Anda di halaman 1dari 22

LIPOMA

Pengertian

Tumor jinak jaringan lemak atau lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit
yang terdiri dari lemak. Biasanya tumor jinak jaringan lemak atau lipoma banyak ditemukan pada usia
lanjut (40-60 tahun). Meski demikian tidak menutup kemungkinan juga dapat dijumpai pada anak-anak.

Gejala

Gejala tumor jinak jaringan lemak atau lipoma adalah adanya benjolan di beberapa bagian tubuh.
Beberapa tanda yang bisa Anda perhatikan adalah:

 Benjolan biasanya bersifat lunak saat diraba dan dapat digerakkan.


 Benjolan berukuran kecil, tidak lebih dari tiga sentimeter. Namun tumor dapat tumbuh hingga
berukuran enam sentimeter, namun jarang lebih dari itu.
 Benjolan tidak nyeri.
 Benjolan tidak berwarna.
 Pertumbuhan tumor biasanya sangat lambat dan jarang berkembang menjadi ganas.

Pengobatan

Pada dasarnya tumor jinak jaringan lemak atau lipoma tidak memerlukan tindakan apapun, kecuali bila
berkembang menjadi ganas. Meski jarang terjadi, perubahan lipoma menjadi mengkhawatirkan bila
disertai nyeri dan mengganggu pergerakan.

Biasanya seseorang menjalani operasi bedah untuk alasan estetik. Operasi yang dijalani merupakan
operasi kecil, yaitu dengan cara menyayat kulit diatasnya dan mengeluarkan tumor jinak jaringan lemak
atau lipoma yang ada.
ATEROMA
*Kista Ateroma*

Merupakan benjolan yang terbentuk dari kelenjar sebacea, dan terbentuk akibat adanya sumbatan pada
muara kelenjar tersebut. Disebut juga sebagai kista sebasea. Biasa ditemukan di daerah yang
mengandung kelenjar sebasea, seperti daerah wajah, kepala, dan punggung. Kista ateroma jarang
ditemui di telapak kaki dan tangan.

*Penyebab*:
Sumbatan pada muara kelenjar sebasea, dapat disebabkan oleh infeksi (folikulitis), trauma
(luka/benturan), atau jerawat. Sehingga menyebabkan obstruksi pada kelenjar.

*Klinis*:
Banyak dijumpai di kulit yang banyak mengandung kelenjar keringat, misalnya di muka,kepala,punggung

Benjolan berbentuk bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, bebas dari dasar dan dapat digerakkan tetapi
melekat pada kulit di atasnya.
Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas yang disebut pungta
Isi berupa cairan kental atau bubur eksudat berwarna putih abu-abu, kadang disertai bau asam.
Merah dan nyeri jika terjadi peradangan

*Terapi*
Dilakukan tindakan bedah minor dengan mengambil benjolan dengan menyertakan kulit dan isinya,
tujuannya untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga ke dindingnya secara utuh.
HERNIA
Definisi
Suatu keadaan keluarnya jaringan/organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu
lubang/celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga lainnya ( secara kongenital /
aquisital)
Kelainan kongenital misal : batang otak turun melalui foramen occipital magnum.
Berdasarkan definisi di atas , bila ada suatu organ yang keluar sampai ke kulit disebut
Hernia, misal : post laparatomi, timbul infeksi pada jahitan sehingga jahitan robek
(dehisiensi) dan terjadi eviserasi ( jahitan robek organ keluar ke permukaan kulit ).
Hernia terjadi akibat adanya tempat2 yang lemah disebut Locus Minoris Resistentiae
(LMR), misal :
 Acquisita : Fascia transversa abdominis
 Kongenital : Processus vaginalis peritonii persistent

Bagian-bagian Hernia
1. Pintu Hernia  LMR yang dilalui kantong hernia
2. Kantong Hernia  peritoneum parietal
Tidak semua hernia mempunyai kantong, misal : H.Incisional,H.Adiposa
3. Leher Hernia  bagian tersempit
4. Isi Hernia  Gaster, usus, vu, ovarium, omentum

