Pengertian
Tumor jinak jaringan lemak atau lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit
yang terdiri dari lemak. Biasanya tumor jinak jaringan lemak atau lipoma banyak ditemukan pada usia
lanjut (40-60 tahun). Meski demikian tidak menutup kemungkinan juga dapat dijumpai pada anak-anak.
Gejala
Gejala tumor jinak jaringan lemak atau lipoma adalah adanya benjolan di beberapa bagian tubuh.
Beberapa tanda yang bisa Anda perhatikan adalah:
Pengobatan
Pada dasarnya tumor jinak jaringan lemak atau lipoma tidak memerlukan tindakan apapun, kecuali bila
berkembang menjadi ganas. Meski jarang terjadi, perubahan lipoma menjadi mengkhawatirkan bila
disertai nyeri dan mengganggu pergerakan.
Biasanya seseorang menjalani operasi bedah untuk alasan estetik. Operasi yang dijalani merupakan
operasi kecil, yaitu dengan cara menyayat kulit diatasnya dan mengeluarkan tumor jinak jaringan lemak
atau lipoma yang ada.
ATEROMA
*Kista Ateroma*
Merupakan benjolan yang terbentuk dari kelenjar sebacea, dan terbentuk akibat adanya sumbatan pada
muara kelenjar tersebut. Disebut juga sebagai kista sebasea. Biasa ditemukan di daerah yang
mengandung kelenjar sebasea, seperti daerah wajah, kepala, dan punggung. Kista ateroma jarang
ditemui di telapak kaki dan tangan.
*Penyebab*:
Sumbatan pada muara kelenjar sebasea, dapat disebabkan oleh infeksi (folikulitis), trauma
(luka/benturan), atau jerawat. Sehingga menyebabkan obstruksi pada kelenjar.
*Klinis*:
Banyak dijumpai di kulit yang banyak mengandung kelenjar keringat, misalnya di muka,kepala,punggung
Benjolan berbentuk bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, bebas dari dasar dan dapat digerakkan tetapi
melekat pada kulit di atasnya.
Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas yang disebut pungta
Isi berupa cairan kental atau bubur eksudat berwarna putih abu-abu, kadang disertai bau asam.
Merah dan nyeri jika terjadi peradangan
*Terapi*
Dilakukan tindakan bedah minor dengan mengambil benjolan dengan menyertakan kulit dan isinya,
tujuannya untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga ke dindingnya secara utuh.
HERNIA
Definisi
Suatu keadaan keluarnya jaringan/organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu
lubang/celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga lainnya ( secara kongenital /
aquisital)
Kelainan kongenital misal : batang otak turun melalui foramen occipital magnum.
Berdasarkan definisi di atas , bila ada suatu organ yang keluar sampai ke kulit disebut
Hernia, misal : post laparatomi, timbul infeksi pada jahitan sehingga jahitan robek
(dehisiensi) dan terjadi eviserasi ( jahitan robek organ keluar ke permukaan kulit ).
Hernia terjadi akibat adanya tempat2 yang lemah disebut Locus Minoris Resistentiae
(LMR), misal :
Acquisita : Fascia transversa abdominis
Kongenital : Processus vaginalis peritonii persistent
Bagian-bagian Hernia
1. Pintu Hernia LMR yang dilalui kantong hernia
2. Kantong Hernia peritoneum parietal
Tidak semua hernia mempunyai kantong, misal : H.Incisional,H.Adiposa
3. Leher Hernia bagian tersempit
4. Isi Hernia Gaster, usus, vu, ovarium, omentum
Etiologi
Kongenital
Sempurna proses intra uterin
Terjadi sejak lahir, misal : H.Umbilikalis, H.Epigastrika, Omphalocele congenital
Tidak Sempurna
Waktu lahir tak tampak, setelah ada faktor predisposisi baru nampak, misal : HIL akibat
processus vaginalis abdominis persistens tak dapat masuk ke scrotum
Acquisita
Tekanan intra abdominal yang meninggi
Pada pasien2 yang sering mengejan, faktor pencetus : Batuk kronis, BPH, partus,
ascites,vesicolithiasis
Konstitusi tubuh
Orang gemuk lebih sering dari orang kurus (Asthenis), karena banyak jaringan
lemaknya
Faktor Predisposisi :
- Congenital :
- Proc. Vaginalis peristen
- Canalis nuck persisten
- Obliterasi tak sempurna umbilicus
- Acquisita
- Luka operasi
- Kelemahan otot :
- Obesitas
- Kehamilan
- Malnutrisi
- Ketuaan
- Gangguan syaraf
Faktor Presipitasi :
- Batuk kronis
- Constipasi
- Retensi urine chronis
- Partus
- Muntah-muntah
- Angkat berat
- ascites
Pembagian Hernia
Secara Klinis
Reponabilis dapat dimasukkan kembali tanpa operasi
Irreponabilis Tidak dapat dimasukkan, harus operasi (strangulasi)
Inkarserata H.Irreponabilis disertai gejala Illeus
Akreta mengalami perlengketan
Hernia Abdominalis
Externa
Isi hernia berasal dari cavum abdominalis melalui LMR keluar sampai subkutis, terdiri
dari :
HIL, HIM
Umbilikalis
Epigastrika
Lumbalis
Semilunaris
Pelvica femoralis, obturatoria, perinealis, ischiadica
Interna
Isi hernia dari cavum abdominalis masuk ke rongga lain
Diagnosis ditentukan dengan rontgen foto
Intra-peritonealis
H.Epiploicum Winslowi
H.Bursa omentalis
H.Mesenterica
Retro-peritonealis
H.paraduodenalis
H.recessus illeocecalis
H.recessus sigmoideus
Hernia Diafragmatica Morgagni. Bochdalek, Hiatal
Hernia Littre
Kelainan embrionik, adanya divertikulum Meckeli yang keluar melalui LMR
Hernia Sliding
Suatu keadaan dimana organ peritoneal (usus,colon sigmoid) seakan meluncur
kebawah, dan akan membentuk dinding posterior kantong hernia.
Hernia Interstitialis
Akibat kesalahan reposisi, sehingga organ tidak masuk ke cavum abdomen tetapi masuk
ke celah antara jaringan (lamina musculoaponeurotic)
Akibat yang ditimbulkan : pembuluh darah pecah, ruptur isi hernia
Hernia Pantalon
Terdapatnya H.Inguinalis dan medial secara bersama-sama pada satu sisi.
Hernia Spiegel
Terjadi pada linea semilunaris dibawah linea semisirkularis, namun diatas vasa
epigastriga inferior menyilang tepi lateral m.rektus abdominis
Diagnosis
Anamnesis
Timbul benjolan/massa yang semakin membesar pada posisi berdiri dan akan mengecil
pada posisi tidur
Pada anak kecil : sering nangis? mengejan, batuk, kencing lancar/tidak
Pada usia lanjut : pekerjaan & aktivitas,penyakit kronis, BPH, sering partus
Hernia femoralis : benjolan pada kaki
Bila isinya usus 3 hari menimbulkan hernia inkarserata
Bila isinya bukan usus gangguan (-) misal : tuba,omentum,ovarium
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pasien disuruh berdiri & mengejan timbul benjolan pada lipat paha, bentuk lonjong
(lateral), bulat (medial)
Beda dengan limphadenopati benjolan tetap ada pada posisi tidur
Benjolan di atas lipat paha (Inguinalis), dibawah lipat paha (femoralis)
Benjolan pada scrotum kemungkinan : tumor, H.scrotalis atau hidrocele. diapanaskopi
(+) hidrocele
Untuk bedakan tumor atau hernia disuruh mengejan bertambah besar (hernia)
Palpasi
Teraba massa , fluktuasi(+), batas tegas
Beda HIL & HIM Pada HIL :
Anulus inguinalis lateral ditekan, penderita disuruh mengejan teraba benjolan
Annulus inguinalis medial ditekan, penderita mengejan teraba benjolan
Pada anak-anak : teraba silk sign (seperti benang sutera), merupakan proc vaginalis
persisten
Perkusi tympani bila isinya usus
Auskultasi suara usus
Diapanaskopi (Transiluminasi) melihat ada tidaknya cairan untuk membedakan
dengan hidrokele
Penanganan Hernia
Konservatif
Reposisi memasukan isi hernia ke dalam cavum abdomen
Suntikan setelah reposisi berhasil, cairan sklerotik (alkohol/kinin)
Sabuk hernia bila pintu hernia masih kecil
Operatif
Indikasi
Hernia Reponabilis elektif
Hernia Irreponabilis 2x24 jam
Hernia Inkarserata Speed operasi
Menilai keadaan hernia
waktu :
- < 24 jam : baru terjadi jepitan
- 24 – 28 jam : Iskhemi
- 48 – 72 jam : Ganggren
- > 3 hari : nekrosis
Usus :
Kondisi usus membiru / iskhemi / nekrose
Vaskularisasi :
Bila setelah pemberian NaCl (5 mnt) terjadi perubahan warna usus, dari biru menjadi
merah (viabel), bila tetap (non viabel/nekrose)
Bila non-viabel :
- KU baik dilakukan reseksi kemudian disambung end to end tutup herniorapi,
hernioplasty
Tujuan :
Reposisi isi hernia
Menutup pintu hernia untuk hilangkan LMR
Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut
Tahap Operasi
Herniotomy
Membuka & memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke cavum
abdominalis
Hernioraphy
Mengikat leher hernia & menggantungkannya ke conjoint tendon
Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale, agar LMR hilang dan
dinding perut menjadi kuat
Lapisan-lapisan HIL :
