A. Profil Lembaga
Jumlah Ruangan :4
1
2
c. Tujuan
Untuk membentuk karakter anak, agar bisa lebih mandiri dan
mencerdaskan pola pikir anak yang lebih maju serta mendidik anak untuk
bisa disiplin.
C. Sejarah Berdirinya Lembaga PAUD
tahun 1997. Lokasi pertama yang digunakan oleh BKB PAUD Melati IV
Matraman ini berada dibagian belakang permukiman wagra dan berdekatan
dengan kali. Lokasi ini digunakan oleh lembaga hingga tahun 2011. Saat
adanya kebijakan pemerintah yang dikeluarkan oleh Gubernur Bapak Fauzi
Bowomen untuk mendirikan lembaga PAUD di setiap RW, maka terbentuklah
BKB PAUD yang bernama Balita.
A. Kurikulum
Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki kurikulum yang berguna
sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam
lembaga tersebut. Kurikulum dikatakan sebagai pedoman karena berisikan
tentang cita-cita suatu lembaga berupa program-program pendidikan untuk
dilaksanakan di sekolah. Program pendidikan yang akan di laksanakan
dituliskan secara runtut dimulai dari pembelajaran harian, migguan, bulanan,
hingga semester. Hal ini juga berlaku untuk BKB PAUD Melati IV Matraman,
karena merupakan suatu lembaga pendidikan yang berguna sebagai pedoman
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan setiap harinya.
Kurikulum digunakan sebagai acuan pembelajaran di sekolah agar
sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pada buku L Jackman menyatakan
bahwa,
“Curriculum is a multilevel process that encompasses what happens in
an early education classroom each day, reflecting the philosophy,
goals, and objectives of the early childhood program”1.
1
Hilda L Jackman, Early Education Curriculum A Child’s Connection to The World Fifth Edition,
Cengage Learning: Canada, 2012, hal 35
8
9
1. Kurikulum Acuan
Berdasarkan informasi yang di dapat selama Praktek Kerja Lapangan
(PKL), BKB PAUD Melati IV Matraman memiliki dokumen terkait dengan
kurikulum. Kepala sekolah dan guru juga menyatakan bahwa dalam belajar
sehari-hari beracuan dengan Kurukulum 2013. Terkait dengan dokumen
kurikulum dibuktikan dengan menunjukkan print out yaitu Peraturan
Menteri No. 84 Tahun 2014 (Pendirian Satuan PAUD), Peraturan Menteri
No. 137 tahun 2014 (Standar Nasional PAUD), dan Peraturan Menteri No.
146 Tahun 2014 (Kurikulum 2013 PAUD).
2
Celia Anita Decker and John R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs,
Macmillan Publishing Company: United States America, 1992, hal 266
3
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL
10
4
Permendikbud no. 146 Tahun 2014, Lampiran III
5
ibid
12
6
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL
77
Celia Anita Decker and John R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs,
Macmillan Publishing Company: United States America, 1992, hal 268
13
8
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 137 TAHUN 2014, BAB III Pasal 5
9
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 146 TAHUN 2014, Lampiran III
14
2. Pendekatan Pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah beserta salah
satu guru dari kelompok kelas campuran TK A dan TK B di dapat informasi
bahwa pendekatan pembelajaran yang berlaku di BKB PAUD Melati IV
Matraman yaitu berfokus pada anak, yang mana ketika guru memberikan
suatu kegiatan pembelajaran, guru tidak memaksakan anak untuk
melakukannya tetapi guru berusaha untuk membimbing. Jika sudah di
bimbing namun anak tetap tidak mau melakukannya guru tidak akan
memaksakan anak untuk menyelesaikan tugas yang sudah di berikan, dan
mengizinkan anak untuk melanjutkan di rumah. Guru berpendapat jika
anak di paksakan untuk melakukan apa yang di perintah oleh guru maka
anak semakin tidak mau melakukannya.
10
Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ghalia Indonesia: Bogor, 2011,
hal 75
16
Yang mana dari kurikulum yang sudah di buat maka guru harus
menghargai setiap perbedaan anak didiknya sehingga guru mampu
menciptakan kegiatan pembelajaran yang bisa menyediakan minat anak
serta yang anak butuhkan.
11
Diane Trister Dodge dan Laura J. Colker, The Creative Cerriculum for Early Childhood, Teaching
Strategies: Washington DC, 2001. hal 19
12
Dr. Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal 70
17
bahasa, dan seni. Serta terdapat alokasi waktu yang jelas dalam setiap tema
yang sudah di buat, sebagai contoh pada program semester dua terdapat
tema bulanan tanaman yang memiliki sub tema apel, bayam, mawar.
Alokasi waktu setiap tema berbeda dan sudah tercantum jelas dalam
program semesternya yang di sediakan untuk mempelajari tema ini di
berikan selama dua minggu, dan guru mengatakan bahwa pembelajaran di
BKB PAUD Melati IV sudah mengikuti kurikulum 2013.
13
Ibid, hlm 19
18
Dari hasil lapangan dan teori dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk
dokumen terkait BKB PAUD Melati IV Matraman sudah cukup baik walau
memang belum menuliskan secara rinci terkait dengan aspek
perkembangan apa saja yang akan dicapai dalam setiap kegiatan serta
14
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014
15
Ibid,
19
4. Kalender Pendidikan
16
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014
17
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN POS PAUD, hal 13
21
kepada orangtua melalui grup chat bukan dengan kalender akademik yang
sudah tersusun.
5. Perencanaan Pembelajaran
Melalui dokumen-dokumen yang di berikan oleh kepala sekolah saat
observasi, terdapat perencanaan pembelajaran di BKB PAUD Melati IV
Matraman yang memiliki pembagian berdasarkan tema tertentu dan
tercantum dalam program semester laporan diklat yang telah diikuti guru.
Menurut Majid dalam jurnal Perencanaan Pembelajaran Kurikulum
2013 PAUD, bahwa perencanaan merupakan proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan
metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan18.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 tahun 2014 Bab V tentang standar proses pasal 11
yang mencakup tentang perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pengawasan pembelajaran.
Selanjutnya pada pasal 12 ayat 2 di jelaskan perencanaan pembelajaran
meliputi program semester (prosem), rencana pelaksanaan pembelajaran
mingguan (RPPM), rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)19.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan
pembelajaran memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran setiap
harinya yang mana tersusun dalam RPPH yang di turunkan dari RPPM dan
Prosem. Sehingga sekolah harus membuat perencanaan yang rinci terkait
dengan materi pembelajaran termasuk media yang di gunakan dan lamanya
kegiatan berlangsung.
18
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.
19
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014
22
20
Wina Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
23
21
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014
25
22
Ibid,
27
d. Program Harian
23
Permendikbud No 146 Tahun 2014 Lampiran IV tentang Kurikulum 2013 Anak Usia DIni
24
Trianto. Design Pengembangan Pembelajaran Tematik. ( Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2012)
25
Suyanto, Asep Jihad. Menjadi Guru Profesional ( Jakarta: Erlangga Grup, 2013) hlm 264.
33
2. Materi Pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara kami pada hari senin tanggal 21 Mei 2018
kepada guru bahwa materi pembelajaran setiap harinya sama tergantung
dari LKS yang ada. Guru akan menghabiskan salah satu LKS terlebih
dahulu lalu dilanjutkan LKS yang lain. Di BKB PAUD MELATI IV ini
memiliki 6 LKS dengan materi seperti seni, berbahasa, bahasa ingris,
motorik, kognitif dan pembiasaan ini diberikan pada hari senin sampai hari
rabu. Pada hari kamis, materi yang diberikan adalah olahraga seperti senam,
berjalan berkeliling disekitar PAUD dan bermain main bola. Selanjutnya di
hari jumat, guru memberikan materi agama atau imtaq seperti solat di
musolah secara bergantian, membaca doa-doa dan iqra.
Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan di BKB PAUD
MELATI IV, mengajarakan materi yang bertemakan tentang “TubuhKu”.
34
26
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasido, cetakan ke-4, 1996) hlm 295.
27
Www.google.co.id/amp/s/silabus.org/materi-pembelajaran/amp/ diakses pada tanggal 23 juli 2018
28
Diana Trister Dodge, The Creative Curriculum for Early Childhood (Washington DC: Teaching
Strategies, 2000) hlm 47.
36
3. Metode Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi pada yang kami lakukan di BKB PAUD
MELATI IV, metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, tanya
jawab dan demonstrasi. Metode ceramah dilakukan pada saat guru
menjelaskan tentang tema yang akan diajarkan. Pada metode tanya jawab
guru akan bertanya tentang pembelajaran tersebut dan anak akan menjawab
yang ditanyakan oleh guru pada saat pembelajaran maupun pada saat
sebelum pulang.
Pada gambar diatas dapat dilihat sebagai salah satu cara metode
pembelajaran yaitu demonstrasi. Guru menjelaskan terlebih dahalu dan
mempraktikkan bagaimana cara menulis huruf. Kemudian anak akan
menulis dibuku masing-masing yang sudah di bagikan sebelumnya. Guru
akan memperhatikan anak-anak agar fokus menulis.
29
Darmadi. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa.
(Yogyakarta: Deepublish, 2017) hlm 175.
37
4. Media pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara kami di BKB PAUD MELATI IV
kepada guru bahwa media itu diberikan kepada anak pada saat diwaktu
30
Permendikbud No 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Anak Usia Dini Lampiran IV
31
Gunarto. Model dan Metode Pembelajaran Di Sekolah. ( Semarang : Unissula Press, 2013) hlm. 16
38
bebas dan pada materi yang sesuai dengan media yang ada, misalkan pada
saat pembelajaran olahraga, media yang dapat digunakan adalah bola
Berdasarkan hasil observasi kami di BKB PAUD MELATI IV,
ditemukan media pembelajaran yang digunakan sebagai berikut
Tabel 2.1 Media Pembelajaran
No Nama Media Jumlah Gambar Media
1 Bola 2 buah
2 Cetakan 1 box
39
3 Masak-masakan 1 pcs
4 Lego 1 pcs
5 Geometri 5 macam
40
Diliat dari tabel diatas, media pembelajaran yang dimiliki oleh BKB
PAUD MELATI IV terdiri dari 5 macam media pembelajaran. Seluruh
media pembelajaran yang berada di BKB PAUD MELATI IV dalam
keadaan baik. Menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah juga
mengatakan media pembelajaran ini didapatkan dari pemerintah dan
sedikit dari uang siswa. Berdasarkan observasi media pembelajaran ini
jarang di keluarkan dan di pergunakan. Guru lebih memilih untuk
menggunakan LKS untuk media pembelajarannya.
Degeng (1993:215) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah kompenen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang
akan disampaikan kepada si belajar, apakah itu orang, alat atau bahan 32.
Menurut Association of Education and Communication Technology
(AECT) memberikan batasan bahwamedia segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyalurkan pesan/informasi. Segala segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar dapat
disebut media33. Menurut Susilana dan Riyana media adalah alat untuk
memudahkan seorang guru agar proses pembelajaran berjalan efektif dan
dapat mewujudkan tujuan pendidikan. Berdasarkan toeri diatas dapat
disimpulkan media pembelajaran bukan hanya alat untuk menyampaikan
informasi melainkan juga ada aspek yang perlu diperhatikan agar materi
yang disampaikan kepada anak dapat diterima oleh anak dengan baik.
Berdasarkan hasil temuan lapangan, media pembelajaran yang terdapat
di BKB PAUD MELATI IV, sudah sesuai denga perkembangan anak. Hal
ini dapat diliat dari APE yang ada seperti bola, cetakan, geometri, masak-
32
Trianto. Design Pengembangan Pembelajaran Tematik. ( Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2012). Hlm 227
33
Usep Kustiawan. Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini. ( Malang: Gunung samudera.
2016) hlm. 6
41
5. Evaluasi Pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara kami kepada guru, evaluasi harian
dilakukan dengan menggunakan pemberian nilai pada lembar kerja siswa
seperti nilai A dan nilai B. Pada evaluasi semesteran, guru memberikan
evaluasi berupa raport pada siswa. Dan pada evaluasi tahunan, guru
memberikan ijazah untuk siswa yang sesuai dengan indikator yang ada
pada rapot.
42
34
Eveline Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran , hlm 142.
44
35
Permendikbud No 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Anak Usia Dini Lampiran V poin
Penilaian.
36
www.eurekapendidikan.com/2014/pengertian-dan-peranan-evaluasi-pembelajaran.html diakses
pada tanggal 23 juli 2018
45
potensi yang dimiliki oleh setiap sumber daya manusia berpengaruh terhadap
kemajuan serta perkembangan sebuah lembaga.
Sedangkan menurut Bejamin Bukit dkk, sumber daya manusia diartikan
sebagai kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki
individu, perilaku, dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya,
sedangkan dalam prestasi kerja dimotivasi oleh keinginan utuk memenuhi
kepuasannya.37 Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
sumber daya manusia merupakan sebuah potensi yang dimiliki oleh manusia
baik potensi fisik, pikiran dan kinerja. Potensi-potensi tersebut dapat kelola
hingga dapat bermanfaat bagi proses produksi sebuah lembaga. Adanya sumber
daya manusia yang mumpuni, maka sebuah lembaga akan berjalan dengan baik
dan sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan. Untuk itu, dalam sebuah
lembaga haruslah memiliki manajemen yang mengatur sumber daya manusia
di dalamnya.
Menurut Bejamin Bukit dalam kutipannya Edy Sutrisno mengatakan bahwa
Manajemen Suber Daya Manusia merupakan kegiatan perencanaan,
pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, serta penggunaan sumber daya
manusia untuk mencapai tujuan baik secara individu maupun organisasi.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk mempermudah pekerjaan yang ada di dalam
sebuah lembaga.38 Dapat dikatakan bahwa manajemen sumberdaya manusia
merpakan sebuah koponen yang diperlukan untuk menentukan sebuah
perencaan sebuah program hingga hasil yang akan dicapai. Sedangkan Kaswan
(2012: 6) mengatakan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan
bagian dari manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan lain-lain.39 Proses tersebut dijalankan sesuai dengan tahapan-
tahapan manajerial yang dimiliki di setiap lembaga.
37
Bajamin Bikur.Dkk, “Pengembangan Sumber Daya Manusia”, (Yogjakarta: Zahir Publishing,2017),
Hal 2.
