Anda di halaman 1dari 199

BAB 1

LATAR BELAKANG LEMBAGA

A. Profil Lembaga

BKB PAUD Melati IV Matraman merupakan salah satu lembaga yang


menyelenggarakan pendidikan untuk anak usia dini. Lembaga pendidikan ini
merupakan sebuah lembaga yang termasuk ke dalam kategori Satuan Paud
Sejenis (SPS). Berikut profil lembaga BKB PAUD Melati IV Matraman :

Nama : BKB PAUD Melati IV Matraman

Alamat : Jl. Tegalan I, Palmeriam, Matraman, Jakarta


Timur

Tahun Berdiri : Tahun 1997

Tempat yang digunakan : Balai Warga

Jumlah Ruangan :4

Nama Ketua : Lily Sri Aprianti

Waktu Belajar : Senin-Kamis Pukul 09.00-11.00 WIB

Gambar 1.1 Tampak Depan BKB PAUD Melati IV Matraman

BKB PAUD Melati IV Matramanini terletak di Jl. Tegalam I RT


005/04, Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur. Saat menyelenggarakan
proses belajar mengajar, BKB ini menggunakan balai warga, sehingga
dalam penggunaan ruangan belum maksimal untuk proses belajar
mengajar. Akses untuk sampai ke lembaga akan melewati jalan utama

1
2

yaitu jalan Matraman. BKB PAUD Melati IV terletak di tengah-tengah


perumahan warga.

Gambar 1.2 Profil Lembaga BKB PAUD Melati IV Matraman

BKB PAUD Melati IV Matraman ini memiliki luas tanah 63 m2 dan


memiliki 4 ruangan. Saat ini BKB PAUD Melati IV Matraman ini
memiliki 3 guru aktif dan 20 murid. Sejak lembaga ini berdiri, belum
adanya pergantian kepala lembaga. Kepala BKB PAUD Melati IV
Matraman ini bernama ibu Lily Sri Aprianti. Kepala BKB PAUD Melati
IV Matraman ini juga menjabat sebagai ketua KPK di wilayah RW 04
Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur.

Pembelajaran efektif di BKB PAUD Melati IV Matraman ini


dilaksanakan pada harii Senin hingga Kamis pukul 09.00-11.00 WIB.
Pembelajaran yang dilakukan berfokus pada kesiapan anak dalam
3

memasuki jenjang Sekolah Dasar, yaitu membaca, menulis, dan


menghitung. Proses pembelajaran yang dilakukan pada lembaga ini adalah
gabung dari setiap kelompok usia.

B. Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga PAUD


Visi, misi dan tujuan lembaga merupakan sebuah target pencapaian yang akan
dilakukan oleh lembaga baik lembaga yang berada di bidang pendidikan
ataupun lainnya. Pada BKB PAUD Melati IV Matraman ini sudah memiliki
visi, misi dan tujuan lembaga. Pembuatan visi, misi, dan tujuan ini merupakan
sebuah target pencapaian yang dijalankan oleh lembaga. Berikut visi, misi dan
tujuan dari BKB PAUD Melati IV Matraman
a. Visi :
Mensosialisasikan, meningkatkan, mutu bermain dan belajar anak
usia dini di lingkungan sekitar khususnya dan luar pada umumnya.
b. Misi :

• Mengembangkan potensi anak didik

• Menjadikan anak yang sehat

• Menjadikan anak yang mandiri dan dan kreatif

• Menjadi anak yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

• Menjadikan anak yang berkarakter

c. Tujuan
Untuk membentuk karakter anak, agar bisa lebih mandiri dan
mencerdaskan pola pikir anak yang lebih maju serta mendidik anak untuk
bisa disiplin.
C. Sejarah Berdirinya Lembaga PAUD

BKB PAUD Melati IV Matraman berdasarkan hasil rundingan dari seluruh


warga di RW 04 Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur. Pendirian BKB PAUD
Melati IV Matraman ini berawal dari sebuah posyandu yang di jalankan pada
4

tahun 1997. Lokasi pertama yang digunakan oleh BKB PAUD Melati IV
Matraman ini berada dibagian belakang permukiman wagra dan berdekatan
dengan kali. Lokasi ini digunakan oleh lembaga hingga tahun 2011. Saat
adanya kebijakan pemerintah yang dikeluarkan oleh Gubernur Bapak Fauzi
Bowomen untuk mendirikan lembaga PAUD di setiap RW, maka terbentuklah
BKB PAUD yang bernama Balita.

Pada mulanya, BKB Paud di RW 04 ini dikhususkan untuk posyandu yang


diadakan satu bulan sekali. Banyaknya minat dari masyarakat sekitar untuk
melakukan kegiatan di posyandu tersebut, maka pada akhirnya posyandu
tersebut mendapatkan sumbangan berupa peralatan bermain dan belajar
lainnya. Peralatan bermain dan belajar ini dipergunakan untuk anak-anak yang
akan melakukan kegiatan menimbang dan kegiatan posyandu lainnya, sehingga
ketika anak menunggu giliran, akan tersebut dapat bermain dan belajar.

Sejak awal berdirinya BKB PAUD Melati IV Matraman ini memiliki


susunan sumber daya manusia dengan jumlah tiga orang yatu satu kepala
sekolah dan dua guru. Kepala sekolah dan guru di lembaga ini juga merangkap
sebagai bendahara, sekertaris, dan lainnya. Kelompok usia belajar yang
terdapat di BKB PAUD Melati IV Matraman ini terbagi menjadi tiga yaitu
kelompok usia 2-3 tahun, kelompok usia 4-5 tahun dan kelompok usia 5-6
tahun.

D. Alamat dan Peta Lokasi Lembaga PAUD

BKB PAUD Melati IV beralamat di Jalan Tegalan I RW 04, Kelurahan


Palmeriam, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. BKB PAUD Melati IV
Matraman ini dikelilingi oleh rumah warga karena posisinya yang berada di
balai warga. Berikut denah lokasi lembaga :
5

Gambar 1.3 Denah Lokasi BKB PAUD Melati IV Matraman


BKB PAUD Melati IV Matraman berada di tengah-tengah perumahan
warga Palmeriam, Matraman. Untuk memasuki wilayah lembaga, terdapat jalan
utama yaitu Jl. Matraman Raya. Selanjutnya akan melewati Jl. Tegalan IC. Di
sebelah kanan BKB PAUD Melati IV Matraman ini merupakan rumah warga
dan sebelah kiri merupakan pusat pelatihan bagi Baby Sitter.

E. Status Satuan Lembaga PAUD

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, BKB PAUD Melati


IV Matraman bahwa lembaga ini belum memiliki akreditas. BKB PAUD Melati
IV ini sudah memiliki surat izin operasional dan sudah memiliki kelengkapan
surat-surat seperti sertifikat tanah, sertifikat NPSN dan surat izin operasional.
Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil dokumentasi yang
didapatkan. Surat-surat kelengkapan status lembaga sebagai berikut :
6

Gambar 1.4 Sertifikat NPSN


Sertifikat NPSN ini merupakan penanda bahwa lembaga BKB PAUD Melati
IV Matraman ini sudah tercatat sebagai lembaga resmi yang didirikan oleh
pemerintah. selanjutnya sejak berpindah tempat, pihak pengurus RW sudah
mengurus surat perizinan operasinal. Berikut surat izin operasional yang
ditunjukkan oleh kepala sekolah :
7

Gambar 1.5 Surat Izin Operasinal


Sirat izin operasional ini merupakan penanda bahwa BKB PAUD Melati IV
Matraman ini sudah memiliki izin dalam penyelenggaraann proses belajar
mengajar. Surat izin ini diperpanjang pada tanggal 14 Desember 2015.
BAB II

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA TEMUAN LAPANGAN

A. Kurikulum
Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki kurikulum yang berguna
sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam
lembaga tersebut. Kurikulum dikatakan sebagai pedoman karena berisikan
tentang cita-cita suatu lembaga berupa program-program pendidikan untuk
dilaksanakan di sekolah. Program pendidikan yang akan di laksanakan
dituliskan secara runtut dimulai dari pembelajaran harian, migguan, bulanan,
hingga semester. Hal ini juga berlaku untuk BKB PAUD Melati IV Matraman,
karena merupakan suatu lembaga pendidikan yang berguna sebagai pedoman
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan setiap harinya.
Kurikulum digunakan sebagai acuan pembelajaran di sekolah agar
sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pada buku L Jackman menyatakan
bahwa,
“Curriculum is a multilevel process that encompasses what happens in
an early education classroom each day, reflecting the philosophy,
goals, and objectives of the early childhood program”1.

Kutipan diatas menjelaskan kurikulum merupakan suatu proses yang


memiliki tingkatan mencakup semua yang terjadi di dalam kelas setiap harinya
yang mencerminkan tujuan program dari pendidikan anak usia dini.
Pembelajaran sebaiknya memberi kesan pada anak sehingga apa yang
anak pelajari akan selalu anak ingat karena memberikan kesan yang bermakna
bagi anak, baik dari media yang digunakan maupun suasana saat proses belajar
itu terjadi. Selain itu dalam buku Decker and Decker menyatakan bahwa,

“Curriculum is a way of helping teachers think about children and


organize the child's experience in the program setting. The long range
goals contained in a program rationale are explicitly defined in terms

1
Hilda L Jackman, Early Education Curriculum A Child’s Connection to The World Fifth Edition,
Cengage Learning: Canada, 2012, hal 35

8
9

of curriculum planning. These plan, including the activities, teaching-


learning approaches, and materials used in implementation, become the
tools in realizing these goals.”2.
Menurut kutipan dalam buku Decker and Decker kurikulum berguna
untuk membantu guru dalam membuat perencanaan program pengalaman
belajar untuk anak terkait dengan kegiatan belajar, pendekatan saat proses
belajar mengajar serta bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan media
pembelajaran. Selain itu dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19 menyatakan
bahwa, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu3.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu program


pembelajaran yang dirancang untuk membantu guru dalam mengembangkan
pengalaman anak melalui kegiatan selama berlangsungnya proses belajar yang
digunakan untuk mencapai tujuan dari program pendidikan anak usia dini.

1. Kurikulum Acuan
Berdasarkan informasi yang di dapat selama Praktek Kerja Lapangan
(PKL), BKB PAUD Melati IV Matraman memiliki dokumen terkait dengan
kurikulum. Kepala sekolah dan guru juga menyatakan bahwa dalam belajar
sehari-hari beracuan dengan Kurukulum 2013. Terkait dengan dokumen
kurikulum dibuktikan dengan menunjukkan print out yaitu Peraturan
Menteri No. 84 Tahun 2014 (Pendirian Satuan PAUD), Peraturan Menteri
No. 137 tahun 2014 (Standar Nasional PAUD), dan Peraturan Menteri No.
146 Tahun 2014 (Kurikulum 2013 PAUD).

2
Celia Anita Decker and John R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs,
Macmillan Publishing Company: United States America, 1992, hal 266
3
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL
10

Gambar 2.1 Dokumen Peraturan Menteri

Selain itu dokumen Peraturan Pemerintah diperlihatkan juga terkait visi,


misi, serta tujuan dari BKB PAUD Melati IV. Proses pembelajaran setiap
harinya guru menyatakan jika sudah menerapkan sesuai dengan Kurikulum
2013. Selanjutnya saat ditanya apakah BKB PAUD Melati IV memiliki
kurikulum sekolah, guru mengatakan tidak memilikinya dan ketika diminta
dokumen terkait Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
yang sesuai dengan tahun pelajaran 2018/2019, baik kepala sekolah
maupun guru menyatakan bahwa pembelajaran setiap harinya sesuai RPPH
yang tertulis dalam laporan yang dibuat saat melakukan diklat pada bulan
Mei 2018, dan belum membuat yang terbaru, lalu ketika ditanya sedang
berlangsung tema pembelajaran apa guru menyatakan bahwa saat ini tema
Diriku yang dipelajari anak-anak.
Terkait dengan fakta kurikulum di BKB PAUD Melati IV Matraman,
suatu lembaga pendidikan sebaiknya memiliki kurikulum acuan sebagai
pedoman dalam proses pembelajaran setiap harinya. Kurikulum acuan yang
dimaksud merupakan dasar dalam pembuatan kurikulum sekolah.
Kurikulum sekolah atau disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dibuat dengan menyesuaikan khas atau karakteristik yang dimiliki
oleh sekolah, ini bisa dilihat dari lingkungan sekitar sekolahnya, apa saja
yang sering dilihat anak dan mudah dijumpai anak. Hal tersebut dapat
11

digunakan sebagai dasar kegiatan yang dirancang untuk proses


pembelajaran di sekolah. Menurut Permendikbud no. 146 Tahun 2014
lampiran III menjelaskan bahwa,
“KTSP PAUD adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di satuan pendidikan anak usia dini yang sesuai dengan
kondisi daerah, satuan PAUD, dan kebutuhan anak.4”
Apabila kurikulum dibuat dengan menyesuaikan khas dari lingkungan
sekitar anak maka akan mempermudah anak menjumpai objek yang di
bahas, ini juga memudahkan guru yang menggunakan media sebagai
pendukung pembelajaran dengan benda konkret.

Kurikulum acuan berfungsi sebagai dasar untuk menyusun


program yang akan dilaksanakan oleh sekolah untuk memberikan berbagai
pengalaman baru bagi peserta didik. Menurut Permendikbud no. 137 tahun
2014 pasal 3 ayat (1) Menyatakan bahwa Kurikulum PAUD disebut
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, ayat (2) Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini mengacu pada Standar Nasioanl Pendidikan
Anak Usia Dini, ayat (3) Kurikulum 2013 PAUD terdiri dari :

a. Kerangka dasar kurikulum,


b. Struktur kurikulum,
c. Pedoman deteksi dini tumbuh kembang anak,
d. Pedoman pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
e. Pedoman pembelajaran,
f. Pedoman penilaian,
g. Buku-buku panduan pendidik5.
Kurikulum yang baik haruslah memiliki program sesuai dengan
usia perkembangan anak, sehingga guru bisa menilai apakah anak sudah
sesuai dengan perkembangannya atau belum. Supaya guru bisa membuat

4
Permendikbud no. 146 Tahun 2014, Lampiran III
5
ibid
12

program yang dapat meningkatkan perkembangan anak yang belum


mencapai tahapan perkembangannya.

Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 36 ayat 1 dan 2


menyatakan bahwa, (1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. (2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik6.

Dalam buku Decker and Decker mengatakan bahwa

“Such a curriculum came to be referred to as a "developmentally


appropriate curriculum". A developmentally appropriate curriculum
focuses on practices based on knowledge of how children develop, and
thus, the curriculum is viewed as a continuum from birth through age
eight”7.
Kurikulum sekolah dibuat dengan menyesuaikan dengan setiap
tingkat pencapaian anak sesuai usianya, agar kegiatan yang dibuat oleh
sekolah tidak terlalu sulit untuk anak dan juga tidak terlalu mudah untuk
anak. Kegiatan juga dibuat sesuai dengan aspek perkembangan anak agar
anak berkembang semua aspek-aspeknya. Hal ini tertulis dalam Peraturan
Menteri Nomor 137 Tahun 2014 BAB III tentang Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak, Pasal 5 yang berbunyi,

(1) STPPA merupakan acuan untuk mengembangkan standar isi, proses,


penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, serta pembiayaan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini.

6
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL

77
Celia Anita Decker and John R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs,
Macmillan Publishing Company: United States America, 1992, hal 268
13

(2) STPPA merupakan acuan yang dipergunakan dalam pengembangan


kurikulum PAUD8.
Selain itu setiap lembaga juga harus memiliki visi dan misi, ini
bertujuan agar setiap kegiatan yang dirancang oleh sekolah sejalan dengan
visi yang akan dicapai. Menurut Permendikbud no. 146 Tahun 2014
menjelaskan dokumen yang berkaitan dengan kurikulum sekolah yaitu,

“Dokumen I berisi sekurang-kurangnya visi, misi, tujuan satuan


pendidikan, muatan pembelajaran, pengaturan beban belajar, dan
kalender pendidikan. Visi adalah cita-cita bersama pada masa
mendatang dari warga satuan pendidikan anak usia dini, yang
dirumuskan dan ditetapkan oleh setiap lembaga. Misi adalah sesuatu
yang harus dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan
dalam kurun waktu tertentu.9”
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa dari
kurikulum acuan sebaiknya bisa di perbarui untuk membuat kurikulum
sekolah yang berguna sebagai pembelajaran setiap harinya dengan
menyesuaikan kondisi di sekitar lingkungan sekolah dan kondisi dari anak
yang bersekolah di sekolah tersebut. Selain itu juga pembuatan kurikulum
sekolah juga harus memperhatikan setiap perkembangan yang sesuai
dengan tahapan usia anak. Dalam kurikulum terdapat kegiatan-kegiatan
dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang di pilih juga harus di sesuaikan
dengan tahapan perkembangan anak sehingga tidak ada anak yang
mengalami kesulitan yang bisa mengakibatkan anak tidak percaya diri saat
melihat temannya lebih cepat menyelesaikan kegiatan yang di berikan
guru. Serta membuat visi dan misi sekolah dengan cita-cita yang sepadan
dengan kemampuan sekolah supaya sekolah mampu mencapai target
dengan kualitas yang baik, dan bisa ditingkatkan lagi jika cita-cita
sebelumnya sudah tercapai.

8
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 137 TAHUN 2014, BAB III Pasal 5
9
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 146 TAHUN 2014, Lampiran III
14

Solusi yang bisa kami berikan untuk BKB PAUD Melati IV


Matraman adalah dengan lebih menjelaskan tentang Kurikulum 2013.

2. Pendekatan Pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah beserta salah
satu guru dari kelompok kelas campuran TK A dan TK B di dapat informasi
bahwa pendekatan pembelajaran yang berlaku di BKB PAUD Melati IV
Matraman yaitu berfokus pada anak, yang mana ketika guru memberikan
suatu kegiatan pembelajaran, guru tidak memaksakan anak untuk
melakukannya tetapi guru berusaha untuk membimbing. Jika sudah di
bimbing namun anak tetap tidak mau melakukannya guru tidak akan
memaksakan anak untuk menyelesaikan tugas yang sudah di berikan, dan
mengizinkan anak untuk melanjutkan di rumah. Guru berpendapat jika
anak di paksakan untuk melakukan apa yang di perintah oleh guru maka
anak semakin tidak mau melakukannya.

Selain itu berdasarkan hasil observasi guru selalu menjadi pusat,


dengan kata lain pendekatan pembelajaran berpusat pada guru sehingga
yang memiliki peran di kelas adalah guru.

Gambar 2.2 Pembelajaran saat di kelas


15

Guru hanya sesekali berkililing melihat murid setelah di beri tugas,


selebihnya guru duduk di depan atau duduk di ruang guru sehingga guru
tidak terlalu mengawasi anak. Pembelajaran di BKB PAUD Melati IV
Matraman tidak pernah duduk melingkar, melainkan klasikal terlihat dari
awal pembelajaran guru berdiri di depan kelas dan anak-anak duduk di
kursinya. Posisi meja semua menghadap ke satu arah papan tulis yang
berada di depan kelas. Kegiatan dimulai dengan berdoa bersama, lalu guru
melanjutkan pembelajaran inti. Guru menjelaskan materi lalu memberikan
tugas pada anak, setelah memberi tugas guru berkeliling sebentar dan
duduk di ruang guru atau di depan kelas. Hal seperti ini menimbulkan
suasana kelas yang ramai, pembelajaran setiap harinya yang tanpa
menggunakan media konkret membuat anak menjadi cepat beralih ke
kegiatan lain sehingga tidak fokus dalam belajar. Selain itu materi setiap
harinya yang sering membahas hal yang sama membuat anak kurang
menunjukkan antusiasnya dalam belajar di kelas.

Pendekatan pembelajaran merupakan hal penting dalam proses


belajar mengajar. W. Gulo (2002) menyatakan bahwa pendekatan
pembelajaran adalah cara pandang untuk mengupayakan murid agar
mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Perceival dan
Ellington (1988) juga menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran
memiliki dua cara yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru (teacher
oriented) dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid (learner
oriented)10. Proses pembelajaran yang baik adalah ketika anak berperan
aktif dalam belajar, guru berperan untuk membuat anak bertanya maupun
menjawab pertanyaan, dengan seperti ini maka proses belajar akan lebih
bermakna bagi anak karena anak bisa memberikan responnya.

Dalam buku Creative Curriculum di jelaskan bahwa,

10
Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ghalia Indonesia: Bogor, 2011,
hal 75
16

“When the curriculum encourages teachers to respect and value


differences among children cultural, linguistic, ethnic, ability, and
gender and provides a way to assess each child's individual strength,
interests, and needs, then program is more likely to be responsive to
and appropriate for each child.”11

Yang mana dari kurikulum yang sudah di buat maka guru harus
menghargai setiap perbedaan anak didiknya sehingga guru mampu
menciptakan kegiatan pembelajaran yang bisa menyediakan minat anak
serta yang anak butuhkan.

Pemilihan topik dalam pendekatan tema apabila dilakukan dengan


baik akan memberikan kesempatan bermakna dalam pengembangan
keterampilan pengetahuan anak akan berkembang sesuai dengan tujuan
pembelajaran12.

Melalui temuan di lapangan dapat disimpulkan bahwa BKB PAUD


Melati IV Matraman belum melakukan pembelajaran dengan tema-tema
yang membuat peningkatan pengalaman belajar anak sehingga anak belum
menunjukkan antusias ketika belajar di dalam kelas. Selain itu guru belum
membangun suasana belajar yang aktif jadi murid lebih banyak diam dan
bahkan menyibukkan diri kegiatan lain.

3. Struktur dan Muatan Kurikulum

Berdasarkan dokumen-dokumen yang di berikan oleh kepala sekolah


dapat dilihat bahwa dalam program semester sudah tersusun tema-tema
pembelajaran yang akan di lakukan setiap bulannya, dan dalam setiap tema
memiliki kompetensi dasar sesuai dengan aspek perkembangan anak usia
dini yaitu nilai agama dan moral, sosial emosi, fisik motorik, kognitif,

11
Diane Trister Dodge dan Laura J. Colker, The Creative Cerriculum for Early Childhood, Teaching
Strategies: Washington DC, 2001. hal 19
12
Dr. Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal 70
17

bahasa, dan seni. Serta terdapat alokasi waktu yang jelas dalam setiap tema
yang sudah di buat, sebagai contoh pada program semester dua terdapat
tema bulanan tanaman yang memiliki sub tema apel, bayam, mawar.
Alokasi waktu setiap tema berbeda dan sudah tercantum jelas dalam
program semesternya yang di sediakan untuk mempelajari tema ini di
berikan selama dua minggu, dan guru mengatakan bahwa pembelajaran di
BKB PAUD Melati IV sudah mengikuti kurikulum 2013.

Dokumen yang menjelaskan program semester I tidak ada. Di dalam


dokumen yang di berikan hanya terdapat program semester II, RPPM, dan
RPPH. Saat observasi guru TK A mengajarkan tentang bagian-bagian
tubuh dan guru menyatakan bahwa guru mengajar sesuai dengan buku.
Buku yang di gunakan di BKB PAUD Melati IV Matraman di dapat dengan
cara membeli, dan terdapat buku-buku sesuai aspek perkembangan ada
buku tentang motorik, bahasa, kognitif, seni, dan pembiasaan. Dokumen
yang diberikan merupakan laporan diklat yang dilaksanakan pada bulan
Mei 2018, untuk dokumen yang sesuai dengan tahun ajaran 2018/2019
BKB Melati IV Matraman menyatakan bahwa belum membuatnya
sehingga menggunakan tema-tema pembelajaran yang terdapat dalam
laporan. Fakta saat melakukan observasi di dapat bahwa guru menjelaskan
tentang tema diriku, sedangkan pada laporan diklat tidak ditemukan tema
tersebut.

Dalam buku Creative Curriculum menyatakan bahwa

“When the curriculum is based on a knowledge of how children grow


and develop socially, emotionally, cognitively, and physically then the
activities, environment, schedule, and expectations for children's
behavior and learning are likely to be appropriate for the children in
the group.”13

13
Ibid, hlm 19
18

Kurikulum yang disusun harus berdasarkan pada tumbuh kembang


anak, yang mana dalam setiap program yang tersusun harus terdapat aspek
sosial, emosional, kognitif, dan fisik. Jadwal yang di buat juga harus di
sesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan pada setiap harinya.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 PAUD Pasal 5
ayat 1 menyatakan struktur kurikulum PAUD memuat program-program
pengembangan yang mencakup :

a. nilai agama dan moral;


b. fisik-motorik;
c. kognitif;
d. bahasa;
e. sosial-emosional; dan
f. seni14
Selain itu dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014 lampiran I tentang struktur
kurikulum menjelaskan terkait pengorganisasian muatan kurikulum,
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan lama belajar. Untuk muatan
kurikulumnya terdapat program untuk pengembangan nilai agama dan
moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni.
Pengembangan semua aspek tersebut tersusun dalam Kompetensi Inti dan
diturunkan ke Kompetensi Dasar15.

Dari hasil lapangan dan teori dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk
dokumen terkait BKB PAUD Melati IV Matraman sudah cukup baik walau
memang belum menuliskan secara rinci terkait dengan aspek
perkembangan apa saja yang akan dicapai dalam setiap kegiatan serta

14
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014
15
Ibid,
19

penyelarasan antara dokumen yang sudah dibuat dengan pembelajaran di


kelas harus disamakan agar bisa terlaksana dengan baik.

4. Kalender Pendidikan

Saat melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan menanyakan


apakah BKB PAUD Melati IV memiliki kalender pendidikan secara
tertulis, kepala sekolah menyatakan bahwa dokumen yang berkaitan
dengan kalender pendidikan tersebut namun sedang di bawa oleh salah satu
guru. Ketika melakukan observasi ternyata di temukan kalender akademik
yang di tempel di ruang guru. Kalender akademik tersebut adalah kalender
akademik dari dinas pendidikan daerah Jakarta. Kepala sekolah
menyatakan bahwa BKB PAUD Melati IV Matraman memiliki beberapa
kegiatan tahunan seperti melakukan manasik haji, acara hari kartini, acara
hari kemerdekaan. Lalu setiap bulannya rutin kegiatan posyandu yang
dilakukan setiap awal bulan, setiap hari Jum,at ruang belajar BKB PAUD
Melati IV Matraman digunakan untuk kegiatan jumantik sehingga tidak
ada pembelajaran dan ada juga kegiatan makan sehat di minggu ke dua
awal bulan. Kegiatan setiap minggunya ada kegiatan yang dilakukan rutin
yaitu kegiatan praktik sholat di masjid terdekat serta olahraga. Untuk
penanggalan kegiatan tidak ada tanggal khusus dan dilakukan fleksibel
saja.

Ketika observasi berlangsung kegiatan yang rutin terlaksana di BKB


PAUD Melati IV Matraman hanya posyandu yang dilakukan setiap awal
bulan, dan kegiatan jumantik yang dilakukan setiap Jum’at sehingga tidak
ada pembelajaran di hari tersebut. Kegiatan olahraga tidak terlaksana,
namun anak-anak bersekolah mengenakan pakaian olahraga.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 pasal 34 ayat 3 menyatakan bahwa
20

setiap satuan atau program memiliki kurikulum, kalender pendidikan,


struktur organisasi, tata tertib, dan kode etik16.

Kalender pendidikan berguna untuk menjadwalkan kegiatan di


sekolah agar tidak selalu memberikan informasi secara mendadak pada
orangtua murid.

Dalam petunjuk teknis penyelenggaraan POS PAUD menjelaskan


kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran anak selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan
tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari
libur17. Kalender pendidikan juga berisikan tentang program-program
kegiatan tahunan termasuk perayaan hari libur nasional, puncak tema dan
kegiatan dari lembaga tersebut. Pada petunjuk teknis juga di jelaskan
bahwa pembuatan kalender pendidikan yang di sesuaikan dengan kondisi
suatu lembaga juga sangat di sarankan karena berguna sebagai acuan
pengelola dalam menyusun kegiatan belajar selama setahun serta untuk
memberikan informasi pada orang tua tentang berbagai kegiatan selama
setahun bersekolah.

Berdasarkan teori di atas dan yang terjadi dilapangan dapat


disimpulkan bahwa pembuatan kalender pendidikan oleh lembaga
pendidikan sangatlah penting yang mana berguna sebagai pedoman
kegiatan belajar selama setahun, baik dalam kegiatan belajar harian,
bulanan, puncak tema, bahkan kegiatan tahunan sekolah serta kegiatan
yang berkaitan dengan hari libur nasional. BKB PAUD Melati IV
Matraman belum membuat kalender akademik yang sesuai dengan
kegiatan rutin sekolah sehingga jika ada pemberian informasi diberikan

16
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014
17
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN POS PAUD, hal 13
21

kepada orangtua melalui grup chat bukan dengan kalender akademik yang
sudah tersusun.

5. Perencanaan Pembelajaran
Melalui dokumen-dokumen yang di berikan oleh kepala sekolah saat
observasi, terdapat perencanaan pembelajaran di BKB PAUD Melati IV
Matraman yang memiliki pembagian berdasarkan tema tertentu dan
tercantum dalam program semester laporan diklat yang telah diikuti guru.
Menurut Majid dalam jurnal Perencanaan Pembelajaran Kurikulum
2013 PAUD, bahwa perencanaan merupakan proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan
metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan18.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 tahun 2014 Bab V tentang standar proses pasal 11
yang mencakup tentang perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pengawasan pembelajaran.
Selanjutnya pada pasal 12 ayat 2 di jelaskan perencanaan pembelajaran
meliputi program semester (prosem), rencana pelaksanaan pembelajaran
mingguan (RPPM), rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)19.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan
pembelajaran memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran setiap
harinya yang mana tersusun dalam RPPH yang di turunkan dari RPPM dan
Prosem. Sehingga sekolah harus membuat perencanaan yang rinci terkait
dengan materi pembelajaran termasuk media yang di gunakan dan lamanya
kegiatan berlangsung.

18
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.
19
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014
22

Solusi yang bisa dilakukan untuk BKB PAUD Melati IV adalah


memberikan pengarahan dalam pembuatan program semester yang
diturunkan menjadi RPPM, barulah setelah itu dikembangkan menjadi
RPPH yang menjadi acuan belajar setiap harinya.
Berikut ini adalah temuan lapangan mengenai perencanaan
pembelajaran.
a. Program Tahunan
Berdasarkan informasi yang di dapat, sekolah BKB PAUD Melati IV
Matraman, terdapat program tahunan yang rutin di laksanakan oleh
lembaga ini seperti kegiatan manasik haji, hari kartini, dan juga saat hari
kemerdekaan. Lalu kepala sekolah memberikan dokumen terkait
dengan program tahunan. Dalam program tahunan dijabarkan kegiatan
yang akan di lakukan setiap bulannya dari bulan Juli 2017 sampai Juli
2018 salah satunya ada kegiatan perkenalan dan pertemuan orang tua
murid di awal tahun ajaran baru.
Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun
ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi
dasar) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar
seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat
dicapai oleh siswa20.
Setelah membaca teori di atas, dapat disimpulkan bahwa program
tahunan seharusnya di susun di awal tahun ajaran bahkan sebaiknya
sebelum memulai tahun ajaran baru sekolah sebaiknya sudah menyusun
kegiatan selama setahun agar lebih terencana dengan baik.
b. Program Semester
Berdasarkan dokumen-dokumen yang di dapat menjadi bukti bahwa
BKB PAUD Melati IV Matraman sudah memiliki program semester
secara tertulis yaitu dalam laporan diklat. Hal ini di dukung dengan

20
Wina Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
23

adanya print out untuk program semester kedua berupa penjabaran


enam tema besar yang akan di lakukan setiap bulannya yaitu tema
tanaman, tema profesi, tema transportasi, tema komunikasi, tema
rekreasi, dan yang terakhir tema alam semesta.
Berdasarkan dokumen, program bulanan akademik di BKB PAUD
Melati IV Matraman sudah memilki tema-tema setiap bulannya yang
memiliki sub tema dalam setiap temanya. Tidak hanya itu, alokasi
waktunya untuk setiap tema juga sudah tertulis secara rinci. Berikut ini
penjabaran setiap temanya.
• Tema bulan Januari : Tanaman
Sub tema : Apel, Bayam, Mawar
Puncak tema : Cooking sayur
Alokasi waktu : 2 minggu
• Tema bulan Februari : Profesi
Sub tema : Guru, Polisi, Dokter
Puncak tema : Kunjungan atau pemeriksaan
Alokasi waktu : 4 minggu
• Tema bulan Maret : Transportasi
Sub tema : Sepeda, Kapal laut, Pesawat terbang
Puncak tema : Naik kapal laut
Alokasi waktu : 4 minggu
• Tema bulan April : Benda Langit
Sub tema : Matahari, Bintang
Puncak tema : Merasakan hangatnya sinar matahari
Alokasi waktu : 2 minggu
• Tema bulan Mei : Rekreasi
Sub tema : Pantai, Pegunungan, Taman Kota
Puncak tema : Rekreasi ke taman
Alokasi waktu : 4 minggu
• Tema bulan Juni : Komunikasi
24

Sub tema : Surat kabar, Televisi, Telepon, HP


Alokasi waktu : 4 minggu
Selain program bulanan akademik, kepala sekolah dan guru juga
mengatakan bahwa setiap bulan juga ada kegiatan makan bersama.
Kegiatan ini setiap bulannya di lakukan melalui keputusan bersama
dengan orang tua. Jadi untuk kegiatan ini semua orang tua dari setiap
kelompok melakukan musyawarah dan jika sudah pasti barulah di
beritahu ke guru. Kegiatan ini di lakukan di minggu kedua setiap
bulannya. Orang tua yang memasak makanan sesuai dengan
musyawarah yang di lakukan orang tua di setiap kelompok.
Fakta dilapangan di dapat bahwa pembelajaran setiap harinya tidak
ditemukan kesesuaian dengan tema yang tertulis. Serta kegiatan setiap
bulan yang menyatakan bahwa adanya makan bersama, BKB PAUD
Melati IV Matraman tidak ditemukan bahwa melaksanakan kegiatan
tersebut.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 146 tahun 2014 menjelaskan bahwa program semester
terdapat dalam Dokumen II. Di dalam Dokumen II berisi program
semester, RPPM, RPPH. Untuk program semester ada tata cara
penyusunannya yaitu dengan menentukan tema, menentukan alokasi
waktu, penentuan KD di setiap tema. Tema yang di pilih harus yang
dipilih dekat lingkungan anak, memilih tema dari yang sederhana ke
tema yang rumit, mempertimbangkan setiap minat anak, tema harus
mencakup semua aspek perkembangan anak21.
Berdasarkan teori dan temuan lapangan di atas dapat disimpulkan
bahwa BKB PAUD Melati IV Matraman sudah membuat program
dengan baik, hanya saja belum menyelaraskan kegiatan yang sudah

21
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014
25

dituliskan dalam dokumen dengan kegiatan di lapangan sehingga belum


maksimal dapat pelaksanaan program yang dibuat.
c. Program Mingguan
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru, didapatkan
informasi selain program berupa akademik yang sesuai dengan
dokumen yang di berikan terdapat juga program mingguan non
akademik seperti kegiatan olahraga dan kegiatan praktik sholat di
masjid terdekat. Untuk kegiatan olahraga, kelas kelompok bermain
dapat melakukannya di luar ruangan seperti berjalan keliling sekitar
sekolah. Hal ini di dukung karena untuk jam belajar kelas kelompok
bermain yaitu pukul 08.00 jadi memungkinkan untuk kegiatan olahraga.
Sedangkan untuk kelompok kelas campuran (usia 4-6 tahun), guru
menyatakan bahwa hanya melakukan kegiatan senam di dalam kelas di
karenakan jam masuk kelas campuran sudah terik jadi lebih baik apabila
melakukannya di dalam ruangan atau di kelas.

Gambar 2.3 Perencanaan Pelaksanaan Mingguan (RPPM)


Berdasarkan fakta dilapangan bahwa untuk Kelompok Bermain
kelasnya tidak rutin setiap hari dikarenakan murid yang datang hanya
sedikit sehingga sering tidak melakukan kegiatan bermakna, hanya
bernyanyi dan berdoa setelah itu pulang. Kelompok TK A digabung
dengan TK B sehingga hanya ada satu kelas campur usia anak 4-6 tahun.
26

Kegiatan mingguan yang dinyatakan oleh guru tidak terlihat


pelaksanaannya saat melakukan observasi sehingga BKB PAUD Melati
IV belum maksimal dalam pelaksanaan kegiatan mingguan.

Untuk program mingguan akademik sudah terperinci dengan jelas


materi-materi yang akan di ajarkan sesuai dengan kompetensi dasarnya
serta terdapat juga rencana kegiatan dalam menunjang pencapaian
sesuai dengan kompetensi dasar. Sebagai contoh untuk kompetensi
dasar motorik, materi yang diajarkan yaitu mengekspresikan diri
melalui gambar dan untuk kegiatannya adalah mewarnai gambar orang.
Serta dalam RPPM di jelaskan kegiatan di setiap harinya selama satu
minggu.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 146 tahun 2014 di jelaskan bahwa RPPM disusun
sebagai acuan pembelajaran selama satu minggu. RPPM dapat
berbentuk jaringan tema atau format lain yang dikembangkan oleh
satuan PAUD yang berisi projek-projek yang akan dikembangkan
menjadi kegiatan pembelajaran. Pada akhir satu atau beberapa tema
dapat dilaksanakan kegiatan puncak tema untuk menunjukkan hasil
belajar. Puncak tema dapat berupa kegiatan antara lain membuat
kue/makanan, makan bersama, pameran hasil karya, pertunjukan, panen
tanaman, dan kunjungan22.

Berdasarkan teori dan hasil temuan lapangan dapat disimpulkan jika


BKB PAUD Melati IV Matraman sudah membuat RPPM dengan cukup
baik karena sudah terdapat KD yang menjadi acuan, adanya materi
pembelajaran dan rencana kegiatan setiap harinya hanya saja pendidik
belum maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga belum

22
Ibid,
27

terdapat keselarasan antara kegiatan didokumen dengan kegiatan di


kelas.

d. Program Harian

Berdasarkan dokumen yang di berikan, untuk program belajar


kegiatan harian di BKB PAUD Melati IV Matraman sudah tertulis
secara rinci. Adaapun rincian RPPH BKB PAUD Melati IV Matraman
yaitu terdapat materi kegiatan yang akan diajarkan, kegiatan bermain
apa saja yang akan di lakukan ketika pembelajaran, alat dan bahan
sebagai penunjang belajar, dan susunan kegiatan mulai dari pembukaan,
inti, recalling, dan kegiatan penutup, serta tidak lupa ada kegiatan
penilaian. Dokumen terkait RPPH yang diberikan merupakan laporan
tugas mandiri guru BKB PAUD Melati IV ketika melaksanakan diklat
pada bulan Mei 2018. Ketika ditanya apakah ada RPPH yang sesuai
dengan tahun ajaran 2018/2019 guru mengatakan bahwa belum
membuatnya sehingga pembelajaran setiap harinya dilakukan sesuai
dengan RPPH dalam laporan diklat tersebut.

Gambar 2.4 Perencanaan Pelaksanaan Program Harian (RPPH)

Saat melakukan observasi di BKB PAUD Melati IV Matraman guru


menyatakan bahwa terdapat tiga kelompok, yaitu KB (usia 2-3 tahun),
TK A (usia 4-5 tahun), TK B (usia 5-6 tahun), namun karena jumlah
murid kelompok TK A sedikit akhirnya digabung dengan kelompok TK
B. Proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan setiap harinya
28

dilakukan secara bergantian, untuk KB kegiatan belajar mengajar


dilakukan pukul 08.00-09.00, untuk kelas campuran usia 4-6 tahun
berlangsung pada pukul 09.00-11.00.

Ketika melakukan wawancara dengan guru, guru menyatakan bahwa


untuk kegiatan setiap harinya bisa di lakukan sesuai dengan RPPH yang
sudah ada atau dengan melakukan secara spontan, karena kegiatan
berfokus pada anak. Guru juga menyatakan untuk kelas usia campuran
sudah mulai di ajarkan membaca, tulis dan berhitung namun tidak
terlalu di tekankan dan di paksakan. Anak di kenalkan huruf, angka.
Namun jika dalam kegiatan menulis anak kesulitan dalam menulis, guru
akan mencoba membantu tetapi jika anak sudah tidak mau menulis
maka guru tidak memaksakan anaknya. Guru berpendapat bahwa
pendidikan anak usia dini lebih menekankan terhadap adaptasi, baik itu
adaptasi dengan guru maupun dengan teman sebayanya. Untuk adaptasi
dengan guru, guru biasa melakukan kegiatan bercerita ketika sedang
bercerita sesuai tema terkadang anak suka bercerita tentang yang anak
lakukan sebelumnya, dan guru berusaha untuk mengajak anak untuk
kembali ke topik pembicaraan sesuai tema. Guru tidak menyalahkan
anak yang bercerita, guru akan mendengarkan terlebih dahulu, jika
sudah sekiranya cukup maka guru akan mengalihkan ke pembicaraan
awal.

Saat observasi berlangsung di temukan fakta jika memang benar guru


melaksanakan pembelajaran secara spontan yaitu ketika hari Selasa guru
memberikan materi tentang buah, dan esok harinya guru menjelaskan
tentang transportasi lalu pada hari Kamis guru kembali menjelaskan
tentang buah. Pembelajaran yang kurang berkesinambungan kurang
membuat anak mendapatkan makna dari pembelajaran yang diajarkan
oleh guru.
29

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 146 tahun 2014 RPPH disusun sebagai acuan
pembelajaran harian. Komponen RPPH meliputi antara lain: tema/sub
tema/sub- sub tema, kelompok usia, alokasi waktu, kegiatan belajar
(kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup), indikator
pencapaian perkembangan, penilaian perkembangan anak, serta media
dan sumber belajar.

Berdasarkan teori dan hasil temuan lapangan disimpulkan bahwa


pembelajaran sehari-hari di BKB PAUD Melati IV Matraman belum
tersusun dengan baik sehingga untuk melaksanakan pembelajaran setiap
harinya guru seperti tidak mempersiapkan dengan baik dan lebih
terkesan spontan tidak memberi pembelajaran yang bermakna pada
anak. Hal ini terlihat dengan belajar tanpa menggunakan media konkret
sebagai pendukung materi dan lebih sering menggunakan buku yang
sudah dibeli sehingga proses belajar kurang membuat anak menjadi
aktif dalam belajar.

Solusi yang diberikan adalah dengan memberikan pendalaman ketika


melaksanakan kegiatan yang sudah di buat di RPPH. Penyusunan RPPH
sebaiknya di lakukan sebelum adanya ajaran baru sehingga saat proses
belajar di minggu pertama tetap ada kegiatan terstruktur setiap harinya.

B. Gambaran Proses Pembelajaran


Gambaran pembelajaran yang berlangsung pada anak-anak BKB PAUD
MELATI IV dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok berdasarkan usia yaitu usia
3-4 tahun (kelompok bermain), usia 4-6 tahun (taman kanak-kanak). Ruangan
kelas di BKB PAUD MELATI IV hanya memliki 1 kelas saja, jadi untuk
pembelajaran di gabung menjadi 1 bersama dengan kelompok bermain dan
kelompok taman kanak-kanak. Pada kelompok bermain usia 3-4 tahun BKB
PAUD MELATI IV memliliki jumlah murid 2 anak. Kelompok taman kanak-
kanak usia 4-6 tahun memiliki jumlah murid 15 anak. sehingga total jumlah
30

anak didik di BKB PAUD MELATI IV berjumlah 17 anak. Pada gambaran


proses pembelajaran meliputi alur kegiatan pembelajaran, media pembelajaran
materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
1. Alur Kegiatan Pembelajaran
Menurut hasil wawancara kami yang dilakukan pada hari senin tanggal
21 Mei 2018, alur kegiatan dimulai dari baris berbaris di luar kelas, dengan
bernyanyi lagu-lagu yang sudah dikenal anak. Setelah masuk kedalam
kelas, anak di berikan sedikit waktu untuk bermain bebas. Pada kegiatan
pembuka, anak membentuk lingkaran untuk membaca doa-doa, memberi
salam dan bernyanyi bersama dan guru memberi tahu mengenai
pembelajaran pada saat itu. Pada kegiatan inti guru akan menjelaskan
sesuai dengan tema pada hari itu dengan buku yang sesuai dengan kurtilas
dan tergadang guru bertanya kepada anak tentang perkerjaan mereka.
Setelah anak selesai, anak akan diberi waktu untuk istirahat dan setelah itu
kegiatan pembelajaran di tutup dengan kegiatan membaca doa sebelum
pulang dan bernyanyi bersama-sama.
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan beberapa hari. Alur
kegiatan pada BKB PAUD MELATI IV meliputi kegiatan pembukaan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan dimulai pada jam 09.30
sampai jam 11.00. Alur kegiatan pada kelompok A di BKB PAUD
MELATI IV sebagai berikut:
a. Anak-anak datang ke dalam kelas (Pada jam 09.15 sampai 09.25)
Anak-anak datang dan memberi salam kepada ibu guru dan menaruh tas
mereka pada kursinya masing-masing. Kemudian anak akan di bebaskan
untuk bermain di dalam kelas seperti bermain perosotan, jungkat-jungkit
dan ada pula yang duduk saja di kursinya. Untuk pembiasaan melepas
sepatu sebelum masuk kelas belum terlihat karena guru tidak setiap hari
mengingatkan anak untuk melepas sepatu.
31

b. Kegiatan pembukaan (pada jam 09.30 sampai 09.45)


Ibu guru akan memainkan kicrikan yang menandakan bahwa pembelajaran
dimulai. Ibu guru akan menyapa dan menanyakan kabar anak-anak. Guru
akan menunjuk salah satu anak untuk memimpin membaca doa al-fatihah
dan doa mau belajar.
c. Kegiatan Inti (pada jam 09.45 sampai 10.10)
Pada kegiatan inti guru akan menjelaskan sesuai dengan tema pada hari itu
yaitu bertema TubuhKu. Guru mengenalkan anggota tubuh dengan
menunjuk tempat anggota tubuh tersebut dan fungsi dari anggota tubuh.
Kemudian guru akan membagikan LKS pada anak untuk mewarnai gambar
orang sesuai keinginan anak.
d. Istirahat (pada jam 10.10 sampai 10.30)
Anak yang sudah menyelesaikan tugas yang diberikan, dipersilahkan untuk
istirahat dan minum. Anak-anak diperbolehkan untuk bermain perosotan,
jungkat jungkit dan berlari di kelas dengan diawasi oleh guru.
e. Kegiatan Inti (pada jam 10.30 sampai 10-47)
Anak melanjutkan kegiatan belajar kembali setelah istirahat. Kegiatan
selanjutnya adalah anak menebalkan tulisan nama anggota tubuh yang ada
di LKS. Sebelumnya guru akan memberitahu cara memegang pensil, lalu
guru akan memberitahu cara menuliskan nama anggota tubuh. Setelah guru
memberitahu cara menulis anak-anak akan menebalkan titik-titik yang
sudah ada di LKS
f. Kegiatan Penutup (pada jam 10.47 sampai 10.55)
Setelah anak-anak mengumpulkan LKS yang sudah mereka kerjakan. Guru
mengingatkan untuk menyampul buku dan meraut pensil. Kemudian guru
dan anak-anak bernyanyi, membaca doa kedua orang tua, mengucapkan
salam, dan mengucapkan janji pulang sekolah. Guru menyuruh anak untuk
duduk yang rapih dan guru memberikan pertanyaan secara acak mengenai
menghitung angka, bagi yang bisa menjawab mendapatkan hadiah permen
dari guru dan diperbolehkan untuk pulang.
32

Berdasarkan dari temuan di atas dapat kita ketahui alur kegiatan


pembelajaran merupakan hal penting dalam proses pembelajaran. Karena
dalam alur pembelajaran terdapat langkah-langkah proses pembelajaran
yang dilakukan secara sistematis dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan
berlangsung. Dalam alur kegiatan terdapat interaksi antara guru dengan
anak, dan anak dengan anak. Dalam interaksi ini dapat terjadi proses
pembelajaran yang menyatukan kognitif, emosional, pengaruh lingkungan
dan pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai
moral agama.

Menurut permendikbud No. 146 tahun 2014 alur kegiatan pada


pendidikan anak usia dini terdiri dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup23. Kegiatan pembuka dilakukan untuk menyiapkan anak
secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan inti
merupakan upaya kegiatan bermain yang memberikan pengalaman belajar
secara langsung kepada kepada anak sebagai dasar pembentukan sikap,
perolehan pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan penutup merupakan
kegiatan yang bersifat penenangan. Menurut Trianto sistematis kegiatan
belajar mengajar adalah kegiatan pendahuluan/awal/pembuka, kegiatan inti
dan kegiatan penutup/akhir dan tidak lanjut24. Menurut pelaksanaan
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan yaitu kegiatan
pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup25.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa alur


pembelajaran harus sistematis, agar hasil pembelajaran yang diterima anak
dapat tercapai sesuai harapan. Anak akan siap secara spikis dan fisik untuk
menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Perkembangan dan

23
Permendikbud No 146 Tahun 2014 Lampiran IV tentang Kurikulum 2013 Anak Usia DIni
24
Trianto. Design Pengembangan Pembelajaran Tematik. ( Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2012)
25
Suyanto, Asep Jihad. Menjadi Guru Profesional ( Jakarta: Erlangga Grup, 2013) hlm 264.
33

pertumbuhan anak dapat di stimulus dengan kegiatan-kegiatan yang sesuai


dengan anak.

Berdasarkan analisi teori dan temuan lapangan, dapat disimpulkan


bahwa alur kegiatan pembelajaran di BKB PAUD MELATI IV secara umum
sudah sesuai denga kriteria yang telah di tetapkan oleh pemerintah, yaitu
adanya kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Namun
untuk pelaksanaannya kegiatan pembelajaran yang dilaksanaakan disetiap
tahapan masih kurang variasi dan belum sesuai dengan kebutuhan anak. Hal
ini dikarenakan model pendekatan teacher center. Selain itu kegiatan
pembelajaran belum terdapat kegiatan yanga dipilih sendiri oleh anak.

Adapun sosusi yang dapat di terapkan pada alur kegiatann pembelajaran


adalah memberikan pengetahuan tentang model pembelajaran yang sesuai
dengan anak usia dini. Kemudian memberikan contoh variasi seperti
mengadakan outing class dan mengubah model pembelajaran menjadi
student center agar anak dapat memilih kegiatansesuai dengan minat anak
meskipun kegiatan tersebut sudah di tentukan oleh guru.

2. Materi Pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara kami pada hari senin tanggal 21 Mei 2018
kepada guru bahwa materi pembelajaran setiap harinya sama tergantung
dari LKS yang ada. Guru akan menghabiskan salah satu LKS terlebih
dahulu lalu dilanjutkan LKS yang lain. Di BKB PAUD MELATI IV ini
memiliki 6 LKS dengan materi seperti seni, berbahasa, bahasa ingris,
motorik, kognitif dan pembiasaan ini diberikan pada hari senin sampai hari
rabu. Pada hari kamis, materi yang diberikan adalah olahraga seperti senam,
berjalan berkeliling disekitar PAUD dan bermain main bola. Selanjutnya di
hari jumat, guru memberikan materi agama atau imtaq seperti solat di
musolah secara bergantian, membaca doa-doa dan iqra.
Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan di BKB PAUD
MELATI IV, mengajarakan materi yang bertemakan tentang “TubuhKu”.
34

kegiatan ini menjelaskan tentang bagian-bagian anggota tubuh dan fungsi


dari anggota tubuh. Guru mengajak anak untuk memegang bagian anggota
tubuh yang di sebutkan oleh guru dan guru memberitahu fungsi dari anggota
tubuh tersebut. Sesekali guru bertanya mengenai nama dan fungsi anggota
badan tersebut. Kemudian guru akan memberikan LKS dengan materi
bahasa pada anak-anak untuk mewarnai dan menulis nama anggota tubuh.
Guru akan memberitahu cara menulis.

Gambar 2.5 buku pembelajaran

Semua buku diatas di usahakan dapat diajarkan oleh anak-anak. Tema


yang sudah ada di RPPH tidak sesuai karena guru lebih melihat LKS yang
ada. Buku yang ada di sekolah ini didapatkan dari uang kas dan ada yang
didapatkan dari pemerintah. Anak-anak mendapatkan masing-masing LKS
tersebut.
Materi pembelajaran adalah bagian yang penting dalam melaksanakan
pembelajaran. Materi pembeljaran atau disebut juga bahan pembelajaran.
Keberasilann pembelajaran secara keseluruhan sangat penting tergantung
pada kebehasilan guru dalam merancang materi pembelajaran.
35

Materi pembelajaran adalah bahan yang digunakan untuk belajar dan


yang membantu anak untuk mencapai tujuan pembelajaran26. Materi
pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus
dikuasi peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan27. Berdasarkan dari teori diatas dapat disimpulkan materi
pembelajaran bahan yang digunakan untuk belajar seperti pengetahuan,
keterampilan dan sikap untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Diane, terdapat empat konten yang yang perlu diajari oleh
anak usia dini, yaitu bahasa, matematika, sains dan sosial studi28. Dalam
konten-konten tersebut anak-anak belajar melalui tema yang telah
terlaksanan. Menurut Permendikbud No 146 tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan pada
kompetensi dasar yang ada di dalam muatan pembelajaran. Dalam
penyampaian materi pembelajaran harus memperhatikan media belajar,
sumber belajar, dan orang-orang di sekitarnya. Materi pembelajaran anak
harus bervariasi agar anak dengan mudah mendapatkan informasi yang
diberikan oleh guru namun tetap sesuaikan dengan kondisi yang ada di
sekitar lagu.
Berdasarkan analisa teori dan temuan lapangan, materi pembelajaran
sudah terpenuhi dengan empat konten tersebut seperti bahasa, matematika,
sains dan studi sosial. Namun materi yang digunakan kurang bervariatif
dikarenakan BKB PAUD MELATI IV mengandalkan LKS yang ada dan
LKS tersebut harus di selesaikan terlebih dahulu baru lanjut ke LKS
selanjutnya.
Adapun solusi yang dapat di berikan pada BKB PAUD MELATI IV
memberikan pemahaman tentang permen No. 146 Tahun 2016 dan

26
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasido, cetakan ke-4, 1996) hlm 295.
27
Www.google.co.id/amp/s/silabus.org/materi-pembelajaran/amp/ diakses pada tanggal 23 juli 2018
28
Diana Trister Dodge, The Creative Curriculum for Early Childhood (Washington DC: Teaching
Strategies, 2000) hlm 47.
36

memberikan contoh cara mengembangkan materi pembelajaran dari


berbagai sumber pembelajaran yang ada dilingkungan sekitar.

3. Metode Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi pada yang kami lakukan di BKB PAUD
MELATI IV, metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, tanya
jawab dan demonstrasi. Metode ceramah dilakukan pada saat guru
menjelaskan tentang tema yang akan diajarkan. Pada metode tanya jawab
guru akan bertanya tentang pembelajaran tersebut dan anak akan menjawab
yang ditanyakan oleh guru pada saat pembelajaran maupun pada saat
sebelum pulang.

Gambar 2.6 Proses pembelajaran

Pada gambar diatas dapat dilihat sebagai salah satu cara metode
pembelajaran yaitu demonstrasi. Guru menjelaskan terlebih dahalu dan
mempraktikkan bagaimana cara menulis huruf. Kemudian anak akan
menulis dibuku masing-masing yang sudah di bagikan sebelumnya. Guru
akan memperhatikan anak-anak agar fokus menulis.

Menurut Ahmadi metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan


tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau intruktur29.

29
Darmadi. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa.
(Yogyakarta: Deepublish, 2017) hlm 175.
37

Menurut permendikbud metode pembelajaran cara yang digunakan


pendidik dalam melakukan kegiatan pembelajaran kepada anak untuk
mencapai kompetensi tertentu. Metode pembelajaran yang dianggap sesuai
dengan PAUD, yaitu bercerita, demonstrasi, bercakap-cakap, pemberian
tugas, sosio drama/bermain peran, karyawisata, proyek dan eksperimen30.
Menurut Djahmarah, SB. Metode pembelajaran adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan31. Berdasarkan
teori diatas metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan
dalam interaksi antara peserta didik dengan pendidik untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan sesuai dengan materi.
Berdasarkan analisis dan temuan lapangan bahwa metode
pembelajaran BKB PAUD MELATI IV meliputi metode ceramah, tanya
jawab, dan demonstrasi sudah sesuai dengan standar pemerintah. Namun
masih ada beberapa metode yang belum di terapkan seperti pemberian
tugas, sosio drama, karyawisata, proyek dan eksperimen. Metode
pembelajaran ini tidak semua harus di terapkan setiap hari, namun lebih
baik metode ini digunakan sesuai dengan materi yang sedang berlangsung.
Adapun sosusi yang diberikan yaitu memberitahukan tentang macam-
macam metode pembelajaran. Guru dapat menrencang pembelajaran
dengan metode yang ada seperti metode bermain peran dapat di praktikan
pada saat tema keluargaku atauu mengenalkan profesi, anak dapat
memakai pakain yang sesuai atau bergaya layaknya profesi atau keluarga.
Metode eksperimen dapat dibukannya sudut sains.

4. Media pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara kami di BKB PAUD MELATI IV
kepada guru bahwa media itu diberikan kepada anak pada saat diwaktu

30
Permendikbud No 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Anak Usia Dini Lampiran IV
31
Gunarto. Model dan Metode Pembelajaran Di Sekolah. ( Semarang : Unissula Press, 2013) hlm. 16
38

bebas dan pada materi yang sesuai dengan media yang ada, misalkan pada
saat pembelajaran olahraga, media yang dapat digunakan adalah bola
Berdasarkan hasil observasi kami di BKB PAUD MELATI IV,
ditemukan media pembelajaran yang digunakan sebagai berikut
Tabel 2.1 Media Pembelajaran
No Nama Media Jumlah Gambar Media

1 Bola 2 buah

2 Cetakan 1 box
39

3 Masak-masakan 1 pcs

4 Lego 1 pcs

5 Geometri 5 macam
40

Diliat dari tabel diatas, media pembelajaran yang dimiliki oleh BKB
PAUD MELATI IV terdiri dari 5 macam media pembelajaran. Seluruh
media pembelajaran yang berada di BKB PAUD MELATI IV dalam
keadaan baik. Menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah juga
mengatakan media pembelajaran ini didapatkan dari pemerintah dan
sedikit dari uang siswa. Berdasarkan observasi media pembelajaran ini
jarang di keluarkan dan di pergunakan. Guru lebih memilih untuk
menggunakan LKS untuk media pembelajarannya.
Degeng (1993:215) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah kompenen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang
akan disampaikan kepada si belajar, apakah itu orang, alat atau bahan 32.
Menurut Association of Education and Communication Technology
(AECT) memberikan batasan bahwamedia segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyalurkan pesan/informasi. Segala segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar dapat
disebut media33. Menurut Susilana dan Riyana media adalah alat untuk
memudahkan seorang guru agar proses pembelajaran berjalan efektif dan
dapat mewujudkan tujuan pendidikan. Berdasarkan toeri diatas dapat
disimpulkan media pembelajaran bukan hanya alat untuk menyampaikan
informasi melainkan juga ada aspek yang perlu diperhatikan agar materi
yang disampaikan kepada anak dapat diterima oleh anak dengan baik.
Berdasarkan hasil temuan lapangan, media pembelajaran yang terdapat
di BKB PAUD MELATI IV, sudah sesuai denga perkembangan anak. Hal
ini dapat diliat dari APE yang ada seperti bola, cetakan, geometri, masak-

32
Trianto. Design Pengembangan Pembelajaran Tematik. ( Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2012). Hlm 227
33
Usep Kustiawan. Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini. ( Malang: Gunung samudera.
2016) hlm. 6
41

masakan dan lego. Namun penggunaannya kurang maksimal. Hal ini


karena APE jarang dikeluarkan dari box penyimpanan dan display tempat
mainan tidak terlihat oleh anak jadi anak tidak mengetahui. Media
pembelajarang juga kurang variasi, tidak perlu membeli media
pembelajaran, guru dapat melihat lingkungan sekitar yang dapat di eksplor
untuk di jadikan media pembelajaran.
Adapun solusi yang dapat diberikan, ialah dengan mengatur tempat
APE yang lebih baik dan lebih lengkap datri sebelumnya agar dapat
digunakan oleh anak dan anak dapat mengambil sendiri saat waktunya
bermain. Selain itu guru juga dapat menyiapkan media pembelajaran
dengan mengeksplor bahan-bahan di sekitar lingkungan untuk merangsang
panca indar pada anak.

