Anda di halaman 1dari 10

MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

Tugas Mata Kuliah


Etika Bisnis dan Profesi

Oleh :

Nadiya Az Zahra
180810301239

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dan alam semesta mempunyai keterikatan yang kuat dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Manusia dalam tujuan mempertahankan hidup tentu
membutuhkan alam semesta sebagai tempat hidup, begitupun dengan alam semesta
untuk menjamin kelangsungan dan kelestariannya sangat bergantung pada manusia.
Pada awal abad 21 ini , hubungan manusia dengan alam menjadii tak seiimbang hal
ini disebabkan karena terjadinya kerusakan lingkungan hidup.
Lingkungan kita sekarang ini sudah sangat memprihatinkan. Banyak ancaman
serius terhadap masa depan manusia mulai dari perubahan iklim serta lenyapnya ozon
sampai kepolusi udara dan kontraminasi dengan bahan beracun, pada umumnya
muncul karena kegagalan perekonomian untuk menilai dan memperhitungkan
kerusakan lingkungan hidup. Satu-satunya makhluk yang bertanggung terhadap
kerusakan lingkungan hidup adalah manusia, untuk itu manusia perlu mempelajari dan
mengembangkan pengetahuan alam guna menjaga keseimbangan alam. Dari Uraian
latar belakang tersebut, penulis akan membahas topik manusia dan alam semesta
yang merupakan salah satu materi dari etika bisnis dan profesi.

BAB II
PEMBAHASAN

1
2.1 Hakikat Kebenaran
Untuk memahami mengapa berbagai disiplin ilmu dan tekhnologi tidak
sepenuhnya mampu memahami misteri keberadaan alam semesta dan tidak lagi
sepenuhnya dapat menjelaskan dan memecahkan berbagai permasalahan dunia
saat ini, maka kita perlu renungkan terlebih dahulu apa yang dinyatakan oleh E.F.
Schumacher (dalam Eko Wijayanto dkk, 2002) sebagai empat kebenaran besar,
yaitu:
a. Kebenaran tentang eksistensi (dunia/alam semesta)
Kebenaran tentang eksistensi menyangkut kebenaran tentang adanya
empat tingkat eksistensi dunia, yaitu: benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
manusia. Yang membedakan adalah unsur kesadaran yang dimiliki oleh
keempat kelompok eksistensi tersebut.
b. Kebenaran tentang alat (tools)
Kebenaran tentang alat maksudnya adalah ketepatan penggunaan alat
(tools) yang dipakai untuk memahami keempat tingkat ekstensi tersebut. Disini
hendaknya diterapkan asas ketepatan. Misalnya pendekatan rasio (pendekatan
ilmiah) paling tepat dipakai untuk memahami benda (fisik), namun tidak
sepenuhnya tepat dipakai untuk memahami pola kerja biologis, etika,
kesadaran spiritual, hakikat manusia apalagi untuk memahami tuhan (potensi
murni)
c. Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia
Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia akan berbeda untuk empat
bidang pengetahuan : (1) saya – batin, (2) saya – lahiriah, (3) dunia – batin, (4)
dunia – lahiriah/ material.
d. Kebenaran tentang hidup didunia
Kebenaran tentang hidup didunia, dijumpai dua corak masalah, yaitu:

1. Masalah konvergen (bertitik temu), yaitu suatu yang dapat dipecahkan


secara menyeluruh.
2. Masalah divergen (bertitik pisah), yaitu sesuatu yang selalu berlawanan.
Kedua masalah ini tentu tidak dapat dipecahkan dengan cara yang sama.

2.2 Hakikat Eksistensi (Dunia atau Alam Semesta)


Alam semesta hanya dilihat sebagai materi/ substansi yang terbentang luas dan
tak bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan dengan pendekatan ilmiah

2
dan rasional. Namun Schumacher telah mengingatkan para ilmuwan tentang
adanya tingakatan eksistensi alam semesta sebagai berikut:
1. Benda, dapat dituliskan P
2. Tumbuhan, dapat dituliskan P+X
3. Hewan, dapat dituliskan P+X+Y
4. Manusia, dapat dituliskan P+X+Y+Z

Keterangan simbol :
P = Benda mati
X = Untuk unsur hidup
Y = Untuk kesadaran
Z = Untuk kesadaran diri

Dengan cara yang agak berbeda, Chopra (2004) mengemukakan tiga tingkat
keberadaan, yaitu:
1. Domain fisik, yaitu domain substansi, materi, dan alam semesta yang dapat
diketahui melalui pancaindra (dapat diraba, dilihat, didengar, dibaui, dikecap).
Contoh : Api, air, tanah, udara, rumah, mobil, tumbuh-tumbuhan, hewan,
gedung bertingkat, danau, laut dsb.
Pada domain fisik ini, segalanya dibatasi oleh ruang dan waktu. Segalanya
mengikuti siklus: lahir, tumbuh dan mati.
2. Domain kuantum, yaitu segalanya terdiri atas informasi dan energy. Melalui
persamaan Einstein, dimana E = m.c2

Keterangan persamaan :
E : Energi
m : Massa
c : Kecepatan cahaya
3. Domain nonlocal, eksistensi tingkat ketiga ini tidak ada lagi identitas individual,
semuanya membaur, luluh, dan menyatu.