Etiologi
 Kongenital
 Sempurna  proses intra uterin
Terjadi sejak lahir, misal : H.Umbilikalis, H.Epigastrika, Omphalocele congenital
 Tidak Sempurna
Waktu lahir tak tampak, setelah ada faktor predisposisi baru nampak, misal : HIL akibat
processus vaginalis abdominis persistens tak dapat masuk ke scrotum
 Acquisita
 Tekanan intra abdominal yang meninggi
Pada pasien2 yang sering mengejan, faktor pencetus : Batuk kronis, BPH, partus,
ascites,vesicolithiasis
 Konstitusi tubuh
Orang gemuk lebih sering dari orang kurus (Asthenis), karena banyak jaringan
lemaknya

 Banyak Preperitoneal fat  H.Adiposa, H.epigastrika


 Distensi dinding perut  ascites, partus
 Sikatrik  jahitan tak sempurna
 Penyakit yang melemahkan otot2 dinding perut  poliomyelitis anterior

Faktor2 yang mempengaruhi Insiden Hernia


 Herediter  Individu type asthenik (fascia transversa abdom lemah)
 Umur dan Pekerjaan  usia > 50 th krn dinding perut mulai melemah
 Jenis Kelamin
 HIL banyak pada laki2 krn terdapat processus vaginalis peritonii
 H.Femoralis banyak pada wanita karena :
 Sering partus  tekanan intraabdominal meningkat dan anulus femoralis melemah
 Bentuk pelvis lebih horisontal  tekanan lig inguinale lebih besar  anulus femoralis
melemah
 Keadaan Tubuh
Obesitas  preperitoneal fat banyak  fasc transversa abdominis lemah  H.Adiposa

 Conjoint tendon dibentuk oleh MOAI & m.transversus abdominis


 Trigonum Hasselbachii terletak antara m.rektus abdominis dan Fovea inguinalis
medialis

Faktor Predisposisi :
- Congenital :
- Proc. Vaginalis peristen
- Canalis nuck persisten
- Obliterasi tak sempurna umbilicus
- Acquisita
- Luka operasi
- Kelemahan otot :
- Obesitas
- Kehamilan
- Malnutrisi
- Ketuaan
- Gangguan syaraf
Faktor Presipitasi :
- Batuk kronis
- Constipasi
- Retensi urine chronis
- Partus
- Muntah-muntah
- Angkat berat
- ascites

Pembagian Hernia
 Secara Klinis
 Reponabilis  dapat dimasukkan kembali tanpa operasi
 Irreponabilis  Tidak dapat dimasukkan, harus operasi (strangulasi)
 Inkarserata  H.Irreponabilis disertai gejala Illeus
 Akreta  mengalami perlengketan

 Hernia Abdominalis
 Externa
Isi hernia berasal dari cavum abdominalis melalui LMR keluar sampai subkutis, terdiri
dari :
 HIL, HIM
 Umbilikalis
 Epigastrika
 Lumbalis
 Semilunaris
 Pelvica  femoralis, obturatoria, perinealis, ischiadica

 Interna
Isi hernia dari cavum abdominalis masuk ke rongga lain
Diagnosis ditentukan dengan rontgen foto
 Intra-peritonealis
 H.Epiploicum Winslowi
 H.Bursa omentalis
 H.Mesenterica
 Retro-peritonealis
 H.paraduodenalis
 H.recessus illeocecalis
 H.recessus sigmoideus
 Hernia Diafragmatica  Morgagni. Bochdalek, Hiatal

 Ada tidaknya kantong


 Berkantong  peritoneum
 Tidak berkantong  H.adiposa, H.Incisionalis, H.sikatriks

 Hernia bentuk khusus


 Hernia Richter
Sebagian dinding usus menonjol, sedang sebagian besar dari usus diluar kantog hernia.

 Hernia Littre
Kelainan embrionik, adanya divertikulum Meckeli yang keluar melalui LMR

 Hernia Sliding
Suatu keadaan dimana organ peritoneal (usus,colon sigmoid) seakan meluncur
kebawah, dan akan membentuk dinding posterior kantong hernia.

 Hernia Interstitialis
Akibat kesalahan reposisi, sehingga organ tidak masuk ke cavum abdomen tetapi masuk
ke celah antara jaringan (lamina musculoaponeurotic)
Akibat yang ditimbulkan : pembuluh darah pecah, ruptur isi hernia

 Hernia Pantalon
Terdapatnya H.Inguinalis dan medial secara bersama-sama pada satu sisi.

