DINAS KESEHATAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSUD SITI FATIMAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
Jalan Kol H. Burlian KM.6 Palembang 30151 Telp. (0711) 5718883 /5718889 Fax.(0711) 7421333
E-mail: rsudprovsumsel@gmail.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
RSUD SITI FATIMAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
NOMOR : 445/07.1/KPTS/RSUD-SF/2019
TENTANG
KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RSUD SITI FATIMAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
MEMUTUSKAN :
Kebijakan Umum
1. Program mutu dan keselamatan pasien wajib di jalankan di seluruh unit
rumah sakit.
2. Pelaksanaan indikator mutu dan pelaporan insiden wajib dilaporkan,
dianalisis, ditindak lanjuti dan evaluasi bersama unit terkait di rumah sakit
3. Unit rumah sakit wajib menjalankan pencegahan terjadinya insiden di rumah
sakit melalui pelaporan insiden, tindak lanjut dan solusi guna pembelajaran
supaya tidak terulang kembali.
4. Unit rumah sakit wajib melaksanakan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
Kebijakan Khusus
1. Prioritas pelaksanaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien meliputi
lima area yaitu rawat inap, instalasi bedah sentral, Instalasi gawat darurat,
radiologi, farmasi dan laboratorium.
2. Jenis indikator mutu yang dilaksanakan di rumah sakit yaitu jenis indikator
mutu pelayanan terdiri atas : Indikator Area Klinis, Indikator Area Manajerial
dan Indikator Sasaran Keselamatan Pasien.
3. Pelaksanan indikator mutu meliputi : penyusunan jenis indikator, kamus
profil indikator, sosialisasi indikator, trial indikator, implementasi indikator
mutu, validasi, pencatatan dan pelaporan, analisias data, rapat pimpinan,
Benchmarking, publikasi data, evaluasi dan tindak lanjut (monitoring dan
evaluasi) indikator mutu dan pelaporan ke Kepala Rumah Sakit.
4. Manajemen tata Kelola Mutu dan keselamatan pasien dilaksanakan oleh
unit penjamin mutu dan unit keselamatan pasien rumah sakit berdasarkan
pedoman, panduan, kebijakan dan SPO mutu dan keselamatan dalam
menjalankan program mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
5. Rumah Sakit menyetujui rencana mutu dan keselamatan pasien dan secara
regular menerima dan menindaklanjuti laporan tentang pelaksanaan
program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
6. Hasil pelaksanaan target indikator. Apabila dalam upaya pencapaian target
dari suatu proses, program/sistem tidak sesuai yang diharapkan, rumah
sakit membuat rancangan baru dan melakukan modifikasi dari sistem dan
proses sesuai prinsip peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Rancangan proses yang baik adalah :
a. Konsisten dengan misi dan organisasi.
b. Memenuhi kebutuhan pasien, masyarakat dan staf lainnya.
c. Menggunakan pedoman praktek terkini, standar pelayanan medis,
kepustakaan ilmiah, dan informasi lain berdasarkan rancangan praktek
klinik.
d. Sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.
e. Relevan dengan informasi dari manajemen resiko.
f. Berdasar pengetahuan dan keterampilan yang ada di RS.
g. Berdasar praktek klinik yang baik/lebih baik/sangat baik dari RS.
h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan mutu terkait.
i. Mengintegrasikan dan menggabungkan berbagai proses dan sistem.
7. Dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit,
pedoman praktek klinik dan clinical pathway dan atau protokol klinis
digunakan untuk pedoman dalam memberikan asuhan klinik.
8. Komite mutu dan keselamatan pasien RS berkolaborasi dengan petugas yang
berpengalaman, pengetahuan dan keterampilan cukup dalam mengumpulkan
dan menganalisa data-data mutu dan keselamatan pasien secara sistematik.
9. Pimpinan memberikan bantuan teknologi, sarana prasarana dan dukungan
lainnya untuk mendukung program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
10. Rumah sakit menetapkan kebijakan pelaporan insiden dari unit ke komite
keselamatan pasien RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan dalam
upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien RS.
11. Rumah sakit wajib melaksanakan manajemen resiko di rumah sakit.
12. Rumah sakit menjalankan kegiatan 7 langkah keselamatan pasien.
13. Rumah sakit melaksanakan 6 sasaran keselamatan pasien.
14. Rumah sakit menjalankan 7 standar keselamatan pasien.
15. Rumah sakit mewajibkan seluruh tenaga yang menjalankan pelayanan,
bekerja berdasarkan standar yang berlaku.
16. Rumah sakit membuat report incidence meliputi kejadian insiden, KPC, KNC,
KTD, KTC dan sentinel event dalam waktu maksimal 2x24 jam.
17. Rumah sakit bersama unit keselamatan pasien RS mengupayakan
terlaksananya Root Cause Analysis (RCA) dan Failure Mode Effect Analysis
(FMEA).
18. Rumah sakit melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanan kegiatan
peningkatan mutu dan kesalamatan pasien.
19. Model dari mempertahankan Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
dengan diagram 5 SIKLUS : DESIGN, MEASURE, ASSESS, IMPROVE, AND
REDESIGN.
20. Dukungan system informasi mutu dan keselamatan pasien bersifat
Confidentiality ( data rekam medis sangat rahasia, harus memiliki wewenang
dengan baik) dan dalam bidang pengumpulan data
21. Rumah sakit melaksanakan Program alokasi sumber daya berupa sumber
daya manusia dan alat teknologi support.
22. Review dokumen tahunan (PLAN-ANNUAL REVIEW) dalam perencanaan di
review dan diperbaiki setiap tahunnya.
23. Approval berupa peran kepala rumah sakit dalam menyetujui dan
menandatangani Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
24. Penyampaian informasi PMKP kepada staf disampaikan melalui media
komunikasi melalui media elektronik, IT online, koordinasi, sosialisasi secara
tertulis, pamflet/mading/banner, dll.
25. Monitoring dan evaluasi peningkatan mutu dan keselamatan dengan
metodologi PDSA (Plan, Do,Study dan Action).
26. Surat keputusan ini berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal diterbitkan
dan akan dilakukan evaluasi minimal 1 (satu) tahun sekali.
27. Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan dan perbaikan, maka
akan dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.
Nomor : 445/05.2/KPTS/RSUD-SF/2019
TENTANG
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RSUD SITI FATIMAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
MEMUTUSKAN :
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
tahun 1953-1965 standar akreditasi direvisi enam kali, selanjutnya beberapa
tahun sekali diadakan revisi.
Atas keberhasilan JCAH dalam meningkatkan mutu pelayanan, Pemerintah
Federal memberi pengakuan tertinggi dalam mengundangkan “Medicare Act”.
Undang-undang ini mengabsahkan akreditasi Rumah Sakit menurut standar
yang ditentukan oleh JCAH. Sejak saat itu Rumah Sakit yang tidak diakreditasi
oleh JCAH, tidak dapat ikut program asuransi kesehatan pemerintah federal
(medicare), padahal asuransi di Amerika sangat menentukan utilisasi Rumah
Sakit karena hanya 9,3% biaya Rumah Sakit berasal dari pembayaran
langsung oleh pasien. Sejak tahun 1979 JCAH membuat standar tambahan,
yaitu agar dapat lulus akreditasi suatu Rumah Sakit harus juga mempunyai
program pengendalian mutu yang dilaksanakan dengan baik.
Di Asia, negara pertama yang sudah mempunyai program peningkatan
mutu dan akreditasi Rumah Sakit secara nasional adalah Taiwan. Negara ini
banyak menerapkan metodologi dari Amerika. Sedangkan Malaysia
mengembangkan peningkatan mutu pelayanan dengan bantuan konsultan ahli
dari Negeri Belanda.
Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah
dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu
penetapan kelas Rumah Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No.033/Birhup/1972. Secara umum telah ditetapkan beberapa
kriteria untuk tiap kelas Rumah Sakit A,B,C,D. Kriteria ini kemudian
berkembang menjadi standar-standar. Kemudian dari tahun ke tahun disusun
berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan
prasarana untuk masing-masing kelas Rumah Sakit. Disamping standar,
Departemen Kesehatan juga mengeluarkan berbagai panduan dalam rangka
meningkatkan penampilan pelayanan Rumah Sakit.
Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai
indikator untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan (performance) Rumah
Sakit pemerintah kelas C dan Rumah Sakit swasta setara yaitu dalam rangka
Hari Kesehatan Nasional. Indikator ini setiap dua tahun ditinjau kembali dan
disempurnakan. Evaluasi penampilan untuk tahun 1991 telah dilengkapi
dengan indikator kebersihan dan ketertiban Rumah Sakit dan yang dievaluasi
kelas C, kelas D, kelas B serta Rumah Sakit swasta setara. Sedangkan
evaluasi penampilan tahun 1992 telah dilengkapi pula dengan instrumen
mengukur kemampuan pelayanan. Evaluasi penampilan Rumah Sakit ini
merupakan langkah awal dari Konsep Continuous Quality Improvement (CQI).
Berbeda dengan konsep QA tradisional dimana dalam monitor dan evaluasi
2
dititik beratkan kepada pencapaian standar, maka pada CQI fokus lebih
diarahkan kepada penampilan organisasi melalui penilaian pemilik,
manajemen, klinik dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang sangat
mendasar yaitu keterlibatan seluruh karyawan.
Selain itu secara sendiri-sendiri beberapa Rumah Sakit telah mengadakan
monitoring dan evaluasi mutu pelayanan Rumah Sakitnya. Pada tahun 1981
RS Gatot Subroto telah melakukan kegiatan penilaian mutu yang berdasarkan
atas derajat kepuasan pasien. Kemudian Rumah Sakit Husada pada tahun
1984 melakukan kegiatan yang sama. Rumah Sakit Adi Husada di Surabaya
membuat penilaian mutu atas dasar penilaian perilaku dan penampilan kerja
perawat. Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya menilai mutu melalui penilaian
infeksi nosokomial sebagai salah satu indikator mutu pelayanan. Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo menggunakan upaya penggunaan obat secara rasional.
Rumah Sakit Islam Jakarta pernah menggunakan pengendalian mutu terpadu
(TQC) dan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle = QCC). Beberapa
Rumah Sakit lainnya juga telah mencoba menerapkan Gugus Kendali Mutu,
walaupun hasilnya belum ada yang dilaporkan.
Sejalan dengan hal di atas maka Departemen Kesehatan telah
mengadakan Pelatihan Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit pada
beberapa Rumah Sakit. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa
kesadaran untuk meningkatkan mutu sudah cukup meluas walaupun dalam
penerapannya sering ada perbedaan.
RSUD Siti Fatimah adalah salah satu UPTD Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan dilingkungan Provinsi Sumatera Selatan yang merupakan
unsur penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang Pelayanan
Kesehatan. RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan merupakan Rumah
Sakit dengan klasifikasi tipe B yang dilengkapi dengan pelayanan :
a. Pelayanan medik
b. Pelayanan kefarmasian
c. Pelayanan keperawatan dan kebidanan
d. Pelayanan penunjang medik
e. Pelayanan penunjang non medik
f. Pelayanan rawat inap.
Pelayanan Medik terdiri dari:
1. Pelayanan gawat darurat
2. Pelayanan medik spesialis dasar
3. Pelayanan medik spesialis penunjang
4. Pelayanan medik spesialis lain
3
5. Pelayanan medik subspesialis
6. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut
Pelayanan Gawat Darurat menerima semua jenis gawat darurat.
Pelayanan dilaksanakan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
Pelayanan Gawat Darurat yang ditetapkan dengan Peraturan Direktur RSUD
Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar meliputi:
a. Penyakit dalam
b. Kesehatan anak
c. Bedah
d. Obstetri dan ginekologi
Pelayanan Medik Spesialis Penunjang meliputi :
a. Kamar Operasi dan Anestesiologi
b. Radiologi
c. Patologi klinik
d. Patologi anatomi
e. Rehabilitasi medik
Pelayanan Medik Spesialis Lain meliputi :
a. Mata
b. Telinga hidung tenggorokan
c. Syaraf
d. Kulit dan kelamin
e. Orthopedi
Pelayanan Medik Subspesialis meliputi :
a. Spesialisasi Penyakit Dalam : Kardiovaskuler
b. Spesialisasi Obstetri dan Gynecologi : Fertility
Pelayanan Rawat Inap meliputi;
a. Rawat Inap ; dan
b. Rawat Intermediate
c. Rawat Intensif yang meliputi :
1. ICU
2. ICCU
3. PICU
4. NICU
5. Perinatologi
Pelayanan Penunjang Medik dan Penunjang Non Medik meliputi ;
a. Radiologi ;
b. Laboratorium;
4
c. Rehabilitasi Medis;
d. Farmasi;
e. Gizi;
f. Ambulan;
g. Laundry
h. CSSD;
i. Pemulasaraan jenazah;
j. Rekam Medik
k. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
(PPMKP) adalah untuk memberikan arahan dan pedoman dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas selama 5 tahun ke depan
(2019-2023).
Secara khusus tujuan PPMKP ini adalah:
1. Membuat suatu strategi yang komprehensif tentang upaya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan secara berkelanjutan dengan pertimbangan
utama kesejahteraan, perlindungan, keamanan, dan keselamatan pasien.
2. Untuk dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam upaya
mencegah situasi yang dapat menimbulkan resiko keselamatan pasien.
3. Mengembangkan budaya keselamatan pasien di seluruh area rumah sakit.
4. Menjelaskan otoritas dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam
PPMKP. Dalam hal ini melibatkan seluruh staf rumah sakit untuk ikut serta
berperan aktif dalam implementasi PPMKP.
5
5. Memfasilitasi komunikasi, pelaporan, dan dokumentasi terhadap seluruh
aktifitas peningkatan mutu dan keselamatan pasien pada staf medis, non
medis, dan manajemen.
6. Tercapainya pelayanan dengan standar akreditasi :
a. Melaksanakan akreditasi nasional (KARS)
b. Menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan standar nasional
akreditasi RS
7. Terwujudnya pelayanan yang berorientasi pada keselamatan dan kepuasan
pasien:
a. Pencapaian indikator klinis, manajemen dan sasaran keselamatan
pasien
b. Menurunkan angka infeksi nosokomial
c. Kepuasan pelanggan
8. Terlaksananya sistem pengukuran dan pelaporan:
Pengukuran data indikator mutu klinis, manajemen, dan sasaran
keselamatan pasien.
a. Pelaporan hasil pemantauan indikator tepat waktu.
b. Validasi data hasil pemantauan indikator.
1.3 Sasaran
Sasaran PPMKP ini adalah :
1. Tercapainya pelayanan dengan standar nasional akreditasi RS.
2. Pelayanan yang berorientasi pada keselamatan dan kepuasan pasien.
3. Terlaksananya sistem pengukuran dan pelaporan.
6
3. Memantau kepatuhan terhadap aturan eksternal
4. Mengidentifikasi kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera dan
kejadian sentinel.
1.5.1 Visi
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan mengemban visi sebagai
berikut:
1.5.2 Misi
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut RSUD Siti Fatimah Provinsi
Sumatera Selatan menetapkan misi yaitu:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, prima,
informatif, dan efektif dengan tetap memperhatikan aspek sosial
kemasyarakatan.
2. Menyelenggarakan pelayanan yang mengutamakan keramahan,
kecepatan, keselamatan, keamanan, kemudahan, dan kenyamanan
3. Memberikan pelayanan rujukan yang berfungsi sebagai pusat
rujukan Provinsi Sumatera Selatan dengan menggunakan teknologi
modern dan pelayanan kesehatan secara komprehensive kepada
masyarakat
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan & Teknologi
5. Menciptakan SDM yang mempunyai daya saing tinggi dan loyal
terhadap organisasi.
6. Mengembangkan Pendidikan, Pelatihan, dan penelitian yang
terintegrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan
7. Menjalin kerja sama dengan institusi terkait baik dalam dan luar
negeri untuk memperluas jaringan dan meningkatkan kinerja Rumah
Sakit
7
8. Mewujudkan sistem manajemen Rumah Sakit yang mampu
meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan dan menjamin
kepastian hukum secara transparan, akuntabel dan auditable
9. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekitar
1.6 Motto
Motto ‘Kami selalu terdepan melayani kesehatan anda’
Core Value “WE PROTECT”
1. Welcome
2. Empathy
3. Professional
4. Respect
5. One Stop Service Hospital (Curative and Rehabilitative)
6. Team Work
7. Embrace Innovation
8. Customer Oriented, Cost Effectiveness
9. Time Response
8
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
9
2.2. Struktur Organisasi Komite/ Tim PMKP
STRUKTUR ORGANISASI TIM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RSUD SITI FATIMAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
Direktur
Ketua Tim
Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien
Sekretaris
10
7. Menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak terkait serta
menyampaikan masalah terkait pelaksanaan program mutu dan keselamatan
pasien ;
8. Terlibat secara penuh dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan PMKP ;
9. Bertanggung jawab untuk mengomunikasikan masalah-masalah mutu secara
rutin kepada semua staf ;
10. Menyusun regulasi terkait dengan pengawasan dan penerapan program
PMKP.
11
n. Memfasilitasi pembimbingan internal dan eksternal terkait dengan
pelaksanaan akreditasi mutu ;
o. Memfasilitasi kegiatan yang terkait dengan inovasi mutu baik dari internal
maupun eksternal ;
p. Melaksanakan pengumpulan dan analisis data terkait dengan pencapaian
indikator mutu dan keselamatan pasien ;
q. Melaksanakan kegiatan konsultasi terhadap seluruh unit kerja terkait
dengan pelaksanaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien ;
r. Mengkoordinir kegiatan seluruh koordinator di unit keselamatan pasien
dan unit penjaminan mutu ;
s. Mengkoordinir kegiatan komite/tim terkait dengan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien ;
t. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan dan program di
komite/tim/unit terkait dengan program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
12
f. Mengevaluasi pelaksanaan seluruh program penjaminan mutu ;
g. Menyusun laporan hasil pencapaian indikator ;
h. Mensosialisasikan hasil pencapaian program penjaminan mutu ;
i. Memfasilitasi tindak lanjut hasil rekomendasi ;
j. Merlakukan koordinasi dengan tim patient safety dan unit terkait dalam
pembuatan RCA dan FMEA ;
k. Merlakukan koordinasi dengan tim patient safety dan unit terkait dengan
pembimbingan quality dan patient safety ;
l. Memfasilitasi kegiatan terkait penyelenggaraan pengembangan inovasi
dan gugus kendali mutu ;
m. Melakukan koordinasi kepada bagian/bidang/komite/unit terkait terhadap
implementasi standar pelayanan yang berfokus kepada pasien dan
manajemen ;
n. Menghadiri rapat, pertemuan, workshop dan atau seminar terkait
pengembangan mutu klinik baik internal maupun eksternal.
13
n. Membantu koordinasi dalam kegiatan internal dan eksternal program unit
penjaminan mutu ;
o. Menghadiri rapat, pertemuan, workshop dan atau seminar terkait
pengembangan mutu klinik baik internal maupun eksternal rumah sakit ;
p. Menyusun panduan validasi data internal khusus indikator mutu klinik ;
q. Membuat alat ukur validasi khusus indikator mutu klinik ;
r. Menyelenggarakan kegiatan validasi hasil pencapaian indikator mutu
klinik berkoordinasi dengan unit terkait ;
s. Melaksanakan analisis komparatif hasil validasi internal dengan data unit
terkait ;
t. Membuat laporan hasil validasi internal khusus indikator mutu klinik ;
u. Membuat program inovasi dan gugus kendali mutu internal ;
v. Mengkoordinasikan penyelenggaraan pengembangan, inovasi dan gugus
kendali mutu ;
w. Mengkoordinasikan program penyegaran dan pelatihan gugus kendali
mutu ;
x. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan lomba inovasi khusus pengembangan
mutu internal dan eksternal ;
y. Membuat laporan kegiatan pengembangan inovasi dan gugus kendali
mutu;
z. Melakukan koordinasi kepada bagian/bidang/unit terkait terhadap
implementasi standar pelayanan yang berfokus kepada pasien.
14
k. Mendistribusikan bahan rekomendasi hasil pemantauan indikator mutu
manajemen ke unit terkait ;
l. Membuat rekapan dan laporan evaluasi tindak lanjut rekomendasi dari unit
terkait ;
m. Melaksanakan komunikasi secara internal dan eksternal tentang
pencapaian program pengembangan mutu dan keselamatan pasien
kepada unit kerja di lingkungan RSUD Siti Fatimah dan pihak luar melalui
surat tertulis, email dan telepon ;
n. Membantu berkoordinasi dalam kegiatan internal dan eksternal program
Unit Penjaminan Mutu ;
o. Menghadiri rapat, pertemuan, workshop dan atau seminar terkait
pengembangan mutu manajemen baik internal maupun eksternal rumah
sakit ;
p. Menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan terkait program
akreditasi;
q. Menyiapkan bahan koordinasi dengan manajemen terkait program
akreditasi ;
r. Berkoordinasi dengan unit terkait program akreditasi ;
s. Melaksanakan analisis kesiapan penyelenggaraan akreditasi ;
t. Menyusun langkah strategis dalam penyelenggaraan program akreditasi ;
u. Melaksanakan koordinasi ekternal terkait proses penyelenggaraan
akreditasi ;
v. Menyiapkan berbagai hal dalam rapat atau pertemuan terkait kegiatan
akreditasi ;
w. Berkoordinasi dengan unit terkait dalam mengumpulkan data kegiatan
akreditasi ;
x. Menyusun laporan evaluasi kegiatan akreditasi ;
y. Membuat laporan kegiatan Unit Penjaminan Mutu secara umum, internal
maupun eksternal ;
z. Melakukan koordinasi kepada bagian/bidang/komite/unit terkait terhadap
implementasi standar pelayanan yang berfokus kepada manajemen.