2.3 Hakikat Manusia


Steven dan Haberman (2001), mengatakan bahwa meski ada begitu
banyak hal yang sangat bergantung pada konsep tentang hakikat manusia.
Namun terdapat begitu banyak hal yang sangat bergantung pada konsep tentang
hakikat manusia. Namun terdapat begitu banyak ketidaksepakatan mengenai apa
itu hakikat manusia. Adanya ketidaksepakatan dikarenakan banyak pihak hanya

3
melihat hakikat manusia secara sepotong-potong tanpa mendudukannya dalam
konteks keseluruhan yang utuh.
Kecenderungan memahami hakikat manusia secara sepotong-potong ini
sangat jelas terasa bila melihat perkembangan dan aliran dalam psikologi,
khususnya menyangkut konsepsi psikologis tentang manusia. Mc.Dafid dan
Harari (dalam jalaluddin Rakhmat, 2001) mengelompokkan empat teori psikologis
dikaitkan dengan konsepsinya tentang manusia sebagai berikut:
1. Psikoanalisis, yaitu melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan
oleh keinginan terpendam (homo valensi).
2. Behaviorisme, yaitu menganggap manusia sebagai makhluk yang digerakkan
semuanya oleh lingkungan (homo mechanicus).
3. Kognitif, yaitu yang menganggap manusia sebagai makhluk berfikir yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimulasi yang diterimanya (homo
sapiens).
4. Humanisme, yaitu yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam
merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (homo ludens).

2.4 Hakikat Otak (Brain) dan Kecerdasan (Intelligence)


a. Hakikat Otak
Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks. Otak memiliki
kemampuan sangat luar biasa, antara lain: memproduksi pikiran-sadar, melakukan
pilihan bebas, menyimpan ingatan, memungkinkan memiliki perasaan,
menjembatani kehidupan spiritual dengan kehidupan materi/fisik, kemampuan
perabaan, persentuhan, penglihatan, penciuman, berbahasa, mengendalikan
berbagai organ tubuh, dan sebagainnya.
Menurut Agus Nggermanto (2001), di dalam otak manusia terdapat 9
subkompone, yaitu :
1. Neocortex, merupakan lapisan otak paling luar hanya dimiliki oleh manusia dan
tidak dimiliki oleh makhluk lain. Lapisan ini memungkinkan manusia
mempunyai berbagai kemampuan, seperti menulis, membaca, melakukan
perhitungan rumit, menguasai bahasa, melukis, dan sebagainya.
2. Corpus callasum, merupakan penghubung antara belahan kiri dan kanan.

4
3. Cerebellum atau sering disebut otak kecil, berfungsi mengatur gerakan dan
gerak refleks.
4. Otak reptile, terletak dilapisan terdalam dari otak kita dan memiliki fungsi yang
berhubungan dengan rasa aman dan rasa takut.
5. Hippocampus, yaitu berhubungan dengan ingatan jangka panjang.
6. Amigdala, melakukan fungsi mengatur emosi.
7. Pituitary gland, berfungsi memengaruhi dan mengatur kerja hormon.
8. Hypothalamus, berfungsi mengontrol hormon seksual, agresi, tekanan darah,
suhu badan, dan rasa haus.
9. Thalamus, merupakan bagian dari sistem limbic yang terletak di lapisan/ bagian
tengah otak dan fungsi utamanya adalah mengendalikan emosi dan perasaan.

b. Hakikat Kecerdasan
Pada awalnya para ilmuan hanya mengenal kecerdasan intelektual (IQ).
Dengan kecerdesan ini, manusia dianggap mampu mengatasi berbagai
persoalan hidup. Namun belakangan baru disadari bahwa sebenarnya manusia
mempunyai banyak kecerdasan.
Meskipun manusia memiliki banyak kecerdasan, pada hakikatnya semua
kecerdasan itu dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis, yaitu
1. Kecerdasan intelektual (IQ), yaitu berguna untuk memahami dunia fisik dan
membangun kekayaan materi.
2. Kecerdasan emosional (EQ), yaitu berguna untuk mengal diri dan orang
lain serta untuk membangun hubungan sosial atau modal sosial.
3. Kecerdasan spiritual (SQ), yaitu berguna untuk untuk mencari makna hidup
melalui hubungan dengan Tuhan (kesadaran tak terbatas) dan untuk
memupuk modal spiritual.
Ketiga jenis kecerdasan tersebut (IQ, EQ, SQ) merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan, dengan SQ sebagai fondasinya.