 Hernia Spiegel
Terjadi pada linea semilunaris dibawah linea semisirkularis, namun diatas vasa
epigastriga inferior menyilang tepi lateral m.rektus abdominis

 Hernia Permagna  separo isi rongga perut masuk ke kantong hernia


Komplikasi Hernia
 Perlekatan / H.Akreta
 Hernia Irreponabilis
 Jepitan  vaskularisasi terganggu  iskhemi  ganggren  nekrose
 Infeksi
 Obstipasi  obstruksi / konstipasi
 Hernia Inkarserata  Illeus

Diagnosis
 Anamnesis
 Timbul benjolan/massa yang semakin membesar pada posisi berdiri dan akan mengecil
pada posisi tidur
 Pada anak kecil : sering nangis? mengejan, batuk, kencing lancar/tidak
 Pada usia lanjut : pekerjaan & aktivitas,penyakit kronis, BPH, sering partus
 Hernia femoralis : benjolan pada kaki
 Bila isinya usus  3 hari menimbulkan hernia inkarserata
 Bila isinya bukan usus  gangguan (-) misal : tuba,omentum,ovarium

 Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
 Pasien disuruh berdiri & mengejan  timbul benjolan pada lipat paha, bentuk lonjong
(lateral), bulat (medial)
 Beda dengan limphadenopati  benjolan tetap ada pada posisi tidur
 Benjolan di atas lipat paha (Inguinalis), dibawah lipat paha (femoralis)
 Benjolan pada scrotum kemungkinan : tumor, H.scrotalis atau hidrocele. diapanaskopi
 (+) hidrocele
Untuk bedakan tumor atau hernia  disuruh mengejan  bertambah besar (hernia)

 Palpasi
 Teraba massa , fluktuasi(+), batas tegas
 Beda HIL & HIM  Pada HIL :
 Anulus inguinalis lateral ditekan, penderita disuruh mengejan  teraba benjolan
 Annulus inguinalis medial ditekan, penderita mengejan  teraba benjolan
 Pada anak-anak : teraba silk sign (seperti benang sutera), merupakan proc vaginalis
persisten
 Perkusi  tympani bila isinya usus
 Auskultasi  suara usus
 Diapanaskopi (Transiluminasi)  melihat ada tidaknya cairan untuk membedakan
dengan hidrokele
Penanganan Hernia
 Konservatif
 Reposisi  memasukan isi hernia ke dalam cavum abdomen
 Suntikan  setelah reposisi berhasil, cairan sklerotik (alkohol/kinin)
 Sabuk hernia  bila pintu hernia masih kecil

 Operatif
 Indikasi
 Hernia Reponabilis  elektif
 Hernia Irreponabilis  2x24 jam
 Hernia Inkarserata  Speed operasi
 Menilai keadaan hernia
 waktu :
- < 24 jam : baru terjadi jepitan
- 24 – 28 jam : Iskhemi
- 48 – 72 jam : Ganggren
- > 3 hari : nekrosis
 Usus :
 Kondisi usus membiru / iskhemi / nekrose
 Vaskularisasi :
Bila setelah pemberian NaCl (5 mnt) terjadi perubahan warna usus, dari biru menjadi
merah (viabel), bila tetap (non viabel/nekrose)
Bila non-viabel :
- KU baik dilakukan reseksi kemudian disambung end to end  tutup  herniorapi,
hernioplasty

- KU jelek : dilakukan Vorlagerung/exteriorisasi


Usus yg nekrose dikeluarkan ditaruh diatas paha, beri lubang untuk keluar feses. 2-3
hari bila KU baik dilakukan usus yang lubang di reseksi terus E to E anastomose.
 Peristaltik  (+) setelah pemberian NaCl terjadi peristaltik

 Tujuan :
 Reposisi isi hernia
 Menutup pintu hernia untuk hilangkan LMR
 Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut

 Tahap Operasi
 Herniotomy
Membuka & memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke cavum
abdominalis
 Hernioraphy
Mengikat leher hernia & menggantungkannya ke conjoint tendon
Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale, agar LMR hilang dan
dinding perut menjadi kuat

Operasi Hernia pada Anak.