38
Ibid, Hal 11
39
Op.cit, Hal 11
46
40
Malayu.S.P, Hasibuan, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009). Hal
10
47
41
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, “Sistem Pendidikan Nasional “, Pasal 1 ayat
5 dan 6
48
bahwa pendidik bagi anak usia dini merupakan tenaga profesional yang
berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil
pembelajaran anak. Sedangkan tenaga kependidikan merupakan tenaga
yang bertugas melaksanakan proses administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk memunjang
proses kegiatan pembelajaran bagi anak usia dini.42 Dapat dikatakan
bahwa pendidik dan tenaga kependidikan bagi anak usia dini haruslah
profesional sehingga dapat memahami berbagai macam tugas yang
diperuntukkan bagi lembaga pendidikan anak usia ini. Pendidik yang
sesuai bagi anak usia dini adalah pendidikan yang mampu membuat
berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak,
mencari berbagai sumber belajar untuk anak, dan mampu menilai anak
secara objektif.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 137 Tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pasall 25 ayat
1 menjelaskan
“ Kualifikasi akademik guru PAUD adalah memiliki ijazah Diploma
empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini,
dan kependidikan lain yang relevan dengan sistem pendidikan anak usia
dini, atau psikologi yang diperoleh dari program studi terakreditasi, dan
memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAUD dari
perguruan tinggi yang terakreditasi”43
Berdasarkan teori diatas dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan
bagi pendidik anak usia dini adalah lulusan D-IV atau S1 dari jurusan
anak usia dini atau kependidikan lainnya atau lulusan S1 psikologi serta
memiliki sertifikat profesi guru. Hal ini dilakukan agar pembelajaran
yang dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Adanya
kualifikasi guru tersebut akan mempermudah proses belaja mengajar
yang dilakukan di sekolah.
42
Peraturan Pemerintah No. 137 Tahun 2014, “Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini”, Pasal 24
43
Ibid, Pasal 25
50
44
Celia Anita Decker and John R. Decker, “Planning and Administering Early Childhood Programs Fifth
Edition”, ( New York: Macmilan Piblishing Company, 1992), Hal 110
45
Op.cit, Hal 110-111
51
46
Ekki Wibisono D dan Rizka Ramayanti S, “Makalah Manajemen Sumber Daya Manusia Rekrutmen
Sumber Daya Manusia”, (Malang; Universitas Brawijaya, 2016), Hal 6
47
Celia Anita Decker dan John R. Decker, “Planning and Administering Early Childhood Program”,
(New York: 1992), Hal 115
48
Ibid, Hal 117
54
49
UU No. 14 Tahun 2005, “Guru dan Dosen”, Pasal 32 ayai 1-4, Hal 15-16
57
50
Abd Aziz Hasibuan,”Manajemen Pembinaan Profesi Dalam Peningkatan Kinerja Guru”, (Jakarta:
2016), Vol 10 No. 1, Hal 124
51
Log.cit, Hal 127
58
52
UU No. 14 tahun 2005, ”Guru dan Dosen”, pasal 30
60
53
Sri Zulhartati, “Pengaruh Pemutusan `hubungan Kerja Terhadap Karyawan Perusahaan”, Vol 1 No.
1 (Pontianak: 2010), Hal 81-82
61
2. Anak Didik
Anak didik merupakan salah satu sumber daya manusia yang sangat
penting di dalam suatu lembaga PAUD. Tanpa adanya peserta didik maka
proses belajar mengajar tidak akan berlangsung.
a. Profil Anak Didik
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, anak didik
yang bersekolah di BKB PAUD Melati IV Matraman ini merupakan
warga yang tinggal di wilayan RW 04 dan sekitarnya. Pada tahun ajaran
2018/2019 jumlah anak didik yang berada di lembaga tersebut tidak
sebanyak tahun lalu yaitu 20 orang. Jumlah peserta tersebut merupakan
jumlah keseluruhan anak didik dari tiga kelas. Rentang usia anak didik
yang bersekolah di BKB PAUD Melati IV Matraman ini berkisar 3-6
tahun.
Berdasarkan hasil observasi jumlah peserta yang datang dan
melakukan kegiatan pembelajaran disetiap harinya berjumlah 15 orang.
Berdasarkan daata pada buku calon peserta didik yang tercatat bahwa
jumlah peserta didik adalah 15 orang. Pada buku calon peserta didik
tersebut tercantum data diri dari setiap anak didik yang besekolah di
BKB PAUD Melati IV. Pada buku tersebut tertera nama, tempat dan
tanggal lahir, alamat, nama orang tua, dan terima/tolak. Data diri anak
didik ini dilengkapi dengan kartu KTP orang tua, Kartu Keluarga, dan
nomor telepon.
Anak didik merupakan komponen utama dalam sebuah lembaga
pendidikan. Dalam jurnal yang ditulis oleh M. Ramli menyatakan
bahwa peserta didik merupakan masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.54 Dapat dikatakan
bahwa peserta didik merupakan sekelompok orang yang melakukan
kegiatan belajar dalam berbagai jenjang pendidikan yang tersedia.
Sedangkan Abu Ahmad berpendapat bahwa peserta didik merupakan
sosok manusia sebagai individu atau pribadi yang berusaha untuk tidak
bergantun kepada orang lain dalam menjalankan kegiatannya.55 Dapat
dikatakan bahwa peserta didik merupakan individu yang melakukan
sebuah kegiatan tanpa bergantung kepada orang lain.
Dalam sebuah lembaga sekolah haruslah memiliki identitas diri
atau profil dari peserta didik yang akan belajar di sekolah tersebut.
Dengan adanya data diri dari setiap peserta didik, maka pengelompokan
di dalam pembelajaran akan lebih mudah. Data anak didik yang tertera
juga akan menjelaskan berbagai macam data dan latar belakang dari
setiap peserta didik sehingga pemberian informasi kepada anak dapat
disesuaikan dengan tingkatan pemahaman anak.
Berdasarkan teori diatas dapat dikatakan bahwa peserta didik
merupakan tokoh utama dalam sebuah lembaga pendidikan. Setiap
54
M. Ramli, “Hakikat Pendidik dan Peserta Didik”, Vol 5 No. 1 (2015), Hal 68
55
Ibid, Hal 21
63
56
Nizarman, “Jurnal Manajemen Penerimaan Siswa Baru”, Hal 4
65
4. Kompetitif
5. Tidak diskriminaitf57
57
Nizarman, ”Jurnal Manajemen Penerimaan Siswa Baru”, Hal 2
66
58
Op.Cit Hal 44/40
67
59
Celia Anita Decker dan John R. Decker, “Planning and Administering Early Childhood Program”,
(New York: 1992), Hal 262-265
68
Masa orientasi yang dilakukan oleh peserta didik baru tidak hanya
mengenal lingkungan fisik yang ada di sekolah, namun peserta didik
juga diperkenalkan dengan aturan-aturan yang diterapkan. Hal ini
dilakukan agar anak dapat mengerti dan menaati aturan-aturan yang
ada sehingga anak akan beradaptasi secara aktif di dalam setiap
kegiatan yang diselenggarakan di sekolah. Anak yang dapat
beradaptasi secara aktif di dalam lingkungan sekolah akan
memperngaruhi tingkat kenyamanan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
60
Risdiyanto Prayoga, “PERANAN KEGIATAN MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK (MOPD)
DALAM MENYIAPKAN PESERTA DIDIK BARUDI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK TAHUN
PELAJARAN 2015/2016”, Hal 22
61
Badrudin, “Manajemen Peserta Didik”, (Jakarta: indeks, 2014), Hal 96/44
70
62
Annisa Eka Fitri.dkk, “Perencanaaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini”,
(Bengkulu: 2017), Hal 3
72
63
Ibid, Hal 4
64
Haidar Putra D, dkk., “Aplikasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Madrasah Aliyah
Kecamatan Medan Sunggal”, (Medan: 2017), Vol 1 No. 2, Hal 140.