1. Kulit
2. Fascia spermatica ext.
3. Fascia & m. cremosterica
4. Fascia sprematica int.
5. Preperitoneal fat
6. Peritoneum
Ini merupakan lapisan yang dibuka ketika kita melakukan operasi mulai dari yang paling luar sampai ke
yang paling dalem.
Lapisan-lapisan HIM
1. Kulit
2. Fascia abd. Superticialis
3. (aponeurosis M.O.A.E)
4. Fascia transversa abdomen
5. Peritoneum
Bassini
Setelah kantong diherniotomi
Teugel pada funikulus spermatikus tetap dipertahankan
Kemudian di plasti conjoint tendon + lig inguinale +tuberkulum pubikum
Teugel kemudian dilepas
Jahit aponeurosis oblikus eksternus
Halsted
Setelah kantong diherniotomi
Teugel pada funikulus spermatikus tetap dipertahankan
Kemudian di plasti conjoint tendon + lig inguinale + tuberkulum pubikum
Teugel masih dipertahankan
Jahit aponeurosis oblikus eksternus dibawah funikulus spermatikus
Kalau dr MS JAHIT APONEUROSIS KE LIGAMENTUM INGUINALE JUGA
Kemudian teugel baru dilepas
APENDISITIS
APPENDIX VERMIFORMIS
Organ intraperitonal
Penggantung: mesoappendix
Proyeksi pangkal appendix: titik McBurney (1/3 lateral garis Monroe, yaitu garis yang
menghubungkan SIAS kanan dan umbilicus)
Titik Lanz: pada 1/3 dextra garis khayal penghubung SIAS dextra et sinistra
Posisi appendix antara lain:
- Retrocaecal: di belakang caecum, paling banyak (64 %)
- Preileal: di atas ileum
- Retroileal: di belakang ileum
- Pelvis minor (intrapelvis): di bawah linea terminalis
Infeksi
Biasanya secara hematogen dari tempat lain, misal : pneumonia, tonsilitis dsb. Antara
lain jenis kuman : E. Coli, Streptococcus
Akibat sumbatan / obstruksi mengakibatkan sekresi mukus terganggu , sehingga
tekanan intra lumen meningkat mengakibatkan gangguan drainage pada :
Limfe :
Oedem kuman masuk ulcerasi mukosa Appendisitis akut
Vena :
TrombusIskhemikuman masuk pus Appendisitis Supuratif
Arteri :
Nekrosis kuman masuk ganggren Appendisitis ganggrenosa Perforasi
peritonitis umum
Untuk appendicitis acute yang telah mengalami komplikasi, misal perforasi, peritonitis dan
infiltrat atau abses, gejala klinisnya seperti dibawah ini (Ellis, 1989).
Perforasi :
Terjadi pada 20% penderita terutama usia lanjut. Rasa nyeri bertambah dasyat dan mulai
dirasa menyebar, demam tinggi (rata-rata 38,3 der. C). Jumlah lekosit yang meninggi
merupakan tanda khas kemungkinan sudah terjadi perforasi.