 Usia < 1 tahun  teknik MICHELE BENC
Dilakukan tanpa membuka aponeurosis musculus abdominis externus (tanpa
membuka canalis inguinalis medialis)
Cara :
mengambil kantong hernia lewat annulus inguinalis medialis  herniotomy 
hernioraphy tanpa digantung pada conjoint tendon, tanpa hernioplasty

 Usia > 1 tahun  teknik POTT


Cara : canalis inguinalis dibuka herniotomy  hernioraphy tanpa digantung pada
conjoint tendon , tanpa hernioplasty

Lapisan-lapisan HIL :
1. Kulit
2. Fascia spermatica ext.
3. Fascia & m. cremosterica
4. Fascia sprematica int.
5. Preperitoneal fat
6. Peritoneum
Ini merupakan lapisan yang dibuka ketika kita melakukan operasi mulai dari yang paling luar sampai ke
yang paling dalem.
Lapisan-lapisan HIM
1. Kulit
2. Fascia abd. Superticialis
3. (aponeurosis M.O.A.E)
4. Fascia transversa abdomen
5. Peritoneum

 Isi Hernia → berupa organ/jaringan yang menonjol.


Isi hernia bisa berupa :
- Omentum
- Usus
- Sebagian dinding usus → disebut hernia Richter
- Divertikulum Meckel → disebut hernia littre (singkatan : METROLI)
- Dua loop usus → disebut hernia Maydl
- Vesica urinaria → biasanya terjadi pada orang tua
- Ovarium dan tuba
The spermatic cord contains multiple structures including :
 the superficial spermatic fascia derived from Camper’s and Scarpa’s fascia;
 the external spermatic fascia, derived from external oblique muscle;
 the internal spermatic fascia, derived from transversalis fascia;
 a circumferential layer of cremaster muscle, derived from internal oblique muscle;
 the cremasteric or external spermatic artery;
 the vas deferens and arteries to the vas deferens;
 the testicular or internal spermatic artery, which arises from the aorta just inferior to the
renal arteries;
 the pampiniform venous plexus, which coalesces into the testicular veins and drains into
the inferior vena cava on the right and the renal vein on the left;
 the ilioinguinal nerve;
 the genital branch of the genitofemoral nerve;
 sympathetic fibers from the hypogastric plexus.

Bassini
 Setelah kantong diherniotomi
 Teugel pada funikulus spermatikus tetap dipertahankan
 Kemudian di plasti  conjoint tendon + lig inguinale +tuberkulum pubikum
 Teugel kemudian dilepas
 Jahit aponeurosis oblikus eksternus
Halsted
 Setelah kantong diherniotomi
 Teugel pada funikulus spermatikus tetap dipertahankan
 Kemudian di plasti  conjoint tendon + lig inguinale + tuberkulum pubikum
 Teugel masih dipertahankan
 Jahit aponeurosis oblikus eksternus dibawah funikulus spermatikus
 Kalau dr MS  JAHIT APONEUROSIS KE LIGAMENTUM INGUINALE JUGA
 Kemudian teugel baru dilepas
APENDISITIS
APPENDIX VERMIFORMIS
 Organ intraperitonal
 Penggantung: mesoappendix
 Proyeksi pangkal appendix: titik McBurney (1/3 lateral garis Monroe, yaitu garis yang
menghubungkan SIAS kanan dan umbilicus)
 Titik Lanz: pada 1/3 dextra garis khayal penghubung SIAS dextra et sinistra
 Posisi appendix antara lain:
- Retrocaecal: di belakang caecum, paling banyak (64 %)
- Preileal: di atas ileum
- Retroileal: di belakang ileum
- Pelvis minor (intrapelvis): di bawah linea terminalis

Grade Appendisitis pada Anak :


I. Simple
II. Suppuren
III. Ganggren S-S-G-R-A
IV. Ruptur
V. Abses

Etiologi & Patogenesis


Penyebab belum diketahui
Faktor yang mempengaruhi :
 Obstruksi
1. Hiperplasi kelenjar getah bening (60%)
2. Fecolith (35%)  masa feces yang membatu
3. Corpus alienum (4%)  biji2an
4. Striktur lumen (1%)  kinking , krn mesoappendiks pendek, adesi

 Infeksi
Biasanya secara hematogen dari tempat lain, misal : pneumonia, tonsilitis dsb. Antara
lain jenis kuman : E. Coli, Streptococcus
Akibat sumbatan / obstruksi mengakibatkan sekresi mukus terganggu , sehingga
tekanan intra lumen meningkat mengakibatkan gangguan drainage pada :
 Limfe :
Oedem  kuman masuk  ulcerasi mukosa  Appendisitis akut
 Vena :
TrombusIskhemikuman masuk pus  Appendisitis Supuratif
 Arteri :
Nekrosis  kuman masuk  ganggren  Appendisitis ganggrenosa  Perforasi
 peritonitis umum

Untuk appendicitis acute yang telah mengalami komplikasi, misal perforasi, peritonitis dan
infiltrat atau abses, gejala klinisnya seperti dibawah ini (Ellis, 1989).
Perforasi :
Terjadi pada 20% penderita terutama usia lanjut. Rasa nyeri bertambah dasyat dan mulai
dirasa menyebar, demam tinggi (rata-rata 38,3 der. C). Jumlah lekosit yang meninggi
merupakan tanda khas kemungkinan sudah terjadi perforasi.

Peritonitis :
Peritonitis lokal merupakan akibat dari mikroperforasi dari appendicitis yang telah
mengalami gangrene. Sedangkan peritonitis umum adalah merupakan tindak lanjut daripada
peritonitis lokal tersebut. Bertambahnya rasa nyeri, defans musculer yang meluas, distensi
abdomen, bahkan ileus paralitik, merupakan gejala-gejala peritonitis umum. Bila demam
makin tinggi dan timbul gejala-gejala sepsis, menunjukkan peritonitis yang makin berat.

Abses / infiltrat :
Merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba masa lunak di abdomen kanan bawah. Seperti
tersebut diatas karena perforasi terjadilah “walling off” (pembentukan dinding) oleh omentum
atau viscera lainnya, sehingga terabalah
massa (infiltrat) di regio abdomen kanan bawah tersebut. Masa mula-mula bisa berupa
plegmon, kemudian berkembang menjadi rongga yang berisi pus. Dengan USG bisa dideteksi
adanya bentukan abses ini. Untuk massa atau infiltrat ini, beberapa ahli menganjurkan anti
biotika dulu, setelah 6 minggu kemudian dilakukan appendektomi. Hal ini untuk
menghindari penyebaran infeksi

 Psoas sign (+)


Pada appendik letak retrocaecal, karena merangsang peritoneum
Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan yang
terjadi pada apendiks
Ada 2 cara memeriksa :
1. Aktif : Pasien telentang, tungkai kanan lurus ditahan
pemeriksa, pasien memfleksikan articulatio coxae
kanan  nyeri perut kanan bawah.
2. Pasif : Pasien miring kekiri, paha kanan dihiperekstensikan
pemeriksa, nyeri perut kanan bawah

 Obturator Sign (+)


Dengan gerakan fleksi & endorotasi articulatio coxae pada posisi telentang  nyeri
(+)
Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan
kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan
peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium
ALVARADO SCORE
1. Vomitus/nausea 1 Nilai : < 4 kronis
2. Anoreksia 1 4 – 7 ragu2
3. NT Mc Burney 2 > 7 akut
4. Nyeri lepas 1
5. Nyeri alih 1
6. Demam > 37,2 C 1
7. AL > 10.000 2
8. Segmen > 70 1
Nilai 10
INTERPRETASI PA
APPENDICITIS
Simple acute appendicitis
 Disebut juga apendicitis fokal atau segmental
 Biasanya mengenai sepertiga bagian distal.
 Radang terbatas pada satu fokus mukosa dengan ulkus dan pus pada lumen sebagai diagnosis yang penting .
 Infiltrat lekosit menyebar sebatas mukosa dan submukosa.
 Dari luar tidak jelas adanya kelainan hanya terlihat hiperemi tunika mukosa.
Supuratif appendicitis
 Disebut juga apendicitis acuta purulenta difusa
 Merupakan kelanjutan simplek akut apendicitis
 Dapat juga terjadi akibat sumbatan fecolit (feses yang mengeras).
 Sumbatan tersebut akan mengakibatkan bendungan sekret appendix dan pelebaran appendix sehingga dinding
appendix menipis. Juga terjadi tekanan pada pembuluh sehingga terjadi edema pada dinding appendix.
 Mesoapendix juga meradang.
Apendicitis acuta gangrenosa
Apendicitis ini dapat berupa :
 Lanjutan dari apendicitis supurativa  radang pada mesoappendix yang berlanjut menimbulkan ulkus perdarahan luas,
berwarna kehijauan di mukosa dan nekrosis gangrenosa yang meluas di serosa, berwarna hijau kehitaman.
Terjadi trombus perdarahan yang mengakibatkan statis vaskuler sehingga terjadi nekrosis yang diikuti dengan gangren.
 Obstruksi karena fekolit atau stenosis
 Appendicitis ini diikuti secara cepat oleh ruptur appendix dan peritonitis
 Kematian sepertiga appendix harus segera dioperasi