5. Evaluasi Pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara kami kepada guru, evaluasi harian
dilakukan dengan menggunakan pemberian nilai pada lembar kerja siswa
seperti nilai A dan nilai B. Pada evaluasi semesteran, guru memberikan
evaluasi berupa raport pada siswa. Dan pada evaluasi tahunan, guru
memberikan ijazah untuk siswa yang sesuai dengan indikator yang ada
pada rapot.
42

Gambar 2.7 buku pembelajaran


Pada gambar diatas adalah evaluasi harian yang dilakukan oleh guru.
Guru memberikan nilai dari kegiatan yang sudah dilakukan oleh anak.
Dalam LKS tersebut terdapat paraf dan tanggal berapa anak mengerjakan
kegiatan tersebut dan ada pula paraf orang tua agar orang tua tahu hasil
yang didapatkan oleh anak. Pada evaluasi dengan anecdotal tidak
dilakukan secara rutin. Biasanya guru akan menuliskan anecdotal bila
diminta oleh kepala sekolah dan pada saat pembagian rapot.
43

Gambar 2.8 raport untuk siswa


Berdasarkan hasil gambar diatas adalah evaluasi semesteran dengan
menggunakan rapot. Isi dari rapot tersebut tentang laporan perkembangan
anak seperti moral, nilai agama, fisik motorik, bahasa, dan kognitif yang di
deskripsikan oleh guru pada pembelajaran serta penggunaan ceklis dengan
indikator-indikator pencapai perkembangan anak. Hasil wawancara kami
dengan guru rapot yang ada di sekolah tersebut dibeli di toko buku.
Berdasarkan temuan lapangan di atas dapat kita ketahui bahwa
evaluasi pembelajaran merupakan penilaian dari semua aspek
perkembangan anak baik aspek kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial dan
emosi. Evaluasi adalah proses menentukan nilai seseorang dengan
menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai tujuan34. Menurut
permendikbud No 146 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Pendidikan
Anak Usia Dini penilaian proses dan hasil kegiatan belajar PAUD adalah
suatu proses mengumpulan dan mengkaji berbagai informasi secara
sistematis, terukur, berkelanjutan, serta menyeluruh tentang pertumbuhan
dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak selama kurun waktu

34
Eveline Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran , hlm 142.
44

tertentu.35. menurut Stufflebeam evaluasi merupakan proses,


mengambarkan, memperoleh dan menyajikan infomasi yang berguna
untuk meniali alternatif keputusan36. Teknik evaluasi terdiri dari teknis tes
dan teknis non tes. Teknis tes terdiri dari tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan. Teknis non tes terdiri dari anecdotal record, running record,
checklist, wawancara, dokumentasi dan fortofolio. Berdasarkan teori diatas
dapat di simpulkan bahwa evaluasi dalah suatu proses yang disengaja
dilaksanakan untuk memperoleh informasi atau data berdasarkan data
tersebut kemudia dicoba untuk membuat keputusan.
Berdasarkan hasil temuan bahwa sistem evaluasi pembelajaran sudah
dilakukan dengan mengunakan dua teknis tersebut teknis tes dan teknis
nontes. Pada teknis tes dilakukan pada saat akhir pembelajaran dalam
bentuk penilaian lebar kerja dan tanya jawab. Sedangkan untuk nontes
dilakuak pada saat akhir semester untuk mengisi rapot.
Adapun solusi yang dapat ti terapkan yaitu adanya jadwal secara rutin
untuk membuat evaluasi pembelajaran. Hal ini dikarena sudah adanaya tes
tulis dan tes non tulis, hanya saja guru tidak memiliki jadwal ruting untuk
mengisi jadwal evaluasi.
C. Sumber Daya Manusia di Lembaga PAUD
Sumber daya manusia merupakan komponen yang harus ada di dalam setiap
lembaga, baik pada lembaga pendidikan atau lembaga lainnya. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, sumber daya manusia dapat diartikan sebagai sebuah
potensi yang dimiliki oleh manusia yang dapat dikembangkan untuk proses
produksi. Sumber daya manusia yang ada di sebuah lembaga haruslah memiliki
potensi yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Penyesuaian pekerjaan dan

35
Permendikbud No 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Anak Usia Dini Lampiran V poin
Penilaian.

36
www.eurekapendidikan.com/2014/pengertian-dan-peranan-evaluasi-pembelajaran.html diakses
pada tanggal 23 juli 2018
45

potensi yang dimiliki oleh setiap sumber daya manusia berpengaruh terhadap
kemajuan serta perkembangan sebuah lembaga.
Sedangkan menurut Bejamin Bukit dkk, sumber daya manusia diartikan
sebagai kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki
individu, perilaku, dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya,
sedangkan dalam prestasi kerja dimotivasi oleh keinginan utuk memenuhi
kepuasannya.37 Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
sumber daya manusia merupakan sebuah potensi yang dimiliki oleh manusia
baik potensi fisik, pikiran dan kinerja. Potensi-potensi tersebut dapat kelola
hingga dapat bermanfaat bagi proses produksi sebuah lembaga. Adanya sumber
daya manusia yang mumpuni, maka sebuah lembaga akan berjalan dengan baik
dan sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan. Untuk itu, dalam sebuah
lembaga haruslah memiliki manajemen yang mengatur sumber daya manusia
di dalamnya.
Menurut Bejamin Bukit dalam kutipannya Edy Sutrisno mengatakan bahwa
Manajemen Suber Daya Manusia merupakan kegiatan perencanaan,
pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, serta penggunaan sumber daya
manusia untuk mencapai tujuan baik secara individu maupun organisasi.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk mempermudah pekerjaan yang ada di dalam
sebuah lembaga.38 Dapat dikatakan bahwa manajemen sumberdaya manusia
merpakan sebuah koponen yang diperlukan untuk menentukan sebuah
perencaan sebuah program hingga hasil yang akan dicapai. Sedangkan Kaswan
(2012: 6) mengatakan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan
bagian dari manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan lain-lain.39 Proses tersebut dijalankan sesuai dengan tahapan-
tahapan manajerial yang dimiliki di setiap lembaga.

37
Bajamin Bikur.Dkk, “Pengembangan Sumber Daya Manusia”, (Yogjakarta: Zahir Publishing,2017),
Hal 2.
38
Ibid, Hal 11
39
Op.cit, Hal 11
46

Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya


Manusia diartikan sebagai seni dan ilmu mengatur hubungan dan peranan
tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya lembaga ,
karyawan, dan masyarakat.40 Berdasarkan pemaparan di bersebut, dapat
dikatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu
komponen terpenting dalam sebuah lembaga. Manajemen Sumber Daya
Manusia ini merupakan suatu wadah dalam perencanaan, pengelolaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap kegiatan yang
dilakukan dalam sebuah lembaga. Dengan adanya Manajemen Sumber Daya
Manusia, maka kegiatan yang ada di lembaga akan berjalan dengan efektif dan
efisien.
Dalam dunia pendidikan, pengelolaan atau manajemen atas tenaga kerja ini
berorientasi pada pengembangan pendidikan, dimana bidang garapan dan
keluaran yang dihasilkan berbeda dari bidang perusahaan lainnya. Sumber daya
manusia (SDM) yang berada di BKB PAUD Melati IV Matraman ini meliputi
pedidik dan tenaga kependidikan, anak didik (murid), orang tua peseeta didik,
dan kemitraan yang bekerjasama dengan lembaga. Berikut sumber daya
manusia yang terdapat di BKB PAUD Melati IV Matraman :
1. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasiaonal Pasal 1 ayat 5 dan 6 menyatakan bahwa pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan, sedangkan tenaga kependidikan adalah
anggota masyarakat yang mengabdi diri dan diangkat untuk menunjang

40
Malayu.S.P, Hasibuan, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009). Hal
10
47

penyelenggaraan pendidikan.41 Dapat dikatakan bahwa pendidik merupakan


seseorang yang memberikan pelayanan bagi anak usia dini berupa
pemberian ilmu, sedangkan tenaga kependidikan merupakan sumber daya
manusia yang memberikan pelayanan berupa pemenuhan kebutuhan anak di
sekolah. Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan keseluruhan sumber
daya manusia yang ada di lembaga PAUD yang memiliki peranan dalam
memberikan pelayanan bagi anak usia dini.

Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan komponen sumber daya


manusia yang penting di dalam sebuah lembaga pendidikan. Tanpa adanya
pendidik sebuah lembaga tidak bisa dikatakan sebagai sebuah lembaga
pendidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan yang terdapat disebuah
lembaga pendidikan haruslah yang mumpuni, sehingga dalamnya harus
memuat komponen-komponen penting seperti profil, cara perekrutan,
pembinan dan pengembangan, dan pemberhentian bagi pendidik dan tenaga
kependidikan. Pada BKB PAUD Melati IV Matraman ini telah memuat
beberapa komponen. Komponen tersebut dijabarkan sebagai berikut :
a. Profil Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Profil merupakan sebuah gambaran umum mengenai riwayat data
seseorang. Di dalam lembaga kependidikan, profil ini memuat
informasi-informasi umum mengenai pendidik dan tenaga kependidikan
yang ada di lembaga. Profil ini berguna untuk membentuk sumber daya
manusia yang berpotensi untuk memajukan lembaga. Berikut profil
pendidik dan tenaga kependidikan yang berada di BKB PAUD Melati
IV Matraman :

41
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, “Sistem Pendidikan Nasional “, Pasal 1 ayat
5 dan 6
48

Tabel 2.2 Profil Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Nama Alamat Tempat, Jabatan
Tanggal Lahir
Lily Sri Aprianti Jl. Tegala IE No. 143 Jakarta, 27 April Kepala
RT 10/04, Palmerian, 1955 Sekolah
Matraman, Jakarta
Timur
Tini Jl. Tegalan II No. 8 Jakarta, 23 Bendahara
RT 02/04, Palmeriam, Oktiber 1959
Matraman, Jakarta
Timur
Poppy Anggraini Jl. Tegalan I RT Jakarta, 5 April Sekertaris
05/04, Palmeriam, 1983 dan guru
Matraman, Jakarta
Timur
Lina Riawati Jl. Tegalan I RT Tanjung Pinang, Guru
05/04, Palmeriam, 17 Mei 1965
Matraman, Jakarta
Timur
Berdasarkan data tabel diatas dapat dikatakan bahwa pendidik dan
tenaga kependidikan yang berada di BKB PAUD Melati IV ini
merupakan warga yang berada di RW 04, Palmeriam, Matraman Jakarta
Timur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa
pendidik dan tenaga kependidikan yang berada di lembaga bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Rata-rata tingkat pendidikan akhir yang
dijalani dari setiap pendidik dan tenaga kependidikan adalah jenjang
SMA, namun ada juga yang merupakan lulusan S1 Ilmu Komunikasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 137 Tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pasal 24 ayat 1 menyatakan
49

bahwa pendidik bagi anak usia dini merupakan tenaga profesional yang
berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil
pembelajaran anak. Sedangkan tenaga kependidikan merupakan tenaga
yang bertugas melaksanakan proses administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk memunjang
proses kegiatan pembelajaran bagi anak usia dini.42 Dapat dikatakan
bahwa pendidik dan tenaga kependidikan bagi anak usia dini haruslah
profesional sehingga dapat memahami berbagai macam tugas yang
diperuntukkan bagi lembaga pendidikan anak usia ini. Pendidik yang
sesuai bagi anak usia dini adalah pendidikan yang mampu membuat
berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak,
mencari berbagai sumber belajar untuk anak, dan mampu menilai anak
secara objektif.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 137 Tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pasall 25 ayat
1 menjelaskan
“ Kualifikasi akademik guru PAUD adalah memiliki ijazah Diploma
empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini,
dan kependidikan lain yang relevan dengan sistem pendidikan anak usia
dini, atau psikologi yang diperoleh dari program studi terakreditasi, dan
memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAUD dari
perguruan tinggi yang terakreditasi”43
Berdasarkan teori diatas dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan
bagi pendidik anak usia dini adalah lulusan D-IV atau S1 dari jurusan
anak usia dini atau kependidikan lainnya atau lulusan S1 psikologi serta
memiliki sertifikat profesi guru. Hal ini dilakukan agar pembelajaran
yang dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Adanya
kualifikasi guru tersebut akan mempermudah proses belaja mengajar
yang dilakukan di sekolah.

42
Peraturan Pemerintah No. 137 Tahun 2014, “Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini”, Pasal 24
43
Ibid, Pasal 25
50

Sedangkan dalam buku Decker and Decker menyataan bahwa


dalam sebuah lembaga PAUD memiliki ketentuan pendidik bagi anak
usia dini sebagai berikut :

a. Early Childhood Teacher Assistant (Gueu Pembantu)


b. Early Childhood Associate Teacher (Guru Asuh)
c. Early Childhhood Teacher (Guru Inti)44

Kemampuan mengajar yang dimiliki oleh seorang pendidik akan


terlihat dan berpengaruh oleh latar belakang pendidikan yang dimiliki.
Oleh karena itu dalam sebuah lembaga harusnya memiliki kualifikasi
akademik yang dapat mengajar di sekolah. Kualifikasi akademik yang
dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda tergantung pada bagian yang
dibutuhkan. Setiap sekolah juga akan menentukan kualifikasi
akademiknya sendiri sesuai dengan kebutuh dan lingkungannya.

Selain pedidik, dalam sebuah lembaga PAUD juga terdapat tenaga


kependidikan yang tidak kalah pentingnya. Decker and Decker
menyatakan bahwa

“Supporting program personnel provide services that support or


facilitate caregiving, and instructional program; these include
dientitians, medical staff, psychologists, caseworkers, and
maintenance staff”45
Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa dalam lembaga PAUD
tenaga kependidikan merupakan pendukung dari sebuah program yang
meyediakan pelayanan yang mendukung atau memfasilitasi program
pengasuhan dan pembelajaran, hal ini termasuk ahli gizi, staff medis
seperti psikolog,, pekerja osial, dan pemeliharaan sekolah. Dapat dikatan
bahwa tenaga kependidikan merupakan salah satu bagian yang akan
mebantu dalam penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan yang

44
Celia Anita Decker and John R. Decker, “Planning and Administering Early Childhood Programs Fifth
Edition”, ( New York: Macmilan Piblishing Company, 1992), Hal 110
45
Op.cit, Hal 110-111
51

ada di lembaga PAUD akan membantu dalam bidang administrasi,


kebersihan, penataan lingkungan, dan lain sebagainya. Adanya tenaga
kependidikan di dalam sebuah lembaga sekolah, maka penyelenggaraan
kegiatan yang dilakukan di sekolah akan berjalan dengan baik dan akan
terorganisir secara teratur.

Seorang pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di lembaga


PAUD haruslah memiliki kualfikasi yang baik. Kualfikasi tersebut telah
di tetapkan oleh pemerintah dan di jadikan standar acuan bagi setiap
lembaga pendidikan. Kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah ini
adalah sebagai modal untuk guru dan staff lainnya dalam melaksanakan
proses kegiatan dan pembelajaran di sekolah

Berdasarkan hasil temuan lapangan dan wawancara di atas dapat


dikatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan yang berada di BKB
PAUD Melati IV Matraman ini belum memiliki guru dan staff dengan
kualifikasi pendidikan D-IV atau S1 PAUD atau pekendidikan lainnya,
serta psikologi. Pencantuman profil bagi pada pendidik dan tenaga
kependidikan yang ada belum lengkap sehingga masyarakat tidak
mengetahui kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di
sekolah. Pendidik dan tenaga kependidikan yang berada di BKB PAUD
Melati IV Matraman ini merupakan lulusan SMA dan S1 Ilmu
Komunikasi, hal ini tidak sejalan dengan teori yang telah dipaparkan
diatas bahwa pendidik bagi anak usia dini haruslah lulusan dalam bidang
Kependidikan atau Psikologi.

b. Perekrutan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa tidak
adanya perekrutan bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang melamar
di BKB PAUD Melati IV Matraman. Perekrutan pendidik dan tenaga
kependidikan dilakukan secara suka rela sehingga tidak adanya
ketentuan-ketentuan secara resmi. Pendidik dan tenaga kependidikan
52

dengan suka rela bekerja di BKB PAUD Melati IV Matraman ini


merupakan warga sekitar yang bergabung sebagai anggota PKK.
Saat melakukan perekrutan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
secara suka rela ini, sebelum melakukan kegiatan mengajar, kepala
sekolah memberikan informasi mengenai kegiatan dan situasi yang biasa
dilakukan di BKB PAUD Melati IV Matraman. Hal ini dilakukan oleh
kepala sekolah agar pendidik dan tenaga kependidikan dapat beradaptasi
dengan mudah, merasa nyaman, dan dapat bekerjasama dengan baik.
Calon guru yang ingin mengajar di BKB PAUD Melati IV Matraman ini
haruslah sudah memahami tahapan perkembangan anak sehingga dapat
mendidik anak dengan tepat.
Dalam sebuah lembaga, sebelum menentukan penugasan (job
descripsion), tahap awal yang dilakukan adalah perekrutan pegawai.
Perekrutan dilakukan dengan tujuan mencari sumber daya manusia yang
kompeten dalam bidangnya. Di dalam sebuah lembaga pasti akan terjadi
penggantian pegawai, begitu juga sama halnya dengan lembaga
pendidikan. Di sebuah lembaga pendidikan psatilah terdapat adanya
penggantian bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Maka dari itu
diperlukan proses perekrutan yang dilakukan oleh pengelola lembaga.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rekrutmen diartikan
sebagai pengerahan, dimana pengerahan adalah sebuah proses atau cara.
Proses atau cara ini merupakan sebuah penyaringan yang dilakukan untuk
menentukan kompetensi pendidik dan tenaga yang kompeten. Proses atau
cara tersebut akan menunjukkan kesiapan dari setiap pegawai yang
bekerja di lembaga tersebut.
Kemudian Schermerhorn (1997) mendefinisikan bahwa rekrutmen
adalah proses penarikan sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang
lowong. Perekrutan yang efektif akan membawa peluang pekerjaan
kepada perhatian dari orang-orang yang berkemampuan dan
53

keterampilannya memenuhi spesifikasi pekerjaan.46 Dalam sebuah


lembaga pendidikan adanya perekrutan bagi pendidik dan tenaga
kependidikan akan terlihat bagaimana kemampuan yang ada di dalam
setiap calon.
Proses perekrutan dalam sebuah lembaga pendidikan dilakukan oleh
kepala sekolah. Menurut Decker and Decker sebelum melakukan
perekrutan tenaga pendidik dan kependidikan, pemimpin atau kepala
sekolah dan pihak yang terkait harus menganalisis kebutuhan tenaga kerja
dan persyaratakan untuk perkerjaan tertentu, kemudian menemukan
prioritas atau bidang keahliannya masing-masing pelamar.47 Dapat
dikatakan bahwa perekrutan pendidik dan tenaga kependidikan dalam
sebuah lembaga pendidikan akan ditentukan kualifikasi yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengkulaifikasian ini dilakukan untuk menentukan
persyaratan yang akan diajukan bagi calon pendidik dan tenaga
kependidikan.
Setelah melakukan analisis terhadap kebutuhan pendidik dan tenaga
kependidikan, selanjutnya kepala sekolah akan memilih pegawai yang
sesuai dengan kualifikasi yang telah di tentukan. Setelah mendapatkan
pendidik dan tenaga kependidikan yang sesuai, maka kepala sekolah akan
mengarahkan calon pendidik dan tenaga kependidikan untuk melakukan
observasi terhadap anak dan lingkungan sekolah serta melakukan uji coba
dalam melakukan tugasnya. Decker and Decker memaparkan bahwa,
“Many program give the hired applicant a trial work period in
which the director or hiring committee tries to see how compatible
the person is with program practice”48
Dapat diartikan bahwa beberapa program yang diterapkan akan
melakukan masa percobaan kepada calon pegawai sehingga kepala

46
Ekki Wibisono D dan Rizka Ramayanti S, “Makalah Manajemen Sumber Daya Manusia Rekrutmen
Sumber Daya Manusia”, (Malang; Universitas Brawijaya, 2016), Hal 6
47
Celia Anita Decker dan John R. Decker, “Planning and Administering Early Childhood Program”,
(New York: 1992), Hal 115
48
Ibid, Hal 117
54

sekolah atau panitia mengetahui kecocokan antara pegawai denngan


program yang diterapkan. Hal ini dapat dikatakan bahwa dalam proses
perekrutan bagi pendidik dan tenaga kependidikan memerlukan masa
percobaan sehingga kepala sekolah dapat mengetahui potensi yang
dimiliki dari setiap pegawai.

Berdasarkan paparana di atas, dapat disimpulkan bahwa perekrutan


pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan secara bertahap sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh setiap lembaga. Sebelum
menerima pendidik dan tenga kependidikan, keoala sekolah akan
melakukan penyaringan data atau pemilihan bagi calon pendidik dan
tenaga kependidikan yang sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan. Hal
ini dilakukan agar setiap lembaga dapat mengetahui kemampuan calon
pegawai dan calon pegawai dapat melakukan pekerjaannya dengan
teanggung jawab penuh.
Setelah melakukan penyaringan pegawai, kepala sekolah akan
melakukan sesi wawancara. Selanjutnya pendidik dan tenaga kepenidikan
yang telah di terima akan melakukan masa percobaan dalam bidang yang
telah di tentukan. Masa percobaan ini dilakukan untuk melihat kesiapan
dan potensi yang dimiliki oleh calon pendidik dan tenaga kependidikan
dalam melakukan tugas yang sesuai dengan program yang telah di
tentukan.. Sebelum melakukan masa percabaan, pendidik dan tenaga
kependidikan diberikan waktu untuk melakukan masa observasi terhadap
lingkungan sekolah dan peserta didik.
Membandingkan hasil wawancara dan teori dapat dikatakan bahwa
dalam melakukan proses perekurutan pendidik dan tenaga kependidikan
di BKB PAUD Melati IV Matraman ini belum sesuai. Proses perekrutan
pendidik dan tenaga kependidikan di BKB PAUD Melati IV Matraman
ini dilakukan dengan cara mengajukan diri atau suka rela dari anggta PKK
yang berada di RW 04. Dapat dikatakan bahwa proses perekrutan bagi
55

pendidik dan tenaga kependidikan di BKB PAUD Melati IV Matraman


ini kurang tepat dan belum memiliki alur yang jelas. Kualifikasi pendidik
dan tenaga kependidikan yang berada di lembaga juga belum sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Belum adanya
pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi kualifikasi pendidikan
S1 dalam bidang pendidikan atau psikologi. Sehingga pembelajaran yang
dilakukan belum tepat.
Hal ini terjadi karena kondisi administratif yang tidak memadai dan
kurangnya pengetahuan kepala sekolah mengenai proses perekrutan
pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga langkah-langkan dalam
melakukan perekrutan belum diterapkan secara maksimal. Kepala
sekolah hanya memberikan proses observasi kepada calon pendidik
selama 1 hari. Dalam hal ini perlu diadakan pemberian pengetahuan
kepada kepala sekolah dalam melakukan proses rekrutmen. Langkah-
langkan dalam melakukan perekrutan ini dapat menjadi acuan bagi
lembaga dan kepala sekolah dalam melakukan proses penerimaan bagi
pendidik dan tenag kependidikan, sehingga proses penyampaian
pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Sebaiknya BKB PAUD Melati IV Matraman melakukan perbaikan
dalam bidang administratif. Sehingga proses perekrutan bagi pendidik
dan tenaga kependidikan dapat sesuai tahap perekrutan yang telah di
tetapkan. Adanya proses admisnistratif yang baik akan memperngaruhi
kualitas pengajaran bagi anak.
c. Pembinaan dan Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Berdasarkan hasil wawacara dengan kepala sekolah, bahwa pendidik
dan tenaga kependidikan yang ada di BKB PAUD Melati IV Matraman
ini sudah mengikuti pelatihan atau diklat awal. Pelatihan atau diklat ini
dilaksanakan pada bulan Maret 2018. Pada diklat ini, pendidik dan tenaga
kependidikan mendapatkan berbagai informasi dan pegetahuan mengenai
56

pendidikan anak usia dini. Pendidik diajarkan bagaimana cara pembuatan


RKH yang sesuai dengan kurikulum 2013.
Setelah melakukan diklat awal, kepala sekolah tidak mengevaluasi dan
mengawasi prosesnya. Hal ini terlihat pada hasil observasi yang
dilakukan bahwa pendidik di BKB PAUD Melati IV Matraman ini tidak
melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan hasil diklat yang
telah dilakukannya. Pendidik yang melakukan tugas diklat hanya sekedar
memenuhi syarat untuk menjadi guru, namun dalam pelaksanaannya
tidak maksimal.
Pembianaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan
dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan sekolah dalam
meningkatkan kompetensi staff yang ada. Adanya pembinaan yang
dilakukan oleh lembaga merupakan upaya dalam meningkatkan kualitas
dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di lembaga.
Menurut UU No. 14 tahun 2005 Pasal 32 tentang Dosen dan Guru
menyatakan bahwa pembinaan dan pengembangan guru meliputi
pembinaan dan pengembangan profesi dan karier. Pembinaan dan
pengembangan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, konpetensi
profesional, penugasan, kenaikan pangkat dan promosi.49 Pembianaan
yang dilakukan mencakup berbagai materi mengenai pengembangan
terhadap kemampuan yang dimiliki oleh pendidik dan tenaga
kependidikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa kompetensi yang dimiliki
oleh pendidik dan tenaga kependidikan mencakup kemampuan dalam
pedagogik atau pengetahuan kepribadian, sosial, keprofesionalan dan
lainnya.
Sedangkan dalam jurnal yang ditulis oleh oleh Abd. Aziz Hasibuan,
mengutip dari Satori (1989) menyatakan bahwa pembinaan sebagai usaha

49
UU No. 14 Tahun 2005, “Guru dan Dosen”, Pasal 32 ayai 1-4, Hal 15-16
57

yang sifatnya memberikan bantuan, dorongan, dan kesempatan pada


pegawai untuk meningkatkan profesinal kerja mereka agar dapat
melaksanakan tugas utamanya dengan lebih baik.50 Adanya pembianaan
bagi pendidik dan tenaga kependidikan ini merupakan sebuah upaya
kepala sekolah atau lembaga untuk meningkatkan potensi yang dimiliki
dari setiap individunya. Hal ini juga merupakan sebuah pemberian
kesempatan kepada pendidik dan tenaga kependidikan untuk menambah
ilmu dan pengalaman mengenai tugas yang dilakukannya. Tidak hanya
pengetahuan yang didapatkan dalam proses pembianaan dan
pengembangan, namun pedidik dan tenaga kependidikan akan
mendapatkan pengalaman yang baik untuk menambah kemampuannya.
Dacker and Decker mengatakan bahwa pembinaan atau pengembangan
staff memiliki berbagai cara seperti observasi mengajar, diskusi antara
pendidik dengan kepala sekolah atau pendidik dengan staff lainnya,
observasi anak, musyawarah individu, work shop, konsultasi, dan sumber
prefesional lainnya.51 Dapat dikatakan bahwa pembianaan dan
mengembangan bagi pendidik dan tenaga kependidikan merupakan tugas
dari seluruh staff atau sumber daya manusia yang ada di lingkungan
sekolah. Pembianaan dan pengembangan yang dilakukan dapat berupa
observasi proses mengajar. Observasi ini pada umumnya dilakukan oleh
kepala sekolah untuk mengetahui tingkat mengajar pendidik. Keterlibatan
anak dan pendapat dari anak pun dapat dijadikan sebagai bahan untuk
membina dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh pendidik
dan tenaga kependidikan.
Berdasarkan hasil pemapadan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembinaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan merupakan sebuah
usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki.

50
Abd Aziz Hasibuan,”Manajemen Pembinaan Profesi Dalam Peningkatan Kinerja Guru”, (Jakarta:
2016), Vol 10 No. 1, Hal 124
51
Log.cit, Hal 127
58

Peningkatan kompetensi ini berguna untuk mengembangkan dan


memperbaiki mutu pembelajaran yang telah di laksanakan. Dalam proses
pembinaan dan pengembangan ini dapat melibatkan seluruh sumber daya
manusia yang ada di lingkungan sekolah, naik kepala sekolah hingga
peserta didik. Tujuan dari pembinaan dan pengembangan ini adalah agar
pendidik dan tenaga kependidikan memiliki wawasan dan kreatifitas yang
baik dalam proses mengajar di kelas.
Berdasarkan pemaparan teori dan hasil wawancara dapat dikatakan
bahwa BKB PAUD Melati IV Matraman ini telah melakukan pembinaan
dan pengebangan bagi guru yang ada. Guru yang mengajar di BKB
PAUD Melati IV Matraman ini telah mngikuti diklat untuk meningkatkan
kompetensi yang dimilikinya. Diklat tersebut telah dilaksanakan pada
bulan Maret 2018.
Pembinaan dan pengembangan kompetensi yang dimiliki oleh guru ini
haruslah didukung oleh kepala sekolah. Kepala sekolah hendaknya
menjadi pengawas dan mengevaluasi hasil pembelajar yang diberikan
oleh guru. Pada hasil wawancara dikatakan bahwa kepala sekolah tidak
melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap guru, sehingga hasil dari
proses diklat yang telah dilakukan oleh guru tidak dikembangkan oleh
kepala sekolah. Tidak adanya kontribusi dari kepala sekolah ini membuat
para guru tidak melakukan tugas secara maksimal. Hal ini tidak sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh Decker and Decker bahwa
pembinaan dan pengembangan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
haruslan berada dalam pengawasan dan evaluasi dari kepala seklah.
Kepala sekolah pun sebaiknya mengikuti proses pembinaan atau diklat
yang telah diadakan. Ketika kepala sekolah memahami bagaimana
perkembangan, anak maka proses pemantauan dan evaluasi terhadap
pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di lembaga dapat
dilaksanakan dengan bauk. Peran kepala sekolah dalam melakukan
pembinaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan sangatlah penting.
59

d. Pemberhentian Pendidik dan Tenaga Kependidikan


BKB PAUD Melati IV Matraman ini memiliki 2 tenaga pendidik, 1
kepala sekolah, dan 1 bendahara. Sejak berdiri tahun 1997, jumlah tenaga
pendidik dan kependidikan di lembaga ini tidaklah berubah. Berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa tidak adanya proses
pemberhentian dan persyaratan bagi pendidik dan tenaga kependidikan di
lembaga tersebut. Pendidik dan tenaga kependidikan yang berada di
lembaga tersebut dapat berhenti sesuai dengan keperluan yang dimiliki
oleh masing-masing individu.
Pada umumnya dalam proses pemberhentian pegawai memiliki
berbagai macam alasan yang diberikan oleh seorang pendidik dan tenaga
kependidikan. UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 30
menyatakan bahwa pemberhentian guru secara hormat dilakukan karena
meninggal dunia, mencapai usia pensiun. Atas permintaan, sakit jasmani
dan/atau rohani sehingga tidak dapat melaksanakan tugas secara baik, dan
berakhirnya perjanjian kerja. Namun adapun penjelasan tentang
pemberhentian guru secara tidak terhormat karena melanggar aturan dan
sumpah, melanggar perjanjian kerja, dan melalaikan kewajibannya
sebagai pendidik.52 Dapat dikatakan bahwa proses pemberhentian bagi
pendidik dan tenaga kependidikan memiliki dua macam yaitu secara
terhormat dan tidak terhormat. Adanya kedua macam metode ini
merupakan persyaratan bagi sebuah lembaga pendidikan untuk
melakukan proses pemberhentian bagi pendidik dan tenaga kependidikan.
Selanjtunya bahwa pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan
dilakukan ketika guru melakukkan pelanggaran. Selain itu pemberhentian
pendidik dan tenaga kependidik juga dapat dilakukan atas permintaan dari

52
UU No. 14 tahun 2005, ”Guru dan Dosen”, pasal 30
60

individu tersebut. Pemberhentian ini memiliki berbagai macam alasan


yang diberikan dari seorang pendidik datu tenaga kependidikan.
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Sri Zulhartati dalam kutipannya
memaparkan Manulang (1998) mengemukakan beberapa istilah dalam
pemutusan hubungan kerja. Istilah tersebut di jakarkan sebagai berikut :
a. Termination : pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian
dikarekanakan sudah dalam batas akhir kontran yang telah
ditentukan
b. Dismissal : pemutusan hubugnan kerja atau pemberhentian pegawai
dikarenakan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai
c. Redundancy : pembertian atau oemutusan hubungan kerja ini
dilakukan karena adanya penggunaan teknologi baru
d. Retrenchment : pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja ini
dilakukan karena adanya permasalahan dalam bidang ekonomi
suatu perusahaan53

Tidak jauh berbeda, proses pemberhentian di lembaga pendidikan juga


memiliki beberapa faktor. Faktor-faktor tesebut akan disesuaikan
dengan kebutuhan yang ada di dalam sebuah lembaga.

Membanndingkan hasil temuan lapangan dengan teori dapat


dikatakan bahwa proses pemberhentian yang dilakukan pada BKB
PAUD Melati IV Matraman ini belum sesuai. Hal ini terlihat dari proses
pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memiliki
prasyarat tertentu. Pemberhentian yang dilakukan hanyalah
beradasarkan permintaan dari individu tersebut. Dapat dikatakan bahwa
proses pemberhentian ini tidak sejalan dengan UU No. 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen pasal 30 yang menyatakan bahwa guru dapat
berhenti secara terhormat atas permintaan dengan memiliki alasan yang

53
Sri Zulhartati, “Pengaruh Pemutusan `hubungan Kerja Terhadap Karyawan Perusahaan”, Vol 1 No.
1 (Pontianak: 2010), Hal 81-82
61

kuat. Sebaiknya BKB PAUD Melati IV Matraman ini memiliki


peraturan yang jelas dan tegas terhadap pendidik dan tenaga
kependidikan yang ada sehingg adanya pencatatan yang jelas terhadap
proses pemberhentian dan penerimaan bagi pendidik dan tenaga
kependidikan.