Peritonitis :
Peritonitis lokal merupakan akibat dari mikroperforasi dari appendicitis yang telah
mengalami gangrene. Sedangkan peritonitis umum adalah merupakan tindak lanjut daripada
peritonitis lokal tersebut. Bertambahnya rasa nyeri, defans musculer yang meluas, distensi
abdomen, bahkan ileus paralitik, merupakan gejala-gejala peritonitis umum. Bila demam
makin tinggi dan timbul gejala-gejala sepsis, menunjukkan peritonitis yang makin berat.
Abses / infiltrat :
Merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba masa lunak di abdomen kanan bawah. Seperti
tersebut diatas karena perforasi terjadilah “walling off” (pembentukan dinding) oleh omentum
atau viscera lainnya, sehingga terabalah
massa (infiltrat) di regio abdomen kanan bawah tersebut. Masa mula-mula bisa berupa
plegmon, kemudian berkembang menjadi rongga yang berisi pus. Dengan USG bisa dideteksi
adanya bentukan abses ini. Untuk massa atau infiltrat ini, beberapa ahli menganjurkan anti
biotika dulu, setelah 6 minggu kemudian dilakukan appendektomi. Hal ini untuk
menghindari penyebaran infeksi
Appendicitis kronika
Kelanjutan dari appendicitis akuta
Macamnya :
Apendicitis kronika focalis
Mikroskopis :
Tuberosis melingkar, setempat pada submukosa sehingga menyebabkan stenosis
Infiltrat lekosit dan sel plasma tersebar di seluruh dinding appendix
Hiperplasi folikel limfoid setempat
Apendicitis kronika obliterans
Fibrosis luas pada submukosa dan subserosa. Mukosa dan lumen menghilang (obliterasi) terutama di distal. Lumen
terisi jaringan ikat yang sering disertai fecolit dengan reaksi sel benda asing. Folikel limfoid seluruh mukosa hiperplasia.
Seluruh lapisan penuh infiltrat lekosit dan sel plasma.
YANG KHAS : FIBROSIS SUBMUKOSA DAN SUBSEROSA, SEL RADANG MENAHUN
Keuntungan Kerugian
Median Perdarahan sedikit Sering terjadi hernia sikatriks
Tidak memotong saraf dan otot Ugly scar
Eksplorasi dapat luas Sering komplikasi pernafasan
Waktu yg dibutuhkan cepat
DD;
A: Appendicitis
P: Pelvic Inflammatory Disease, Period (Menstrual)
P: Pancreatitis
E: Endometriosis, Ectopic pregnancy
N: Neoplasia
D: Diverticulitis
I: Intussusception
C: Cyst (ovarian)
I: Inflammatory bowel disease (Crohn’s)
T: Torsion (ovary)
I: Irritable bowel syndrome
S: Stones
Arteri iliaca interna arteri hypogastrica arteri vesicalis inferior arteri prostatica
Vena iliaca interna hubungan pleksus venosus prostatica
FAM FIBROKISTIK
1. Bagaimana hasil dan interpretasi PA pada FAM ?
Epitel kelenjar yang sebagian hiperplastik/proliferasi dengan sel-sel yang tersusun rapat, dengan
lumen terdapat suatu massa asidofil yang merupakan sekresi dari sel-sel stroma/glandula terdiri dari
jaringan ikat fibrokolagen padat
2. Bagaimana insisi pada FAM?
-Sirkum aerola
-Radier
3. Model insisi pada MRM?
Macam macam insisi adalah Stewart, Orr, Willy Meyer, Halsted, insisi S
4. Macam-macam operasi bedah berdasarkan kontaminan?
Menurut Tietjen, Bossemeyer & Noel (2011), klasifikasi luka bedah terdiri dari empat kategori sebagai
berikut :
1. Kelas I - Bersih
Luka Operasi yang tidak terinfeksi serta tanpa peradangan dan tidak masuk saluran pernapasan,
gastrointestinal dan perkemihan. Contohnya hernia repair, biopsi mammae.
2. Kelas II - Bersih Terkontaminasi
Luka yang masuk saluran napas, gastrointestinal, genital atau saluran perkemihan di bawah kondisi
terkontrol tetapi tanpa kontaminasi luar biasa. Contohnya cholecystectomy, operasi saluran
pencernaan elektif.
3. Kelas III - Terkontaminasi
Luka terbuka luka baru atau suatu pembedahan dalam teknik aseptic dan termasuk suatu insisi dimana
ditemukan peradangan akut tidak bernanah. Contohnya trauma, luka jaringan yang luas, enterotomy
saat obstrusi usus.
4. Kelas IV – Kotor
Luka lama dengan jaringan mati dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang telah ada atau perforasi
usus, yang menyebabkan infeksi pasca pembedahan yang terdapat luka sebelum pembedahan. Contoh
: Perforasi diverculitis, infeksi nekrotik jaringan lunak.
5. Apa beda eksisi, incisi dan enukleasi?
-Eksisi adalah tindakan pengangkatan massa tumor dan jaringan sehat disekitarnya
-Insisi merupakan tindakan pembedahan dimana sebagian kecil dari benjolan yang timbul
-Enukleasi merupakan suatu proses untuk mengambil semua lesi kista tanpa rupture.
6. Bagaimana pemeriksaan fisik massa di mammae ?
- Pasien duduk melintang di atas tempat periksa, pakaian dibuka setinggi pusar dan tangan tergantung
santai. Diamati semetrisasi dan perubahan bentuk kedua payudara.
- Kedua tangan diangkat ke atas kepala, sambil mengamati simetrisasi dan perubahan gerakan
payudara.
- Tarikan kulit mungkin pertanda kanker. Untuk lebih jelas massa ditekan diantara dua jari sambil
memperhatikan dimpling siga.
- Pasien duduk melintang di atas tempat periksa, pakaian dibuka setinggi pusar dan tangan tergantung
santai. Diamati semetrisasi dan perubahan bentuk kedua payudara.
- Kedua tangan diangkat ke atas kepala, sambil mengamati simetrisasi dan perubahan gerakan
payudara.
- Tarikan kulit mungkin pertanda kanker. Untuk lebih jelas massa ditekan diantara dua jari sambil
memperhatikan dimpling siga.
7 Apa manfaat dilakukan USG pada tumor mammae ?
- Menentukan tumor jenis Cyste atau Solid
- Menetapkan kelainan palpabel mungkin dengan mammografi kurang jelas /occult
8 Klasifikasi ANDI
9 Klasifikasi page pada fibrokistik
10 Triple dx ca mammae
1. Klinis
2. Mamografi + USG
3. FNA
11 Resiko dilakukan insisi sirkumareola
12 Posisi terbanyak FAM
Kwadran lateral atas
Phimosis
Derajat fimosis
Meuli dkk. menilai keparahan phimosis dalam 4 derajat yaitu :
1. Derajat I : preputium sepenuhnya dapat diretraksi, dengan cincin stenotik pada shaft penis
2. Derajat II : preputium dapat diretraksi sebagian dengan eksposure parsial pada glans
3. Derajat III : preputium dapat di retraksi sebagian dengan eksposure pada meatus saja
4. Derajat IV : preputium tidak dapat diretraksi sama sekali.
Klasifikasi lain dari keparahan phimosis dikemukakan oleh Kikiros dkk. yaitu sebagai berikut ;
1. Derajat 0 : preputium bisa diretraksi penuh
2. Derajat 1 : preputium dapat diretraksi penuh tapi preputium tegang di belakang glans
3. Derajat 2 : eksposure parsial glans
4. Derajat 3 : retraksi parsial dengan eksposure hanya pada meatus
5. Derajat 4 : retraksi dapat dilakukan sedikit sekali dengan glans dan meatus tidak terekspose sama
sekali
6. Derajat 5 : sama sekali tidak bisa retraksi.
Berdasarkan keadaan preputium, phimosis dikategorikan berdasarkan peningkatan keparahan yaitu
preputium normal, preputium cracking, scarred dan BXO (balanitis obliterans xerotica).
Hemmoroid
2. Knee-elbow position.
Baik untuk perabaan prostat dan vesikula seminalis.
3.Dorsal position.
Pasien tidur dengan posisi setengah duduk posisi lutut ditekukkan(fleksi). Telunjuk tangan kanan
pasien masuk kedubur dengan melintasi dibawah paha kanan pasien. Untuk bimanual
palpasi tangan kiri diatas suprapubis.
4. Lithotomy position.
Dilakukan pada meja operasi. Bimanual dengan telunjuk kanan pada rektum sedang
tangan kiri pada supra pubis
Cholelithiasis
Panjang rektum 15 cm