73
65
Nancy Dougherty, “ What is Curriculum in The Field Of Early Childhood Educatio”, 19 Juli 2017
http://earlylearningsuccess.net/curriculum-field-early-childhood-education/ (Diakses pada 10
Desember 2018)
74
3) Jadwal Kegiatan
Bedasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa
BKB PAUD Melati IV ini memiliki jadwal kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran di PAUD inii dilaksanakan selama 5 kali
pertemuan yaitu hari senin hingga hari jum’at. Khusus kegiatan hari
jum’at dilaksanakan di masjid dekat PAUD yaitu dengan agenda
pembelajaran sholat, berwudhu, dan membaca iqra. Jam pebelajaran
yang diterapkan disesuaikan dengan kelompok usia yaitu KB pukul
08.00-10.00, TK A pukul 10.00-12.00, dan TK B 12.00-14.00.
Materi pembelajaran yang diajarkan setiap harinya berbeda sesuai
dengna RPPH yang sudah di buat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala guru, bahwa materi
pembelajaran yang dilakukan setiap harinya berbeda-beda sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat oleh guru kelas. Pada hari senin
hingga hari rabu pembelajaran yang diberikan oleh guru adalam
memberikan materi umum seperti matematika, bahasa, studi sosial,
sains, dan motorik halus. Materi tersebut dilakukan berdasarkan buku
yang dibeli oleh sekolah atau didapat dari pemerintah. Pada hari
kamis, materi pembelajaran yang dilakukan adalah berolahraga.
Olahraga yang biasa dilakukan adalah senam, berjalan berkeliling
75
66
Badrudin, ”Manajemen Peserta Didi”k, (Jakarta: indeks, 2014), Hal 106
67
Petunjuk Teknis Pos PAUD tahun 2015, Hal 54
76
68
Celia Anita Decker dan John R. Decker, “Planning and Administering Early Childhood Program”,
(New York: 1992), Hal 277
77
69
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: indeks, 2014), Hal 61/54
78
70
Ibid,Hal 61/54
71
Op.cit, Hal 142
72
Ibid, Hal 61/54
79
73
Ibid, Hal 69/56
74
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 4 tahun 2018 tentang
Penilaian Hasil Belajar Oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah, Pasal 9
81
Selanjutnya orang tua anak didik juga memiliki latar belakang pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga, ojek, karyawan, dan buruh.
Sebagian besar orang tua anak didik di BKB PAUD Melati IV
Matraman ini memiliki latar belakang ekonomi menengah kebawah.
Namun saat kami meminta data menngenai orang tua anak didik, kepala
sekolah mengatakan bahwa data tersebut sedang dirapihkan sebagai
pertanggung jawaban dan pelaopran kepada pihak yang membantu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas , ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung, orang tua menunggu di depan kelas.
Hal ini berkaitan dengan pendidikan awal yang dijalani oleh anak
berada di rumah. Di rumah anak dapat belajar mengenai berbagai
pengetahuan dan perilaku yang sering dilakukan oleh orang tua dan
orang yang ada disekitanya. Selain di rumah, anak juga belajar melalui
kehidupan masyarakat. Sekolah menjadi pendidikan kedua yang
didapatkan anak. Dapat dikatakan bahwa lembaga pendidikan
merupakan tempat berkumpulan berbagai macam latar belakan orang
tua dari setiap anak didik yang melakukan pembelajaran di sekolah.
Berbagai macam latar belakang pendidikan orang tua tidak
membatasi mereka untuk memberikan pendidikan terbaik kepada
anaknya, namun beberapa orang tua masih belum memahami dan
memperhatikan pendidikan bagi anak usia dini. Adanya perbedaan
pendapat terhadap pendidikan bagi setiap anak bergantung kepada
tingkat pemahaman yang dimiliki oleh orang tua, maka dari itu
diperlukan pencatatan profil orang tua dalam setiap lembaga
pendidikan.
Profil umum orang tua anak didik merupakan salah satu bentuk
administrasi yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan. Profil
umum orang tua anak didik pada umumnya akan dicatumkan dalam
buku induk. Berdasarkan bentuk penyelengaraan pos PAUD profil
orang tua yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yakni
83
75
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan POS PAUD, Tahun 2015, Hal 95
84
76
Asri Ramadani dkk, “Kemitraan Orangtua dan Lembaga Pendidikan Dalam Pengasuhan Anak Usia
Dini BerkebutuhanKhusus”, Vol. 11 No. 1 (2016), Hal 20
85
77
Lintang Damayanti, “Partisipasi Orang Tua Terhadap Pelaksanaan Program PAUD”, (Yogyakarta:
2011), Hal 34
78
Ibid, Hal 40
86
79
Celia Anita Decker and Jhon R. Decker, “Planning and Administering Early Childhood Program Fifth
Edition, Macmillan Publishing Company”, United States 1992, hlm 380
80
Ibid., hlm. 381
87
81
Jeanne M. Machado and Helen Meyer- Botharescue, Student Teaching : “Early Childhood Practicum
Guide 5th Edition” ( Thomson Learning, 2005), hlm. 393
88
Kerja sama yang dilakukan oleh guru dan orang tua memiliki
berbagai keuntungan dan salah satunya berdampak pada anak. Anak
akan mempelajari banyak hal melalui kegiatan belajar yang dilakukan
oleh orang tua dan guru. Anak akan mencapai perkembangan sesuai
dengan usianya berdasarkan dengan strategi dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi anak. Orang tua juga bisa menjadi voluntir
dalam membantu guru dalam mengajar di kelas atau mengatur setting
kelas sebelum anak belajar. Keterlibatan orang tua akan menghasilkan
keuntungan baik pihak sekolah ataupun anak.
ini dapat dibuat program mengenai keterlibatan orang tua dalam proses
pembelajaran di sekolah.
4. Hubungan Kemitraan Lembaga PAUD
Kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua
pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu bidang
usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh hasil yang
lebih baik. Dunlap and Fox (2007, p. 277) describe partnerships as also
entailing a clear and strong commitment by both parties and an
understanding of each party’s circumstances and roles.82 Pada penjabaran
tersebut dapat diartikan bahwa kemitraan merupakan sebuah penjabaran atau
penjelasan mengenati komitmen yang jelas dan kuat diantara dua belah pihak
dan pemahaman tentang keadaan dan peran masing-masing pihhak. Dapat
dikatakan bahwa kemitraan merrupakan sebuah proses pembuatan perjanjian
yang memperhatikan keadaan dari setiap masing-masing pihak dan saling
memahami.
Pada dasarnya kemitraan merupakan istilah lain dari kalimat gotong
royong Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama
formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.83 dalam hal ini
kemitraan merupakan suatu kerjasama antara berbagai pihak untuk mencapai
tujuan bersama.