2. Anak Didik
Anak didik merupakan salah satu sumber daya manusia yang sangat
penting di dalam suatu lembaga PAUD. Tanpa adanya peserta didik maka
proses belajar mengajar tidak akan berlangsung.
a. Profil Anak Didik
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, anak didik
yang bersekolah di BKB PAUD Melati IV Matraman ini merupakan
warga yang tinggal di wilayan RW 04 dan sekitarnya. Pada tahun ajaran
2018/2019 jumlah anak didik yang berada di lembaga tersebut tidak
sebanyak tahun lalu yaitu 20 orang. Jumlah peserta tersebut merupakan
jumlah keseluruhan anak didik dari tiga kelas. Rentang usia anak didik
yang bersekolah di BKB PAUD Melati IV Matraman ini berkisar 3-6
tahun.
Berdasarkan hasil observasi jumlah peserta yang datang dan
melakukan kegiatan pembelajaran disetiap harinya berjumlah 15 orang.

Gambar 2.9 Buku Data Peserta Didik


62

Berdasarkan daata pada buku calon peserta didik yang tercatat bahwa
jumlah peserta didik adalah 15 orang. Pada buku calon peserta didik
tersebut tercantum data diri dari setiap anak didik yang besekolah di
BKB PAUD Melati IV. Pada buku tersebut tertera nama, tempat dan
tanggal lahir, alamat, nama orang tua, dan terima/tolak. Data diri anak
didik ini dilengkapi dengan kartu KTP orang tua, Kartu Keluarga, dan
nomor telepon.
Anak didik merupakan komponen utama dalam sebuah lembaga
pendidikan. Dalam jurnal yang ditulis oleh M. Ramli menyatakan
bahwa peserta didik merupakan masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.54 Dapat dikatakan
bahwa peserta didik merupakan sekelompok orang yang melakukan
kegiatan belajar dalam berbagai jenjang pendidikan yang tersedia.
Sedangkan Abu Ahmad berpendapat bahwa peserta didik merupakan
sosok manusia sebagai individu atau pribadi yang berusaha untuk tidak
bergantun kepada orang lain dalam menjalankan kegiatannya.55 Dapat
dikatakan bahwa peserta didik merupakan individu yang melakukan
sebuah kegiatan tanpa bergantung kepada orang lain.
Dalam sebuah lembaga sekolah haruslah memiliki identitas diri
atau profil dari peserta didik yang akan belajar di sekolah tersebut.
Dengan adanya data diri dari setiap peserta didik, maka pengelompokan
di dalam pembelajaran akan lebih mudah. Data anak didik yang tertera
juga akan menjelaskan berbagai macam data dan latar belakang dari
setiap peserta didik sehingga pemberian informasi kepada anak dapat
disesuaikan dengan tingkatan pemahaman anak.
Berdasarkan teori diatas dapat dikatakan bahwa peserta didik
merupakan tokoh utama dalam sebuah lembaga pendidikan. Setiap

54
M. Ramli, “Hakikat Pendidik dan Peserta Didik”, Vol 5 No. 1 (2015), Hal 68
55
Ibid, Hal 21
63

peserta didik yang berada di lembaga sekolah sebaiknya memiliki data


diri yang valid. Data diri tersebut berguna untuk menyatakan bahwa
anak tersebut benar bersekolah di lembaga tersebut dan meminimalisir
kejahatan-kehjahatan yang ada di masyarakat. Dengan demikian setiap
lembaga sekolah memerlukan data peserta didik yang valid dan dapat
dipertanggung jawabkan. Data tesebut juga berguna bagi guru dalam
melakukan proses pemberian informasi kepada anak.
Membandingkan dari teori, hasil wawancara, dan temuan
lapangan dapat dikatakan bahwa BKB PAUD Melati IV Matraman ini
sudah memiliki data anak didik yang bersekolah di lembaga tersebut.
Ketika melakukan pendaftaran, setiap orang tua diwajibkan untuk
melengkapi data-data yang diperlukan. BKB PAUD Melati IV
Matraman ini telah memiliki data yang valid dari setiap peserta didik
yang besekolah di PAUD tersebut. Data ini juga diperuntukkan bagi
sekolah untuk mengurus kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh
peserta didik ketika melakukan pembelajaran di luar ssekolah.
b. Penerimaan Anak Didik
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, cara
penerimaan perserta memiliki persyaratan tertentu seperti usia anak.
Usia yang di tentukan oleh BKB PAUD Melati IV ini minimal 3 tahun.
Warga di sekitar PAUD ini sudah mengetahui bahwa RW 04
menyelenggarakan pendidikan untuk anak usia dini sejak tahun 1997
dengan awall pembentukan pos yandu. Cara mempromosikan PAUD ini
adalah dengan mensosialisasikannya pada kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh RW. Setelah itu orang tua mengetahui bahwa RW
04 ini menyelenggarakan pendidikan untuk anak usia dini, maka orang
tua yang tertarik akan mendaftarkan anaknya secara langsung dengan
mengisi formulir. Sekolah ini juga menerima anak ADHD. Pada saat
pendaftaran, pihak sekolah memberikan biaya pendaftaran sebesar Rp
15.000.
64

Berdasarkan data lapangan yang diperoleh pada tangga 18 Juli


2018, bahwa peserta didik yang diterima di BKB PAUD Melati IV ini
belum terlihat adanya anak ADHD. Ketika pendaftaran, orang tua
melengkapi data yang diminta oleh kepala sekolah yaitu foto copy KTP
orang tua dan formulit pendaftaran yang telah diisi. Proses penerimaan
peserta didik yang dilakukan di BKB PAUD Melati IV Matraman ini
tidak memiliki persyaratan khusus, sehingga siapa saja akan diterima
sebagai peserta didik.
Proses penerimaan peserta didik dalam lembaga pendidikan
memiliki cara tersendiri untuk menyesuaikan terhadap pembelajaran
yang akan diberikan. Pada hakikatnya penerimaan peserta didik baru
disebuah lembaga sekolah merupakan proses pencarian, menetapkan,
dan menarik pelamar yang mampu mejadi peserta didik.56 Penerimaan
peserta didik baru ini biasanya dilakukan diberbagai lembaga sekolah
dengan melakukan penyeleksian dan penempatan calon peserta didik
baru yang sesuai. Oleh karena itu penerimaan peserta didik baru ini
perlu dilakukan berdasarkan konsep dan aturan yang sesuai dan berlaku
dalam penyelenggaraan pendidikan.
Penerimaan peserta didik merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan sekolah pada awal tahun ajaran baru. Dalam proses
penerimaan peserta didik ini, pihak sekolah hendakya dilakukan secara
baik hingga kegiatan pembelajaran dapat dilakukan. Saat akan
melakukan proses penerimaan peserta didik baru, sekolah haruslah
memiliki azaz-azaz yang harus diperhatikan. Azaz-azaz tersebut antara
lain :
1. Objektif
2. Transparan
3. Akuntabel

56
Nizarman, “Jurnal Manajemen Penerimaan Siswa Baru”, Hal 4
65

4. Kompetitif
5. Tidak diskriminaitf57

Yang dimaksud objektif adalah setiap peserta didik baru haruslah


memenuhi persyaratan secara umum yang ditetapkan oleh sekolah.
Transparan adalah setiap pemerimaan peserta didik baru haruslah
terbuka dan dapat diketahui oleh masyarakat. Akuntabel adalah setiap
penerimaan siswa baru dapat dipertanggung jawabkan dengan sebaik
mungkin kepada mmasyarakat. Kompettitf adalah dilakukan melalui
seleksi yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Sedangkan tidak
diskriminatif adalag dilaksanakan tanpa membeda-bedakan RAS yang
ada dari setiap peserta didik baru. Azaz tersebut bertujuaan agar
penerimaan peserta didik baru memberikan kesempaan seluas-luasnya
kepada masyarat dalam memperoleh pendidikan yang baik.

Pada umumnya sebuah lembaga PAUD akan melakukan


penerimaan pesera didik baru. Tahapan yang biasa dilakukan oleh pihak
sekolah adalah menyiapkan formulir, melakukan tes sederhana untuk
melihat kesiapan anak, dan menetapkan biaya. Hal ini haruslah
diketahui dan dilakukan oleh setiap orang tua peserta didik baru, agar
pihak PAUD dapat mendata secara bertahap.

Berdasarkan paparan di atas dapat dikatakan bahwa penerimaan


peserta didik baru dilakukan oleh setiap lembaga sekolah. Penerimaan
peserta didik baru ini memiliki azaz-azaz yang harus dilakukan oleh
setiap lebaga sekolah. Azaz-azaz ini dilakukan agar setiap masyarakat
mengetahui dan apat menilai kesiapan sekolah serta anak dalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah. Penerimaan peserta didik ini
memiliki tujuan agar setiap sekolah memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada masyarakat dalam memperoleh pendidika yang layak.

57
Nizarman, ”Jurnal Manajemen Penerimaan Siswa Baru”, Hal 2
66

Membendingkan dari hasil teori, hasil observasi, dan


wawancara, bahwa BKB PAUD Melati IV telah melakukan proses
penerimaan peserta didik sesuai dengan azaz yang ada. PAUD ini juga
telah melakukan pencatatan yang baik saat penerimaan peserta didik
baru. Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh BKB PAUD Melati IV ini
juga sudah baik. Tahapan-tahap tersebut berupa pemberian formulir
pendaftaran, melakukan DDTK, dan membicarakan biaya yang akan
dikeluarkan oleh orang tua peserta didik. Namun hasil dari DDTK
tesebut tidak diimbangi dengan pengelompokkan peserta didik.

c. Pengelompokan Anak Didik


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah,
pengelompokkan peserta didik di bagi berdasarkan 3 kelompok yaitu
KB, TK A dan TK B. Kelompok KB memiliki rentang usia 3-4 tahun,
TK A memiliki rentang usia 4-5 tahun, dan TK B memiliki rentang usia
5-6 tahun. Jumlah siswaa yang berada di setiap kelompok berbeda, KB
berjumlah 3 orang, TK A berjumlah 6 orang, dan TK berjumlah 6
orang.
Berdasarkan hasil observasi lapangan bahwa pengelompokkan
peserta didik digabungkan menjadi 1 kelas. Tidak adanya perbedaan
pengelompokkan usia yang dilakukan di BKB PAUD Melati IV
Matraman ini karena jumlah anak didik yang tidak banyak. Tidak
adanya pengelompokkan anak didik ini akan membuat tidak meratanya
proses pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
Pengelompokkan peserta didik marpakan kegiatan yang
dilakukan dengan menggunakan sistem usia. Menurut William A.
Jeager mengatakan bahwa pengelompokkan peserta didik dapat
didasarkan pada fungsi integrasi dan fungsi perbedaan.58 Fungsi
integrasi adalah pengelompokkan peserta didik yang didasarkan pada

58
Op.Cit Hal 44/40
67

kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh peserta didik. Kesamaan-


kesamaan ini dapat berupa usia atau kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik. Sednagkan fungsi perbedaan yaitu pengelompokkan yang
didasarkan pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik
seperti minat, bakat dan lain sebagainya.
Menurut Decker and Decker pengelompokkan peserta didik
dibagi menjadi 2 yaitu size of grouping dan grouping pattern.59 Dapat
diartikan bahwa Size Of Grouping merupakan pengelompokkan peserta
didik dengan cara melakukan perbandingan antara jumlah murid dan
guru yang akan mendampinginnya. Sedangkan Grouping Pattern
merupakan pengelompokkan peserta didik dengan melihat kemampuan
peserta didik atau usia dari setiap anak. Pengelompokkan bagi peserta
didik dapat dilakukan dengan berbagai cara sehingga pada proses
pemberian informasi dapat disesuaikan dengan tingkat perkembangan
anak.
Berdasarkan kajian toeri di atas dapat dikatakan bahwa
pengelompkkan peserta didik dilakukan agar dapat membantu anak
dalam proses pembelajaaran. Pengelompokkan anak yang sesuai akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kemampuan anak di
dalam proses pembelajaran. Pengelompokkan ini juga mempermudah
guru dalam melakukan penngajaran, karena guru telah mengetahui
batasan dan kemampuan anak di dalam kelas.
Bedasarkan hasil observasi, temuan lapangan dan teori dapat
dikatakan bahwa BKB PAUD Melati IV Matraman ini belum
melakukan pengelompokkan bagi peserta didik. Tidak adanya
pengelompokkan peserta didik ini dikarenakan tidak tercapainya target
dalam jumlah peserta didik yang ditentukan.

59
Celia Anita Decker dan John R. Decker, “Planning and Administering Early Childhood Program”,
(New York: 1992), Hal 262-265
68

Sebaiknya BKB PAUD Melati IV ini menggunakan hasil


DDTK tesebut dengan baik. Hasil DDTK tersebut dapat digunakan
untuk mengelompokkan anak berdasarkan tingkat perkembangan anak.
Guru juga sebaiknya meggunakan hasil DDTK tersebut unntuk
menyesuaikan sistem pembelajaran dengan kemampuan perkembangan
anak.
d. Penyusunan Program Kegiatan
1) Masa Orientasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa
pada saat anak sudah diterima di BKB PAUD Melati IV ini, guru
melakukan masa orientasi untuk memperkenalkan lingkungan dan
suasana yang ada di PAUD tersebut. Proses masa orientasi ini
berlangsung selama 1 hari agar anak dapat menyesuaikan diri di
lingkungan sekolah.
Berdasarkan hasil observasi lapangan masa orientasi peserta
didik dilakukan pada hari pertama sekolah. Dimana guru melakukan
pengenalan dari setiap anak dan memberi tahukan kegiatan yang
akan dilakukan anak. Pada masa orientasi ini guru juga sudah
memberikan materi dengan melakukan penugasan untuk anak. Anak
haruslah menulis dan mewarnai gambar yang ada di buku. Buku-
buku tesebut telah di sediakan dari sekolah dan anak diminta
mengerjakan sesuai dengan perintah yang diberikan oleh guru.
Masa orientasi merupakan masa pengenalan bagi anak terhadap
lingkungan baru. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2000: 211)
menyatakan bahwa layanan orientasi merupakan bimbingan dan
konseling yang memungkinan peserta didik (terutama orang tua)
memahami lingkungan (termasuk sekolah) yang baru dimasuki
peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya
69

peserta didik dilingkungan yang baru ini.60 Masa orientasi


memungkinkan anak untuk beradaptasi dan mengenal lebih dalam
terhadap lingkungan baru. Masa orientasi ini juga harus diikuti oleh
orang tua sehingga orang tua mengerti lingkungan dan keadaan di
sekitar anank.
Masa orientasi merupakan tahap awal yang dilakuan setiap
peserta didik baru yang berada disetiap lembaga sekolah. Masa
orientasi ini merupakan masa pengenalan lingkungan sekolah secara
fisik. Masa orientasi bagi peserta didik baru ini bertujuan agar :
1. Peserta didik mengerti dan menaati peraturan yang ada disekolah
2. Peserta didik dapat beradaptasi aktif dalam kegiatan yang
diselenggarakan oleh sekolah
3. Peserta didik siap menghadapi lingkungan sekolah yang baru
baik secara fisik, mental, dan emosional
4. Peserta didik merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran61

Masa orientasi yang dilakukan oleh peserta didik baru tidak hanya
mengenal lingkungan fisik yang ada di sekolah, namun peserta didik
juga diperkenalkan dengan aturan-aturan yang diterapkan. Hal ini
dilakukan agar anak dapat mengerti dan menaati aturan-aturan yang
ada sehingga anak akan beradaptasi secara aktif di dalam setiap
kegiatan yang diselenggarakan di sekolah. Anak yang dapat
beradaptasi secara aktif di dalam lingkungan sekolah akan
memperngaruhi tingkat kenyamanan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.

60
Risdiyanto Prayoga, “PERANAN KEGIATAN MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK (MOPD)
DALAM MENYIAPKAN PESERTA DIDIK BARUDI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK TAHUN
PELAJARAN 2015/2016”, Hal 22
61
Badrudin, “Manajemen Peserta Didik”, (Jakarta: indeks, 2014), Hal 96/44
70

Berdasarkan paparan di atas dapat dikatakan bahwa masa


orientasi merupakan tahap awal dimana anak akan mengenal
lingkungan sekolah baik secara fisik, mental, hingga emosional.
Masa orientasi ini sangatlah diperlukah, hal ini berkaitan dengan
tingkat kenyamanan anak dalam melakukan kegiatan pembelajaran
di sekolah. Pada pendidikan anak usia dini, masa orientasi dilakukan
bersama dengan orang tua. Orang tua pun harus mengertahui tingkat
keamanan dan kenyamanan bagi anak saat dalam melakukan
pembelajaran.

Membandingkan teori dengan hasil wawancara dapat dikatakan


bahwa BKB PAUD Melati IV Matraman ini sudah melakukan masa
orientasi bagi peserta didik baru. Masa orientasi ini dilakukan
selama satu hari yaitu pada hari pertama anak melakukan proses
pembelajaran di sekolah. Sedangkan pada temuan lapangan dapat
dikatakan bahwa BKB PAUD Melati IV Matraman ini tidak
melakkukan masa orientasi dengan baik. Pada saat hari pertama anak
melakukan proses kegiatan pembelajaran, guru sudah memberikan
materi seperti baca, tulis, atau menghitung kepada anak. Tidak
adanya pemberian kesempatan kepada anak melakukan adaptasi di
lingkungan sekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil temuan
lapangan dan teori tidak sesuai.

Sebaiknya proses orientasi yang dilakukan di sekolah


berlangsung selama 1 minggu pada awal proses pembelajaran. Hal
ini dapat dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada anak
dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Ketika anak
melakukan adaptasi disini lah anak akan membangun rasa percaya
terhadap lingkungan sekolah baik lingkungan fisik dan lingkungan
masyarakat.
71

2) Rencana Pembelajaran Untuk Anak Didik


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa
BKB PAUD Melati IV Matraman sudah memiliki, membuat, dan
menerapkan Program Semester, RPPM dan RPPH. Rencana
pembelajaran tersebut sudah di bukukan dan disusun sesuai dengan
urutan pembelajaran. Sedangkan berdasarkan temuan lapangan
bahwa BKB PAUD Melati IV Matraman belum membuat perangkat
pembelajaran untuk tahun ajaran 2018/2019. Guru di PAUD ini
masih melanjutkan ProTa dan Prosem pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, tim guru belum
membuat RPPM dan RPPH dikarenakan masih melanjutkan program
yang telah di rancang pada tahun sebelumnya. Pembuatan RPPH dan
RPPM yang dilakukan oleh tim guru hanya sebagai pemenuhan atas
proses diklat yang dijalankan pada bulan Maret 2018.
Dalam menyusun rencana pemmbelajarnan untuk anak usia dini,
pada umumnya guru akan melihat kebutuhan dari setiap perserta
didik. Penusunan perencanaan kegiatan pembelajaran akan dibuat
berdasarkan tema. Penggunaan tema tersebut digunakan berdasarkan
acuan kurikulum 2013. Menurut Majid perencanaan merupakan
proses penyusunan materi pembelajaran, membuat media,
menggunakan pendekatan dan metode pengajaran, serta memiliki
penilaian atau evaluasi.62 Dapat dikatakan bahwa perencanaa
pembelajaran tersebut disusun berdasarkan lanbgkah-langkah
penyelesaian agar mencapai tujuan yang diharapkan. Tidak hanya
materi yang disiapkan dalam proses pembelajaran bagi anak usia
dini, namun penggunaan media yang menarik minat anak dalam
melakukan pembelajaran sangat dibutuhkan.

62
Annisa Eka Fitri.dkk, “Perencanaaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini”,
(Bengkulu: 2017), Hal 3
72

Pada umumnya, perangkat perencanaa pembelajaran disebut


sebagai kurikulum. Kurikulum ini merupakan acuan yang digunakan
oleh lembaga sekolah dalam melakukan pembelajaran. Kurikulum
dapat diartikan sebagai perencanaan yang berkenaan dengan
pengumpulan, pemilihan, dan analisis sejumlah informasi yang
relevan dari berbagai sumber dan mempersiapkan peserta didik untuk
menghadapi kehirupan sekaran dan masa yang akan datang.63
Penggunaan kurikulum dalam proses penyusunan program
pembelajaran agar proses penyampaian informasi yang dilakukan
oleh guru sesuai dengan tingkatan pertembangan anak. Kurikulum
ini juga berfungsi sebagai pemerataan proses pembelajaran bagi
setiap lembaga pendidikan tanpa terkecuali pendidikan untuk anak
usia dini.
Kurikulum juga dapat diartikan sebagai rencana tertulis tentang
kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi
yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani
untuk mencapai kemampuan tersebut dan diperlukannya sebuah
evaluasi untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan murid.64
Dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah acuan yang
dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan untuk memberikan
pengetahuan yang merata. Tidak adanya kesenjangan materi yang
diberikan ketika lembaga pendidikan menggunakan kurikulum yang
telah ditetapkan sebagai acuan baku.
Lembaga sekolah yang memahami kurikulum, akan
menyesuaikan kurikulum acuan dengan lingkungan dan kebutuhan
anak, sehingga pada umumnya kurikulum tersebut diberi nama
sesuai dengan lembaga sekolah.

63
Ibid, Hal 4
64
Haidar Putra D, dkk., “Aplikasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Madrasah Aliyah
Kecamatan Medan Sunggal”, (Medan: 2017), Vol 1 No. 2, Hal 140.
73

“The curriculum consists of the knowledge and skills to be acquired in


the educational program as well as the plans for experiences through
which children’s learning will take place, (Developmentally
Appropriate Practice in Early Childhood Programs, NAEYC
(2009)).”65
Pemaparan diatas dapat diartikan bahwa kurikulum terdiri
pengetahuan dan kemampuan yang akan diperoleh dari program
pendidikan serta pengalaman yang didapat oleh anak-anak
berdasarkan rencana program yang akan berlanngsung. Dapat
dikatakan bahwa kurikulum pada pendidikan anak usia dini
merupakan sebuah perencanaan pembelajaran yang disusun
berdasarkan kebutuhan anak dan lembaga. Penyusunan rencana
pembelajaran ini akan disesuaikan dengan tingkat perkembangan
dan usia anak.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa


perencanaan pembelajaran merupakan sebuah acuan yang dibuat
untuk menyelaraskan sistem pembelajaran, lingkungan, dan
kebutuhan anak. Perencanaan pembelajaran ini disusun
berdasarkan langkah-langkah yang pasti agar tujuan yang
diharapkan tercapai. Perencanaan pembelajaaran ini biasa disebut
sebagai kurikulum. Kurikulum ini pada umumnya dirancang
berdasarkan kebutuhan tahunan, semester, RPPM, dan RPPH.
Kurikulum anak menjadi sebuah acuan bagi setiap lembaga untuk
menyusun RPPH yang sesuai dengan kebutuhan di lembaga
pendidikan.

Berdasarkan temuan wawancara dan temuan lapangan dapat


dikatakan bahwa BKB PAUD Melati IV Matraman ini sudah
membuah rencana kegiatan pembelajaran. Pembuatan rencana

65
Nancy Dougherty, “ What is Curriculum in The Field Of Early Childhood Educatio”, 19 Juli 2017
http://earlylearningsuccess.net/curriculum-field-early-childhood-education/ (Diakses pada 10
Desember 2018)
74

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru hanyalah sebagai


pemenuhan laporan atas Diklat yang telah dijalankan. Sehingga jika
dibangingkan dengan teori, maka BKB PAUD Melati IV Matraman
ini belum membuat rencana kegiatan pembelajaran.

Sebaiknya guru dan kepala sekolah membuat rencana


pembelajaran untuk anak. Rencana pembelajaran ini dibuat agar
pembelajaran yang dilakukan setiap harinya tersusun dengan baik.
Adanya rencana pembelajaran ini membuat guru tidak rancu dalam
memberikan informasi kepada anak.

3) Jadwal Kegiatan
Bedasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa
BKB PAUD Melati IV ini memiliki jadwal kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran di PAUD inii dilaksanakan selama 5 kali
pertemuan yaitu hari senin hingga hari jum’at. Khusus kegiatan hari
jum’at dilaksanakan di masjid dekat PAUD yaitu dengan agenda
pembelajaran sholat, berwudhu, dan membaca iqra. Jam pebelajaran
yang diterapkan disesuaikan dengan kelompok usia yaitu KB pukul
08.00-10.00, TK A pukul 10.00-12.00, dan TK B 12.00-14.00.
Materi pembelajaran yang diajarkan setiap harinya berbeda sesuai
dengna RPPH yang sudah di buat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala guru, bahwa materi
pembelajaran yang dilakukan setiap harinya berbeda-beda sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat oleh guru kelas. Pada hari senin
hingga hari rabu pembelajaran yang diberikan oleh guru adalam
memberikan materi umum seperti matematika, bahasa, studi sosial,
sains, dan motorik halus. Materi tersebut dilakukan berdasarkan buku
yang dibeli oleh sekolah atau didapat dari pemerintah. Pada hari
kamis, materi pembelajaran yang dilakukan adalah berolahraga.
Olahraga yang biasa dilakukan adalah senam, berjalan berkeliling
75

lingkungan PAUD, dan bermain bola. Pada hari jum’at, materi


pembelajaran yang diberikan oleh guru adalah materi agama atau
imtaq, seperti shilat, membaca iqra dan membava do’a-do’a sehari-
hari.
Berdasarkan hasil temuan lapangan terlihat bahwa jadwal
pembelajaran yang dilakukan BKB PAUD Melati IV Matraman ini
berlangsung selama empat hari yaitu pada hari senin hingga hari
kamis. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada pukul 09.00-11.00.
Tidak adanya perbedaan waktu atau lama pembelajaran bagi setiap
kelompok kelas dikarenakan tidak adanya pembagian kelas yang
disesuaikan dengan usia anak. Materi pembelajaran yang dilakukan
di sekolah hanya berkisar pada pengembangan membaca, menulis
dan berhitung. Proses pembelajaran yang dilakukan berbentuk
klasikal sehingga pemberian materi atau informasi kepada anak tidak
ada yang berbeda.
Pembuatan atau pengaturan jadwal kegiatan pada umumya
disebut sebagai manajemen kelas. Menurut Badrudin menjelaskan
bahwa manajemen kelas dipandang sebagai proses
mengorganisasikan segala sumber daya kelas bagi terciptanya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.66 Adanya manajemen kelas ini
membantu guru dalam melakukan proses penyampaian informasi
kepada anak. Salah satu upaya yang dilakukan agar terorganisasinya
penyampaian informasi, maka dibuatlah jawal kegiatan.
Saat pembuatan jadwal kegiatan, pada umumya di Pos PAUD
akan dilakukan atau dibuat oleh bagian administrasi kegiatan. 67 Hal
ini dulakukan agar penyusunan jadwal kegiatan tidak ada perbedaan
di setiap rentang kelompok usia. Tidak hanya pengelola administrasi
saja yang menyusun jadwal kegiatan, namun keterlibatan guru dan

66
Badrudin, ”Manajemen Peserta Didi”k, (Jakarta: indeks, 2014), Hal 106
67
Petunjuk Teknis Pos PAUD tahun 2015, Hal 54
76

kepala sekolah sangatlag penting. Adanya keterlibatan guru dan


kepala sekolah ini dimaksudkan agar program kegiatan dan
penjadwalan kegiatan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kematangan pada anak.
Melakukan penjadwalan dalam sebuah kegiatan juga sangatlah
penting dalam proses pembelajaran anak. Decker and Decker
menjelaskan bahwa
“Schedulling and planning are equally important because
decisions about schedulling greatly influence the children’s
feelings of security, the accomplishment of objectives, and the
staff’s effectiveness.”68
Penjelasan diatas dapat diartikan bahwa penjadwalan dan perencaan
sama pentingnya dalam proses pembelajaran karena penyusunan
jadwal sangat mempengaruhi rasa aman anak dalam melakukan
proses belajar, pencapaian tujuan, dan mengefektifkan pekerjaan
staff. Dapat dikatakan bahwa penjadwalan yang dibuat dalam bidang
pendidikan sangatlah penting terhadap tingkat keaman pada anak
dalam melakukan pembelajaran, proses pencapaian tujuan, dan
memberikan efektivitas pekerjaan yang dilakukan baik oleh anak
ataupun guru.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penyusunan


jadwal sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Adanya
penyusunan jadwal ini akan memperingan dan mempersingkat
pekerjaan yang ada. Salah satu tujuan penyusunan jadwal agar anak
akan merasa aman dan nyaman saat proses pembelajaran.
Penyusunan jadwal yang dilakukan oleh pihak administrasi ini pun
haruslah melibatkan guru dan kepala sekolah sehingga jadwal yang
dibuat akan sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

68
Celia Anita Decker dan John R. Decker, “Planning and Administering Early Childhood Program”,
(New York: 1992), Hal 277
77

Berdasarkan temuan lapangan dan wawancara terlihat bahwa


BKB PAUD Melati IV Matraman ini sudah memiliki penjadwalan
dalam proses kegiatan pembelajaran, namun penjadwalan yang
disusun hanya berdasarkan lamanya proses pembelajaran
berlangsung. Tidak adanya penjdwalan yang valid terhadap proses
pembelajaran. Hal ini tidak sejalan dengan teori, bahwa penjadwalan
tidak hanya disusun berdasarkan lama waktu belajar, melainkan
haruslah menyesuaikan tingkat perkembangan anak.

4) Asesmen, Pencatatan Asesmen dan Pelaporan Perkembangan


Anak
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah BKB
PAUD Melati IV Matraman, bahwa guru-guru menggunakan teknis
asesmen anecdotal report dan raport. Asesmen yang dilakukan
berguna untuk melihat sampai dimana perkembangan anak terjadi
dan bagaimana menyikapi hasil dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Namun, berdasarkan hasil temuan lapangan bahwa
BKB PAUD Melati IV Matraman ini belum melakukan pencatatan
asesmen untuk anak, sehingga proses penilaian perkembangan anak
hanya berdasarkan ingatan dari guru.
Asesmen merupakan sebuah proses evaluasi yang dilakukan
oleh guru. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai.69 Evaluasi yang dilakukan
dilembaga sekolah merupakan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan oleh peserta didik. Pada lemabag PAUD proses evaluasi
atau asesmen tersebut dibuat berdasarkan tingkat pencapaian
perkembangan anak. Acuan yang digunakan dalam melakukan
evaluasi pada anak adalah peraturan yang telah ditetapkan oleh

69
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: indeks, 2014), Hal 61/54
78

pemerintah. Peraturan tersebut sebagai standar tingkat pencapaian


perkembangan yang dijalankan oleh anak di Indonesia.
Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai.70 Evaluasi yang dilakukan
dilembaga sekolah merupakan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan oleh peserta didik. Pada lemabag PAUD proses evaluasi
atau asesmen tersebut dibuat berdasarkan tingkat pencapaian
perkembangan anak.
Proses evaluasi tersebut akan dituangkan kedalam sebuah nilai.
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan
menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai tujuan.71
Patokan-patokan atau acuan tersebut sudah baku adanya, sehingga
dalam melakukan proses evaluasi guru, kepala sekolah, serta tenaga
kependidikan lainnya haruslah menyesuaikan terhadap acuan
tersebut.
Proses evaluasi yang dilakukan ini memiliki berbagai macam
tujuan. Menurut Pasaribu dan Simanjuntak menyatakan bahwa
proses evaluasi memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.72 Tujuan-
tujuan ini merupakan suatu proses pengumpulan data yang akan
membuktikan taraf kemampuan anak dalam mencapai tujuan yang
diharapkan. Hal ini dapat merangsang minat anak dalam melakukan
kegiatan. Sehingga akan terlihat proses perkembangan anak dan
bakat yang dimiliki oleh anak.

Dalam melakukan asesmen anak usia dini, berbagai cara dapat


dilakukan oleh lembaga sekolah. Berbagai macam jenis asesmen
dapat digunakan oleh lembaga sekolah. Jenis-jenis asesmen tersebut
adalah rating scale, ceklist, anecdotal record, time sampling, event

70
Ibid,Hal 61/54
71
Op.cit, Hal 142
72
Ibid, Hal 61/54
79

sampling, dan running record. Pada umumnya lembaga sekolah


menggunakan ceklist atau rating scale karena mempermudah
penilaian yang dilakukan oleh guru.

Berdasarkan teori di atas, dapat dikatakan bahwa evaluasi atau


asesmen pada pendidikan anak usia dini dilakukan dengan melihat
hasil capaian perkembangan anak. berbagai macam metori asesmen
yang dapat digunakan guru untuk melihat hasil capaian
perkembangan anak. Salah satu bentuk catatan asesmen yang sering
digunakan oleh guru adalah rating scale. Rating scale ini dipilih oleh
guru karena mempermudah dan mempersingkat pencatatan hasil
perkembangan anak. Pada pendidikan anak usia dini, proses evaluasi
atau asesmen tidaklah mementingkan skala angka pada anak, namun
proses pencapaian perkembangan pada anaklah yang menjadi
perhatian penting dalam melakukan asesmen pada anak.

Membandingkan hasil wawancara, temuan lapangan dan teori di


atas, bahwa BKB PAUD Melati IV Matraman ini sudah memiliki
format catatan evaluasi. Sayang nya catatan evaluasi ini tidak
dilakukan setiap harinya. Pencatatan ini hanya dilakukan ketika akhir
semester saja dala raport. Guru hanya melakukan proses mengingat
ketika akan melakukan pengisian raport. Hal ini tidak sejalan dengan
teori yang ada.
Seharusnya BKB PAUD Melati IV ini menggunakan proses
evaluasi pada anak setiap harinya. Adanya proses pencatatan ini akan
mempermudah guru dalam melakukan proses evaluasi dan pengisian
raport di akhir semester. Pecatatan perkembangan anak di setiap
harinya digunakan sebagai arsip ketika akan melaporkannya hasil
perkembangan anak kepada orang tua.
80

e. Pengaturan Kelulusan Anak Didik


Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, bahwa pengaturan
kelulusan yang dilakukan di BKB PAUD Melati IV Matraman ini diatur
berdasarkan tingkatan usia pada anak. Pengaturan kelulusan anak didik
ini dilakukan setiap bulan Juni usai pembagian raport pada anak.
Proses kelulusan adalah kegiatan yang dilakukan pada akhir masa
pembelajaran anak. Proses kelulusan ini merupakan sebuah pernyataan
yang dilakukan oleh sekolah terhadap anak yang telah menyelesaikan
program pendidikan dan dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya.73
Pada umumnya pengaturan kelulusan ini dilakukan berdasarkan tingkat
capaian anak. Anak yang dinyatakan lulus dari sebuah instansi
pendidikan adalah anak yang dianggap sudah mampu melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 4 tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar
Oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah
pasa 19 ayat 1 bahwa peserta didik yang dinyatakan lulus dari
satuan/program pendidikan setelah menyelesaikan seluruh program
pembelajaran, memperoleh nilai sikap perilaku minimal baik, dan telah
menyelesaikan ujian sari satuan pendidikan.74 Hal ini dapat dikataan
bahwa setiap peserta didik yang dinyatakan lulus haruslah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada pendidikan
anak usia dini, proses kelulusan yang ditetapkan berupa asesmen yang
dilakukan oleh guru, usia pada anak, dan pencapaian hasil
perkembangan pada anak.
Bedasarkan paparan di atas dapat dikatakan bahwa proses kelulusan
ditentukan ketika peserta didik sudah menyelesaikan seluruh

73
Ibid, Hal 69/56
74
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 4 tahun 2018 tentang
Penilaian Hasil Belajar Oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah, Pasal 9
81

oembelajaran yang ada dan mampu untuk melanjutkan kejenjang


berikutnya. Proses kelulusan ini merupakan sebuah pernyataan dari
sekolah yang menyatakan bahwa peserta didik tersebut telah layak
untuk melanjutkan pendidikannya.
Membandingkan toeri dengan hasil wawancara, BKB PAUD Melati
IV Matraman sudah melakukan proses kelulusan anak yang sesuai
dengan tingkat pencapaian anak. BKB PAUD Melati IV ini menentukan
kelulusan anak dengan melihat usia dan kesiapan belajar anak ke jenjang
berikutnya.
3. Orang Tua Anak Didik
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pengertian orang tua merupakan
yang terdiri dari ayah dan ibu atau orang yang paling tua. Orang tua adalah
orang yang berperan penting pada pendidikan anak sejak dini. Orang tua
memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, dan membimbing
anak-anaknya untuk mencapai tahapan dimana anak bisa hidup
bersosialisasi. Anak memperoleh pengetahuan dari orang tuanya
dikarenakan orang tua yang menjadi contoh pertama yang dilihat anak.
Orang tua anak didik yang berada di BKB PAUD Melati IV ini memiliki
latar belakang daerah, pekerjaan yang berbeda, dan tingkat pendidikan yang
berbeda. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah mengenai
profil umum orang tua dan bentuk keterlibatan yang dilakukan oleh orang
tua dijabarkan sebagai berikut:
a. Profil Umum Orang Tua Anak Didik
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, BKB PAUD
Melati IV Matraman sebagian besar orang tua anak didik bertempat
tinggal di kelurahan Palmeriam, Matraman. Orang tua anak didik
memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda yaitu Sekolah
Menengan Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun
ada juga orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan diploma.
82

Selanjutnya orang tua anak didik juga memiliki latar belakang pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga, ojek, karyawan, dan buruh.
Sebagian besar orang tua anak didik di BKB PAUD Melati IV
Matraman ini memiliki latar belakang ekonomi menengah kebawah.
Namun saat kami meminta data menngenai orang tua anak didik, kepala
sekolah mengatakan bahwa data tersebut sedang dirapihkan sebagai
pertanggung jawaban dan pelaopran kepada pihak yang membantu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas , ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung, orang tua menunggu di depan kelas.
Hal ini berkaitan dengan pendidikan awal yang dijalani oleh anak
berada di rumah. Di rumah anak dapat belajar mengenai berbagai
pengetahuan dan perilaku yang sering dilakukan oleh orang tua dan
orang yang ada disekitanya. Selain di rumah, anak juga belajar melalui
kehidupan masyarakat. Sekolah menjadi pendidikan kedua yang
didapatkan anak. Dapat dikatakan bahwa lembaga pendidikan
merupakan tempat berkumpulan berbagai macam latar belakan orang
tua dari setiap anak didik yang melakukan pembelajaran di sekolah.
Berbagai macam latar belakang pendidikan orang tua tidak
membatasi mereka untuk memberikan pendidikan terbaik kepada
anaknya, namun beberapa orang tua masih belum memahami dan
memperhatikan pendidikan bagi anak usia dini. Adanya perbedaan
pendapat terhadap pendidikan bagi setiap anak bergantung kepada
tingkat pemahaman yang dimiliki oleh orang tua, maka dari itu
diperlukan pencatatan profil orang tua dalam setiap lembaga
pendidikan.
Profil umum orang tua anak didik merupakan salah satu bentuk
administrasi yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan. Profil
umum orang tua anak didik pada umumnya akan dicatumkan dalam
buku induk. Berdasarkan bentuk penyelengaraan pos PAUD profil
orang tua yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yakni
83

nama, pekerjaan, dan pendidikan terakhir.75 Dapat dikatakan bahwa


pencatatan profil orang tua merupakan sebuah pemenuhan proses
administrasi yang dimiliki oleh setiap lembaga. Adanya pencatatan
profil orang tua akan memudahkan bagi pada guru atau pihak lembaga
pendidikan dalam melakukan penyampaian informasi terhadap hasil
perkembangan anak.
Berdasarkan hasil wawancara dan temuan lapangan bahwa BKB
PAUD Melati IV Matraman ini sudah memiliki profil orang tua dari
anak didik. Membandingkan dengan teori, maka pencatatan profil orang
tua yang dilakukan belum sesuai. Hal ini terlihat bahwa pencantuman
profil orang tua anak didik tidaklah lengkap. Kepala sekolah hanya
mencantukan nama dan alamat. Tidak adanya pencantumnya
pendidikan akhir dari setiap orang tua peserta didik ini akan
berpengaruh terhadap proses penyampaian hasil perkembangan anak
oleh guru dan proses penerimaan hasil perkembangan anak oelh orang
tua.
b. Bentuk-Bentuk Keterlibatan Orang Tua Anak Didik Dengan
Lembaga PAUD
Berdasarkan hasil wawancara dengan kelapa sekolah, bahwa
orang tua anak didik di BKB PAUD Melati IV Matraman ini sangat
dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah.
Orang tua memiliki peranan aktif untuk membantu di dalam
penyelenggaraan kegiatan tahunan dan bulanan. Kegiatan-kegiatan
yang sering diselenggarakan oleh sekolah adalah makan sehat, manasik
haji, serta merayakan hari-hari besar. Peran serta orang tua ini
menjadikan terbentuknya komite sebagai perwakilan dari orang tua
anak didik dalam menyebarkan informasi.

75
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan POS PAUD, Tahun 2015, Hal 95
84

Selanjutnya berdasarkan hasil wawacara dengan guru kelas,


komite tersebut berguna sebagai penampung aspirasi dan informasi baik
dari sekolah atau pun dari orang tua lainnya. Sebelum melakukan
kegiatan tahunan atau belunan, pihak komite dan pihak sekolah akan
melakukan rapat agar tidak adanya kesalah pahaman atau perbedaan
presepsi antar orang tua dan guru. Rapat tersebut pada umumnya
berisikan mengenai rencana dan pembiayaan kegiatan yan akan
diselenggarakan dan disepakati oleh orang tua lainnya.
Berdasarkan hasil temuan lapangan, orang tua anak didik
terlihat tidak aktif dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program
kegiatan yang telah disepakati Orang tua terlihat memberikan
kepercayaan sepenuhnya kepada sekolah dalam mendidik anak. Orang
tua merasa bahwa sekolah lah yang berperan aktif dalam mendidik dan
mengajarkan anak. Tidak adanya keterlibatan orang tua secara aktif ini
membuat perbedaan presepsi antara pihak sekolah dan orang tua,
sehingga beberapa program kegiatan yang sudah direncanakan tidak
berjalan dengan baik.
Perkembangan dan pertumbuhan seorang anak tidak akan lepas
dari peran orang tua karena orang tua lah yanga memiliki peranan
penting dalam memberikan pengasuhan dan pengetahuan kepada anak.
Proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak akan maksimal
jika orang tua memiliki peranan aktif dan baik terhadap prosesnya.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Asri Ramadani dkk, mengutip
pernyataan dari Retnaningtya dan Pramesti bahwa keterlibatan orang
tua dalam pendidikan anak dapat mempengaruhi sikap anak terhadap
pelajaran yang diajarkan.76 Dapat dikatakan bahwa peran orang tua
dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh anak sangatlah penting.
Keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran anak akan

76
Asri Ramadani dkk, “Kemitraan Orangtua dan Lembaga Pendidikan Dalam Pengasuhan Anak Usia
Dini BerkebutuhanKhusus”, Vol. 11 No. 1 (2016), Hal 20
85

mempengaruhi proses kematangan perkembangan anak, terutama


kematangan sikap anak.
Sedangkan menurut Atje Partadireja yang dikutip oleh Hiryanto,
menyatakan partisipasi adalah suatu proses dimana terdapat dua atau
lebih pihak-pihak yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam
membuat rencana, kebijakan-kebijakan dan keputusan-keputusan yang
mempunyai akibat di masa yang akan datang yang menimpa orang-
orang yang membuat keputusan tersebut.77 Dapat dikatakan bahwa
pastisipasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh duaa orang
atau lebih yang saling mempengaruhi. Dalam hal ini partisipasi yang
dilakukan di lembaga pendidikan merupakan sebuah kerjasama yang
dilakukan antara pihak sekolah dengan orang tua.
Selanjutnya menurut Grotberg (1979) menegaskan bahwa tugas
orangtua dalam hubungannya dengan proses pendidikan adalah
memberikan stimulasi edukasi dan dukungan emosi. Stimulasi edukasi
adalah pemberian kesempatan pada anak untuk dapat mengembangkan
potensi dirinya baik secara emosional maupun intelektual, penyediaan
prasarana belajar, seperti buku-buku, alat permainan, serta pemberian
kesempatan bagi anak untuk dapat mengeksplorasi pada lingkungan
yang lebih luas.78 Dapat dikatakan bahwa keterlibatan orang tua dalam
proses pendidikan anak merupakan sebuah pemberian dukungan kepada
anak untuk menstimulasi kognitif dan emosi anak. Oleh sebab itu orang
tua mempunyai peranan yang sangat besar dalam keberlangsungan
kehidupan anak. Tidak hanya pemenuhan kebutuhan fisik anak maupun
kebutuhan emosi, tetapi orag tua memiliki tanggung jawa yang besar
untuk ikut memberikan partisipasinya dalam kegiatan yang
diselenggarakan di sekolah.

77
Lintang Damayanti, “Partisipasi Orang Tua Terhadap Pelaksanaan Program PAUD”, (Yogyakarta:
2011), Hal 34
78
Ibid, Hal 40
86

. Menurut Decker and Decker orang tua harus dilibatkan menjadi


bagian dari sebagai berikut :
1. Orang tua sebagai Komite Penasihat Kebijakan dan Dewan Direktur
“Many early childhood program include parents as member of
planning and advisory groups, for example, parents serve as
member of Head Start policy groups. Including parents in
planning and advisory group is in accordance with the
democratic principles of citizen’s rights and responbilities in
formulating public policy, works as a two-way public relation
committee and constitutes a partnership between professional
and nonprofessional persons.” 79
Dapat diartikan bahwa beberapa program anak usia sini termasuk
orang tua sebagai anggota dalam merencanakan dan penasehat,
sebagai contoh, orang tua membantu sebagai anggota kelompok
kebijakan Head Start. Termasuk orang tua dalam kelompok untuk
merencanakan dan kebijakan sesuai dengan prinsip demokrasi dari
keteraturan rakyat sipil dan tanggung jawab dalam merancang
kebijakan umum, bekerja sebagai dua pihak yaitu komite public
relasi dan menegakkan kerja sama antara professional dan orang
yang tidak professional.
2. Orang Tua sebagai voluntir
Peran orang tua sebagai voluntir menurut Decker and Decker adalah
“For a volunteer program to work, the administrator must
support the program by providing general guidance in planning,
although parents can organize and operate the program itself.
In effective program, all parents are given a chance to
participate, a choice of roles, and the freedom to determine the
extent of their participation.”80
Dapat diartikan bahwa peran orang tua di dalam sekolah terbagi
menjadi 2 yaitu Komite Sekolah/ Dewan Direktur dan Voluntir.
Fungsi orang tua di dalam Komite Sekolah adalah untuk terlibat
dalam pembuatan aturan di dalam sekolah yang disesuaikan dengan

79
Celia Anita Decker and Jhon R. Decker, “Planning and Administering Early Childhood Program Fifth
Edition, Macmillan Publishing Company”, United States 1992, hlm 380
80
Ibid., hlm. 381
87

budaya masyarakat disekitarnya dan aturan yang diberlakukan


Pemerintah. Bahkan Komite Sekolah juga dapat menentukan
kegiatan sekolah dalam satu tahun. Peran orang tua sebagai voluntir
untuk membantu pekerjaan guru. Orang tua bisa menjadi guru dalam
pembelajaran anak untuk merasakan bagaimana menjadi seorang
guru.

Membentuk kerja sama dengan orang tua akan menghasilkan


sebuah hubungan yang akan menghasilkan sebuah program yang
mendalami pengalaman pembelajaran anak. Pembelajaran anak akan
semakin dikuatkan apabila pembelajaran tak hanya dilakukan di
sekolah tetapi juga di rumah sehingga peran orang tua dalam
partisipasi pembelajaran semakin terlihat.

“Kyle and Mclnyte (2000) believe that to educate effectively,


teachers must reach out to student’s families in ways not
traditionally imagined, and bridge the ever-widening gap
between home and school so that children realize they are
known, care about, and expected to achieve.”81
Komunikasi yang dilakukan guru mengenai perkembangan anak harus
mendekati orang tuanya. Guru memiliki bahasa yang efektif saat
berbicara dengan orang tua sehingga jarak antara sekolah dan rumah
menjadi lebih dekat. Dengan adanya jarak yang dekat maka kerja sama
dalam memberikan pendidikan terhadap anak akan semakin optimal dan
anak merasakan bahwa dirinya dipedulikan oleh guru dan orang tua.

Berdasarkan pemaparan teori di atas, dapat dikatakan bahwa


keterlinatan orang tua dalam lembaga pendidikan sangatlah penting.
Keterlibatan orang tua ini akan berpengaruh terhadap kematangan
kognitif dan emosi anak. Orang tua juga sebagai pengawas terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan di sekolah. Orang tua tidak

81
Jeanne M. Machado and Helen Meyer- Botharescue, Student Teaching : “Early Childhood Practicum
Guide 5th Edition” ( Thomson Learning, 2005), hlm. 393
88

hanya menyerangkan tanggung jawab untuk mendidik anak kepada


sekolah, namun hal terpenting adalah pendidikan yang dilakukan anak
di rumah. Adanya keterlibatan orang tua dalam lembaga pendidikan ini
akan menyelaraskan proses pembelajaran di sekolah dan di rumah.

Kerja sama yang dilakukan oleh guru dan orang tua memiliki
berbagai keuntungan dan salah satunya berdampak pada anak. Anak
akan mempelajari banyak hal melalui kegiatan belajar yang dilakukan
oleh orang tua dan guru. Anak akan mencapai perkembangan sesuai
dengan usianya berdasarkan dengan strategi dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi anak. Orang tua juga bisa menjadi voluntir
dalam membantu guru dalam mengajar di kelas atau mengatur setting
kelas sebelum anak belajar. Keterlibatan orang tua akan menghasilkan
keuntungan baik pihak sekolah ataupun anak.

Membandingkan dari hasil wawancara, temuan lapangan dan


teori dapat dikataka bahwa keterlibatan orang tua yang berada di BKB
PAUD Melati IV Matraman ini tidak sesuai dengan tujuan dalam
pembuatan komite sekolah. Tidak adanya keterlibatan yang dilakukan
oleh orang tua ini merupakah bentuk pelepasan tanggung jawab oleh
orang tua kepada pihak sekolah dalam pemberian pembelajaran bagi
anak. Orang tua tidak memahami bagaimana tahapan perkembangan
anak yang terjadi di sekolah sehingga tidak adanya penyelarasan
pembelajaran yang di lakukan di rumah dan di sekolah. Hal ini tidak
sejalan dengan teori yang telah di paparkan di atas. Pemaparan teori di
atas mengatakan bahwaketerlibatan orang tua akan mempengaruhi
terhadap tingkat perkembangan anak.
Dalam hal ini sebaiknya guru dan orang tua menambah
intensitas komunikasi terhadap proses pembelajaran dan kegiatan yang
dilakukan anak. Guru dan orang tua sebaiknya diberikan pemahaman
terhadap pentingnya peran orang tua di sekolah. Melihat permasalahan
89

ini dapat dibuat program mengenai keterlibatan orang tua dalam proses
pembelajaran di sekolah.
4. Hubungan Kemitraan Lembaga PAUD
Kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua
pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu bidang
usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh hasil yang
lebih baik. Dunlap and Fox (2007, p. 277) describe partnerships as also
entailing a clear and strong commitment by both parties and an
understanding of each party’s circumstances and roles.82 Pada penjabaran
tersebut dapat diartikan bahwa kemitraan merupakan sebuah penjabaran atau
penjelasan mengenati komitmen yang jelas dan kuat diantara dua belah pihak
dan pemahaman tentang keadaan dan peran masing-masing pihhak. Dapat
dikatakan bahwa kemitraan merrupakan sebuah proses pembuatan perjanjian
yang memperhatikan keadaan dari setiap masing-masing pihak dan saling
memahami.
Pada dasarnya kemitraan merupakan istilah lain dari kalimat gotong
royong Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama
formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.83 dalam hal ini
kemitraan merupakan suatu kerjasama antara berbagai pihak untuk mencapai
tujuan bersama.
Pada aspek manajemen, makna kemitraan adalah untuk
mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang
tidak bisa dicapai apabila satu individu bertindak sendiri. Berdasarkan
Petunjuk Teknis tentang Kemitraan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
dengan Kelauarga dan Masyaratakat pembentukan kemitraa pada lembaga

82
Elizabeth Rouse, “Partnership in Early Childhood Education and Care : empowering parents or
empowering practitioner”, Vol 2 No. 1 (2012), Hal 15
83
Faqih Ethana Prabandaru, ” Pengertian Kemitraan Menurut Para Ahli Beserta Jenis dan
Manfaatnya, (2016), https://terbeselung.blogspot.com/2016/11/pengertian-kemitraan-menurut-
para-ahli.html (diakses 11 Desember 2018)
90

PAUD memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum program kemitraan sekolah adalah untuk menjalan kerjasama dan
keselarasan program pendidiikan di sekolah, keluarga, dan lingkungan
masyarakat. Sedangkan tujuan khususnya ada;ah untuk memperkuat potensi
yang dimiliki anak, meningkatkan keterlibatan orang tua, dan meningkatkan
peran masyarakat dalam mendukung program pendidikan.84 Dapat
dikatakanbahwa menjalin kemitraan merupakan sebuah dukungan bagi
kemajuan pendidikan dan mendukung anak dalam melakukan proses
pembelajaran.
a. Bentuk-Bentuk Hubungan Kemitraan Lembaga PAUD dengan
Instansi Terkait
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, BKB
PAUD Melati IV memiliki hubungan kemitraan dengan instansi terkait,
yakni Susu Morinaga, posyandu RW 04, dan organisasi lainnya yang
bergerak di RW 04 . Kemitraan ini terjalin karena adanya pertukaran
informasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Susu Morinaga
sebagai sarana untuk membantu kegiatan yang ada di sekolah dengan
memberikan sponsor berupa hadiah. Sedangkan posyandu memberikan
informasi mengenai kesehatan dan DDTK yang harus dilakukan
sebelum memberikan pembelajaran untuk anak.
Kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh
berbagai lembaga. Bentuk kemitraan tersebut dapat berupa kerjasama
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau
lembaga, serta lembaga dengan lembaga. Meurut Peraturan Presiden
Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik
Integratif menyebutkan penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak
usia dini secara holistik integratif dilakukan dengan peningkatan
koordinasi dan kerja sama lintas sektor serta kemitraan antara institusi

84
Petunjuk Teknis tentang Kemitraan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini dengan Kelauarga dan
Masyaratakt, (2016), Hal 6
91

pemerintah, lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait, baik


lokal, nasional, dan internasional, juga pelibatan masyarakat termasuk
dunia usaha dan media massa.85 Dapat dikatakan bahwa bentuk kemitraan
yang dilaksanakan oleh lembaga PAUD dapay dilakukan bersama dengan
pemerintah, pelayanan masyarakat, dan organasisai lainnya.
Untuk meningkatkan pelayanan yang disusun dalam program untuk
pendidikan anak usia dini membutuhkan kerja sama antara satuan
pendidikan dengan organisasi terkait. Pada saat instansi/lembaga/atau
negara menjalin kerja sama dengan mitra, sekolah juga telah menekankan
prinsip kemitraan yaitu sekolah dengan mitra ditekankan untuk saling
mengisi kekurangan masing-masing, bukan malah merasa lebih unggul
dari mitra.86 Kemitraan yang dilakukan oleh sekolah dengan sebuah
instansi harus melihat sejauh mana kebutuhan sekolah. Sehingga tujuan
kemitraan akan berjalan lancar dalam rangka meningkatkan kualitas
sebuah sekolah. Pihak yang tergabung dalam kemitraan saling
memberikan bantuan untuk memenuhi tujuan dari kemitraan.
Berdasarkan dengan kutipan-kutipan diatas, bahwa kemitraan satuan
pendidikan dengan instansi terkait bahwa kemitraan yang dilakukan akan
memberikan sebuah dana atau bantuan dari instansi kepada satuan
pendidikan. Salah satu kemajuan satuan pendidikan dapat melalui
bantuan yang diberikan oleh instansi terkait. Itu sebabnya kemitraan
antara satuan pendidikan dengan instansi terkait sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan pelayanan di satuan pendidikan anak usia dini.
Berdasarkan perbandingan antara teori dan temuan lapangan bahwa
kemitraan antara satuan pendidikan dan instansi terkait sudah sesuai.
Bentuk kemitraan yang ada di BKB PAUD Melati IV Matran ini
merupakan bentuk kemitraan bersama dengan Susu Morinaga. Pihak

85
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
86
Yunida Cahya Kinanti, KEMITRAAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 2 YOGYAKARTA, Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 5 Vol. V Tahun
2016,hlm. 484
92

Morinaga membantu BKB PAUD Melati IV Matraman berupa barang


yang terpakai oleh paud tersebut. Pada umumnya pihak Morinaga akan
memberikan bantuan berupa hadiah ketika ada kegiatan yang
diselenggarakan di PAUD.
b. Bentuk-Bentuk Hubungan Kemitraan Lembaga PAUD dengan
Organisasi Kemasyarakatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala BKB PAUD Melati IV
Matraman memiliki hubungan kemitraan dengan organisasi
kemasyarakatan. Organisasi kemasyarakatan tersebut bergabung
dengan RW dan dengan sukarela membantu kebutuhan lembaga PAUD
tersebut. Organisasi kemasyarakatan tersebut dikelola oleh RW. Semua
pelaksanaan kegiatan tersebut mendapat dukungan baik berupa
pendanaan atau peralatan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Kemitraan antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat dalam
membangun ekosistem pendidikan sejalan dengan visi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yaitu terbentuknya insan serta ekosistem
pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan berlandaskan gotong
royong.87 Kemitraan yang dilakukan sekolah untuk memberikan
pendidikan kepada anak tidak hanya bekerja sama dengan anak tetapi juga
masyarakat. Masyarakat juga memiliki peran penting untuk pendidikan
anak usia dini. Masyarakat juga berhak untuk memberikan contoh yang
baik untuk anak dan ikut berkontribusi pada pendidikan anak usia dini
sehingga akan menghasilkan lingkungan yang baik untuk anak.
Kemitraan tri sentra pendidikan adalah upaya kerjasama antara
satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat yang berlandaskan pada
azas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya, saling
menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun
ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi

87
Petunjuk Teknis Kemitraan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Dengan Keluarga dan Masyarakat,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016, Hal 2
93

peserta didik.88 Kemitraan yang dilakukan oleh satuan pendidikan,


keluarga dan masyarakat harus bersifat gotong royong untuk
membangun sebuah pendidikan yang sesuai dengan perkembangan
anak. Bentuk kemitraan yang dilakukan satuan PAUD dengan keluarga
dan masyarakat menggunakan bentuk komunikasi dua arah bertujuan
untuk mendapat informasi dan masukan tentang perkembangan peserta
didik, baik dari keluarga kepada satuan PAUD ataupun sebaliknya. Hal
ini untuk bertukar informasi mengenai satuan pendidikan dari hal
program pembelajaran, pembiayaan yang dibutuhkan, perkembangan
anak dan sebagainya.
Teori Ki Hajar Dewantara di dalam jurnal Interaksi Tiga Pilar Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini mengenai tiga pilar pendidikan yang terdiri
dari: (1) keluarga; 2) sekolah dan (3) masyarakat, maka tergolong dalam
bentuk keluarga dan masyarakat. Peran orang tua sebagai anggota yang
paling dominan dalam suatu kelompok masyarakat terkecil, di tuntut
partisipasinya terhadap lembaga pendidikan anak usia dini, wujud
kepedulian dan tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anak.89
Sudjana (2003) mengemukakan bahwa PKBM memiliki fungsi
sebagai tempat pembelajaran kepada warga masyarakat, melakukan
koordinasi dalam memanfaatkan potensi-potensi di masyarakat,
menyediakan informasi kepada anggota masyarakat yang
membutuhkan keterampilan fungsional atau kecakapan hidup, menjadi
ajang pertukaran ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan di
antara anggota masyarakat, dan menjadi tempat untuk upaya
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai tertentu bagi
warga masyarakat yang membutuhkan.90

88
Ibid., Hal 5
89
Ummu Saadah, Interaksi Tiga Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Nonformal
Volume 13, No. 1, Maret 2018, Hal. 28
90
M. Arief Rizka dan Dian Gustiana, Strategi Kemitraan Penyelenggaraan Program Pendidikan Non
Formal, Jurnal Kependidikan Volume 14 No. 2, 2015, Hal. 32
94

Salah satu program untuk memberikan pengetahuan kepada warga


adalah PKBM. PKBM ini sebagai wujud untuk menyediaka informasi,
pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan masyarakat. Dengan
adanya program ini bisa menjadi
Berdasarkan dengan kutipan-kutipan diatas bahwa kemitraan yang
dilakukan satuan pendidikan tidak hanya dilakukan dengan keluarga
atau orang tua tetapi juga masyarakat terutama organisasi yang dibentuk
di dalam masyarakat. Adanya kemitraan ini untuk memajukan satuan
pendidikan menjadi lebih baik. Kemitraan yang dilakukan adalah saling
memberikan bantuan, bertukar informasi untuk meningkatkan mutu
satuan pendidikan anak usia dini. Kemitraan yang dilakukan satuan
pendidikan dengan organisasi kemasyarakatan bersifat gotong royong
sehingga Kepala Sekolah dan guru bisa merundingkan permasalahan
yang dihadapi oleh satuan pendidikan dengan masyarakat khususnya
perwakilan masyarakat seperti Ketua RW dan Ketua RT.
Berdasarkan dengan kutipan dan temuan lapangan bahwa kemitraan
yang dilakukan oleh BKB PAUD Melati IV sudah sesuai karena tempat
yang digunakan untuk belajar adalah milik balai warga RW 04. Bantuan
berupa uang dan barang kepada sekolah ada sebagian yang diperoleh
dari warga.
D. Sarana dan Prasarana Lembaga PAUD
Prasarana dan sarana merupakan hal penting yang harus disiapkan pada
sebuah lembaga pendidikan, sehingga proses kegiatan pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Prasarana dan sarana pendidikan merupakan alat bantu
bagi pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga dalam
penerapannya memiliki standar yang betujuan sebagai acuan untuk kegiatan
penlejaran yang berada di lembaga PAUD. Berdasarkan hasil temuan lapangan
di BKB PAUD Melati IV Matraman memiliki prasarana dan sarana yang
menunjang kegiatan pembelajaran. Prasarana dan sarana yang dimiliki sebagai
berikut :
95

1. Site Plan dan Floor Plan Lembaga PAUD


a. Site Plan
Site plan adalah gambaran umum mengenai denah sekitar PAUD. Pada
hasil temuan lapangan , BKB PAUD Melati IV Matraman tidak memiliki
bangunan sendiri melainkan menempati kantor RW 04 yang beralamat di
Jl.Tegalan I kelurahan Palmeriam kec.Matraman Kota Jakarta Timur. BKB
Paud Melati IV Matraman berada di jalan yang tidak terlalu besar. BKB
PAUD Melati IV berada di antara rumah warga yang berdempetan satu
dengan yang lain. Luas bangunan dari BKB PAUD Melati IV sebesar 63
m2. Akses jalan pada BKB PAUD Melati IV dapat dilewati oleh kendaraan
beroda dua yang merupakan jalan umum untuk warga. Jarak lokasi BKB
PAUD Melati IV dengan jalan utama yaitu jalan Matraman tidak terlalu
jauh, sehingga akses untuk ke BKB tersebut tidak sulit. Pada gedung
sekolah BKB PAUD Melati IV hanya memiliki satu tingkat, sehingga
dalam proses kegiatan pembelajaran dilakukan secara bersama antara
kelompok bermain dengan kelas TK.
Pembagian kelompok pada saat kegiatan belajar mengajar dilakukan
secara bersama-sama, sehingga tidak ada perbedaan kelas atau waktu
belajar antara kelompok bermain, dengan siswa TK. Fasilitas pada BKB
PAUD Melati IV yaitu memiliki papan tulis, pendingin ruangan (AC),
lemari plastic, meja dan kursi kecil, lemari kayu, alat bersih-bersih, kursi
besar, dan meja besar.
96

BKB
JALUR
PAUD
PELATIHAN UMUM (KE
RUMAH WARGA RUMAH MELATI
BABY JALAN
WARGA IV
SITTER MATRAMAN)

JALAN UMUM

JALAN RUMAH RUMAH RUMAH


RUMAH WARGA KECIL WARGA WARGA WARGA

Gambar 2.10 Site plan BKB PAUD Melati IV

a) BATAS LINGKUNGAN SEBELAH TIMUR


Pada batas lingkungan sebelah timur, merupakan akses
kearah jalan utama. Untuk ukuran jalan pada batas lingkungan
sebelah timur mampu dilewati kendaraan berdoa empat, namun
hanya muat untuk satu kendaraan beroda empat. Untuk
kendaraan beroda dua jalan tersebut masih memungkinkan
untuk dilewati. Berikut gambar batas lingkungan sebelah timur :
97

Gambar 2.11 Gambar sebelah kiri sekolah

b) BATAS LINGKUNGAN SEBELAH BARAT


Batas lingkungan sebelah barat merupakan jalan menuju
akses ke permukiman warga. ukuran jalan pada batas
lingkungan sebelah barat masih memungkinkan untuk
kendaraan berdoa empat, namun hanya dapat dilewati oleh satu
kendaraan beroda empat. Sedangkan untuk kendaraan beroda
dua masih dapat untuk dilewati. Berikut gambar batas
lingkungan sebelah barat :

Gambar 2.12 Gambar sebelah kanan sekolah


b. Floor plan
Floor plan merupakan gambaran umum dari ruang kegiatan
belajar-mengajar yang akan digunakan sebagai sarana lembaga
PAUD. Berdasarkan hasil temuan lapangan ruang pada lembaga
BKB PAUD Melati IV Matraman dibagi menjadi 5 bagian. Dimana
98

pada bagian kanan dari arah timur terdapat ruangan untuk meletakan
alat permainan outdoor. Ruangan tersebut berguna untuk
menyimpan sarana seperti kursi dan meja permainan outdoor bila
tidak ada kegiatan belajar. Ukuran ruangan penyimpanan sendiri
memiliki panjang +/- 3.6 M, lebar 3 M. Pada ruangan tersebut
terdapat ruang toilet yang memiliki ukuran panjang -/+ 2.85 M dan
lebar -/+ 1,2 M.
Pada BKB PAUD Melati IV Matraman memiliki ruang tengah
untuk kegiatan belajar. Ruangan tersebut memiliki panjang -/+ 7.20
M dan lebar -/+ 7.20 M. Selain terdapat ruang tengah untuk kegiatan
belajar, BKB PAUD Melati IV memiliki ruangan kepala sekolah
dan guru. Posisi ruang kepala sekolah dan guru berada sebelah kiri
dari arah timur bangunan. Ruang kepala sekolah dan guru terdapat
sedikit ruang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat
media permainan dan piala. Pada ruang tengah dicat dengan
menggunakan warna biru muda, sedangkan ruang kepala sekolah
dan guru dicat menggunakan warna oranye/jingga. Selain itu, pada
dinding BKB PAUD Melati IV ditempeli oleh papan struktur
organisasi, papan inventaris, dan papan untuk mengukur tinggi
anak. berikut gambar Floor Plan di BKB PAUD Melati IV
Matraman :
99

TIMUR

Meja dan

dan kursi
Meja dan kursi

Meja
orang dewasa
TOILET kursi anak

ayunan
pintu lemari

Perosotan

Jungkat-
jungkit

pintu

pintu

Gambar 2.13 Floor Plan bangunan BKB PAUD Melat IV

Bangunan atau gedung sekolah merupakan hal utama yang diperlukan


dalam terlaksananya proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, bangunan
atau gedung sekolah merupakan hal penting yang perlu diperhatikan demi
menciptakan kegiatan pembelajaran yang baik dan nyaman. Pada pernyataan
diatas dapat disimpulkan bahwa setiap lembaga harus memiliki perencanaan
Site Plan dan Floor Plan. Site plan diartikan sebagai gambaran umum mengenai
denah sekitar lembaga PAUD. Site plan memiliki fungsi sebagai prasarana
lembaga PAUD. Sedangkan untuk floor plan pada lembaga merupakan
gambaran umum mengenai ruangan yang berada pada bangunan atau gedung
lembaga.

Sehingga dalam merencanakan bentuk dari sebuah bangunan atau


gedung lembaga, maka diperlukan rancangan Site plan lembaga dan Floor Plan
lembaga. Site plan digunakan untuk mempermudah seseorang untuk membaca
posisi letak sebuah lembaga. Sedangkan Floor plan berfungsi agar seseorang
dapat memahami posisi dan bentuk dari setiap ruangan lembaga. Sehingga
100

dalam perencanaan Site Plan dan Floor plan membutuhkan penguasaan


visualspasial dalam pengerjaanya.

Pada hasil observasi, BKB PAUD Melati IV Matraman tidak memiliki


rancangan Site plan ataupun Floor plan lembaga, karena tidak ada foto atau
rancangan yang tertera pada dinding lembaga tersebut. Selain dari hasil
observasi, diperkuat dengan hasil wawancara. Pada hasil wawancara kepada
pihak lembaga, tidak adanya rancangan Site plan dan Floor plan. Karena, BKB
PAUD Melati IV sendiri tidak menempati gedung sendiri melainkan
menempati tempat balai warga RT 04 Tegalan.

Dari hasil observasi, BKB PAUD Melati IV tidak ada pembagian


kelompok belajar antara usia kelompok bermain dengan anak TK A atau B.
karena dari hasil wawancara, menurut guru kelas kemampuan anak pada tahun
ajaran kali ini memiliki kemampuan yang setara dan juga untuk jumlah siswa
yang mendaftar pada tahun ini cukup sedikit sehingga tidak perlu pembagian
kelompok pada lembaga tersebut.

Mengacu pada buku planning administering early childhood programs


by Decker mengatakan bahwa:

“Many states use thirty-five square feet per child as the minimum square
footage in licensing regulations. Thirty-five square feet per child is
considered adequate for infants and toddlers. For older children ,
especially those in programs that require extra “activity place”, forty
to sixty square feet per child would be more adequate. Thirty-five square
feet can be very workable if the area is exclusive of space occupied by
sinks, lockersm and storage cabinets.91

Pada teori diatas mengatakan bahwa ukuran ruangan minimal pada


suatu lembaga PAUD yaitu sebesar 35 kaki per anak sudah dianggap memadai

91
hal.157
101

dalam mendirikan lembaga PAUD. Sedangkan untuk anak yang sudah lebih tua
dari usianya, khususnya bagi pembelajaran yang membutuhkan ruang gerak
yang lebih membutuhkan ukuran yang lebih besar yaitu 40 sampai 60 kaki per
anak. Jika sebuah lembaga belum mampu mendirikan gedung/lembaga sebesar
itu, maka ukuran belajar ideal menurut buku Dekker & Dekker adalah 35 kaki
per anak.

Lain hal dengan peraturan di Indonesia, menurut standar sarana dan


prasarana PAUD sejenis (SPS) memiliki persyaratan mengenai jumlah luas
ruangan per anak yang tertulis pada pasal 32 ayat 4 Permendikbud no. 137 tahun
2014, yaitu :

“Mengenai persyaratan prasarana dan sarana, yaitu : (1) memiliki


jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jumlah anak, luas
minimal 3 m2 per anak”92

Pada pernyataan diatas, menjelaskan bahwa dalam prasarana dan sarana


memiliki persyaratan yang harus dipenuhi seperti jumlah ruang dan luas lahan
yang harus disesuaikan dengan jumlah anak. sehingga anak dapat bereksplorasi
dengan baik.

Selain menurut standar Permendikbud, lain hal nya menurut buku


pengelolaan kelas mengatakan bahwa :

“Kelompok usia anak mempengaruhi penataan ruangan dan jumlah


anak yang dapat diterima pada satuan PAUD. Sehingga semakin
muda usia anak maka semakin luas pula keperluan ruang untuk
bergerak. Dengan demikian pada standar PAUD diberlakukanya
sistem pengelompokan kelas seperti berikut:

1. Kelompok usia 0-2 tahun adalah berjumlah 4 anak/kelompok


2. Kelompok usia 2-4 tahun adalah berjumlah 8 anak/kelompok

92
102

3. Kelompok usia 4-6 tahun adalah berjumlah 15 anak/kelompok.93

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa kelompok usia anak


mempengaruhi dalam penataan ruang dan jumlah anak. sehingga, dalam
mendirikan lembaga PAUD harus memikirkan hal-hal seperti jumlah anak per-
kelompok usia. Karena semakin muda usia anak memerlukan ruang gerak yang
cukup, sehingga anak dapat bereksplorasi dengan baik sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Dari ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap anak
membutuhkan ruangan yang cukup luas. Sehingga anak dapat belajar lebih
bebas dan ekplorasi anak lebih berkembang. Selain ruang belajar, jumlah siswa
pada setiap kelompol perlu diperhatikan sehingga kegiatan belajar tidak terjadi
penumpukan siswa yang terlalu banyak. Hal tersebut dapat memberikan efek
tidak kondusif pada saat kegiatan belajar. Namun, dari hasil temuan lapangan
jumlah siswa yang berada di lembaga PAUD tersebut tidak sesuai dengan
pernyataan dari teori diatas. Seperti banyaknya jumlah siswa yang ada pada
lembaga tersebut. Jumlah siswa pada lembaga BKB PAUD Melati IV
berjumlah 20 siswa.
Selain dari jumlah siswa yang melebihi dari persyaratan yang tertera
pada standar diatas, dari hasil temuan lapangan BKB PAUD Melati IV
Matraman tidak ada perbedaan kelompok usia, dimana dalam pembelajaran
usia kelompok bermain hingga TK B digabung pada kelas yang sama.
Demikian lembaga BKB PAUD Melati tidak sesuai dengan teori dan
persyaratan dalam mendirikan sebuah lembaga PAUD.
Solusi yang dapat diberikan pada lembaga tersebut berupa penyuluhan
mengenai persyaratan dalam mendirikan lembaga PAUD. Dengan demikian,
kepala sekolah dan guru dapat memahami standard dan persyaratan dalam
mendirikan lembaga paud. Selain itu, solusi yang dapat dilakukan yaitu

93
103

merekrut tenaga pengajar yang baru atau membagi jam belajar siswa sesuai
dengan kelompok usia.
2. Prasarana dan Sarana Imdoor Lembaga PAUD
Prasarana menurut KBBI adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang
utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dan
sebagainya). Sedangkan, Sarana lembaga PAUD merupakan perlengkapan
dalam penyelenggaraaan dan pengelolaan kegiatan pendidikan, pengasuhan,
dan perlindungan anak usia dini. Sehinngga dalam merencanakan lembaga
PAUD memerlukan prasarana dan sarana untuk memfasilitasi proses kegiatan
belajar dan mengajar dikelas guna mencapai tujuan pembelajaran.
Prasarana dibedakan menjadi dua yaitu prasarana terbuka dan prasarana
tertutup, sedangkan sarana dibedakan menjadi dua kajian yaitu sarana indoor
(dalam ruangan ) dan sarana outdoor (luar ruangan).
a. Jenis-jenis prasarana tertutup di Lembaga BKB PAUD Melati IV
Matraman
Berdasarkan hasil observasi, BKB PAUD Melati IV memiliki berberapa
prasarana tertutup yang terdiri dari; ruang kelas, kamar mandi, gudang, ruang
kepala sekolah dan guru, serta tempat penyimpanan permainan. Berikut daftar
Prasarana Indoor yang terdapat di BKB PAUD Melati IV:
104

Gambar 2.14 Ruang kegiatan Belajar

Dari hasil observasi, BKB PAUD Melati IV Matraman hanya memiliki


satu ruang belajar. Ruang tersebut menggunakan keramik berwarna putih dan
cat dinding berwarna biru. Kondisi ruang belajar cukup baik, namun tidak
terawat. Karena pada saat mahasiswa membersihkan ruangan tersebut banyak
sekali serangga. Kondisi lantai ruang belajar sangat berdebu sehingga perlu
menggunakan alas kaki ketika memasuki ruang belajar. Pada dinding tertera
papan struktur organisasi, daftar inventaris yang sudah disi namun belum
lengkap. Ruang belajar juga berfungsi sebagai tempat permainan outdoor,
karena BKB PAUD Melati IV tidak memiliki prasarana Outdoor. Kondisi area
luar BKB sangat tidak aman jika diletakan alat permainan outdoor, karena tidak
memiliki pembatas atau pagar antara jarak dari BKB ke jalan utama. Sehingga
area bermain outdoor diletakan pada dalam ruangan. Selain itu, area luar BKB
sering digunakan warga untuk memarkirkan kendaraan beroda empat.
105

Gambar 2.15 Ruang kamar mandi BKB PAUD Melati IV


Matraman

Pada hasil temuan lapangan, BKB PAUD Melati IV memiliki satu


kamar mandi yang berdekatan dengan area gudang. Kondisi kamar mandi di
BKB PAUD Melati IV cukup baik, namun tidak memiliki fentilasi udara yang
baik. Kondisi dinding kamar mandi tidak di cat melainkan setengah plaster dan
setengahnya ditempel keramik. Ukuran kamar mandi tersebut -/+ memiliki
panjang 2.85 M dan lebar 1.5 M.

Kamar mandi tesebut dapat dipergunakan untuk siswa, guru, dan


orangtua murid. Kloset yang digunakan pada BKB PAUD Melati IV Matraman
menggukan kloset jongkok. Kamar mandi pada BKB PAUD Melati IV
memiliki keran air dan juga baskom untuk mengeluarkan dan meletakan air.
Kondisi ruang kamar mandi pada BKB PAUD Melati IV cukup baik.
106

Gambar 2.16 Ruang Kepala Sekolah Dan guru

Pada hasil observasi di BKB PAUD Melati IV, lembaga tersebut


memiliki ruang kepala sekolah dan guru. Ruang kepala sekolah dan guru berada
diruangan yang tidak terlalu luas. Ruang kepala sekolah dan guru menggunakan
cat berwarna oranye/jingga dan lantai yang digunakan menggunakan keramik
berwarna putih. Ruangan tersebut memiliki sarana seperti meja, kursi, lemari.
Pada dinding ruang kepala sekolah dan guru terdapat papan foto, jam dinding,
serta piala yang terpajang. Selain itu, ruang kepala sekolah dan guru memiliki
fungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan yang diperlukan ketika kegiatan
belajar berlangsung, serta tempat penyimpanan buku laporan hasil
perkembangan anak.
107

Gambar 2.17 Ruang penyimpanan mainan Outdoor BKB PAUD


Melati IV Matraman

Pada hasil observasi BKB PAUD Melati IV Matraman memiliki


ruangan untuk meletakan alat permainan outdoor, selain untuk meletakan alat
permainan outdoor, ruangan tersebut juga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan lain seperti meja, kursi, dan lemari ketika tidak digunakan.
Ruang tempat penyimpanan/gudang berukuran -/+ 3.6 M dan lebar 3 M.

Kondisi ruang penyimpanan/gudang pada BKB PAUD Melati IV tidak


baik karena tempat tersebut jarang sekali dibersihkan. Selain itu banyak sekali
barang-barang yang tidak digunakan. sehingga kondisi ruangan tersebut gelap
dan minim sekali pencahayaan. Ruangan tersebut digunakan pada saat tidak
ada kegiatan belajar, yaitu guna meletakan alat permainan outdoor seperti
prosotan dan jungkat jungkit. Ruangan tersebut menggunakan lantai berwarna
putih serta memiliki cat dinding berwarna biru muda.
108

Mengacu pada buku planning and administering early childhood by


Decker program mengatakan

“Before contemplating the specifics of housing, one must remember


that : (1)Location of building is an important aspect of planning,
because local zoning regulation may include restrictions, (2)
Regardless of type of program most the occupants will be young
children, so the facility should be child oriented, (3) safety of the
children and staff members is of maximum importance and is discussed
later in this chapter, (4) Housing is an important consideration in
planning for disabled. (5) variations in arrangement of space, (6)
flexibility is essensial, (7) cost must be considerec.”
Dari pernyataan diatas, dalam merencanakan tata ruang pada sebuah
bangunan atau gedung lembaga PAUD, dijelaskan bahwa perlunya
menyiapkan hal berikut, seperti lokasi gedung lembaga yang baik, aman dan
nyaman untuk siswa serta guru dan karyawan, memperhatikan fasilitas
gedung lembaga PAUD yang berorientasi kepada anak, mementingkan
keamanan pada siswa dan karyawan, tata ruang harus dirancang disabilitas,
tata ruang harus dirancang bervariasi seperti adanya ruangan yang luas untuk
kegiatan bergerak,

Jika dilihat dari syarat prasarana lembaga PAUD di Indonesia, menurut


Peraturan Menteri No.137 tahun 2014 mengenai Standar Nasional Pendidikan
Anak Usia dini mengatakan bahwa ;

“Prasarana dan sarana sendiri dalam persiapanya memiliki


persyaratan yang sesuai dengan jenis layanan PAUD. Jenis pelayanan
pada satuan PAUD sejenis (SPS) memiliki persyaratan yang tertulis
pada pasal 32 ayat 4 Permendikbud no. 137 tahun 2014 menjelaskan
mengenai persyaratan prasarana dan sarana, yaitu : (1) memiliki
jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jumlah anak, luas
minimal 3 m2 per anak; (2) memiliki ruangan untuk melakukan aktivitas
anak didik di dalam dan luar; (3) memiliki fasilitas cuci tangan dengan
air bersih; (4) memiliki kamar mandi/jamban yang mudah dijangkau
109

oleh anak dengan air bersih yang cukup, aman dan sehat bagi anak, dan
mudah bagi guru melakukan pengawasan; (5) memiliki fasilitas
permainan di dalam dan di luar ruangan yang aman dan sehat; (6)
memiliki tempat sampah yang tertutup dan tidak tercemar”94

Pernyataan diatas mengatakan bahwa dalam mempersiapkan


prasarana indoor menurut Peraturan Menteri No.137 tahun 2014,
diperlukanya jumlah ruangan yang memadai sesuai dengan jumlah
anak, memiliki ruangan untuk melakukan aktivitas, serta memiliki
fasilitas seperti kamar mandi yang baik, air bersih dan juga lingkungan
yang tidak tercemar.

Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa dalam


merencanakan prasarana tertutup merupakan hal yang diperlukan pada
lembaga PAUD. Banyak yang perlu diperhatikan dalam merencanakan
sebuah lembaga PAUD sehinga dari hasil observasi, BKB PAUD Melati
IV Matraman sudah memenuhi hal-hal yang terdapat pada teori diatas.
Seperti memiliki kamar mandi yang bersih, ruang belajar cukup
memadai, ruang kepala sekolah serta guru.

94
Pasal 32 Ayat 2 Permendikbud No.137 Tahun 2014
110

b. Jenis-jenis Sarana Indoor Lembaga BKB PAUD Melati IV


Jenis-jenis sarana indoor merupakan hal penting yang harus
dimiliki oleh lembaga PAUD. Dengan adanya sarana indoor, kegiatan
pembelajaran akan berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil observasi,
terdapat sarana indoor Lembaga BKB Paud Melati IV yaitu sebagai
berikut :
Tabel 2.3 Sarana Indoor BKB PAUD Melati IV

SARANA
NO. URAIAN JML KONDISI FOTO
INDOOR
1. Meja dan Meja dan Baik
kursi anak kursi anak
yang
berukuran
kecil
digunakan
untuk
belajar
3. Papan tulis Terdapat 1 Baik
satu buah
papan tulis
111

4. Rak plastic Diperguna 2 Baik


kan sebagai
tempat
penyimpan
an media
anak, buku
cerita, buku
tulis.
Gambar 1

Gambar 2
5. Rak kayu Diperguna 2 Baik
kan untuk
penyimpan
an alat-alat
tulis anak,
media
pembelajar
an, buku

Gambar 1
112

Gambar 2
113

6. Kipas Diperguna 2 Baik


angina kan untuk
membuat
ruangan
kelas terasa
lebih sejuk.

Gambar 1

Gambar 2

10. AC (Air Untuk 2 Baik


Condition menyejuka
er) n ruangan

Gambar 1
114

Gambar 2

11. Box besar Untuk 3 Baik


penyimpan
an
alat/media
bermain
anak

12. Komputer Digunakan 1 Baik


untuk
menyusun
kegiatan
yang
berhubung
an dengan
lembaga
115

13. Karpet Digunakan 1 Baik


hanya
untuk
kegiatan
RW Melati
IV

11. Kulkas Digunakan 1 Baik


dan untuk
dispenser menyimpa
n makanan
dan tempat
minum
anak

Mengacu pada buku planning and administering early childhood


program by Decker, dalam perencanaan sarana untuk ruang Indoor adalah
sebagai berikut :

“these component must be both functional and durable. the materials


used on their surfaces coordinated so they are aesthetically pleasing and
comfortable”95

Pernyataan diatas mengatakan komponen ini harus fungsional dan tahan


lama. bahan yang digunakan pada permukaannya terkoordinasi sehingga

95
Celia Anita Decker dan Jhon R.Decker, op. cit. hal : 159
116

sangat estetis dan nyaman. Sehingga dalam pebentukan sarana dalam


lembaga PAUD harus memiliki hal-hal yang estetis dan kenyamanan untuk
anak.

Jika mengacu pada buku pedoman pengelolaan kelas, ada berbagai cara
untuk memilih furniture untuk anak yaitu sebagai berikut:

“hal-hal yang perlu dilihat dalam pemilihan furniture, yaitu:

1. Meja dan kursi anak disesuaikan dengan ukuran anak, baik


berat maupun ukuranya. Penyesuaian ukuran dengan
kemampuan anak dimaksudkan agar anak nyaman
menggunakanya dan terhidar dari kecelakaan
2. Ujung meja dan kursi berbentu tumpul
3. Loker tempat penyimpanan alat main anak dan buku bacaan
anak setinggi jangkauan anak digunakan sebagai pemisah
antara sentra bermain
4. Bila kursi plastic dipilih, pastikan cukup kokoh dan tidak licin
pada saat ditempatkan di atas lantai
5. Bila alat furniture dipilih berbahan kayu, pastikan cat yang
digunakan aman bagi anak, tidak mengandung toxin dan racun
6. Perhatikan permukaan furniture kayu, permukaan yang kasar
dapat melukai anak”

Dari pernyataan diatas, dalam pemilihan furniture untuk anak memiliki


standar sendiri. Standar tersebut berguna sebagai dasar agar anak dapat
bermain dengan aman dan nyaman. Selain itu, meminimalisir kejadian yang
tidak diinginkan.

Dalam penyimpanan tempat peralatan mainan anak, hal-hal yang perlu


diperhatikan yaitu :
117

“Antar ruang kegiatan dibatasi oleh loker setinggi anak saat berdiri,
hal tersebut berguna untuk memudahkan guru untuk mengobservasi
anak dengan mudah, dan buku buku anak ditempatkan disetiap sentra
atau ditempat tertentu yang mudah dijangkau dengan anak”96

Dari pernyataan diatas, mengatakan dalam mempersiapkan ruang


kegiatan, sarana yang harus diperhatikan yaitu loker yang harus setinggi
anak saat berdiri, dan juga loker tersebut kuat. Dengan posisi loker yang
hanya setinggi anak, maka guru dapat mengawasi anak dengan baik dan
seksama.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam


pemilihan sarana indoor untuk lembaga paud ada perihal yang harus di
perhatikan. Seperti pemilihan furniture yang aman bagi anak. Pada hasil
temuan lapangan dan teori yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan
bahwa sarana BKB PAUD Melati IV Matraman ada berberapa yang belum
sesuai. Seperti furniture berbahan dasar kayu yang tidak diketahui tingkat
kemanan cat yang digunakan. Selain itu, pada BKB PAUD Melati IV belum
memiliki sarana buku-buku yang memadai untuk anak. Dari hasil observasi
tersebut, hanya terdapat lemari kosong.

3. Prasarana dan Sarana Outdoor BKB PAUD Melati IV


Prasarana dan sarana terbuka/outdoor merupakan hal yang harus
diperhatikan ketika mendirikan sebuah lembaga PAUD. Dengan adanya
prasarana dan Sarana terbuka/outdoor, anak dapat berekplorasi dengan baik.
Sehingga kegiatan pembelajaran anak di sekolah memberikan pengalaman
yang bermanfaat untuk perkembangan anak. Berikut jenis-jenis mengenai
prasarana terbuka/outdoor pada lembaga BKB PAUD Melati IV :

96
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, “Pedoman Pengelolaan kelas anak usia dini”,
(Jakarta, hal : 18)
118

a. Jenis-jenis Prasarana terbuka/Outdoor Lembaga BKB PAUD


Melati IV

Gambar 2.18 Prasarana Outdoor


Berdasarkan hasil observasi yang kami temui, BKB Paud Melati IV
Matraman tidak memiliki prasarana Outdoor karena diluar lembaga BKB
Paud Melati IV sendiri sering digunakan untuk lahan parkir kendaraan
beroda empat dan kurang aman untuk anak. Sehingga untuk meletakan alat
permainan outdoor, BKB PAUD Melati IV diletakan pada ruang kegiatan
belajar, dimana ruangan belajar indoor tersebut diberi jarak untuk meletakan
alat permainan outdoor

Mengacu pada buku planning and administering early childhood


program by Decker mengatakan :

“outdoor play has been an integral part of early childhood program and
hence housing facilities. However, concepts about the values of certain
119

types of play have changed over the years. Along with these changing
concepts, there has been an evolution in playground97”

Pernyataan diatas mengatakan bahwa permainan outdoor sendiri


merupakan bagian dari program pendidikan anak usia dini bagian
perencanaan prasarana. Walaupun demikian, konsep mengenai permainan
ourdoor melewati berberapa perubahan selama berberapa tahun. Sehingga,
terdapat perubahan konsep yang telah terjadi evolusi di taman bermain.

Namun dalam membuat prasarana terbuka/outdoor memiliki berberapa


kriteria yang mendasar. Menurut Phyllis M. Click dan Kimberly A. Karkos
pada buku Administration of program for young children; seventh edition.
Mengatakan persyaratan dalam prasarana terbuka sebagai berikut :

“outdoor space should meet these criteria :


1) outdoor spcace should meet safety guidelines
2) outdoor space should preserve and enhance natural features
3) the design should be based on the needs of children
4) outdoor space should provide opportunities for activity similar
to those conducted in the indoor space”98

Dari pernyataan diatas, dalam merencanakan atau membuat prasarana


outdoor memiliki kriteria yaitu : prasarana terbuka/outdoor harus
mengutamakan keselamatan, kedua prasarana outdoor harus
mempertahankan nuansa alam, ketika dalam me-desain outdoor sendiri
harus berdasarkan kebutuhan anak dan yang ke empat prasarana
terbuka/outdoor harus memberikan peluang untuk kegiatan serupa dengan
yang dilakukan di ruang dalam ruangan.

97
Celia Anita Decker dan Jhon R. Decker, Planning and Administering Early Childhood Programs fith
edition, Macmillan Publishing Company, United States of America, 1992, hal : 180
98
Phyllis M. Click dan Kimberly A. Karkos, Administration of program for young children; seventh
edition, Thomson Corporation, United states of America, 2008, hal: 165
120

Sedangkan menurut pedoman pengelolaan kelas pendidikan anak usia


dini, dalam merencakan pembuatan prasaran terbuka/ outdoor terdapat hal-
hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut :

“Ruang luar merupakan lingkungan belajar yang sangat


menyenangkan bagi anak. Di ruang luar anak lebih bebas bergerak
karena seharusnya ruang luar memfasilitasi perkembangan motorik
kasar anak. Hal yang harus diperhatikan dengan ruang luar:
1. luas area bermain sebagaimana pada standar internasional
menetapkan 7m2 per anak
2. ruangan bermain outdoor dipastikan tidak terdapat binatang
yang menyengat
3. bak pasir harus ditutup bila tidak digunakan dan dipastikan
dalam kondisi kering agar tidak menjadi tempat berkembang
biak binatang kecil
4. area basah ditempatkan di luar, dekat dengan sumber air,
lantai yang tidak licin, dan sanitasi terjaga dengan baik agar
tidak menggenang”99

Pada pedoman diatas menjelaskan bahwa dalam membuat prasarana


terbuka/outdoor ada berberapa hal yang harus diperhatikan seperti luas area
bermain untuk anak, selalu dijaga kebersihannya dari sampah atau dari
binatang menyengat, arena bermain pasir harus dalam kondisi kering, dan
terakhir memperhatikan posisi area bermain.

Berdasarkan buku administration of programs for young children, by


Phyllis M.Click dan Kimberly A.Karkos dalam perencanaan ruangan atau
prasaranan terbuka/outdoor memiliki hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu :

99
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, “Pedoman Pengelolaan kelas anak usia dini”,
(Jakarta, hal : 20
121

“outdoor time should allow children to explore freely and to experience


the sights, sounds, and smells of the outdoor. They should be able to run,
jump, climb, and ride bikes”100

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa dalam waktu permainan outdoor


seharusnya berorientasi pada anak. Dimana anak bereksplorasi sendiri dan
memberikan pengetahuan mengenai lingkungan outdoor. Sehingga dalam
pembuatan prasarana terbuka/outdoor harus ada tempat untuk berlari,
melompat, memanjat, dan mengendarai sepeda.

Berdasarkan dari ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa dalam


perencanaan prasarana terbuka/outdoor memiliki perihal yang harus
siapkan. Dari hasil observasi dan juga wawancara yang telah dilakukan dan
mengacu pada ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa BKB PAUD
Melati IV Matraman tidak mengikuti dan tidak sesuai dengan persyaratan
Prasarana terbuka lembaga PAUD yang ditetapkan. Fasilitas permainan
indoor dan outdoor ruangan yang aman dan sehat merupakan hal yang wajib
pada lembaga Paud. Sedangkan dari hasil observasi dan wawancara, fasilitas
permainan outdoor di BKB PAUD Melati IV sendiri berada didalam ruangan
indoor, sehingga lembaga tersebut tidak memiliki prasarana terbuka untuk
anak.

Dari hasil observasi, penempatan permainan terbuka/outdoor masih


diletakan didalam gedung lembaga. Selain itu, menurut teori dan persyaratan
diatas menjelaskan dalam perencanaan prasarana terbuka/outdoor miliki
perihal yang harus diperhatikan. Namun pada kenyataanya, BKB PAUD
Melati IV sendiri tidak memiliki cukup lahan untuk mengikuti perihal
tersebut.

100
Phyllis M. Click dan Kimberly A. Karkos, Administration of program for young children; seventh
edition, Thomson Corporation, United states of America, 2008, hal: 165
122

Jika mengacu pada pedoman pengelolaan kelas untuk anak usia dini,
dalam perencanaan prasarana terbuka/outdoor sebuah lembaga berberapa hal
yang harus diperhatikan. Namun, dari hasil observasi lembaga tersebut
khususnya untuk anak usia infant dan toddler, pada BKB PAUD Melati IV
tidak memiliki Prasarana terbuka.

b. Jenis-jenis Sarana Outdoor Lembaga BKB PAUD Melati IV

Berdasarkan hasil observasi yang kami temui jenis sarana outdoor yang
ada di Lembaga BKB PAUD Melati IV terdiri dari alat permainan seperti
prosotan, jungkat-jungkit dan ayunan.