2.5 Hakikat Pikiran dan Kesadaran


a. Hakikat pikiran
Pikaran memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Blaise Pascal (dalam Hart,1997) mengatakan “manusia jelas sekali dibuat
untuk berfikir didalamnya terletak semua martabat, kebijakannya, dan seluruh
kewajibannya adalah berfikir sebagaimana seharusnya.”.

b. Hakikat Kesadaran

5
Krishna (1999) membagi kesadaran manusia kesadaran manusia ke dalam
lima tingkat kesadaran/ lapisan utama. Kelima lapisan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Lapisan kesadaran fisik, yang ditentukan oleh makanan .
2. Lapisan kesadaran psikis, yang didasarkan atas energy dari udara yang
disalurkan melalui pernapasan.
3. Lapisan kesadaran pikiran, yang merupakan kesadaran pikiran rasional dan
emosional. Bila pikiran kacau atau dalam keadaan marah, maka napas kita
akan lebih cepat dan sebaliknya.
4. Lapisan intelegensia, menyangkut kesadaran hati nurani atau budi pekerti.
5. Lapisan kesadaran murni, merupakan hasil akhir pemekaran kepribadian
manusia, yang merupakan tingkat kesadaran tinggi yang dapat dicapai oleh
manusia.

2.6 Tujuan Dan Makna Kehidupan


Pemahaman tentang hidup sangat bergantung pada evolusi kesadaran
seseorang. Ibnu arabi (dalam Frager, 1999) membagi empat tingkat kesadaran
berdasarkan pengalaman dan pemahaman akan hakikat kehidupan sebagai
berikut:
1. Jalan syari’ah, yaitu tahap dimana seseorang secara taat asas mengikuti
hukum moral (hukum keagamaan) dalam kehidupan sehari-hari.
2. Jalan thariqah, yaitu tahap dimana seseorang mencoba mencari kebenaran
atau menggali kebenaran melalui pengalaman langsung, melampui hukum
moral keagamaan.
3. Jalan haqiqah, yaitu tahap dimana seseorang telah memahami makna
terdalam dari praktik syari’ah dan thariqah.
4. Jalan ma’rifah, yaitu tahap dimana seseorang telah mempunyai kearifan dan
pengetahuan terdalam tentang kebenaran spiritual.

2.7 Alam semesta sebagai satu kesatuan sistem


Alam semesta beserta seluruh isinya sebenarnya merupakan satu
kesatuan sistem. Pengertian sistem menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI)
karangan Poerwadarni (1976) adalah:
a. Sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama untuk
melakukan suatu maksud, misalnya urat syaraf dalam tubuh.
b. Sekelompok pendapat, peristiwa, kepercayaan, dan sebagainya yang disusun
dan diatur dengan baik, misalnya filsafat.

6
c. Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu, misalnya pengajaran
bahasa.
Inti dari pemahaman konsep sistem adalah bahwa setiap elemen
(bagian, unsure, subsistem) saling bekerja sama, saling mendukung, saling
memerlukan, dan saling memengaruhi satu dengan lainnya dalam kerangka
mencapai tujuaan sistem secara keseluruhan. Oleh karena itu, adanya
gangguan pada satu elemen sekecil apapun gangguan tersebut akan
berpengaruh pada pola interaksi elemen lainnya. Pada akhirnya, tentu saja hal
tersebut akan berpengaruh pada pencapaian tujuan sistem secara keseluruhan
sebagai satu kesatuan.

2.8 Spiritualitas dan etika


Etika adalah adat, kebiasaan, dan ilmu yang mempelajari hubungan
perilaku manusia yang bersifat horizontal, yaitu hubungan manusia dengan
manusia, manusia dengan lembaga, manusia dengan alam, dan lembaga atau
organisasi lainnya. Sementara itu spriritualitas berhubungan dengan perilaku
manusia yang bersifat vertical, dalam arti hubungan manusia dengan Tuhan.
Sejatinya , setiap manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidup
didunia ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tingkat
kesadaran Tuhan (kesadaran transcendental/ kesadaran spiritual). Bila kesadaran
spiritual telah tercapai , maka kesadaran etis dengan sendirinya tercapai. Namun
harus diingat bahwa dalam perjalanan mendaki puncak kesadaran spiritual ini,
syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah orang yang bersangkutan harus
menjalani perilaku hidup yang etis dan hidup sesuai dengan norma-norma moral
yang telah di ajarkan oleh agama. Pada tahap awal, perilaku etis akan
memengaruhi kesadaran spiritual seseorang dan pada tahap selanjutnya,
kesadaran spiritual akan menentukan tingkat kesadaran etis seseoran.

7
BAB III
KESIMPULAN

Manusia dan alam semesta mempunyai keterikatan yang kuat dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Didalam hakekat manusia dijelaskan manusia
adalah bagian dari keberadaan alam semesta. Segala sesuatu yang ada di alam
semesta juga ada di alam manusia. Oleh karena itu, alam semesta dan alam
manusia sebenarnya sama-sama mempunyai tiga lapisan keberadaan, yaitu fisik,
energy pikiran, dan kesadaran murni.
Manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan sistem yang tidak
dapat dipisahkan. Perilaku umat manusia akan sangat menentukan nasib
keberadaan bumi, alam semesta, beserta seluruh isinya.

DAFTAR PUSTAKA

8
Agoes, Sukrisno. 2014. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya Edisi Revisi. Jakarta Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai