Anda di halaman 1dari 156

MODUL

BIOPSIKOSOSIAL

PENYUSUN

Veni Fatmawati, SST.Ft.,M.Fis

PROGRAM STUDI S 1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNUVERSITAS „AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2016-2017

1
VISI, MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
UNUVERSITAS „AISYIYAH YOGYAKARTA

Visi

Menjadi program studi Fisioterapi pilihan dan unggul berwawasan


kesehatan yang berbasis nilai-nilai Islam

Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat
berwawasan kesehatan dan berbasis nilai-nilai Islam untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.

2. Mengembangkan sumberdaya manusia berakhlak mulia, berilmu-


pengetahuan, menguasai teknologi, profesional, dan berjiwa entrepreneur
yang menjadi kekuatan penggerak dalam menghadapi tuntutan zaman.

3. Mengembangkan pemikiran Islam berkemajuan yang berwawasan


kesehatan.

4. Menyelenggarakan tata kelola program studi Fisioterapi yang baik,


amanah dan berkelanjutan.

5. Mengembangkan jejaring dengan institusi di dalam dan luar negeri

Tujuan Prodi Fisioterapi:


1. Terwujudnya program studi Fisioterapi pilihan dan unggul dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, profesi, dan peran kemanusiaan
berwawasan kesehatan berbasis nilai-nilai Islam.
2. Terwujudnya pendidikan yang menghasilkan lulusan berakhlak mulia,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, profesional, berjiwa
entrepeneur, dan menjadi kekuatan penggerak dalam memajukan
kehidupan bangsa.

2
3. Menghasilkan karya-karya ilmiah yang menjadi rujukan dalam
pemecahan masalah.
4. Terselenggaranya pengabdian pada masyarakat yang berorientasi pada
pemberdayaan dan pencerahan.
5. Terwujudnya tata kelola program studi Fisioterapi yang baik, amanah
dan berkelanjutan.
6. Terwujudnya jejaring dengan institusi di dalam dan luar negeri.

3
Ayat ayat Alquran
SURAT 25. AL FURQAAN
Ayat 1-5

Terjemahan Text Qur'an Ayat


Maha Suci Allah yang telah َُ‫بركَ اىَّذِي ّ ََّش َه ْاىفُ ْزقَبَُ َعيَى َع ْب ِذ ِه ِىٍَ ُنى‬ َ َ‫تَب‬ 1
menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) ‫ٌِزا‬ ً ‫ِى ْي َعبىَ ٍََِِ َّذ‬
kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam,
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan ‫ض َوىَ ٌْ ٌَتَّ ِخذْ َوىَذًا‬ ِ ‫األر‬
ْ ‫ث َو‬ َّ ‫ اىَّذِي ىَهُ ٍُ ْيلُ اى‬2
ِ ‫س ََ َبوا‬
langit dan bumi, dan Dia tidak ٍ‫ش ًْء‬ َ ‫ٌل فًِ ْاى َُ ْي ِل َو َخيَقَ ُم َّو‬ٌ ‫َوىَ ٌْ ٌَ ُن ِْ ىَهُ ش َِز‬
mempunyai anak, dan tidak ada ‫ٌِزا‬ ً ‫فَقَذ ََّرهُ تَ ْقذ‬
sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan
(Nya), dan Dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-
rapinya.
Kemudian mereka mengambil ٌْ ‫ش ٍْئًب َو ُه‬َ َُ‫َواتَّ َخذُوا ٍِ ِْ دُو ِّ ِه آ ِى َهتً ال ٌَ ْخيُقُى‬ 3
tuhan-tuhan selain daripada-Nya ‫ض ًّزا َوال َّ ْفعًب َوال‬ َ ٌْ ‫ٌ ُْخيَقُىَُ َوال ٌَ َْ ِي ُنىَُ أل ّْفُ ِس ِه‬
(untuk disembah), yang tuhan-tuhan ‫ىرا‬
ً ‫ش‬ ُ ُّ ‫ٌَ َْ ِي ُنىَُ ٍَ ْىتًب َوال َحٍَبةً َوال‬
itu tidak menciptakan apa pun,
bahkan mereka sendiri diciptakan
dan tidak kuasa untuk (menolak)
sesuatu kemudaratan dari dirinya
dan tidak (pula untuk mengambil)
sesuatu kemanfaatan pun dan (juga)
tidak kuasa mematikan,
menghidupkan dan tidak (pula)
membangkitkan.
Dan orang-orang kafir berkata: "Al ‫َوقَب َه اىَّذٌَِِ َم َف ُزوا إِ ُْ َهذَا إِال إِ ْف ٌل‬ 4
Qur'an ini tidak lain hanyalah ْ‫ظ ْي ًَب ا ْفتَ َزاهُ َوأَ َعبَّهُ َعيَ ٍْ ِه قَ ْى ًٌ آخ َُزوَُ فَقَذ‬ ُ ‫َجب ُءوا‬
kebohongan yang diada-adakan oleh ‫ورا‬ ً ‫َو ُس‬
Muhammad, dan dia dibantu oleh
kaum yang lain"; maka
sesungguhnya mereka telah berbuat
suatu kelaliman dan dusta yang

4
Terjemahan Text Qur'an Ayat
besar.
Dan mereka berkata: "Dongengan- ‫ً ت ُ َْيَى َعيَ ٍْ ِه‬َ ‫األوىٍَِِ ا ْمتَتَبَ َهب فَ ِه‬
َّ ‫ٍز‬ُ ‫بط‬
ِ ‫س‬َ َ‫َوقَبىُىا أ‬ 5
dongengan orang-orang dahulu, ‫صٍال‬ ِ َ‫بُ ْن َزةً َوأ‬
dimintanya supaya dituliskan, maka
dibacakanlah dongengan itu
kepadanya setiap pagi dan petang."

5
I. DISKRIPSI MODUL
Modul ini akan dijalankan dalam 7 minggu pada tahun pertama semester pertama.
Modul ini adalah modul kedua dari Blok Pra Keilmuan Fisioterapi. Pada modul ini
mahasiswa akan belajar tentang aspek-aspek sosio-antropologi konsep teoritis tentang
Konsep Pengantar psikologi dan psikologi kesehatan, Psikologi Faal, Psikologi kepribadian dan
Psikilogi sosial, Empati dan simpati, Psikosomatis, Kecerdasan Interpersonal, Psikologi
kepribadian, Stress dan depresi, Ansietas dan Emosi, Antropologi Kesehatan, Hak dan
Kewajiban Tenaga kesehatan&Pasien, Prilaku kesehatan masyarakat tradisional & modern,
Pengaruh sistem nilai dalam hidup sehat, Perilaku sakit dan peranan pasien, Kemajuan IPTEK
dalam pelayanan kesehatan, Sistem pelayanan kesehatan, Budaya rumah sakit, Pengantar
sosiologi dan Perubahan sosial, Interaksi sosial dan klasifikasi, Norma,nilai,hukum, Status sosial
dan akses kesehatan. Modul ini memuat 2 skenario.

II.TOPIC TREE
MODUL BIOPSIKOSOSIAL

1. Pengantar psikologi dan psikologi 11. Antropologi Kesehatan


kesehatan 12. Prilaku kesehatan masyarakat tradisional
2. Psikologi Faal & modern
3. Psikologi kepribadian dan Psikilogi 13. Pengaruh sistem nilai dalam hidup sehat
sosial 14. Perilaku sakit dan peranan pasien
4. Empati dan simpati 15. Kemajuan IPTEK dalam pelayanan
5. Psikosomatis kesehatan
6. Kecerdasan Interpersonal 16. Sistem pelayanan kesehatan
7. Psikologi kepribadian 17. Budaya rumah sakit
8. Stress 18. Pengantar sosiologi dan Perubahan sosial
9. Depresi 19. Interaksi sosial dan klasifikasi
10. Ansietas dan Emosi 20. Norma,nilai,hukum
21. Status sosial dan akses kesehatan

6
III. KOMPENTENSI DASAR

Pada akhir modul ini diharapkan mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis pada tentang
aspek-aspek psikologi dan sosioantropologi dalam pelayanan fisioterapi.
IV . RANCANGAN PEMBELAJARAN
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MODUL
Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis tentang Konsep Pengantar psikologi dan
psikologi kesehatan, Psikologi Faal, Psikologi kepribadian dan Psikilogi sosial, Empati dan
simpati, Psikosomatis, Kecerdasan Interpersonal, Psikologi kepribadian, Stress dan depresi,
Ansietas dan Emosi, Antropologi Kesehatan, Hak dan Kewajiban Tenaga kesehatan&Pasien,
Prilaku kesehatan masyarakat tradisional & modern, Pengaruh sistem nilai dalam hidup sehat,
Perilaku sakit dan peranan pasien, Kemajuan IPTEK dalam pelayanan kesehatan, Sistem
pelayanan kesehatan, Budaya rumah sakit, Pengantar sosiologi dan Perubahan sosial, Interaksi
sosial dan klasifikasi, Norma,nilai,hukum, Status sosial dan akses kesehatan.
Mahasiswa mampu mengaplikasikan Hak dan Kewajiban Tenaga kesehatan&Pasien,
Perilaku sakit dan peranan pasien, Sistem pelayanan kesehatan, Budaya rumah sakit.
B. KARAKTERISTIK MAHASISWA
Modul ini diikuti oleh mahasiwa semester enam tahun 2016/2017 Program Studi S1
Fisioterapi.

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Konsep Pengantar psikologi dan psikologi
kesehatan.
2. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Psikologi Faal
3. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Psikologi kepribadian dan Psikilogi sosial
4. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Empati dan simpati
5. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Psikosomatis
6. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Kecerdasan Interpersonal
7. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Psikologi kepribadian
8. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Stress dan depresi
9. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Ansietas dan Emosi
10. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Antropologi Kesehatan
11. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Hak dan Kewajiban Tenaga
kesehatan&Pasien
12. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Prilaku kesehatan masyarakat tradisional &
modern

7
13. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Pengaruh sistem nilai dalam hidup sehat
14. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Perilaku sakit dan peranan pasien
15. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Kemajuan IPTEK dalam pelayanan
kesehatan
16. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Sistem pelayanan kesehatan
17. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Budaya rumah sakit
18. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Pengantar sosiologi dan Perubahan sosial
19. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Interaksi sosial dan klasifikasi
20. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Norma,nilai,hukum
21. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis Status sosial dan akses kesehatan.
D. PRE ASSESMENT
Kegiatan pembelajaran harus diikuti mahasiswa sebagai pra syarat untuk mengikuti ujian
akhir. Minimal keikutsertaan dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Teori : 75%

2. Tutorial : 100% *

3. Skill lab : 100%*

4. Praktikum : 100%*

Catatan : * tidak hadir maksimal 2x pertemuan dlm 1 modul dengan alasan yang
dapat dipertanggungjwbkan :

1. Sakit dibuktikan dengan surat keterangan dokter

2. Musibah

3. Tugas kampus dibuktikuan dengan surat tugas

8
E. STRATEGI PEMBELAJARAN
Minggu ke 1
TIME
SCHE TOPIC STRATEGY DEPARTMENT LECTURER DURA TION
DULE
1 Pengantar psikologi Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
& Psikologi M.Psi
kesehatan
2 Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
Psikologi faal M.Psi

3 Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2


Psikosomatis
M.Psi
4 Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
Psikilogi sosial
M.Psi
5 Tutorial 1.1 Tutor Psikologi 2x2

Minggu ke 2

TIME
STRATEG DEPARTME
SCHE TOPIC LECTURER DURA TION
Y NT
DULE
1 Kecerdasan Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
interpersonal M.Psi
2 Psikologi Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
kepribadian M.Psi
3 Gangguan Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
kepribadian M.Psi
4 Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
Stress
M.Psi
5 Tutorial 2.1 Tutor Psikologi Veni,Aisyah,Olin,Riska 2x2

Minggu 3

TIME
SCHED TOPIC STRATEGY DEPARTMENT LECTURER DURA TION
ULE
1 Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
Ansietas
M.Psi
2 Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
Depresi
M.Psi
3 Empati dan Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
Simpati M.Psi
4 Gangguan Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
abnormal M.Psi

9
5 Lecture Psikologi Annisa Warastri, 2
Psikologi emosi
M.Psi
6 Tutor 2.1 Tutor Psikologi Veni,Aisyah,Olin,Riska 2x2
7 Tutor 2.2 Tutor Psikologi Veni,Aisyah,Olin,Riska 2x2

Minggu 4

TIME
TOPIC STRATEGY DEPARTMENT LECTURER DURA TION
SCHEDULE
1 Antropologi Lecture Antropologi M. Ali Imron, M.Fis 2
Kesehatan
2 Prilaku Lecture Antropologi Veni Fatmawati, 2
kesehatan M.Fis
masyarakat
modern dan
tradisional
3 Pengaruh Lecture Antropologi Veni Fatmawati, 2
sistem nilai M.Fis
dalam hidup
sehat
4 Tutor Antropologi Veni,Aisyah,Olin,Ris 2x2
Tutorial 3.1
ka

Minggu ke 5

TIME
TOPIC STRATEGY DEPARTMENT LECTURER DURA TION
SCHEDULE

1 Perilaku sakit Lecture Antropologi Sulistyaningsih,MH. 2


dan peranan Kes
pasien
2 Kemajuan Lecture Antropologi Sulistyaningsih,MH. 2
IPTEK dalam Kes
pelayanan
kesehatan
3 Sistem Lecture Antropologi Sulistyaningsih,MH. 2
pelayanan Kes
kesehatan
4 Skill lab 1 Practice Antropologi Veni Fatmawati, 2x2
M.Fis
5 Tutor Antropologi Veni,Aisyah,Olin,Ris 2x2
Tutorial 3.2
ka

10
Minggu ke 6

TIME
TOPIC STRATEGY DEPARTMENT LECTURER DURA TION
SCHEDULE
Practice Antropologi Veni Fatmawati, 2x2
Praktikum 1
M.Fis
1 Lecture Antropologi Sulistyaningsih,MH. 2
Budaya rumah
Kes
sakit
2 Lecture Antropologi Inayah 2
Makanan dan
antropologi
gizi
3 Lecture Antropologi Inayah 2
Gizi hidup
sehat

4 Sistem rujukan Lecture Antropologi Veni Fatmawati, 2


pelayanan M.Fis
kesehatan
Skill lab 2 Practice Antropologi Riska Risti, S.Fis 2x2

5 Tutor Antropologi Veni,Aisyah,Olin,Ris 2x2


Tutorial 3.2
ka

Minggu ke 7

TIME
TOPIC STRATEGY DEPARTMENT LECTURER DURA TION
SCHEDULE

1 Pengantar Lecture Sosiologi M. Ali Imron, 2


sosiologi M.Fis
2 Interaksi Lecture Sosiologi M. Ali Imron, 2
sosial& M.Fis
Klasifikasi
sosial
3 Norma,nilai,h Lecture Sosiologi M. Ali Imron, 2
ukum M.Fis
4 Tutor Sosiologi Veni,Aisyah,Olin,Ris 2x2
Tutorial 4.1
ka
5 Perubahan Lecture Sosiologi M. Ali Imron, 2
sosial M.Fis
6 Status sosial Lecture Sosiologi M. Ali Imron, 2
dan akses M.Fis

11
kesehatan

7 Tutor Sosiologi Veni,Aisyah,Olin,Ris 2x2


Tutorial 4.2 ka

F. AKTIFITAS PEMBELAJARAN
Aktivitas pembelajaran berikut ini dipersiapkan untuk memandu pada mahasiswa agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran blok ini.
1. Kuliah Pakar
Kuliah diberikan dalam rangka penataan pengetahuan/informasi yang telah diperoleh
oleh mahasiswa. Kuliah pakar akan berhasil guna dan tepat guna apabila dalam suatu
saat itu, pertemuan mahasiswa dengan pakar, mahasiswa secara aktif mengungkapkan
hal-hal yang ingin dipahami.
2. Aktivitas Laboratorium (Praktikum)
Aktivitas ini merupakan aktivitas pembelajaran dalam rangka memahami sesuatu
informasi secara mantap. Mahasiswa diberi kesempatan untuk melihat secara nyata
melalui serangkaian percobaan yang dilakukan di dalam laboratorium.
3. Konsultasi Pakar
Pada kesempatan ini mahasiswa diberikan kesempatan, secara perorangan atau
kelompok, untuk mendiskusikan secara khusus mengenai suatu informasi dengan
pakar yang bersangkutan. Diharapkkan mahasiswa akan mendapatkan pemahaman
yang lebih baik mantap sesuai dengan informasi yang didiskusikan.
4. Pembelajaran mandiri
Aktivitas pembelajaran mandiri merupakan inti dari kegiatan pembelajaran yang
didasarkan pada paradigm pembelajaran mahasiswa aktif (student-ceneter learning-
SCL) Dalam hal ini secara bertahap mahasiswa dilatih dan dibiasakan untuk belajar
secara mandiri (tidak harus manunggu saat ujian atau atas permintaan dosen).
5. Diskusi Kelas
Diskusi ini dilakukan dengan peserta seluruh mahasiswa dalam kelas. Diskusi ini akan
dihadiri oleh dosen pakar. Tujuan aktivitas pembelajaran ini ialah untuk lebih
memantapkan pemahaman semua informasi yang telah ditelaah.

12
PENILAIAN
Hasil penilaian, baik dinyatakan secara absolut maupun secara huruf untuk
menggambarkan mutu, didasarkan pada perolehan nilai:

NO KEGIATAN YANG DINILAI


1 Nilai Teori x 52,5 %
Nilai Tutorial x 8,75%
Nilai Skill Lab / Praktikumx 8,75%
2 Tugas x 20%
3 Kehadiran x10%
Jumlah 100%

Bobot Penilaian

No Nilai Mutu
1 80-100 A
2 77-79 A-
3 75-76 AB
4 73-74 B+
5 70-72 B
6 66-69 B-
7 63-65 BC
8 59-62 C+
9 55-58 C
10 51-54 C-
11 48-50 CD
12 41-47 D
13 ≤ 40 E

13
MATERI I

PENGANTAR PSIKOLOGI

I. PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU


Suatu Pengetahuna disebut sebagai ilmu jika memiliki tubuh pengetahuan (objek
materia dan objek forma) yang sistimatis. Psikologi menjadi suatu ilmu setelah
tubuh pengetahuan itu diperoleh dengan mengobservasi dan mengukur kejadian
secara hati-hati . Para ahli psikologi membuat experimen dan observasi yang bisa
diulang oleh orang lain. Mereka menetapkan data, sering kali dalam bentuk
pengukuran-pengukuran kuantitatif yang dapat diferifikasi oleh orang lain.
Pendekatan ilmu psikologi ini sangat berbeda dengan penbentukan pendapat dari
berdasarkan pengalaman individu atau argumentasi berdasarkan premis-premis
yang tidak dapat diuji oleh orang lain. Experimen dan observasi adalah metode
utama dalam psikologi. Sebagai suatu ilmu yang sistimatis psikologi menekankan
pentingnya data dalam eksperimen dan observasi. Untuk membuat data itu masuk
akal dalam membantu memahami kejadian –kejadian , data itu harus diorganisir.
Teori ilmiah adalah alat penting untuk mengorganisir fata-fakta dalam observasi.
Teori-teori ilmiah adalah prinsip-prinsip umum yang meringkas berbagai
observasi dan memprediksi apa yang diharapkan kan terjadi dalam situasi yang
baru. Sebagai prediktor dan perangkum kejadian-kejadian teori-teori ilmiah harus
tidak dianggap sebagai ―baik‖ atau ―benar‖, tetapi hanya sekedar membantu
meringkas apa yang telah diobservasi dari eksperimen yang dikerjakan . Ketika
data baru telah diperoleh maka teori-teori adalah subjek untuk dimodifikasi atau
teori-teori itu (lama) akan diganti oleh teori baru yang lebih baik.
Bagian penting lain dari kebanyakan ilmu termasuk psikologi adalah pengukuran.
Pengukuran adalah penempatan nomor-nomor ke objek-objek atau kejadian-
kejadian menurut ukuran tertentu. Pengukuran di psikologi sering kali tida
semudah pengukuran dalam ilmu alam, kadang kala yang dipelajari dalam
psikologi tidak bisa diukur secara langsung dengan sekala fisik. Misalnya apa
ukuran kesedihan dan permusuhan.
II. PENERAPAN PSIKOLOGI
Psikologi diterapakan untuk memecahkan masalah kehidupan. Namun demikian
tidaklah mudah kita memiliki kemampuan menerapakan prinsip-prinsip psikologi
dalam memecahkan masalah kehidupan. Orang tidak begitu saja menjadi ahli
hanya dengan mendengar dan membaca buku psiklogi. Untuk itu diperlukan
proses belajar,latihan dan pengalaman khusus.
Seorang Fisioterapis perlu memahami konsep-konsep dalam psikologi dalam
upaya memecahkan persoalan kliennya atau bahkan bisa memutuskan untuk
berkolaborasi dengan ahli psikologi (psikolog) untuk secara bersama-sama
memecahkan masalah pasien. Kadang kala keluhan somatis bersumber dari
masalah psikologis (psikosomatis).
III. PSIKOLOGI DAN PRILAKU

14
Prilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia atau hewan yang dapat
di amati dalam beberapa cara. Prilaku berbeda dengan persaan atau pikiran karena
prilaku dapat diobservasi, dicatat, dan di pelajari. Kita dapat melihat dan
mengukur apa yang dipelajari manusia dan mendengarkan dan mencatat apa yang
diomongkan. Dari apa yang dilakukan dan di katakan, ahli psikologi dapat
membuat kesimpulan-kesimpulan tentang perasaan, sikap, pikiran dan proses
mental yang ada di balik prilaku. Melalui prilaku kita dapat mempelajari proses
mental internal yang mungkin disembunyikan dari kita. Dalam konteks ini
psikologi disebut sebagai ―the science of behaviour‖.
IV. BEBERAPA ILMU YG MEMPELAJARI PRILAKU
Psikologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari prilaku manusia dan binatang
disamping ilmu ilmu lain, seperti antropologi, ekonomi, ilmu politik,geografi,
sejarah dll. Bersama dengan psikologi bidang ini menjajdi kelompok ilmu-ilmu
prilaku.
 Psikologi mempelajari manusia dengan fokus utamanya pada perilaku
individual dan prilaku dalam arti luas.
 Antropologi mempelajari perilaku dalam budaya-budaya tertentu
 Sosiologi mempelajari prilaku dalam kelompok.
 Ekonomi mempelajari perilaku yang berhubungan dengan pertukaran
barang dan jasa.
V. LAPANAGAN KERJA AHLI PSIKOLOGI
Lapangan psikologi itu luas sekali dikaji. Karena itu kerja ahli psikologi itu sangat
bervariasi. Ahli psikologi tidak hanya berbeda dalam hal interes perilaku yang
dipelajari tetapi juga dalam tingkatan keterlibatan mereka dengan penerapan
psikologi dalam masalah kehidupan.
Beberapa cabang psikologi:
 Psikologi Klinis
 Psikologi Konseling
 Psikologi Perkembangan
 Psikologi Pendidikan
 Psikologi Eksperimen
 Psikologi Kognitif
 Psikologi Industri
 Psikologi Kepribadian
 Psikologi Fisiologi
 Psikologi Sosial

VI. SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI


Sejarah psikologi diawali sejak jaman filsafat klasik ketika para filsuf mulai
tertarik dengan apa yang terjadi dalam diri manusia. Sehingga psikologi menjadi
bagian dari studi tentang filsafat. Psikologi terpisah dari baguan studi filsafat baru
terjadi seabad yang lalu di tengarahi dengan di bangunnya laboratorium psikologi
yang pertama di universitas Leipzig oleh ahli-ahli psikologi jerman Wilhelm

15
Wundt (1832-1920). Laboratorium ini ahirnya meluas di hampir universitas-
universitas kenamaan dunia.
James Wunt dan ahli lain psikologi pada waktu itu mempelajari tentang pikiran
dan prilaku manusia. Mereka melakukan percobaan untuk menemukan hukum-
hukum yang menghubungkan kejadian-kejadian dalam dunia fisik ke pengalaman
mental seseorang. Mereka mempelajari tentang perhatian, kayalan, memory,
pikiran dan emosi.
Pada dekade abad 21, para ahli psikologi sampai pada pandangan yang sangat
berbeda dalam hal sifat pikiran dan cara terbaik untuk mempelajarinya. Haruskan
psikologi mempelajari pikiran atau mempelajari prilaku atau bahkan mempelajari
kedua-duanya. Perbedaan pengaruh ahli psikologi menyebabkan perbedaan dalam
memandang pikiran sebagai subyek materi psikologi.
STRUKTURALISME
Aliran pemikiran ini bertujuan untuk menemukan unit-unit atau eemen-elemen
yang membangun sebuah pemikiran. Aliran ini pertama kali dikembangkan oleh
Edward B. Titchener (1867-1927) di cornell University, Edward adalah murid
Wilhelm Wundt. Aliran ini berpikir seperti ilmu kimia, langkah awal dalam studi
adalah mendiskripsikan suatu pondasi atau dasar unit-unit sensasi, kesan dan
emosi yang menggabungkan hal itu. Yang ingin ditemukan adalah dasar sensasi
dengan meberikan stimulus, cahaya, bahu dan rasa. Yang menjadi unit dasar
adalah Introspeksi. Dalam penelitian sobyek diminta menerangkan secepat
mungkin sebsasi yang dirasakan swtelah diberikan stimulus.
PSIKOLOGI GESTALT
Gestalt berarti bentuk atau onfigurasi, dalam pandangan aliran ini pikiran adalah
pola menyeluruh dari aktifitas sensori dan hubungan-hubungannya serta
pengorganisasiannya dalam pola tertentu. Aliran ini di kembangkan oleh Max
Wertheiner (1880-1943) dan koleganya Kurt Kofka di Jerman.
Aliran ini mengkritik aliran strukturalisme dengan mengatakan bahwa pemikiran
itu bukan hanya disusun oleh elemen-elemennya akan tetapi yang lebih utama
adalah hubungan hubungan elemen itu dan pengorganisasiannya.
FUNGSIONALISME
Fungsonalisme mendorong seharusnya psikologi mempelajari apa yang dilakukan
pikiran dan prilaku. Mereka tertarik bahwa dalam kenyataannnya pikiran dan
prilaku itu bersifat adaptif karena secara individual dapat menyesuakan diri
dengan lingkungan yang berubah. Sebagai pegganti keterbatasan mereka dalam
diskripsi dan analisi pikiran mereka melakukan eksperimen dalam belajar,
memori, pemecahan masalah dan motivasi, membantu manusia dan binatang
berdadaptasi dengan lingkungan. Yang menjadi titik tekan adalah Fungsipikiran
dan prilaku.
BEHAVIORISME
Bevahiorisme menolak pikiran sebagai objek materia psikologi karena psikologi
di batasi pada studi tentang prilaku dan kegiatan-kegiatan manusia dan binatang
yang bisa diobservasi atau yang Secara potensial dapat diobservasi. Tokoh
utamanya adalah John B. Watson (1879-1958) dari universitas John Hopkins.

16
Ciri-Ciri
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen-elemen
atau bangunan prilaku.
2. Menekankan pada prilaku yang dipelajari bukan prilaku bawaan.
3. Fokus utamanya pada prilaku binatang. Menurut watson tidak ada perbedaan
yang esensial antara prilaku hewan dan prilaku manusia. Kita bisa belajar
tentang prilaku kita dengan studi apa yang dilakukan binatang.

PSIKOANALISIS
Tokoh Utama aliran psikoanalisis adalah Sigmund Frued (1856-1938) seorang
psikolog dari jerman. Selama praktek dengan pasien neurotik, Frued
mengembangkan sebauah teori prilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa
kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan adalah hasil dari keinginan atau
dorongan yang tersembunyi dan tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan
tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Kata kunci dari psikoanalisa
adalah “motivasi yang tidak disadari/unconscious motivation”.
Aliran pemikiran diatas adalah aliran pemikiran awal dalam psikologi yang pada
saat ini sudah ditinggalkan, terkecuali aliran behavioralisme yang hingga saat ini
terus mengalamimodifikasai. Dalam 50 tahun terakhir berkembang persepektif
baru dalam psikologi di antaranya adalah :

Perspektif Biologis
Perspektif Biologis mengubungkan antara prilaku dan fungsi tubuh khususnya
sistem saraf dan sistem kelenjar. Misalnya orang yang lupa barang kali berkaitan
dengan adanya masalah pada fungsi otak

Perspektif kognisi
Kognisi menunjuk pada proses informasi yang diterima melalui persaan,
merupakan persepsi kita tentag dunia sekitar, beberapa aspek belajar, memori,
berfikir dan beberapa aspek komprehensif dari lingkungan sosial kita. Intinya
adalah bagai mana seseorang mempersepsikan sesuatu sbelum melakukan
tindakan tertentu.

Perspektif sosial
Perspektif ini lebih banyak di kaji dalam psikologi sosial yang mencoba
memahami interaksi sosial yang normal. Ahli psikologi sosial mencoba
mnerengkan suatu kejadian melihat pada aspek interaksi dan partisipasi pada
situasi sosial tertentu.

Perspektif perkembangan
Fokus persepektif perkembangan adalah pada perubahan karakteristik prilaku
yang disebabkan oleh kematangan (maturasi).

Perspektif Humanistik.

17
Fokus utama perspektif humanistik adalah pemahaman manusia tentang dirinya
(self) yang berkaitan dengan kompetensi, prestasi dan harga dirinya.

Perspektif Psikoanalisa
Perspektif psikoanalisa adalah bagian dari perspektif yang lebih luas yang disebut
psikodinamika, suatu perspektif yang memfokuskan pada peran perasaan dan
impuls impuls yang dikira tidak disadari. Ide Utamanya adalah bahwa ketika
impuls-impuls itu tidak dapat diterima atau membuat cemas maka akan digunakan
defence mechanism untuk mengurangi kecemasan. Salah satu mekanisme
pertahanan itu adalah dispalcement yaitu sebuah upaya pengalihan. Jika kita
marah kepada oranga yang lebih berkuasa maka kita alihkan kemarahan itu
kepada orang yang lebih lemah.
Kata kunci lainnya adalah slip of the tongue atau keseleo lidah yang sering kali
dianggap suatu kecelakaan pada hala untuk menyatakan motif tertentu.

18
MATERI II - III
PENGANTAR PSIKOLOGI FAAL -PSIKOSOMATIS

PSIKOLOGI FAAL, berasal dari Psikologi dan Ilmu Faal. PSIKOLOGI adalah Ilmu
yang mempelajari perilaku manusia, sedangkan ILMU FAAL adalah Ilmu yang mempelajari
tentang fungsi dan kerja alat-alat dalam tubuh. Jadi Psikologi Faal adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan fungsi dan kerja alat-alat dalam
tubuh.
Dalam mempelajari perilaku manusia kita mengenal adanya 3 fungsi utama yang
mempengaruhi perilaku individu, yaitu fungsi kognisi (pikiran), fungsi afeksi (emosi), dan
fungsi konasi (kenzauan/kehendak). Dalam Psikologi Faal, titik berat perhatian kita adalah
meninjau kondisi faali atau kondisi biologis yang mempengaruhi fungsi-fungsi perilaku
tersebut.

Evolusi Perfekstive Perilaku ;


Apakah Perilaku Disebabkan oleh Faktor Psikologis atau Faktor Fisiologis?
Pendapat ini muncul sejak zaman Renaissance di abad ke-18 dimana ilmu-ilmu yang
ada berkembang berdasarkan pemikiran dan dogma-dogma yang belum dibuktikan lewat
kenyataan. Menurut dogma-dogma yang berlaku saat itu, perilaku manusia semata-mata
disebabkan oleh hukum alam (faktor fisiologis).
Masalah alah fundamental yang besar dari perkembangan filsafat pengetahuan, ialah
masalah mengenai hubungan antara pikiran dengan keadaan. Jadi masalah hubungan antara
pikiran dengan keadaan, hubungan antara jiwa dengan alam - masalah yang terpenting dari
seluruh filsafat - mempunyai, tidak kurang daripada semua agama, akar-akarnya di dalam
paham-paham kebiadaban yang berpikiran-sempit dan tiada berpengetahuan. Jawaban-
jawaban yang diberikan oleh para ahli filsafat ke masalah ini membagi mereka ke dalam dua
kubu besar. Mereka yang menegaskan bahwa jiwa ada yang primer jika dibandingkan dengan
alam, dan karenanya, akhirnya, menganggap adanya penciptaan dunia dalam satu atau lain
bentuk - dan di kalangan para ahli filsafat,
Hegel, misalnya, penciptaan ini sering menjadi lebih rumit dan mustahil daripada dalam
agama merupakan kubu idealisme. Yang lain, yang menganggap alam sebagai yang primer,
tergolong ke dalam berbagai mazhab materialisme. Dua pernyataan ini, idealisme,dan
materialisme,ikut mempengaruhi perfekstif tentang perilaku pada psikologi.
Sebelum 1879, psikologi dianggap sebagai bagian dari filsafat atau ilmu faal. Pada
mulanya ahli-ahli filsafat dari zaman Yunani Kuno-lah yang mulai memikirkan gejala-gejala
kejiwaan. Saat itu belum ada pembuktian-pembuktian secara empiris atau ilmiah. Mereka
mencoba menerangkan gejala-gejala kejiwaan melalui mitologi. Cara pendekatan seperti itu
disebut sebagai cara pendekatan yang naturalistik. Di antara sarjana Yunani yang
menggunakan pendekatan naturalistik adalah Thales (624-548 SM) yang sering disebut
sebagai Bapak Filsafat. Ia meyakini bahwa jiwa dan hal-hal supernatural lainnya tidak ada
karena sesuatu yang ada harus dapat diterangkan dengan gejala alam (natural phenomenon).
Ia pun percaya bahwa segala sesuatu berasal dari air dan karena jiwa tidak mungkin dari air
maka jiwa dianggapnya tidak ada. Tokoh lainnya adalah Anaximander (611-546 SM) yang

19
mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari sesuatu yang tidak tentu, sementara
Anaximenes (abad 6 SM) mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari udara. Tokoh yang
tak kalah pentingnya adalah Empedocles, Hippocrates, dan Democritos.
Empedocles (490-430 SM) mengatakan bahwa ada empat elemen besar dalam alam
semesta, yaitu bumi/tanah, udara, api, dan air. Manusia terdiri dari tulang, otot, dan usus yang
merupakan unsur dari tanah; cairan tubuh merupakan unsure dari air; fungsi rasio dan mental
merupakan unsur dari api; sedangkan pendukung dari elemen-elemen atau fungsi hidup
adalah udara. Berdasarkan pada pandangan Empedochles, Hipocrates (460-375 SM) yang
dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran, menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat
empat cairan tubuh yang memiliki kesesuaian sifat dengan keempat elemen dasar tersebut.
Berdasarkan komposisi cairan yang ada dalam tubuh manusia tersebut maka
Hipocrates membagi manusia dalam empat golongan, yaitu:
 Sanguine, orang yang mempunyai kelebihan (terlalu banyak ekses) darah dalam
tubuhnya mempunyai temperamen penggembira.
 Melancholic, terlalu banyak sumsum hitam, bertemperamen pemurung.
 Choleric, terlalu banyak sumsum kuning, bertemperamen semangat dan gesit.
 Plegmatic, terlalu banyak lendir dan bertemperamen lamban.

Deterministik Perilaku : Nature vs Nurture.


Perdebatan mengenai perilaku sebagai hasil keturunan atau hasil belajar sudah banyak
dikenal melalui konsep nature (alami/keturunan) vs nurture (hasil pengaruh
lingkungan/belajar).
Kebanyakan ahli dari Amerika, khususnya Amerika Utara adalah penganut
behaviorism yang menyatakan bahwa perilaku adalah sepenuhnya hasil dari pengaruh
lingkungan (misalnya melalui proses belajar). Penelitian John B. Watson (bapak
behaviorism) menunjukkan bahwa bayi-bayi keturunan penipu, perampok, pembunuh, dan
pelacur dapat tumbuh tanpa sama sekali nnenunjukkan perilaku yang mirip dengan
orangtuanya apabila diasuh dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan
orangtuanya.
Sebaliknya, anak seorang pengusaha yang pintar dan sukses dapat menjadi sangat
bodoh dan tumbuh menjadi perampok apabila dibesarkan dalam lingkungan yang buruk.
Berlawanan dengan pendapat di atas, para ahli Eropa yang menganut paham ethology
menyatakan bahwa perilaku didasarkan pada instinctive behavior, yaitu perilaku yang
umurnnya muncul pada species yang sama meskipun tidak ada kesempatan untuk
mempelajari perilaku itu terlebih dahulu. Contohnya perilaku menghisap pada bayi.
Meskipun pada perkembangannya perilaku instinktif ini kurang banyak dianut orang, tetapi
kondisi inilah yang menandai perkembangan awal psikologi.

Terus nature apa nurture?


Dr. Donald Hebb (seorang pakar psikologi dari Kanada)
“Mari kita renungkan jawaban tersebut. Bila kita mengambar sebuah bangun datar persegi,
anggap saja panjangnya adalah nature, sedangkan lebarnya adalah nurture. Bila kita
menghapus salah satunya, maka gambar tersebut tidak bisa kita sebut sebagai persegi.

20
Kemudian, jika kita membuat salah satunya lebih panjang dari yang lain, maka gambar
tersebut juga tidak dapat kita sebut sebagai persegi. Seperti itulah pengaruh nature dan
nurture dalam perkembangan manusia. Keduanya saling terkait dan memiliki pengaruh yang
sama besar dalam pembentukan karakter dan sikap seseorang”.

Fokus Kajian Psikologi Faal


Kajian psikologi faal berkembang pesat menjadi disiplin ilmu BIOPSIKOLOGI yaitu
cabang dari Ilmu Saraf yang berkaitan dengan segi biologis dari perilaku. Beberapa ahli
menyebutnya dengan "psikobiologi" atau "perilaku biologis" atau "Behavioral Neuroscience"
karena menitikberatkan pada pendekatan biologi dalam memahami psikologi. Jadi Psikologi
Faal dalam perkembangan baru juga disebut dengan BIOPSIKOLOGI.
Sejak Psikologi lahir, pendekatan secara biopsikologi secara implisit sudah
diungkapkan, namun secara eksplisit baru muncul pada karya D.0 Hebb, "Organization of
Behavior". Dalam karyanya tersebut, Hebb mengemukakan teori yang komprehensif tentang
fenomena psikologi yang berkaitan dengan persepsi, emosi, pikiran dan memori yang
mungkin dikontrol melalui aktivitas otak. Teori tersebut merupakan salah satu dasar yang
penting dalam menguraikan dan mengkonkritkan pembahasan tentang perilaku manusia yang
kompleks dan kasat mata.

Biopsikologi sebagai cabang ilmu dari Psikologi dibagi dalam 5 bagian utama, yaitu:
a. Physiological Psychology, fokusnya pada manipulasi sistem saraf melalui operasi,
terapi elektrik, dan terapi kimiawi dalam kondisi eksperimen yang dikontrol dengan
ketat. Jadi dalam eksperimennya biasa digunakan hewan sebagai subjek penelitian.
b. Psychopharmacology, bergerak dalam bidang yang sama seperti Physiological
Psychology, namun fokusnya lebih kepada obat-obatan (zat kimia) yang
mempengaruhi sistem saraf dan selanjutnya berpengaruh pada perilaku. Pengaruh zat
kimia terhadap otak ini tidak semata-mata berkonotasi buruk (misalnya pengaruh zat
depresif (melemahkan) terhadap aktivitas otak), tetapi juga berusaha menemukan zat-
zat kimia yang berguna dalam penyembuhan kerusakan otak dan zat-zat yang dapat
mengurangi kecanduan obat.
c. Neuropsychology, mempelajari kemunduran perilaku akibat kerusakan otak.
Pengembangan ilmu dalam neuropsychology umumnya tidak dapat dilakukan melalui
eksperimen tetapi berdasarkan kasus yang ada atau melalui penelitian
quasieksperimen terhadap pasien-pasien yang menderita kerusakan otak yang
disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau operasi (karena kita tidak dapat merusak
otak dengan segaja untuk melakukan penelitian).
Disiplin ilmu ini memfokuskan pada bagian otak yang disebut dengan neokorteks,
yaitu bagian luar dari cerebral hemispheres yang paling mudah rusak oleh operasi
maupun kecelakaan.
Neuropsychology paling banyak diterapkan dalam cabang-cabang ilmu biopsikologi
karena alat-alat tes yang digunakan dalam asesmen neuropsikologi sangat membantu
dalam menentukan diagnosa dan memberikan terapi yang tepat, selain bermanfaat
pula untuk perawatan lanjut dan konseling bagi penderita kerusakan otak.

21
Contohnya dapat kita lihat pada kasus di bawah ini:
R, seorang laki-laki kidal berusia 21 tahun, pernah mengalami benturan kepala
di dashboard mobil pada kecelakaan lalu lintas 2 tahun yang lalu. Setelah
kecelakaan ia pingsan beberapa saat dan mengalami amnesia dalam jangka
waktu yang sangat pendek. Selain itu tak tampak luka lain selain jahitan di
pelipis. Sebelum kecelakaan itu terjadi, R adalah seorang mahasiswa fakultas
hukum yang berprestasi (meskipun ia berasal dari jurusan IPA semasa SMA
tetapi ia sangat tertarik pada bidang hukum). Tetapi satu tahun setelah
kecelakaan ia mengalami beberapa masalah dalam belajar, ia selalu kesulitan
dalam membuat paper dan mencapai nilai tinggi dalam pelajaran-pelajaran
yang memerlukan daya ingat, bahkan sering tidak lulus meskipun ia merasa
sudah belajar jauh lebih keras daripada sebelwnnya. Dari neurolo g didapatkan
hasil EEG dan CT-scan yang normal, artinya tidak dideteksi adanya
abnormalitas dalam otak R. Akhirnya R melakukan serangkaian asesmen
neuropsikologi yang menghasilkan beberapafakta yang menarik.Pertaina, R,
adalah salah satu dari 1/3 populasi orang kidal yang pusat bahasanya terletak
di bagian kanan hemisphere dan bukan di bagian kiri hemisphere seperti orang
kidal pada umumnya. Fakta ini tidak hanya cocok untuk mengintepretasi
kesulitan belajar yang dialami R (karena hasil tes IQ-nya superior tetapi
kemampuan ingatan verbal dan kemampuan membacanya sangat rendah),
tetapijuga membuktikan bahwa R memerlukan penanganan medis (operasi otak)
karena kemungkinan bagian kanan lobus temporalnya (temporal lobe)
mengalami sedikit kerusakan saat terjadi kecelakaan sehingga menimbulkan
masalah dalam kemampuan bahasanya. Kedua, berdasarkan hasi/ asesmen dan
diagnosa secara nerupsikologis di atas, kita dapat memberikan saran bahwa
sebaiknya R tidak terjun dalam lapangan pekerjaan atau studi yang banyak
membutuhkan kemampuan bahasa dan ingatan. Akhirnya R memutuskan untuk
menekuni bidang arsitektur.
d. Psychophisiology, fokusnya mempelajari kaitan antara fisiologi dan perilaku dengan
cara mencatat respon-respon fisiologis manusia yang disebabkan oleh reaksi-reaksi
psikologisnya (seperti atensi, emosi, proses penerimaan informasi). Prosedur
penelitiannya dilakukan secara non-invasive, yaitu pencatatan reaksi yang diambil
dari permukaan tubuh (tidak mengoperasi bagian dalamnya).
e. Comparative Psychology, bagian dari biopsikologi yang lebih menekankan pada
perilaku biologis daripada perilaku yang disebabkan oleh mekanisme sistem saraf.
Comparative psychology mempelajari perbandingan perilaku spesies yang berbeda-
beda dan fokusnya pada genetik, evolusi, dan perilaku adaptasi dari berbagai spesies.
Berbeda dengan ahliahli ethology yang melakukan penelitian quasi-eksperimen pada
spesies di Iingkungan asalnya, maka comparative psychology cenderung menciptakan
lingkungan yang semi terkontrol dalam laboratorium untuk melihat reaksi perilaku
spesies.

22
MATERI IV
PSIKOLOGI KESEHATAN
“INTEGRASI TERAPI PSIKOLOGIS DALAM DUNIA MEDIS”

Pendahuluan
Masalah kesehatan bukanlah persoalan bagi bidang Kedokteran saja, karena persoalan
fisik akan selalu berkait dengan dimensi kehidupan yang lain. Hal ini telah disadari
sendiri oleh WHO, yang memebrikan definisi tentang kesehatan tidak hanya untuk
kesehatan fisik saja, tapi juga menyangkut kesehatan psikis, kesehatan sosial dan
kesehatan spiritual. Namun dalam kenyataannya pelayanan rumah sakit, sebagai pemberi
layanan kesehata yang sebenarnya telah dirancang untuk memperhatikan hal-hal tersebut,
ternyata masih sangat terfokus pada aspek-aspek fisik semata. Sementara aspek lain,
yaitu aspek psikis, sosial dan spiritual masih terabaikan. Hal ini terlihat dari jumlah
profesi psikolog, pekerja sosial dan rohaniwan di rumah sakit yang masih sangat kecil,
bahkan sering tidak ada.
Makalah ini mencoba menyoroti bagaimana peranan psikoterapi, sebagai sarana
memberikan pelayanan aspek psikis, sosial maupun spiritual di dalam dunia medis.
Karena psikoterapi memiliki ragam variasi yang sangat banyak, maka makalah akan
difokuskan pada psikoterapi yang berwawasan agama / spiritual. Psikoterapi lain akan
disinggung secara sepintas

Antara Medis Dan Spiritualitas


Awal sejarah perkembangan dalam dunia medis, dalam hal ini di rumah sakit,
menunjukkan bahwa perawatan jasmani selalu digabungkan dengan perawatan jiwa /
rohani, baik dalam arti agama maupun psikoterapi. Di setiap masyarakat dan budaya
kuno di seluruh dunia, baik di Yunani, Romawi, Mesir kuno sampai suku-suku Aztek di
Meksiko, permasalahan sakit dan kesehatan jasmani selalu dikaitkan dengan masalah
spiritual. Orang yang mempunyai kemampuan menyembuhkan penyakit pada umumnya
adalah orang-orang yang mempunyai latar belakang religius-spiritual. Selain memberikan
terapi fisik, mereka juga memberikan psikoterapi spiritual.
Pada abad pertengahan ketika di Eropa mengawali era Kristen sampai pada era
Renaisance, hubungan antara kedokteran dan agama masih sangat dekat. Rumah Sakit
pertama pada abad pertengahan didirikan di dalam sebuah biara (monasteri). Gerakan
misi misionaris mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan kegiatan penyembuhan
penyakit-penyakit fisik melalui cara-cara spiritual. Demikian juga di masyarakat muslim
yang pada abad pertengahan itu mengalami masa kejayaan. Ilmu kedokteran senantiasa
dikaitkan dengan ajaran-ajaran agama. Penyembuhan fisik selalu terkait dengan
penyembuhan psikologis dan spiritual. Banyak ahli kedokteran yang disamping
menerapkan pengobatan fisik, juga menggunakan pendekatan-pendekatan kerohanian.
Pemisahan antara kedokteran dan agama terjadi di masa Renaisance, ketika orang Eropa
belajar ilmu dan teknologi dari masyarakat muslim tetapi kemudian melepaskannya dari
ajaran agama. Pemisahan ini terjadi karena otoritas gereja waktu itu sangat dominan yang
tidak sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Kasus Galileo adalah salah satu contoh

23
yang sangat terkenal. Sejak saat itu pengembangan dan praktek kedokteran dipisahkan
dari agama. Ilmu pengetahuan mengklaim badan jasmani sebagai fokus kajian mereka
sedangkan agama hanya berurusan dengan masalah-masalah rohani dan spiritual.
Sejak itu dunia medis hanya mengurusi masalah penyakit fisik dan RS hanya memberi
pelayanan jasmaniah. Pelayanan rohani hanya cocok diberikan oleh pemuka-pemuka
agama di tempat-tempat ibadah.
Di akhir abad 20 dan memasuki abad 21 ternyata timbul kesadaran baru di kalangan dunia
medis. Masalah kesehatan bukan hanya persoalan fisik saja. Banyak ilmu-ilmu social
yang juga secara intensif mengkaji persoalan kesehatan. Misalnya antropologi kesehatan
dan psikologi kesehatan. Secara khusus, minat terhadap masalah spiritualitas dan
kesehatan demikian maju secara cepat beberapa tahun terakhir ini.

Doa Dan Kesembuhan


Selain penelitian-penelitian yang berkaitan dengan spiritualitas secara umum, secara
khusus penelitian tentang pengaruh doa terhadap kesembuhan banyak dilakukan para ahli.
Benson (2000) adalah salah seorang pelopor penelitian tentang efektivitas doa. Selama 25
tahun dia memelopori penelitian tentang manfaat interaksi jiwa dan badan di Harvard
Medical School. Disimpulkan bahwa ketika seseorang terlibat secara mendalam dengan
do'a yang diulang-ulang (repetitive prayer), ternyata akan membawa berbagai perubahan
fisiologis, antara lain berkurangnya kecepatan detak jantung, menurunnya kecepatan
napas, menurunnya tekanan darah, melambatnya gelombang otak dan pengurangan
menyeluruh kecepatan metabolisme. Kondisi ini disebut oleh Benson (2000) disebut
sebagai respon relaksasi (relaxation response).

Penerapan Beberapa Teknik Psikoterapi Lain


Teknik psikoterapi lain yang sering digunakan di bidang medis antara lain:
(1) Terapi Suportif
Terapi ini dapat diterapkan pada pasien yang mengalami penyakit-penyakit kronis.
Misalnya pada penderita penyakit diabetis melitus tipe I, yang disebut IDDM (Insulin
Dependant Diabetis Melitus) yang harus menyuntikkan insulin ke dalam tubuhnya
sendiri. Tugas yang kadang rutin yang harus terus menerus dilaksanakan ini kadang
menimbulkan stres dan kejenuhan. Demikian juga diabetis tipe II, yang disebut NIDDM
(Non-insulin Dependant Diabtes Melitus) yang harus melaksanakan diet makanan dengan
ketat untuk mengatur kadar gula dalam darah mereka. Dengan terapi supportive mereka
akan dapat terus melaksanakan tugas dengan baik.
Lebih jauh terapi suportif ini sangat penting diberikan pada pasien pasca stroke,dimana
mereka mengalami kelumpuhan tubuh. Pasien memerlukan penyesuaian diri menghadapi
ketidakberdayaan fisiknya yang kemungkinan besar akan mempengaruhi kehidupan
karier maupun kehidupan sosialnya, seperti timbulnya rasa malu dan rasa tidak berharga.

(2) Relaksasi dan Meditasi


Terapi relaksasi dan meditasi ini bertujuan untuk mengendorkan otot-otot dan mencapai
kondisi rileks, yang oleh Benson (2000) disebut sebagai relaxation response. Kondisi
rileks ini sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk mencapai kondisi ―istirahat‖ yang akan

24
mempengaruhi fungsi alat-alat tubuh yang lain. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
relaksasi dan terutam meditasi merupakan sebuah metode anastesi alamiah. Terapi
relaksasi dan meditasi banyak digunakan pada pasien yang mengalami penyakit yang
terkait dengan stres, misalnya penyakit jantung koroner, asma, tekanan darah tinggi,
chronic pain, maupun kanker.

(3) Terapi eksistensial


Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien menemukan makna hidup mereka.
Terapi ini sangat penting bagi pasien yang menglami penyakit kronis seperti kanker
maupun gagal ginjal. Penyakit-penyakit ini pada umumnya sulit untuk disembuhkan,
sehingga pasien pada umumnya merasa bahwa mereka akan segera meninggal dunia.
Dalam terapi eksistensial, pasien dianjurkan tidak terlalu memikirkan penyakitnya, tetapi
lebih memusatkan perhatian pada apa yang bisa mereka lakukan untuk mengisi
kesempatan hidup yang masih ada. Misalnya dengan memberikan bantuan kepada orang
lain, bersedekah, menyantuni anak yatim dsbnya. Dengan demikian pasien merasa
hidupnya lebih bermakna.

(4) Kognitif Terapi


Terapi ini bertujuan untuk merubah pemikiran-pemikiran pasien yang negatif sehubungan
dengan penyakit yang diderita. Pikiran yang negatif ini akan menimbulkan reaksi emosi
yang negatif, misalnya marah, takut, cemas, sedih dsbnya. Emosi-emosi ini pada
umumnya akan memperparah kondisi pasien.

(5) Terapi keluarga


Terapi keluarga bertujuan untuk memperbaiki suasana emosional dalam keluarga Ketika
seseorang mengalami penyakit yang berat, pada umumnya dampaknya tidak hanya ada
pada pasien saja, tapi juga pada anggota keluarga yang lain. Misalnya pasien yang
menderita stroke maupun diabetes melitus akan mempengaruhi kehidupan seluruh
keluarga. Seluruh anggota keluarga harus ikut merawatnya dan menjaga suasana emosi
dalam keluarga. Kalau tidak, penyakit tersebut akan lebih mudah kambuh.

25
MATERI V
PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan


merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut
menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi
sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat
disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan
tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan menjelaskan
bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh kehadiran orang
lain, baik secara:
1. secara nyata atau actual
2. dalam bayangan atau imajinasi
3. dalam kehadiran yang tidak langsung (implied)
Psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara sistematis untuk memahami perilaku
sosial, mengenai:
1. bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi sosial
2. bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita
3. bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi sosial
Menurut Baron & Byrne (2006), psikologi sosial adalah bidang ilmu yang mencari
pemahaman tetnang asal mula dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku individu dalam
situasi-situasi sosial. Defenisi ini menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap asal
mula dan penyebab terjadinya perilaku dan pikiran.
Sarlito Wirawan, setelah menyimpulkan beberapa defenisi psikologi sosial
membedakan tiga wilayah studi psikologi sosial sebagai berikut:
1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya studi tentang
persepsi, motivasi, proses belajar, atribusi (sifat). Walaupun topik-topik ini bukan
monopoli dari psikologi sosial, namun psikologi sosial tidak dapat menghindar dari
studi tentang topik-topik ini.
2. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan
sebagainya.
3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi, hubungan
kekuasaan, otoriter, konformitas (keselarasan), kerjasama, persaingan, peran dan
sebagainya.

Lebih lanjut dia mendefenisikan psikologi sosial sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial (sosial
psychology is the scientific study of individual behavior as a function of sosial stimuli; Shaw
& Coztanzo).

Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial


Psikologi sosial menjadi satu ilmu yang mandiri baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu
ada dua buku teks yang terkenal yaitu "Introduction to Sosial Psychology" ditulis oleh

26
WilliamMcDougall - seorang psikolog - dan "Sosial Psychology : An Outline and Source
Book , ditulis oleh E.A. Ross - seorang sosiolog. Berdasarkan latar belakang penulisnya maka
dapat dipahami bahwa psikologi sosial bisa di"claim" sebagai bagian dari psikologi, dan bisa
juga sebagai bagian dari sosiologi.
Dalam tulisannya Allport terlihat berorientasi modern, setidaknya dalam padangan
saat ini. Argumentasinya terbukti bahwa tingkah laku sosial berakar dari berbagai factor,
mulai dari kehadiran orang lain hingga penggunaan metode eksperimental untuk penelitian
psikologi sosial. Ia juga mengangkat isu yang ternyata di kemudian hari masih
diperbincangkan dan didiskusikan misalnya konformitas dan emosi seseorang yang terlihat
dari ekspresi wajah.
Tokoh lain yang berpengaruh pada perkembangan psikologi adalah Kurt Lewin.
Lewin dengan Teorinya field Theori (teori lapangan) mengembangkan bagaimana perilaku
terbentuk. Dia memberikan rumusan teoritis B = f (P, E). Tingkah laku (B: Behavioral)
merupakan hasil dari fungsi (f) individu (P) dan lingkungan (E: Environment).
Psikologi sosial juga merupakan pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam
sosiologi dikenal ada dua perspektif utama, yaitu perspektif struktural makro yang
menekankan kajian struktur sosial, dan perspektif mikro yang menekankan pada kajian
individualistik dan psikologi sosial dalam menjelaskan variasi perilaku manusia. Di Amerika
disiplin ini banyak dibina oleh jurusan sosiologi - di American Sociological Association
terdapat satu bagian yang dinamakan "sosial psychological section", sedangkan di Indonesia,
secara formal disiplin psikologi sosial di bawah binaan fakultas psikologi, namun dalam
prakteknya tidak sedikit para pakar sosiologi yang juga menguasai disiplin ini sehingga
dalam berbagai tulisannya, cara pandang psikologi sosial ikut mewarnainya
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan
merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut
menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi
sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat
disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan
tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Sedangkan latar belakang timbulnya psikologi sosial, banyak beberapa tokoh
berpendapat, semisal, Gabriel Tarde mengatakan, pokok-pokok teori psikologi sosial
berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar manusia.
Berbeda lagi dengan Gustave Le Bon, bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu
jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlainan sifatnya.
Jiwa massa lebih bersifat primitif (buas, irasional, dan penuh sentimen) dari pada
sifat-sifat jiwa individu. Berlaianan dengan Le Bon, Sigmund Freud berpendapat bahwa jiwa
massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja sering tidak
disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam keadaan terpendam. Dan masih
banyak lagi tokoh-tokoh yang berpendapat dalam buku yang mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan psikologi sosial.
Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara
psikologi sosial dengan ilmu-ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya: Ilmu
hukum, Ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak
psikologi sosial dalam sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik

27
dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang menyelidiki dan yang mempelajari segi-
segi kekhususan dari hal-hal yang bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi khusus.
Sedangkan kedudukan psikologi sosial didalam lapangan psikologi termasuk dalam psikologi
teoritis, sedangkan psikologi sosial tergolong dalam psikologi teoritis.
Mengenai psikologi sosial terdapat pertentangan faham diantara beberapa tokoh ilmu
jiwa sosial yang dalam garis besarnya dapat dikelompokan menjadi dua aliran yakni, aliran
subyektifisme yang menyatakan bahwa individulah yang membentuk masyrakat dalam segala
tingkah lakunya. Dan aliran kedua adalah, obyektivisme yang merupkan kebalikan dari aliran
subyektivisme, bahwa masyarakatlah yang menentukan individu.
Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan
pada dua kemungkinan (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink
biologis - lalu dikenal dengan penjelasan "nature" - dan (2) perilaku bukan diturunkan
melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan
penjelasan "nurture". Penjelasan "nature" dirumuskan oleh ilmuwan Inggris Charles Darwin
pada abad kesembilan belas di mana dalam teorinya dikemukakan bahwa semua perilaku
manusia merupakan serangkaian instink yang diperlukan agar bisa bertahan hidup. Mc
Dougal sebagai seorang psikolog cenderung percaya bahwa seluruh perilaku sosial manusia
didasarkan pada pandangan ini (instinktif).
Namun banyak analis sosial yang tidak percaya bahwa instink merupakan sumber
perilaku sosial. Misalnya William James, seorang psikolog percaya bahwa walau instink
merupakan hal yang mempengaruhi perilaku sosial, namun penjelasan utama cenderung ke
arah kebiasaan - yaitu pola perilaku yang diperoleh melalui pengulangan sepanjang
kehidupan seseorang. Hal ini memunculkan "nurture explanation". Tokoh lain yang juga
seorang psikolog sosial, John Dewey mengatakan bahwa perilaku kita tidak sekedar muncul
berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus berubah atau diubah
oleh lingkungan - "situasi kita" - termasuk tentunya orang lain.
Berbagai alternatif yang berkembang dari kedua pendekatan tersebut kemudian
memunculkan berbagai perspektif dalam psikologi sosial - seperangkat asumsi dasar tentang
hal paling penting yang bisa dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bisa digunakan untuk
memahami perilaku sosial. Ada empat perspektif, yaitu : perilaku (behavioral perspectives),
kognitif (cognitive perspectives), stuktural (structural perspectives), dan interaksionis
(interactionist perspectives).

1. Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective)


Para "behaviorist" memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan
"tanggapan" (responses), dan lingkungan ke dalam unit "rangsangan" (stimuli). Menurut
penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama
lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah rangsangan
" seorang teman datang ", lalu memunculkan tanggapan misalnya, "tersen-yum". Jadi
seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para behavioris tadi percaya
bahwa rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan
mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para behaviorisme
tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan pendekatan "kotak hitam (black-
box)" . Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme

28
di dalam kotak hitam tadi - srtuktur internal atau proses mental yang mengolah rangsangan
dan tanggapan - karena tidak dapat dilihat secara langsung (not directly observable),
bukanlah bidang kajian para behavioris tradisional.
2. Perspektif Kognitif (The Cognitive Perspective)
Kita telah memberikan indikasi bahwa kebiasaan (habit) merupakan penjelasan
alternatif yang bisa digunakan untuk memahami perilaku sosial seseorang di samping instink
(instinct). Namun beberapa analis sosial percaya bahwa kalau hanya kedua hal tersebut
(kebiasaan dan instink) yang dijadikan dasar, maka dipandang terlampau ekstrem - karena
mengabaikan kegiatan mental manusia.
Kognitif adalah proses-proses mental atau aktivitas pikiran dalam mencari,
menemukan/ mengetahui dan memahami imformasi.
Intinya, teori-teori kognitif memusatkan pada bagaiamana kita memproses informasi
yang datangnya dari lingkungan ke dalam struktur mental kita Teori-teori kognitif percaya
bahwa kita tidak bisa memahami perilaku sosial tanpa memperoleh informasi tentang proses
mental yang bisa dipercaya, karena informasi tentang hal yang obyektif, lingkungan eksternal
belum mencukupi.

3. Perspektif Struktural
Telah kita catat bahwa telah terjadi perdebatan di antara para ilmuwan sosial dalam
hal menjelaskan perilaku sosial seseorang. Untuk menjelaskan perilaku sosial seseorang
dapat dikaji sebagai sesuatu proses yang (1) instinktif, (2) karena kebiasaan, dan (3) juga
yang bersumber dari proses mental. Mereka semua tertarik, dan dengan cara sebaik mungkin
lalu menguraikan hubungan antara masyarakat dengan individu. William James dan John
Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual, tetapi mereka juga mencatat
bahwa kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan kelompok - yaitu adat-istiadat
masyarakat - atau strutur sosial . Para sosiolog yakin bahwa struktur sosial terdiri atas jalinan
interaksi antar manusia dengan cara yang relatif stabil. Kita mewarisi struktur sosial dalam
satu pola perilaku yang diturunkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya, melalui proses
sosialisasi. Disebabkan oleh struktur sosial, kita mengalami kehidupan sosial yang telah
terpolakan. James menguraikan pentingnya dampak struktur sosial atas "diri" (self) - perasaan
kita terhadap diri kita sendiri. Masyarakat mempengaruhi diri - self.
Sosiolog lain Robert Park dari Universitas Chicago memandang bahwa masyarakat
mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan individu-
individu ke dalam berbagai macam peran (roles). Melalui peran inilah kita menjadi tahu
siapa diri kita. Kita adalah seorang anak, orang tua, guru, mahasiswa, laki-laki, perempuan,
Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita tergantung pada peran yang kita lakukan dalam
masyarakat. Beberapa teori yang melandasi persektif strukturan adalah Teori Peran (Role
Theory), Teori Pernyataan-harapan (Expectation-States Theory), dan Posmodernisme
(Postmodernism).
Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang
bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini,
harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran
tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya,

29
diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang
mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter
maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran
sosial
Intinya, teori peran, pernyataan-harapan, dan posmodernisme memberikan ilustrasi
perspektif struktural dalam hal bagaimana harapan-harapan masyarakat mempengaruhi
perilaku sosial individu. Sesuai dengan perspektif ini, struktur sosial – pola interaksi yang
sedang terjadi dalam masyarakat – sebagian besarnya pembentuk dan sekaligus juga
penghambat perilaku individual. Dalam pandangan ini, individu mempunyai peran yang pasif
dalam menentukan perilakunya. Individu bertindak karena ada kekuatan struktur sosial yang
menekannya.

30
MATERI VI
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Kepribadian menurut Psikologi


Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi kita akan menggunakan teori dari
George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu
dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport
merumuskan kepribadian sebagai ―sesuatu‖ yang terdapat dalam diri individu yang
membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah
suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku
dan pikiran individu secara khas.
Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa
jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku.
Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap
individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama,
karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama.
Sehubungan dengan adanya peran genetik dalam pembentukan kepribadian, terdapat 4
pemahaman penting yang perlu diperhatikan:
1. Meskipun faktor genetik mempunyai peran penting terhadap perkembangan
kepribadian, faktor non-genetik tetap mempunyai peranan bagi variasi
kepribadian
2. Meskipun faktor genetik merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi
lingkungan, faktor non-genetik adalah faktor yang paling bertanggungjawab
akan perbedaan lingkungan pada orang-orang
3. Pengalaman-pengalaman dalam keluarga adalah hal yang penting meskipun
lingkungan keluarga berbeda bagi setiap anak sehubungan dengan jenis
kelamin anak, urutan kelahiran, atau kejadian unik dalam kehidupan keluarga pada
tiap anak.
4. Meski terdapat kontribusi genetik yang kuat terhadap trait kepribadian, tidak berarti
bahwa trait itu tetap atau tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan.

Sejarah Psikologi Kepribadian:


a. Usaha yang bersifat pra ilmiah :
1. Chirologi : ilmu tentang gurat tangan
2. Astrologi : pengaruh kosmos terhadap manusia
3. Grafologi : ilmu tentang tulisan tangan
4. Phisiognomi : ilmu tentang wajah

31
Johann Casper Lavater - Physionomische Fragmante zur Boferderung der
menchenkenntniss

a. Dahi dan kening  kecerdasan seseorang


b. Hidung dan pipi  halus/kasarnya perasaan seseorang
c. Mulut dan dagu  nafsu makan/minum dsb
d. Mata  kehidupan jiwa

5. Phrenologi : ilmu tentang tengkorak


6. Onychologi : ilmu tentang kuku

b. Usaha yang bersifatSemi ilmiah


1. Ajaran tentang cairan badaniah
a. Hippocrates
Kering  Chole  Empedu kuning
Basah  Melanchole  Empedu hitam
Dingin  Phlegma  Lendir
b. Galenus
Panas Sanguis Darah
Sependapat tentang teori cairan Hippocrates, tetapi Galenus
berpendapat bahwa bila ada cairan yang dominan, hal tersebutlah
yang menunjuk pada temperamen .
c. Usaha yang bersifat Ilmiah
- Psikoanalisa
- Behavioristik
- Humanistik
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kepribadian antara lain sebagai
berikut:
1. Faktor biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering disebut faktor
fisiologis.Sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan,
dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik yang
berlainan itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat yang berbeda-beda pula.
Secara sepintas pengaruh keturunan (hereditas) tampak memiliki peran penting dalam
pembentukan struktur badan seperti tinggi, berat dan kuat. Namun, kita juga tidak dapat
mengabaikan pengaruh lingkungan dalam pembentukan karakter nalar seperti kecerdasan,
baik itu persoalan makanan, kesehatan, olahraga, memiliki pengaruh besar pada perbedaan
individual. Begitu juga dengan proses pendidikan dan pelatihan keterampilan.
2. Faktor sosial

32
Yang dimaksud dengan faktor sosial disini ialah masyarakat, yakni manusia-manusia
lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Yang termasuk juga
tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dan sebagainya yang berlaku dalam
masyarakat itu.
3. Faktor kebudayaan
Meliputi cara-cara hidup, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, bahasa, kepercayaan dari
suatu daerah/masyarakat tertentu berbeda dengan masyarakat yang lain.Perkembangan dan
pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang/anak tidak dapat dipisahkan dari
kebudayaan masyarakat dimana anak itu dibesarkan.

33
MATERI VIII
STRESS

1. PengertianStres
Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam
bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu
untuk melakukan penyesuaia.Stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh
tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial
membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.
Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (Chapplin,
1999). Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan
ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis
organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia berada diatas ambang
batas kekuatan adaptifnya.
Menurut Lazarus & Folkman stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
(1) Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan
stres atau disebut juga dengan stressor.
(2) Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul
karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat
secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing,serta respon psikologis
seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
(3) Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif
dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun
afeksi.

2. Penyebab Stres atau Stressor


Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan
terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik,
psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan
sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor diperkenalkan pertama kali oleh Selye
(dalam Rice, 2002). Stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udara) dan
dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan
individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi
dapat juga menjadi stressor.
Ada tiga tipe kejadian yang dapat menyebabkan
stres yaitu:
(a) Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti
masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.

34
(b) Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar
terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual seperti kehilangan orang yang
dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.

Ditambahkan Freese Gibson umur adalah salah


satu faktor penting yang menjadi penyebab stres, semakin bertambah umur seseorang,
semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor fisiologis yang
telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti kemampuan visual,
berpikir, mengingat dan mendengar.
Sedangkan faktor situasi yang mempengaruhi stress lainnya adalah:
(a) Kejadian yang melibatkan tuntutan yang sangat tinggi dan mendesak sehingga
menyebabkan ketidaknyamanan
(b) Life transitions, dimana kehidupan mempunyai banyak kejadian penting yang
menandakan berlalunya perubahan dari kondisi atau fase yang satu ke yang lain, dan
menghasilkan perubahan substansial dan tuntutan yang baru dalam kehidupan kita.
(c) Timing juga berpengaruh terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan kita, dimana
apabila kita sudah merencanakan sesuatu yang besar dalam kehidupan kita dan
timing-nya meleset dari rencana semula, juga dapat menimbulkan stres.
(d) Ambiguity, yaitu ketidakjelasan akan situasi yang terjadi
(e) Desirability, ada beberapa kejadian yang terjadi diluar dugaan kita
(f) Controllability, yaitu apakah seseorang mempunyai kemampuan untuk merubah atau
menghilangkan stressor. Seseorang cenderung menilai suatu situasi yang tidak
terkontrol sebagai suatu keadaan yang lebih stressful, daripada situasi yang terkontrol.

Ancaman merupakan konsep kunci dalam memahami stress. Lazarus


mengungkapkan bahwa individu yang tidak akan merasakan suatu kejadian sebagai suatu
gangguan bila stressor tersebut diinterpretasikan sebagai hal yang wajar. Ancaman adalah
suatu penilaian subjektif dari pengaruh negatif yang potensial dari stressor. Transactions
yang mengarah pada kondisi stres umumnya melibatkan proses assesment yang disebut
sebagai cognitive appraisals.
Cognitive appraisals adalah suatu proses mental, dimana ada dua factor yang dinilai
oleh seseorang: (1) apakah sebuah tuntutan mengancam kesejahteraannya dan (2) resources
yang tersedia untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Menurut Lazarus ada dua macam penilaian yang dilakukan individu untuk menilai
apakah suatu kejadian yang dapat atau tidak menimbulkan stress bagi individu, yaitu:
(a) Primary appraisals yaitu penilaian pada waktu kita mendeteksi suatu kejadian
yang potensial untuk menyebabkan stress. Peristiwa yang diterima sebagai
keadaan stress selanjutnya akan dinilai menjadi 3 akibat yaitu harm-loss (tidak
berbahaya), threat (ancaman) dan challenge (tantangan)
(b) Secondary appraisals mengarah pada resources yang tersedia pada diri kita atau
yang kita miliki untuk menanggulangi stres.

3. Reaksi terhadap Stres


a. Aspek Fisiologis

35
Walter Canon (dalam sarafino, 2006) memberikan deskripsi mengenai bagaiman
reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebutkan reaksi tersebut
sebagai fight-or-fight response karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk
menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-fightresponse
menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan
tetapi bila arousal yang tinggi terus menerus muncul dapat membahayakan kesehatan
individu.
Selye (dalam Sarafino, 2006) mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus
menerus muncul. Ia mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang
terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:
(1) Fase reaksi yang mengejutkan ( alarm reaction )
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti
jantungnya berdegup, keluar keringat dingin, muka pucat, leher tegang, nadi bergerak
cepat dan sebagainya. Fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stres.
(2) Fase perlawanan (Stage ofResistence )
Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stres, sebab pada tingkat
tertentu, stres akan membahayakan. Tubuh dapat mengalami disfungsi, bila stres
dibiarkan berlarut-larut. Selama masa perlawanan tersebut, tubuh harus cukup
tersuplai oleh gizi yang seimbang, karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
(3) Fase Keletihan ( Stage of Exhaustion )
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat yang parah
bila seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapat menyerang bagian –
bagian tubuh yang lemah.
b. Aspek psikologis
Reaksi psikologis terhadap stressor meliputi:
(1) Kognisi
Cohen menyatakan bahwa stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam
aktifitas kognitif.
(2) Emosi
Emosi cenderung terkait stres.individu sering menggunakan keadaan emosionalnya
untuk mengevaluasi stres dan pengalaman emosional (Maslach, Schachter & Singer,
dalam Sarafino, 2006). Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut, phobia,
kecemasan, depresi, perasaan sedih dan marah.
(3) Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat
berperilaku menjadi positif dan negatif (dalam Sarafino, 2006). Stres yang diikuti
dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat
sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif (Donnerstein & Wilson, dalam
Sarafino, 2006).

4. Identifikasi Tahapan-Tahapan Stress


Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan sebagai berikut:

36
1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting);
2) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari
cadangan energi semakin menipis.
Stres tahap II
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II
adalah sebagai berikut:
1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar;
2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang;
3) Lekas merasa capai menjelang sore hari;
4) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort);
5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar);
6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang;
7) Tidak bisa santai.
Stres tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan
keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka yang terjadi:
1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan ―maag‖(gastritis),
buang air besar tidak teratur (diare);
2) Ketegangan otot-otot semakin terasa;
3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat;
4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early
insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia),
atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late
insomnia);
5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa Goyong dan serasa mau pingsan).
Stres tahap IV
1) Penderita semakin sulit untuk tidur,
2) Selalu muncul mimpi-mimpi yang menegangkan dan seringkali terbangun pada dini
hari.
3) Muncul perasaan-perasaan negatif, serta kemampuan konsentrasinya makin menurun
tajam.
4) Seringkali muncul perasaan takut yang tidak bisa dijelaskan dan tidak dimengerti oleh
si penderita.
Stres tahap V
1) Di tingkat ini pun sistem pencernaan masih tetap terganggu,
2) Terasa sakit maag atau gangguan usus yang terasa lebih sering.
3) Sering merasa ingin buang air besar, namun sukar saat akan dikeluarkan.
4) Perasaan takut yang pada tahap sebelumnya pernah muncul kini makin menjadi-jadi
bahkan mirip kepanikan
Stres tahap VI
(1) Gejala pada tahap ini, debaran jantung terasa amat keras, karena zat adrenalin yang
dikeluarkan lantaran stres tadi cukup tinggi dalam peredaran darah.
(2) Selain itu napasnya terlihat sesak dan megap-megap, badan gemetar, suhu badannya
dingin, keringat bercucuran.

37
(3) Pasien akan merasa kekurangan tenaga untuk ke pekerjaan yang amat ringan
sekalipun. Penderita pun akan pingsan atau colaps.

5. Tingkatan stress
(1) Distress
Distres adalah jenis stres yang berakibat negatif atau buruk karena dampaknya
menimbulkan kesedihan, kesengsaraan, dan ketakutan bagi individu. Distres muncul
ketika individu tidak dapat lagi mempertahankan level stres yang mereka alami di
bawah ambang stres mereka. Stres inilah yang kemudian dapat merusak performa
kerja seseorang. Distres atau stres negatif terjadi ketika individu menyadari adanya
masalah dalam situasi yang sangat penting, namun ia tidak yakin mampu mengatasi
masalah tersebut. Kejadian-kejadian yang termasuk di dalam stres negatif antara lain
kematian orang yang dicintai, sakit keras, putus pacar, dirampok, dan lain-lain.
(2) Eustress
Eustres adalah jenis stres yang dapat berdampak positif. Stres jenis ini menimbulkan
tegangan dalam hidup individu, tetapi dampak yang ditimbulkan bermanfaat bahkan
diimpikan oleh setiap orang. Kondisi ini terjadi saat individu memacu produksi
adrenalin dalam tubuhnya ketika berada di situasi yang mengharuskannya untuk
meningkatkan performa.

6. Coping
Individu dari semua umur mengalami stres dan mencoba untuk mengatasinya.
Karena ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stres menimbulkan ketidaknyaman,
seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi stres. Hal-hal
yang dilakukan bagian dari coping (dalam Jusung, 2006).
Menurut Colman (2001) coping adalah proses dimana seseorang mencoba untuk
mengatur perbedaan yang diterima antara demands dan resources yang dinilai dalam suatu
keadaan yang stressful.
Menurut Sarafino (2006) usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat
membawa pada solusi dari suatu masalah yang menimbulkan situasi stres. Individu
melakukan proses coping terhadap stres melalui proses transaksi dengan lingkungan, secara
perilaku dan kognitif.

7. Fungsi Coping
Proses coping terhadap stres memiliki 2 fungsi utama yang terlihat dari bagaimana
gaya menghadapi stres, yaitu :
1. Emotional-Focused Coping
Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional terhadap
situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun kognitif. Lazarus
dan Folkman mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Emotional-Focused
Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stresor yang ada tidak dapat diubah atau
diatasi.
2. Problem-Focused Coping,

38
Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau memperbesar
sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres.

8. Metode Coping Stress


Lazarus & Folkman mengidentifikasikan berbagai jenis strategi coping, baik secara
problem-focused maupun emotion-focused, antara lain:
(a) Planful problem solving yaitu usaha untuk mengubah situasi, dan menggunakan usaha
untuk memecahkan masalah.
(b) Confrontive coping yaitu menggunakan usaha agresif untuk mengubah situasi,
mencari penyebabnya dan mengalami resiko.
(c) Seeking social support yaitu menggunakan usaha untuk mencari sumber dukungan
informasi, dukungan sosial dan dukungan emosional.
(d) Accepting responsibility yaitu mengakui adanya peran diri sendiri dalam masalah
(e) Distancing yaitu menggunakan usaha untuk melepaskan dirinya, perhatian lebih
kepada hal yang dapat menciptakan suatu pandangan positif.
(f) Escape-avoidance yaitu melakukan tingkah laku untuk lepas atau menghindari.
(g) Self-control yaitu menggunakan usaha untuk mengatur tindakan dan perasaan diri
sendiri.
(h) Positive reappraisal yaitu menggunakan usaha untuk menciptakan hal-hal positif
dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menyangkut religiusitas.

9. Faktor – faktor yang mempengaruhi Coping


Menurut Smet faktor-faktor tersebut adalah:
(1) Variabel dalam kondisi individu; mencakup umur, tahap perkembangan, jenis
kelamin, temperamen, faktor genetik, intelegensi, pendidikan, suku, kebudayaan,
status ekonomi dan kondisi fisik. Handayani (dalam Pamangsah, 2000), dalam
skripsi kesarjanaannya menambahkan pula faktor-faktor yang berperan dalam
strategi menghadapi masalah, antara lain: konflik dan stres serta jenis pekerjaan.
(2) karakteristik kepribadian, mencakup introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara
umum, kepribadian ―ketabahan‖ (hardiness), locus of control, kekebalan dan
ketahanan.
(3) Variabel sosial-kognitif, mencakup: dukungan sosial yang dirasakan,
jaringansosial, kontrol pribadi yang dirasakan.
(4) Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima, integrasi
dalam jaringan sosial.
(5) Strategi coping, merupakan cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam situasi yang tidak
menyenangkan.

39
MATERI IX
GANGGUAN KECEMASAN/ANSIETAS
Kecemasan merupakan respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan
merupakan hal yang normal terjadi perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang
belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas dan arti hidup. Pada kadar rendah,
kecemasan membantu individu untuk bersiaga mengambil langkah-langkah mencegah bahaya
atau untuk memperkecil dampak bahaya tersebut. Kecemasan sampai pada taraf tertentu
dapat mendorong meningkatnya performa, yang disebut sebagai facilitating anxiety. Namun
apabila kecemasan sangat besar justru akan mengganggu, yang disebut dengan debilitating
anxiety.
Takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya
suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari
lingkungan dan tidak menimbulkan konflik pada individu. Sedangkan kecemasan muncul jika
ancaman tidak jelas, berasal dari dalam diri dan menimbulkan konflik pada individu.
Gangguan cemas berbeda dengan kecemasan normal dalam hal intensitas, durasi, serta
dampaknya bagi individu. Gangguan cemas merupakan gangguan neurosis, yaitu gangguan
mental dimana bentuk gangguan utamanya muncul dalam sekumpulan gejala yang
menganggu individu dan dianggapnya sebagai sesuatu yang asing dan tidak dapat diterima
(ego dystonic). Gejala-gejala fisik yang menyertai gangguan cemas antara lain seperti jantung
berdebar disertai keringat dingin, rasa mual, gemetar, mudah terkejut, dll.
JENIS-JENIS GANGGUAN KECEMASAN
1. FOBIA
 Fobia merupakan ketakutan irasional yang menimbulkan upaya menghindar (secara
sadar) dari obyek, aktivitas atau situasi yang ditakuti. Antisipasi terhadap hal yang
ditakuti ini menimbulkan tekanan pada individu karena berlebihan dan menganggu
kemampuan individu tersebut berfungsi dalam kehidupan.
 Dua jenis fobia:
a) Fobia spesifik (simple phobia). Jenis fobia ini dapat digolongkan dalam lima
hal (DSM IV), yaitu: 1. tipe fobia terhadap binatang (misalnya, fobia tikus,
anjing, atau binatang berbulu lebat); 2. tipe fobia terhadap lingkungan alam
(misalnya, ketinggian, kilat atau air); 3. tipe fobia terhadap darah, suntikan
atau luka; 4. tipe fobia situasional (contohnya berada dalam pesawat, lift, atau
tempat tertutup); 5. tipe fobia lainnya (misalnya ketakutan terhadap kostum
karakter tertentu pada anak-anak).
b) Fobia sosial merupakan ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya
berhubungan dengan kehadiran orang lain; individu menghindari situasi
dimana ia mungkin dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina
atau dipermalukan dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau
menampilkan perilaku lain yang memalukan. Kemunculan pertama umumnya

40
terjadi pada masa remaja, dimana kesadaran sosial dan interaksi dengan orang
lain dianggap lebih penting dalam kehidupan seseorang.
 Etiologi:
c) Teori psikoanalisa. Freud mengemukakan hipotesa bahwa fungsi utama dari
kecemasan adalah memberi tanda pada ego bahwa dorongan terlarang yang
berasal dari ketidaksadaran akan muncul ke kesadaran. Reaksi fobia
merupakan defense untuk melawan kecemasan yang ditimbulkan oleh
dorongan-dorongan id yang direpresi. Sebagai upaya untuk menghindar dari
konflik yang direpresi tersebut, kecemasan dialihkan dari impuls tersebut dan
dipindahkan pada obyek atau situasi yang memiliki hubungan simbolik
dengannya (yaitu stimulus yang ditakuti).
d) Teori tingkah laku (behavioral). Reaksi fobia adalah reaksi yang dipelajari dan
dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip belajar, antara lain: 1. Avoidance-
Conditioning, 2. Modeling, 3. Defisit dalam keterampilan sosial.
e) Teori kognitif. Memfokuskan pada bagaimana proses berpikir seseorang dapat
menjadi peyebab serta bagaimana pikiran tersebut dapat mempertahankan
reaksi fobia. Menurut pandangan ini, kecemasan berhubungan dengan
kecenderungan untuk lebih memperhatikan stimulus negatif,
menginterpretasikan informasi yang ambigu sebagai ancaman dan percaya
bahwa peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan akan terjadi lagi di masa
mendatang.
f) Faktor biologis. Kelabilan individu, dimana system otonomnya lebih mudah
dibangkitkan oleh berbagai stimulus, menjadi factor penting dalam
terbentuknya perilaku fobia. Karena labilitas otonom antara lain ditentukan
secara genetic, maka diduga bahwa factor keturunan juga mempunyai
pengaruh signifikan dalam pembentukan fobia.
 Penanganan:
g) Pendekatan psikoanalisis bertujuan untuk mengungkap konflik-konflik yang
dianggap mendasari munculnya ketakutan yang ekstrem dan reaksi
menghindar yang menjadi karakteristik gangguan ini.
h) Pendekatan tingkah laku menggunakan systematic desensitization disertai
relaksasi sebagai metode utama. Selain itu untuk membantu individu yang
mengalami fobia sosial dapat dilakukan dengan mengajarkan ketrampilan
sosial melalui bermain peran dan pengulangan interaksi sosial di dalam ruang
terapi. Teknik lain yang biasa digunakan untuk menangani fobia spesifik
adalah modeling, flooding (klien dihadapkan secara langsung pada obyek fobia
dengan intensitas penuh), dan successive approximation (sumber fobia
ditampilkan sedikit demi sedikit dan individu mendapat imbalan setiap kali
berhasil mendekati obyek).
i) Pendekatan kognitif dalam menangani fobia sosial individu dipersuasi untuk
mempersepsi reaksi orang lain secara lebih akurat dan mulai mengurangi
ketergantungan terhadap persetujuan dari orang lain, agar dapat timbul
perasaan berharga dalam dirinya. Metode ini dikombinasikakn dengan
pelatihan keterampilan sosial.
41
j) Pendekatan biologis untuk menangani fobia adalah pemberian obat-obatan
sedative (yang menenangkan), tranquilizer atau anxiolytic yang dapat
mengurangi kecemasan.
2. GANGGUAN PANIK
 Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang spontan dan
tidak terduga. Pengertian serangan panik sendiri adalah kecemasan atau ketakutan
yang sangat intens dalam waktu yang relatif singkat (biasanya kurang dari satu jam),
dan disertai dengan gejala somatik seperti berkeringat dingin. Beberapa gejala yang
dapat muncul pada gangguan panic antara lain sulit bernapas, jantung berdebar keras,
mual, rasa sakit di dada, pening, berkeringat dingin, gemetar, kekuatiran yang intens,
dsb. Bahkan mungkin juga muncul depersonalisasi (perasaan aneh dengan diri) dan
derealisasi (perasaan aneh dengan lingkungan).
 Gangguan panik seringkali disertai dengan agoraphobia, sebuah istilah Yunani yang
berarti ketakutan untuk berada di tempat umum dan tidak dapat keluar atau
menemukan bantuan pada saat ia mendapat serangan panik.
 Etiologi:
- Teori biologis: pada beberapa kasus, sensasi fisik yang disebabkan penyakit
membuat beberapa orang mengalami gangguan panik. Ada juga yang menyatakan
bahwa gangguan panik ini menurun dalam keluarga. Sedangkan teori lain
mengatakan bahwa gangguan panik disebabkan aktivitas yang berlebihan dari
system noradregenik. Teori psikologis: prinsip utama untuk menjelaskan
agoraphobia adalah hipotesis takut pada rasa takut (fear to fear) yang
mengasumsikan bahwa agoraphobia bukanlah ketakutan ketika berada di tempat
umum, namun ketakutan akan mengalami serangan panic di tempat umum.
Sedangkan dasar terjadinya serangan panik diperkirakan adalah system saraf
otonom yang terlalu aktif, yang disertai kecenderungan psikologis untuk menjadi
sangat terganggu dengan sensasi yang terlalu aktif tersebut. Dengan demikian
individu yang pernah mengalami serangan panik akan mengalami siklus yang
berulang. Konsep kontrol juga turut berperan dalam menjelaskan, bahwa individu
yang mengalami gangguan ini memiliki ketakutan yang berlebihan akan
kehilangan kontrol, dan ini akan terjadi jika mereka mendapat serangan panik di
tempat umum.
2) Penanganan:
a) Pendekatan biologis. Beberapa obat yang biasa diberikan pada penderita
gangguan panik adalah anti depresan dan anxiolytic.
b) Pendekatan psikologis. Barlow mengemukakan terapi yang menggabungkan
tiga komponen meliputi pelatihan relaksasi, kombinasi intervensi kognitif-
behavioral dan pengenalan terhadap tanda-tanda internal yang memicu panik.

3. GENERALIZED ANXIETY DISORDER


 Merupakan kekuatiran yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai
gejala somatic, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau
pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stress yang nyata padanya.

42
 Kecemasan terjadi terus-menerus, bahkan seringkali tentang hal-hal kecil.
 Onset gangguan biasanya pada pertengahan usia remaja
 Etiologi:
c) Pandangan psikoanalisa: GAD merupakan konflik tak sadar antara ego dan
impuls-impuls dari id; dorongan agresivitas dan seksual berusaha untuk
keluar, namun ego menahannya karena kuatir akan hukuman yang mungkin
diterima. Karena sumbernya tak sadar, penderita seringkali tidak mengetahui
sebab perasaan cemas yang dialaminya. Kecemasan terjadi hampir terus-
menerus dan penderita tidak mampu memindahkan konflik pada objek
tertentu, sehingga kecemasan muncul hampir setiap saat.
d) Pandangan kognitif-behavioral: penderita GAD mempersepsi peristiwa-
peristiwa yang mengancam sebagai sesuatu yang berada di luar kontrol
mereka. Pandangan kognitif lain mengemukakan bahwa kekuatiran pada GAD
adalah perasaan yang membantu penderita mengatasi emosi negatif. Dengan
merasa kuatir, penderita GAD dapat menghindari gambaran-gambaran yang
menyakitkan (misalnya kematian keluarga, penyakit) sehingga kecemasan
akan hal tersebut berkurang.
e) Pandangan biologis: beberapa penelitian mengindikasikan bahwa GAD
mungkin memiliki komponen genetik. Pandangan lain menyatakan adanya
hambatan atau gangguan pada neurotransmitter GABA, sehingga kecemasan
tidak dapat dikontrol.
3) Penanganan:
a) Pendekatan psikoanalisa. Membantu penderita menghadapi konflik mereka
yang sebenarnya, secara umum sama dengan penanganan fobia.
b) Pendekatan kognitif-behavioral. Pertama adalah meminta penderita
mejelaskan kecemasan mereka dalam bentuk respons terhadap situasi yang
lebih teridentifikasi. Kemudian kecemasan direformulasikan menjadi satu atau
beberapa fobia, sehingga lebih mudah ditangani. Beberapa ahli menganjurkan
pemberian pelatihan relaksasi yang lebih intensif. Pelatihan keterampilan yang
mungkin dibutuhkan agar klien merasa kompeten dapat diberikan bila dasar
kecemasan adalah perasaan tidak berdaya.
c) Pendekatan biologis. Pemberian obat-obatan anxiolytic dengan
memperhatikan efek samping yang tidak menyenangkan (mengantuk, depresi,
ketergantungan fisik, dll).

4. GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
 Merupakan gangguan cemas dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-
gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan
tertentu berulang-ulang sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsi
kehidupannya sehari-hari.

43
 Obsesi merupakan pemikiran, ide atau sensasi yang muncul berulang-ulang, serta
tidak dapat dicegah. Individu yang mengalaminya merasakannya sebagai hal yang
tidak rasional dan tidak dapat dikontrol.
 Kompulsi adalah perilaku atau tindakan mental yang berulang, dimana individu
merasa didorong untuk menampilkannya untuk mengurangi stress. Beberapa
kompulsi yang umum menurut Davison & Neale (2001) antara lain:
o Mengikuti kebersihan dan keteraturan, terkadang dengan ritual tertentu yang
dapat memakan waktu berjam-jam.
o Menghindari obyek tertentu
o Menampilkan kegiatan-kegiatan praktis yang repetitif, aneh, dan bersifat
pencegahan misalnya menghitung.
o Memeriksa, berkali-kali untuk memastikan bahwa perilaku yang sudah
ditampilkan benar-benar telah dikerjakan.
o Menampilkan perilaku tertentu seperti makan dengan sangat perlahan.
 Obsesi meningkatkan kecemasan sedangkan menampilkan atau melakukan perilaku
(kompulsi) dapat menguranginya.
 Etiologi:
d) Pandangan psikoanalisa: menurut Freud gangguan ini timbul dari daya-daya
instingtif seperti seks dan agresivitas, yang tidak berada di bawah control
individu karena toilet training yang kasar, sehingga individu terfiksasi pada
masa anal. Pikiran-pikiran yang mengganggu dan perilaku kompulsif bersifat
melindungi ego dari konflik yang direpresi. Sedangkan Adler memandang
obsesif-kompulsif sebagai hasil dari perasaan tidak kompeten.
e) Pandangan kognitif behavioral: gangguan ini merupakan perilaku yang
dipelajari dan diperkuat dengan berkurangnya rasa takut. Kompulsi memeriksa
terjadi karena defisit ingatan, ketidakmampuan mengingat dengan akurat.
Sedangkan obsesif muncul karena ketidakmampuan mengabaikan stimulus.
f) Pandangan biologis: keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya
serotonin, serta kontribusi factor genetik dalam pembentukan gangguan.
 Penanganan:
g) Terapi psikoanalisa: mengurangi represi dan memungkinkan penderita untuk
menghadapi beberapa hal yang benar-benar ditakutinya.
h) Exposure dan Response Prevention: terapi ini dikenal juga dengan sebutan
flooding diciptakan oleh Victor Meyer, dimana penderita menghadapkan
dirinya sendiri pada situasi yang menimbulkan tindakan kompulsif (misalnya
memegang sepatu kotor) dan kemudian menahan diri agar tidak menampilkan
ritual yang biasanya dilakukan (yaitu mencuci tangan terus-menerus).
i) Rational Emotive Behavior Therapy: membantu penderita menghapuskan
keyakinan bahwa segala sesuatu harus terjadi menurut apa yang mereka
inginkan atau hasil pekerjaan harus selalu sempurna. Selain itu terapi Beck,
dimana penderita didorong untuk menguji ketakutan mereka bahwa hal buruk
akan terjadi bila mereka tidak menampilkan perilaku kompulsi, juga dapat
digunakan.

44
j) Penanganan biologis: dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang
meningkatkan serotonin.

5. GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA (PTSD)


 Merupakan respon ektrem terhadap perisitiwa traumatik yang dialami atau disaksikan
individu dan menimbulkan gangguan serius dalam berbagai fungsi kehidupannya.
 Peristiwa traumatik melibatkan kematian atau ancaman kematian, atau luka yang
sangat parah atau ancaman terhadap integritas diri maupun orang lain. Peristiwa
tersebut haruslah menimbulkan ketakutan atau kengerian yang intens atau perasaan
tidak berdaya. Contoh: bencana alam, konflik bersenjata, perkosaan, dll.
 Simtom utama PTSD dikelompokkan dalam tiga kelompok (DSM IV):
o Mengalami kembali peristiwa traumatic secara persisten melalui beberapa cara
(mengingat kembali peristiwa secara berulang dan mengganggu), mimpi buruk
berulang-ulang, berperilaku dan merasa bahwa peristiwa tersebut sedang
terjadi, dll
o Upaya menghindar yang menetap terhadap hal-hal yang mengingatkan pada
peristiwa traumatik dan penumpulan respon terhadap stimulus tersebut.
o Meningkatnya aktivitas secara persisten, antara lain tidak dapat tidur atau sulit
tidur nyenyak, mudah tersinggung atau meledak, sulit konsentrasi,
kewaspadaan berlebihan, respon terkejut berlebihan.
o Untuk menegakkan diagnosis PTSD gejala-gejala tersbeut harus muncul
setidaknya selama satu bulan setelah peristiwa traumatis. Apabila gejala
terjadi selama kurang dari satu bulan maka gangguan didiagnosa sebagai
gangguan stress akut (acute stress disorder).
o Beberapa gejala penyerta umum PTSD adalah depresi, kecemasan dan
gangguan pikiran (misalnya sulit konsentrasi).
 Etiologi:
k) Faktor resiko: beberapa hal yang menjadi predictor munculnya PTSD antara
lain persepsi tentang adanya ancaman terhadap kehidupan, keberadaan sebagai
wanita, perpisahan dini dengan orangtua, sejarah gangguan PTSD dalam
keluarga, pengalaman sebelumnya dalam menghadapi trauma serta ganggua
sebelumnya (misalnya depresi dan kecemasan). Faktor lain yang juga
berpengaruh adalah kecenderungan untuk menganggap kegagalan sebagai
kesalahan diri sendiri.
l) Teori psikologis: para ahli behavioristik berpendapat bahwa PTSD muncul
karena adanya proses belajar melalui kondisioning klasik terhadap rasa takut.
Sedangan teori psikodinamika oleh Horowitz (1986) menyebutkan ingatan
tentang peristiwa traumatic muncul secara konstan pada pemikiran seseorang
dan sangat menyakitkan, sehingga mereka secara sadar menekannya (supresi
atau represi).
m) Teori biologis: trauma mengaktifkan system noradrenergik, yang kemudian
meningkatkan tingkat norepinefrin, sehingga membuat individu menjadi

45
mudah terkejut dan lebih cepat menampilkan emosi dibandingan keadaan
normal.
 Penanganan:
n) Memberikan pendidikan atau pengetahuan mengenai PTSD pada orang yang
mengalami trauma terutama gejala-gejala yang mungkin muncul.
o) Melakukan terapi kelompok, dimana masing-masing anggota kelompok dapat
saling berbagi dan mendukung.
p) Terapi tingkah laku melalui exposure juga mungkin dilakukan, dengan
mengkonfrontasi penderita dengan cara tertentu yang sebenarnya ingin
dihindari penderita. Cara lain adalah dengan eye movement desensitization and
repocressing (EMDR).
q) Terapi biologis dilakukan dengan memberikan obat psikoaktif.
r) Yang penting diperhatikan juga adalah melibatkan dukungan sosial (keluarga,
teman, sesama penderita PTSD, atau individu yang pernah mengalami trauma,
dll).

46
MATERI X

GANGGUAN DEPRESI
PENGERTIAN
Depresi adalah gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood depresi,
kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu
atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang konsentrasi. Masalah ini dapat menjadi kronis
atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus
tanggung jawab sehari-harinya. Episode depresi biasanya berlangsung selama 6 hingga 9
bulan, tetapi pada 15-20% penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih.
Mood adalah situasi emosi internal yang persisten dan bertahan cukup lama, dan
dialami serta dirasakan secara subjektif oleh individu. Sedangkan Afek merupakan ekspresi
emosi yang dapat diobservasi, dan lebih singkat durasinya daripada mood. Afek ini mungkin
sesuai dengan mood, mungkin juga tidak.
Gangguan mood melibatkan masalah emosi yang mengganggu, berkisar antara
kesedihan (dysphoria) pada depresi hingga elasi/peningkatan (euphoria) serta iritabilitas
mood pada mania. Orang yang normal merasa memiliki kemampuan untuk mengontrol mood
dan afeknya. Sedangkan pasien yang mengalami gangguan mood memiliki perasaan
kehilangan kontrol tersebut dan mengalami stress besar karenanya.

JENIS-JENIS GANGGUAN
1. Gangguan Depresi Mayor / Unipolar Depression
1) Ditandai dengan mood sedih, gangguan nafsu makan, berat badan, gangguan tidur dan
tingkat aktivitas.
2) Kesedihan, mood depresif sepanjang hari, hampir setiap hari, sebagaimana diceritakan
oleh yang bersangkutan atau pengamatan orang lain.
3) Hilangnya minat terhadap kesenangan atau aktivitas secara jelas pada semua atau
hampir semua aktivitas sehari-hari.
4) Sulit tidur atau tidur berlebihan hampir setiap hari.
5) Perubahan tingkat aktivitas (menjadi lethargic/agitatif)
6) Nafsu makan berkurang, berat badan turun atau sebaliknya.
7) Hilang energi atau kelelahan yang luar biasa hampir setiap hari.
8) Konsep diri negatif, perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang ebrlebihan
atau tidak sesuai hampir setiap hari.
9) Protes-protes atau keluhan-keluhan, sulit berkonsentrasi, lambat berpikir.
10) Pemikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri.
11) Merupakan gangguan yang cenderung kronis yang berulang. Biasanya semakin sering
penderita mengalami gangguan depresi, waktu berlangsungnya masing-masing
episode akan bertambah dan keparahan tiap episode akan meningkat.

2. Gangguan Bipolar

47
4) Penderita yang mengalami gangguan ini akan mengalami episode mania atau episode
campuran yang meliputi gejala-gejala mania maupun depresi.
5) Mood yang meningkat atau irritable, berbicara terus menerus, dan hiperaktivitas dari
mania.
6) Episode Mania: mood meninggi, irritable, ditambah 3-4 gejala di bawah ini,
a) Peningkatan aktivitas dalam pekerjaan, sosial, seksual.
b) Pembicaraan yang berlebihan yang tidak wajar, bicara cepat.
c) Flight of ideas (pikiran tidak runtut) atau perasaan subjektif bahwa pikiran
seperti berlomba.
d) Berkurangnya kebutuhan untuk tidur.
e) Harga diri melambung, atau ide kebesaran.
f) Kebingungan, perhatian mudah beralih.
g) Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas-aktivitas menyenangkan.
7) Hipomania: perubahan dalam perilaku dan mood tetapi tidak seekstrim pada episode
mania.
8) Episode Depresi (gejala seperti pada gangguan depresi):
a) Sub tipe melankolia: tidak menikmati aktivitas apapun, mood depresif,
memburuk di pagi hari, bangun terlalu pagi, tidak nafsu makan,
lethargic/agitatif.
b) Beberapa depresi juga mempunyai gambaran katatonik: negtivisme (terus
melawan), aktivitas motorik tidak bertujuan, adopsi posisi tubuh yang aneh.

3. Gangguan Mood Kronis


(a) Diagnosa paling sedikit dua tahun, namun tidak cukup parah untuk didiagnosa sebagai
gangguan unipolar atau bipolar.
(b) Gangguan cyclothymic (mirip bipolar): penderita mengalami mood depresi dan
hipomania dengan periode bercampur, bergantian atau terpisah oleh periode normal.
Meliputi episode hipomanik (episode yang disertai dengan ciri-ciri manik pada tingkat
keparahan yang lebih rendah daripada episode manik) dan beberapa periode mood
tertekan atau hilangnya minat atau kesenangan pada kegiatan, tetapi tingkat
keparahannya tidak sampai memenuhi kriteria sebagai episode depresi mayor)
(c) Mood depresi dan hipomania. Episode depresi mereka merasa tidak adekuat. Selama
hipomania, menarik diri, tidur berlebihan atau kurang, sulit berkonsentrasi.

4. Gangguan dysthymic (mirip unipolar):


Distimik (dysthymic) atau distimia (dysthimia) diambil dari akar kata bahasa Yunani dys
(buruk atau sulit) dan thymos (spirit). Orang dengan gangguan ini mengalami semangat
yang buruk atau keterpurukan sepanjang waktu. Orang dengan gangguan ini tidak
mengalami depresi yang sangat parah seperti yang dialami orang dengan gangguan
depresi mayor. Gangguan ini relatif lebih ringan dan kronis, biasanya berlangsung
selama beberapa tahun. Meskipun lebih ringan, mood tertekan dan penghargaan diri yang
rendah dapat mempengaruhi fungsi pekerjaan dan sosial. Gangguan ini lebih sering
terjadi pada wanita.
1) Merupakan depresi yang kronis/terus menerus.

48
2) Merasa sedih, kehilangan kesenangan dalam aktivitas sehari-hari.
3) Merasa tidak adekuat, tidak efektif, penurunan energi, pesimisme, tidak mampu
berkonsentrasi/berpikir secara jelas, menghindari kerjasama atau bergabung
dengan orang lain.
GAMBARAN KLINIS
Pada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan gejala umum menurut APA
(American Psychiatric Association) dalam Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV):
(American Psychiatric Association, 2000)
a) Perubahan fisik
 Penurunan nafsu makan
 Gangguan tidur
 Kelelahan atau kurang energi
 Agitasi
 Nyeri, sakit kepala, otot kram dan nyeri tanpa penyebab fisik
b) Perubahan Pikiran
 Merasa bingung, lambat berpikir
 Sulit membuat keputusan
 Kurang percaya diri
 Merasa bersalah dan tidak mau dikritik
 Adanya pikiran untuk membunuh diri
c) Perubahan Perasaan
 Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri.
 Merasa sedih
 Sering menangis tanpa alasan yang jelas.
 Irritabilitas, mudah marah dan terkadang agresif.
d) Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari
 Menjauhkan diri dari lingkungan sosial
 Penurunan aktivitas fisik dan latihan.
 Menunda pekerjaan rumah.

ETIOLOGI DAN TERAPI


A. Pendekatan psikoanalisa:
 Freud menyatakan kecenderungan fiksasi oral pada masa kanak-kanak, yang kemudian
mengembangkan kecenderungan untuk bergantung secara berlebihan pada orang lain
sehingga ketika terpisahkan individu menjadi depresi.
 Adanya mekanisme pertahanan diri introyeksi. Pada tes proyeksi ditemukan bahwa
penderita mengidentifikasikan diri pada korban bukan pada aggressor.
 Depresi adalah kemarahan yang tertuju pada diri sendiri.
Terapi:
Psikoterapi Interpersonal yang diajukan oleh Harry Stack Sullivan dan Karen Horney.
Psikoterapi ini bukan bertujuan untuk membantu klien memahami konflik internal yang tidak

49
disadari, yang berasal dari masa kanak-kanak. Psikoterapi ini ditujukan untuk membantu
klien menyadari kondisi nya saat ini. Terapi ini membantu klien untuk menghadapi berbagai
reaksi yang tidak terselesaikan atau yang mengganggu.
Bentuk konkretnya adalah membantu klien mengekspresikan kesedihan /
kemarahannya, membimbing klien dalam mengembangkan kegiatan atau hubungan baru
untuk memperbaiki kehidupan mereka.
B. Teori Kognitif:
(dasar: pikiran dan keyakinan merupakan factor utama yang menyebabkan atau
mempengaruhi kondisi emosional).
Terapi:
Pendekatan ini mengembangkan terapi kognitif, yang fokusnya adalah membantu
orang depresi untuk belajar menyadari dan mengubah kesalahan pola pikir mereka. Terapi ini
membantu klien untuk mengidentifikasi pikiran yang salah, bisa dilakukan setiap hari dan
dicatat pada catatan harian; berusaha mengubah pikiran yang salah, dan mengubahnya ke
dalam perilaku yang adaptif.
C. Teori Interpersonal:
Depresi dikaitkan dengan dukungan sosial yang tidak adekuat ditambah lagi dengan
keterampilan sosial individu yang rendah. Sejumlah penelitian menunjukkan kurang
mampunya penderita melakukan penyelesaian masalah dalam hubungan pribadi, pola-pola
bicara dan menjaga kontak mata.
Terapi:
Memperbaiki komunikasi dengan orang lain.
D. Pendekatan Biologis
Dalam pandangan ini, depresi disebabkan karena :
(a) Predisposisi genetis ;
(b) Abnormalitas dalam korteks prefrontal, yaitu area dari lobus frontal yang terletak
di depan area motorik. Korteks prefrontal berpengaruh terhadap pengaturan
neurotransmitter;
(c) Ketidakteraturan dalam jumlah reseptor pada neuron penerima (neuron penerima
adalah tempat berkumpulnya neurotransmitter) dan ketidakteraturan dalam
sensitivitas reseptor bagi neurotransmitter tertentu. Kedua hal ini berpengaruh
terhadap berkurangnya tingkat neurotransmitter. Padahal, fungsi dari
neurotransmitter adalah mengatur kondisi mood seseorang.
Terapi:
Pendekatan ini menangani orang dengan gangguan afektif dengan cara :
Penggunaan obat-obatan anti depresan. Obat-obatan ini meningkatkan tingkat
berfungsinya otak dan fungsi neurotransmitter. Namun, obat tertentu memiliki efek
samping, yaitu mulut kering, konstipasi, pandangan kabur, hambatan pembuangan
urine, kelumpuhan usus besar, komplikasi kardiovaskular, tekanan darah menurun,
kram perut, kegelisahan, sakit kepala, berkurangnya dorongan seksual, dan orgasme
yang tertunda.

50
MATERI XI
EMPATI DAN SIMPATI

Pada teori Tichener dikatakan, bahwa empati berasal dari semacam peniruan secara
fisik atas beban orang lain, yang kemudian menimbulkan perasaan yang serupa dalam diri
seseorang. Ia mencoba menggunakan kata empatiuntuk membedakan dengan kata simpati
yang maknanya lebih dekat dengan perhatian terhadap kemalangan lumrah orang lain tanpa
ikut merasakan apapun yang dirasakan oleh orang lain itu.
Empati merupakan akar kepedulian dan kasih sayang dalam setiap hubungan
emosional seseorang dalam upayanya untuk menyesuaikan emosionalnya dengan emosional
orang lain.

Bagaimana Empati Berkembang


Pengamatan Daniel Goleman menunjukkan bahwa kepekaan empati anak ini akan
mulai lenyap saat anak berusia sekitar dua setengah tahun, ketika mereka mulai menyadari
bahwa kepedihan orang lain berbeda dengan kepedihan mereka sendiri, dan mereka sudah
pintar mencari penghiburan. Pada tahap ini dalam perkembangannya, anak-anak mulai
berbeda kepekaan empatinya terhadap orang lain. Ada anak-anak yang amat peduli terhadap
kondisi orang lain, namun anak-anak lain tidak demikian.
Berdasarkan serangkaian studi oleh Marian Radke-Yarrow dan Carrolyn Zahn-Waxler
pada National Institute of Mental Health sebagaimana dikutip dalam Daniel Goleman, adanya
perbedaan dalam kepekaan empati pada anak ini, ada kaitannya dengan pola asuh orang tua
dalam menerapkan disiplin pada anak-anaknya. Anak-anak akan menjadi lebih empatik bila
kedisiplinan juga mencakup pemberian perhatian dengan sungguh-sungguh atas kemalangan
yang disebabkan oleh kenakalan anak mereka. Kata-kata verbal yang diucapkan orang tua
dalam mendisplinkan anak-anaknya yang nakal akan berpengaruh pada perkembangan
tingkat epekaan empati anak. Sebagai contoh penggunaan kata-kata verbal “ lihat, kamu
membuatnya amat sedih‖ akan lebih memupuk kepekaan empati anak, daripada penggunaan
kata verbal ― Nakalnya kamu‖.

Pendekatan Dalam Menanamkan Empati Anak


Setiap orang tua mendambakan anak yang saleh, dengan iman yang teguh, taat
beribadah, berakhlak terpuji, mempunyai kepekaan sosial yang cukup tinggi, bijaksana, sopan
dalam bergaul dan santun dalam berbicara. Dan masyarakat mendambakan orang-orang yang
terdidik yang mampu membawa anggota masyarakat kepada kehidupan yang maju, aman,
dan tenteram. Demikian pula, setiap Orangtua senantiasa berusaha mengajarkan ketrampilan
hidup, budi pekerti, kebudayaan dan nilai-nilai peradaban suatu bangsa, serta menginginkan
agar anak-didiknya berhasil dalam belajarnya, dan mampu menguasai ilmu pengetahuan yang
diajarkan.
Untuk membentuk atau pun mendidik anak-anak yang mempunyai kepribadian yang
baik, bukan persoalan yang mudah bagi orangtua. Membentuk dan mendidik pribadi anak
yang di dalamnya mengkristal sebuah nilai-nilai moral yang baik, butuh proses yang benar
dan panjang, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Disini dibutuhkan kesabaran,

51
keikhlasan, wawasan, dan pengetahuan yang luas serta pendekatan yang benar dari seorang
orangtua.
Sebagaimana telah diungkapkan di atas, bahwa inti persoalan moral seorang anak
sebenarnya berkaitan erat dengan empati anak. Anak yangmempunyai kecakapan empati
merupakan ―pemain tim‖ yang bagus, pasangan hidup yang dapat diandalkan, sahabat atau
rekanan usaha yang setia, di dunia bisnis mereka sukses sebagai tenaga penjual/manager atau
menjadi orangtua yang hebat. Dia dalam bergaul dan berhubungan dengan siapa pun akan
mudah diterima, karena lebih mampu menyesuaikan jalan pikiran dan perasaan orang lain.
Anak-anak yang berempati dengan baik, tak akan tega menyakiti perasaan orang lain, bahkan
dia akan merasa ikut sedih jika temannya sedang mendapatkan suatu musibah.
Tingginya kepekaan empati akan berpengaruh pada kecakapan sosialnya. Dimana
semakin tinggi kecakapan sosialnya, maka dia akan lebih mampu membentuk hubungan,
untuk menggerakkan dan mengilhami orang lain, membina kedekatan hubungan,
meyakinkan dan mempengaruhi, membuat orang-orang lain merasa nyaman. Dengan
demikian orang yang memiliki empati cukup tinggi akan mempunyai etika moral yang cukup
tinggi pula dalam masyarakat. Dari sini jelas bahwa empati ini amat penting untuk
ditanamkan pada anak sejak usia dini, guna terbentuknya pribadi yang beradab dan bermoral
tinggi,memiliki sopan santun dalam bersikap dan bertindak di masyarakat, dapat dipercaya
dan dapat diandalkan. Namun yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara
menumbuhkan empati anak? Pendekatan apa yang perlu dilakukan oleh seorang orangtua?
Nilai-nilai dasar apa yang perlu ditanamkan pada anak untuk menumbuhkan perasaan
empati?
Awal dari akar empati anak pada dasarnya berakar dari penyetalaan ibu kepada
anaknya sewaktu masih bayi hingga anak-anak, lingkungan anak, dan emosional anak.
Penyetalaan menurut Stern yaitu saat ketika terjadinya suatu proses hubungan/interaksi antara
ibu dengan bayinya dimana dimungkinkan si anak mengetahui bahwa emosinya ditanggapi
dengan empati, diterima dan dibalas oleh sang ibu. Sebagai contoh terjadinya proses
penyetalaan ini misalnya ketika bayi menjerit kesenangan, maka ibunya menguatkan
kesenangan itu dengan cara menggelitik bayinya pelan-pelan, mengajak bicara, atau
menyamakan nada suaranya dengan jeritan si bayi. Dalam proses penyetalaan ini
menunjukkan adanya pemahaman ibu terhadap suasana hati bayinya. Adanya empati ibu pada
proses penyetalaan kecil tersebut, akan memberikan rasa yakin pada si bayi bahwa secara
emosional ia dikehendaki oleh ibunya.
Lebih lanjut menurut Goleman, tiadanya penyetalaan dalam jangka panjang antara
orang tua dan anak, akan menimbulkan kerugian emosional yang amat besar bagi anak.
Apabila orang tua terus menerus gagal memperlihatkan empati apapun dalam bentuk emosi
tertentu pada anak (semisal dalam kebahagiaan, kesedihan, kebutuhan membelai), maka anak
akan mulai menghindar untuk mengungkapkan, dan barangkali bahkan untuk merasakan,
emosi-emosi yang sama dari orang tua maupun orang lain Sementara dalam lingkungan,
penyia-nyiaan dan penganiayaan emosi pada seorang anak, akan menumpulkan empati dalam
diri anak. Anak-anak yang secara terus menerus mengalami penganiayaan emosi, termasuk
perlakuan kejam dan sadis, penghinaan, dan kekasaran yang lumrah menurut Goleman dapat
menjadi hiper-waspada akan emosi orang sekitar mereka, yang setara dengan kewaspadaan
pascatrauma akan adanya isyarat adanya ancaman. Dalam pertumbuhannya anak-anak yang

52
sering mengalami penganiayaan psikologis, pada saat dewasa nanti akan menderita pola
perubahan emosi yang hebat dan berubah-ubah yang sering didiagnosis sebagai ―
Kepribadian diambang batas‖.
Penyetalaan emosi sebagai salah satu akar terbentuknya empati anak dalam proses
interaksi pembelajaran pada pendidikan, dapat dilakukan orangtua dengan cara melakukan
sinkronisasi emosi dengan anaknya. Tidak adanya singkronisasi emosi antara orangtua
dengan anaknya akan memungkinkan gagalnya proses pembelajaran yang edukatif. Hal ini
dikarenakan ketidak-adaannya sinkronisasi emosi, akan membuat anak menjadi merasa tidak
nyaman berhadapan dengan orangtua, sehingga pada akhirnya anak tidak akan
memperhatikan dan memperdulikan apa-apa yang diajarkan/dibicarakan oleh orangtua nya
serta apa-apa yang tidak boleh dilakukan anak oleh orangtua nya.
Kemudian beberapa pendekatan atau metode yang dapat digunakan oleh orangtua
dalam menumbuhkan dan menanamkan empati pada anak antara lain adalah sebagai berikut:
1. Keteladanan
Menjadikan diri kita teladan bagi anak-anak kita dalam bersikap dan berperilaku serta
menjadikan mereka menjadi saksi dari tingkah laku kita. Saksi tentang bagaimana cara kita
bergaul, bersikap pada orang lain dengan mengembangkan sikap yang baik dan empati.
Dengan demikian diharapkan mereka bisa memahami, menghayati dan mengkristalkan ke
dalam pribadinya tentang nilai-nilai budi pekerti, nilai-nilai kebaikan/moral yang
sesungguhnya (nilai-nilai sikap apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang harus kita
lakukan dan tak boleh kita lakukan).

2. Kisah/cerita yang berkaitan dengan empati /moral


Kisah/cerita yang diambil adalah kisah yang dapat menumbuhkan sikap empati anak-
anak terhadap tokoh-tokoh atau pun peristiwa yang terjadi dalam kisah/cerita tersebut.
Kisah/cerita yang menggambarkan tentang penderitaan/kemalangan seseorang dalam
kehidupannya. Dalam kisah ini perlu ditanamkan pada anak bahwa peristiwa/keadaan itu pun
mungkin juga bisa menimpa pada diri kita. Bahwa kita pun bisa mengalami nasib yang sama
seperti orang lain yang menderita akibat perbuatan jahat kita. Bagaimana penderitaan yang
menimpa orang lain itu jika menimpa kita, bukankah kita akan butuh empati dan perhatian
dari orang lain Oleh sebab itu kita pun harus selalu mencoba memperhatikan penderitaan
orang lain.
Kisah/cerita yang berkaitan dengan empati ini berguna untuk mengembangkan daya
imajinasi moral anak. Dengan kisah/cerita tersebut, diharapkan anak akan berimajinasi dalam
pikirannya untuk selalu melakukan sikap empati kepada orang lain Anak yang mempunyai
rasa empati yang sudah cukup tinggi, biasanya akan ikut terhanyut dalam cerita tersebut, dan
tak jarang mereka bisa ikut sedih atau menangis. Pada saat suasana seperti ini, terjadilah
tanggapan dalam diri mereka tentang konsep orang baik dan orang yang tidak baik atau jahat,
serta konsep perlunya sikap empati.
Sebagai orangtua kita bisa meminta tanggapan penafsiran perenungan dari anak
terhadap cerita tersebut ( terhadap sikap dan perbuatan prilaku tokoh-tokoh yang ada dalam
cerita tersebut, atau tentang persetujuan terhadap sikap yang mereka ambil dan apa
alasannya) Dalam metode cerita ini, ada juga anak yang tak terpengaruh oleh cerita tersebut,
atau menjadi sinis, tak tersentuh perasaannya, atau anak yang berhati batu. Menghadapi anak

53
seperti itu kita bisa menjadikan diri kita contoh bagaimana kita menyesal, bahwa kita pun
pernah gagal dalam menanggapi suatu cerita yang diceritakan orang lain kepada diri kita.
Setelah itu kita baru bisa memulai suatu kisah cerita dan kemudian menyuruh anak untuk
memaknai cerita tersebut, tentang apa yang akan kita lakukan ketika mereka menjadi tokoh
dalam cerita tersebut. Dan apa yang akan mereka lakukan seandainya mereka kelak jadi
orang tua, untuk menanamkan sikap empati ini.
3. Penggunaan kata-kata verbal dalam menegur anak yang nakal
Sebagai contoh penggunaan kata-kata verbal untuk menegur anaknya yang salah
adalah semisal ketika ada anak yang nakal dan usil sehingga membuat temannya menangis,
maka teguran yang baik adalah dengan kata-kata: ―Lihat kamu telah membuatnya amat sedih.
Kasihan dia kan kalau sedih. ―Sedangkan penggunaan kata yang kurang mendidik adalah
teguran yang secara langsung memarahi anak yang nakal seperti : ― Nakalnya kamu, nanti Ibu
jewer, lho. ―

4. Pengalaman langsung
Anak kita ajak berkunjung dan melakukan kegiatan sosial ke panti asuhan anak yatim
piatu, kita latih untuk memberi sedekah pada fakir miskin dan anak kita latih untuk
membantu orang lain yang sedang membutuhkan bantuan atau pertolongan.