Tabel 2.4 Sarana Outdoor Lembaga BKB PAUD Melati IV


SARANA
NO. URAIAN JML KONDISI FOTO
OUTDOOR
1. Prosotan Digunakan 1 Baik
untuk
permainan
anak
123

2. Jungkat- Digunakan 1 Baik


jungkit untuk
permainan
anak

3. Ayunan Digunakan 1
untuk
permainan
anak
124

3. Tempat Digunakan 1 Baik


Sepatu sebagai
tempat
pemyimpa
nan sepatu
siswa-
siswa yang
datang ke
sekolah

Mengacu pada buku pedoman pengelolaan kelas, hal yang perlu


diperhatikan dalam pemilihan sarana outdoor yaitu sebagai berikut :

“hal yang perlu diperhatikan dalam mainan di luar ruangan


yaitu:
1. Bebas dari bahan yang berbahaya
2. Penataan sarana cukup luas bagi anak untuk bergerak
bebas dan tidak perlu berdesakan
3. Ketinggian mainan sebaiknya 1.5 meter dan tingkat
kemiringan sekitar 40o
4. Dasar seluncuran cukup lembut
5. Dipastikan tidak mudah patah atau putus
6. Dikontrol dan diperbaiki secara regular
7. Seluncuran, ayunan, jungkitan dan sarana bermain
outdoor dalam kondisi baik dan cat tidak mengandung
toxin
8. Jika bahan menggunakan kayu, pastikan permukaan
kayu tersebut rapih agar terhindar dari kecelakan.”101

Dari pernyataan diatas, dalam pemilihan sarana outdoor sendiri


memiliki standar yang harus diperhatikan, sehingga dalam pemilihan sarana

101
Buku pengelolaan kelas. Op.cit,.hal : 21
125

permaina outdoor harus memperhatikan hal-hal yang berguna untuk


meminimalisirkan kecelakaan untuk anak.

Sedangkan sarana outdoor menurut buku administration of program for


young children mengakatakan dalam perencanaan taman bermain/sarana
outdoor hal yang perlu diperhatikan yaitu :

“most playground typically include unmovable equipment such


as swings, slides, a jungle gym, and sandbox. These are certainly
well used by childred, but children lose interest in them adter a
while, or their play themes may remain static”102

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, banyak permainan


outdoor atau sarana terbuka terbuat dari bahan yang tidak dapat dipindakan
seperti ayunan, seluncuran, gym hutan, dan kotak pasir. Hal tersebut tentu
baik digunakan oleh anak-anak, tetapi anak-anak terkadang kehilangan
minat mereka untuk sementara waktu, atau tema permainan mereka mungkin
tetap statik.

Menurut buku administration of program for young children, hal-hal


yang perlu diperhatikan dalam meng-setting permainan outdoor yaitu
sebagai berikut :

“(1) pathways for running or bike riding, (2) cleary defined areas
for each activity, (3) different surfaces; sand, grass, cement, dirt,
and wood chips, (4) natural areas for trees, bushes, and plants,
large boulders or logs for climbing on, (5) a sandbox with storage
for sand toys, (6) space for woodworking, art activities, and
dramatic play”103

102
Phyllis M. Click dan Kimberly A. Karkos. Op.cit,.hal: 165
103
Ibid. hal : 166
126

Pada pernyataan diatas, dalam meng-setting area outdoor perlu


diperhatikan hal-hal yaitu adanya tempat untuk bermain sepeda atau berlari,
perbedaan area seperti area berpasir, berumput, area bersemen dan
sebagainya. Selain itu terdapat pohon-pohon untuk memberikan kesan alami.
Untuk area berpasir harus tersedia loker untuk tempat penyimpanan mainan
berpasir dan yang terakhir ada jarak antara permainan kayu, seni dan
bermain peran.

Dari ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam


mengadakan sarana outdoor harus berorientasi pada anak. Dimana semakin
luasnya arena permainan outdoor, maka memberikan dampak yang baik
untuk anak. Selain itu, dalam pemilihan alat permainan outdoor hal yang
harus diperhatikan yaitu tingkat keamanan dari alat tersebut.

Sebagai contoh, jika alat permainan tersebut terbuat dari besi, maka
yang perlu diperhatikan cat tidak mengandung racun ataupun toxin, selain
itu permukaan sarana permainan tidak ada yang patah, dan jika alat sarana
permainan tersebut terbuat dari kayu, maka yang perlu diperhatikan yaitu cat
kayu tersebut tidak mengandung racun, dan permukaan kayu yang
digunakan halus. Sehingga anak terhindar dari kecelakaan

Dari hasil temuan lapangan, sarana outdoor pada BKB PAUD


Melati IV sendiri tidak sesuai dengan ketiga teori yang telah dijelaskan.
Karena pada hasil laporan observasi sendiri, sarana permainan outdoor BKB
PAUD Melati IV sudah tidak baik untuk digunakan. Dimana pada sarana
tersebut cat sudah tergelupas dan banyak bagian dari sarana tersebut sudah
tidak baik digunakan. Untuk area permainan outdoor sendiri, pada BKB
PAUD Melati IV sendiri tidak memiliki arena yang beragam. Sehingga
dalam implementasinya, sarana outdoor pun hanya terbatas pada alat
permainan seperti ayunan, jungkat-jungkit, dan porsotan.
127

4. Manajemen Prasarana dan Sarana Lembaga PAUD

Manajemen Prasarana dan Sarana merupakan proses kerjasama dalam


pendayagunaan semuah sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan
efisien.104 Manajemen sarana dan prasarana dapat juga diartikan sebagai
kegiatan menata,mulai dari merencanakan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran, pendayagunaan, pemeliharaan,
penginvertasrisan dan penghapusan serta penataan lahan, bagunan,
pelengkapan dan prabotan sekolah serta tepat guna dan tepat sasaran ( sobri,
2009).105 Manajemen sendiri menurut KBBI yaitu penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran106. Sedangkan menurut etimologi,
Manajemen diartikandalam bahasa Latin, kata manajemen berasal dari kata
manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan, jika digabung
memiliki arti menangani.

Sehingga dalam penyusunan manajemen prasarana dan sarana


lembaga PAUD sendiri harus melibatkan ke-empat pengelompokan
manajemen sarana dan prasarana. Agar sarana dan prasarana tersebut dapat
digunakan dengan baik, maka diperlukanya koordinasi pengelolaan yang
baik. Pengelolaan yang disebutkan yaitu : (1) perencanaan, pengadaan,
inventarisasi, penyimpanan, penataan, penggunaan, dan penghapusan.107

Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam manajemen


prasarana dan sarana lembaga PAUD diperlukanya pengelolaan yang baik.
agar proses kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan dapat
digunaakan tepat dan rapih.

104
Ahmad Nurabadi, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negri Malang :Malang. 2014, ( Malang, hlm :1)
105
Nurbaiti, “Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah”, volume 9,nomer 4, juli 2015,hlm 537
106
https://kbbi.web.id/manajemen diakses pada hari Minggu, 22 juli 2018. Pukul 00.00 WIB
107
Ahmad Nurabadi, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negri Malang :Malang. 2014, (Malang, hal:1)
128

a. Penentuan Kebutuhan Prasarana dan Sarana Lembaga PAUD


Berdasarkan hasil observasi kelas dan wawancara dengan kepala
sekolah, kebutuan sarana dan prasarana BKB PAUD Melati IV ditentukan
dengan musyawarah para pengajar didalam kelas.

Perencanaan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk


mempertimbakan apa saja yang dbutuhkan oleh lembaga. Selain mengenai
hal yang dibutuhkan lembaga, pencatatan juga diperlukan sebagai cara
untuk mempertimbangkan kondisi dan kemungkinan yang dapat terjadi.
Penentuan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan untuk
membantu dalam mencapai tujuan, menetapkan langkah-langkah yang akan
dilakukan. Selain hal diatas, pencatatan digunakan sebagai alat bukti kepada
pengawas.

Penentuan kebutuhan sarana dan prasarana lembaga PAUD sangat


penting dalam proses pembelajaran didalam kelas. Penentuan kebutuhan
dalam lembaga PAUD ditentukan bedasarkan analisis kebutuhan yang di
perlukan oleh pihak sekolah. Penentuan kebutuhan sarana dan prasarana
lembaga Paud harus memperhatikan hal-hal dalam kesesuaian dengan
kebutuhan yang ada di sekolah agar menjadi barang yang terpakai untuk
sekolah atau pembelajran.
Dalam proses manajemen prasarana dan sarana yang dilakukan
sebelum melakukan pengadaan yaitu prerencanaan kebutuhan. Menurut
Permendikbud no. 137 pasal 31 tahun 2014, mengatakan :
“(1) saranan dan prasarana merupaka perlengkapan dalam
penyelengagraan dan pengelolaan kegiatan pendidikan,
pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini, (2) pengadaan
sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perlu
129

disesuaikan dengan jumlah anak, usia, lingkungan sosial dan


budaya lokal, serta jenis layanan.”108
Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa dalam proses
perencanaan prasarana dan sarana lembaga PAUD, prasarana dan sarana
harus berorientasi pada anak seperti mengenai pengelolaan kegiatan
pendidikan, pengasuhan dan perlindungan untuk anak. Dalam pengadaan
sarana dan prasarana seperti hal diatas harus disesuaikan dengan jumlah
anak, usia, lingkungan sosial dan budaya lokal, dan juga jenis layanan yang
ada.

Penentuan kebutuhan lembaga PAUD harus direncanakan dengan


matang agar tidak terjadi kesalahan dalam pemebelian barang yang tidak
sesuai dengan kualifikasi, jumblah dana yang didapat, tingkat kepentingan,
dan tingkat terdesaka.109 Untuk menghidari terjadinya kesalahan dalam
pembelian barang, ke[ala sekolah harus melakukan koordinasi dengan guru,
utuk meminta saran dalam kebutuhan di dalam kelas.
Berdasarkan temuah hasil penelitian dan teori diatas, menunjukan
bahwa penetuan kebutuan Lembaga PAUD Melati IV Matraman belum
memadai dengan ketentuan kebutuhan manajemen sarana dan prasarana di
sekolah, seperti kebutuhan sarana dan prasarana dalam mengajar masih
kurang memadai, karena pada proses pengadaanya hanya dilakukan ketika
melakukan rapat antara kepala sekolah dan guru dikelas, dan kebutuhannya
kurang sesuai dengan pembelajaran yang akan dilakukan.
Solusi yang dapat diberikan yaitu, Penentuan kebutuhan sarana dan
prasarana lembaga Paud harus memperhatikan hal-hal dalam kesesuaian
dengan kebutuhan yang ada di sekolah agar menjadi barang yang terpakai
untuk sekolah atau pembelajaran.

108
Permendikbud no 137 Pasal 31 tahun 2014
109
Nurbaiti, “Manajemen Saranad dan Prasarana Sekolah” volume 9, nomer 4, juli 2015, hal 539
130

b. Proses Pengadaan Prasarana dan Sarana Lembaga PAUD


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru
kelas. Pengadaan prasarana dan sarana dilakukan dengan musyawarat
antara morinaga dan uang BOP yang diajukan oleh lembaga kepada
pemerintah.
Pengadaan perlengkapan pendidikan pada dasarnya merupakan
upaya merealisasikan rencana pengadaan perlengkapan yang disusun
sebelumnya. Pengadaan perlengkapan merupakan serangkaian kegiatan
menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan. Pengadaan sarana dan prasarana
sekolah dilakukan dengan cara, droping dari pemeritah, membeli,
sumbangan atau dari orang tua murid. Sarana dan prsarana yang pernah
didrooping dari pemerintah bisanya berupa buku pelajaran,alat permainan
untuk pembelajaran atau pun alat untuk olah raga.

Menurut buku manajemen prasarana dan sarana pendidikan dalam


perencanaan proses pengadaan prasarana dan saranna hal-hal yang perlu
disiapkan adalah sebagai berikut :
“(1) pembelian : merupakan cara pemenuhan kepenuhan sarana
dan prasarana pendidikan dengan cara melakukian transaksi antar
penjual dan pembeli. Pembelian dilakukan jika lembaga memiliki
anggaran yang tersedia, (2) meminta pinjaman, (3) pengajuan ke
pemerintah, pengajuan ke pihak yayasan (4) pengajuan ke komite
sekolah (5) tukar-menukar ke sekolah lain dan sebagainya”. 110

Dari penyataan daiatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses


pengadaan prasarana dan sarana Lembaga PAUD sendiri memiliki
berberapa cara yaitu dengan cara pembelian bila memiliki dana yang

110
Ahmad Nurabadi, “Manajemen sarana dan prasarana pendidikan”, fakultas ilmu pendidikan
Universitas Negeri Malang, 2014, (Malang, hal : 37)
131

tersedia, mengajukan peminjaman , pengajuan kepada pemerintah,


pengajuan ke pihak yayasan, mengajukan ke pihak komite sekolah dan
terakhir tukar-menukar dengan sekolah lain.

Dalam rangka penyelenggaraan lembaga PAUD pada berbagai jenis


dan jalaur pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 45 Undang-Udang
RI , Nomor 20 Tahun 2013, ketentuan mengenai penyedian sarana dan
prasarna yang bmemenuhi kebutuhan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fiik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional, dan kejiwaan peserta didik.111
Berdasarkan temuah hasil penelitian dan teori diatas, menunjukan
bahwa pengadaan sarana dan prasarana Lembaga PAUD Melati IV
Matraman sudah memadai dalam melakukan pembelian langsung melalui
dana yang tersedia dan juga melakukan pengajuan dana kepemerintah untuk
masalah pengadaan sarana dan prasarana. Sehingga lembaga tersebut
memiliki prasarana dan sarana yang memadai, hanya saja sarana dan
prasarana ditata kurang rapih dan kurang dimanfaatkan dengan baik.

Solusi yang dapat dilakukan yaitu menata sarana dan prasarana


dengan baik lagi agar dapat dipakai dengan baik. Sarana dan prasaran yang
diberikan oleh pemerinta atau dari manapun sebisa mukin bisa
dimanfaatkan dengan baik agar bisa buat pembelajaran anak atau buat
kepentingan kelas. Bukan hanya dipanjang dan ditaru dipojiokan atau ditaru
dilemari saja.

c. Pemakaian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Lembaga PAUD


Berdasarkan hasil observasi kelas dan wawancara dengan kepala
sekolah, dalam pemakaian dan pemeliharaan prasarana dan sarana yang ada
di BKB PAUD Melati IV Matraman dilakukan oleh guru yang bertugas

111
UU RI No.20 Tahun 2003, pasal 45
132

mengajar. Guru tersebut akan membereskan dan memebersikan kembali


media pembelajran yang dipakai dalam mengajar.
Pemeliharaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mempertahankan atau mengembalikan peralatan pada kondisi yang dapat
diterima. Cara pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah : a) pemeliharaan
dilakukan pada setiap hari. b) selalu dijaga kebersihan nya, digunakan saat
membutuhkan dan disimpan di tempatnya setelah digunakan. c) selalu
melakukan pengecekan terhadap sarana dan prasarana di sekolah untuk
memastikan kelayakan sarana dan prasarana tersebut. d) melakukan
pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana yang rusak kemudia diperbaiki,
saran dan prasarana yang tidak dapat diperbaiki akan disimpat dengan
benar. e) pemeliharaan berkala dilakukan terhadap gedung dan pagar
sekolah.112
Pemeliharaan sarana dan prasarana di sekolah dilakukan pada setiap
hari agar sarana dan prasarana terjaga kebersihanya dan terjaga dari
kerusakan. Sarana dan prasarana yang dilakukan dalam pemeliharaan yaitu
ruang kelas, kantor guru, halaman, dan kamar mandi. Pemeliharaan ini
dilakukan setiaphari dengan menyapu, mengepel dan menyikat.
Pemeliharaan sarana dan prasaran juga harus selalu dicek seperti meja,
bangku, lemari, dan pintu agar tidak menimbulkan kerusakan yang
berkepanjangan dan membahayakan anak-anak dalam proses
pemebelajaran.
Dalam pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan
sarana dan prasarana sangan penting dalam menjaga kebersihan kelas dan
membuat pembelajarn di dalam kelas menjadi nyaman.
Berdasarkan temuah hasil penelitian dan teori diatas, menunjukan
bahwa pemakaian dan pemeliharaan Lembaga PAUD Melati IV Matraman
belum memadai. Dikarnakan pemakaian dan pemeliharan di BKB PAUD

112
Nurbaiti, “Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah”, volume 9,nomer 4, juli 2015,hal 543
133

Melati IV Matraman masih kurang dalam menjaga kebersihan ruangan


kelas, pemeliharaan barang-barang yang sudah rusak dan pemakaian media
pembelajaran yang sudah di pakai.
Solusi yang dapat dilakukan yaitu membuat daftar piket dalam
pemeliharaan sarana dan prasarana di lembaga PAUD, serta melakukan
pencatatan dan pemakaian yang sudah tidak layak pakai dengan barang
yang layak pakai, agar lebih baik lagi dalam membagun lembaga PAUD
yang baik serta bersih dari serangga-serangga yang membuat anak-anak
menjadi tidak nyaman di dalam kelas.

d. Pencatatan/Investrarisasi Prasarana dan Sarana Lembaga PAUD


Berdasarkan hasil observasi kelas dan wawancara, guru
menjelaskan bahwa setiap prasarana dan sarana dicatat di papan invetaris
dan buku catatan inventaris sendiri di lembaga.

Gamabr 2.19 Papan inventaris

Inventarisasi sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang


dilakukan untuk mncatat seluruh barang yang ada di sekolah. Menurut
bafadal (2004) pencatatan sarana dan prasarana di sekolah dilakukan pada :
a) buku penerimaan barang, mencatat semuah barang yang diterima
134

sekolah, b) buku asal-usul barang, mencatat asal-usul barang (pembelian,


hibah/ hadiah’simbangan, tukar menukar,dan meminjam/ menyewa ), c)
buku golongan inventaris, sebagai buku pembantu untuk mencatat semuah
barang inventaris, d) buku induk inventaris, mencatat barang inventaris
milik Negara atau yayasan dalam Lingkungan sekolah menerut tanggal
penerimaan, e) buku bukan inventaris, mencatat semuah barang habis pakai,
seperti : kapur, pensil, penghapus, papan tulis, kertas HVS, tinta, dan
sebagainya, dan f) buku stok barang, mencatat barang habis pakai yang
masuk/ diterima dan barang yang keluar/ digunakan dan sisa barang/ stok
barang.113

Berdasarkan temuah hasil penelitian dan teori diatas, menunjukan


bahwa pencatatan/ Inventarisasi Lembaga PAUD Melati IV Matraman
sudah memadai, akan tetapi pencatatan masih kurang detail dalam
penulisan di papan inventari atau buku inventaris.

e. Pertanggung Jawaban Prasarana dan Sarana Lembaga PAUD

Berdasarkan hasil observasi kelas dan wawancara dengan guru,


yang bertanggung jawab dalam prasarana dan sarana pada lembaga BKB
PAUD Melati IV sendiri dipegang oleh Ibu Lili selaku kepala sekolah pada
lembaga tersebut. Namun, kepala sekolah dibantu oleh semua guru yang
berkerja dilembaga tersebut. Sehingga semua karyawan memiliki tanggung
jawab dalam menjaga dan merawat Prasarana dan Sarana yang tersedia.

Pertanggungjawaban merupakan suatu langkah timbal balik yang


harus dilakukan setelah penyedayaan prasarana dan sarana. pertanggung
jawaban ini diilakukan oleh seluruh warga sekolah kepada semua lembaga
yang memenuhi penyelengaraan prasarana dan sarana tersebut. Sebagai

113
Nurbaiti, “Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah”, volume 9,nomer 4, juli 2015,hal 541
135

contoh, pada BKB PAUD ini berkerjasama kepada morinaga dan


pemerintah. Dimana dari hasil kerjasama tersebut perlu adanya
pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada isntansi yang terkait.
Bentuk pertanggungjawaban dapat berupa fisik seperti laporan, atau
berbentuk lain seperti perawatan dan keamanan. Penjagaan prasarana dan
sarana yang baik merupakan wujud dari bentuk pertanggungjawaban
lembaga kepada instansi yang telah berkontribusi aktif kepada lembaga.

Berdasarkan temuah hasil penelitian dan teori diatas, menunjukan


bahwa pertanggungjawaban dalam prasarana dan sarana pada lembaga
BKB PAUD Melati IV belum memadai karena guru dan kepala sekolah
hanya mementikan perlengkapan pembelajaran sendiri-sendiri, seperti
dalam pengajajaran.

Solusi yang dapat dilakukan yaitu melakukan pertanggung jawaban


sarana dan prasarana dengan baik dan benar. Dengan demikian, semuah
barang sarana dan prasana dapat dipakai lagi dan tidak hilang kalau ada
penanggungjawabnya.
BAB III

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM

A. PERENCANAAN PROGRAM
Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pemaparan teori terbentuklah program untuk melakkukan peningkatan pengetahuan
dan mutu di dalam BKB. Berikut perencaan program yang telah disusun :
Tabel 3.1 Perencanaan Progam PKL
1. Program Pembenaran Visi, Misi Tujuan dan SOP
Pembenaran Sasaran : Pendidik PJ : Lutfitra dan
Visi, Misi dan Bentuk : Program ini berisi kegiatan pemaparan dan diskusi mengenai Salma
Tujuan BKB pengertian dan fungsi dari visi, misi, tujuan dan SOP di sekolah.
PAUD Tujuan : Program Pembenaran visi, misi dan tujuan ini merupakan
Pengenalan SOP program yang berisi untuk memberikan penulisan visi, misi dan tujuan
di sekolah dengan benar dan sesuai. Program berisi dengan memberikan
pengetahuan mengenai pengertian dan fungsi visi, misi dan tujuan di
lembaga pendidikan secara umum. Pengenalan SOP atau Standar
Operasional Prosedur dilakukan di dalam program ini.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan pada perlunya
pemahaman mengenai visi, misi, tujuan dan fungsi SOP di sebuah
lembaga pendidikan.
Alat dan Bahan :

136
137

• Handout materi
• Laptop
• ATK
Rencana Hasil Akhir : Pembuatan Visi, Misi, dan Tujuan di BKB
PAUD Melati IV
2. Program diskusi mengenai Kurikulum
Diskusi Sasaran : Pendidik PJ : Lutfitra dan
mengenai Bentuk : Program ini berbentuk pemaparan dan diskusi mengenai Tasya
Kurikulum kurikulum 2013
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
penerapan Kurikulum 2013 di BKB PAUD Melati IV
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan dengan kebutuhan
mengenai pemahaman dari kurikulum 2013
Alat dan Bahan :
• Handout UU no. 137 tahun 2014
• Laptop
Rencana Hasil Akhir :
3. Program Pembuatan RKH
Diskusi Sasaran : Pendidik PJ : Regina dan
mengenai Diah
138

pembuatan Bentuk : Program pembuatan RKH atau rencana kegiatan harian


Rancangan berbentuk diskusi dan berbagai macam bentuk RKH yang digunakan di
Kegiatan Harian lembaga pendidikan.
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
terhadap pendidik mengenai rencana kegiatan harian yang digunakan di
pembelajaran. Pemahaman mengenai pembuatan rencana kegiatan
harian memberikan pengetahuan yang akan diterapkan oleh pendidik
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan mengenai
kurangnya pemahaman guru dalam membuat RKH dan menerapkan
RKH di dalam pembelajaran.
Alat dan Bahan :
• Handout
• Laptop
Rencana Hasil Akhir : Silabus Rencana Kegiatan Harian
4. Program Mengenalkan 6 Program Pembelajaran
Diskusi Sasaran : Pendidik PJ : Sabita
mengenai Bentuk : Program ini berbentuk pemaparan dan diskusi mengenai 6
Program program pembelajaran yaitu bahasa, seni, matematika, sains, studi sosial
Pembelajaran dan komputer.
Tujuan :Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
terhadap pendidik mengenai enam program pembelajaran yang
139

dipelajari di pendidikan anak usia dini. Pendidik akan mengetahui dan


memahami program pembelajaran yang bisa terapkan di dalam
pembelajaran kelas.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan pendidik
karena kurangnya variasi kegiatan yang diterapkan dalam pembelajaran
dan kurangnya pemahaman mengenai kesesuaian antara program
pembelajaran dengan perkembangan yang sesuai dengan usia anak.
Alat dan Bahan :
• Handout
• ATK
Rencana Hasil Akhir :
5. Program Mengenalkan Asesmen
Diskusi Sasaran :Pendidik PJ : Lutfitra dan
mengenai Bentuk : Program ini berbentuk pemaparan dan diskusi mengenai Sabita
asesmen asesmen untuk anak usia dini.
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
terhadap pendidik mengenai pengertian, fungsi dan berbagai macam
bentuk asesmen yang digunakan di pendidikan anak usia dini. Pendidik
juga akan mengetahui mengenai pentingnya asesmen yang digunakan di
sebuah lembaga pendidikan.
140

Analisi Kebutuhan : Program ini didasarkan dengan kebutuhan


pendidik dalam kurangnya pemahaman mengenai asesmen untuk anak
usia dini.
Alat dan Bahan :
• Handout
• ATK
Rencana Hasil Akhir :
6. Program Pembuatan Format Asesmen
Diskusi Sasaran : Pendidik PJ : Lutfitra dan
pembuatan Bentuk :Program ini berbentuk pemaparan dan diskusi mengenai Sabita
format asesmen pembuatan format asesmen
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada
pendidik untuk membuat format asesmen.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan
pendidikan dalam membuat format asesmen.
Alat dan Bahan :
ATK
Rencana Hasil Akhir : Format asesmen
7. Workshop Media Pembelajaran
Workshop Sasaran : Pendidik PJ : Tasya dan
media Diah
141

Bentuk : Program ini berbentuk work shop mengenai mengenalkan


media pembelajaran untuk anak usia dini dan bagaimana cara membuat
media pembelajaran untuk anak usia dini
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
terhadap guru penggunaan media pembelajaran untuk anak. Pendidik
juga melihat alat dan bahan yang bisa dijadikan media untuk anak.
Pendidik juga ikut merasakan membuat media pembelajaran.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan pendidik
untuk mengenai pentingnya media di dalam pembelajaran khususnya
untuk anak. Program ini juga memberikan kesempatan kepada pendidik
untuk membuat sebuah media yang nantinya bisa digunakan untuk
pembelajaran.
Alat dan Bahan :
• Kertas
• ATK
• Cat
• Kertas krep
• Gambar manusia
• Kertas origami
• Gunting
142

• Lem
Rencana Hasil Akhir : Media pembelajaran
8. Pengenalan Model Area di dalam Kelas
Diskusi Model Area Sasaran : Pendidik PJ : Regina dan
Bentuk : Program ini berbentuk pemaparan dan diskusi mengenai Salma
pengaturan kelas atau setting dengan model area.
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
kepada pendidik mengenai setting kelas menggunakan area.
Penggunaan dan fungsi dalam menggunakan model area sebagai
setting kelas. Pemaparan mengenai model area juga mengenalkan
berbagai jenis area yang digunakan di dalam kelas.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan
pendidik yang selalu memakai model klasikal dalam pembelajaran
di kelas.
Alat dan Bahan :
• Handout
Rencana Hasil Akhir : Program ini diharapkan dalam mengubah
pola pembelajaran yang masih berbentuk klasikal menjadi pola
pembelajaran berbentuk area. Sehingga pembelajaran yang
dilakukan tidak hanya sebatas membaca,menulis dan berhitung
namun memberikan pembelajaran yang bermakna untuk anak.
143

9. Program mengatur setting kelas dengan model area


Mengatur setting Sasaran : Pendidik PJ : Regina dan
kelas dengan model Bentuk : Program ini berbentuk praktek atau mengatur meja dan Salma
area kursi menjadi area.
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pendidik
pengalaman langsung dalam mengatur kelas dari model klasikal
menjadi model area dengan menyesuaikan ukuran kelas yang
terbatas.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan
pendidik dalam mengatur setting kelas dalam bentuk area.
Alat dan Bahan :
• Meja
• Kursi
Rencana Hasil Akhir : Setting kelas menjadi model area
10. Program Pembuatan Pojok Baca
Sasaran : Pendidik PJ : Regina
Bentuk :Program ini berbentuk praktek dalam membuat pojok baca
atau tempat anak membaca.
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pendidik
pengalaman dalam membuat pojok baca dengan memanfaatkan
lemari yang ada di kelas dan menambah koleksi buku untuk anak.
144

Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan BKB


yang belum mempunyai pojok baca untuk siswa.
Alat dan Bahan :
• Lemari
• Buku
Rencana Hasil Akhir : Program ini diharapkan dapat memberikan
rasa penasaran anak mengenai buku dan sebagai upaya untuk
menumbuhkan minat untuk guru dalam membacakan cerita untuk
anak.

11. Program membaca cerita


Memperatekan cara Sasaran : pendidik dan siswa PJ : Salma
membaca Bentuk : program ini berbentuk praktek langsung mengenai
cerita/storytelling bagaimana cara bercertia/storytelling kepada siswa.
kepada guru Tujuan : Program ini bertujuan memberikan contoh mengenai
cara bercerita yang baik untuk anak, serta menumbuhkan minat
anak kepada buku melalui kegiatan membaca cerita.
Analisis kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan
pendidik yang minim dalam memberikan pembelajaran untuk anak.
Selain itu, kurangnya minat anak dalam memegang buku sebagai
salah satu pertimbangan dalam program tersebut.
145

Rencana hasil akhir : Program ini diharapkan dapat memberikan


pengetahuan guru mengenai cara membaca cerita dan menambah
minat anak kepada buku.

12. Diskusi mengenai sarana dan prasarana


Diskusi tentang Sasaran : Pendidik PJ : Salma dan
sarpras di sekolah Bentuk : Program ini berbentuk pemaparan dan diskusi mengenai Sabita
sarana dan prasarana yang ada di lembaga pendidikan.
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
dan pemaparan kepada pendidik mengenai sarana dan prasarana
yang ada di sekolah.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan
pendidik dalam kurangnya pemahaman mengenai sarana dan
prasarana di sekolah.
Alat dan Bahan :
• Handout
Rencana Hasil Akhir : Program ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada kepala sekolah dan pendidik mengenai
persyaratan dan standar yang diperlukan dalam membuat lembaga
PAUD
146

13. . Program Pembiasaan Penerapan Aturan di Sekolah


Sasaran : Siswa dan Pendidik PJ : Salma
Bentuk : Program ini merupakan pelatihan atau praktek dalam
mengajar siswa di sekolah mengenai penerapan aturan di sekolah.
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pembiasaan
anak yang belum memahami aturan di sekolah. Dengan cara
menerapkan aturan kepada siswa yang sebelumnya belum
dilaksanakan pada BKB PAUD Melati IV Matraman.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan
pendidik dalam menerapkan aturan di sekolah. Pendidik belum
menerapkan aturan di sekolah sehingga siswa belum memiliki
pembiasaan perilaku disiplin.
Alat dan Bahan :
Rencana Hasil Akhir : Program ini diharapkan dapat memberikan
arahan kepada siswa dalam mengikuti aturan di sekolah. Serta
memberikan metode penerapan aturan kepada guru di sekolah
14. Program Pembiasaan alat main dan media di sekolah
Sasaran : Siswa dan Pendidik PJ : Tasya
Bentuk : Program ini berbentuk pelatihan dan praktek mengajar
anak di BKB PAUD Melati IV
147

Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pembiasaan


kepada siswa untuk membereskan alat main dan media di sekolah.
Analisis Kebutuhan : Progam ini didasarkan oleh kebutuhan
pendidik dalam melakukan pembiasaan kepada siswa untuk
merapikan alat main selama pembelajaran.
Alat dan Bahan :
• Media pembelajaran
Rencana Hasil Akhir :
15. Program Pembiasaan menaruh sepatu dan tas
Sasaran : Siswa PJ : Diah
Bentuk : Program ini berbentuk praktek mengajar siswa di BKB
PAUD Melati IV.
Tujuan : Progam ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
terhadap pendidik mengenai pembiasaan menaruh sepatu dan tas di
tempat yang telah disediakan.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan
pendidik dengan memberikan contoh dalam membiasakan siswa
dalam menaruh tas dan sepatu.
Alat dan Bahan :
• Sepatu
• Tas
148

• Meja untuk tempat menaruh tas siswa


Rencana Hasil Akhir :
16. Program Keterlibatan Orang Tua
Sasaran : Pendidik dan Orang tua PJ : Sabita dan
Bentuk : Program ini berbentuk stimulasi dimana orang tua melihat Diah
proses pembelajaran dalam bentuk area dan menggunakan media
pembelajaran yang sesuai untuk anak.
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
kepada orang tua dan pendidik bahwa pengajaran di sekolah tidak
hanya di sekolah tetapi juga di rumah.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh keadaan BKB
PAUD Melati IV dimana kurangnya keterlibatan orang tua di
sekolah untuk mengetahui keadaan anak.
Alat dan Bahan :
• Media Pembelajaran
• Kursi untuk orang tua
Rencana Hasil Akhir :
17. Program Pembuatan Mading
Workshop Sasaran : Pendidik PJ : Tasya dan
pembuatan mading Salma
149

Bentuk : Program ini berbentuk praktek dalam membuat mading


dan papan pengumuman untuk ditempel di dinding BKB PAUD
Melati IV.
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pendidik
pengalaman langsung saat membuat mading sekolah sehingga
pendidik bisa membuat papan mading sendiri untuk menampilkan
atau mendisplay hasil karya anak.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh kebutuhan
pendidik yang belum bisa dalam membuat papan pengumuman atau
papan display untuk menampilkan hasil karya anak di sekolah.
Alat dan Bahan :
• Papan
• Karton
• Busa ati
• Gunting
• Lem
• Kertas Origami
Rencana Hasil Akhir : Papan mading ditempel di dinding BKB
PAUD Melati IV
18. Program Kegiatan Menanam
150

Sasaran : Pendidik dan siswa PJ : Diah dan


Bentuk : Program ini berbentuk praktek mengajak siswa untuk Lutfitra
menanam sebagai salah satu kegiatan mengajar di BKB PAUD
Melati IV.
Tujuan : Program ini bertujuan untuk memberikan pendidik bahwa
kegiatan pembelajaran tak hanya diberikan dengan kertas dan pensil
tetapi bisa memberikan pembelajaran dengan praktek dengan bahan
yang disediakan seperti tanah dan biji buah.
Analisis Kebutuhan : Program ini didasarkan oleh pengalaman
pendidik yang kurang dalam memberikan kegiatan pembelajaran
yang masih menggunakan paper and pencil.
Alat dan Bahan :
• Polybag
• Tanah
• Biji semangka
• Sekop
Rencana Hasil Akhir : Tanaman buatan siswa
19. Program Pendampingan Pelaksanaan Program
Evaluasi Program Sasaran : Pendidik PJ : Lutfitra
151

Bentuk : Program ini berbentuk evaluasi yang dilakukan


mahasiswa untuk melihat sejauh mana perkembangan pendidik
dalam mengelola BKB PAUD Melati IV.
Tujuan :Program ini bertujuan untuk melihat hasil perkembangan
pendidik dalam mengatur dan mengelola BKB PAUD Melati IV
berdasarkan diskusi yang sudah dilakukan sebelumnya. Evaluasi ini
untuk menilai apakah ada kemajuan atau tidaknya proses
perkembangan di BKB PAUD Melati IV selama masa PKL.
Analisis Kebutuhan : Proram ini didasarkan untuk memberikan
pendidik dalam mengaplikasikan hal yang didiskusikan mengenai
kebutuhan BKB PAUD Melati IV sehingga akan terjadi kemajuan
atau tidak selama pendampingan pelaksanaan program.
Alat dan Bahan :
Rencana Hasil Akhir : Kemajuan pendidik dalam
mengaplikasikan kedalam program.
152

Berdasarkan tabel perencaan progrm diatas, berikut jadwal perencanaan pelaksanaan program PKL :
Tabel 3.2 Perencanaan Pelaksanaan Program
Kamis 18 Oktober 2018 Jum'at 9 November 2018

Selasa 23 Oktober 2018 Selasa 13 November 2018

Kamis 25 Oktober 2018 Jum'at 16 November 2018

Sabtu 27 Oktober 2018 Sabtu 17 November 2018

Selasa 30 Oktober 2018 Kamis 22 November 2018

Jum'at 2 November 2018 Jum'at 23 Novenber 2018

Sabtu 3 November 2018 26-30 November 2018

Selasa 6 November 2018


153

B. Pelaksanaan Program
Adanya penyesuaian jadwal pelaksnaan program dengan jadwal kegiatan di lembaga, maka berikut uraian pelaksanaan
program yang dilaksanakan :
Tabel 3.3 Pelaksanaan Program PKL
WAKTU
NAMA PENANGGUN
No. PELAKSAN DESKRIPSI PROGRAM DOKUMENTASI
PROGRAM G JAWAB
AAN
1. 23 Oktober 1. Pelaksanaan Secara Lutfitra dan
2018 Umum Salma
Kegiatan pengenalan
program PKL ini diawali
dengan memberikan surat
Perkenalan permohonan izin untuk
untuk melaksanakan PKL di
melaksanakan lembaga tersebut.
program Selanjutnya pemaparan
Perkenalan mengenai Program-
program yang akan
Program yang akan dijalankan.
dilaksanakan selama
bulan Agustus hingga
Desember. Penjelasan
mengenai program PKL
154

ini diuraikan dengan


memperjelas sasaran
capaian pelaksanaan
program yaitu guru,
lembaga, dan anak.
Setelah pemaparan
program, dilanjutkan
dengan mengajukan
penjadwalan pelaksanaan
program. Program yang
dilaksanaan nantinya akan
disesuaikan dengan
jadwal kegiatan yang ada
di lembaga tersebut
dikarenakan pelaksanaan
proses belajar mengajar
BKB PAUD Melati IV
Matraman ini
menggunakan balai
warga.
155

2. Faktor Pendukung
Adapun faktor pendukung
terhadap pelaksanaan
program ini adalah dengan
hadirnya beberapa guru
untuk memberikan
pendapat dalam
perancanaan penjadwalan
pelaksanaan program

3. Faktor Penghambat
Adapun faktor
penghambat dari kegiatan
ini adalah banyaknya
kegiatan dan rutinitas guru
yang dilakukan sehingga
tidak tuntasnya proses
penyesuaian jadwal
pelaksanaan program dan
kurangnya sikap
kooperatif dari guru.
156

2. 24 Oktober 2018 1. Pelaksanaan secara Lutfitra dan


umum Salma
Kegiatan ini berupa
paparan dan diskusi
mengenai visi, misi,
tujuan sekolah dan SOP
Diskusi mengenai visi, misi dan tujuan
kegiatan pembelajaran
sekolah.
pada lembaga PAUD
Pembenaran
Melati IV Matraman.
Visi, Misi dan
Pada kegiatan ini
Tujuan
dimulai dari mahasiswa
Sekolah serta
menjelaskan makna
SOP
dari visi, misi, tujuan
sekolah dan SOP
Berdiskusi mengenai SOP di sekolah
dengan menggunakan
handout yang telah
disediakan. Setelah
selesai menjelaskan,
dilanjutkan dengan
membenahi visi,misi,
157

tujuan yang ada


dilembaga.
2.Faktor p pendukung
Faktor yang
mendukung pada
pelaksanaan program
tersebut adalah
ketersediaan kepala
sekolah dan guru dalam
mengikuti diskusi
bersama mahasiswa.
3.Faktor penghambat
Faktor penghambat dari
berlangsungnya
program diatas adalah
kesibukan dari kepala
sekolah dan guru,
sehingga perlu
menyocokan waktu
agar dapat
melaksanakan kegiatan
158

diskusi bersama dengan


baik
3. 1. Pelaksanaan secara Lutfitra dan
umum. Tasya
Kegiatan ini berupa
paparan dan diskusi
mengenai kurikulum
2013 pada BKB PAUD
Melati IV Matraman. Berdiskusi mengenai kurikulum
Pada kegitan ini
dimulai dari mahasiswa
Diskusi
menjelaskan apa itu
Kurikulum
kurikulum 2013 dengan
menggunakan handout
yang telah disediakan.
2. Faktor Pendukung
Factor yang
mendukung pada
pelaksanaan program
tersebut adalah
ketersediaan kepala
159

sekolah dan guru dalam


mengikuti diskusi yang
di paparkan mahasiswa.
3. Faktor
Penghambat
Faktor penghambat dari
berlangsungnya
program diatas adalah
kesibukan dari kepala
sekolah dan guru dalam
mengikuti diskusi yang
kami buat, dan kepala
sekolah dan guru
kurang fokus dalam
mengikuti kegiatan ini.
160

4. 25 Oktober 1. Pelaksanaan secara Diah dan Regina


2018 umum
Program ini dirancang
untuk pendalaman
bagaimana membuat
RKH yang sesuai
dengan tahapan
perkembangan anak,
karena dari tahapan
Pembuatan
perkembangan tersebut
Rencana
guru dapat menilai apa
Kegiatan
saja aspek yang belum
Harian
berkembang sehingga Diskusi untuk membuat rencana
guru dapat merancang kegiatan harian ( RKH)
kegiatan untuk
meningkatkan aspek
yang belum
berkembang dengan
maksimal.
161

2. Faktor pendukung
Faktor pendukung
program ini ialah guru
masih mau meluangkan
waktunya disela
kesibukan setelah
mengajar.
3. Faktor penghambat
Saat dijelaskan
pembuatan RKH guru
kurang aktif dan belum
ada rasa ingin
merancang membuat
kegiatan yang lebih
menarik dalam
pembelajaran.
162

5. 25 Oktober 2018 1. Pelaksanaan Sabita


26 Oktober 2018 Secara Umum
27 Oktober 2018 Kegiatan diskusi
mengenai materi
pembelajaran adalah
berdiskusi dengan
guru-guru mengenai
Diskusi mengenai materi
materi pembelajaran.
pembelajaran
Materi pembelajaran
Diskusi
yang dijelaskan adalah
mengenai
matematika, sains,
Materi
bahasa, studi sosial dan
Pembelajaran
seni. Materi pertama
yang dibahas adalah
matematika.
Pembahasan dengan
pendidik mengenai
matematika adalah
konsep pembelajaran
yang sesuai dengan
perkembangan dan usia
163

anak. Konsep
pembelajaran
matematika yang
dijelaskan adalah
korespondensi satu-
satu, sequence, pola,
geomteri dan analisis
data.
Materi kedua yang
dijelaskan adalah sains.
Konsep pembelajaran
di sains adalah
mengajarkan tentang
manusia, hewan,
tanaman, zat seperti
benda cair, benda padat
dan gas, benda-benda
langit seperti matahari
dan bulan.
Materi selanjutnya
yang dibahas adalah
164

bahasa. Bahasa terbagi


menjadi 4 yaitu
berbicara,
mendengarkan,
membaca dan
menulis.Materi yang
dibahas mengenai
bahasa adalah
perkembangan bahasa
anak, faktor yang
mempengaruhi bahasa
pada anak dan kegiatan
untuk merangsang
perkembangan bahasa
anak.
Materi selanjutnya
adalah studi sosial.
Pembahasan mengenai
10 materi dalam studi
sosial, yaitu sejarah,
ekonomi, budaya,
165

pemerintahan, orang,
sains dan teknologi
serta global connection.
Materi terakhir yang
dibahas adalah seni.
Pembahasan materi
seni adalah seni terbagi
menjadi tiga yaitu seni
rupa, seni tari dan
drama.
2.Faktor Pendukung
Pendidik yang
mendengarkan
penjelasan materi dan
berdiskusi mengenai
perbandingan antara
teori yang dijelaskan
dengan kenyataan di
sekolah.
166

3.Faktor Penghambat
Faktor penghambat
pada saat pelaksanaan
program adalah
kurangnya aktif
pendidik untuk
bertanya lebih lanjut
mengenai materi
pembelajaran sehingga
diskusi ini berjalan
sangat cepat. Saat
menanyakan kepada
pendidik apakah ada
pertanyaan mengenai
materi hari ini dan
mereka menjawab tidak
ada.
6. 30 oktober 2018 Diskusi 1. Pelaksanaan Lutfitra dan
mengenai Program secara Sabita
asesmen umum
167

Kegiatan diskusi
mengenai asesmen
adalah kegiatan
berdiskusi dengan
pendidik membahas
asesmen. Materi
asesmen yang
dijelaskan adalah Berdiskusi mengenai asesmen
pengertian asesmen,
fungsi asesmen, dan
berbagai macam
asesmen yang
digunakan di
pendidikan anak usia
dini
2. Faktor Pendukung
Diskusi Pembuatan Asesmen
Faktor pendukung pada
saat pelaksanaan
program adalah
pendidik yang
mendengarkan
168

penjelasan. Pendidik
juga menceritakan
pengalamannya
mengenai asesmen
mereka yang sudah
pernah membuat format
asesmen dengan bentuk
tabel tetapi ditolak oleh
pihak Himpaudi dan
harus menggantinya
dengan format
deskripsi.
3. Faktor
Penghambat
Faktor penghambat
pada saat pelaksanaan
program adalah dimana
kesibukan guru-guru
sehingga terhambatnya
waktu bahkan ada guru
yang tidak datang.
169

7. 1. Pelaksanaan Sabita dan


Secara Umum Lutfitra
Kegiatan diskusi
pembuatan format
asesmen ini diawali
dengan evaluasi hasil
diskusi mengenai
model-model
pencatatan asesmen
Diskusi
yang ada. Pelaksanaan
Pembuatan Diskusi pembuatan format asesmen
evaluasi ini bertujuan
Format
untuk mengetahui
Asesmen
tingkat pemahaman
guru terhadap materi
diskusi yang telah di
paparkan. Proses
evaluasi ini dilakukan
dengan tanya-jawab
dan meminta guru
untuk memberikan
pendapat mengenai
170

model pencatatan
asesmen yang mudah
untuk di pahami.
Setelah proses evaluasi
di laksanakan. Guru
diminta untuk membuat
model pencatatan
asesmen yang dipahami
dan diminta untuk
memberikan alasan.
2. Faktor Pendukung
Adapun fakot
pendukung berjalannya
kegiatan ini ialah
kesiapan dalam
penyajian materi dan
kesiapan dalam
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
guru.
171

3. Faktor
Penghambat
Adapun faktor
penghambat dalam
melakukan kegiatan ini
adalah tidak aktifnya
guru dalam melakukan
diskusi dan kurangnya
sikap kooperatif dari
guru sehingga proses
diskusi dan pembuatan
asesmen tidak
terlaksana dengan baik.
8. 2 November 2018 1. Pelaksanaan secara Tasya dan Diah
umum.
Kegitan ini merupakan
Workshop
program pembuatan
Media
media pembelajar
Pembelajaran
untuk mengubah cara
pembelajaran yang
lebih kreatif dan
172

menarik untuk belajar.


Program ini dilakukan
di BKB PAUD Melatih
IV Matrama karena
dalam pembuatan
media pembelajaran
masih minim dan
kurang efektif dalam
Workshop media
pengajarn di kelas.

2. Faktor Pendukung
Faktor yang
mendukung pada
pelaksanaan program
tersebut adalah
ketersediaan guru
dalam melihat
pembuatan media
pembelajar bersama
mahasiswa.
173

3. Faktor
Penghambat.
Faktor penghambat dari
berlangsungnya
program diatas adalah
kurangnya kooperatif
kepala sekolah dan guru
dalam memperhatikan
mahasiswa yang sedang
menjelaskan tentang
media pembelajaran
yang lebih kreatif dan
menarik minat anak
untuk belajar.
9. 2 November 2018 1.Pelaksanaan secara Salma dan
umum Regina
Diskusi Model Kegiatan ini berupa
Area diskusi bersama dengan
Pembelajaran kepala sekolah dan
guru. Pada kegiatan ini
mahasiswa
174

memberikan penjelasan
mengenai model Diskusi mengenai model area
pembelajaran area. pembelajaran

2.Faktor pendukung
Faktor pendukung pada
kegiatan diskusi ini
adalah ketersediaan
kepala sekolah dan guru
dalam mengikuti
diskusi mengenai
metode pembelajaran
area.
3.Faktor penghambat
Faktor penghambat dari
program diatas adalah
kurangnya tenaga
pekerjaan lembaga
tersebut. Sehingga
dalam implementasi
hanya dilakukan pada
saat mahasiswa dapat
175

membantu. Selain itu,


siswa pada lembaga
tersebut belum mampu
belajar dengan metode
pembelajaran area
karena masih terbiasa
dengan metode
pembelajaran area.
10. 3 November 2018 1. Pelaksanaan secara Salma dan
umum Regina
Program ini memiliki
tujuan untuk
Mengatur memperbarui suasana
Setting Kelas belajar anak dikelas.
dengan model Sebelumnya kegiatan
area belajar lebih kearah Hasil membuat setting kelas menjadi
klasikal, dengan area
merubah setting kelas
dengan model area
diharapkan proses
176

belajar akan lebih aktif


lagi.
2. Faktor pendukung
Faktor pendukung
program ini ialah
adanya meja dan kursi
anak yang mencukupi
sehingga bisa dibagi
menjadi 3 area belajar
yaitu area bahasa, area
matematika, dan area
seni.
3.Faktor penghambat
Faktor penghambat
dalam program ini ialah
jumlah guru yang
kurang memungkinkan
apabila model area
diterapkan setiap
harinya, dikarenakan
guru yang merangkap
177

menjadi kepala sekolah


juga merupakan orang
aktif dalam kelompok
PKK sehingga sering
tidak berada disekolah.
11. 6 November 2018 1.Pelaksanaan secara Regina
7 November 2018 umum
Kegiatan ini bertujuan
untuk menumbuhkan
minat baca pada anak,
sehingga anak bisa
mendapatkan informasi
Pembuatan tambahan melalui buku
Pojok Baca yang anak baca.
2.Faktor Pendukung
Terdapat lemari Pojok baca di sekolah

berkaca yang berguna


sebagai tempat
penyimpanan, karena
lemarinya tidak terlalu
tinggi dan kacanya
178

tidak buram
memungkinkan akan
terlihat oleh anak dan
anak akan
membacanya.
3.Faktor Penghambat
Adapun faktor
penghambat dalam
program ini ialah, guru
kurang aktif dalam
menumbuhkan minat
baca pada anak.
Sebagian besar anak
belum mampu
membaca dengan baik,
dan guru tidak berusaha
membacakan cerita
pada anak.
12. 7 November 2018 Program 1.Pelaksanaan secara Salma
8 November 2018 membaca umum
179

cerita/storytell Kegiatan ini berbentuk


ing praktek langsung
mengenai cara
bercertia/storytelling
kepada anak.
Mahasiswa
membacakan cerita
Membacakan cerita kepada siswa di
dengan buku yang telah
sekolah
disediakan oleh
mahasiswa.
2.Faktor pendukung
Faktor pendukung pada
program tersebut
adalah tersedianya
berbagai ragam buku
cerita yang disiapkan
oleh mahasiswa. Selain Membacakan cerita kepada siswa di

itu, rasa antusias murid kelas

ketika dibacakan cerita


oleh guru merupakan
faktor pendukung
180

dalam kegiatan
tersebut.
3.Faktor penghambat
Faktor penghambat
pada program tersebut
adalah kurangnya
antusias guru dalam
belajar membacakan
cerita kepada anak.
Sehingga guru tidak
memerhatikan
bagaimana cara
bercerita yang baik
kepada anak.
13. 9 November 2018 1. Pelaksanaan Salma dan
Diskusi secara umum Sabita
mengenai Pelaksanaan program
sarana dan ini berisi kegiatan untuk
prasarana di berdiskusi mengenai
sekolah sarana dan prasarana di Berdiskusi mengenai sarana dan
sekolah. Menjelaskan prasarana
181

standar sarana dan


prasarana yang ada di
BKB PAUD Melati IV
apakah sudah sesuai
dengan standar yang
ada di JUKNIS PAUD
Holistik Integratif.
2. Faktor Mendengarkan penjelasan
mengenai sarana dan prasarana
Pendukung sesuai Juknis HI
Pelaksanaan program
untuk berdiskusi
mengenai sarana dan
prasarana berjalan
dengan lancar karena
pendidik
mendengarkan dan
bertanya mengenai hal-
hal yang berkaitan
dengan sarana dan
prasarana di sekolah.
182

3. Faktor
Penghambat
Faktor penghambat
program adalah
kesibukan yang
dimiliki oleh pendidik
di PAUD sehingga ada
guru yang tidak datang.
14. 26 November 2018 1.Pelaksanaan secara Salma
umum
Kegiatan ini berupa
pembiasaan kepada
anak mengenai aturan
Pembiasaan disekolah. Mahasiswa
aturan di memberikan contoh
sekolah kepada guru bagaimana
Menerapkan aturan selama
cara memberikan
pembelajaran di sekolah
arahan kepada murid
mengenai aturan yang
berlaku di sekolah.
2.Faktor Pendukung
183

Faktor pendukung dari


berlangsungnya
kegiatan tersebut yaitu
guru memberikan
kebebasan kepada
mahasiswa dalam
mengajarkan aturan
kepada murid.
3.Faktor Penghambat
Faktor penghambat dari
berlangsungnya
kegiatan diatas adalah
guru hanya
memberikan kebebasan
pada mahasiswa dalam
mengajarkan aturan
kepada murid, namun
guru pada lembaga
tersebut tidak
memerhartikan
bagaimana cara
184

mengajarkan aturan
kepada anak. Guru
hanya duduk diruang
guru.
15. 26 November 2018 1. Pelaksanaan secara Tasya
umum.
Kegitan ini berupa
pembiasaan merapikah
kembali mainan dan
media pembelajaran
Pembiasaan
yang telah dipakai.
aturan
Mahasiswa
mengatur alat
menjelaskan dan
main dan
memberikan contoh
media di
kepada guru dan anak,
sekolah
untuk merapihkan
kembali mainan dan
media pembelajaran
yang sudah di pakai,
dengan cara ngasih tau
untuk menggembalikan
185

mainan dan media


pembelajaran yang
sudah di pakai
ketempat yang sudah
disediakan, agar tertata
dengan rapih dan
bersih.
2. Faktor Pendukung
Faktor yang
mendukung dari
berlangsungnya
kegiatan ini yaitu guru
mau mendukung
kegitan dalam
mengatur mainan dan
media pembelajaran
untuk anak-anak.
3. Faktor
Penghambat
Faktor penghabat dari
kegitan ini yaitu, guru
186

kurang kooperatif
dalam mengikuti
kegiatan ini, guru hanya
melihat dan sibuk
dengan urusannya,
sedangkat kegiatan ini
juga untuk guru dalam
merapikan media
pembelajaranya yang
mereka pakai saat
mengajar, karna guru
merupakan contoh
utama di dalam kelas.
16. 26 November 2018 1. Pelaksanaan secara Diah
umum
Pembiasaan Kegiatan ini berupa
menaruh pembiasaan kepada
sepatu dan tas anak mengenai
di sekolah menaruh sepatu dan tas
pada tempat yang sudah Para siswa merapikan sepatu di kelas

disediakan. Mahasiswa
187

memberikan contoh
kepada siswa
bagaimana cara
menaruh sepatu yang
benar dan
menyusunnya dengan
siswa yang
Sebelum diterapkan atura menaruh
mengikutinya.
tas
2.Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari
berlangsungnya
kegiatan tersebut yaitu
siswa siswi dapat
mengikuti arahan yang
di berikan oleh guru
3.Faktor Penghambat Setelah menerapkan aturan, Siswa
Dalam program ini meletakkan tas di atas meja yang
disediakan
tidak ada faktor
penghambat
188

17. 3 Desember 2018 1.Pelaksanaan secara Sabita dan Diah


umum
Kegiatan ini berupa
pengenalan proses
pembelajaran di
sekolah dalam model
area dan media
pembelajaran yang
Orang tua melihat proses pembelajaran
sesuai dengan anak
Program kepada orang tua.
Keterlibatan Orang tua di undang
Orang Tua untuk melihat seperti
apa pengajaran di
sekolah dan mahasiswa
memberitahu bahwa
pembelajaran di
sekolah itu tidak harus
menggunakan buku dan
pensil, dapat di ganti
dengan membuat art
and craft, bermain
189

puzzle, mencari huruf,


dll. Mahasiswa
memberitahu bahwa
kegiatan tersebut dapat
membuat anak siap
dalam calistung.
2.Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari
berlangsungnya
kegiatan tersebut yaitu
orang tua dari siswa
dapat hadir dan
mengikuti program ini,
serta guru memberikan
kesempatan kepada
mahasiswa dalam
melaksanakan program
ini.
3.Faktor Penghambat
Faktor penghambat dari
berlangsungnya
190

kegiatan diprogram ini


adalah orang tua yang
masih menekankan
hasil anak dalam
calistung.
18. 23 November 2018 1. Pelaksanaan secara Tasya dan
umum. Salma
Kegiatan ini berupa
pembuatan mading dan
papan hasil karya anak.
Mahasiswa membuat
mading dan papan hasil
Program Pembuatan mading di ruang belajar
karya anak untuk
Pembuatan
memberikan informasi
Mading
kepada orang tua dan
ngasih tau hasil karya
yang anak buat selama
pembelajran di dalam
kelas.
Mading di temple di dinding BKB
2. Faktor Pendukung
PAUD Melati IV
191

Faktor pendukung dari


berlangsungnya
pembuatan mading dan
papan hasil karya anak
yaitu guru memberikan
akses untuk membuat
mading dan papan hasil
karya anak di sekolah.
3. Faktor
Penghambat
Faktor penghabat
dalam pembuatan
mading dan papan hasil
karya anak yaitu Hasil produk akhir

kurangnya guru dalam


mengikuti pembuatan
mading dan papan hasil
karya anak. Guru hanya
melihat dan duduk
dikursi saja sambil
main hanpone.
192

19. 29 November 2018 1.Pelaksanaan secara Lutfitra dan


umum Diah
Kegiatan ini berupa
cara menanam tanaman
dalam bentuk
senderhana. Mahasiswa
menjelaskan cara
menanam buah
semangka di polybag
Program kemudian siswa akan
Kegiatan menanam di kelas
Kegiatan mencoba
Menanam mempraktekkan
menanam di polybag
dan hasilnya pun di
berikan langsung ke
siswa.
2.Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari
berlangsungnya
kegiatan tersebut yaitu
guru memberikan
193

kebebasan kepada
mahasiswa dalam
melakukan prgram
menanam tananaman
ini dan siswa siswa
yang semangat dalam
melakukan kegiatan
Penjelasan Cara Menanam
menanam.
3.Faktor Penghambat
Faktor penghambat dari
berlangsungnya
kegiatan diatas adalah
ketidak ikut sertaan
guru dalam
memperhatikan
ataupun dalam Proses Kegiatan Menanam
mengajar.
194

20. 26 November 2018 1. Pelaksanaan Lutfitra


28 November 2018 Secara Umum
Pada tanggal 26
November 2018
kegiatan ini diawali
dengan melakukan
persiapan media
pembelajaran yang
Pendampingan Program
akan digunakan.
Program
Selanjutnya guru
Pendampingan
menyapa anak-anak
Pelaksanaan
yang berdatangan silih
Program
berganti. Selanjutnya
pada pukul 09.00 WIB,
kegeiatan pembelajaran
dimulai. Pada awal
pembelajaran guru
menyapa anak,
menyanyi, dan berdo’a
bersama. Setelah itu
guru memberikan
195

selembar kertas. Pada


kertas tersebut sudah
tertera gambar dan
tulisan yang anak akan
tirukan. Setelah anak
selesai mengerjakan
LK yang diberikan,
anak diperkenankan
untuk istirahat,
bermain, dan memakan
bekal yang dibawanya.
Proses
pembelajaran pada sesi
pertama dilaksanakan
pada pukul 09.15-09
45.
Setelah istirahat kami
memberikan contoh
kembali bagaimana
proses mengajar yang
menarik untuk anak.
196

Pada tanggal 28
November 2018
kegiatan ini dimulai
sesuai dengan rutinitas
yang telah di lakukan.
Tidak adanya
perubahan sikap dan
proses pengajaran yang
dilakuka oleh guru.
2. Faktor Pendukung
Adapun faktor yang
mendukung dalam
pelaksanaan program
ini adalah sikap
kooperatif anak dalam
menerima model
pembelajaran yang
baru.
3. Faktor
Penghambat
197

Adapun faktor
penghambat dalam
melaksanakan program
ini ialah tidak sikap
kooperatif dari guru
dalam menerima materi
yang telah didiskusikan
sebelumnya. Sikap
acuh guru terhadap
proses perkembangan
anak terlihat ketika
guru memberikan
materi dan kegiatan
kepada anak. Terlihat
bahwa guru tidak
melaksanakan program
yang telah diberirkan,
serta sikap guru yang
memahami bahwa
pengalaman adalah
segalanya
198

dibandingkan dengan
melaksanakan teori
yang ada.
Selanjutnya terlihat
bahwa guru belum
menerapkan aturan
kepada anak, tidak
adanya media yang
meranik saat
pembelajaran, dan
kurangnya sikap empati
guru kepada anak.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan dengan observasi, perencanaan program sampai pelaksanaan
program dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program PKL tidak berjalan
lancar. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini dikarenakan kesibukan para
pendidik di BKB PAUD Melati IV sehingga waktu untuk melaksanakan program
tidak terlalu banyak sehingga pelaksanaan program dalam sehari dapat dijalankan
beberapa program. Faktor lainnya adalah kurangnya apresiasi yang diberikan
pendidik kepada Program PKL dikarenakan mereka yang terlalu sibuk dan hanya
satu atau dua guru yang dapat menghadiri. Faktor motivasi dan semangat juga
menjadi alasan lainnya kurang terlaksana. Pendidik menyerahkan kepada
Mahasiswa PKL untuk membuat sebuah program pembelajaran yang seharusnya
dibuat bersama oleh pendidik sendiri.
Walau begitu, pendidik mendengarkan dan dapat diajak berdiskusi mengenai
pendidikan anak usia dini dengan membandingkan teori dan pengalaman mereka
saat mengajar di BKB PAUD Melati IV. Pendidik merasa antusias saat workshop
media pembelajaran. Pendidik belajar untuk mengetahui membuat media
pembelajaran boleh menggunakan bahan-bahan bekas.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan mengenai program PKL ini adalah bahwa tidak
semua Pos PAUD dapat menerima pengetahuan begitu saja mengenai Pendidikan
Anak Usia Dini hanya selama dua bulan. Apalagi pendidik Pos PAUD sudah
mengikuti pelatihan diklat sehingga merasa Waktu yang begitu cepat belum
memberikan motivasi dan semangat kepada pendidik untuk memajukan POS
PAUD sehingga belum bisa terlaksana secara baik. Sehingga, PKL belum bisa
menjadi pilihan terbaik bagi beberapa pendidik di Pos PAUD.

199

Anda mungkin juga menyukai