Appendicitis kronika
 Kelanjutan dari appendicitis akuta
 Macamnya :
 Apendicitis kronika focalis
Mikroskopis :
Tuberosis melingkar, setempat pada submukosa sehingga menyebabkan stenosis
Infiltrat lekosit dan sel plasma tersebar di seluruh dinding appendix
Hiperplasi folikel limfoid setempat
 Apendicitis kronika obliterans
Fibrosis luas pada submukosa dan subserosa. Mukosa dan lumen menghilang (obliterasi) terutama di distal. Lumen
terisi jaringan ikat yang sering disertai fecolit dengan reaksi sel benda asing. Folikel limfoid seluruh mukosa hiperplasia.
Seluruh lapisan penuh infiltrat lekosit dan sel plasma.
 YANG KHAS : FIBROSIS SUBMUKOSA DAN SUBSEROSA, SEL RADANG MENAHUN
Keuntungan Kerugian
Median Perdarahan sedikit Sering terjadi hernia sikatriks
Tidak memotong saraf dan otot Ugly scar
Eksplorasi dapat luas Sering komplikasi pernafasan
Waktu yg dibutuhkan cepat

Paramedian Insisi anatomi dan fisiologi Waktu pengerjaan lebih lama


Tidak memotong saraf dan otot Perdarahan relatif lebih banyak
Insisi mudah diperluas Sulit ekstensi kontralateral
Hernia sikatrik lebih sedikit

Pararektal Insisi anatomi dan fisiologi Memotong saraf dan otot


Insisi mudah diperluas Perdarahan relatif lebih banyak
Hernia sikatrik lebih sedikit Sulit ekstensi kontralateral

DD;
A: Appendicitis
P: Pelvic Inflammatory Disease, Period (Menstrual)
P: Pancreatitis
E: Endometriosis, Ectopic pregnancy
N: Neoplasia
D: Diverticulitis
I: Intussusception
C: Cyst (ovarian)
I: Inflammatory bowel disease (Crohn’s)
T: Torsion (ovary)
I: Irritable bowel syndrome
S: Stones

 Dicuci bila pus sudah menyebar, dan dicuci di :


o Subhepatal
o Subdiafragma
o Paracolica
o Pelvical
o Interloop
BPH

1. JEMBATAN KELEDAI BPH PENTING : sering bgt ditanya


INDIKASI ABSOLUT BIRaHI Batu buli, divertikel
Insuf renal
Retensi urine berulang
Hematuria berulang
ISK berulang
INDIKASI RELATIF GagaHH Gagal dng medikamentosa
Hernia
Hemoroid
IPSS PMMI (PMI) FUN Pancaran urine lemah
Mengejan
Miksi tidak tuntas
Intermitensi
Frekuensi
Urgensi
Nokturia
Gejala Obstruktif TeRaPIH Terminal dribling
Rasa miksi tdk tuntas
Pancaran urine lemah
Intermitensi
Hesitansi
Gejala Intermitensi FUNDy Frekuensi
Urgensi
Nokturia
Dysuria
1. PERDARAHAN PROSTAT