Pada aspek manajemen, makna kemitraan adalah untuk
mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang
tidak bisa dicapai apabila satu individu bertindak sendiri. Berdasarkan
Petunjuk Teknis tentang Kemitraan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
dengan Kelauarga dan Masyaratakat pembentukan kemitraa pada lembaga
82
Elizabeth Rouse, “Partnership in Early Childhood Education and Care : empowering parents or
empowering practitioner”, Vol 2 No. 1 (2012), Hal 15
83
Faqih Ethana Prabandaru, ” Pengertian Kemitraan Menurut Para Ahli Beserta Jenis dan
Manfaatnya, (2016), https://terbeselung.blogspot.com/2016/11/pengertian-kemitraan-menurut-
para-ahli.html (diakses 11 Desember 2018)
90
PAUD memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum program kemitraan sekolah adalah untuk menjalan kerjasama dan
keselarasan program pendidiikan di sekolah, keluarga, dan lingkungan
masyarakat. Sedangkan tujuan khususnya ada;ah untuk memperkuat potensi
yang dimiliki anak, meningkatkan keterlibatan orang tua, dan meningkatkan
peran masyarakat dalam mendukung program pendidikan.84 Dapat
dikatakanbahwa menjalin kemitraan merupakan sebuah dukungan bagi
kemajuan pendidikan dan mendukung anak dalam melakukan proses
pembelajaran.
a. Bentuk-Bentuk Hubungan Kemitraan Lembaga PAUD dengan
Instansi Terkait
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, BKB
PAUD Melati IV memiliki hubungan kemitraan dengan instansi terkait,
yakni Susu Morinaga, posyandu RW 04, dan organisasi lainnya yang
bergerak di RW 04 . Kemitraan ini terjalin karena adanya pertukaran
informasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Susu Morinaga
sebagai sarana untuk membantu kegiatan yang ada di sekolah dengan
memberikan sponsor berupa hadiah. Sedangkan posyandu memberikan
informasi mengenai kesehatan dan DDTK yang harus dilakukan
sebelum memberikan pembelajaran untuk anak.
Kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh
berbagai lembaga. Bentuk kemitraan tersebut dapat berupa kerjasama
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau
lembaga, serta lembaga dengan lembaga. Meurut Peraturan Presiden
Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik
Integratif menyebutkan penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak
usia dini secara holistik integratif dilakukan dengan peningkatan
koordinasi dan kerja sama lintas sektor serta kemitraan antara institusi
84
Petunjuk Teknis tentang Kemitraan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini dengan Kelauarga dan
Masyaratakt, (2016), Hal 6
91
85
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
86
Yunida Cahya Kinanti, KEMITRAAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 2 YOGYAKARTA, Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 5 Vol. V Tahun
2016,hlm. 484
92
87
Petunjuk Teknis Kemitraan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Dengan Keluarga dan Masyarakat,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016, Hal 2
93
88
Ibid., Hal 5
89
Ummu Saadah, Interaksi Tiga Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Nonformal
Volume 13, No. 1, Maret 2018, Hal. 28
90
M. Arief Rizka dan Dian Gustiana, Strategi Kemitraan Penyelenggaraan Program Pendidikan Non
Formal, Jurnal Kependidikan Volume 14 No. 2, 2015, Hal. 32
94
BKB
JALUR
PAUD
PELATIHAN UMUM (KE
RUMAH WARGA RUMAH MELATI
BABY JALAN
WARGA IV
SITTER MATRAMAN)
JALAN UMUM
pada bagian kanan dari arah timur terdapat ruangan untuk meletakan
alat permainan outdoor. Ruangan tersebut berguna untuk
menyimpan sarana seperti kursi dan meja permainan outdoor bila
tidak ada kegiatan belajar. Ukuran ruangan penyimpanan sendiri
memiliki panjang +/- 3.6 M, lebar 3 M. Pada ruangan tersebut
terdapat ruang toilet yang memiliki ukuran panjang -/+ 2.85 M dan
lebar -/+ 1,2 M.
Pada BKB PAUD Melati IV Matraman memiliki ruang tengah
untuk kegiatan belajar. Ruangan tersebut memiliki panjang -/+ 7.20
M dan lebar -/+ 7.20 M. Selain terdapat ruang tengah untuk kegiatan
belajar, BKB PAUD Melati IV memiliki ruangan kepala sekolah
dan guru. Posisi ruang kepala sekolah dan guru berada sebelah kiri
dari arah timur bangunan. Ruang kepala sekolah dan guru terdapat
sedikit ruang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat
media permainan dan piala. Pada ruang tengah dicat dengan
menggunakan warna biru muda, sedangkan ruang kepala sekolah
dan guru dicat menggunakan warna oranye/jingga. Selain itu, pada
dinding BKB PAUD Melati IV ditempeli oleh papan struktur
organisasi, papan inventaris, dan papan untuk mengukur tinggi
anak. berikut gambar Floor Plan di BKB PAUD Melati IV
Matraman :
99
TIMUR
Meja dan
dan kursi
Meja dan kursi
Meja
orang dewasa
TOILET kursi anak
ayunan
pintu lemari
Perosotan
Jungkat-
jungkit
pintu
pintu
“Many states use thirty-five square feet per child as the minimum square
footage in licensing regulations. Thirty-five square feet per child is
considered adequate for infants and toddlers. For older children ,
especially those in programs that require extra “activity place”, forty
to sixty square feet per child would be more adequate. Thirty-five square
feet can be very workable if the area is exclusive of space occupied by
sinks, lockersm and storage cabinets.91
91
hal.157
101
dalam mendirikan lembaga PAUD. Sedangkan untuk anak yang sudah lebih tua
dari usianya, khususnya bagi pembelajaran yang membutuhkan ruang gerak
yang lebih membutuhkan ukuran yang lebih besar yaitu 40 sampai 60 kaki per
anak. Jika sebuah lembaga belum mampu mendirikan gedung/lembaga sebesar
itu, maka ukuran belajar ideal menurut buku Dekker & Dekker adalah 35 kaki
per anak.
92
102
93
103
merekrut tenaga pengajar yang baru atau membagi jam belajar siswa sesuai
dengan kelompok usia.
2. Prasarana dan Sarana Imdoor Lembaga PAUD
Prasarana menurut KBBI adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang
utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dan
sebagainya). Sedangkan, Sarana lembaga PAUD merupakan perlengkapan
dalam penyelenggaraaan dan pengelolaan kegiatan pendidikan, pengasuhan,
dan perlindungan anak usia dini. Sehinngga dalam merencanakan lembaga
PAUD memerlukan prasarana dan sarana untuk memfasilitasi proses kegiatan
belajar dan mengajar dikelas guna mencapai tujuan pembelajaran.
Prasarana dibedakan menjadi dua yaitu prasarana terbuka dan prasarana
tertutup, sedangkan sarana dibedakan menjadi dua kajian yaitu sarana indoor
(dalam ruangan ) dan sarana outdoor (luar ruangan).
a. Jenis-jenis prasarana tertutup di Lembaga BKB PAUD Melati IV
Matraman
Berdasarkan hasil observasi, BKB PAUD Melati IV memiliki berberapa
prasarana tertutup yang terdiri dari; ruang kelas, kamar mandi, gudang, ruang
kepala sekolah dan guru, serta tempat penyimpanan permainan. Berikut daftar
Prasarana Indoor yang terdapat di BKB PAUD Melati IV:
104
oleh anak dengan air bersih yang cukup, aman dan sehat bagi anak, dan
mudah bagi guru melakukan pengawasan; (5) memiliki fasilitas
permainan di dalam dan di luar ruangan yang aman dan sehat; (6)
memiliki tempat sampah yang tertutup dan tidak tercemar”94
94
Pasal 32 Ayat 2 Permendikbud No.137 Tahun 2014
110
SARANA
NO. URAIAN JML KONDISI FOTO
INDOOR
1. Meja dan Meja dan Baik
kursi anak kursi anak
yang
berukuran
kecil
digunakan
untuk
belajar
3. Papan tulis Terdapat 1 Baik
satu buah
papan tulis
111
Gambar 2
5. Rak kayu Diperguna 2 Baik
kan untuk
penyimpan
an alat-alat
tulis anak,
media
pembelajar
an, buku
Gambar 1
112
Gambar 2
113
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 1
114
Gambar 2
95
Celia Anita Decker dan Jhon R.Decker, op. cit. hal : 159
116
Jika mengacu pada buku pedoman pengelolaan kelas, ada berbagai cara
untuk memilih furniture untuk anak yaitu sebagai berikut:
“Antar ruang kegiatan dibatasi oleh loker setinggi anak saat berdiri,
hal tersebut berguna untuk memudahkan guru untuk mengobservasi
anak dengan mudah, dan buku buku anak ditempatkan disetiap sentra
atau ditempat tertentu yang mudah dijangkau dengan anak”96
96
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, “Pedoman Pengelolaan kelas anak usia dini”,
(Jakarta, hal : 18)
118
“outdoor play has been an integral part of early childhood program and
hence housing facilities. However, concepts about the values of certain
119
types of play have changed over the years. Along with these changing
concepts, there has been an evolution in playground97”
97
Celia Anita Decker dan Jhon R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs fith
edition, Macmillan Publishing Company, United States of America, 1992, hal : 180
98
Phyllis M. Click dan Kimberly A. Karkos, Administration of program for young children; seventh
edition, Thomson Corporation, United states of America, 2008, hal: 165
120
99
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, “Pedoman Pengelolaan kelas anak usia dini”,
(Jakarta, hal : 20
121
100
Phyllis M. Click dan Kimberly A. Karkos, Administration of program for young children; seventh
edition, Thomson Corporation, United states of America, 2008, hal: 165
122
Jika mengacu pada pedoman pengelolaan kelas untuk anak usia dini,
dalam perencanaan prasarana terbuka/outdoor sebuah lembaga berberapa hal
yang harus diperhatikan. Namun, dari hasil observasi lembaga tersebut
khususnya untuk anak usia infant dan toddler, pada BKB PAUD Melati IV
tidak memiliki Prasarana terbuka.
Berdasarkan hasil observasi yang kami temui jenis sarana outdoor yang
ada di Lembaga BKB PAUD Melati IV terdiri dari alat permainan seperti
prosotan, jungkat-jungkit dan ayunan.
3. Ayunan Digunakan 1
untuk
permainan
anak
124
101
Buku pengelolaan kelas. Op.cit,.hal : 21
125
“(1) pathways for running or bike riding, (2) cleary defined areas
for each activity, (3) different surfaces; sand, grass, cement, dirt,
and wood chips, (4) natural areas for trees, bushes, and plants,
large boulders or logs for climbing on, (5) a sandbox with storage
for sand toys, (6) space for woodworking, art activities, and
dramatic play”103
102
Phyllis M. Click dan Kimberly A. Karkos. Op.cit,.hal: 165
103
Ibid. hal : 166
126
Sebagai contoh, jika alat permainan tersebut terbuat dari besi, maka
yang perlu diperhatikan cat tidak mengandung racun ataupun toxin, selain
itu permukaan sarana permainan tidak ada yang patah, dan jika alat sarana
permainan tersebut terbuat dari kayu, maka yang perlu diperhatikan yaitu cat
kayu tersebut tidak mengandung racun, dan permukaan kayu yang
digunakan halus. Sehingga anak terhindar dari kecelakaan
104
Ahmad Nurabadi, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negri Malang :Malang. 2014, ( Malang, hlm :1)
105
Nurbaiti, “Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah”, volume 9,nomer 4, juli 2015,hlm 537
106
https://kbbi.web.id/manajemen diakses pada hari Minggu, 22 juli 2018. Pukul 00.00 WIB
107
Ahmad Nurabadi, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negri Malang :Malang. 2014, (Malang, hal:1)
128
108
Permendikbud no 137 Pasal 31 tahun 2014
109
Nurbaiti, “Manajemen Saranad dan Prasarana Sekolah” volume 9, nomer 4, juli 2015, hal 539
130
110
Ahmad Nurabadi, “Manajemen sarana dan prasarana pendidikan”, fakultas ilmu pendidikan
Universitas Negeri Malang, 2014, (Malang, hal : 37)
131
111
UU RI No.20 Tahun 2003, pasal 45
132
112
Nurbaiti, “Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah”, volume 9,nomer 4, juli 2015,hal 543
133
113
Nurbaiti, “Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah”, volume 9,nomer 4, juli 2015,hal 541
135
A. PERENCANAAN PROGRAM
Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pemaparan teori terbentuklah program untuk melakkukan peningkatan pengetahuan
dan mutu di dalam BKB. Berikut perencaan program yang telah disusun :
Tabel 3.1 Perencanaan Progam PKL
1. Program Pembenaran Visi, Misi Tujuan dan SOP
Pembenaran Sasaran : Pendidik PJ : Lutfitra dan
Visi, Misi dan Bentuk : Program ini berisi kegiatan pemaparan dan diskusi mengenai Salma
Tujuan BKB pengertian dan fungsi dari visi, misi, tujuan dan SOP di sekolah.
PAUD Tujuan : Program Pembenaran visi, misi dan tujuan ini merupakan
Pengenalan SOP program yang berisi untuk memberikan penulisan visi, misi dan tujuan
di sekolah dengan benar dan sesuai. Program berisi dengan memberikan
pengetahuan mengenai pengertian dan fungsi visi, misi dan tujuan di
lembaga pendidikan secara umum. Pengenalan SOP atau Standar
Operasional Prosedur dilakukan di dalam program ini.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan pada perlunya
pemahaman mengenai visi, misi, tujuan dan fungsi SOP di sebuah
lembaga pendidikan.
Alat dan Bahan :
136
137
• Handout materi
• Laptop
• ATK
Rencana Hasil Akhir : Pembuatan Visi, Misi, dan Tujuan di BKB
PAUD Melati IV
2. Program diskusi mengenai Kurikulum
Diskusi Sasaran : Pendidik PJ : Lutfitra dan
mengenai Bentuk : Program ini berbentuk pemaparan dan diskusi mengenai Tasya
Kurikulum kurikulum 2013
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
penerapan Kurikulum 2013 di BKB PAUD Melati IV
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan dengan kebutuhan
mengenai pemahaman dari kurikulum 2013
Alat dan Bahan :
• Handout UU no. 137 tahun 2014
• Laptop
Rencana Hasil Akhir :
3. Program Pembuatan RKH
Diskusi Sasaran : Pendidik PJ : Regina dan
mengenai Diah
138
• Lem
Rencana Hasil Akhir : Media pembelajaran
8. Pengenalan Model Area di dalam Kelas
Diskusi Model Area Sasaran : Pendidik PJ : Regina dan
Bentuk : Program ini berbentuk pemaparan dan diskusi mengenai Salma
pengaturan kelas atau setting dengan model area.