15
c. Menyusun kebijakan terkait dengan program keselamatan pasien rumah
sakit ;
d. Membuat program kerja keselamatan pasien rumah sakit ;
e. Mengkoordinasikan kegiatan Sekretariat ;
f. Merencanakan pelatihan anggota Komite KPRS ;
g. Melakukan koordinasi dengan unit lain untuk melaksanakan program
KPRS ;
h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan seluruh anggota
KPRS ;
i. Memberikan rekomendasi pemecahan masalah keselamatan pasien
kepada Direktur Rumah Sakit untuk ditindaklanjuti.
2. Koordinator Investigasi :
a. Menerima dan menganalisa kembali setiap kejadian atau insiden yang
dilaporkan ;
b. Mengajukan solusi pencegahan masalah yang diajukan kepada ketua
Komite KPRS ;
c. Melakukan monitoring dan evaluasi ke unit-unit terhadap pelaksanaan
program keselamatan pasien terkait dengan investigasi ;
d. Membuat laporan berkala dan laporan khusus tentang kegiatan bidang
investigasi.
3. Koordinator Pelaporan :
a. Menerima dan mencatat seluruh data kejadian/ insiden yang dilaporkan
oleh unit ;
b. Mengelompokkan / mengkategorikan jenis laporan kejadian yang diterima ;
c. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program
keselamatan pasien terkait dengan investigasi ;
d. Menyusun laporan berkala dan khusus tentang kegiatan bidang pelaporan.
4. Koordinator Diklat ;
a. Menyusun program pelatihan anggota Komite KPRS ;
b. Menyusun program orientasi untuk pegawai baru dan mahasiswa praktek ;
c. Menyusun program sosialisasi keselamatan pasien untuk seluruh pegawai;
d. Membuat jadwal pelatihan internal ;
e. Melakukan monitoring dan evaluasi tentang budaya keselamatan pasien
pada seluruh pegawai ;
f. Membuat laporan berkala dan laporan khusus terhadap pelaksanaan
program keselamatan pasien terkait dengan diklat.
16
5. Koordinator Patient safety officer ;
a. Melaksanakan 6 sasaran Keselamatan Pasien ;
b. Mensosialisasikan 6 sasaran Keselamatan Pasien di unit masing-masing ;
c. Membuat laporan Insiden Keselamatan Pasien ;
d. Melakukan Investigasi sederhana insiden Keselamatan Pasien ;
e. Mencatat insiden Keselamatan Pasien ;
f. Melaporkan semua insiden Keselamatan Pasien yang terjadi ke Komite
KPRS RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan.
2. Koordinator Risiko
a. Melaksanakan proses identifikasi risiko-risiko di masing-masing unit ;
b. Melaksanakan analisis sederhana terhadap risiko-risiko yang ada ;
c. Melakukan monitoring dan evaluasi program risiko di unit yang menjadi
tanggung jawabnya ;
17
d. Melaporkan secara berkala hasil evaluasi program manajemen risiko
kepada risk manager.
18
BAB III
KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN
19
mencegah terjadinya cedera atau memperkecil risiko pada pasien
dan staff secara berkesinambungan.
2. Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah
keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif
memantau dan menilai mutu pelayanan dan keselamatan RSUD Siti
Fatimah, memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari
jalan keluarnya, sehingga mutu pelayanan yang diberikan oleh
RSUD Siti Fatimah dapat secara terus menerus ditingkatkan. Upaya
peningkatan mutu terdiri dari :
a. Upaya peningkatan mutu yaitu sebelum pelayanan diberikan,
apabila terdapat kekurangan dalam mutu maka dilakukan
perbaikan.
b. Upaya menjaga mutu yaitu setelah mengalami perbaikan maka
perlu senantiasa dilakukan pengawasan agar mutu tersebut
tetap terjaga secara berkesinambungan.
3. Keselamatan pasien adalah sistem yang diselenggarakan oleh
rumah sakit dengan membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
meliputi : assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan pelayanan
yang terkait dengan risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
4. Clinical Pathway (CP) adalah sebuah rencana yang menyediakan
secara detail setiap tahap penting dari pelayanan kesehatan, bagi
sebagian besar pasien dengan masalah klinis (diagnosis atau
prosedur) tertentu, berikut dengan hasil yang diharapkan.
5. Jenis indikator merupakan kelompok besar dari kumpulan beberapa
indikator yang mempunyai kategori yang sama.
6. Indikator mutu klinis adalah pengukuran untuk menilai hasil
pelayanan klinis.
7. Indikator mutu manajemen adalah pengukuran untuk menilai hasil
pelayanan manajerial.
8. Indikator mutu sasaran keselamatan pasien adalah pengukuran
untuk menilai hasil audit Sasaran Keselamatan Pasien.
9. Sentinel adalah suatu Kejadian Tidak Diharapkan yang berakibat
timbulnya kematian atau cedera serius.
10. Insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien. Terdiri dari KTD, KNC, KPC dan KTC.
20
11. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah terjadinya insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
12. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar pada pasien.
13. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah terjadinya insiden yang sudah
terpapar pada pasien tetapi tidak menimbulkan cedera.
14. Kejadian Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
15. Root Cause Analysis (RCA) adalah sebuah alat kerja yang sangat
berguna untuk mencari akar masalah dari suatu insiden yang telah
terjadi.
16. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) adalah salah satu alat bantu
yang populer untuk melakukan suatu asesmen risiko proaktif.
Dikatakan proaktif karena yang dilakukan adalah analisa proses
atas potensi-potensi risiko YANG BELUM TERJADI.
17. Manajemen risiko adalah upaya-upaya yang dilakukan rumah sakit
yang dirancang untuk mencegah terjadinya cedera pada pasien
yang bukan terkait dengan penyakitnya, sehingga dapat mencegah
terjadinya kerugian atau meminimalkan kehilangan finansial.
Manajemen risiko dilakukan melalui pengenalan terhadap
kelemahan dalam sistem dan memperbaiki kelemahan tersebut.
18. Pihak yang Berkepentingan dengan Mutu.
Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, yaitu :
• Pasien dan Keluarga
• Penjamin (asuransi, perusahaan)
• Manajemen RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
• Seluruh Karyawan RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
• Masyarakat
• Pemerintah
• Institusi Pendidikan Ikatan Profesi
• Organisasi Perumahsakitan (ARVI, PERSI, ARSADA, ARSPI)
• Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS)
22
sakit, maka direktur RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumsel menetapkan
area prioritas yang akan ditingkatkan mengacu pada visi dan misi serta
rencana stategi yang tertuang dalam Rencana Strategi Rumah Sakit
(RENSTRA).
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan RSUD Siti Fatimah
Provinsi Sumsel diawali dengan penentuan indikator-indikator mutu
yang telah ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit serta telah mendapat
pengesahan dari Satuan Pengawas Internal Rumah Sakit. Melalui
indikator-indikator ini, dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap hasil
pencapaiannya, sehingga akan terlihat pula pencapaian hasil kinerja
masing-masing unit kerja, yang pada akhirnya akan menggambarkan
pula kinerja RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumsel. Proses
pencapaian/pemenuhan dari target indikator akan mengukur dan
memecahkan masalah pada tingkat input dan proses. Seperti diketahui
bahwa untuk mengukur pencapaian indikator, maka terlebih dahulu
akan ditentukan standard.
23
melakukan pengukuran standar mutu. Setiap dimensi harus
didefinisikan sesuai dengan konteks lokal dan program spesifik yang
digunakan rumah sakit.
Penjelasan dimensi mutu adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi teknis
Terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan penampilan staf rumah
sakit, baik pada pelayanan klinis maupun manajemen. Kompetensi
teknis berkaitan dengan bagaimana staf mengikuti dan
melaksanakan standar pelayanan yang berlaku di rumah sakit.
Sehingga pelayanan yang diberikan dapat memenuhi hal :
a. Dapat dipertanggung jawabkan atau diandalkan (dependability)
b. Ketepatan (accuracy )
c. Ketahanan uji (reliability)
d. Konsistensi (consistency)
Kurangnya kompetensi teknis dapat menyebabkan: penyimpangan
kecil dari SPO sampai kesalahan besar, yang menurunkan efektivitas
dan membahayakan pasien.
24
3. Efektifitas
Pelayanan kesehatan dapat dikatakan efektif, apabila pelayanan
tersebut telah mengikuti norma dan petunjuk teknis sesuai standar
yang berlaku.
4. Efisiensi
Efisiensi dalam dimensi mutu berkitan dengan memberikan
pelayanan kesehatan secara optimal dengan sumber daya yang
tersedia di Rumah Sakit sesuai kebutuhan pasien. Eisiensi dilakukan
dengan cara pengendalian biaya dan pengendalian pelayanan.
5. Hubungan Interpersonal
Dimensi ini berkaitan dengan interaksi antara staf rumah sakit dan
pasien/ keluarga, manajemen dan staf, antara tim dan pasien/
keluarga serta masyarakat. Hubungan terpersonal yang baik akan
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara : saling
menghargai; menjaga rahasia; menghormati; responsif dan
memberikan perhatian. Dengan mendengarkan keluhansekecil
apapun dari pasien/keluarga dan melakukan komunikasi yang efektif,
maka kita telah menjaga hubungan antar manusia. Hubungan
interpersonal yang baik memiliki andil yang besar dalam konseling
yang efektif.
6. Kontinuitas
Kontinuitas pelayanan dapat diartikan bahwa pasien mendapatkan
pelayanan sesuai dengan kebutuhannya secara lengkap.
Kelengkapan rekam medis, sistem rujukan merupakan bagian dari
kontinuitas pelayanan. Tidak adanya kontinuitas pelayanan akan
mengurangi efisiensi dan hubungan antar manusia.
7. Keselamatan
Sebagai salah satu dimensi mutu, keselamatan berarti mengurangi
risiko cedera. Infeksi, efek samping, atau bahaya lainnya yang
berkaitan dengan pelayanan. Pasien dan pengunjung rumah sakit
perlu mendapatkan perlindungan selama berada di rumah sakit.
Pemisahan ruang infeksi dan non infeksi merupakan bentuk
keselamatan bagi pasien.
8. Infrastruktur fisik
Inrastruktur fisik tidak berhubungan langsung dengan efektifitas
klinis, namun dapat mempengaruhi kepuasan dan bersedia
kembalinya pasien/keluarga ke rumah sakit. Infrastruktur fisik yang
baik dapat pula menumbuhkan tingkat kepercayaan pasien/keluarga
25
pada rumah sakit. Kebersihan, privasi, penampilan fisik rumah sakit,
ketersediaan sarana prasarana maupun SDM yang profesional dapat
meningkatkan kenyamanan. Ketersediaan musik, gordyn / penyekat
pada ruang periksa juga masuk dalam kenyamanan pasien. Dengan
memenuhi kenyamanan maka dapat meningkatkan cakupan dan
kelangsungan pelayanan.
26
7. Terintegrasi
Semua bagian/elemen dari pelayanan kesehatan harus diorganisir, saling
terhubung, dan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan pelayanan
yang berkualitas.
8. Sumber daya yang memadai
Untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas harus didukung
dengan sumber daya yang memadai seperti sumber daya manusia, dana,
peralatan, suplai, dan fasilitas fisik yang dibutuhkan oleh pasien. Elemen
pada prinsip dan dimensi mutu di atas pada dasarnya adalah sama dan
merupakan faktor yang penting dalam menentukan sasaran dan tujuan yang
akan menjadi fokus dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Elemen-elemen inilah yang menjadi dasar penyusunan PPMKP sehingga
memudahkan menentukan indikator-indikator yang akan dipantau, baik
indikator klinis maupun non klinis.
27
merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu upaya perbaikan yang
berkesinambungan membutuhkan dorongan aktif dari setiap orang yang
terlibat dalam organisasi untuk dapat mengidentifikasi dan menggunakan
kesempatan perbaikan.
Pada dasarnya terdapat banyak metoda, teknik dan alat bantu dalam
upaya perbaikan dan peningkatan mutu. Manfaatnya untuk mengurangi
kesalahan analisis terutama terkait dengan tindakan medis, namun hal positif
lainnya bagi peningkatan mutu atau kualitas pelayanan seperti mempercepat
waktu proses, memprediksi kemungkinan terjadinya kesalahan, mengurangi
biaya operasional, dan peningkatan kepuasan pasien. Dimana secara spesifik
penggunaan metode atau alat bantu ini bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses di rumah sakit.
Metode atau alat bantu yang digunakan oleh RSUD Siti Fatimah Provinsi
Sumsel dan telah ditetapkan model peningkatan mutu adalah metode FOCUS
PDCA. Konsep PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewart pada
tahun 1930. PDCA kepanjangan dari Plan, Do, Check, Action. PDCA adalah 4
proses interaktif dalam penyelesaian masalah yang umum digunakan dalam
pengendalian mutu. Metode ini dapat digunakan dalam lingkungan pelayanan
kesehatan guna meningkatkan kualitas pelayanan. RSUD Siti Fatimah Provinsi
Sumsel menggunakan FOCUS PDCA (Find, Organize, Clarify, Understand,
Select, Plan, Do, Check, Act) sebagai kerangka kerja dalam upaya melakukan
perbaikan secara kontinyu. FOCUS PDCA merupakan rangkaian kegiatan
yang terdiri dari menemukan masalah, mengorganisir tim kerja, mengklarifikasi
teori terbaru tentang permasalahan, memahami penyebab masalah, memilih
proses potensial untuk menyelesaikan masalah, perencanaan kerja,
pelaksanaan kerja, pengawalan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan
terus-menerus dan berkesinambungan.
Gambar di bawah menunjukkan lingkaran FOCUS PDCA yang diterapkan
di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumsel.
28
Penjelasan lingkaran upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi (Find)
Mengidentifikasi merupakan kegiatan mencari proses yang perlu
perbaikan. Menentukan proses dan komponen yang terlibat dalam proses
tersebut. Mencatat keuntungan yang dapat diterima bila dilaksanakan
perbaikan pada proses tersebut. Memahami bagaimana proses tersebut
sesuai dengan ketentuan dan prioritas Rumah Sakit.
