan dan analisa temuan lapangan di BKB PAUD Melati IV yang berada di daerah Matraman,
Jakarta Timur, maka dapat disusun program-program baru dan pengembangan program yang sudah berjalan sebelumnya di PAUD
ini. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan proses belajar-mengajar di BKB PAUD
Melati IV ini. Program-program yang disusun ini ditujuan untuk lembaga, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar sekolah.
Adapun program yang disusun sebagai berikut :
149

Tahapan Peralatan
Deskripsi Sasaran
No. Kegiatan Tujuan Program Pelaksanaan Waktu Tempat dan Koordinator
Kegiatan Program
Program Bahan
Pemaparan
mengenai apa
itu kurikulum
2013 dan
komponen-
komponen yang
Seminar
ada di kurikulum
pembuatan
2013. Serta
dokumen 1 dan ATK dan
1 pemaparan Guru
dokumen 2 Hand out
mengenai cara
pada kurikulum
pembuatan
2013 13.00 -
dokumen 1 dan
16.00
dokumen 2 dan BKB
pemaparan PAUD
mengenai Melati
Taksonomi IV
Bloom
Pembuatan
dokumen 1 (visi,
Pembuatan miisi, tujuan, ATK dan
2 Guru
dokumen 1 muatan Hand out
pembelajaran
dll)
Pembuatan
dokumen 2
Pembuatan 13.00 - ATK dan
3 (Penentuan Guru
dokumen 2 16.00 Hand out
Tema,RPPM,
RKH, dan RKS)
150

Pembuatan ATK, busa


jadwal piket ati, karton,
Pembuatan yang sesuai gunting,
4 Guru
jadwal piket dengan lem,
karakteristik spidol,
anak origami

Pemaparan
mengenai model
Pengenalan pembelajaran
model Area dan ATK dan
5 Guru
pada proses memperdalam Hand out
pembelajaran model 09.00 -
pembelajaran BKB
15.00 PAUD
Area
Melati
Mengubah Pengaturan IV Karpet,
setting kelas kegiatan belajar media
6 Guru
menjadi model sesuai dengan pembelaja
Area model Area ran
Pemaparan
mengenai
Pengenalan berbagai
ATK dan
7 macam-macam macam metode Guru
Hand out
asesmen asesmen yang 13.00 -
dapat 16.00
digunakan
Pembuatan
Pembuatan
8 format Guru ATK
format asesmen
asesmen
151

Pengecekan
Pengecekan dan evaluasi Dokumen
dokumen 1, pembuatan 1,
dokumen 2 dan dokumen 1 dan 13.00 - dokumen
9 Guru
penerapan 2 serta 16.00 2, dan
hasil asesmen penerepana asesmen
di lapangan asesmen di anakk
kelas
Pemaparan
materi
mengenai media
Work shop
belajar yang ATK dan
10 media Guru
sesuai dengan Hand out
pembelajaran
tahapan BKB
perkembangan PAUD
09.00 -
anak Melati
15.00
Pembuatan IV ATK, busa
media belajar ati, karton,
Pembuatan
yang sesuai gunting,
11 media Guru
dengan tahapan lem,
pembelajaran
perkembangan spidol,
anak origami

Pebuatan pojok Pembuatan Guru dan 13.00 - Buku


12
baca pojok baca Siswa 16.00 cerita
Seminar Pemaparan
mengenai materi
13.00 - ATK dan
13 sarana dan mengenai Guru
16.00 Hand out
prasarana yang sarana dan
ada di lembaga prasana yang
152

PAUD sesuai dengan


Juknis PAUD
Pembiasaan
penerapan Guru dan
14
aturan di Siswa
sekolah 08.00 -
Pembiasaan 12.00
merapikan Guru dan
15
media atau alat Siswa
belajar
Pembiasaan
meletakkan Guru dan 08.00- BKB
16
sepatu pada Siswa 12.00 PAUD
tempatnya Melati
Parenting Guru dan 09.00- IV ATK dan
17
Program Orang Tua 13.00 Hand out
Pembuatan
Papan
Pembuatan mading kelas Guru dan 13.00 -
18 dan busa
mading untuk memajang Siswa 16.00
ati
hasil karya anak
Bibit
Penghijauan di tumbuhan,
Kegiatan Guru dan 08.00 -
19 sekitar pos polbag,
menanam Siswa 12.00
PAUD skop, dan
tanah
Pemantauan Pemantauan
dan evaluasi dan evaluasi Guru dan 08.00 -
20
pelaksanaan pelaksanaan siswa 12.00
program program
153

B. Pelaksanaan Program

Anda mungkin juga menyukai