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
kepada pendidik mengenai setting kelas menggunakan area.
Penggunaan dan fungsi dalam menggunakan model area sebagai
setting kelas. Pemaparan mengenai model area juga mengenalkan
berbagai jenis area yang digunakan di dalam kelas.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan
pendidik yang selalu memakai model klasikal dalam pembelajaran
di kelas.
Alat dan Bahan :
• Handout
Rencana Hasil Akhir : Program ini diharapkan dalam mengubah
pola pembelajaran yang masih berbentuk klasikal menjadi pola
pembelajaran berbentuk area. Sehingga pembelajaran yang
dilakukan tidak hanya sebatas membaca,menulis dan berhitung
namun memberikan pembelajaran yang bermakna untuk anak.
143
Berdasarkan tabel perencaan progrm diatas, berikut jadwal perencanaan pelaksanaan program PKL :
Tabel 3.2 Perencanaan Pelaksanaan Program
Kamis 18 Oktober 2018 Jum'at 9 November 2018
B. Pelaksanaan Program
Adanya penyesuaian jadwal pelaksnaan program dengan jadwal kegiatan di lembaga, maka berikut uraian pelaksanaan
program yang dilaksanakan :
Tabel 3.3 Pelaksanaan Program PKL
WAKTU
NAMA PENANGGUN
No. PELAKSAN DESKRIPSI PROGRAM DOKUMENTASI
PROGRAM G JAWAB
AAN
1. 23 Oktober 1. Pelaksanaan Secara Lutfitra dan
2018 Umum Salma
Kegiatan pengenalan
program PKL ini diawali
dengan memberikan surat
Perkenalan permohonan izin untuk
untuk melaksanakan PKL di
melaksanakan lembaga tersebut.
program Selanjutnya pemaparan
Perkenalan mengenai Program-
program yang akan
Program yang akan dijalankan.
dilaksanakan selama
bulan Agustus hingga
Desember. Penjelasan
mengenai program PKL
154
2. Faktor Pendukung
Adapun faktor pendukung
terhadap pelaksanaan
program ini adalah dengan
hadirnya beberapa guru
untuk memberikan
pendapat dalam
perancanaan penjadwalan
pelaksanaan program
3. Faktor Penghambat
Adapun faktor
penghambat dari kegiatan
ini adalah banyaknya
kegiatan dan rutinitas guru
yang dilakukan sehingga
tidak tuntasnya proses
penyesuaian jadwal
pelaksanaan program dan
kurangnya sikap
kooperatif dari guru.
156
2. Faktor pendukung
Faktor pendukung
program ini ialah guru
masih mau meluangkan
waktunya disela
kesibukan setelah
mengajar.
3. Faktor penghambat
Saat dijelaskan
pembuatan RKH guru
kurang aktif dan belum
ada rasa ingin
merancang membuat
kegiatan yang lebih
menarik dalam
pembelajaran.
162
anak. Konsep
pembelajaran
matematika yang
dijelaskan adalah
korespondensi satu-
satu, sequence, pola,
geomteri dan analisis
data.
Materi kedua yang
dijelaskan adalah sains.
Konsep pembelajaran
di sains adalah
mengajarkan tentang
manusia, hewan,
tanaman, zat seperti
benda cair, benda padat
dan gas, benda-benda
langit seperti matahari
dan bulan.
Materi selanjutnya
yang dibahas adalah
164
pemerintahan, orang,
sains dan teknologi
serta global connection.
Materi terakhir yang
dibahas adalah seni.
Pembahasan materi
seni adalah seni terbagi
menjadi tiga yaitu seni
rupa, seni tari dan
drama.
2.Faktor Pendukung
Pendidik yang
mendengarkan
penjelasan materi dan
berdiskusi mengenai
perbandingan antara
teori yang dijelaskan
dengan kenyataan di
sekolah.
166
3.Faktor Penghambat
Faktor penghambat
pada saat pelaksanaan
program adalah
kurangnya aktif
pendidik untuk
bertanya lebih lanjut
mengenai materi
pembelajaran sehingga
diskusi ini berjalan
sangat cepat. Saat
menanyakan kepada
pendidik apakah ada
pertanyaan mengenai
materi hari ini dan
mereka menjawab tidak
ada.
6. 30 oktober 2018 Diskusi 1. Pelaksanaan Lutfitra dan
mengenai Program secara Sabita
asesmen umum
167
Kegiatan diskusi
mengenai asesmen
adalah kegiatan
berdiskusi dengan
pendidik membahas
asesmen. Materi
asesmen yang
dijelaskan adalah Berdiskusi mengenai asesmen
pengertian asesmen,
fungsi asesmen, dan
berbagai macam
asesmen yang
digunakan di
pendidikan anak usia
dini
2. Faktor Pendukung
Diskusi Pembuatan Asesmen
Faktor pendukung pada
saat pelaksanaan
program adalah
pendidik yang
mendengarkan
168
penjelasan. Pendidik
juga menceritakan
pengalamannya
mengenai asesmen
mereka yang sudah
pernah membuat format
asesmen dengan bentuk
tabel tetapi ditolak oleh
pihak Himpaudi dan
harus menggantinya
dengan format
deskripsi.
3. Faktor
Penghambat
Faktor penghambat
pada saat pelaksanaan
program adalah dimana
kesibukan guru-guru
sehingga terhambatnya
waktu bahkan ada guru
yang tidak datang.
169
model pencatatan
asesmen yang mudah
untuk di pahami.
Setelah proses evaluasi
di laksanakan. Guru
diminta untuk membuat
model pencatatan
asesmen yang dipahami
dan diminta untuk
memberikan alasan.
2. Faktor Pendukung
Adapun fakot
pendukung berjalannya
kegiatan ini ialah
kesiapan dalam
penyajian materi dan
kesiapan dalam
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
guru.
171
3. Faktor
Penghambat
Adapun faktor
penghambat dalam
melakukan kegiatan ini
adalah tidak aktifnya
guru dalam melakukan
diskusi dan kurangnya
sikap kooperatif dari
guru sehingga proses
diskusi dan pembuatan
asesmen tidak
terlaksana dengan baik.
8. 2 November 2018 1. Pelaksanaan secara Tasya dan Diah
umum.
Kegitan ini merupakan
Workshop
program pembuatan
Media
media pembelajar
Pembelajaran
untuk mengubah cara
pembelajaran yang
lebih kreatif dan
172
2. Faktor Pendukung
Faktor yang
mendukung pada
pelaksanaan program
tersebut adalah
ketersediaan guru
dalam melihat
pembuatan media
pembelajar bersama
mahasiswa.
173
3. Faktor
Penghambat.
Faktor penghambat dari
berlangsungnya
program diatas adalah
kurangnya kooperatif
kepala sekolah dan guru
dalam memperhatikan
mahasiswa yang sedang
menjelaskan tentang
media pembelajaran
yang lebih kreatif dan
menarik minat anak
untuk belajar.
9. 2 November 2018 1.Pelaksanaan secara Salma dan
umum Regina
Diskusi Model Kegiatan ini berupa
Area diskusi bersama dengan
Pembelajaran kepala sekolah dan
guru. Pada kegiatan ini
mahasiswa
174
memberikan penjelasan
mengenai model Diskusi mengenai model area
pembelajaran area. pembelajaran
2.Faktor pendukung
Faktor pendukung pada
kegiatan diskusi ini
adalah ketersediaan
kepala sekolah dan guru
dalam mengikuti
diskusi mengenai
metode pembelajaran
area.
3.Faktor penghambat
Faktor penghambat dari
program diatas adalah
kurangnya tenaga
pekerjaan lembaga
tersebut. Sehingga
dalam implementasi
hanya dilakukan pada
saat mahasiswa dapat
175
tidak buram
memungkinkan akan
terlihat oleh anak dan
anak akan
membacanya.
3.Faktor Penghambat
Adapun faktor
penghambat dalam
program ini ialah, guru
kurang aktif dalam
menumbuhkan minat
baca pada anak.
Sebagian besar anak
belum mampu
membaca dengan baik,
dan guru tidak berusaha
membacakan cerita
pada anak.
12. 7 November 2018 Program 1.Pelaksanaan secara Salma
8 November 2018 membaca umum
179
dalam kegiatan
tersebut.
3.Faktor penghambat
Faktor penghambat
pada program tersebut
adalah kurangnya
antusias guru dalam
belajar membacakan
cerita kepada anak.
Sehingga guru tidak
memerhatikan
bagaimana cara
bercerita yang baik
kepada anak.
13. 9 November 2018 1. Pelaksanaan Salma dan
Diskusi secara umum Sabita
mengenai Pelaksanaan program
sarana dan ini berisi kegiatan untuk
prasarana di berdiskusi mengenai
sekolah sarana dan prasarana di Berdiskusi mengenai sarana dan
sekolah. Menjelaskan prasarana
181
3. Faktor
Penghambat
Faktor penghambat
program adalah
kesibukan yang
dimiliki oleh pendidik
di PAUD sehingga ada
guru yang tidak datang.
14. 26 November 2018 1.Pelaksanaan secara Salma
umum
Kegiatan ini berupa
pembiasaan kepada
anak mengenai aturan
Pembiasaan disekolah. Mahasiswa
aturan di memberikan contoh
sekolah kepada guru bagaimana
Menerapkan aturan selama
cara memberikan
pembelajaran di sekolah
arahan kepada murid
mengenai aturan yang
berlaku di sekolah.
2.Faktor Pendukung
183
mengajarkan aturan
kepada anak. Guru
hanya duduk diruang
guru.
15. 26 November 2018 1. Pelaksanaan secara Tasya
umum.
Kegitan ini berupa
pembiasaan merapikah
kembali mainan dan
media pembelajaran
Pembiasaan
yang telah dipakai.
aturan
Mahasiswa
mengatur alat
menjelaskan dan
main dan
memberikan contoh
media di
kepada guru dan anak,
sekolah
untuk merapihkan
kembali mainan dan
media pembelajaran
yang sudah di pakai,
dengan cara ngasih tau
untuk menggembalikan
185
kurang kooperatif
dalam mengikuti
kegiatan ini, guru hanya
melihat dan sibuk
dengan urusannya,
sedangkat kegiatan ini
juga untuk guru dalam
merapikan media
pembelajaranya yang
mereka pakai saat
mengajar, karna guru
merupakan contoh
utama di dalam kelas.
16. 26 November 2018 1. Pelaksanaan secara Diah
umum
Pembiasaan Kegiatan ini berupa
menaruh pembiasaan kepada
sepatu dan tas anak mengenai
di sekolah menaruh sepatu dan tas
pada tempat yang sudah Para siswa merapikan sepatu di kelas
disediakan. Mahasiswa
187
memberikan contoh
kepada siswa
bagaimana cara
menaruh sepatu yang
benar dan
menyusunnya dengan
siswa yang
Sebelum diterapkan atura menaruh
mengikutinya.
tas
2.Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari
berlangsungnya
kegiatan tersebut yaitu
siswa siswi dapat
mengikuti arahan yang
di berikan oleh guru
3.Faktor Penghambat Setelah menerapkan aturan, Siswa
Dalam program ini meletakkan tas di atas meja yang
disediakan
tidak ada faktor
penghambat
188
kebebasan kepada
mahasiswa dalam
melakukan prgram
menanam tananaman
ini dan siswa siswa
yang semangat dalam
melakukan kegiatan
Penjelasan Cara Menanam
menanam.
3.Faktor Penghambat
Faktor penghambat dari
berlangsungnya
kegiatan diatas adalah
ketidak ikut sertaan
guru dalam
memperhatikan
ataupun dalam Proses Kegiatan Menanam
mengajar.
194
Pada tanggal 28
November 2018
kegiatan ini dimulai
sesuai dengan rutinitas
yang telah di lakukan.
Tidak adanya
perubahan sikap dan
proses pengajaran yang
dilakuka oleh guru.
2. Faktor Pendukung
Adapun faktor yang
mendukung dalam
pelaksanaan program
ini adalah sikap
kooperatif anak dalam
menerima model
pembelajaran yang
baru.
3. Faktor
Penghambat
197
Adapun faktor
penghambat dalam
melaksanakan program
ini ialah tidak sikap
kooperatif dari guru
dalam menerima materi
yang telah didiskusikan
sebelumnya. Sikap
acuh guru terhadap
proses perkembangan
anak terlihat ketika
guru memberikan
materi dan kegiatan
kepada anak. Terlihat
bahwa guru tidak
melaksanakan program
yang telah diberirkan,
serta sikap guru yang
memahami bahwa
pengalaman adalah
segalanya
198
dibandingkan dengan
melaksanakan teori
yang ada.
Selanjutnya terlihat
bahwa guru belum
menerapkan aturan
kepada anak, tidak
adanya media yang
meranik saat
pembelajaran, dan
kurangnya sikap empati
guru kepada anak.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dengan observasi, perencanaan program sampai pelaksanaan
program dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program PKL tidak berjalan
lancar. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini dikarenakan kesibukan para
pendidik di BKB PAUD Melati IV sehingga waktu untuk melaksanakan program
tidak terlalu banyak sehingga pelaksanaan program dalam sehari dapat dijalankan
beberapa program. Faktor lainnya adalah kurangnya apresiasi yang diberikan
pendidik kepada Program PKL dikarenakan mereka yang terlalu sibuk dan hanya
satu atau dua guru yang dapat menghadiri. Faktor motivasi dan semangat juga
menjadi alasan lainnya kurang terlaksana. Pendidik menyerahkan kepada
Mahasiswa PKL untuk membuat sebuah program pembelajaran yang seharusnya
dibuat bersama oleh pendidik sendiri.
Walau begitu, pendidik mendengarkan dan dapat diajak berdiskusi mengenai
pendidikan anak usia dini dengan membandingkan teori dan pengalaman mereka
saat mengajar di BKB PAUD Melati IV. Pendidik merasa antusias saat workshop
media pembelajaran. Pendidik belajar untuk mengetahui membuat media
pembelajaran boleh menggunakan bahan-bahan bekas.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan mengenai program PKL ini adalah bahwa tidak
semua Pos PAUD dapat menerima pengetahuan begitu saja mengenai Pendidikan
Anak Usia Dini hanya selama dua bulan. Apalagi pendidik Pos PAUD sudah
mengikuti pelatihan diklat sehingga merasa Waktu yang begitu cepat belum
memberikan motivasi dan semangat kepada pendidik untuk memajukan POS
PAUD sehingga belum bisa terlaksana secara baik. Sehingga, PKL belum bisa
menjadi pilihan terbaik bagi beberapa pendidik di Pos PAUD.
199