2. Mengorganisir tim kerja (Organize)
Memilih tim yang berpengetahuan luas dalam proses tersebut.
Menentukan ukuran tim, yang terdiri dari anggota yang mewakili berbagai
komponen yang terlibat dalam organisasi, memilih anggota, dan
mempersiapkan diri untuk mendokumentasikan rencana perbaikan.
3. Mengklarifikasi teori terbaru tentang permasalahan (Clarify)
Memperjelas pengetahuan terkini dalam proses. Tim yang telah terbentuk
harus mengulas pengetahuan terkini yang kemudian menghubungkan
dengan proses yang telah terlaksana untuk dapat menganalisa dan
membedakan kesenjangan dalam proses tersebut.
4. Memahami penyebab masalah (Understand)
Memahami penyebab permasalahan. Tim akan mengukur proses dan
mempelajari penyebab permasalahan. Tim akan merumuskan rencana
untuk pengumpulan data (indikator), dengan menggunakan informasi
spesifik tentang permasalahan pada proses untuk membangun gambaran
proses yang terukur dan terkendali.
5. Memilih proses untuk menyelesaikan masalah (Select)
Memilih proses perbaikan yang potensial. Menentukan tindakan yang akan
dilakukan untuk meningkatkan proses (bukti yang terdokumentasi).
6. Perencanaan (Plan)
Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian
masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap
serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakai sebagai pedoman
dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai
dalam perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja sebagai upaya
penyelesaian masalah yang terkait dengan mutu. Pemimpin rumah sakit
akan menetapkan dan membuat prioritas hal-hal yang akan dimonitor.
7. Pelaksanaan (Do)
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah
disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan
29
staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan
orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan
lengkap rencana yang akan dilaksanakan. Setiap bagian harus
mengimplementasikan perencanaan yang telah disetujui dan menetapkan
orang yang bertanggung jawab untuk setiap tugas.
8. Pemeriksaan (Check)
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan
dan hasil yang telah dicapai. Penanggungjawab indikator mutu/ petugas
analisa data bertanggung jawab dalam pemantauan program mutu untuk
mengumpulkan data dan menganalisa data tersebut sesuai dengan
perencanaan yang telah disetujui.
9. Perbaikan (Action)
Tahapan terakhir yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana
kerja. Rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali.
Pemantauan kemajuan serta hasil yang dicapai perlu dilakukan untuk
menyusun rencana langkah selanjutnya. Ketika hasil yang diperoleh
positif, prosedur kemudian diimplementasikan sebagai sebuah ’Standar
Prosedur’. Jika terjadi kegagalan, maka sebuah rencana baru harus
segera disusun sesuai dengan arahan dan prioritas yang ditetapkan oleh
pimpinan dan kembali ke awal sesuai lingkaran PDCA.
30
BAB IV
FOKUS UTAMA UPAYA PENINGKATAN MUTU
31
4.2. Pengukuran Data Indikator Mutu
Unit atau bagian bertanggung jawab dalam mengumpulkan data dan
kemudian melaporkan kepada Unit Penjamin Mutu. Pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan berbagai metoda penarikan sampel agar data
yang diperoleh dapat mewakili populasi atau unsur sampel (representatif).
Pengambilan data di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumsel menggunakan 5
(lima) cara pengambilan sampel yaitu:
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel
sama dengan populasi. Metoda ini digunakan apabila jumlah populasi
kurang dari 100 sehingga seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.
Purposif sampling adalah teknik pengambilan sampel secara sengaja
sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan (sifat-sifat,
karakteristik, ciri, kriteria).
Quota sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara
menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi.
Berdasarkan kebijakan rumah sakit, pengambilan sampel menggunakan
persentase yaitu minimal sebesar 15%.
Consecutive sampling adalah teknik pengambilan semua subjek sampai
jumlah subjek minimal terpenuhi.
Proporsional random sampling adalah bahwa setiap anggota atau unit dari
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai
sampel.
Frekuensi pengumpulan dan analisa data dilakukan setiap 1 bulan sekali.
Validasi data merupakan alat penting untuk menilai mutu dari data dan
untuk menetapkan tingkat kepercayaan (confidence level). Data yang valid
akan sangat membantu Jajaran Direksi untuk mengambil keputusan. Manfaat
dari validasi data adalah dapat menjadi salah satu aspek untuk menetapkan
prioritas penilaian, memilih kegiatan yang akan dinilai, memilih dan mengetes
indikator, mengumpulkan data.
32
a. Melakukan validasi data indikator yang baru diimplementasi;
b. Melakukan validasi data indikator yang akan dipublikasi;
c. Melakukan validasi data indikator yang mengalami perubahan terhadap
indikator sebelumnya;
d. Melakukan validasi data indikator yang mempunyai hasil berubah tanpa
dapat dijelaskan;
e. Melakukan validasi data indikator yang sumber data telah berubah; atau
f. Melakukan validasi indikator yang subyek data telah berubah.
33
1. Petugas pengumpul data di Bagian / Bidang / Instalasi / Tim / Komite
mengumpulkan data indikator mutu ke PIC indikator mutu (petugas
analisa) di Bagian / Bidang / Instalasi / Tim / Komite setiap bulan.
2. Petugas validasi data di Bagian / Bidang / Instalasi / Tim / Komite
mengumpulkan data indikator mutu ke PIC indikator (petugas analisa) di
Bagian / Bidang / Instalasi / Tim / Komite untuk data indikator yang baru
diimplementasi, data indikator yang akan publikasi, data indikator yang
hasil berubah yang tidak dapat dijelaskan, data indikator dengan sumber
data baru, data indikator dengan subjek data baru.
3. PIC indicator mutu (petugas analisa) di Bagian / Bidang / Instalasi / Tim /
Komite melakukan analisa data indikator yang sudah terkumpul dari
petugas pengumpul data dan petugas validasi data setiap bulan.
4. PIC indikator mutu (petugas analisa) Bagian/Bidang/Instalasi/Tim/Komite
melaporkan hasil analisa data indikator mutu ke Unit Penjamin Mutu setiap
bulan
5. Unit Penjamin Mutu membuat laporan kegiatan program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien rekomendasi hasil analisa PIC indikator mutu
(petugas analisa) Bagian/Bidang/Instalasi/Tim/Komite ke Kepala Rumah
Sakit setiap bulan.
6. Kepala Rumah Sakit melakukan monitoring dan pengawasan terhadap
perkembangan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
dengan mengadakan rapat setiap bulan dengan Ka. Bag, Ka. Bid, Ka.
Instalasi, Ka. Tim, dan Unit Penjamin Mutu (UPM).
7. Kepala Rumah Sakit melakukan monitoring dan pengawasan terhadap
perkembangan program peningkatan mutu dengan mengadakan safety
patrol bersama direktur keuangan dan administrasi umum, Ka. Bag, Ka.
Bid dan Unit Penjamin Mutu (UPM).
8. Unit Penjamin Mutu mendokumentasi hasil rapat dan temuan safety patrol
dilapangan dan melaporkan ke Direktur Utama.
9. Kepala Rumah Sakit mengintruksikan Bagian/Bidang/Instalasi/Tim/Komite
untuk melakukan PDCA untuk temuan yang tidak mencapai target pada
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
10. Kepala Rumah Sakit mengintruksi Unit Penjamin Mutu untuk melakukan
koordinasi dan pengawasan terhadap proses PDCA dari Bagian / Bidang /
Instalasi / Tim / Komite.