Arteri iliaca interna  arteri hypogastrica  arteri vesicalis inferior  arteri prostatica
Vena iliaca interna  hubungan pleksus venosus prostatica
FAM FIBROKISTIK
1. Bagaimana hasil dan interpretasi PA pada FAM ?
Epitel kelenjar yang sebagian hiperplastik/proliferasi dengan sel-sel yang tersusun rapat, dengan
lumen terdapat suatu massa asidofil yang merupakan sekresi dari sel-sel stroma/glandula terdiri dari
jaringan ikat fibrokolagen padat
2. Bagaimana insisi pada FAM?
-Sirkum aerola
-Radier
3. Model insisi pada MRM?
Macam macam insisi adalah Stewart, Orr, Willy Meyer, Halsted, insisi S
4. Macam-macam operasi bedah berdasarkan kontaminan?
Menurut Tietjen, Bossemeyer & Noel (2011), klasifikasi luka bedah terdiri dari empat kategori sebagai
berikut :
1. Kelas I - Bersih
Luka Operasi yang tidak terinfeksi serta tanpa peradangan dan tidak masuk saluran pernapasan,
gastrointestinal dan perkemihan. Contohnya hernia repair, biopsi mammae.
2. Kelas II - Bersih Terkontaminasi
Luka yang masuk saluran napas, gastrointestinal, genital atau saluran perkemihan di bawah kondisi
terkontrol tetapi tanpa kontaminasi luar biasa. Contohnya cholecystectomy, operasi saluran
pencernaan elektif.
3. Kelas III - Terkontaminasi
Luka terbuka luka baru atau suatu pembedahan dalam teknik aseptic dan termasuk suatu insisi dimana
ditemukan peradangan akut tidak bernanah. Contohnya trauma, luka jaringan yang luas, enterotomy
saat obstrusi usus.
4. Kelas IV – Kotor
Luka lama dengan jaringan mati dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang telah ada atau perforasi
usus, yang menyebabkan infeksi pasca pembedahan yang terdapat luka sebelum pembedahan. Contoh
: Perforasi diverculitis, infeksi nekrotik jaringan lunak.
5. Apa beda eksisi, incisi dan enukleasi?
-Eksisi adalah tindakan pengangkatan massa tumor dan jaringan sehat disekitarnya
-Insisi merupakan tindakan pembedahan dimana sebagian kecil dari benjolan yang timbul
-Enukleasi merupakan suatu proses untuk mengambil semua lesi kista tanpa rupture.
6. Bagaimana pemeriksaan fisik massa di mammae ?
- Pasien duduk melintang di atas tempat periksa, pakaian dibuka setinggi pusar dan tangan tergantung
santai. Diamati semetrisasi dan perubahan bentuk kedua payudara.
- Kedua tangan diangkat ke atas kepala, sambil mengamati simetrisasi dan perubahan gerakan
payudara.
- Tarikan kulit mungkin pertanda kanker. Untuk lebih jelas massa ditekan diantara dua jari sambil
memperhatikan dimpling siga.
- Pasien duduk melintang di atas tempat periksa, pakaian dibuka setinggi pusar dan tangan tergantung
santai. Diamati semetrisasi dan perubahan bentuk kedua payudara.
- Kedua tangan diangkat ke atas kepala, sambil mengamati simetrisasi dan perubahan gerakan
payudara.
- Tarikan kulit mungkin pertanda kanker. Untuk lebih jelas massa ditekan diantara dua jari sambil
memperhatikan dimpling siga.
7 Apa manfaat dilakukan USG pada tumor mammae ?
- Menentukan tumor jenis Cyste atau Solid
- Menetapkan kelainan palpabel mungkin dengan mammografi kurang jelas /occult
8 Klasifikasi ANDI
9 Klasifikasi page pada fibrokistik
10 Triple dx ca mammae
1. Klinis
2. Mamografi + USG
3. FNA
11 Resiko dilakukan insisi sirkumareola
12 Posisi terbanyak FAM
Kwadran lateral atas
Phimosis

Derajat fimosis
Meuli dkk. menilai keparahan phimosis dalam 4 derajat yaitu :
1. Derajat I : preputium sepenuhnya dapat diretraksi, dengan cincin stenotik pada shaft penis
2. Derajat II : preputium dapat diretraksi sebagian dengan eksposure parsial pada glans
3. Derajat III : preputium dapat di retraksi sebagian dengan eksposure pada meatus saja
4. Derajat IV : preputium tidak dapat diretraksi sama sekali.
Klasifikasi lain dari keparahan phimosis dikemukakan oleh Kikiros dkk. yaitu sebagai berikut ;
1. Derajat 0 : preputium bisa diretraksi penuh
2. Derajat 1 : preputium dapat diretraksi penuh tapi preputium tegang di belakang glans
3. Derajat 2 : eksposure parsial glans
4. Derajat 3 : retraksi parsial dengan eksposure hanya pada meatus
5. Derajat 4 : retraksi dapat dilakukan sedikit sekali dengan glans dan meatus tidak terekspose sama
sekali
6. Derajat 5 : sama sekali tidak bisa retraksi.
Berdasarkan keadaan preputium, phimosis dikategorikan berdasarkan peningkatan keparahan yaitu
preputium normal, preputium cracking, scarred dan BXO (balanitis obliterans xerotica).
Hemmoroid

1. Apa definisi hemoroid?


Definisi baru hemoroid : protrusi dari anal chusion (bukan pelebaran pleksus
hemoroidalis).