34
Sistematika pelaporan kegiatan Unit Penjamin Mutu dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Laporan Bulanan
Laporan bulanan yang dibuat berupa rekapitulasi hasil pencapaian
pemantauan indikator mutu. Laporan bulanan ini ditujukan kepada Bagian
Perencanaan dan Evaluasi.
2. Laporan triwulan (April, Juli, Oktober)
Laporan triwulan merupakan laporan tertulis yang memuat evaluasi
kegiatan-kegiatan Unit Penjamin Mutu selama 3 bulan. Laporan ini
memuat penjabaran data berbentuk grafik perbandingan antara trend dan
target/standar dari masing-masing indikator mutu yang disertai dengan
analisa FOCUS-PDCA.
Yang termasuk laporan triwulan antara lain: laporan evaluasi Program
PMKP, laporan validasi data, dan laporan supervisi dan monitoring
evaluasi implementasi standar akreditasi JCI dan KARS. Laporan triwulan
ini ditujukan kepada Pimpinan dan SPI setelah dilakukan sosialisasi
kepada semua pihak terkait.
3. Laporan semester (Juli )
Laporan semester merupakan laporan tertulis yang memuat evaluasi
kegiatan-kegiatan Unit Penjamin Mutu selama 6 bulan. Laporan ini
memuat penjabaran data berbentuk grafik perbandingan antara trend dan
target/standar dari masing-masing indikator mutu yang disertai dengan
analisa FOCUS-PDCA. Yang termasuk laporan semester adalah: laporan
evaluasi Program PMKP triwulan 2 dan laporan self assessment kegiatan
supervisi, monitoring dan evaluasi implementasi standar akreditasi KARS.
Laporan semester ini ditujukan kepada Pimpinan setelah dilakukan
sosialisasi kepada semua pihak terkait.
4. Laporan tahunan (Januari)
Laporan tahunan merupakan laporan tertulis yang memuat evaluasi
kegiatan-kegiatan Unit Penjamin Mutu selama setahun. Laporan ini
memuat penjabaran data pencapaian indikator mutu yang berbentuk grafik
perbandingan antara trend dan target/standar dilengkapi dengan analisa
FOCUS-PDCA. Data-data yang dilaporkan secara detail ini terkait dengan
pelaksanaan Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien. Selain
itu dalam laporan tahunan juga dijabarkan secara ringkas tentang semua
kegiatan Unit Penjamin Mutu selama setahun seperti kegiatan validasi
data, kegiatan supervisi, monitoring dan evaluasi serta kegiatan self
assessment. Laporan tahunan ditujukan kepada Pimpinan setelah
dilakukan sosialisasi pada awal tahun.
35
Pedoman PMKP ini merupakan pedoman yang disusun untuk mengawal
pelaksanaan program mutu di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumsel. Oleh
karena itu implementasi teknis dari Pedoman PMKP dituangkan dalam bentuk
sebuah program yang disebut Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien. Pencatatan awal terhadap hasil pelaksanaan program dilakukan pada
formulir pencatatan yang didesain sesuai dengan indikator yang dipantau di
setiap unit kerja. Pencatatan ini berupa data dasar hasil pemantauan setiap
hari. Hasil pemantauan ini kemudian akan dikompilasi dan dianalisa berupa
kalkulasi jumlah numerator, denominator, pencapaian sesuai formula, dan
kemudian dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. Pencatatan dan
analisa awal dilakukan oleh masing-masing Kepala Bagian/Bidang/Instalasi/
Komite Medik tempat dimana indikator tersebut dipantau.
Setelah dilakukan pencatatan dan analisa awal selama masa
pemantauan, selanjutnya hasil pemantauan tersebut dilaporkan ke masing-
masing Kepala Bagian/Bidang/Instalasi/Komite Medik terkait dengan
dilengkapi catatan apabila hasil pemantauan tidak mencapai target (formulir
terlampir). Laporan awal ini kemudian akan ditindaklanjuti oleh setiap Kepala
Bidang/Bagian/Instalasi/Tim/Komite Medik dengan membuat laporan lanjutan
berupa rekapitulasi pencapaian target dalam bentuk grafik garis (tren) yang
dibandingkan dengan target dan dilengkapi dengan interpretasi. Apabila target
tidak tercapai, maka catatan yang telah diberikan oleh Kepala
Bidang/Bagian/Instalasi/Tim/Komite Medik akan digunakan sebagai dasar
pembuatan laporan pelaksanaan program peningkatan mutu FOCUS. Laporan
lengkap ini kemudian dari Unit Penjamin Mutu dilaporkan kepada Kepala
Rumah Sakit dan ditembuskan ke Kasie Pelayanan Medik dan Keperawatan
serta Kepala Sub Bagian Tata Usaha. Unit Penjaminan Mutu akan membuat
laporan tingkat Rumah sakit secara periodik dan melaporkan kepada Kepala
Rumah Sakit.
4.5. Sistem Monitoring dan Evaluasi Data Indikator Mutu
Monitoring terhadap pelaksanaan Program PMKP dilakukan oleh Unit
Penjaminan Mutu secara kontinyu setiap bulan. Monitoring ini bertujuan untuk
memastikan unit kerja telah melaksanakan Program PMKP dengan baik dan
apabila ada kesulitan atau masalah maka hal ini dapat segera diatasi. Laporan
lengkap yang ditembuskan ke Unit Penjamin Mutu kemudian akan dikompilasi
dan dievaluasi lebih lanjut untuk melihat keberhasil pelaksanaan program.
Hasil evaluasi ini dituangkan dalam bentuk laporan yang kemudian akan
dilaporkan kepada Direksi setiap 3 bulan sekali dalam Rapat Evaluasi
36
Triwulan. Disamping itu evaluasi tahunan juga dilakukan guna merangkum
hasil pencapaian semua unit kerja selama setahun. Evaluasi tahunan
menghasilkan laporan tahunan yang disampaikan / dilaporkan kepada direksi
dalam Rapat Evaluasi Tahunan Program PMKP.
Rapat evaluasi tahunan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang
harus dilakukan oleh unit kerja. Rekomendasi yang dihasilkan merupakan cara
atau sarana untuk melakukan perbaikan dan pengembangan kualitas
pelayanan. Selanjutnya, Unit Penjamin Mutu akan memantau pelaksanaan
rekomendasi tersebut dan melaporkan kembali kepada Pimpinan. Di samping
itu laporan hasil pemantauan juga akan di-publish di media komunikasi rumah
sakit yaitu Website Resmi RSUD Siti Fatimah.
37
mengadopsi praktik terbaik (best practice) untuk meraih sasaran yang
diinginkan.
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumsel melakukan benchmarking dengan
tujuan memahami perubahan dan penyebab perubahan yang tidak diinginkan
serta membantu memfokuskan upaya perbaikan. Upaya membandingkan data
dilakukan dengan membandingkan data dengan rumah sakit sejenis, dengan
standar-standar, serta dengan praktik-praktik yang menurut literatur
digolongkan sebagai best practice.
Dalam hal ini RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumsel melakukan benchmarking
dengan cara:
1. Membandingkan dengan Rumah Sakit sejenis.
2. Membandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh WHO dan
Kementerian Kesehatan RI.
38
BAB V
KEGIATAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
39
• Pencegahan dan pengendalian infeksi, surveilans, dan pelaporan
Riset klinis
40
Rumah sakit akan segera melakukan tindakan apabila terjadi
kejadian yang tidak diinginkan atau diharapkan. Hal ini bertujuan untuk
menentukan dimana sebaiknya berfokus untuk melakukan perubahan
dan mencegah kejadian serupa terulang kembali. Perbandingan terhadap
data yang diperoleh dilakukan secara internal dari waktu ke waktu ketika
melakukan analisa terhadap data kejadian yang tidak
diharapkan/diinginkan. Untuk melihat tren kejadian, alat statistik dan
komputer digunakan dalam melakukan analisa data. Sesuai dengan
Standar Akreditasi Nasional Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
PMKP analisis dilakukan untuk hal berikut ini:
• Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi
• Semua kejadian serius akibat efek samping obat
• Semua kesalahan pengobatan yang signifikan
• Semua perbedaan besar antara diagnosis pra-operasi dan pasca-
operasi
• Efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat atau
mendalam dan pemakaian anestesi
• Kejadian-kejadian lain seperti wabah penyakit menular
Tata cara pelaporan insiden dibedakan menjadi 2 yaitu pelaporan
internal dan pelaporan eksternal. Alur pelaporan insiden ke Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) adalah sebagai berikut:
• Apabila terjadi suatu insiden di rumah sakit, wajib segera
ditindaklanjuti (dicegah / ditangani) untuk mengurangi dapat atau
akibat yang tidak diharapkan.
• Setelah ditindaklanjuti segera buat laporan insiden dengan mengisi
formulir laporan insiden pada akhir jam kerja / shift kepada atasan
langsung paling lambat 2x24jam.
• Setelah selesai mengisi laporan segera serahkan kepada atasan
langsung pelapor.
• Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading
resiko terhadap insiden yang dilaporkan.
Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang
akan dilakukan, sebagai berikut:
• Grade biru : investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu
maksimal 1 minggu
• Grade hijau : investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu
maksimal 1 minggu
41
• Grade kuning : investigasi komprehensif/analisis akar masalah (RCA)
oleh Tim KPRS, waktu maksimal 45 hari
• Grade merah : investigasi komprehensif/analisis akar masalah (RCA)
oleh Tim KPRS, waktu maksimal 45 hari
42
Aktifitas penurunan angka infeksi yang dilakukan RSUD Siti Fatimah
Provinsi Sumsel berpusat pada area berikut:
a. Surveilans cuci tangan
IPCN bertanggung jawab dalam melakukan surveilans setiap bulan
untuk mengetahui kondisi terkini. IPCN melakukan observasi langsung
terhadap seluruh staf medis di ruang perawatan terkait kepatuhan
mereka dalam melakukan cuci tangan.
43
e. Monitoring dan evaluasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Pelaksanaan PPI di rumah sakit dilaksanakan oleh Komite.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dan Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi yang langsung berada dibawah koordinasi direktur
utama. Untuk memperlancar kegiatan PPI, Komite PPI memiliki IPCN
yang bertugas purna waktu. Komite PPI melalui petugas IPCN melakukan
monitoring dan evaluasi secara reguler di seluruh area rumah sakit.
Adapun monitoring dan evaluasi yang dilakukan terhadap
pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit dilakukan terhadap
beberapa hal terkait:
• Pembuangan sampah infeksius & cairan tubuh
• Penanganan pembuangan darah dan komponen darah Pembuangan
benda tajam dan jarum
• Pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum
• Kepatuhan hand hygiene
44
6) Kejadian pasien jatuh
7) Cedera akibat prosedur
8) Cedera akibat penggunaan fasilitas
Ketika KTD atau adverse events teridentifikasi, Tim KPRS akan
melakukan investigasi sederhana dan RCA untuk menentukan tindakan
yang perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien. Tim akan melaporkan aktivitasnya kepada Direktur
Utama melalui Direktur Medis dan Keperawatan.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) atau near miss adalah semua
kejadian yang hampir menyebabkan cidera pada pasien akibat
melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan. Tujuan penanganan kejadian near miss adalah :
1) Untuk mengurangi resiko kejadian adverse events
2) Untuk mengidentifikasi perbaikan yang potensial
3) Untuk peningkatan mutu pelayanan
Jenis KNC yang harus dilaporkan setidak-tidaknya meliputi:
1) Administrasi
a) Kesalahan serah terima pasien
b) Ketidaklengkapan pengisisan informed consent
c) Ketidaklengkapan identitas pasien
d) Keterlambatan pelayanan proses administrasi
2) Farmasi
a) Kesalahan peresepan obat (prescription error)
b) Kesalahan pengeluaran dan pengemasan obat (dispensing
error)
c) Kekosongan stok obat
3) Prosedur klinis
a) Prosedur klinis tidak dilakukan ketika dibutuhkan
b) Penundaaan jadwal pelaksanaan prosedur klinis
c) Tidak ada penandaan area yang akan dioperasi (site marking)
d) Kesalahan penandaan area yang akan dioperasi (site marking)
e) Ketidaksesuaian antara janji hasil dengan hasi pemeriksaan
penunjang
4) Dokumentasi
a) Kesalahan memasukkan/meng-input data
b) Tulisan tidak dapat dibaca
c) Ketidaksesuaian dalam penggunaan singkatan
45
d) File rekam medis hilang
e) Ketidaksesuaian catatan hand over
f) Kesalahan penulisan identitas pasien
g) Kesalahan akses dokumen dan atau pasien
6) Tranfusi darah
a) Kekosongan stok darah dan produk darah
b) Ketidaksesuaian suhu penyimpanan
c) Monitoring suhu penyimpanan tidak dilakukan
d) Monitoring reaksi transfusi tidak dilakukan
7) Gizi
a) Kesalahan penyimpanan
b) Pencemaran makanan
c) Kesalahan diet
d) Kesalahan konsistensi
e) Kesalahan pemberian makanan pada pasien
8) Alat medis / alat kesehatan
a) Alat-alat tidak bersih atau steril
b) Alat-alat rusak
c) Alat-alat tidak tersedia
d) Kesalahan pemakaian alat
9) Perilaku
Agresi verbal pasien
10) Infrastruktur
Ruang pelayanan pasien rusak
11) Manajemen organisasi
a) Tidak ada SPO
b) Tidak ada kebijakan
12) Laboratorium
a) Kesalahan penempatan bahan
b) Kesalahan pengiriman bahan
46
Sentinel Event adalah semua kejadian dimana pasien meninggal
tidak secara alami dan tidak karena penyakitnya serta hasil
perawatannya berbeda dari yang diharapkan, atau disebabkan karena
salah satu hal di bawah ini:
1) Tindakan yang dilakukan pada pasien yang salah atau tindakan pada
bagian tubuh yang salah
2) Bunuh diri
3) Peralatan medis dan non medis yang mencederai pasien
4) Benda tidak sengaja tertelan sehingga memerlukan tindakan operasi
5) Gas masuk ke pembuluh darah yang menyebabkan kematian atau
kerusakan saraf
6) Transfusi darah: kesalahan pemberian transfusi
7) Salah obat: kesalahan pemberian obat
47
BAB VI
PENUTUP
48
DAFTAR KEPUSTAKAAN
49