2. Apa beda antara hemoroid dan tumor rekti ?


Hemoroid :
Nyeri continue karena adanya trombus dan iskemia, nyeri saat BAB melewati anus
Tumor Rektum :
Nyeri bersifat tenesmus, sebelum BAB nyeri sekali dan sesudah BAB nyeri hilang
3. Ada berapa macam otot di ani ?
- Sfingter ani (eksternus, internus)
- Levator ani (iliocoxigea, puborectal, iliorectal)
- Pubouterina
4. Ada berapa macam teknik hemoroidektomi ?
- White head dengan sfingteroromi lateral  jam 3 atau jam 9
- Milligan morgan  cukup pada pine – pine saja
- Langen Back  soliter dengan jahitan longitudinal

5. Apa beda hemoroid, prolaps rekti, prolaps ani


Hemoroid Prolaps Rekti Prolapas Ani
Bentuk mukosa yang
radier
Saat RT nyeri sekali Saat RT, begitu jari Saat jari tangan masuk,
tangan masuk, mentok tidak ada ujungnya
tidak dapat masuk lagi

6. Bagaimana membedakan karsinoma dengan hemoroid ?


- Pada hemoroid  darah menetes
- Pada karsinoma  darah bercampur dengan feses
No Interna Externa
1 Varises Varises plexus hemoroidalis superior Varises plexus H.
(v.hem.superior) inferior
(v.hem.inferior)
2 Letak Di atas linea dentate Di bawah linea
dentate
3 Penutupnya Ditutupi mukosa Ditutup kulit
(anoderm)
4 Grade Dibagi 4 grade Tidak ada grade
5 Sifat nyerinya Nyeri ↓ Nyeri  saraf
(kecuali bila ada radang/infeksi)  somatic
Saraf visceral
7. Apa beda hemoroid interna dan eksterna ?

8. Ada beberapa posisi untuk colok dubur ?

1. Left lateral (Sims ) position.


Rutin digunakan untuk wanita atau prosedue standar laki-laki. Pasien miring kekiri, dengan tungkai
atas kanan fleksi, sedangkan tungkai bawah kiri semi ekstensi. Panggul harus menungging dan sejajar
dengan pinggir tempat tidur.

2. Knee-elbow position.
Baik untuk perabaan prostat dan vesikula seminalis.
3.Dorsal position.
Pasien tidur dengan posisi setengah duduk posisi lutut ditekukkan(fleksi). Telunjuk tangan kanan
pasien masuk kedubur dengan melintasi dibawah paha kanan pasien. Untuk bimanual
palpasi tangan kiri diatas suprapubis.
4. Lithotomy position.
Dilakukan pada meja operasi. Bimanual dengan telunjuk kanan pada rektum sedang
tangan kiri pada supra pubis
Cholelithiasis

9. Gambaran USG pada kolelithiasis


Jangan lupa : baca identitas, Tampak USG vesica fellea
- Gambaran hiperdens dengan posterior akustik shadow
- Kalau disertai kholesistitis : gambaran double layer
10. Gejala pada kolesistitis
- Nyeri kuadran kanan atas yang menjalar ke shoulder (Kehr sign)
- Mual atau muntah
- Demam
11. Panjang rektum dan pembagiannya
Rektum :
1/3 distal : < 6 cm
1/3 medial : 6-12 cm
1/3 proximap : > 12 cm

Panjang rektum 15 cm

12. Indikasi operasi kolelithiasis asimptomatik


1. Nyeri berulang yg tidak membaik
2. Ada kolesistitis dr USG
3. Pasien dengan DM
4. Ada hidrops vesica fellea
5. Pasien akan berpergian jauh, dimana daerah yang dituju sulit didapatkannya fasilitas kesehatan

Anda mungkin juga menyukai