5. Kebersamaan dalam bermain


Kita tanamkan pada anak untuk bisa bermain bersama-sama dengan teman-temannya
dan mau berbagi/meminjamkan mainan pada teman-temannya yang belum atau tidak
mempunyai alat permainan agar teman kita tidak merasa sedih karena tidak memiliki mainan
seperti kita. Anak kita ajak berempati kepada temannya yang tidak memiliki alat permainan.
6. Pembentukan Empati lewat Pembiasaan
Pada kehidupan setiap hari anak kita biasakan, selalu kita bimbing dan arahkan untuk
bersikap empati kapan pun dan dimana pun. Bila suatu ketika kita temukan, anak kita sedang
berebut mainan misalnya harus langsung kita tanamkan pada masing-masing anak tersebut
sikap empati dalam perasaan mereka. Kita latih anak memahami kelelahan orang tua di
rumah dan mengajaknya untuk selalu membantu orang tuanya dirumahnya dengan rajin
menjaga kebersihan rumah. Di rumah / sekolah kita latih anak untuk antri dengan cara
berbaris di depan kelas pada saat awal akan dimulainya proses belajar, dan masuk ke kelas
satu demi satu. Dengan empati terhadap teman yang antri duluan di depan kita, maka kita tak
akan menyerobot antrian tersebut.
Empati Yang Perlu Ditumbuhkan dan Dikembangkan
Macam-macam empati yang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan pada anak yaitu
antara lain:
1. Empati terhadap sesama manusia
Sejak dini anak dididik untuk memperhatikan dan ikut merasakan apa yang dirasakan
teman atau orang-orang yang ada di sekitarnya. Anak kita ajak membayangkan kesedihan dan
penderitaan orang lain itu menimpa teman/orang lain itu terjadi pada diri kita. Apa yang akan
kita lakukan? Dalam empati terhadap sesama manusia ini juga perlu ditanamkan pada anak
bahwa sifat tidak mau meminjamkan mainannya kepada teman yang tidak memilikinya,
mementingkan diri sendiri, merugikan orang lain, menang sendiri, serakah, keinginan untuk

54
memiliki dan mengambil benda milik orang lain adalah dapat melukai perasaan dan membuat
orang lain sedih atau pun menderita. Dengan demikian pada diri anak akan tumbuh sifat kasih
sayang, adil, bijaksana, sopan-santun kepada teman maupun orang lain.

2. Empati terhadap kehidupan binatang


Perlu ditanamkan pada anak bahwa binatang adalah juga makhluk ciptaan Tuhan. Dia
juga mempunyai rasa sakit dan sedih. Bila binatang tersebut tidak dipelihara dengan baik oleh
manusia dia akan sakit, sedih, menderita, dan juga menangis. Oleh sebab itu kita tidak boleh
menyakiti atau menyiksa binatang. Karena itu kita juga harus menyayangi binatang seperti
kita juga menyayangi sesama manusia.

3. Empati terhadap kehidupan tumbuh-tumbuhan


Kepada anak kita ajarkan bahwa tumbuhan bisa sakit dan mati bila tidak kita pelihara
dengan baik. Tumbuhan seperti bunga misalnya akan menderita dan mati kalau tidak pernah
kita sirami dengan air setiap hari dan tidak pernah kita beri pupuk sebagai makanan. Karena
tumbuhan juga butuh makan dan minum seperti halnya manusia.
Tumbuhan juga bermanfaat bagi manusia, seperti hutan misalnya, adalah bermanfaat
untuk membuat agar udara yang kita hirup terasa segar dan nyaman, serta mengurangi
pencemaran udara yang dapat membuat sesak nafas kita. Hutan juga dapat menyimpan air
hujan, sehingga manusia dapat terhindar dari kekeringan karena tidak ada air. Oleh sebab itu
jika kita menebangi hutan dengan seenaknya, tumbuhan hutan akan menderita dan sedih
karena tidak bisa menjaga keseimbangan alam, yang berguna juga bagi manusia.

4. Empati terhadap kelestarian dan keindahan lingkungan


Tanamkan pada anak bahwa lingkungan yang ada di sekitar kita juga pekita pelihara
kebersihannya dan keindahannya. Kita jangan mencoret-coret dinding rumah dan sekolah
misalnya, agar dinding tersebut tidak sedih menangis. Lingkungan yang kotor juga harus
selalu kita bersihkan lingkungan di sekitar kita berbahagia dan gembira seperti juga kita.

Kesimpulan
1. Empati penting untuk ditumbuhkan dan ditanamkan pada anak sejak usia dini sebagai
upaya untuk membentuk pribadi anak yang baik, bermoral/beretika, berbudi pekerti
luhur, beradab dan berbudaya.
2. Empati berakar dari proses penyetalaan dalam suatu hubungan interaksi antar ibu
dengan anaknya pada saat bayi hingga anak-anak, lingkungan anak, dan emosional
anak. Ketidak-adaan penyetalaan antara orang tua dengan anakny akan merugikan
perkembangan emosi anak dan dapat menumpulkan sikap empati anak.
3. Pada pendidikan sekolah penyetaraan dapat dilakukan orangtua dengan melakukan
sinkronisasi emosi dengan anak.
4. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan orangtua dalam menumbuhkan dan
menanamkan empati pada anak adalah melalui :
a. Keteladanan
b. Kisah/Cerita tentang empati/moral
c. Penggunaan kata-kata verbal

55
d. Pengalaman langsung
e. Kebersamaan bermain
f. Pembiasaan
5. Macam empati yang perlu ditumbuhkan dan ditanamkan pada anak :
a. Empati terhadap sesama manusia
b. Empati terhadap kehidupan binatang
c. Empati terhadap kehidupan tumbuh-tumbuhan
d. Empati terhadap kelestarian dan keindahan lingkungan

56
MATERI XIII

PSIKOLOGI EMOSI

Perasaan ; warna afektif. Perasaan adalah Respon dari stimulus Perasaan adalah ;
Perilaku afektif sehari-hari, seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, sedih dan
gembira. Apabila warna afektif tersebut kuat, perasaan itu dinamakan emosi. EMOSI dan
PERASAAN adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat
dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala emosional yang secara
kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasannya. Emosi adalah warna afektif yang kuat.

CIRI-CIRI EMOSI

1. Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan


dan berpikir.

2. Bersifat fluktuatif ( tidak tetap ).

JENIS-JENIS EMOSI
 Takut
 Khawatir
 Cemburu
 Gembira marah
 Terpesona
 Terkejut,dll

Kapan seseorang akan mengalami emosi?

Seseorang akan merasakan emosi ketika mengalami kejadian atau suatu hal tertentu
Emosi timbul karena adanya stimuli pembangkit emosi. Suatu stimuli yang membangkitkan
satu emosi tidak dapat menimbulkan emosi yang lainnya dalam waktu yang sama. Tetapi
stimuli yang satu itu dapat saja membangkitkan emosi-emosi yang berbeda dan bahkan
berlawanan pada waktu-waktu yang berlainan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

57
Perkembangan emosi bergantung pada faktor KEMATANGAN dan faktor
BELAJAR (Hurlock). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam
mempengaruhi perkembangan emosi.

KECERDASAN EMOSI

Kemampuan seseorang memahami, menyadari, mengendalikan, dan mengarahkan


emosinya dalam berpikir dan bertindak kepada hal-hal yang positif sehingga kehadirannya
disenangi oleh orang lain. Kemampuan mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang
lain serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadukan pikiran dan tindakan
(SALOVEY)

CARA MENUMBUHKAN KECERDASAN EMOSI

1. Kesadaran diri (self awareness): Kemampuan mengobservasi dan mengenali perasaan


yang dimiliki diri sendiri;

2. Mengelola emosi (managing emotions): Kemampuan mengelola emosi-termasuk yang


tidak menyenangkan-secara akurat, berikut memahami alasan dibaliknya;

3. Memotivasi diri sendiri (motivating oneself): Kemampuan mengendalikan emosi guna


mendukung pencapaian tujuan pribadi;

4. Empati (emphaty): Kemampuan untuk mengelola sensitifitas, menempatkan diri pada


sudut pandang orang lain sekaligus menghargainya;

5. Menjaga relasi (handling relationship): Kemampuan berinteraksi dan menjaga


hubungan yang sehat dengan orang lain (kemampuan sosial atau interpersonal)

MATERI XIV
ANTROPOLOGI KESEHATAN

A. Pengertian, Karakteristik dan Ruang Lingkup


Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dengan kerjanya, itu menurut
E.A.hoebel. sedangkan menurut Koentjaraningrat mengemukakan bahwa Antropologi adalah
ilmu tentang manusia. Dengan demikian sebutan antropologi disini berarti antropologi

58
budaya yang berarti studi atau ilmu yang mempelajari manusia dengan perilaku sosial dan
atau kebudayaan.
Secara khusus , ilmu antropologi terbagi kadalam lima subilmu yang mempelajari:
1. Masalah asal dan perkembangan manusia atau evolusinya secara biologis;
2. Masalah terjadinya aneka ragam ciri fisik manusia;
3. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam kebudayaaan
manusia;
4. Masalah asal perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan
diseluruh dunia;
5. Masah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari aneka
ragam suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia masa kini.
Secara makro antropologi dapat dibagi menjadi kedalam dua bagian yakni:
a. Antropologi fisik
Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang melacak
perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya dalam
berbagai jenis(spesies).

b. Antropologi budaya
Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia
ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Haviland cabang antropolgi budaya
ini terbagi menjadi tiga yaitu : arkeologi, antropologi linguistik, dan etnologi.
Antropologi budaya juga merupakan studi tentang praktik-praktik sosial , bentuk-bentuk
ekspresif, dan penggunaan bahasa di mana makna diciptakan dan diuj sebelum
digunakan masyarakat manusia.
Saat ini kajian antropologi budaya lebih menekankan pada empat aspek yang tersusun:
1. Pertimbangan politik, dimana para antropolog terjebak dalam kepentingan politik .
2. Menyangkut hubungan kebudayaan dengan kekuasaan.
3. Menyankut bahasa dalam antropologi budaya,.
4. Prefensi dan pemikiran individual dimana terjadi hubungan antara jati diri dan
emosi
Seperti yang telah dikemukakan di atas cabang antropolgi budaya ini dibagi menjadi tiga
bagian , yakni: arkeologi, antropolgi linguistik, dan etnologi.
1. Arkeologi adalah cabang antropologi kebudayaan yang mempelajari benda-benda
peninggalan lama dengan maksut untuk menggambarkan serta menerangkan perilaku
manusia karena dalam peninggalan –peninggalan lama itulah terpantul ekspresi
kebudayaan.
2. Antropologi linguistik, Ernest cassirer mengatakan bahwa manusia adalah makhlu
yang paling mahir dalam menggunakan simbol –simbol sehingga manusia disebut
homo symbolicum.karena itulah manusia dapat berbicara , berbahasa dan melakukan
gerakan-gerakan lainnya yang juga banyak dilakukan makhluk-makhluk lain yang
serupa dengan manusia.
3. Etnologi, Pendekatan etnologi adalah etnografi , lebih memusatkan perhatiannya pada
kebudayaan-kebudayaan zaman sekarang , telaahannya pun terpusat pada perilaku
manusianya sebagaimana yang dapat disaksikan langsung , dialami , serta

59
didiskusikan dengan pendukung kebudayaannya. Dengan demikian etnologi ini mirip
dengan arkeologi , bedanya dalam etnologi tentang kekinian yang dialimi dalam
kehidupan sekarang, sedangkan arkeologi tentang kelampauan yang klasik.
Antropologi pada hakikatnya mendokumentasikan kondisi manusia pada masa lampau
dan masa kini.
Secara keseluruhan , yang temasuk bidang-bidang khusus secara sistematis dalam
antropologi lainnya , selain antropologi fisik dan kebudayaan adalah antropologi ekonomi,
antropologi medis, antropologi psikologi dan antropologi sosial.
a. Antropologi Ekonomi, Bidang ini merupakan cara manusia dalam mempertahankan
dan mengekspresikan diri melalui penggunaan baranng dan jasa material. Dengan
demikan ruang lingkup antropologi ekonomi tersebut mencakup riset tentang
teknologi .
b. Antopologi medis, Antropologi medis merupakan subdisiplin yan sekarang paling
populer di Amerika serikat , bahkan tumbuh pesat diman-mana. Antropologi medis ini
banyak membahas hubungan antara penyakit dan kebudayaan yang tampak
memengaruhi evolusi manusia , terutama berdasarkan hasil-hasil penemuan
paleopatologi
c. Antropologi psikologi, Bidang ini merupakan wilayah antropologi yang mengkaji
tentang hubungan antara individu dengan makna dan nilai dengan kebiasaan sosial
dari sistem budaya yang ada. Adapun ruang lingkup antropologi psikologi tersebut
sangat luas dan menggunakan berbagai pendekatan pada masalah kemunculan dalam
interaksi dalam pemikiran , nilai, dan kebiasaaan sosial.
d. Antropolohi sosial, Bidang ini mulai dikembangkan oleh james G.F d amerika serikat
pada awal abad ke-20 . dalam kajiannya ,antropologi sosial mendiskripsikan proyek
evolusionis yang bertujuan untuk merekonstruksi masyarakat primitif asli dan
mencatat perkembanngannya melalui berbagai tingakt peradaban.
Karakteristik Antropologi:
 Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan
dan prilakunya.
 Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam
bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun
masyarakat itu sendiri.
B. Tujuan dan Kegunaan Antropologi
Tujuan :
1.Tujuan Akademis : antropologi ingin mencapai pengertian tentang makhluk manusia,
pada umumnya dengan mempelajari anekawarna bentuk fisik, masyarakat, serta
budaya.
2. Tujuan Praktis : antropologi ingin mempelajari manusia dalam aneka warna
masyarakat, suku bangsa guna membangun masyarakat itu sendiri.
Kegunaan:
Sebagai ilmu tentang umat manusia , antropolgi melalui pendekatan dan metode ilniah
berusaha menyusun sejumlah generalisasi yang bermakna tentang manusia dan perilakunya.
Kedua bidang besar dari antropologi adalah antropologi fisik dan budaya. Antropologi fisik
memusatkan perhatiannya pada manusia sebagai organisme biologis yang tekananya pada
60
upaya melacak evolusi perkembangan manusia dan mempelajari variasi-variasi biologis
manusia. Sedangkan antropogi budaya mempelajari manusia berdasrkan kebudayaanya,
dimana kebudayaan dapat merupakan peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat.
C. Sejarah Antropoogi
1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk
menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam
penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak
menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan
penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan.
Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut.
Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku
tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian
dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada
permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku
luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-
usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
2. Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-
karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan
kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama.
Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif
yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-
tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di
benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun
koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli,
pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta
hambatan-hambatan lain.Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa
berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk
itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di
luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan
pemerintah kolonial.
4. Fase keempat ( setelah tahun 1930‘an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan
suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh
kebudayaan bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II.
Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa

61
sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu
menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah
Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut
berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam
terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi
ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di
daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
E. Konsep-Konsep dasar Antropologi
Sebagaimana ilmu-ilm sosial lainnya , penggunaan konsep dalam antropologi adalah
penting karena pengembangan konsep yang terdefinisikan dengan baik merupakan tujuan dari
setiap disiplin ilmu. Benar menurut Keesingyang mengemukakan tidak ada dua ahli
antropolgi yang mempuyai pendapat sama persis atau menggunakan simbol-simbol atau
konsep-konsep yang sama. Terdapat tujuh kelompok pengertian kebudayaan yaitu:
1. Kelompok kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks kehidupan manusia
2. Kelompok kebudayaan sebagai warisan sosial atau tradisi
3. Kelompok kebudayaan sebagai cara dan aturan termasuk cita-cita , nilai-nilai dan
kelakuan
4. Kelompok kebudayaan sebagai keterkaitan dalam proses-proses psikologis
5. Kelompok kebudayaan sebagai struktur atau pola-pola organisasi kebudayaan
6. Kelompok kebudayaan sebagai hasil perbuatan atau kecerdasan manusia
7. Kelompok kebudayaan sebagai sistem simbol
Adapun yang merupakan contoh konsep-konsep antropologi , diantaranya:
1. Kebudayaan, Istilah culture(kebudayaan) berasal dari bahasa latin , yakni cultura dari
kata dasar colere yang berarti berkembang tumbuh. Namun, secara umum pengertian
kebudayaan mngacu kepada kumpulan pengetahuan yanng secara sosial diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Makna itu kontras dengan pengertian
kebudayaan yang sehari-hari yang hanya merujuk kepada bagian-bagian tertentu
warisan sosial , yakni tradisi sopan santun dan kesenian.
2. Evolusi, Secara sederhana konsep evolusi mengacu ada sebuah transformasi yang
berlangsung secara bertahap . walaupun istilah tersebut merupakan istilah umum yang
dapat dipakai dalam berbagai bidang studi. Istilah evolusi yang merupakan gagasan
bahwa bentuk-bentuk kehidupan berkembang dari suatu bentuk lain melalui mata
rantai transformasi dan modifikasi yang tidsk pernah putus, pada umumnya diterima
sebagai awal landasan berfikir mereka.
3. Daerah budaya (culture area), Suatu daerah budaya (culture area) adalah suatu daerah
geografis yang memiliki sejumlah ciri-ciri budaya dan kompleksitas lain yang
dmilikinya. Menurut definisi di atas, suatu daerah kebudayaan pada mulanya
berkaitan dengan pertumbuhan kebudayaan yang menyebabkan timbulnya unsur-
unsur baru yang mendesak unsur-unsur lama kearah pinggir , sekeliling daerah pusat
pertumbuhan tersebut .
4. Enkulturasi, Konsep enkulturasi mengacu pada suatu proses pembelajaran
kebudayaan . dengan demikian pada hakikatnya setiap orang sejak kecil sampai tua ,

62
melakukan proses enkulturasi, mengingat manusia sebagai makhluk yang dianugerahi
kemampuan uuntuk berfikir dan bernalar sangat memungkinkan untuk setiap waktu
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya.
5. Difusi, Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas
sehingga melewati batas tempat dimana kebudayaan ini timbul . dalam proses difusi
ini erat kaitannya dengan konsep inovasi(pembaharuan).
Menurut Everett M.Rogers proses difusi sangat erat hubungannya dengan
empat elemen yaitu
 Sifat inovasi
 Komunikasi dengan saluran tertentu
 Tentang waktu
 Tentang sistem sosial warga masyarakat
6. Akulturasi, Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun saling memengaruhi dari
suatu kebudayaan asing yang berbeda sifatnya sehingga unsur-unsur kebudayaan
asing tersebut lambat laun diakomodasikan dan diintegrasikan kedalam kebudayaan
itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri.
7. Etnosentrisme, Tiap-yiap kelompok cenderung untuk berpikir bahwa kebudayaan
dirinya itu adalah superior(lebih baik dan lebih segalanya) daripada semua budaya
yang lain , inilah yang disebut dengan etnosentrisme.
8. Tradisi, Tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercyaan yang telah menjadi bagian
dari suatu budaya yang telah lama dikenal sehingga menjadi adat istiadat dan
kepercyaan yang secara turun-temurun.
9. Ras dan etnik, Suatu ras adalah sekelompok orang yang memiliki sejumlah ciri
biologi(fisik) tertentu atau suatu populasi yang memiliki suatu kesamaan dalam
sejumlah unsur biologis atau fisik khs yang disebabkan oleh faktor hereditsatau
keturunan.sosial bagian dari ras yang memiliki ciri-ciri budaya yang sifatnya unik.
10. Stereotip, Stereotip adalah istilah yang berasal dari bahasa yunani yaitu stereos yang
berarti solid dan tupos yang berarti citra atau kesan . suatu stereotip mulanya adalah
suatu rencana cetakan yang begitu terbentuk sulit diubah.lippman mengemukakan
bahwa stereotip merupakan fungsi penting dari penyederhanaan kognitif yang
berguna untuk mengelola realitas ekonomi, di mana tanpa penyederhanaan maka
realitas tersebut menjadi sangat kompleks.
11. Kekerabatan(kinship), Istilah kekerabatan atau kinship menurut antropolog Robin Fox
dalam karyanya kinship and marriage merupakan konsep inti antropologi . konsep
kekerabatan tersebut merujuk kepada tipologi klasifikasi karabat(kin) menurut
penduduk tertentu berdasarkan aturan-aturan keturunan(descent) dan aturan-aturan
perkawinan.
12. Magis, Konsep magis menurut seorang pendiri antropologi di Inggris E.B.Tylor dalam
primitif culture merupakan salah satu khayalan paling merusak yang pernah
menggerogoti umat manusia . kemudian dari antropolog J.G.Frazer , mengemukakan
bahwa magis merupakan penerapam yang salah pada dunia materiil dari hukum
pikiran dengan maksud untuk mendukung sistem palsu dari hukum alam.

63
13. Tabu, Istilah tabu berasal dari bahasa polinesia yang berarti terlarang. Secar spesifik
apa yang dikatakan terlarang adalah persentuhan antara hal-hal duniawi dan hal
yanng keramat , termasuk yang suci (msanya persentuhan dengan ketua suku) dan
yang cemar(mayat).
14. Perkawinan, Secara umum konsep peerkawinan tersebut mengacu kepada proses
formal pemaduan hubungan dua individu yang berbeda jenis yang dilakukan secara
serimonial-simbolis dan makin dikarakterisasi oleh adanya kesederajatan , kerukunan,
dan kebersamaan dalam memulai hidup baru dalam hidup berpasangan.

Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan perilaku. Perilaku manusia
cenderung bersifat adaptif. Terdapat hubungan antara penyakit, obat-obatan, dan kebudayaan.
Menurut Landy antropologi kesehatan adalah suatu studi tentang konfrotasi manusia dengan
penyakit serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu sistem pengobatan dan obat-obat yang
dibuat oleh kelompok manusia berkaitan dengan ancaman yang akan datang.
Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan interpretasi berbagai
macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia
dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional
antropolog dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui
pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan
kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Tugas utama ahli dari Antropologi Kesehatan adalah bagaimana individu di masyarakat
mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang
akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas tempat
tinggal. Antropologi Kesehatan dianggap sebagai ‗antropologi dari obat‖ (segi teori) dan
‗Antropologi dalam pengobatan‘ (segi praktis atau terapan).

A. Batasan dan Ruang Lingkup


Buku berjudul anthropology in Medicine menurut Foster dan Anderson belum melahirkan
disiplin baru dan hanya merupakan lapangan perhatian dari antropologi terapan. Munculnya
istilah Medicine Anthropology dari tulisan Scotch dan Paul dalam artikel tentang pengobatan
dan kesehatan masyarakat. Atas dasar ini kemudian di Amerika lahirlah antropologi
kesehatan.Ahli-ahli antropologi tertarik untuk mempelajari faktor-faktor biologis, dan sosio-
budaya yang mempengaruhi kesehatan dan munculnya penyakit pada masa sekarang dan
sepanjang sejarah kehidupan manusia dipengaruhi oleh keinginan untuk memahami perilaku
sehat manusia dalam manifestasi yang luas dan berkaitan segi praktis.
B. Akar Antropologi Kesehatan
Tipe kajian antropologi budaya yang menjadi akar antropologi kesehatan:
a. Kajian tentang obat primitif, tukang sihir, dan majik
b. Kajian tentang kepribadian dan kesehatan di berbagai seting budaya
c. Keterlibatan ahli-ahli antropologi dalam program-program kesehatan internasional
dan perubahan komunitas yang terencana

64
d. Antropologi ekologi
e. Teori evolusioner
C. Batasan Antropologi Kesehatan
Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu mengkombinasikan dalam satu disiplin ilmu
pendekatan-pendekatan ilmu biologi, ilmu sosial, dan humaniora dalam menstudi manusia,
dalam proses perkembanganya merupakan perpaduan antara aspek biologi dan aspek sosio-
budaya.
Foster dan Anderson mendefinisikan antropologi kesehatan adalah suatu disiplin
biobudaya yang memperhatikan aspek-aspek biologis dan budaya berkenaan dengan perilaku
manusia, khususnya bagaimana cara kedua aspek ini berinteraksi sehingga berpengaruh
terhadap kesehatan dan penyakit.
Selain itu Mc Elroy dan Townsend juga mendefinisikan antropologi kesehatan merupakan
studi bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan
mengetahui tentang cara-cara alternatif untuk mengerti dan merawat penyakit.
Definisi kerja secara singkat bahwa antropologi kesehatan adalah istilah yang dipakai oleh
ahli-ahli antropologi yang mendeskripsikan:
a. Secara luas dan interprestasi mengenai hubungan bio-budaya, antara perilaku
manusia di masa lalu dan di masa kini, dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa
mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dan pengetahuan tersebut.
b.Partisipasi profesional dalam program- program yang bertujuan memperbaiki
derajat kesehatan melalui pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara
gejala biososiobudaya dan kesehatan, dan melalui perubahan perilaku sehat dalam
arah yang dipercaya dapat memperbaiki kesehatan dalam arah yang lebih baik.
D. Ruang Lingkup Kajian Antropologi Kesehatan
Menurut foster dan Anderson lapangan kajian antropologi kesehatan dibagi menjadi dua:
a. Kutub biologis, perhatinya pada pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia,
peranan penyakit dalam evolusi manusia, adaptasi biologis terhadap perubahan
lingkungan alam, dan pola penyakit di kalangan manusia purba.
b. Kutub sosio-budaya perhatiannya pada sistem kesehatan tradisional yang mencakup
aspek-aspek etiologis, terapi, ide, dan praktik pencegahan penyakit, serta peranan
praktisi medis tradisional, masalah perawatan kesehatan biomedik, perilaku
kesehatan, peranan pasien, perilaku sakit, interaksi dokter dengan pasien, dan masalah
inovasi kesehatan.
Kajian utama antropologi kesehatan menurut Lieban:
a. Ekologi dan Epidemiologi
b. Etnomedisin
c. Aspek medic dari sistem social
d.Ilmu kedokteran (medicine) dan perubahan budaya
E. Sumbangan Antropologi Terhadap Ilmu Kesehatan
Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh
antropologi terhadap ilmu kesehatan yaitu,
a. Perspektif Antropologi
Terdapat dua konsep dalam perspektif antropologi bagi ilmu kesehatan (a) Pendekatan
Holistik, pendekatan ini memahami gejala sebagai suatu sistem. Pendekatan ini

65
dimana suatu pranata tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri lepas dari hubungannya
dengan pranata lain dalam keseluruhan sistem. (b) Relativisme Budaya, Standar
penilaian budaya itu relative, suatu aktivitas budaya yang oleh pendukungnya dinilai
baik, pantas dilakukan mungkin saja nilainya tidak baik dan tidak pantas bagi
masyarakat lainnya.
b. Perubahan: Proses dan Persepsi (Perubahan Terencana)
Suatu perubahan terencana akan berhasil apabila perencanan program bertolak dari
konsep budaya. Bertolak dari itu, perencanaan program pembaharuan kesehatan
dalam upaya mengubah perilaku kesehatan tidak hanya memfokuskan diri pada hal
yang tampak, tetapi seharusnya pada aspek psiko-budaya.
c. Metodologi Penelitian
Ahli antropologi menawarkan suatu metose penelitian yang longgar tetapi efektif
untuk menggali serangkaian masalah teoretik dan praktis yang dihadapi dalam
berbagai program kesehatan.
d.Premis
Premis atau asumsi atau dalil yang mendasari atau dijadikan pedoman individu atau
kelompok dalam memilih alternatif tindakan. Premis-premis tersebut memainkan
peranan dalam menentukan tindakan individu dan kelompok. Beberapa premis dari
sebagian besar ahli antropologi kesehatan antara lain:
· Penyakit dalam beberapa bentuk merupakan fakta umum dari kehidupan manusia.
· Seluruh kelompok manusia, telah mengembangkan metode dan aturan, sesuai
dengan sumber daya dan strukturnya, untuk mengatasi atau merespon terhadap
penyakit.
· Seluruh kelompok manusia telah mengembangkan seperangkat kepercayaan,
pengertian, dan nilai-nilai yang konsisten dengan matriks budayanya untuk
memahami tentang penyakit dan menentukan tindakan untuk mengatasinya.

MATERI XV-XIV
PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT TRADISIONAL DAN MODERN

A. Pengertian
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

66
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori ―S-O-R‖
atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek,
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
B. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, dan sebagainya.
C. Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3
domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan,
yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari
ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor
(psicomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)

67
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai
dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi
fisik.
2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam
pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know), Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension), Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi, Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis, Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya
dengan yang lain.
5) Sintesa, Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi, Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek.
3. Praktik atau Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support)
praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception), Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guide response), Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat
kedua.
3) Mekanisme (mecanism), Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
4) Adopsi (adoption), Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu

68
(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.

MATERI XVII
PENGARUH SISTEM NILAI TERHADAP PERILAKU SEHAT
Pendahuluan
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan
guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang
demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya
penyakit merupakan hal yang tidak bias ditolak meskipun kadang –kadang bias dicegah atau
dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor–
faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor social budaya.
Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami
dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu
pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau
dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan
dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap -tasi dengan lingkungan baik
secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri
dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakanbagian
integral kesehatan.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis),
atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak
terganggu untuk melaksanakankegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.
Masalah Sehat Dan Sakit
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari
berbagaimasalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial
budaya,perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan
guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang
demikian yangmenjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit
merupakanhal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor laindi luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial
budaya. Keduapengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami
dalamkonteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi,

69
kedokteran,dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian
tentang konsepsehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan
sakit merupakanproses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia
beradaptasi denganlingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
Derajat kesehatan masyarakat yangdisebut sebagai psychosocio somatic health well
being, merupakan resultante dari 4 faktor yaitu :
 Environment atau lingkungan.
 Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
 Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Berdasarkan empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor
yangpaling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan
masyarakat.Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman
kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel
tersebut dapatmenimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal
dansistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan
olehgangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam
tradisiklasik Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model)
seseorang dianggap sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam
keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentanghumors,
ayurveda dosha, yin dan yang.
Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan baru berdasarkan
paradigma sehat.Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan
kesehatan yang bersifatholistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan
sebagai masalah yangdipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral,
dalam suatu wilayah yangberorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan
terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigmasehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat
pencegahan dan promosikesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk
menjaga agar yang sehattetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada
prinsipnya kebijakantersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan
kesehatan daripadamengobati penyakit.
Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyaikonotasi biomedik
dan sosio kultural. Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease danillness sedangkan dalam
bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihatdari segi sosio kultural
terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengandisease dimaksudkan
gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik danpsikofisiologik pada seorang
individu, dengan illness dimaksud reaksi personal,interpersonal, dan kultural terhadap
penyakit atau perasaan kurang nyaman. Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease,
sedangkan pasien mengalami illness yang dapatdisebabkan oleh disease illness tidak selalu
disertai kelainan organik maupun fungsionaltubuh.

70
Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu
disebutsehat pula dalam kebudayaan lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor
penilaian ataufaktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai.

Konsep Sehat-Sakit Menurut Budaya Masyarakat


Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional
yangberagam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya
dengankesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus
dilihat dariberbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek (6). WHO mendefinisikan
pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurnabaik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan
sosial seseorang. Sebatas mana seseorang dapatdianggap sempurna jasmaninya? Oleh para
ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandangsebagai disiplin biobudaya yang memberi
perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosialbudaya dari tingkah laku manusia, terutama
tentang cara-cara interaksi antara keduanyasepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan
pengakuan sosial bahwaseseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.
Cara hidup dan gaya hidupmanusia merupakan fenomena yang dapat ikaitkan dengan
munculnya berbagai macampenyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit. Masyarakatdan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab
sakit, yaitu: Naturalistik danPersonalistik.
Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh
lingkungan,makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh,
termasuk jugakepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep
sehat sakit yangdianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat
setempat, yaknisuatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh
kelainan-kelainanserta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan
yang normal, wajar,nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggapsebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan
dirasakan sebagai siksaansehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari seperti halnyaorang yang sehat.
Konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh
intervensisuatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur
atau rohjahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri nilai
budaya,misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dikenal
oleh etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala
massolong(kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah
berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut.
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai-nilai budaya di Kabupaten Soppeng,
dalamkaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan
bahwatimbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang
tokohbudaya, dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut tercakup
didalamnya. Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim saat
istrisedang haid, mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala. Ide

71
yangbertujuan guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang menuruti
proseskomunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai
penanggung dosa.
KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari
berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek (6).
Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well -being,
and not merely the absence of disease or infirmity.
WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani,
maupun kesejahteraan social seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna
jasmaninya?
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang
memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia
yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini
karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan
peran normalnya secara wajar.
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan
munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:
Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita
sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak
seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan
penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan
yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan
badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang
berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari
dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan
dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan
aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat (7).
Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh
intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur
atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri nilai budaya,
misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dik enal oleh etnik
Makasar sejak lama.
Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer),
merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam
waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut(8).
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai-nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam
kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan bahwa

72
timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang tokoh
budaya, dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut tercakup di
dalamnya.
Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim saat istri sedang haid,
mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala.
Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang
menuruti proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai
penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal
derita akibat leprophobia.
Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga yang merasa tercemar bila
salah seorang anggota keluarganya menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan
hubungan intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik Islam dirasakan sebagai beban
trauma psikosomatik yang sangat berat
Orang tua, keluarga sangat menolak anaknya didiagnosis kusta. Pada penelitian Penggunaan
Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990, hasil
diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika
menangis terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering.
Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kala u sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa
berjalan, tidak enak badan, panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual,
diare.
Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit
dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya
panas, batuk pilek, mencret, muntah -muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki
dan perut bengkak.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern,
mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit
adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti
panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan
lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.
Pada penyakit batin tidak ada tanda -tanda di badannya, tetapi bisa diketahui dengan
menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu
badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh
lesu, lemah, atau sakit-sakit badan(9).
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di
Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan
individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menim – bulkan rasa tidak nyaman.
Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan.
Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau
―kantong kering‖ (tidak punya uang).
Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).

73
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan
obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan m akan, dan bantuan tenaga kesehatan.
Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain.
Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka
terhadap penyebab sakit.
Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut :
a. Sakit demam dan panas.
Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau masuk angin.
Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin
atau beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas
tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena
gejalanya badan panas.
b. Sakit mencret (diare).
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan pedas,
makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain.
Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun jambu dikunyah
ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat) obat lainnya adalah
Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain lain. Larutan Gula Garam sudah dikenal
hanya proporsi campurannya tidak tepat.
c. Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan
oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu
jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan
bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
d. Sakit tampek (campak)
Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat panas terik, atau
kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam kawak,
meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk, yang menurut
kepercayaan dapat mengisap penyakit.
PERSEPSI MASYARAKAT
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan
sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di
beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah
sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal
terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa
gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain
akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah.
Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian

74
memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh
tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana
dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib,
roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya.
Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara
menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan
pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.
PENUTUP
Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh
peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan
biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang sering
membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit
yang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan konteks
budaya dan sosial masyarakat.

75
MATERI XVIII
PERILAKU SAKIT DAN PERANAN PASIEN
Pendahuluan
Dalam mempelajari tingkah laku sakit, perlu bagi kita untuk menelaah suatu
perkataan dari von mering bahwa ―studi yang benar mengenai manusia yang sakit
berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun dengan konsekwensi
penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, medikal dan aspek sosial lainnya. Dalam usahanya
untuk meringankan penyakitnya, si sakit akan terlibat dari serangkaian proses pemecahan
masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik yang bersifat spesifik maupun non
spesifik.
Tingkah laku/perilaku sakit dapat terjadi tanpa adanya peranan sakit dan peranan
pasien. Seperti dikatakan olej jaco ―ketika tingkah laku yang berhubungan dengan penyakit
disusun dalam suatu peranan sosial, maka peranan sakit menjadi suatu cara yang berarti untuk
bereaksi dan untuk mengetahui eksistensi dan bahaya potensial penyakit oleh suatu
masyarakat‖
Perbedaan budaya menentukan perilaku/tingkah laku sakit dapat dilihat dimana pada
suatu suku bangsa tertentu suatu respon terhadap suatu rasa nyeri berbeda. Ada dua jenis
respon yang berbeda terhadap rasa sakit yaitu public pain dan private pain. Public pain yaitu
berati respon terhadap rasa sakit tersebut bagi seorang individu harus dibagi dengan orang
lain, harus diketahui oleh orang lain dengan pengungkapan perasaan melalui kata-kata atau
emosi yang lepas dan bebas terhadap orang lain. Bagi seorang yang public pain rasa sakit yag
dirasakannya harus dirasakn oleh orang lain. Paling tidak perhatian besar akan diberikan
orang lain kepadanya. Sedangkan private pain merupakan respon terhadap rasa sakit yang
disembunyikan. bagi mereka rasa sakit berarti suatu kelemahan, kecerobahan yang tidak
pantas untuk diketahui oleh orang lain biasanya private pain seperti ini dianut oleh suku
bangsa yang membanggakan keadaan kuat dan sehat.
Masing-masing perilaku tersebut mempunyai konsekwensi logis terhadap tehnik
pengobatan dan perawatan yang dilakukan terhadap pasien. Tentunya dalam memajukan
kondisi kesehatan masyarakat kedua perilaku tersebut harus dipahami benar oleh tenaga
kesehatan yang ada.
Landasan Teori
Perilaku peran sakit merupakan segala bentuk perilaku individu setelah didiagnosa
sakit untuk memperoleh kesembuhan. Apabila seseorang memiliki perilaku peran sakit baik
maka dia akan menjalankan perilaku peran sakitnya dengan baik meliputi beristirahat, pergi
ke dokter, mentaati nasehat dokter, serta menjalankan pengobatan dengan baik. Bila setiap
orang sakit berpegang pada konsep tersebut maka setiap orang yang sakit wajib untuk
sembuh serta mencari pengobatan.
Pengertian perilaku kesehatan adalah sebuah bentuk perilaku yang menunjukkan
adanya kaitan antara sehat atau sakit. Perilaku kesehatan menurut Skinner adalah suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

76
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan. (Notoatmodjo,
2007).
Perilaku Hidup Sehat
Perilaku Hidup Sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang mencakup antara
lain:
1. Makan dan menu seimbang (appropriate diet)
2. Olahraga teratur
3. Tidak merokok
4. Tidak minum-minuman keras dan narkoba
5. Istirahat yang cukup
6. Mengendalikan stress
7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-
ganti pasangan dalam hubungan seks.
Perilaku Sakit (Illness behavior)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan penyebab penyakit, dan
sebagainya.
Perilaku Peran Sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit,yang harus
diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya). Perilaku ini
disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang meliputi:
1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang
layak.
3. Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan
kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya
kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya).
Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan
dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan contoh (acuan) dari
para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas terutama petugas kesehatan dan
diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk memperkuat perilaku tersebut
(Notoatmodjo, 2003).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit meliputi :


a. Faktor Internal
 Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas
kegiatan sehari-hari.
Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa
membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan. Akan
tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang

77
takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau
mencari bantuan.
 Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu
fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan
dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas
dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat
disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada,
maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.
b. Faktor Eksternal
 Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan
Perilaku Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih
cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin
komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
 Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru
meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
 Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar
belakang budaya yang dimiliki klien.
 Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika
merasa ada gangguan pada kesehatannya.
 Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayana
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar
dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur
yang rumit.
 Dukungan sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat
peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti
seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-
POCO dll.
Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket,
Lapangan Sepak Bola, dll.
D. Tingkah Laku Sakit, Peranan Sakit Dan Peranan Pasien
Tingkah laku dan peranan seseorang merupakan suatu hal yang selalu mengikuti
kemanapun dalam setiap kejadian kehidupan, bahkan tingkah laku dan peranan biasanya

78
terjadi karena merupakan suatu respons terhadap keadaan tertentu. Demikian pula kejadian
sakit dan penyakit telah memicu respons tingkah laku dan peran yang berbeda pada diri
seseorang.
Mecahanic dan Volkhart(1961)mendefinisikan tingkah laku sakit sebagai suatu cara-cara
dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi dan diperankan oleh seorang individu yang
mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik.
Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa peranan sakit dan peranan pasien.
Seorang dewasa yang bangun tidur dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, maka ia
harus memutuskan apakah ia akan minum aspirin dan mengharapkan kesembuhan atau
memanggil dokter.
Namun demikian ini bukanlah tingkah laku sakit, hanya apabila penyakit itu telah
didefinisikan secara cukup serius sehingga menyebabkan seseorang tersebut tidak dapat
melakukan sebagaian atau seluruh peranana normalnya yang berarti mengurangi dan
memberikan tuntutan tambahan atas tingkah laku peranan orang-orang di sekelilinngnya,
maka barulah dikatakn bahwa seseorang itu melakukan peranan sakit.
Apabila kemudian dokter dihubungi dan si individu bertindak menurut instruksinya maka
peranan pasien itu menjadi kenyataan.
Tingkah laku sakit, peranana sakit dan peranana pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor Seperti Kelas sosial, suku bangsa, dan budaya yang berlaku di suatu tempat.

79
MATERI XIX
KEMAJUAN IPTEK DALAM PELAYANAN KESEHATAN
1. Pendahuluan
Abad 21 merupakan era teknologi informasi, di mana segala sesuatu yang berhubungan
dengan kegiatan manusia pasti berkaitan/menggunakan teknologi informasi. Perkembangan
dunia teknologi informasi sangat pesat, yang ditandai dengan perkembangan internet,
sehingga dapat dikatakan bahwa yang mereka menguasai informasi & teknologi adalah yang
‗menguasai dunia‘.
Di dunia kesehatan, informasi adalah hal yang sangat penting, karena semua hal
mengenai pasien adalah informasi yang harus dikelola dengan baik & aman, sehingga
dibutuhkan suatu sistem yang aman & berjalan lancar agar seluruh informasi itu dapat
digunakan untuk kepentingan pengobatan pasien.
Namun, tidak semua pengelola & praktisi sarana pelayanan kesehatan sadar akan
pentingnya penggunaan teknologi informasi sehingga pelayanan terhadap pasien tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, pada akhirnya terjadinya peningkatan biaya & berkurangnya
pendapatan dari sarana pelayanan kesehatan akibat tidak efisiennya pelayanan yang diberikan
pada pasien.
Salah satu akibat dari informasi yang tidak dikelola dengan baik adalah terancamnya
keamanan & keselamatan pasien. Misalnya di Amerika Serikat, penulisan resep yang sulit
dibaca telah mengakibatkan kematian sekitar 7000 pasien & mencederai sedikitnya 1,5 juta
pasien setiap tahunnya. Hal ini dapat mengakibatkan banyak dampak negatif bagi sarana
pelayanan kesehatan, seperti turunnya kredibilitas/citra, berkurangnya pendapatan, &
tuntutan hukum terhadap sarana pelayanan kesehatan.
Hal ini dapat dihindari jika pihak pengelola & praktisi sarana pelayanan kesehatan
menggunakan teknologi informasi dengan baik, contohnya resep elektronik yang dapat
mengurangi kesalahan pembacaan oleh pihak lain yang mengolah informasi resep tersebut
menjadi obat yang diberikan pada para pasien.
Bahkan, lebih dari sekadar menghindari kesalahan pembacaan resep, tetapi sistem
resep elektronik yang merupakan bagian dari sistem catatan kesehatan pasien elektronik
(electronic health record) dapat membantu tenaga kesehatan untuk menghindari kesalahan-
kesalahan yang biasanya terjadi dalam peresepan obat, misalnya interaksi obat, cara
pemakaian yang salah, peresepan obat yang aman pada ibu hamil, atau pencegahan reaksi
alergi akibat obat.
Perkembangan teknologi bisa mengubah kehidupan banyak orang. Dalam industri
kesehatan saja, cepatnya perkembangan teknologi berpotensi mengubah pola layanan
kesehatan di Asia Pasifik dalam satu dasawarsa ke depan. Industri kesehatan semakin sadar
akan pentingnya informasi dan secara agresif berupaya meningkatkan kualitas data serta
proses pengolahannya dengan cara berinvestasi dalam pengembangan teknologi, regulasi,
standar serta protokol untuk memperkuat pertukaran dan pengumpulan informasi.
Program penguatan kelembagaan Iptek Kesehatan
Program ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lembaga
Iptek dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,

80
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta mampu mendukung percepatan
pertumbuhan ekonomi nasional. Kegiatan penguatan kelembagaan Iptek kesehatan
meliputi:
a. Revitalisasi dan optimalisasi kelembagaan Iptek termasuk akreditasi pranata
penelitian dan pengembangan
b. Pengembangan pusat-pusat Iptek baik di pusat maupun di daerah, dan aktualisasi
peran unit inkubator dan unit pelayanan teknis dalam fungsi intermediasi
c. Optimalisasi kinerja lembaga penelitian dan pengembangan kesehatan daerah
dalam penentuan program prioritas dan perumusan kebijakan pengembangan
Iptek daerah
d. Pengembangan dan penerapan fungsi pengawasan kegiatan penelitian dan
pengembangan berdasarkan peraturan bio-etika nasional/internasional
e. Peningkatan sistem manajemen Iptek terpadu, termasuk penyempurnaan
peraturan yang mendukung komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan,
pengelolaan hak kekayaan intelektual (HKI), standar mutu, keamanan produksi,
dan lingkungan
f. Penyempurnaan sistem insentif dan pola pembiayaan Iptek,
g. Peningkatan keterlibatan organisasi profesi ilmiah, perguruan tinggi serta
masyarakat dalam memperkuat landasan etika dalam perumusan kebijakan Iptek
h. Penyusunan indikator keberhasilan Iptek nasional
i. Peningkatan kuantitas dan kualitas, serta optimalisasi dan mobilisasi potensi
sumber daya manusia (SDM) Iptek melalui kerjasama nasional maupun
internasional.

Program peningkatan kapasitas Iptek Kesehatan sistem produksi


Program ini mendorong peningkatan kapasitas teknologi pada sistem produksi
di dunia usaha dan industri bidang kesehatan dan obat serta peningkatan sinergi
antar berbagai komponen sistem inovasi. Kegiatan peningkatan kapasitas Iptek
produksi meliputi:
a. Percepatan proses transformasi industri yang berbasis sumber daya lokal dan
padat teknologi
b. Pengembangan dukungan pranata regulasi dan kebijakan yang kondusif dalam
bentuk insentif pajak, asuransi teknologi bagi usaha kecil, menengah, dan
koperasi
c. Pengembangan lembaga keuangan modal ventura dan start-up capital, serta
membuat aturan kontrak riset yang kompatibel
d. Pengembangan technopreneur, antara lain melalui usaha baru berbasis hasil
penelitian dan pengembangan dengan wadah inkubator-teknologi
e. Pembinaan dan pelaksanaan auditteknologi
f. Peningkatan peran pranata metrologi dan pengujian untuk perumusan
pengembangan dan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI)
g. Peningkatan kemampuan industri kecil menengah dan koperasi yang berbasis
teknologi melalui pemanfaatan jaringan sistem informasi teknologi dan asistensi
teknis, pelatihan kerja, mendorong kemitraannya dengan industri besar, dan

81
mengembangkan berbagai sistem insentif.
Pelaksanaan program pembangunan Iptek kesehatan dan obat di Indonesia
dilakukan oleh berbagai institusi, mengikuti standar etik universal dan harus
mempertimbangkan situasi dan kebutuhan Indonesia. Dampak penelitian,
pengembangan dan penerapan Iptek kesehatan adalah peningkatan derajat
kesehatan masyarakat secara nyata melalui dua cara, yaitu:
1. Menghasilkan pengetahuan yang dapat diadopsi oleh seluruh lapisan masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatan.
2. Menghasilkan teknologi intervensi, seperti vaksin, obat, alat kesehatan dan
upaya kesehatan masyarakat.
Program penelitian dan pembangunan Iptek kesehatan bertujuanMenyediakan
teknologi sesuai keperluan program kesehatan. Program dimulai dari penelitian dasar,
terapan sehingga menjadi teknologi yang dimanfaatkan oleh pengguna. Dengan ketersediaan
penelitian dan pengembangan di masing-masing lembaga penelitian dan pengembangan
kesehatan, porsi penelitian yang bersifat terapan akan lebih besar tersedia dibandingkan
penelitian dasar.
2. Analisa Umum
Analisa bisnis Asia Pasifik untuk para penyedia fasilitas kesehatan diperkirakan
mencapai 315.9 juta dolar Amerika (Rp 3 triliun) pada tahun 2011, tumbuh 10.9 persen
CAGR selama 2011–2018. Besaran volume data kesehatan dan medis diperkirakan akan
meningkat secara drastis dengan beralihnya sektor pemerintah dan swasta di kawasan Asia
Pasifik ke alat pertukaran informasi kesehatan elektronik dan alat monitoring pasien yang
bersifat mobile dan remote.
Data yang besar dan kompleks tersebut mencakup data umum industri kesehatan dan
akan menjadi sumber daya yang penting bagi para pemangku kepentingan dalam ekosistem
industri kesehatan. Untuk memperoleh wawasan yang berdaya guna dari sejumlah data yang
ada, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan akan memanfaatkan
analisa yang canggih dan berbagai perangkat cerdas yang dapat membantu mereka untuk
mengelola, memahami dan menggunakan data tersebut.
3. Perangkat Visualisasi Canggih
Industri kesehatan telah beralih ke era pencegahan sebagai akibat dari pentingnya
diagnosa dini, aman, dan dapat diandalkan. Berkat megatren ini, permintaan terhadap
perangkat visualisasi yang canggih seperti pencitraan 3 dimensi dan analisa citra medis akan
meningkat secara drastis.
Perangkat-perangkat dan piranti lunak seperti ini bakal membantu para dokter dalam
membuat diagnosa dan menentukan jenis perawatan serta keputusan yang lebih baik. Dokter-
dokter di seluruh penjuru kawasan Asia Pasifik tidak hanya menuntut adanya piranti lunak
yang canggih, tapi juga berinvestasi dalam pelatihan yang dapat membantu memahami cara
terbaik untuk memanfaatkan perangkat-perangkat tersebut.
Pemain sektor swasta juga memanfaatkan momentum ini untuk menyediakan
pelatihan produk dan pelatihan-pelatihan di perguruan tinggi untuk para dokter dan radiologis
sehingga mereka dapat memahami teknik-teknik pencitraan yang serba canggih.
4. Komunikasi dari Mesin ke Mesin (M2M)

82
Komunikasi dari mesin ke mesin (M2M) telah mendorong diambilnya sejumlah
langkah signifikan bagi industri-industri lain. Ide komunikasi dari mesin ke mesin tersebut
tengah diujicobakan di industri kesehatan oleh para produsen alat-alat kesehatan dan
penyedia solusi mobilitas yang berinvestasi di teknologi komunikasi canggih terpadu, seperti
bluetooth, RFID (radio frequency identification), sensor gerak nirkabel, hingga alat monitor
pasien.
Tujuannya untuk menempatkan pasien dalam sebuah jaringan perangkat yang secara
konstan dapat memonitor kondisi fisiologis, menganalisa informasi, dan
mengomunikasikannya ke pihak-pihak dan perangkat yang tepat secara real-time.
5. Media Sosial sebagai sarana berbagi Informasi
Media sosial tidak lagi dipandang sebagai pilihan beriklan oleh para peaku industri
kesehatan. Perusahaan-perusahaan di sektor industri kesehatan telah mulai menyadari
manfaat tangible dan intangible dari komunitas media sosial.
Penyedia fasilitas kesehatan berinvestasi pada portal-portal, live chat, panel, forum
dan komunitas online sebagai sarana untuk berbagi dan menyebarluaskan informasi antara
dokter, pasien dan badan pemerintah. Lebih dari itu, dengan jumlah volume informasi
kesehatan yang dipertukarkan secara online, para dokter dan peneliti saat ini mencari cara
untuk menyusun data yang diperoleh dari media sosial dan menggunakannya untuk
meningkatkan layanan kesehatan.
Gulati menambahkan, meski teknologi-teknologi yang disebutkan memiliki peranan
yang berbeda-beda dalam komunitas kesehatan, pada dasarnya teknologi-teknologi tersebut
berpedoman pada pertukaran informasi medis dan kesehatan yang bersifat aman, dapat
diandalkan serta tepat waktu.
Pelayanan kesehatan tradisional telah diakui keberadaannya sejak dahulu kala dan
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Sampai saat ini pelayanan kesehatan tradisional terus berkembang sesuai dengan kemajuan
teknologi disertai dengan peningkatan pemanfaatannya oleh masyarakat sebagai imbas dari
semangat untuk kembali menggunakan hal-hal yang bersifat alamiah atau dikenal dengan
istilah ‘back to nature‘.
Dalam dunia internasional, perkembangan pelayanan kesehatan tradisional juga telah
mendapat perhatian dari berbagai negara. Dari hasil kesepakatan pertemuan WHO Congress
on Traditional Medicine di Beijing pada bulan November 2008 disebutkan bahwa pelayanan
kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat dapat diintegrasikan ke dalam sistem
pelayanan kesehatan. Dari pertemuan WHA pada tahun 2009 disebutkan dalam salah satu
resolusinya bahwa WHO mendorong negara-negara anggotanya agar mengembangkan
Pelayanan Kesehatan Tradisional di negaranya sesuai kondisi setempat.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mempunyai tugas untuk melaksanakan
program pembinaan terhadap pelayanan kesehatan tradisional. Hal ini bertujuan agar
pelayanan kesehatan tradisional dapat diselenggarakan dengan penuh tanggungjawab
terhadap manfaat, keamanan dan juga mutu pelayanannya sehingga masyarakat terlindungi
dalam memilih jenis pelayanan kesehatan tradisional yang sesuai dengan kebutuhannya.
Masyarakat juga perlu diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk menggunakan dan
mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional dan pemerintah mempunyai kewajiban
untuk melakukan penapisan, pengawasan, dan pembinaan yang baik sehingga masyarakat

83
terhindar dari hal-hal yang merugikan akibat informasi yang menyesatkan atau pelayanan
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
LANDASAN TEORI
Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan
pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Pengobatan tradisional (batra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional.
Jamu/obat tradisional adalah ramuan tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan hasil-hasilnya atau hewan dari hasil-hasilnya, akar-akaran yang secara tradisional dapat
dianggap berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk memelihara kesehatan.
Bentuknya dapat berupa cairan, rajangan, bubuk, tablet, kapsul, parem dan sebagainya.
Jenis-jenis Pengobatan Tradisional
Jenis-jenis pengobatan tradisional yaitu sebagai berikut:
1. Pengobatan Aryuveda
Ayurveda atau pengobatan penyembuhan kuno India merupakan sistem pengobatan
holistik tertua di dunia. Pengobatan Ayurveda pertama kali dipelopori Dhanvantari sekitar
1.500 SM (Sebelum Masehi). Namun, baru sekitar tahun 200 SM, pengobatan Ayurveda
ditampilkan dalam bentuk tertulis dan menyeluruh.
Ayurveda mengajarkan teknik operasi, tanaman obat, terapi aroma, warna dan gaya
hidup sehat. Para pakar memperkirakan Ayurveda memiliki sejarah lebih panjang yakni
dirintis sekitar tahun 3.000 SM yang mencakup ajaran spiritual dan perilaku. Kitab Atreya
Samhita salah satu bagian Ayurveda merupakan buku medis tertua di dunia.
Pada zaman itu, luka pendarahan pada hidung lazim terjadi pada satu millennium SM
yang umum dilakukan dengan memotong hidung tawanan perang dan pada pertempuran.
Sekitar tahun 500 SM, Sushruta dari India berhasil mengadakan rhinoplasty atau operasi
mengembalikan bentuk hidung. Sushruta menjelaskan potongan kulit dari kepala dapat
tumbuh di bekas luka hidung yang terpotong.
Ayurveda adalah sistem kesehatan dan penyembuhan tradisional India yang sudah
dipraktikkan sejak ribuan tahun lalu. Dr. Swami Shankardev Saraswati, pakar yoga dari
Mangrove Mountain, New South Wales mengatakan, dalam pengertiannya, Ayurveda adalah
sistem pengobatan yang memahami, bahwa tubuh tiap orang itu unik dan butuh perlakuan
khusus.
Ayurveda atau ilmu tentang kehidupan merupakan sistem holistik kuno untuk
mendiagnosa serta mengobati. Metode pengobatan ini telah berumur ratusan tahun, dan
mungkin sistem kedokteran tertua yang dikenal manusia.
Ayurveda berbasis pada keseimbangan, seperti halnya konsep yin dan yang dalam
pengobatan Cina. Dalam Ayurveda dikenal Dosha- pembagian tubuh berdasarkan sifat
dasarnya, yaitu udara (Vata), air (Kapha) dan api (Pitta). Ketidakseimbangan unsur-unsur
tersebut akan menyebabkan penyakit.

84
Jauh sebelum Masehi, ahli-ahli pengobatan di India sudah lebih dulu mengetahui cara
menjahit luka, mengobati diare, mengangkat batu ginjal, serta mengerjakan bedah sederhana,
termasuk memperbaiki bentuk hidung. Ilmu pengobatan ini didokumentasikan dalam
Susrtuha Samhita, teks tertua yang diketahui mengenai metode bedah.
2. Pengobatan Tradisional Cina (Tionghoa)
Pengobatan tradisional Cina (Tionghoa) (Hanzi:中醫學) adalah praktik pengobatan
tradisional yang dilakukan di Cina dan telah berkembang selama beberapa ribu tahun.
Praktek pengobatan termasuk pengobatan herbal, akupunktur, dan pijatTui Na. Pengobatan
ini digolongkan dalam kedokteran Timur, yang mana termasuk pengobatan tradisional Asia
Timur lainnya seperti Kampo (Jepang) dan Korea.
Pengobatan Tradisional Tionghoa percaya bahwa segala proses dalam tubuh manusia
berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, penyakit disebabkan oleh
ketidakharmonisan antara lingkungan di dalam dan di luar tubuh seseorang. Gejala
ketidakseimbangan ini digunakan dalam pemahaman, pengobatan, dan pencegahan penyakit.
Teori yang digunakan dalam pengobatan didasarkan pada beberapa acuan filsafat
termasuk teori Yin-yang, lima unsur (Wu-xing), sistem meridian tubuh manusia (Jing-luo),
teori organ Zang Fu, dan lainnya. Diagnosis dan perawatan dirujuk pada konsep tersebut.
Pengobatan tradisional Cina tidak jarang berselisih dengan kedokteran Barat, namun
beberapa praktisi mengombinasikannya dengan prinsip kedokteran berdasarkan pembuktian.
Sejarah
Sebagian besar filosofi pengobatan tradisional Cina berasal dari filsafat Taois dan
mencerminkan kepercayaan purba Cina yang menyatakan pengalaman pribadi seseorang
memperlihatkan prinsip kausatif di lingkungan. Prinsip kausatif ini berhubungan dengan
takdir dari surga.
Selama masa kejayaan Kekaisaran Kuning pada 2696 sampai 2598 SM, dihasilkan
karya yang terkenal yakni Neijing Suwen (內經素問) atau Pertanyaan Dasar mengenai
Pengobatan Penyakit Dalam, yang dikenal juga sebagai Huangdi Neijing.
Ketika masa dinasti Han, Chang Chung-Ching, seorang walikota Chang-sa, pada
akhir abad ke-2 Masehi, menulis sebuah karya Risalat Demam Tifoid, yang mengandung
referensi pada Neijing Suwen. Ini adalah referensi ke Neijing Suwen terlama yang pernah
diketahui.
Pada masa dinasti Chin, seorang tabib akupunktur, Huang-fu Mi (215-282 Masehi),
juga mengutip karya Kaisar Kuning itu pada karyanya Chia I Ching. Wang Ping, pada masa
dinasti Tang, mengatakan bahwaia memiliki kopi asli Neijing Suwen yang telah ia sunting.
Bagaimanapun, pengobatan klasik Tionghoa berbeda dengan pengobatan tradisional
Tionghoa. Pemerintahnasionalis, pada masanya, menolak dan mencabut perlindungan hukum
pada pengobatan klasiknya karena mereka tidak menginginkan Cina tertinggal dalam hal
perkembangan ilmu pengetahuan yang ilmiah. Selama 30 tahun, pengobatan klasik dilarang
di Cina dan beberapa orang dituntut oleh pemerintah karena melakukan pengobatan klasik.
Pada tahun 1960-an, Mao Zedong pada akhirnya memutuskan bahwa pemerintah tidak dapat
melarang pengobatan klasik. Ia memerintahkan 10 dokter terbaik untuk menyelidiki
pengobatan klasik serta membuat sebuah bentuk standar aplikasi dari pengibatan klasik
tersebut. Standarisasi itu menghasilkan pengibatan tradisional Tionghoa.

85
Kini, pengobatan tradisional Tionghoa diajarkan hampir di semua sekolah kedokteran
di Cina, sebagian besar Asia, dan Amerika Utara.
Walauapun kedokteran dan kebudayaan Barat telah menyentuh Cina, pengobatan
tradisional belum dpata tergantikan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor sosiologis dan
antropologis. Pengobatan tradisional dipercaya sangat efektif, dan kadang-kadang dapat
berfungsi sebagai obat paliatif ketik kedokteran Barat tidak mampu menangani lagi, seperti
pengobatan rutin pada kasus flu dan alergi, serta menangani pencegahan keracunan.
Cina sangat dipengaruhi oleh marxisme. Pada sisi lain, dugaan supranatural
bertentantangan pada kepercayaan Marxis, materialisme dialektikal. Cina modern membawa
pengobatan tradisional Cina ke sisi ilmiah dan teknologi serta meninggalkan sisi
kosmologisnya.
Praktek pengobatan
Pada dunia Barat, pengobatan tradisional Tionghoa dianggap sebagai pengobatan
alternatif. Bagaimanapun, di Republik Rakyat Cina dan Taiwan, hal ini menjadi bagian tak
terpisahkan dengan sistem kesehatan.
Pengobatan tradisional merupakan bentuk intervensi terapi yang tidak invasif, berakar
dari kepercayaan kuno, termasuk di dalamnya konsep kepercayaan kuno. Pada abd ke-19,
para praktisi pengobatan tradisional ini masih memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai
penyakit infeksi, dan pemahaman ilmu kedokteran Barat seperti biokimia. Mereka
menggunakan teori-teori yang telah berumur ribuan tahun yang didasarkan pengalaman dan
pengamatan serta sebuah sistem prosedur yang menjadi dasar pengobatan dan diagnosis.
Tidak seperti beberapa bentuk pengobatan tradisional yang telah punah, pengobatan
tradisional Tionghoa kini menjadi bagian dari pengobatan modern dan bagian sistem
kesehatan di Cina. Dalam beberapa dekade belakangan ini, banyak ahli kedokteran Barat
yang juga meneliti kebenaran pengobatan tradisional Tionghoa ini.
Pengobatan tradisional Cina sering diterapkan dalam membantu penanganan efek
samping kemoterapi, membantu perawatan keteragantungan obat terlarangan, dan merawat
berbagai kondisi kronis yang oleh pengobatan konvensional dianggap mustahil untuk
disembuhkan.
Diagnosis
Terdapat empat macam metoe diagnosis pada pengobatan tradisional Tionghoa:
mengamati (望 wàng), mendengar dan menghidu (聞 wén), menanyakan riwayat (問 wèn),
dan menyentuh (切 qiè). The pulse-reading component of the touching examination is so
important that Chinese patients may refer to going to the doctor as "Going to have my pulse
felt".
Teknik diagnosis
 Palpasi atau merasakan denyut nadi arteri rasialis pasien pada enam posisi
 Mengamati keadaan lidah pasien
 Mengamati wajah pasien
 Menyentuh tubuh pasien, terutama bagian abdomen
 Mengamati suara pasien
 Mengamati permukaan telinga
 Mengamati pembuluh darah halus pada jalur telunjuk kanak-kanak

86
 Membandingkan kehangatan relatif atau suhu pada beberapa bagian tubuh
 Mengamati bau badan pasien
 Menanyakan efek permasalahannya
 Pemeriksaan lain tanpa alat dan melukai pasien
Pelayanan Kesehatan Tradisional
Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah
masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial
Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan
pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8%
menggunakan cara pengobatan.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan
atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli
maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam
masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi
di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya
masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi
beberapa penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan
(obat) yang berasal dari alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan
tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional.
Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu
bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk
pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam
standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan
sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen tersebut.
Dalam sehari-hari kita menyebutnya ―pengobatan dukun‖. Untuk memudahkan
penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena
dengan istilah ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan
pengobatan di luarnya dan juga

87
dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan tradisional
atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang khas satu etnis (etno
medicine).
Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan
pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh pemerintah.
Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar
budaya tradisi suku bangsa maupun agama. Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer)
dari jasa pengobatan maupun penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun.
Pengobatan maupun diagnosa yang dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan
campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio dan batin.
Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan.
Doa atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal
dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan pantangan.
Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-
pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan
dapat selesai dengan cepat.
Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Seperti
misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang unutk mengkonsumsi
minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut menurutnya dapat mengganggu
aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.
DASAR HUKUM PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang Pelayanan Kesehatan tradisional yaitu pada
pasal 1, 48, 59, 60 dan 61. Pada pasal 1 butir 16 yang disebutkan bahwa ‖Pelayanan
Kesehatan Tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat‖.
Dalam pasal 48 juga disebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu
penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam pasal 59 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan
tradisional terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan dan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Ramuan. Dalam pasal ini juga disebutkan bahwa seluruh
jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah, agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma
agama. Dalam pasal 60 dan 61 disebutkan bahwa orang yang melakukan pelayanan
kesehatan tradisional harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan, dan masyarakat diberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan
pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya.
Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional Ramuan, antara lain: Jamu, Gurah,
Homeopathy, Aroma Terapi, SPA terapi, dan metode lain yang menggunakan ramuan.
Sedangkan yang termasuk dalam Yankestrad Keterampilan, antara lain: akupunktur,
chiropraksi, pijat urut, shiatsu, patah tulang, dukun bayi, battra sunat, refleksi, akupressur,
bekam, apiterapi, penata kecantikan kulit/rambut, tenaga dalam, paranormal, reiki, qigong,
kebatinan, dan metode lainnya yang mengunakan keterampilan.

88
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL MELALUI TOGA
Pelayanan Kesehatan Tradisional sendiri dapat digunakan masyarakat dalam
mengatasi gangguan kesehatan secara mandiri (self-care), baik untuk pribadi maupun untuk
keluarga melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). Hal ini sangat berguna,
khususnya di daerah yang mengalami keterbatasan dalam memperoleh akses pelayanan
kesehatan.
Bila dilihat lebih jauh manfaat TOGA dalam mendukung masyarakat yang sehat
secara mandiri, akan berdampak pada upaya untuk mewujudkan pencapaian tujuan MDG’s
di bidang Kesehatan, yaitu Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, Menurunkan Angka
Kematian Anak, Meningkatkan Kesehatan Ibu, dan Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan
Penyakit Menular Lainnya.
Upaya dukungan dari Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam mencapai tujuan
MDG’s antara lain perawatan ibu setelah bersalin dengan memanfaatkan daun Katuk dan
Lobak sebagi sayur dan biji jagung tua yang disangrai untuk memperlancar keluarnya ASI
dalam mendukung pencapaian ASI Eksklusif. Pemanfaatan daun Kacang Panjang, daun
Dadap Serep, dan Bawang Merah untuk mengobati payudara bengkak (mastitis) dengan cara
ditumbuk dan ditempelkan ke seluruh payudara, kecuali pada puting susu. Jeruk nipis
dicampur dengan kapur sirih dan minyak kayu putih juga dapat dimanfaatkan untuk
perawatan perut setelah melahirkan. Dalam menjaga kesehatan anak, bisa menggunakan
Temulawak dan Beras Kencur untuk menambah nafsu makan. Jika anak demam, dapat
diobati dengan memanfaatkan daun Sambiloto dan Pule yang didihkan dengan air kemudian
diminum, selain itu dapat memanfaatkan daun Dadap Serep dan daun Kembang Sepatu yang
diremas-remas dan ditempelkan di kepala anak. Pemanfaatan pijat pada anak yang sudah ada
turun temurun di Indonesia untuk memperlancar peredaran darah dan meningkatkan
kebugaran pada anak. Pemanfaatan daun Jambu Biji yang masih muda dapat digunakan
dalam penanggulangan diare pada Balita sedangkan untuk mengobati disentri, bisa
memanfaatkan daun Sambiloto kering yang direbus atau menggunakan daun Patikan Cina
yang dicampur dengan Bawang Merah dan Pulosari. Tanaman Serai dan Lavender bisa
dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk. Pemanfaatan TOGA/Jamu untuk memelihara
kesehatan yang berimplikasi pada peningkatan Usia harapan Hidup seperti daun Landep
Segar dan Gandarusa sebagai obat pegal linu dan masih banyak hal-hal lain dari bumi
Indonesia yang belum tergali pemanfaatannya untuk kesehatan.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
Dalam kebijakan Kementerian Kesehatan RI, pembinaan dan pengawasan Pelayanan
Kesehatan Tradisional dilakukan melalui 3 (tiga) pilar. Pilar pertama adalah Regulasi, adapun
dukungan regulasi terhadap Pelayanan Kesehatan Tradisional telah dituangkan dalam
Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 yang telah disebutkan diatas, SKN tahun 2009 yang
menyebutkan bahwa Pengobatan Tradisional merupakan bagian sub sistem Upaya Kesehatan,
Kepmenkes RI Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional dan Kepmenkes No 1/2010 tentang Saintifikasi Jamu berbasis pelayanan. Pilar
kedua adalah Pembina Kemitraan dengan berbagai Lintas Sektor terkait dan organisasi
(asosiasi) pengobat tradisional termasuk pengawasan terhadap tenaga pengobat tradisional

89
baik yang asli Indonesia maupun yang berasal dari luar negeri. Pilar ketiga adalah
Pendayagunaan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T)
untuk menapis metode Pelayanan Kesehatan Tradisional di masyarakat dan melakukan
pembuktian melalui pengkajian, penelitian, uji klinik, baik terhadap cara maupun terhadap
manfaat dan keamanannya. Pada saat ini sudah ada 11 Sentra P3T tersebar di 11 Provinsi
yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTB, Maluku,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara serta adanya Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat
(BKTM) di Makassar dan Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) di Palembang.
Pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan tradisional dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat rumah tangga, masyarakat, Pelayanan Kesehatan Dasar di
Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi & Kementerian Kesehatan bersama lintas sektor
terkait dan mengikut sertakan asosiasi pengobat tradisional. Sementara ini Kementerian
Kesehatan telah bermitra atau bekerja dengan beberapa jenis Asosiasi Pengobat Tradisional
(Battra) yang terkelompokkan sesuai dengan metodenya masing-masing. Diharapkan asosiasi
Battra bisa membantu Kementrian Kesehatan dalam pembinaan pengobat di Indonesia namun
harus selalu dievaluasi kemitraannya. Terdapat asosiasi Battra yang ada antara lain :
1. Ikatan Homoeopathy Indonesia (IHI)
2. Persatuan Akupunktur Seluruh Indonesia (PAKSI)
3. Perhimpunan Chiroprakasi Indonesia (Perchirindo)
4. Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI)
5. Persatuan Ahli Pijat Tuna Netra Indonesia (Pertapi)
6. Asosiasi Praktisi pijat Pengobatan Indonesia (AP3I)
7. Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia (ARSI)
8. Asosiasi SPA Terapis Indonesia (ASTI)
9. Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (ASPETRI)
10. Ikatan Pengobat Tradisional Indonesia (IPATRI)
11. Forum Komunikasi Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI)
12. Asosiasi Therapi Tenaga Dalam Indonesia (ATTEDA)
13. Asosiasi Bekam Indonesia (ABI)
14. Persatuan Ahli Kecantikan Tiara Kusuma.
Selain itu untuk pengawasan pengobat tradisional, Kementerian Kesehatan juga
berkerjasama dengan Kantor Imigrasi, Mabes POLRI, Kejaksaan, Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, terutama untuk pengawasan Pengobat Tradisional Asing yang datang ke
Indonesia.
Setiap Warga Negara Indonesia yang bekerja sebagai pengobat tradisional harus
memiliki SIPT/STPT (Surat Izin/Terdaftar Pengobat Tradisional) yang didapatkan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Sampai saat ini, metode Pelayanan kesehatan
tradisional yang telah diakui manfaat dan keamanannya oleh Indonesia adalah akupuntur.
Oleh karena Untuk SIPT hanya dikeluarkan untuk Battra jenis akupuntur yang telah
dilengkapi dengan sertifikat kompetensi, selain jenis akupuntur saat ini hanya mendapatkan
STPT. Untuk Pengobat Tradisional Asing yang akan masuk ke Indonesia, harus memiliki
rekomendasi dari Kementerian Kesehatan. Rekomendasi ini bisa didapatkan setelah yang
bersangkutan dinyatakan lulus oleh tim penilai. Pengobat tradisional asing tidak

90
diperkenankan berpraktek langsung ke masyarakat Indonesia melainkan hanya sebagia
konsultan dalam rangka transfer ilmu pengetahuan kepada pengobat tradisional Indonesia.

REORGANISASI DI KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010


Dalam rangka menjawab tantangan mengenai perkembangan pelayanan kesehatan
tradisional yang sudah sangat berkembang pesat di masyarakat, Kementerian Kesehatan telah
merencanakan untuk melakukan perubahan struktur organisasi dengan peningkatan dari
eselon 3 menjadi setingkat eselon 2 untuk program Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Reorganisasi yang telah direncanakan yaitu penggabungan Subdit Bina Upaya Kesehatan
Tradisional, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dengan Subdit Pelayanan Medik Alternatif
dan Komplementer, Ditjen Pelayanan Medik menjadi Direktorat baru yaitu Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer. Perubahan ini diharapkan
akan memberikan sumbangsih penanganan pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia lebih
baik dari sebelumnya.
Potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam pelayanan kesehatan
tradisional di Indonesia sangat banyak dan beragam jenisnya. Sudah saatnya kita mulai
mendayagunakan sumber daya tersebut untuk kita manfaatkan dalam peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Di dunia internasional sementara ini yang telah memanfaatkan
potensi pengobatan tradisional antara lain negara cina, vietnam, korea, jepang sangat
berkembang dengan pesat. Kita berharap Indonesia yang mempunyai kekayaan alam yang
melimpah sebagai bahan baku herbal (obat ramuan tradisional) bisa dimanfaatkan seoptimal
mungkin sehingga dapat bersaing dengan negara-negara tersebut. Paradigma pelayanan
kesehatan tradisional saat ini sudah sangat pesat seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada. Mari kita bersama-masa mewujudkan pelayanan
kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya bagi
kesehatan serta tidak bertentangan dengan norma agama dan budaya yang ada di Indonesia.
Kelebihan dan Kekurangan Pengobatan Tradisional
Ada beberapa pengobatan tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk
mengobati penyakit yang dideritanya. Namun ada keuntungan dan kerugian dibalik
pengobatan alternatif ini.
Selama ini masyarakat mengenal pengobatan konvensional yaitu dengan
menggunakan obat-obatan medis, dan juga pengobatan alternatif seperti akupuntur dan
relaksasi yang masih diperdebatkan.
Berikut ini beberapa keuntungan dan kerugian dari pengobatan alternatif yang dilakukan,
seperti dikutip dari Lifemojo, Jumat (22/7/2011) yaitu:
Keuntungan
1. Menggunakan pendekatan holistic
Kebanyakan dasar dari pengobatan alternatif adalah untuk mengobati kondisi dan bukan
gejala karenanya ia akan berfokus pada perawatan seluruh tubuh. Untuk itu biasanya
pengobatan ini tidak hanya untuk fisik tapi juga kesehatan spiritual dan emosional pasien.
2. Pengobatannya lebih personal

91
Terapi alternatif umumnya bersifat personal tergantung pada kebutuhan pasien, karenanya ia
tidak bisa diproduksi massal dan terfokus pada tubuh pasien sehingga secara individu.
3. Mengurangi stress
Stres adalah faktor penting dalam mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seseorang. Terapi
alternatif seperti yoga dan meditasi bisa membantu mengurangi stres, hal ini akan membantu
memerangi penyakit dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Kerugian
1. Membutuhkan waktu penyembuhan yang lama
Terapi alternatif umumnya tidak bisa memberikan penyembuhan secara instan
sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk menyembuhkan dibanding dengan
pengobatan
2. Diperlukan ketelatenan dari pasien
Beberapa pengobatan alternatif memerlukan adanya perubahan gaya hidup untuk
menunjang terapi agar bisa bekerja lebih baik, sehingga diperlukan disiplin dan ketelatenan
dari pasien.
3. Penelitiannya masih terbatas
Beberapa obat alternatif kini telah banyak diuji secara ilmiah dan terbukti efektif.
Tapi sebagian besar obat-obatan yang digunakan belum diuji secara ilmiah dan disetujui oleh
pemerintah setempat.

92
MATERI XX
SISTEM LAYANAN KESEHATAN

PENDAHULUAN
Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan ―holistik modern‖.
Dalam situasi biaya pelayanan kesehatan umum sekarang ini sangat tinggi dan kadang-
kadang terasa mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka untuk
mendapatkan konsultasi dan pengobatan berbagai penyakit secara maksimum dengan akurat
dan hemat, sudah saatnya masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan ―Holistik Modern‖.
DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan pengembang layanan kesehatan holistik
modern itu di Indonesia sejak tahun 1997, menjelaskan. Di bawah ini, kami tampilkan
wawancara Kris Sadipun dari Bekasi Ekspres (BE) dengan DR.ASVIAL RIVAI (AR) di
Kantor Pusat Holistik Moderen, Mall Belannova, Sentul City, Bogor, dalam bentuk tanya-
jawab menyangkut keunggulan layanan kesehatan Holistik Moderen
Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan berbagai metode yang
megacu pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan benar, sebagai satu pandangan lain
nonmedis, yang merupakan terobosan baru dalam bidang kesehatan yang sangat sederhana
tapi sangat efektif, yaitu ilmu iridology yang berasal atau ditemukan oleh seorang dokter
medis di Eropa (yaitu satu ilmu pengetahuan bagaimana mendeteksi penyakit malalui tanda-
tanda yang terjadi pada mata akibat adanya gangguan penyakit itu),
Ilmu kinesiology yang berasal atau ditemukan oleh seorang ahli saraf di Amerika (yaitu
ilmu pengetahuan bagaimana mengetahui tingkat kesehatan organ-organ dan sistem tubuh
melalui kelemahan yang terjadi pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal
atau ditemukan oleh seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui dan
memperbaiki tingkat penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui perobahan energy
yang terjadi pada tubuh yang ditest dengan energy bunga-bungaan berbagai warna). Dan ada
juga berbagai cara pendeteksian dan perawatan yang lain, seperti ―heart lock‖, ―jump
leading‖, ―universal energy‖, ―podorachidian‖ dan lain-lain.

Sejarah
Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah
satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga
dipercaya memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa
Romawi sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM
di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani.
Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah
sakit Brahmanti pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja
Ashoka juga mendirikan 18 rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga
medis dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan.
Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan
mahasiswa yang diberikan pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di
Kerajaan Persia.

93
Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator, dan
prajurit sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan Kristiani turut memengaruhi pelayanan medis di
sana. Konsili Nicea I pada tahun 325memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan
pelayanan kepada orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap
kota harus menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan
adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil, bishop of Caesarea. Bangunan ini
berhubungan langsung dengan bagunan gereja, dan disediakan pula tempat terpisah untuk
penderita lepra.
Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola tersebut. Di setiap
tempat peribadahan biasanya terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase
Perancis untuk rumah sakit adalah hôtel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun
beberapa di antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah
sakit yang terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir.
Rumah sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi
pada abad 8 hingga 12. Rumah sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10
mempekerjakan 25 staff pengobatan dan perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang
berbeda pula. Rumah sakit yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok
pada awal abad 10.
Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17.
Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan
pelayanan dan pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's
Hospital didirikan di London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy.
Rumah sakit yang dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya. Di
koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri Pennsylvania General Hospital di Philadelphia
pada 1751. setelah terkumpul sumbangan £2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit
dibiayai dana publik. Namun secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara
di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit.

LANDASAN TEORI
Pengobatan modern adalah pengobatan yang dilakukan secara ilmiah atau telah
diujicobakan dengan sebuah penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan yang dipelajari
dalam ilmu kedokteran yang merupakan cabang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang
cara mempertahankan kesehatan dan menyembuhkan manusia dari berbagai jenis penyakit.
Ilmu kedokteran meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta cara
pengobatannya. Dalam pengobatan modern ada empat hal yang akan dibahas yaitu pasien,
rumah sakit, perawat dan dokter.
1. Pasien
Pasien adalah orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada dokter.
Tingkah Laku Sakit
Mechanic dan Volkhart (1961) mendefinisikan tingkah laku sakit sebagai suatu cara-
cara dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi dan diperankan oleh seorang individu yang
mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik.

94
Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa peranan sakit dan peranan pasien.
Seorang dewasa yang bangun tidur dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, maka ia
harus memutuskan apakah ia akan minum aspirin dan mengharapkan kesembuhan atau
memanggil dokter.
Namun demikian ini bukanlah tingkah laku sakit, hanya apabila penyakit itu telah
didefinisikan secara cukup serius sehingga menyebabkan seseorang tersebut tidak dapat
melakukan sebagaian atau seluruh peranana normalnya yang berarti mengurangi dan
memberikan tuntutan tambahan atas tingkah laku peranan orang-orang di sekelilinngnya,
maka barulah dikatakn bahwa seseorang itu melakukan peranan sakit.Apabila kemudian
dokter dihubungi dan si individu bertindak menurut instruksinya maka peranan pasien itu
menjadi kenyataan.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti kelas sosial, suku bangsa, dan budaya yang berlaku di suatu tempat.
Peranan Sosial Penyakit
1. Penyakit merupakan pelepasan dari tekanan yang tak tertahankan
2. Penyakit membantu untuk menanggung kegagalan pribadi
3. Sakit dapat digunakan untuk memperoleh perhatian
4. Penyakit dapat digunakan sebagai control social
5. Penyakit dapat dijadikan salat untuk menghapus perasaan berdosa
Tahapan sakit
1. Tahap pengalaman gejala-gejala (―keputusan bahwa ada yang tidak beres‖)
2. Asumsi dari keadaan sakit (―keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan
perawatan profesional ―)
3. Tahapan kontak perawatan medis (―keputusan untuk mencari perawatan medis
profesional‖)
4. Tahap peranan ketergantungan pasien (―keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada
dokter dan menerima serta mengikuti pengobatan yang ditetapkan‖)
5.Kesembuhan atau keadaan rehabilitasi (―keputusan untuk mengakhiri peranan pasien‖)

2. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Terminologi
Selama Abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak fungsi di luar rumah
sakit yang kita kenal di zaman sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin atau
persinggahan musafir. Istilah hospital (rumah sakit) berasal dari kata Latin, hospes (tuan
rumah), yang juga menjadi akar kata hotel dan hospitality (keramahan).
Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian
meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu,
atau bulan. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya
memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien.
Rumahsakit menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care: is
an integral part of social and medical organization, the function of which is to provide for the

95
population complete health care, both curative and preventive and whose out patient service
reach out to the family and its home environment; the hospital is also a centre for the training
of health workers and for biosocial research
Tugas dan Fungsi
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :
 Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
 Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan,
 Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
 Melaksanakan pelayanan medis khusus,
 Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
 Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
 Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
 Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
 Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi),
 Melaksanakan pelayanan rawat inap,
 Melaksanakan pelayanan administratif,
 Melaksanakan pendidikan para medis,
 Membantu pendidikan tenaga medis umum,
 Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
 Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
 Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,
Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit yang di
Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas a, b, c, d. berbentuk
badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah. perubahan kelas rumah sakit dapat saja
terjadii sehubungan dengan turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan indonesia melalui keputusan dirjen yan medik.
Jenis-jenis rumah sakit
Rumah sakit umum
Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan
darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu
secepatnya dan memberikan pertolongan pertama.
Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu
negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka
panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang
bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi
sesuai kemampuan penyelenggaranya.
Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat kesehatan),
biasanya melayani seluruh pengobatan modern.
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap
(rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di
dalam suatu rumah sakit.

96
Rumah sakit terspesialisasi
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah
sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit
pernapasan, dan lain-lain.
Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan. Kebanyakan
mempunyai afiliasi dengan universitas atau pusat riset medis tertentu. Kebanyakan rumah
sakit di dunia didirikan dengan tujuan nirlaba.
Rumah sakit penelitian/pendidikan
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan
kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu universitas/lembaga
pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji
coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini
diselenggarakan oleh pihak universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian
masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi.
Rumah sakit lembaga/perusahaan
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani pasien-
pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan
pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya
rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan gratis bagi karyawan,
atau karena letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya
rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum dan menyediakan
ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.
Klinik
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya
dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin menjalankan
praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa
kumpulan klinik yang disebut poliklinik.
Rumah Sakit Dan Perkembangannya di Indonesia
Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC
tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama ditujukan
untuk melayani anggota militer beserta keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi
memerlukan pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini berlanjut
dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok agama. Sikap karitatif ini juga
diteruskan oleh rumah sakit CBZ di Jakarta. Rumah sakit ini juga tidak memungut bayaran
pada orang miskin dan gelandangan yang memerlukan pertolongan. Semua ini telah
menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat pribumi bahwa pelayanan
penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak zaman
VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya)
ditarik bayaran termasuk pegawai VOC.
Komite Etik Rumah Sakit
Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai suatu badan yang secara
resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan kesehatan dalam rumah sakit
yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS
dapat menjadi sarana efektif dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak

97
yang terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah
etika hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan kesehatan di rumah sakit. Ada tiga
fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun kebijakan dan pembahasan kasus. Jadi salah
satu tugas KERS adalah menjalankan fungsi pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada
kebutuhan akan kemampuan memahami masalah etika, melakukan diskusi multidisiplin
tentang kasus mediko legal dan dilema etika biomedis dan proses pengambilan keputusan
yang terkait dengan permasalahan ini. Dengan dibentuknya KERS, pengetahuan dasar bidang
etika kedokteran dapat diupayakan dalam institusi dan pengetahuan tentang etika diharapkan
akan menelurkan tindakan yang profesional etis. Komite tidak akan mampu mengajari orang
lain, jika ia tidak cukup kemampuannya. Oleh sebab itu tugas pertama komite adalah
meningkatkan pengetahuan anggota komite. Etika kedokteran dewasa ini berkembang sangat
pesat. Di Indonesia etika kedokteran relatif baru dan yang berminat tidak banyak sehingga
lebih sulit mencari bahan bacaan yang berkaitan dengan hal ini. Pendidikan bagi anggota
komite dapat dilakukan dengan belajar sendiri, belajar berkelompok, dan mengundang pakar
dalam bidang agama, hukum, sosial, psikologi, atau etika yang mendalami bidang etika
kedokteran. Para anggota komite setidaknya harus menguasai berbagai istilah/konsep etika,
proses analisa dan pengambilan keputusan dalam etika. Pengetahuan tentang etik akan lebih
mudah dipahami jika ia diterapkan dalam berbagai kasus nyata. Semakin banyak kasus yang
dibahas, akan semakin jelaslah bagi anggota komite bagaimana bentuk tatalaksana
pengambilan keputusan yang baik. Pendidikan etika tidak tebatas pada pimpinan dan staf
rumah sakit saja. Pemilik dan anggota yayasan, pasien, keluarga pasien, dan masyarakat
dapat diikutsertakan dalam pendidikan etika. Pemahaman akan permasalahan etika akan
menambah kepercayaan masyarakat dan membuka wawasan mereka bahwa rumah sakit
bekerja untuk kepentingan pasien dan masyarakat pada umumnya. Selama ini dalam struktur
rumah sakit di Indonesia dikenal subkomite/panitia etik profesi medik yang merupakan
struktur dibawah komite medik yang bertugas menangani masalah etika rumah sakit. Pada
umumnya anggota panitia ini adalah dokter dan masalah yang ditangani lebih banyak yang
berkaitan dengan pelanggaran etika profesi. Mengingat etika kedokteran sekarang ini sudah
berkembang begitu luas dan kompleks maka keberadaan dan posisi panitia ini tidak lagi
memadai. Rumah sakit memerlukan tim atau komite yang dapat menangani masalah etika
rumah sakit dan tanggung jawab langsung kepada direksi. Komite memberikan saran di
bidang etika kepada pimpinan dan staf rumah sakit yang membutuhkan. Keberadaan komite
dinyatakan dalam struktur organisasi rumah sakit dan keanggotaan komite diangkat oleh
pimpinan rumah sakit atau yayasan rumah sakit. Proses pembentukan KERS ini, rumah sakit
memulainya dengan membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepedulian mendalam dibidang etika kedokteran, bersikap terbuka dan memiliki semangat
tinggi. Jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan. Keanggotaan komite bersifat multi
disiplin meliputi dokter (merupakan mayoritas anggota) dari berbagai spesialisasi, perawat,
pekerja sosial, rohaniawan, wakil administrasi rumah sakit, wakil masyarakat, etikawan, dan
ahli hukum.
3. Dokter
Menurut UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kesehatan, Profesi dokter adalah
suatu pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan berjenjang dan kode etik yang bersifat melayani.

98
Merujuk pada kode etik dokter, peran dokter dapat dirinci sebagai berikut:
a. Dokter sebagai pendidik
b. Dokter sebagai pengembang teknologi layanan kesehatan
c. Dokter sebagai pengabdi masyarakat
d. Dokter adalah pembelajar
4. Perawat
Perawat (nurse) berasal dari bahasa Latin nutrix yang berarti merawat atau memelihara.
Perwat adalah orang yang dididik menjadi tenaga para medis untuk menyelenggarakan
perawatan orang sakit atau secara khusus untuk mendalami bidang perawatan tertentu.
Peran perawat sebagai individu yaitu sebagai berikut:
a. Peran sebagai pelaksana (care giver)
b. Peran sebagai pendidik
c. Peran sebagai pengelola
d. Peran sebagai peneliti

99
MATERI XXI
BUDAYA RUMAH SAKIT

KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF TRANSCULTURAL


Transkultural
Lintas budaya, budaya yg satu mempengaruhi budaya yg lain
Mengapa perlu mempelajari transkultural nursing ?
1. Semua suhan perawatan bersifat lintas budaya
2. Perawat punya kompetensi budaya dan harus berdiskusi dg klien dan kluarganya yg
tidak menyebabkan konflik
3. Kompetensi perawat berupa : pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam asuhan

Tujuan penggunaan perawatan transcultural (Leininger, 1978)


Mengembangkan sains dan pohon keilmuan yg humanis
Tercipta praktik keperawatan yg berbasis kultur spesifik dan universal
Kultur yg spesifik didasari nilai, norma, moral yg membangun konsep sehat-sakit, bugar,
budaya makanan dan minuman yg menyehatkan
Memberikan perawatan yg humanis, membiasakan intervensi dalam mempertahankan,
bernegosiasi, merestrukurisasi budaya sehat.

Pengertian budaya ( Culture) (Kuncoroningrat, 1986)


• Kompleksitas ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan yg terkait masalah kehidupan yg
terdapat dalam pikiran dan perasaan warga/ masyarakat
• Bentuk abstrak, tidak dapat diraba, difoto, yg dikenal dg adat istiadat, kebiasaan, upacara/
ritual, dsb.
• Terpola dalam (sistem sosial yg berkaitan tata kelakuan), kongkrit, terjadi disekiling kita
sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, didokumentasikan.
• Wujudnya hasil karya manusia (Kebudayaan fisik) misal benda, candi, komputer, pabrik,
kapal, batik, benda seni, dsb

100
Wujud kebudayaan
• Komunitas
• Masyarakat
• Sosialisasi
• Enkuturusasi

Komunitas, masyarakat, sosialisasi, enkulturisasi


• Komunitas : Sekelompok orang yg tinggal dalam wilayah sama, terikat norma, interkasai,
terus menerus, sentimen kebersamaan (merasa tempat mengabdi, berkarya, kebersamaan,
meringankan beban)
• Masyarakat : Sekumpulan orang yg heterogen (masyarakat sunda, jawa, desa, kota)
• Sosialisasi : Proses memainkan peranan sesuai yg diharapkan orang lain ( Provider,
konsultan, rourcer, edukator, ekpert)
• Enkulturisasi : Proses penanaman nilai budaya dari satu generasi ke generasi lainnya
seumur hidup ( Kata-kata, ucapan, permainan, suportifitas, disiplin, mengahragi prestasi,
perilaku, cerita, budaya pernihakan, selamatan dsb.

Kebudayaan rumah sakit


• Pasien
• Profesional
• Birokrat
• Masyarakat

101
Kebudayaan RS perspektif pasien
1. Tidak enak, harus bayar, tidak gratis,
2. Etiologi : naturalistik, memerangi penyakit ke dokter, persolaistik, disebabkan roh
jahat, salah makan, kuman, dsb.
3. Di negara lain : lebih enak jadi pasien, dapat makan teratur, diperhatikan, tempat
rekreasi, dibayar asuransi
4. Persepsi sehat sakit : Publik pain, menyatakan sakit, menyembunyikan sakit

Kebudayaan RS perspektif professional


• Ada kelainan sistem, organ, jaringan, sel, gangguan keseimbangan host, agent, environmen
• Ketidak seimbangan bio,psiko, sosio, cultural, spiritual
• Sehat kondinsi yang dinamis dan holistik, produktivitas
• Pelayanan profesional, SOP, standarisasi, butuh waktu, ilmu, teknologi, perhatian, istirahat,
pola makan, obat, adaptasi.
• Butuh biaya, alat, obat, sarana dan prasarana, SDM, pengembangan IPTEK

Kebudayaan RS perspektif Birokrasi


• Perlu pengaturan 6 M (man, money, material, market, machine, methoda)
• Perlu aturan yg jelas hak dan kewajiban
• Perlu pengembangan IPTEK dan SDM
• Perlu pemahaman budaya kerja, nilai, norma, hukum.
• Perlu sosialisasi, pendidikan, pembelajaran, pemahaman, managemen / pengaturan diri dan
orang lain

102
Perspektif trancultural nursing
• Metha theory
• Grand theory
• Midle theory
• Practice theory
Cultural shocial

Tidak berdaya, tidak mampu beradaptasi, ketidak nyamanan, disorientasi,

Menangis, meringis, meronta tertawa, minta doa, benda, kemenyan, dsb

Transcultural nursing
• Area wilayah keilmuan budaya yg fokus memandang perbedaan dan persamaan antara
budaya keperawatan meliputi perspektif sehat, sakit yg didasarkan pada nilai budaya
kemanusiaan, kepercayaan dan tindakan yg digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan manusia secara utuh (Leininger, 2002)

Tujuannya keperawatan transkultural


• Mengidentifikasi, menguji, memahami keperawatan dari aspek budaya yg spesifik dari
pasien dan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
• Asumsi yang dikembangkan : Perilaku Caring yaitu memahami manusia dg sentuhan kasih
sayang, empati, human caring dan tulus ikhlas.
• Human caring diekpresikan dalam perasaan, ucapan, perbuatan yg memandang manusia
secara utuh dan memanusiakan manusia.

Konsep trancultural nursing


1. Human caring keperawatan transkultur berfokus untuk kepentingan kesehatan,
penyembuhan, dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, dan lembaga.
2. Setiap budaya memiliki kepercayaan tertentu, nilai, dan pola kepedulian dan
penyembuhan yang perlu ditemukan, dipahami, dan digunakan dalam merawat orang-
orang dari budaya yang berbeda-beda atau mirip.
3. Keperawatan transcultural pengetahuan dan kompetensi yang imperatif untuk
memberikan makna, kongruen, aman, dan menguntungkan praktek perawatan
kesehatan. Ini adalah hak asasi manusia yang kebudayaan memiliki nilai-nilai peduli
budaya mereka, kepercayaan, dan praktek-praktek dihormati dan merenung
dimasukkan ke dalam perawatan dan layanan kesehatan.
4. Budaya dan kesehatan perawatan berdasarkan kepercayaan dan praktek-praktek
kesehatan bervariasi di barat dan non-budaya barat dan dapat berubah dari waktu ke
waktu.
5. Komparatif pengalaman perawatan budaya, makna, nilai, dan pola budaya perawatan
sumber dasar pengetahuan keperawatan lintas untuk menuntun keputusan menyusui.
6. Generic (emik, folk) dan profesional (etik) pengetahuan dan praktik perawatan sering
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dasar yang perlu dinilai dan
dipahami sebelum menggunakan informasi dalam perawatan klien.

103
Karakteristik budaya (Leininger, 1978)
1. Pengalaman yg bersufat universal sehingga tidak ada budaya yg sama persis
2. Budaya bersifat stabil , dimanis, diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya
sehingga mengalami perubahan
3. Budaya diisi dan ditentukan kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari

Konsep budaya dalam transcultural


1. Budaya adalah norma, tidakan yg dipelajari yg memberi petunjuk berfikir, bertindak
dalam mengambil keputusan
2. Nilai budaya adalah keinginan yg dipertahankan pada waktu tertentu yg mela ndasi
keputusan
3. Perbedaan budaya dalam asuhan mengacu yg dibutuhkan berupa menghargai nilai
individu, kepercayaan, tindakan, kepekaan lingkungan
4. Etnosentris adalah persepsi yg dimiliki individu menganggap budayanya yg terbaik
5. Etnis adalah berkaitan ras, klompok budaya, digolongkan menurut ciri, kebiasaan,
kelaziman.
6. Ras adalah perbedaan macam nanusia didasarkan karakteristik fisik, piqmen, bentuk
tubuh, wajah, bulu, ukuran tertentu.
7. Etnografi adalah ilmu yg memprelajari budaya
8. Care adalah fenomena yg berhubungan bantuan, bimbingan perilaku pada individu,
klompok untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas kehidupan
9. Caring adalah tindakan langsung dalam asuhan perawatan yg membimbing,
membantu, mengantisipasi kebutuhan
10. Cultural care : kemampuan kognitif, afektif, dalam menilai kepercayaan, ekpresi yg
digunakan dalam membantu pasien
11. Cultural imposition adalah Kecendrungan tenaga kesehatan memaksakan praktik,
nilai diatas budaya dan kepercayaan pada orang lain

Paradigma trancultural
• Manusia
• Sehat
• Lingkungan
• Keperawatan

Manusia
1. Individu, kluarga, klompok yg memiliki nilai dan norma
2. Digunakan dalam menetapkan pilihan dan keputusan
3. Memiliki kecendrungan mempertahankan budayanya dimanapun berada

Sehat
• Keseluruhan yg mengisi aktivitas kehidupan
• Terletak rentang sehat dan sakit

104
• Merupakan keyakinan, nilai, pola kegiatan yg digunakan dalam enjaga dan memelihara
keadaan seimbang
• Dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari
• Klien dan perawat mempunyai tujuan yg sama mempertahankan kesehatan dalam rentang
sehat-sakit

Lingkungan
• Keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayan dan perilaku klien
• Totalitas kehidupan dimana klien berinteraksi dg budayanya dalam bentuk fisik, sosial dan
simbolik
• Terdapat tata kelakuan, aturan, struktur, , simbol, sosialisasi, dan rasa aman, memiliki,
terisolasi.

Keperawatan
• Merupakan proses rangkaian praktik yg diberikan pada klien dg latar belakang budaya
untuk mewujudkan kemandirian individu sesuai budaya yg diyakini
• Meliputi : Pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, evaluasi

105
MATERI XIII DAN XXII
MAKANAN,KEBUDAYAAN DAN ANTROPOLOGI GIZI

Gizi adalahsuatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara


normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan
dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat
seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang
perlu mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup
mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya
makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang
beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh
baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna
makananyaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur.
Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis
makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan
yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang,
sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat
menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-
kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging,
susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini
mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya
fungsi organ-organ tubuh.
B. Penilaian Status Gizi
Status gizi adalahEkspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh gondok endemik merupakan
keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Macam-macam penilaian status gizi
1. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
a. Antropometri
1) Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi,
maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

106
2) Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
3) Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh.
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko
terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk
mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan sehari-hari yang
lebih seimbang dan cara lain yang sehat.
Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan
pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun
dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT = ——————————————————-
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai
berikut:

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <>
Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang berat badannya yaitu :
jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) jika 2500 – 3900
gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih.

107
MATERI XXIII
SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN

Sistem rujukan merupakan permasalahan yang belum terselesaikan dalam sistem


kesehatan kita. Dalam sistem rujukan yang ideal, pasien mengunjungi layanan kesehatan
tingkat pertama, yang dimulai dari puskesmas dan jaringannya atau layanan kesehatan tingkat
pertama lainnya terlebih dahulu sebelum menuju ke layanan kesehatan di tingkat kedua
ataupun tingkat ketiga, yang terdiri dari Rumah Sakit kelas D sampai kelas A. Dengan
demikian sejak awal pasien dengan kasus ringan sudah dapat disaring pada layanan
kesehatan tingkat dasar dan yang tidak dapat ditangani di tingkat dasar di rujuk ke layanan
kesehatan tingkat selanjutnya secara berjenjang. Kondisi ini akan membentuk suatu piramida
berjenjang yang mengerucut pada tingkat tertinggi pada Rumah Sakit Kelas A.

Namun dalam praktiknya kondisi ideal ini tidak terjadi dalam pelayanan kesehatan di
Indonesia termasuk di Jawa Timur. Masih banyak dijumpai menumpuknya pasien pada
Rumah Sakit rujukan tingkat ketiga dengan kasus-kasus yang sebenarnya bisa diselesaikan di
Rumah Sakit tingkat dibawahnya. Hal ini merupakan permasalahan yang tidak saja
merugikan secara finansial tetapi juga akan berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan
serta akan berpengaruh terhadap capaian kinerja di bidang kesehatan secara keseluruhan.
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap pelaksanaan sistem rujukan adalah:
1. Kebijakan tentang sistem rujukan belum dipatuhi
2. Aksesibilitas yang tidak merata karena masalah geografi
3. Ketimpangan ketersediaan Sumber Daya Kesehatan yang ada
4. Logistik dan bantuan teknis yang tidak memadai
5. Ketimpangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan antar tenaga kesehatan yang
tersedia
6. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sistem rujukan

Dalam kaitan inilah pedoman ini disusun agar terjadi keseimbangan pelayanan kesehatan
antar fasilitas kesehatan, masyarakat mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya pada
fasilitas kesehatan yang sesuai. Pedoman ini tidak dimaksudkan untuk mengurangi
kewenangan klinis dari dokter spesialis yang bekerja pada pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan yang memiliki fasilitas dan ketrampilan yang lebih kompleks.

108
MATERI XXIV
PENGANTAR SOSIOLOGI

A. PENGERTIAN SOSIOLOGI MENURUT PARA AHLI


1. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang
mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana
fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
2. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-
proses sosial termasuk perubahan sosial.
3. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang
bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
4. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku social
anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok
dan kondisi.
5. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam
kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang
dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
6. Menurut Roucek & Waren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok
sosial.
7. Menurut Soerjono Soekanto
Sosiologi adalah ilmu yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-
pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat umum.

8. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral),
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
9. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompokkelompok.
10. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu
organisasi sosial.
11. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil.

109
12. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
13. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan
produk kehidupan kelompok tersebut.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Kesimpulannya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu
dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat. Selain itu,
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-
pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertianpengertian umum,
rasional, empiris serta bersifat umum.
14. AUGUSTE COMTE
Sosiologi adalah Suatu disiplin ilmu yang bersifat positif yaitu mempelajari gejala-gejala
dalam masyarakat yang didasarkan pada pemikiran yang bersifat rasional dan ilmiah.
15. MAX WEBER
Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang tindakan social atau perilaku-perilaku
manusia
16. EMILE DURKHEIM
Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari fakta-fakta social yaitu fakta-fakta atau
kenyataan yang berisikan cara bertindak, cara perpikir dan cara merasakan sesuatu.
17. HERBERT SPENCER
Sosiologi adalah Ilmu yang menyelidiki tentang susunan-susunan dan proses kehidupan
social sebagai suatu keseluruhan / suatu sistem.
18. PITIRIM SOROKIN
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala social
(misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hokum dengan
ekonomi; gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya)
2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-
sosial (misalnya gejala geografis, biologis,dan sebagainya)
3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial lain.
19. RAOUCEK & WARREN
Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-
kelompok social
20. WILLIAM F. OGBURN & MAYER F. NIMKOFF
Sosiologi adalah Penelitian secara ilmiah terhadap interaksi social dan hasil-hasil dari
interaksi tersebut
21. J.A.A. VAN DORN & C.J. LAMMERS
Sosiologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang struktur dan proses- proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil.
22. PAUL B. HORTON
Sosiologi adalah Ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok-
kelompok masyarakat dan produk/hasil dari kehidupan kelompok tertentu
23. MAC IVER

110
Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang hubungan-hubungan social yang terjadi
dalam masyarakat
24. J. GILLIN
Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari interaksi yang timbul di dalam masyarakat
25. P.J. BAOUMAN
Sosiologi adalah Ilmu pengetahuan tentang manusia dan hubungan-hubungan antar
golongan manusia
26. Mr. J. BIERENS De HAAN
Sosiologi adalah Ilmu pengetahuan tentang masyarakat manusia, baik mengenai
hakekatnya, susunannya, hubungannya, kodrat-kodrat yang menggerakkannya, mengenai
kesehatan dan perkembangan masyarakat.
27. GEORGE SIMMEL
Sosiologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari perhubungan sesama manusia
(Human Relationship )
28. LESTER FRANK WARD
Sosiologi adalah Ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk meneliti kemajuan-kemajuan
manusia dan apa saja yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya.
29. WILLIAM KORNBLUM
Sosiologi adalah Suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku-perilaku
anggotanya yang menjadikannya masyarakat yang bersangkutan ke dalam berbagai
kelompok-kelompok dan berbagai kondisi-kondisi
30. ALLAN JOHNSON
Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam
kaitannya dengan suatu system social dan bagaimana system tersebut mempengaruhi
individu dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi system itu.
31. VANDER ZANDEN
Sosiologi adalah Studi ilmiah tentang interaksi manusia di masyarakat.
32. ANTHONY GIDDENS
Sosiologi adalah Studi tentang kehidupan social manusia, kelompok-kelompok manusia
dan masyarakat.
33. MAYOR POLAK
Sosiologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan
yakni hubungan diantara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok
dengan kelompok.
34. SELO SOEMARDJAN & SOELAEMAN SOEMARDI
Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-
proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur Sosial adalah keseluruhan
jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma
sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial.
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama,
umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidpuan
politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan
agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya.
35. SOERJONO SOEKANTO

111
Sosiologi adalah Ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang
bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
36. HASSAN SHADILY
Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang hidup bersama dalam masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba
mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta
perubahannya.
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam kajian sosiologi banyak menelaah
fenomena-fenomena yang ada dimasyarakat, seperti; norma-norma, kelompok-kelompok
sosial, stratifikasi dalam masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan, proses-proses sosial,
perubahan sosial, kebudayaan dan lain sebagainya. Dalam realitanya kondisi ideal yang
diharapkan masyarakat itu tidaklah sepenuhnya berjalan normal, dalam arti bayak fenomena
abnormal terjadi secara patologis, yang dapat disebabkan oleh tidak berfungsinya unsur-unsur
yang ada pada masyarakat tersebut. Fenomena-fenomena kekecewaan dan penderitaan
masyarakat tersebut dinamakan problema-problema sosial yang berhubungan
erat dengan nilai-nilai sosial Dengan demikian kegunaan sosiologi secara praktis dapat
berfungsi untuk mengetahui, mengidentifikasi, dan mengatasi problema-problema social
(Soekanto, 1986: 339-340).
Adapun beberapa problema sosial tersebut, dilihat fokus kajiannya secara makro
dapat dibedakan berdasarkan bidang-bidang keilmuannya. Sebagai contoh problemaproblema
yang berasal dari faktor ekonomi seperti; kemiskinan dan pengangguran. Problema sosial
yang disebabkan oleh faktor kesehatan, misalnya; terjangkitnya penyakit menular, rendahnya
angka harapan hidup, serta tingginya angka kematian. Problema social yang disebabkan oleh
faktor psikologis misalnya meningkatnya fenomena neurosis (sakit syaraf), tingginya
penderita stress, dan sebagainya. Lain lagi dengan problema sosial yang disebabkan oleh
faktor politik, misalnya; tersumbatnya aspirasi politik massa, meningkatnya sistem
pemerintahan yang otoriter, ataupun tidak berfungsinya lembaga-lembaga tinggi negara
(legislatif, eksekutif, maupun yudikatif). Sedangkan problema sosial yang disebabkan oleh
faktor hukum misalnya; meningkatnya angka kejahatan, korupsi, perkelahian, perkosaan,
delinkuensi remaja, dan bentuk-kriminalitas lainnya termasuk ―white-collar crime‖ yang
sedang marak belakangan ini.
Dari sisi fokus kajian mikro, sosiologi juga berfungsi dalam memberikan informasi
untuk mengatasi masalah-masalah keluarga, seperti disorganisasi keluarga. Pengertian
disorganisasi keluarga seperti yang dikatakan Goode (1964; 391), yaitu sebagai perpecahan
dalam keluarga sebagai suatu unit. Perpecahan tersebut disebabkan oleh adanya kegagalan
anggota-anggota keluarganya dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan
peran sosialnya. Adapun bentuk-bentuk disorganisasi keluarga tersebut bisa berupa; unit
keluarga yang tidak lengkap, perceraian atau putusnya perkawinan, adanya empty shell
family, krisis keluarga, dan sebagainya.
B. Sosiologi Sebagai Ilmu Obvious (Nyata)
Banyak orang sering memperdebatkan tentang sifat ilmu sosiologi itu. Tidak sedikit
yang mengemukakan bahwa sosiologi sebagaimana layaknya ilmu sosial, tidak jauh berbeda
dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Tetapi di balik itu semua nampak juga yang menekankan

112
bahwa jika sosiologi ingin tetap merupakan sebuah ilmu pengetahuan, maka harus merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang jelas nyata (Poepenoe, 1983:5).
Para ahli sosiologi, sering berkata, kita banyak menghabiskan uang untuk
"menemukan" apa yang sebetulnya hampir semua orang telah mengetahuinya. Keberadaan
masalah ini disebabkan oleh karena dalam sosiologi dihadapkan dengan dunia masyarakat
yang sebetulnya tidak begitu aneh, di mana orang-orang yang secara umum sudah akrab
ataupun mengenalnya konsep-konsep yang diperkenalkan dalam bidang sosiologi.
Sebaliknya, sebagai pembanding, dalam pokokkajian pada kelompok ilmu-ilmu kealaman
adalah sering berada di luar dunia dari pengalaman kita sehari-hari. Maka untuk menjawab
atas permasalahan dalam ilmu pengetahuan alam, hal yang paling sering bahwa temuan
kajian itu memberikan dalam ungkapan bahasa dan simbol-simbol di mana kebanyakan orang
hampir tidak memahaminya atau benar-benar dibawa dalam pengenalan konsep yang benar-
benera baru.
Sekali lagi, penyebabnya hanyalah bidang kajian dalam sosiologi adalah hal-hal yang
terbiasa kita kenal. Oleh karena itu implikasinya dari karena ‗sudah biasa‘ dan familiar itu
maka untuk memperoleh sesuatu yang ‗baru‘ itu harus ditelitinya secara ekstrim dengan
sangat seksama dan hati-hati. Adanya pernyataan-pernyataan yang menekankan pentingnya
akal sehat (common-sense), dan pertimbangan atau pemikiran (reasoning) memberikan
dukungannya terhadap sosiologi, memang tidak boleh diabaikan tetapi juga sering
menyesatkan.
Dalam hal ini, ambil, sebagai contoh permasalahan dalam ‗bunuh diri‘, yang telah
menjadi penyebab kedua terbanyak tentang faktor penyebab kematian (setelah kecelakaan) di
antara anak-anak muda di Amerika Serikat. Secara akal sehat dan berdasarkan pertmbangan-
pertimbangan, anda akan katakan bahwa meningkatnya bunuh diri di Amerika Serikat,
berkaitan dengan:
1. Penyebab di mana hal itu merupakan semacam suatu waktu depresi tahunan, orang-orang
lebih banyak melakukan bunuh diri pada waktu musim dingin dibanding musim panas.
2. Sebab mereka adalah yang orang-orang yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi, obat-
obatan, dihimpit masalah seks; dan di sini kaum wanita lebih tinggi untuk melakukan bunuh
diri daripada laki-laki.
3. Lebih banyak orang-orang yang muda yang melakukan bunuh diri dibanding orang-orang
tua. Di mana yang muda, penyebab stress dan ketidak-pastian hidup adalah jauh lebih besar.
4. Dalam kaitannya dengan ketidaksamaan dan diskriminasi, kulit hitam mempunyai suatu
tingkat bunuh diri lebih tinggi dibanding dengan kulit putih, tiap tahunnya.
5. Kondisi kehidupan yang miskin, tingkat angka bunuh diri di negara berkembang adalah
jauh lebih tinggi dibanding dengan masyarakat industri maju.
Ternyata riset sosiologi telah menunjukkan masing-masing pernyataan tersebut
merupakan jawaban-jawaban yang semu ataupun palsu (Gibbs, 1968).
Angka bunuh diri adalah lebih tinggi sepanjang bulan musim panas dibanding musim
dingin. Pada sebagian lagi, hal ini adalah disebabkan orang-orang merasa depresi ketika
cuaca yang panas dan sesuatu yang ia harapkan untuk menikmati waktu bersenag-senang ia
yang ia sangat nantikan ternyata ibarat mendaki yang terjal di bebatuan.. Karena sejumlah
pertimbangan dan pikiran akal sehat kita, ternyata angka bunuh diri kaum laki-laki jauh lebih
tinggi dibanding perempuan. (walaupun kaum wanita mencoba bunuh diri lebih sering

113
disbanding yang dilakukan laki-laki). Tingkat bunuh diri yang dilakukan kaum tua juga lebih
tinggi daripada yang muda, di mana sebagian disebabkan oleh kesehatan yang sakit-sakitan.
Dan tingkat bunuh diri di antara kulit hitam dan di negara berkembang secara relatif adalah
rendah. Mungkin nampak aneh kedegarannya, tetapi bukti menunjukkan bahwa tingkat bunuh
diri adalah jauh lebih tinggi dari mereka, di mana umumnya adalah negara-negara yang
makmur dan rata-rata berpendidikan cukup baik.
Bukti-bukti adanya peningkatan yang tajam dalam bunuh diri bahwa terjadi ketika
masyarakat menjadi lebih maju, fakta ini dikumpulkan pertama kali secara sistematis oleh
salah seorang pendiri sosiologi, Emile Durkheim (1858-1917). ―Suicide‖ judul bukunya itu
(1897) adalah salah seorang dari pelopor studi ilmiah dalam sosiologi. Studi bunuh diri sejak
itu telah menjadi suatu bidang kajian riset yang penting dan menarik, sering mengejutkan dan
menemukan hal-hal yang aneh seperti tulisan Durheim..Apa yang dapat kita pelajari dari
pernyataan tentang bunuh diri tersebut?. Pernyataan akal-sehat dan pertimbangan ataupun
pemikiran yang beralasan untuk mendukungnya, ternyata dapat menyesatkan ⎯ dan sering hal
itu terjadi. Di situlah sosiologi sebagai science of the obvious hanya bisa dilakukan melalui
kajian-kajian yang penuh kehati-hatian dan obyektif, bahwa kita dapat mengetahui dengan
penuh percaya diri dalam menjawab banyak pertanyaan tentang tingkah laku manusia dan
masyarakat kita.

114
MATERI XXV
INTERAKSI SOSIAL DAN KLASIFIKASI

A. PENGERTIAN
Homans ( dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika
suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau
hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.
Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah
suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi
tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
Sedangkan menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang
masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan
masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga dikemukan
oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu
sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu
sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang
bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
Pengertian Interaksi sosial menurut Bonner ( dalam Ali, 2004) merupakan suatu
hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi,
mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
1. Astrid S.Susanto
Interaksi social yaitu hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada
akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social.
3. Kimball Young dan Paymond W.Mack
Yaitu hubungan social yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu,antara
individu dangan kelompok, kelompok dengan kelompok lainnya.
4. Soerjono Soekanto
Yaitu proses social yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan social yang dinamis
mencakup hubungan antara individu,antara kelompok/individu dengan kelompok.
5. Maryati dan Suryawati
Yaitu kontak hubungan timbal balik/interstimulasi dan respon antara individu,antara
kelompok/individu dengan kelompok.
6. Murdiyatmoko dan Handayani
Yaitu hubungan antara manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh memengaruhi
yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan struktur social.
Pengertian Interkasi sosial menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa,
interaksi adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-masing
orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih
dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling
mempengaruhi.
B. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Syarat terjadinya interaksi sosial terdiri atas kontak sosial dan komunikasi sosial.
Kontak sosial tidak hanya dengan bersentuhan fisik. Dengan perkembangan tehnologi
manusia dapat berhubungan tanpa bersentuhan, misalnya melalui telepon, telegrap dan lain-

115
lain. Komunikasi dapat diartikan jika seseorang dapat memberi arti pada perilaku orang lain
atau perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
C. Sumber-Sumber Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi,
sugesti, simpati, identifikasi dan empati.
1. Imitasi merupakan suatu tindakan sosial seseorang untuk meniru sikap, tindakan,
atau tingkah laku dan penampilan fisik seseorang.
2. Sugesti merupakan rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang
kepada orang lain sehingga ia melaksanakan apa yang disugestikan tanpa berfikir
rasional.
3. Simpati merupakan suatu sikap seseorang yang merasa tertarik kepada orang lain
karena penampilan,kebijaksanaan atau pola pikirnya sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut oleh orang yang menaruh simpati.
4. Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan serupa dengan orang
lain yang ditiru (idolanya)
5. Empati merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami oleh orang
lain. Proses empati biasanya ikut serta merasakan penderitaan orang lain.
Jika proses interaksi sosial tidak terjadi secara maksimal akan menyebabkan terjadinya
kehidupan yang terasing. Faktor yang menyebabkan kehidupan terasing misalnya sengaja
dikucilkan dari lingkungannya, mengalami cacat, pengaruh perbedaan ras dan perbedaan
budaya.
D. Bentuk Interaksi Sosial
Ada beberapa bentuk Interaksi Sosial menurut Park dan Burgess (Santosa,2004:12)
Bentuk Interaksi Sosial dapat berupa:
1. Kerja sama
Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orangorang atau kelompok-
kelompok bekerja sama Bantumembantu untuk mencapai tujuan bersama. Misal,
gotongroyong membersihkan halaman sekolah.
2. Persaingan
Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orangorang atau kelompok-
kelompok berlomba meraih tujuan yang sama.
3. Pertentangan.
Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial yang berupa perjuangan yang langsung
dan sadar antara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan
yang sama.
4. Persesuaian
Persesuaian ialah proses penyesuaian dimana orang- orang atau kelompok- kelompok
yang sedang bertentangan bersepakat untuk menyudahi pertentangan tersebut atau setuju
untuk mencegah pertentangan yang berlarut- larut dengan melakukan interaksi damai baik
bersifat sementara maupun bersifat kekal. Selain itu akomodasi juga mempunyai arti yang
lebih luas yaitu, penyesuaian antara orang yang satu dengan orang yang lain, antara seseorang
dengan kelompok, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
5. Perpaduan

116
Perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan
usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara individu atau Kelompok. Dan
juga merupakan usaha- usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses
mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat
dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :
a. Interaksi sosial yang asosiatif, yaitu interaksi yang mengarah kepada bentuk-bentuk
asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
1) Kerja sama
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai
tujuan bersama.
2) Akomodasi
Suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan
kelompok – kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
3) Asimilasi
Proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka
waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan
wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
4) Akulturasi
Proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur – unsur dari suatu
kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur – unsur kebudayaan
asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
b. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yaitu interaksi yang mengarah kepada bentuk –
bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
1. Persaingan
Suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar
memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman
ataubenturanfisikdipihaklawannya.
2. Kontravensi
Bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau
konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi
maupun secara terang – terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok
atau terhadap unsur – unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat
berubah menjadi kebencian akan tetapitidaksampaimenjadipertentanganataukonflik.
1. Konflik
Proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat
adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga
menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi
sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

117
Setidaknya ada dua macam bentuk interaksi sosial sebagai wujud proses sosial dalam
kehidupan masyarakat. Dua bentukproses interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan proses
disosiatif.
1. Proses asosiatif
Proses asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat meningkatkanhubungan
solidaritas antarindividu. Kerjasama (cooperation)Kerjasama merupakan bentuk interaksi
sosial yang utama. Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara
perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Kerjasama ini semakin menguat apabila ada tantangan dari luar kelompoknya.
Kerjasama bisa timbul jika terjadi hal-hal berikut :
1) Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama.
2) Kedua belah pihak memiliki sumbangan atau kontribusi untuk memenuhi kepentingan
mereka melalui kerjasama.
Kerjasama merupakan bentuk proses sosial yang baik, tetapi bukan kerjasama dalam
hal yang negatif, seperti kerjasama ketika para siswa sedang melaku-kan ulangan atau ujian.
Apakah kamu melihat ada bentuk kerjasama yang lain di lingkunganmu? Ada beberapa
bentuk kerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan iru antara lain sebagai berikut :
a. Kerukunan
Kerukunan adalah hidup berdampingan secara damai dan melakukan kerjasama
secara bersama-sama. Kerukunan dapat ditunjukkan dari kegiatan kerja bakti yang dilakukan
warga atau secara bergiliran melakukan ronda untuk menjaga keamanan kampung.
Kerukunan pada intinya mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
b. Tawar-menawar (bargaining)
Tawar-menawar adalah bentuk perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara
dua organisasi atau lebih.
c. Kooptasi
Kooptasi adalah kerjasama dalam bentuk mau menerima pendapat atau ide orang atau
kelompok lain. Hal itu diperlukan agar kerjasama dapat berlanjut dengan baik.
d. Koalisi
Koalisi adalah bentuk kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
kesamaan tujuan. Koalisi dilakukan agar memperoleh hasil yang lebih besar.
e. Joint venture
Joint venture adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh beberapa perusahaan.
Dengan joint venture diharapkan hasil atau keuntungan yang diperoleh dari sebuah usaha
akan lebih besar.
Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu yang menunjuk pada suatu keadaan dan
yang menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti
adanya suatu keseimbanga dalam interaksi di antara orang-orang, yang kaitan dengan norma-
norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan sebagai suatu
proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Akomodasi mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengurangi pertentangan.
2. Mencegah pertentangan untuk sementara.
3. Memungkinkan terjadinya kerjasama.

118
4. Mengusahakan peleburan antara kelompok sosia
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Ada beberapa
bentuk akomodasi. Bentuk-bentuk akomodasi tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Paksaan (coercion)
Paksaan merupakan bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
unsuur paksaan. Paksaan merupakan bentuk akomodasi dengan salah satu pihak
berada dalam keadaan yang lemah dibandingkan dengan pihak lawan.
2) Kompromi
Kompromi adalah bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang
ada.
3) Penengah (arbitration)
Adanya penengah (arbitration) atau pihak ketiga merupakan suatu cara unruk
mencapai kompromi apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapai
penyelesaian. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua
belah pihak yang bertentangan.
4) Mediasi
Mediasi menyerupai penengah. Pada mediasi hadirnya pihak ketiga hanya sebagai
penasihat belaka. Tugas pihak ketiga adalah memberi nasihat agar para pihak yang
bertikai menemukan penye¬lesaian untuk selanjutnya melakukan perdamaian.
5) Konsilisasi
Konsilisasi adalah suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak
yang berselisih demi tercapainya suatu tujuan bersama.
6) Kesabaran
Kesabaran suatu bentuk akomodasi tanpa persetuju-an yang resmi. Pada usaha ini
pihak yang berselisih menyadari betapa berselisih itu tidak bermanfaat. Secara
perlahan-lahan perselisihan diharapkan akan hilang atau setidaknya berkurang.
7) Terperangkap (skakmat)
Terperangkap hingga tak dapat bergerak lagi adalah suatu bentuk akomodasi di mana
dua pihak yang sedang berselisih yang mempunyai kekuatan seimbang berhenti pada
suatu titik tertentu.
8) Keputusan pengadilan
Keputusan pengadilan adalah penye¬lesaian perselisihan melalui jalan pengadilan.
Hal ini dilakukan karena kedua belah pihak mengalami kesulitan mencari jalan damai.
Asimilasi adalah penyesuaian sifat-sifat asli yang dimiliki dengan sifat-sifat sekitar.
Dalam hal prose? sosial, asimilasi berkaitan dengan peleburan perbeda-an budaya. Proses
asimilasi bisa terj adi bila terdapat hal-hal berikut :
1. Perbedaan kebudayaan kelompok-kelompok manusia.
2. Terjadi pergaulan secara langsung dan intensif.
3. Ada perubahan kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia dan saling
menyesuaikan diri.
Beberapa faktor yang mempermudah asimilasi adalah toleransi, sikap menghargai orang
asing, sikap terbuka yang dimiliki para pemimpin, per-samaan unsur-unsur kebudayaan, dan

119
kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
2. Proses disosiatif
Proses disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat merenggangkan hubungan
solidaritas antarindividu. Proses disosiatif meliputi persaingan, kontravensi, dan konflik.
a. Persaingan (competition)
Persaingan adalah proses sosial dimana individu atau kelompok manusia bersaing
mencari keuntungan melalui suatu bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi
pusat perhatian umum, dengar. cara menarik perhatian publik atau mem-pertajam prasangka
yang ada, tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Beberapa bentuk persaingan antara
lain persaingan ekonomi, persaingan kebu¬dayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta
persaingan ras.
b. Kontravensi (contravention)
Pada hakikatnya kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang
tersembunyi terhadap orang-orang lain atau unsur-unsur kebudayaan £olongan tertentu, yang
dapat berubah menjadi ^encian, tetapi tidak sampai pada pertentangan pertikaian. Secara
umum, bentuk kontravensi meliputi penolakan, keengganan, perlawanan, per-buatan
menghalang-halangi, protes, dan mengecewa-kan rencana pihak lain.
c. Pertentangan/pertikaian (conflict)
Interaksi sosial dalam bentuk pertentangan atau pertikaian terjadi jika masing-masing
pihak yang sedang mengadakan interaksi, tidak menemukan kesepahaman mengenai sesuatu,
kemudian berlanjut menjadi adu kekuatan, lalu timbul adanya pertentangan atau pertikaian.
Pertentangan atau pertikaian tersebut dapat bersifat sementara atau terus-menerus.
E. Fungsi Interaksi Sosial
fungsi dan peranan sosial manusia ( terjadinya interaksi sosial )
1. Manusia sebagai makhluk individu
2. Manusia sebagai makhluk sosial
3. Manusia sebagai makhluk berketuhanan
Untuk mengemban ketiga fungsi, identitas dan peranan sosial tersebut manusia
mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri,
dengan orang lain dan dengan tuhannya. Hal inilah yang mendasari terjadinya interaksi antara
manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.

120
A. Teori perubahan sosial menurut beberapa ahli, antara lain:
1. Pitirim A. Sorokin
Seorang ahli sosiologi Rusia yang pindah ke Amerika Serikat. Ia merupakan penganut
Teori Siklus. Ia berpandangan bahwa semua peradaban besar di dunia berada dalam siklus 3
sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir, yaitu:
a. ―kebudayaan ideasional‖
Didasari oleh nilai dan kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supranatural).Kebudayaan
idealistis. Perpaduan antara unsur kepercayaan terhadap unsur adikodrati dan rasionalitas
berdasar fakta dalam membentuk masyarakat ideal.
b. Kebudayaan sensasi
Sensasi menjadi tolak ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
Dalam ―Social and Cultural Dynamics‖, Sorokin menilai peradaban modern adalah
peradaban yang rapuh dan tidak lama lagi akan runtuh dan selanjutnya berubah menjadi
kebudayaan ideasional yang baru. Dalam suatu perubahan yang terpenting adalah tentang
proses sosial yang saling berkaitan. Sorokin juga memberikan pengertian tentang proses
sosial yaitu sebuah perubahan subyek tertentu dalam perjalanan waktu, entah itu perubahan
tempatnya dalam ruang atau modifikasi aspek kuantitatif atau kualitatifnya.
2. Arnold Toynbee
Seorang sejarawan Inggris yang juga menilai bahwa peradaban besar berada dalam
siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan kematian. Menurut Toynbee, ke-21 (dua
puluh satu) peradaban besar muncul untuk menjawab tantangan tertentu tapi semuanya telah
punah, kecuali peradaban barat yang dewasa ini menuju ke tahap kepunahan (1935 – 1961).
3. William F. Ogburn
Seorang sosiologi Amerika, merupakan ilmuan pertama yang melakukan penelitian
terinci menyangkut proses perubahan sosial.
William F. Ogburn juga menyatakan bahwa perubahan sosial mencakup unsur-unsur
kebudayaan baik material maupun non material. Ogburn berpendapat bahwa budaya material
berubah lebih cepat dibandingkan dengan budaya non material yang dapat menyebabkan
terjadinya cultural lag.
4. Neil Smelsel
Memberikan pendekatan yang lebih komprehensif dalam munculnya perilaku
kolektif, menurutnya ada 6 syarat pra kondisi yang harus terjadi yaitu struktural (structural
conduciveness), ketegangan struktural (structural strain), munculnya dan penyebaran
pandangan, faktor pemercepat, dan mobilitas tindakan.
5. Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun mencetus pemikiran baru apabila menyatakan sistem sosial manusia
berubah mengikut kemampuannya berfikir, keadaan muka bumi persekitaran mereka,
pengaruh iklim, makanan, emosi serta jiwa manusia itu sendiri. Beliau juga berpendapat
institusi masyarakat berkembang mengikuti tahapnya dengan tertib bermula dengan tahap
primitif, pemilikan, diikuti tahap peradaban dan kemakmuran sebelum tahap kemunduran.
Pandangan Ibnu Khaldun dikagumi tokoh sejarah berketurunan Yahudi, yaitu Prof. Emeritus,
Dr. Bernerd Lewis yang menyifatkan tokoh ilmuwan itu sebagai ahli sejarah Arab yang hebat
pada zaman pertengahan. Demikian, Ibnu Khaldun tampil sendiri sebagai genius sejarah
terbesar dari Islam yang pertama melahirkan suatu konsepsi filosofis dan sosiologis tentang

121
sejarah. Jika dalam buku ―Ideas and History‖, Cromwell disebut sebagai ―Pembuat Sejarah‖
tetapi tak pernah menulis sejarah, maka Ibnu Khaldun adalah pembuat sejarah dan sekaligus
penulis sejarah.

6. Emile Durkheim
Melihat perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan
demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat
solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas
organistik.
7. Max Weber
Pada dasarnya melihat perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah akibat dari
pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini dicontohkan
masyarakat Eropa yang sekian lama terbelenggu oleh nilai Katolikisme Ortodoks, kemudian
berkembang pesat kehidupan sosial ekonominya atas dorongan dari nilai Protestanisme yang
dirasakan lebih rasional dan lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan modern.
8. Talcott Parsons
Melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Seperti para pendahulunya, Parsons juga
menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada
makhluk hidup. Komponen utama pemikiran Parsons adalah adanya proses diferensiasi.
Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang
berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat
yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh
dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat
dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang memandang optimis sebuah proses
perubahan sosial. Bahasan tentang struktural fungsional Parsons ini akan diawali dengan
empat fungsi yang penting untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan
kegiatan yang ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Parsons
menyampaikan empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar mampu bertahan,
yaitu:
1. Adaptasi, sebuah sistem harus mampu menanggulangi situasi eksternal yang gawat.
Sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Pencapaian, sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
3. Integrasi, sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi
komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi
penting lainnya.
4. Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki
motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang
motivasi.
B. Perubahan Sosial Menurut Para Ahli
Pengertian Perubahan Sosial Menurut Ahli
1. William F.Ogburn mengemukakan bahwa ―ruang lingkup perubahan-perubahan
sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial,
yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap
unsur-unsur immaterial‖.

122
2. Kingsley Davis mengartikan ―perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat‖.
3. MacIver mengatakan ―perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai
perubahanperubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai
perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial‖.
4. JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan ―perubahan-perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi
maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat‖.
5. Samuel Koenig mengatakan bahwa ―perubahan sosial menunjukkan pada
modifikasimodifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia‖.f. Definisi
lain adalah dari Selo Soemardjan. Rumusannya adalah ―segala perubahanperubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat,
yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan
pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat‖.
C. Ikatan Kelompok Dan Pemeliharaan Fungsi-Fungsi Konflik Sosial
Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan,
penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga
garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat
memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam
dunia sosial di sekelilingnya.
Seluruh fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok
yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Di dunia internasional kita dapat
melihat bagaimana, apakah dalam bentuk tindakan militer atau di meja perundingan
mampu menetapkan batas-batas geografis nasional. Dalam ruang lingkup yang lebih
kecil, oleh karena konflik kelompok-kelompok baru dapat lahir dan mengembangkan
identitas strukturalnya. Misalnya, pengesahan pemisahan gereja kaum tradisional (yang
memepertahankan praktek- praktek ajaran Katolik Pra-Konsili Vatican II) dan Gereja
Anglo- Katolik (yang berpisah dengan Gereja Episcopal mengenai masalah pentahbisan
wanita). Perang yang terjadi bertahun- tahun yang terjadi di Timur Tengah telah
memperkuat identitas kelompok Negara Arab dan Israel.
D. Katup Penyelamat
Katup penyelamat atau safety valve ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat
dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial. ―katup
penyelamat‖ membiarkan luapan permusuhan tersalur tanpa menghancurkan seluruh
struktur, konflik membantu ―membersihkan suasana‖ dalam kelompok yang sedang
kacau.
Coser melihat katup penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang meredakan
permusuhan, yang tanpa itu hubungan- hubungan di antara pihak-pihak yang
bertentangan akan semakin menajam. Katup Penyelamat ialah salah satu mekanisme
khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik
sosial. Katup penyelamat merupakan sebuah lembaga pengungkapan rasa tidak puas atas
sebuah sistem atau struktur. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Coser; lewat katup
penyelamat itu, permusuhan dihambat agar tidak berpaling melawan obyek aslinya.

123
Tetapi penggantian yang demikian mencakup juga biaya bagi sistem sosial maupun bagi
individu: mengurangi tekanan untuk menyempurnakan sistem untuk memenuhi kondisi-
kondisi yang sedang berubah maupun membendung ketegangan dalam diri individu,
menciptaan kemungkinan tumbuhnya ledakan-ledakan destruktif.
E. Konflik Realistis Dan Non Realistis
Dalam membahas berbagai situasi konflik Coser membedakan konflik yang realistis dan
yang tidak realistis.
1. Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang
terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan,
dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para
karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji
dinaikkan.
2. Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang
antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah
satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam
biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya
masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti
ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.
Banyak individu kelas menengah dan kelas pekerja menunjukkan prasangka terhadap
―orang-orang miskin penerima bantuan kesejahteraan sosial‖ (bumson welfare) melalui
penyalahgunaan pajak pendapatan yang diperoleh dengan susah payah. Tetapi yang
sebenarnya terjadi ialah bahwa sebagian besar pajak tersebut lebih banyak jatuh ke tangan
kaum kaya dalam bentuk subsidi atau secara tidak langsung melalui pemotongan pajak,
daripada dalam bentuk bantuan kesejahteraan bagi kaum miskin.
Dengan demikian dalam satu situasi bisa terdapat elemen-elemen konflik dan non-
realistis. Konflik realistis khususnya dapat diikuti oleh sentiment-sentimen yang secara
emosional mengalami distorsi oleh karena pengungkapan ketegangan tidak mungkin terjadi
dalam situasi konflik yang lain.
F. PermusuhanDalam Hubungan-Hubungan Sosial Yang Intim
Menurut Coser terdapat kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik reaistis tanpa
sikap permusuhan atau agresif. Sebagai contoh adalah: Dua pengacara yang selama masih
menjadi mahasiswa berteman erat. Kemudian setelah lulus dan menjadi pengacara
dihadapkan pada suatu masalah yang menuntut mereka untuk saling berhadapan di meja
hijau. Masing-masing secara agresif dan teliti melindungi kepentingan kliennya, tetapi setelah
meniggalkan persidangan mereka melupakan perbedaan dan pergi ke restoran untuk
membicarakan masa lalu. Contoh-contoh dimana konflik tidak diikuti oleh rasa permusuhan
biasanya terdapat pada hubungan-hubungan yang bersifat parsial atau segmented, daripada
hubungan yang melibatkan keseluruhan pribadi pada peserta.
Akan tetapi apabila konflik berkembang dalam hubungan- hubungan yang intim, maka
pemisahan (antara konflik realistis dan non-realistis) akan lebih sulit untuk dipertahankan.
Coser mennyatakan bahwa, semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih saying
yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk menekan ketimbang
mengungkapkan rasa permusuhan. Sedang pada hubungan- hubungan sekunder, seperti
misalnya dengan rekan bisnis, rasa permusuhan dapat relatif bebas diungkapkan. Hal ini tidak

124
selalu bisa terjadi dalam hubungan- hubungan primer dimana keterlibatan total para
partisipan membuat pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi
hubungan tersebut. Apabila konflik tersebut benar- benar melampaui batas sehingga
menyebabkan ledakan yang membahayakan hubungan tersebut. Contoh: Seperti konflik
antara suami dan istri, serta konflik sepasang kekasih.

G. Isu Fungsionalitas Konflik


Coser Mengutip hasil pengamatan Simmel yang meredakan ketegangan yang terjadi
dalam suatu kelompok. Dia menjelaskan bukti yang berasal dari hasil pengamatan
terhadap masyarakat Yahudi bahwa peningkatan konflik kelompok dapat dihubungkan
dengan peningkatan interaksi dengan masyarakat secara keseluruhan. Bila konflik dalam
kelompok tidak ada, berarti menunjukkan lemahnya integrasi kelompok tersebut dengan
masyarakat.
Dalam struktur besar atau kecil konflik in-group merupakan indikator adanya suatu
hubungan yang sehat. Coser sangat menentang para ahli sosiologi yang selalu melihat
konflik hanya dalam pandangan negatif saja. Perbedaan merupakan peristiwa normal
yang sebenarnya dapat memperkuat struktur sosial. Dengan demikian Coser menolak
pandangan bahwa ketiadaan konflik sebagai indikator dari kekuatan dan kestabilan suatu
hubungan.
H. Kondisi Yang Mempengaruhi Konflik Dengan Kelompok Luar Dan Struktur
Kelompok
Coser menunjukkan bahwa konflik dengan kelompok-luar akan membantu
pemantapan batas-batas struktural. Sebaliknya konflik dengan kelompok luar juga dapat
mempertinggi integrasi di dalam kelompok. Coser (1956:92-93) berpendapat bahwa
―tingkat konsensus kelompok sebelum konflik terjadi‖ merupakan hubungan timbal balik
paling penting dalam konteks apakah konflik dapat mempertinggi kohesi kelompok.
Coser menegaskan bahwa kohesi sosial dalam kelompok mirip sekte itu tergantung pada
penerimaan secara total selurh aspek-aspek kehidupan kelompok. Untuk kelangsungan
hidupnya kelompok ―mirip-sekte‖ dengan ikatan tangguh itu bisa tergantung pada musuh-
musuh luar. Konflik dengan kelompok-kelompok lain bisa saja mempunyai dasar yang
realistis, tetapi konflik ini sering (sebagaimana yang telah kita lihat dengan berbagai
hubungan emosional yang intim) berdasar atas isu yang non-realistis.
Coser mengutip berbagai contoh fenomena itu dari catatan-catatan historis mengenai
kelahiran serta perkembangan serikat-serikat buruh. Akan tetapi contoh yang sama dapat
diitemukan pada bangsa yang sedang berperang, pada kelahiran sekte keagamaan atau
diantara kelompok-kelompok politik ekstrim di suatu Negara. Sementara kontroversi
internal tidak dapat ditolerir, misalnya di antara kelompok-kelompok keagamaan mirip
sekte seperti “The Children of God”, perjuangan kelompok tersebut melawan kaum kafir
mungkin memperkuat kemampuannya untuk menarik serta memperahankan orang-orang
yang baru masuk agamanya. Bilamana perjuangan yang membawa kelompok demikian
untuk memperhatikan media perkabaran tiba-tiba terhenti, Coser mengatakan musuh-
musuh baru mungkin mencoba untuk lebih memperkuat perkembangan dan peningkaan
kohesi kelompok-kelompok yang demikian tak hanya mencapai identitas struktural lewat

125
oposisi dengan berbagai kelompok luar tetapi dalam perjuangannya juga mengalami
peningkatan integrasi dan kohesi.
Bilamana contoh tentang ―The Children of God‖ itu dilanjutkan maka kita dapat
melihat penjelasan dari proposisi yang berhubungan dengan ideology dan konflik. Para
anggota sekte terebut sering digambarkan sebagai kelompok fanatik. Singkatnya,
bilamana terdapat consensus dasar mengenai nilai-nilai inti yang ada dalam suatu
kelompok maka konflik dengan berbagai out-groups dapat memperkuat kohesi internal
suatu kelompok. Coser menyatakan bahwa kelompok-kelompok pejuang yang diorganisir
secara kaku mencari musuh demi mempermudah kesatuan dan kohesi mereka.
Dengan demikian jelas bahwa fungsionalisme tahun 1950-an, yang terfokus pada
masalah integrasi, telah mengabaikan isu konflik di dalam masyarkat. Pendekatan ini
cenderung melihat konflik bersifat mersak dan memecahbelah. Coser menunjukkan
bahwa konflik dapat merupakan sarana bagi keseimbangan kekuatan, dan lewat sarana
demikian kelompok-kelompok kepentingan melangsungkan masyarakat.
I. Kritik Terhadap Strukturalisme Konflik
Walaupun Coser kadang-kadang ditempatkan di dalam satu paradigma yang berbeda
dari kaum fungsionalis struktural lainnya, tetapi lewat kajian cermat atas karyanya terlihat
bahwa Coser tetap memiliki komitmen dengan pandangan teoritis yang utama.
Sumbangan Coser pada teori yang tetap terikat pada tradisi fungsionalisme itu, walaupun
tidak seketat model naturalis, dapat dilihat dari asumsi-asumsi dasar tentang manusia dan
masyarakat yang implicit tercakup dalam teorinya. Coser mengatakan bahwa dia lebih
menganggap teori konflik sebagai teori parsial daripada sebagai pendekatan yang dapat
menjelaskan seluruh realitas sosial. Dia sependapat dengan Robin William yang
menyatakan ―masyarakat aktual terjalin bersama oleh konsensus, oleh saling
ketergantungan, oleh sosiabilitas dan oleh paksaan. Tugas yang sesungguhnya ialah
menunjukkan bagaimana berbagai proses serta struktur sosial aktual yang berjalan di sana
dapat diramalkan dan dijelaskan. Pandangan Coser tentang teori sosiologis adalah suatu
kesatuan pandangan yang mencakup teori-teori konflik maupun konsensus yang parsial.
Teori-teori parsial demikian itu merangsang para pengamat sehingga peka terhadap satu
atau lebih perangkat data yang relevan bagi penjelasan teoritis yang menyeluruh.
Dalam tradisi Durkheim, yang menekankan bahwa untuk menjelaskan fakta sosial,
sosiologi harus menggunakan fakt-fakta sosial lainnya, Coser mengetengahkan kebutuhan
teori sosiologis yang menggunakan indikator obyektif untuk menjelaskan realitas sosial.
Bagi Coser realitas bukan merupakan realitas subyektif seperti rumusan Charles Horon
Cooley atau George Herbert Mead, tetapi realitas obyektif seperti yang dimaksud oleh
Durkheim dan kaum fungsionalisme lainnya. Dengan demikian orang dihambat oleh
kekuatan struktur sosial yang membatasi kebebasan dan kreativitas.
Jelaslah bagi Coser maupun kaum fungsionalisme struktural bahwa struktur sosial ada
di dalam dirinya sendiri dan bergerak sebagai kendala. Coser mengungkapkan ―sosiologi
konflik harus mencari nilai-nilai serta kepentingan-kepentingan yang tertanam secara
struktural sehingga membuat manusia saling terlibat dalam konflik, bilamana ia tidak
ingin larutkan kedalam penjelasan psikologis mengenai agresivitas bawaan, dosa turunan,
atau kebengalan manusia. Apa yang disumbangkan Coser kepada orientasi
fungsionalisme ialah deskripsi mengenai bagaimana struktur-struktur sosial itu dapat

126
merupakan produk konflik dan bagaimana mereka dipertahankan oleh konflik.
Proposisinya sebagian besar berkisar di seputar intensitas dan fungsi konflik bagi
lembaga-lembaga sosial.
Walaupun Coser terikat pada kesatuan teori masyrakat yang ilmiah, tetapi dia
menolak setiap gerakan kearah naturalism atau determinisme yang ekstrim pada setiap
tindakan manusia. Pendekatan ini terlihat dalam orientasi metodologisnya yang bebas
menggunakan sejarah sebagai sumber data untuk mendukung pernyataan-pernyataan
teoritisnya. Seperti banyak karya-karya yang disebut sebagai teori dalam sosiologi, karya
Coser juga mengandung kelemahan-kelemahan metodologis.

127
MATERI XXVI
NORMA, NILAI, DAN HUKUM

A. Nilai social
1. Pengertian nilai social
a. Alvin L. Bertrand
Nilai adalah suatu kesadaran yang disertai emosi yang relative lama hilangnya terhadap
suatu objek, gagasan, atau orang.
b. Robin Williams
Nilai sosial adalah hal yang menyangkut kesejahteraan bersama melalui konsensus yang
efektif di antara mereka, sehingga nilai-nilai sosial dijunjung tinggi oleh banyak orang.
c. Young
Nilai sosial adalah asumsi-asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang
benar dan apa yang penting.
d. Clyde Kluckhohn
Dalam bukunya ‗Culture and Behavior‘, Kluckhohn menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya nilai bukan hanya
diharapkan, tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan
orang lain.
e. Woods
Nilai sosial adalah petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

f. Koentjaraningrat
Suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan
manusia.
g. Notonagoro
Nilai dibedakan atas nilai material, vital, dan kerohanian.
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitasnya.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian dapat dibedakan atas nilai-nilai berikut ini.
a) Nilai kebenaran atau kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (rasio,
budi, cipta).
b) Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia (perasaan, estetis).
c) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak atau
keamanan (karsa, etika).
d) Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan serta kerohanian yang tertinggi dan
mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Nilai terbentuk apa yang benar pantas dan luhur untuk dikerjakan dan diperhatikan.
Nilai bersifat subjektif. Nilai adalah konsepsi abstrak dari diri manusia apa yang dianggap
baik dan buruk. Nilai sosial adalah penghargaan yang diberikan terhadap segala sesuatu yang

128
dianggap baik, penting, luhur dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan
kebaikan hidup bersama.
2. Tolak ukur nilai social
Masyarakat harus berubah oleh karena itu tidak ada tolak ukur yang bersifat kekal. Syarat
– syarat tolak ukur yang bersifat tetap adalah sebagai berikut :
a) Penghargaan itu harus diberikan dan disetujui oleh seluruh / sebagian besar anggota
masyrakat.
b) Tolak ukur itu hanya diterima sungguh – sungguh oleh masyarakat minimal oleh
sebagian besar. Tolak ukur nilai sosial adalah daya guna fungsional suatu nilai dan
kesungguhan penghargaan atau pengakuan yang diberikan oleh seluruh / sebagian besar
masyarakat terhadap nilai sosial tersebut.
3. Sumber – sumber nilai social
Sumber – sumber nilai sosial ada yang bersifat ekstrinsik dan ada yang bersifat intrinsic.
Nilai intrinsic dari nilai sosial adalah harkat dan mertabat manusia itu sendiri. Nilai segala
sesuatu bertolak dari nilai intrnsik yang melekat pada harkat kemanusiaan melalui nilai
intrnsik ini kita dapat menerangkan nilai sosial benda – benda lain.
4. Jenis – jenis nilai social
Menurut dr. Prof. Noto Negoro nilai dibagi menjadi 3 jenis :
a. Nilai material, benda yang berguna bagi manusia
b. Nilai vital, sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat hidup dan
dapatmengadakan kegiatan.
c. Nilai spiritual, sesuatu yang berguna bagi rohani.Nilai rohani dibedakan lagi menjadi 4
macam :
1) Nilai kebenaran (kenyataan)
2) Nilai keindahan
3) Nilai moral
4) Nilai religious
5. Ciri – ciri nilai social
a) Merupakan hasil dari interaksi sosial antar masyarakat
b) Dapat ditularkan
c) Dibentuk melalui proses belajar
d) Berbeda – beda antar kebudayaan
e) Mempunyai pengaruh yang berbeda
f) Mempengaruhi pengembangan pribadi positif dan negative
g) Merupakan asumsi – asumsi dari bermacam – macam objek di dalam masyarakat
6. Fungsi nilai social
a. Sebagai petunjuk arah dan pemersatu
Cara berpikir dan bertindak seluruh anggota masyarakat umumnya diarahkan oleh nilai –
nilai sosial yang mereka yakini nilai sosial juga menciptakan dan melestarikan solidaritas
manusia.
b. Sebagai pelindung
c. Nilai sosial mempunyai fungsi sebagai petunjuk arah dan pemersatu benteng
perlindungan, serta pendorong.

129
Sebagai pendorong Manusia menjadi manusia yang sejati dan bangsa menjadi bangsa
sejati berkat keberhasilannya merealisasikan nilai sosial yang bermutu tinggi menjadi
kenyataan dalam hidupnya.
Menurut Kluckhohn semua nilai dalam setiap kebudayaan pada dasarnya mencakup 5
masalah pokok yaitu sebagai berikut :
1) Nilai mengenai hakikat hidup manusia. Memahami bahwa hidup itu ada yang buruk dan
ada yang baik.
2) Nilai mengenai hakikat karya manusia. Manusia berkarya untuk mendapatkan nafkah,
kedudukan dan kehormatan.
3) Nilai mengenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang waktu ada yang berorientasi ke
masa lalu, masa kini, masa depan.
4) Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam ada yang beranggapan manusia
tunduk kepada alam, menjaga keselarasan dengan alam, berhasrat menguasai alam.
5) Nilai mengenai hakikat manusia dengan sesamanya. (gotong royong), (mementingkan diri
sendiri) Nilai sosial menjadi sumber dinamika masyarakat.
B. Norma social
1. Pengertian norma social
Norma adalah petunjuk hidup yang berisi perintah maupun larangan yang diterapkan
berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur setiap perilaku manusia di
dalam masyarakat guna mencapai ketertiban dan kedamaian. Nilai merupakan pola kelakuan
yang diinginkan.
2. Daya ikat norma
Norma – norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan pengikat yang
berbeda – beda ada norma yang berdaya ikat lemah, sedang dan kuat. Empat pengertian
norma, yaitu :
a. Cara (usage)
Norma ini mempunyai daya ikat yang sangat lemah dibanding kebiasaan.
b. Kebiasaan (talkways)
Norma mempunyai kekuatan mengikat yang lebih tinggi dari cara:
c. Tata kelakuan (mores)
Kelakuan merupakan larangan sehingga secara langsung menjadi alasan agar
anggota masyarakat menyesuaikan perbuatannya.
d. Adat istiadat (custom) Adat berfungsi sebagai pengatur kelakuan, menurut
Koentjaraningrat, kebudayaan memiliki 3 wujud yaitu nilai, norma, hukum
dan aturan kelakuan. Nilai budaya tercermin dalam sikap mental, moral, etika,
tingkah laku, serta nilai – nilai hidup dalam rangka hubungan antar manusia,
lingkungan alam dan maha pencipta.
3. Jenis – jenis norma
a. Norma tidak resmi (non formal)
1) Norma tidak resmi dirumuskan secara tidak jelas dan tidak diwajibkan pelaksanaannya.
2) Norma resmi (formal)
Norma resmi dirumuskan secara jelas dan diwajibkan pelaksanaannya. Keseluruhan norma
formal ini merupakan suatu tubuh hukum yang dimiliki masyarakat modern.
b. Norma – norma utama

130
Berdasarkan daya ikat sanksinya norma dibagi atas 6 golongan norma agama, norma
kesopanan, norma kelaziman, norma kesusilaan, norma hukum dan norma mode.
1) Norma agama
Norma agama adalah suatu petunjuk hidup yang berasal dari tuhan bagi penganutnya
agar mereka mematuhi segala perintah dan larangannya. Yang berisikan peraturan
hidup yang diterima sebagai perintah, larangan, anjuran yang berasal dari Tuhan.
2) Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan
manusia dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari – hari sekelompok
masyarakat.
3) Norma kelaziman
Norma kelaziman adalah tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya
dilakukan tanpa piker panjang karena kebiasaan itu dianggap baik, patut, sopan dan
sesuai dengan tata krama.
4) Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah pedoman yang mengandung makna and dianggap penting bagi
kesejahteraan masyarakat dan dianggap sebagai aturan yang dating dari suara hati
sanubari manusia.
5) Norma hokum
Hukum adalah aturan tertulis maupun tidak yang berisi perintah atau larangan yang
memaksa dan yang akan memberikan sanksi yang tegas bagi setiap orang yang
melanggarnya. Hukum mempunyai 2 aspek :
1. Aspek sistem norma
2. Aspek kontrol sosial dan dilengkapi dengan aspek hukum lain yaitu hukum sebagai
konkretisasi / perwujudan dari sistem nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Hukum sebagai sistem norma – norma berfungsi untuk menertibkan dan menstabilkan
kehidupan sosial.
6) Norma mode
Mode adalah cara dan gaya dalam melakukan dan membuat sesuatu yang
sifatnya berubah – ubah serta diikuti oleh banyak orang. Cirri – cirri utama mode
adalah bahwa orang mengikutinya bersifat massal, bahwa kalangan luas
menggandrunginya.
Definisi Sosiologi, Hukum, dan Sosiologi Hukum Menurut Para Pakar:
Definisi Sosiologi Menurut Para Pakar:
1. Piritim Sorokin
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
1) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala social (misalnya
antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi, gerak
masyarakat dengan politik dsb.)
2) Hubungan dan pengaruh timbale balik antara gejala social dengan gejala-gejala non-
sosial (misalnya gejala geografis, biologis, dsb.
3) Cirri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
Definisi Hukum Menurut Para Pakar:
1. Mochtar Kusumaatmadja

131
Hukum adalah keseluruhan azas-azas dan kaedah-kaedah yang mengatur kehidupan
masyarakat, termasuk didalamnya lembaga dan proses untuk mewujudkan hukum itu
kedalam kenyataan.
2. Roscoe Pound, memaknai hukum dari dua sudut pandang, yakni:
a. Hukum dalam arti sebagai tata hukum (hubungan antara manusia dengan individu
lainnya, dan tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu lainnya, atau
tata sosial, atau tata ekonomi).
b. Hukum dalam arti selaku kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-putusan
pengadilan dan tindakan administratif (harapan-harapan atau tuntutan-tuntutan oleh
manusia sebagai individu ataupun kelompok-kelompok manusia yang mempengaruhi
hubungan mereka atau menentukan tingkah laku mereka).
Hukum bagi Rescoe Pound adalah sebagai ―Realitas Sosial‖ dan negara didirikan demi
kepentingan umum, hukum adalah sarana utamanya.
3. Karl von Savigny Aliran Historis:
All law is originally formed by custom and popular feeling, that is, by silently operating
forces. Law is rooted in a people’s history: the roots are fed by the consciousness, the faith
and the customs of the people (Keseluruhan hukum sungguh-sungguh terbentuk melalui
kebiasaan dan perasaan kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-
diam. Hukum berakar pada sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran,
keyakinan dan kebiasaan warga negara.

Definisi Sosiologi Hukum Menurut Para Pakar:


1. Soerjono Soekanto
Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris
menganalisis atau mempelajari hubungan timbale balik antara hukum dengan gejala-gejala
social lainnya.
2. Satjipto Rahardjo
Sosiologi hukum (sociology of law) adalah pengetahuan hukum terhadap pola prilaku
masyarakat dalam konteks sosialnya.
3. R. Otje Salman
Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara hukum
dengan gejala-gejala social lainnya secara empiris analitis.

Objek-Objek Sosiologi Hukum


Hubungan timbal balik antara hukum dengan objek-objek sosiologi:
1. Hukum dengan interaksi social
Menurut Soejono Soekanto, interaksi social merupakan hubungan-hubungan sosial yang
dinamis, yang menyangkut hubungan orang perorangan dengan kelompok manusia.
Kalau interaksi sosial berjalan dengan baik, manyarakat dapat hidup dengan tenang.
Hukum berfungsi untuk memperlancar interaksi sosial.
1. Hukum dengan kelompok sosial.
Kelompok-kelompok sosial dimaksud adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih yang diatur oleh suatu hukum. Badan Eksekutif Mahasiswa, hukumnya adalah
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

132
2. Hukum dengan Kebudayaan
E.B. Taylor (1871) mengemukakan pendapat mengenai definisi kebudayaan, yaitu, kompleks
yang menyangkut pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hukum juga merupakan produk dari kebudayaan.
Kawin lari di Bali, jika pemuda ingin menikahi seorang wanita, menurut adat Bali sang lelaki
musti berani membawa lari sang wanita dari rumahnya.
3. Hukum dengan Lembaga Sosial.
Lembaga-lembaga sosial yang dimaksud adalah suatu lembaga yang keberadaannya di dalam
masyarakat. Sebagai contoh:
- Desa : hukumnya adalah Undang-undang Pemerintahan Daerah
- Perkawinan : hukumya adalah Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan
- Waris : Hukum Adat dan Waris Islam
- Wakaf : Hukum adat, hukum Islam, dan Undang-undang Nomor 41 tahun 2004
tentang Wakaf.
4. Hukum dengan stratifikasi sosial.[10]
Staratifikasi dimaksud adalah pelapisa yang ada dalam masyarakat. Namun, stratifikasi
dimaksud tetap memperhatikan pasal-pasal di dalam peraturan perundang-undangan
mengenai persamaan di hadapan hukum seperti pasal 27 UUD 1945, yaitu hukum tidak
membeda-bedakan meskipun kenyataanya ada lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat.

5. Hukum dengan Kekuasaan dan Kewenangan.


Kekuasaan dan kewenangan dimaksud diatur oleh hukum. Sebagai contoh dapat
diungkapkan bahwa Presiden, kekuasaan dan kewenangannya diatur oleh UUD 1945.
Hukum dengan perubahan social
Perubahan sosial dimaksud adalah
1) Perubahan sosial mempengaruhi perubahan hukum seperti UU no 1 tahun 1974,
2) Perubahan hukum menimbulkan perubahan sosial seperti UU Narkotika tahun 1976
sebagai perubahan dari ketentuan peninggalan Belanda, di mana bukan hanya pemadat, tetapi
juga penanam dan pengedar mendapat juga hukuman yang berat. Juga, penanam dan
pengedar mendapat juga hukuman yang berat. Juga, khusus menyangkut masyarakat petani,
yang tadinya tidak mengetahui bahwa tanaman ganja dilarang (petani jadi tahu apa itu
narkotika)
Hukum dengan masalah sosial
Masalah sosial dimaksud adalah hal-hal yang berkaitan dengan kejahatan hukumnya: KUHP
dan acara pidana.

133
MATERI XXVII
PERUBAHAN SOSIAL

HAKIKAT PERUBAHAN SOSIAL


Setiap saat masyarakat selalu mengalami perubahan. Jika dibandingkan apa yang
tejadi saat ini dengan beberapa tahun yang lalu. Maka akan banyak ditemukan perubahan
baik yang direncanakan atau tidak, kecil atau besar, serta cepat atau lambat. Perubahan-
perubahan tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan sosial yang
ada. Dimana manusia selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu
manusia selalu mencari sesuatu agar hidupnya lebih baik.
Sebagai contoh kasus, dahulu keluarga sepenuhnya berfungsi sebagai tempat
perlindungan bagi anak-anak yang belum dewasa, sumber pengetahuan (pendidikan) dan
keterampilan serta sumber ekonomi. Namun, pada masa sekarang, fungsi keluarga
mengalami perubahan. Anak-anak tidak hanya memperoleh pengetahuan dari keluarga, tetapi
juga melalui berbagai media massa, seperti televisi, radio, koran dan internet.

PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL


Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan dapat
berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang lambat dan ada perubahan yang
berjalan dengan cepat. Perubahan dapat mengenai nilai dan norma sosial, pola-pola perilaku
organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan lapisan dalam masyarakat, kekuasaan
dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada
masyarakat merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke
bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Perubahan dalam masyarakat
telah ada sejak zaman dahulu. Namun, sekarang perubahan-perubahan berjalan dengan sangat
cepat sehingga dapat membingungkan manusia yang menghadapinya.
Kehidupan masyarakat dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat,
sejalan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan shopping center
(mall), perumahan dari berbagai tingkatan, perkantoran, meningkatnya tindak kriminal serta
perubahan struktur sosial masyarakat, merupakan beberapa contoh perubahan tersebut.
Tuntutan kehidupan yang lebih layak membawa pengaruh perubahan terhadap lembaga
pendidikan yang ada. Hal ini merupakan gambaran sekilas perubahan sosial yang
berlangsung di sekitar lingkungan kita. Dalam hal ini, perlu kiranya peserta didik memahami
konsep dasar perubahan sosial.
PANDANGAN PARA TOKOH TENTANG PERUBAHAN SOSIAL
Sampai saat ini telah dikemukakan berbagai pendapat ahli mengenai pengertian
perubahan sosial. Perubahan sosial dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian unsur-unsur yang
saling berbeda yang ada di dalam masyarakat sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan
yang tidak serasi. Adapun definisi perubahan sosial menurut pada ahli diantaranya :
a.Gillin and Gillin
Perubahan sosial merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik yang
timbul karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi
penduduk, ideologi maupun adanya penemuan baru dalam masyarakat tersebut.
b.Kingsley Davis

134
Perubahan sosial dikatakan sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat kapitalis timbul organisasi buruh yang
mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
c.Samuel Koenig
Perubahan sosial terlihat pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan
manusia. Modifikasi itu bisa terjadi secara intern maupun ekstern.
d.Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap
keseimbangan dalam hubungan sosial tersebut.
e.Selo Soemardjan
Perubahan sosial adalah semua perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan dalam
suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, dan mencakup didalamnya nilai-niai
dan pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat.
f.William F. Ogburn
Perubahan sosial mencakup pengertian perubahan dalam unsur-unsur kebudayaan baik yang
material maupun yang bukan material.
g.Bruce C. Cohen
Perubahan sosial adalah perubahan struktur sosial dan perubahan pada organisasi sosial.
Syarat utama dalam perubahan itu adalah sistem sosial dalam pergaulan hidup yang
menyangkut nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa perubahan sosial pada hakekatnya merupakan perubahan yang terjadi pada unsur-
unsur sosial dalam kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut dapat meliputi proses interaksi
sosial, struktur sosial, lapisan, sosial, nilai, norma maupun control sosial dalam lembaga
kemasyarakatan.
Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa perubahan sosial adalah :
1.Perubahan pada segi struktural masyarakat seperti pola-pola perilaku dan pola interaksi
antar anggota masyarakat
2.Perubahan pada segi kultural masyarakat seperti nilai, sikap, serta norma sosial masyarakat
3.Merupakan perubahan di berbagai tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat individual
hingga ke tingkat dunia
4.Merupakan perubahan yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam
suatu sistem masyarakat

TEORI PERUBAHAN SOSIAL


1.TEORI SIKLUS
Teori siklus melihat perubahan merupakan sesuatu yang berulang – ulang, tidak dapat
direncanakan atau diarahkan ke titik tertentu. Tidak ada proses perubahan masyarakat secara
bertahap sehingga batas antara pola hidup primitif, tradisional dan modern tidak jelas.
Perubahan sosial dianggap tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun.
Kemajuan dan kemunduran suatu peradaban tidak dapat dihindari dan tidak selamanya
perubahan sosial membawa kebaikan. Oswald Spengler mengemukakan bahwa setiap
masyarakat berkembang melalui empat tahap perkembangan seperti pertumbuhan manusia :
masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua. Sedangkan Arnold Y. Toynbee memandang

135
bahwa kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban bisa dijelaskan melalui konsep-konsep
kemasyarakatan yang saling berhubungan yaitu tantangan (challenge) dan tanggapan
(response).
Perubahan sebagai suatu siklus karena sulit diketahui ujung pangkal penyebab awal
terjadinya perubahan sosial. Perubahan yang terjadi lebih merupakan peristiwa prosesual
dengan memandang sejarah sebagai serentetan lingkaran tidak berujung. Ibn Khaldun, salah
satu teoritisi sosiohistoris mengemukakan bahwa perubahan sebagai suatu siklus, yang
analisisnya memfokuskan pada bentuk dan tingkat pengorganisasian kelompok dengan latar
belakang sosial budaya yang berbeda. Para penganut teori siklus juga melihat adanya
sejumlah tahap yang harus dilalui oleh masyarakat, tetapi mereka berpandangan bahwa
proses peralihan masyarakat bukannya berakhir. Pada tahap terakhir yang sempurna
melainkan berputar kembali ke tahap awal untuk peralihan selanjutnya.
Tokoh-Tokoh Teori Siklus
a) Oswald Spengler
Ia berpendapat bahwa setiap peradapan besar mengalami proses pentahapan kelahiran,
pertumbuhan dan keruntuhan, kemudian berputar lagi yang memakan waktu sekitar 1000
tahun.
b)Pitirim Sorokin
Pitirim Sorokin menyatakan terdapat tiga siklus sistem kebudayaan yang berputar tanpa
akhir, yaitu kebudayaan ideasional yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap
unsur supernatural, kebudayaan idealistis dimana kepercayaan terhadap unsur supernatural
dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal dan
terakhir kebudayaan sensasi yang merupakan tolak ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
c)Arnold Toynbee
Ia berpendapat bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan,
keruntuhan dan kematian.
d)Ibnu Kaldun
Perubahan msayarakat diwarnai dengan pertumbuhan dan penaklukan kebudayaan. Hal ini
akibat konflik antara orang menetap dan orang nomaden
2.TEORI PERKEMBANGAN (LINIER)
Perubahan sosial budaya bersifat linier atau berkembang menuju titik tertentu, dapat
direncanakan atau diarahkan. Perubahan sebagai perkembangan (linear) adalah bahwa pada
dasarnya setiap masyarakat walau secara lambat namun pasti akan selalu bergerak,
berkembang, dan akhirnya berubah dari struktur sosial yang sederhana menuju ke yang lebih
kompleks maju dan modern.
Beberapa tokoh sosiologi mengemukakan tentang teori linier yaitu:
•Emile Durkheim: Masyarakat berkembang dari solidaritas mekanik ke solidaritas organic
•Max Weber : Masyarakat berubah secara linier dari masyarakat yang diliputi oleh pemikiran
mistik dan penuh tahayul menuju masyarakat yang rasional
•Herbert Spencer : mengembangkan teori Darwin, bahwa orang – orang yang cakap yang
akan memenangkan perjuangan hidup
Ketiga tokoh diatas menggambarkan bahwa setiap masyarakat berkembang melaui tahapan
yang pasti
Teori Linier dibedakan menjadi :

136
a.Teori Evolusi
Perubahan sosial budaya berlangsung sangat lambat dalam jangka waktu lama. Perubahan
sosial budaya dari masyarakat primitif, tardisional dan bersahaja menuju masyarakat modern
yang kompleks dan maju secara bertahap Comte mengemukakan perkembangan masyarakat
mengikuti perkembangan cara berfikir masyarakat tersebut yaitu tahap teologi (khayalan),
tahap metafisis (abstraksi) dan tahap ilmiah (positif) Sedangkan Lenski berpendapat bahwa
masyarakat berubah dari pra industri, industri dan pasca industri.
Beberapa teori Evolusi :
 Unilenear theories of evolution.
Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk
kebudayaannya) mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari
bentuk yang sederhana, kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna.
Tokohnya antara lain, Comte, Spencer. Suatu Variasi dari teori ini adalah Cylical theories
dari Vilfredo Pareto.
 Universal theory of evolution 
Menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap tertentu
yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis
evolusi yang tertentu. (Herbert Spencer)
 Multilined theories of evolution. 
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan
tertentu dalam evolusi masyarakat.
b.Teori Revolusi
Perubahan sosial menurut teori revolusi adalah perubahan sosial budaya berlangsung secara
drastic atau cepat yang mengarah pada sendi utama kehidupan masyarakat (termasuk
kembaga kemasyarakatan)
Karl Marx berpendapat bahwa masyarakat berkembang secara linier dan bersifat
revolusioner, dari yang bercorak feodal lalu berubah revolusioner menjadi masyarakat
kapitalis kemudian berubah menjadi masyarakat sosialis – komunis yang merupakan puncak
perkembangan masyarakat
Suatu revolusi dapat berlangsung dengan didahului suatu pemberontakan (revolt rebellion).
Adapun syarat revolusi adalah :
1. Ada keinginan umum mengadakan suatu perubahan
2. adanya kelompok yang dianggap mampu memimpin masyarakat
3. pemimpin harus mampu manampung keinginan masyarakat
4. pemimpin menunjukkan suatu tujuan yang konkret dan dapat dilihat masyarakat
5. adanya momentum untuk revolusi

3.TEORI EVOLUSIONER
Teori evolusioner memiliki paham bahwa perubahan sosial memiliki arah yang tetap
yang dilalui oleh semua masyarakat. Semua masyarakat melalui urutan pertahapan yang sama
dan bermula dari tahap perkembangan awal menuju tahap perkembangan akhir. Di samping
itu teori evolusioner mengatakan bahwa manakala tahap terakhir telah dicapai, maka pada
saat itu perubahan evolusioner pun berakhir.

137
Tokoh-tokoh teori evolusioner:
a) Auguste Comte
Auguste Comte membagi perubahan menjadi tiga tahap yaitu tahap teologis yang
diarahkan oleh nilai-nilai supernatural, tahap metafisik dimana nilai-nilai supernatural digeser
oleh prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan budaya, dan tahap
terakhir yaitu tahap positif/ ilmiah yang mana masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang
didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
b) Darwin dan Herbert Spenser
Teori Darwin diikuti oleh Herbert Spenser yang mengatakan bahwa orang-orang cakap dan
bergairah (energetik) akan memenangkan perjuangan sedangkan orang- orang yang malas
dan lemah akan tersisih.
c) Lewis Henry Morgan
Lewis mengatakan bahwa terdapat tujuh tahap teknologi yang dilalui masyarakat yaitu dari
tahap perbudakan hingga tahap peradapan.
d) Karl Mark
Karl Mark menyatakan tahap masyarakat pemburu primitif ke masyarakat industrialis
modern.
4.TEORI FUNGSIONALIS
Teori ini berusaha mengetahui penyebab perubahan sosial hingga ketidakpuasan
masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi mempengaruhinya. William F.
Ogburn dengan konsep kesenjangan budaya nampak berusaha menjelaskan perubahan sosial
berdasarkan teori ini. Penganutnya menerima perubahan sebagai sesuatu yang konstan dan
tidak memerlukan penjelasan. (Talcot Persons)
5.TEORI KONFLIK
Konflik berasal dari pertentangan kelas antara kelompok tertindas dan kelompok
penguasa,sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini dikemukakan oleh Karl
Marx dan Ralf Dahrendorf. Para penganutnya berpendapat bahwa hal yang konstan adalah
konflik sosial bukannya perubahan. Perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya
konflik tersebut.
Pandangan Teori Fungsional Dan Teori Konflik Tentang Perubahan Sosial
Pandangan Teori Fungsional Pandangan Teori Konflik, Setiap masyarakatrelatif
bersifat stabil terus menerus berubah Setiap komponenmasyarakat biasanya menunjang
kestabilan masyarakat perubahan masyarakat.Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi
berada dalam tegangan dan konflikKestabilan sosial tergantung pada Kesepakatan
(konsensus)dikalangan anggota. Tekanan tehadap yang satu oleh yang lainnya.
BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL
1.Berdasarkan Periode Waktu
a.Evolusi (Perubahan Lambat)
Evolusi adalah bentuk perubahan yang berlangsung secara bertahap, kontinu danmemerlukan
waktu yang cukup lama. Perubahan yang terjadi ditujukan untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi yang timbul dalam masyarakat. Evolusi dapat diperinci sebagai berikut :
1) evolusi satu garis
Konsep evolusi satu garis atau Unilinear evolutions dikemukakan oleh August Comte,
Herbert Spencer. Evolusi didasarkan pada pemikiran bahwa manusia dan kebudayaan

138
mengalami perkembangan secara bertahap menurut garis yang telah diprogramkan mulai dari
bentuk sederhana sampai tahap sempurna.
2) evolusi umum
Konsep evolusi umum atau universal theory of evolutions dipelopori Herbert Spencer.
Dikemukakan bahwa perkembangan masyarakat tidak melalui tahap tertentu yang tetap.
Kebudayaan manusia mengalami perubahan dengan mengikuti garis evolusi tertentu dari
kelompok homogen ke kelompok heterogen.
3) evolusi kompleks
Konsep evolusi kompleks atau multilinear theories of evolutions, lebih menekankan pada
penelitian terhadap perkembangan tertentu dalam masyarakat.
b. Revolusi (Perubahan Cepat)
Revolusi dapat didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi secara menyeluruh, menyangkut
sendi-sendi kehidupan sosial dan berlangsung dalam waktu relatif singkat. Perubahan sosial
dapat dikatakan revolusi jika dapat mengubah sendi pokok kehidupan masyarakat. Perubahan
yang terjadi dapat direncanakan lebih dahulu. Relatif cepat, karena perubahan ini dapat
berlangsung dalam waktu lama, misal revolusi industri di Inggris.
2.Berdasarkan Proses Terjadinya
a. Perubahan yang direncanakan
Perubahan yang direncanakan atau planned change/ intended change merupakan perubahan
yang telah ditegaskan mengenai perencanaan, arah dan tujuan serta programnya secara jelas
oleh pihak yang menghendaki perubahan (agent of change), misal program pembangunan
Indonesia melalui Repelita.
b.Perubahan yang tidak direncanakan
Perubahan yang tidak direncanakan atau unplanned/ unintended change yaitu perubahan yang
berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat. Pada umumnya perubahan ini
menimbulkan akibat yang tidak diharapkan masyarakat, misal resesi ekonomi, gejolak
moneter, bencana alam, krisis ekonomi global dan sebagainya.
3.Berdasarkan Lingkup Pengaruhnya
a.Perubahan kecil
Perubahan kecil akan timbul apabila perubahan yang terjadi tidak mengubah struktur dan
fungsi sosial ( atau tidak ada pengaruh berarti bagi masyarakat), misal dalam mode
pakaian,potongan rambut, dan sebagainya.
b.Perubahan besar
Perubahan besar timbul apabila membawa pengaruh terhadap perubahan struktur dan fungsi
sosial, misal perubahan masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
4.Berdasarkan Struktur dan Proses
a.Perubahan struktural : perubahan yang sangat mendasar yang menyebabkan timbulnya
reorganisasi dalam masyarakat. Contoh : Perubahan sistem pemerintahan dari kerajaan
menjadi republik.
b.Perubahan proses : perubahan yang sifatnya tidak mendasar. Perubahan tersebut hanya
merupakan penyempurnaan dari perubahan sebelumnya. Contoh : Perubahan dalam
kurikulum pendidikan yang menyempurnakan kurikulum sebelumnya.
Adapun pola – pola yang sering tampak pada perubahan sosial budaya adalah :

139
a. Perubahan komulatif, yaitu gangguan keseimbangan yang berulang-ulang sehingga
menghasilkan perubahan-perubahan baru, baik yang bersifat progress maupun regress, misal
adanya penemuan baru, atau bencana alam yang terus menerus
b. Berubahan bergelombang, yaitu gangguan keseimbangan dalam masyarakat yang selalu
timbul kembali, tetapi selau terjadi keseimbangan, misal perubahan model pakaian,
pergantian sistem politik dan pendidikan, gerak konjungtur dalam proses ekonomi
c. Gangguan keseimbangan yang hanya sekali terjadi, misalnya, terjadinya gerakan reformasi
yang telah menggantikan pemerintahan orde baru menjadi orde reformasi.
PROSES PERUBAHAN SOSIAL
1.Faktor Penyebab Internal dan Eksternal Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat dapat terjadi melalui proses
akumulasi.. Menurut Soerjono Soekanto factor internal tersebut adalah:
Bertambah atau berkurangnya penduduk
Penemuan – penemuan baru (inovasi) baik discovery maupun invention hal ini karena:
a) kesadaran individu- individu akan kekurangan dalam kebudayaannya
b) kualitas ahli- ahli dalam suatu kebudayaan
c) perangsang bagi aktivitas – aktivitas penciptaan dalam masyarakat. Pengaruh dari
penemuan baru tersebut dapat bersifat memancar, menjalar maupun beberapa penemuan baru
mengakibatkan satu jenis perubahan.
 Konflik dalam masyarakat
 Terjadi pemberontakan atau revolusi
Discovery adalah penemuan kebudayaan atau sesuatu yang baru dalam masyarakat, baik
berupa alat atau ide/gagasan. Jika discovery diakui dan telah diterima bahkan sudah
diterapkan maka akan menjadi invention. Invention adalah proses dimana suatu unsur baru
dihasilkan dengan mengkombinasi atau menyusun kembali unsur-unsur lama yang telah ada
dalam masyarakat. Kemudian penemuan baru tersebut dapat menyebar (berakibat ke banyak
segi kehidupan), menjalar (mengakibatkan perubahan pada bidang yang lain) atau beberapa
penemuan baru dapat mengakibatkan timbulnya satu jenis perubahan.
Faktor dari dalam selain hal tersebut diatas juga terdapat faktor internal lain:
1.perpecahan dari masyarakat tersebut
2.individu yang kreatif yang memiliki inisiatif baru
3.munculnya kelompok sosial yang inovatif dan kreatif pemimpin yang progresif
Adapun menurut Soerjono Soekanto faktor eksternal (diluar masyarakat tersebut) penyebab
perubahan sosial adalah :
1.Sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik, misal gempa bumi, bencana alam
peperangan
2.Pengaruh kebudayaan lain, yaitu melalui difusi, akulturasi dan asimilasi. Adapun yang
termasuk proses akulturasi adalah;
Subtitusi yaitu unsur kebudayaan lama diganti dengan unsur kebudayaan baru yang lebih
berdaya guna
Sinkretisme, yaitu unsur budaya lama bercampur dengan budaya baru sehingga membentuk
sistem baru

140
Adisi, yaitu adanya unsur budaya baru yang ditambahkan kepada unsur lama yang masih
berlaku
Dekulturisasi, yaitu adanya unsur budaya lama yang hilang
Originasi, yaitu masuknya unsur – unsur budaya yang sama sekali baru sehingga membawa
perubahan yang sangat besar.
FAKTOR-FAKTOR PERUBAHAN SOSIAL
1.Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Pada dasarnya, perubahan-perubahan sosial terjadi oleh karena anggota masyarakat pada
waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupannya yang lama. Norma-
norma dan lembaga-lembaga sosial atau sarana penghidupan yang lama dianggap tidak
memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru. Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi mengatakan bahwa secara umum penyebab dari perubahan sosial
budaya dibedakan atas dua golongan besar, yaitu:
a.Perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri.
b.Perubahan yang berasal dari luar masyarakat.
Secara jelas akan dipaparkan di bawah ini:
a.Perubahan yang berasal dari masyarakat.
1) Bertambah atau berkurangnya penduduk.
Perubahan jumlah penduduk merupakan penyebab terjadinya perubahan sosial, seperti
pertambahan atau berkurangnya penduduk pada suatu daerah tertentu. Bertambahnya
penduduk pada suatu daerah dapat mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat,
terutama mengenai lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Sementara pada daerah lain terjadi kekosongan sebagai akibat perpindahan penduduk tadi.
2) Penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan baru akibat perkembangan ilmu pengetahuan baik berupa teknologi
maupun berupa gagasan-gagasan menyebar kemasyarakat, dikenal, iakui, dan selanjutnya
diterima serta menimbulkan perubahan sosial. Menurut Koentjaraningrat faktor-faktor yang
mendorong individu untuk mencari penemuan baru adalah sebagai berikut :
1.Kesadaran dari orang perorangan karena kekurangan dalam kebudayaannya.
2.Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
3.Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
3) Pertentangan (konflik) dalam masyakat
Pertentangan dalam nilai dan norma-norma, politik, etnis, dan agama dapat menimbulkan
perubahan sosial budaya secara luas. Pertentangan individu terhadap nilai-nilai dan norma-
norma serta adat istiadat yang telah berjalan lama akan menimbulkan perubahan bila
individu-individu tersebut beralih dari nilai, norma dan adat istiadat yang telah diikutinya
selama ini.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Pemberontakan atau revolusi dapat merombak seluruh aspek kehidupan sampai pada hal-hal
yang mendasar seperti yang terjadi pada masyarakat Inggris, Prancis dan Rusia.

b.Perubahan yang berasal dari luar masyarakat.


1) Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia.

141
Menurut Soerjono Soekanto sebab yang bersumber pada lingkungan alam fisik yang kadang-
kadang disebabkan oleh tindakan para warga masyarakat itu sendiri. Misalnya, penebangan
hutan secara liar oleh segolongan anggota masyarakat memungkinkan untuk terjadinya tanah
longsor, banjir dan lain sebagainya.
2) Peperangan
Peperangan yang terjadi dalam satu masyarakat dengan masyarakat lain menimbulkan
berbagai dampak negatif yang sangat dahsyat karena peralatan perang sangat canggih.
3) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Adanya interaksi langsung antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya akan
menyebabkan saling pengaruh. Selain itu pengaruh dapat berlangsung melalui komunikasi
satu arah yakni komunikasi masyarakat dengan media-media massa. Ada empat tipe respon
psikologis individu terhadap cross-cultural contact : Pertama, tipe passing yaitu individu
menolak kebudayaan yang asli dan mengadopsi kebudayaan yang baru. Kedua, tipe
chauvinist yaitu individu menolak sama sekali pengaruh-pengaruh asing. Ketiga, tipe
marginal yaitu respon yang terombang ambing di antara kebudayaan asli dengan kebudayaan
asing. Keempat, mediating yaitu individu dapat menyatukan bermacam-macam identitas
budaya.
2.Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan
a. Faktor Pendorong Jalannya Proses Perubahan
1) Kontak dengan kebudayaan lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion. Difusi adalah proses penyebaran
unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain dari satu masyarakat ke
masyarakat lain. Dengan proses tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuan-
penemuan baru yang telah dihasilkan. Ada dua tipe difusi yaitu difusi intra-masyarakat (intra-
society diffusion) dan tipe difusi antar masyarakat (inter-society diffusion). Difusi intra-
masyarakat terpengaruh oleh beberapa faktor, misalnya:
a)Suatu pengakuan bahwa unsur yang baru tersebut mempunyai kegunaan.
b)Ada tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang dipengaruhi diterimanya atau tidak
diterimanya unsur-unsur yang baru.
c)Unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama kemungkinan besar tidak akan
diterima.
d)Kedudukan dan peran sosial dari individu yang menemukan sesuatu yang baru tadi akan
mempengaruhi apakah hasil penemuannya itu dengan mudah diterima atau tidak.
e)Pemerintah dapat membatasi proses difusi tersebut.
Sedangkan difusi antar masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu antara lain:
a)Adanya kontak antara masyarakat-masyarakat tersebut.
b)Kemampuan untuk mendemontrasikan kemanfaatan penemuan baru tersebut.
c)Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut.
d)Ada tidaknya unsur-unsur kebudayan yang menyaingi unsur-unsur penemuan baru tersebut.
e)Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru di dunia ini.
f)Paksaan dapat juga dipergunakan untuk menerima suatu penemuan baru.
2) Sistem pendidikan formal yang maju
Pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan. Pendidikan memberi
nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal

142
baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk
dapat berpikir secara objektif bagaimana akan memberikan kemampuan untuk menilai
apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau
tidak.
3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat maka masyarakat akan merupakan
pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Di Indonesia penghargaan terhadap karya orang
lain masih belum tampak terbukti masih banyaknya penjiblakan karya demi memperoleh
keuntungan pribadi atau kelompok dengan mengorbankan orang lain. Penghargaan dapat
mendorong seseorang untuk menciptakan karya-karya inovatif sehingga dapat medorong
kemajuan disegala bidang kehidupan.
4) Toleransi
Toleransi merupakan sikap menghormati dan menghargai orang lain serta tidak memaksakan
apa yang dianggap dirinya benar. Toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang
(deviation), dan bukan merupakan delik.
5) Sistem terbuka lapisan masyarakat.
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti memberi
kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Dalam keadaan
demikian seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang
mempunyai status lebih tinggi. Identifikasi merupakan tingkah laku yang sedemikian rupa
sehingga seseorang merasa kedudukan sama dengan orang atau golongan lain yang dianggap
lebih tinggi dengan harapan agar diperlakukan sama dengan golongan tersebut. Identifikasi
terjadi di dalam hubungan superordinasi-subordinasi. Pada golongan yang berkedudukan
lebih rendah acapkali terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial sendiri.
Keadaan tersebut dalam sosiologi disebut status-anxiety yang dapat menyebabkan seseorang
dapat berusaha untuk menaikkan kedudukan sosialnya.
6) Penduduk yang heterogen
Masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar belakang
kebudayaan, ras, ideologi yang berbeda mempermudah terjadinya pertentangan-pertentangan
yang mengundang kegoncangan-kegoncangan. Keadaan yang demikian menjadi pendorong
bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.
7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
Ketidakpuasan yang berlangsung lama dalam masyarakat kemungkinan besar akan
mendatangkan revolusi.
8) Orientasi kemasa depan.
Setiap orang yang memiliki orientasi pemikiran kemasa depan pasti akan memiliki tekad
untuk terus berusaha agar bisa hidup lebih baik. Berbagai usaha dilakukan agar bisa mencapai
cita-cita yang diimpikan.
9) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
Di dunia ini tidak ada yang diperoleh dengan gratis. Semuanya butuh perjuangan dan
pengorbanan untuk dapat mencapai hidup yang baik.
b. Faktor Penghambat
1) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.

143
Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-
perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya
kebudayaannya sendiri. Hal itu juga menyebabkan bahwa masyarakat terkungkung pola-pola
pemikirannya oleh tradisi.
2) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat tersebut terasing dan tertutup atau mungkin
karena lama dijajah oleh masyarakat lain.
3) Sikap masyarakat yang sangat tradisional.
Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa
tradisi secara mutlak tak adapat diubah, menghambat jalannya proses perubahan. Keadaan
tersebut akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh
golongan konservatif.
4) Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interests.
Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan pasti akan ada kelompok orang
yang menikmati kedudukan perubahan-perubahan. Misalnya dalam masyarakat feodal dan
pada masyarakat yang sedang mengalami tradisi. Dalam hal yang terakhir ada golongan-
golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi karena selalu
mengidentifikasikan diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sukar sekali bagi mereka
untuk melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.
5) Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi semua unsur suatu kebudayaan bersifat
sempurna. Beberapa pengelompokan unsur-unsur tertentu mempunyai derajat integrasi tinggi.
Maksudnya unsur-unsur luar dihawatirkan akan menggoyahkan integrasi dan menyebabkan
perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu masyarakat.
6) Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup.
Sikap yang demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah
bangsa-bagsa barat. Mereka sangat mencurigai sesuatu yang berasal dari barat, karena tidak
pernah bisa melupakan pengalaman-pengalaman pahit selama penjajahan. Kebetulan unsur-
unsur baru kebanyakan berasal dari barat maka prasangka kian besar lantaran hawatir bahwa
melalui unsur-unsur tersebut penjajah bisa masuk lagi.
7) Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Biasanya diartikan sebagai
usaha berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi
masyarakat tersebut.
8) Adat atau kebiasaan.
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam
memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku
tersebut efektif lagi di dalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat
atau kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, sistem mata pencaharian,pembuatan
rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk diubah. Misalnya,
memotong padi dengan menggunakan mesin akan terasa akibatnya bagi tenaga kerja
(terutama wanita) yang mata pencaharian tambahannya adalah memotong padi dengan cara
lama. Hal ini merupakan suatu halangan terhadap introduksi alat pemotong baru yang
sebenarnya lebih efektif dan efisien.

144
9) Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.
Konsep kepercayaan bahwa hal-hal buruk yang terjadi merupakan takdir dari yang kuasa dan
sulit untuk dirubah. Sehingga menerimanya begitu saja tanpa usaha yang konkrit untuk keluar
dari permasalahan yang dihadapi.
Perubahan sosial dalam masyarakat dewasa ini dapat diamati secara jelas. Hal dapat dilihat
dari faktor :
1)tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang perubahan yang terjadi pada lembaga
kemasyarakatan (pranata sosial) tertentu akan diikuti
2)perubahan pada lembaga sosial lainnya.
3.perubahan sosial yang cepat biasanya akan menimbulkan disorganisasi yang bersifat
sementara dalam proses penyesuaian diri.
4.perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja.
Dalam mengamati perubahan sosial dalam kehidupan sehari-hari akan nampak dua
kecenderungan. Adapun kecenderungan tersebut yaitu :
1.kecenderungan masyarakat untuk bertahan
Kecenderungan ini timbul, jika masyarakat masih melihat kegunaan suatu hal sebagai
pedoman hidup dan perubahan yang muncul akan menggoyahkan keseimbangan sistem.
Kecenderungan ini disebabkan :
a.adanya unsur yang memiliki fungsi penting dalam masyarakat.
b.unsur yang diperoleh melalui sosialisasi oleh masing-masing individu.
c.unsur kebudayaan yang mencakup agama dan religi yang dianut masyarakat.
d.unsur yang menyangkut ideologi atau falsafah hidup.
2.kecenderungan masyarakat untuk berubah
Kecenderungan ini terjadi mengingat kenyataan yang dihadapi manusia sehari-hari bukan
merupakan keteraturan hidup yang kaku. Hidup manusia selalu terbuka untuk direvisi/
perbaikan dalam menyesuaikan perubahan dan kemajuan jaman.
Faktor yang mendorong terjadinya perubahan masyarakat dan budaya adalah :
a.rasa tidak puas terhadap keadaan dan situasi yang ada, sehingga timbul keinginan untuk
perbaikan.
b.sadar akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri.
c.adanya kesulitan yang dihadapi dan harus diatasi.
d.adanya usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan/ kondisi baru yang
timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
e.tingkat kebutuhan yang makin bertambah, beranekaragam dan keinginan meningkatkan
taraf hidup.
f.sikap yang terbuka dari masyarakat terhadap hal baru.
g.sikap toleransi terhadap hal yang menyimpang dari kebiasaan.
Bila dalam masyarakat terdapat keseimbangan/ harmoni, maka secara psikologis merasakan
ketenteraman karena tidak ada pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai yang dianut
masyarakat (social equilibrium/ keseimbangan sosial).
Selain itu perubahan sosial dalam masyarakat membawa dua pengaruh besar yaitu:
1.kemajuan (progress)
Kemajuan dapat tercipta jika perubahan yang terjadi dalam situasi aman, tertib tanpa
menimbulkan kegoyahan dalam masyarakat dan mengarah pada peningkatan hidup manusia.

145
Pengaruh ini misalnya mekanisasi pertanian, peningkatan mutu pendidikan, gerakan disiplin
nasional, dan sebagainya.
2.kemunduran (regress)
Sebaliknya kemunduran dapat tercipta, apabila perubahan yang terjadi justru menimbulkan
kegoyahan bahkan konflik dalam masyarakat. Misal : penerapan teknologi maju
menimbulkan pengangguran, aktivitas hidup yang makin padat berakibat renggangnya
hubungan kekeluargaan.
Proses awal perubahan sosial ditandai dengan komunikasi, seperti dikemukakan Alvin
L. Bertrand. Melalui kontak komunikasi, unsur kebudayaan baru dapat menyebar yang
berupa ide, gagasan, keyakinan maupun kebendaan. Dalam hal ini nampak berlangsung
difusi, yaitu proses penyebaran unsur budaya dari satu masyarakat kepada masyarakat lain.
Dalam suatu masyarakat terdapat perubahan sosial ditandai dengan ciri :
1.Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena masyarakat mengalami
perubahan secara cepat dan lambat.
2.Perubahan pada lembaga sosial tertentu, akan diikuti dengan perubahan pada lembaga
sosial lainnya.
3.Perubahan sosial yang cepat biasanya akan menimbulkan disorganisasi yang bersifat
sementara dalam proses penyesuaian diri.
4.Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja.
5.Secra tipologis, perubahan sosial dapat dikategorikan atas :
a.Proses sosial, sirkulasi dari beragam penghargaan, fasilitas dan personel di struktur yang
ada
b.Segmentasi, perkembangbiakan dari unit struktural yang tidak membedakan dari unit-
unit yang ada.
c.Perubahan struktur, kemunculan dari jumlah peraturan dan organisasi baru yang
kompleks.
d.Perubahan di struktur kelompok, perubahan konposisi, tingkat kesadaran kelompok dan
hubungan antara kelompok dalam masyarakat.
Penyesuian Masyarakat Terhadap Perubahan
Adanya unsur – unsur baru dalam masyarakat dapat mengakibatkan gangguan terhadap
keserasian masyarakat. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali maka keadaan
tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment). Bila sebaliknya maka dinamakan
ketidaksesuaian sosial (maladjustment). Saluran – saluran perubahan sosial dan budaya
(avenue or channel of change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh proses perubahan.
Umumnya saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang
pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dan lain-lan.
DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL
a.Dampak Positif
Dampak positif perubahan sosial adalah munculnya penyesuaian atau akomodasi.
Adanya penyesuaian memungkinkan dicapainya tahap perkembangan sosial baru yang yang
lebih maju dan lebih baik dari keadaan sebelumnya. Proses tersebut dapat dicapai melalui
reorganisasi atau reintegrasi yaitu proses pembentukan norma – norma dan nilai-nilai baru
agar serasi dengan lembaga – lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan
b.Dampak Negatif

146
Dampak negatif dari perubahan sosial adalah disintegrasi atau disorganisasi. Kondisi
tersebut meliputi hal sebagai berikut:
a.adanya disorientasi nilai dan norma. Oleh R.K. Merton disebut anomie
b.munculnya konflik sosial dan horizontal
c.tidak berfungsinya secara optimal berbagai pranata sosial yang ada
d.terjadinya berbagai bentuk kerusakan lingkungan dan bencana pencemaran
e.munculnya krisis multidimensi
Adapun bentuk-bentuk disintegrasi sebagai dampak perubahan sosial adalah:
1)Kriminalitas
2)Pergolakan daerah dan separatisme
3)Aksi protes (demonstrasi)
4)Kenakalan remaja
5)Prostitusi
GLOBALISME DAN MODERNISASI
Pengertian Modernisasi
Pengertian modernisasi menurut beberapa ahli adalah:
1.Alex Inkeles : modernisasi adalah sikap – sikap tertentu yang menandai manusia dalam
setiap masyarakat modern
2Astrid S.Susanto: modernisasi adalah proses pembangunan yang diberikan oleh perubahan
demi kemajuan
3.Oghburn dan Nimkoff : modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada
factor – factor rehabilitasi. Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif
4.Soerjono Soekanto : modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial yang biasanya
merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change) yang didasarkan pada suatu
perencanaan yang disebut sosial planning
5.J.W. Schoorl : modernisasi merupakan penggantian teknik produksi dari cara – cara
tradisional ke cara-cara yang tertampung dalam pengertian revolusi industri. Schoorl
merumuskan penerapan ilmu pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas
merupakan factor penting dalam modernisasi
Dilihat dari definisi diatas modernisasi dapat dilihat sebagai suatu perubahan fisik yaitu cara
– cara tradisional kearah modern atau penggunaan teknologi atau mesin serta dari pola pikir
yaitu pola pikir tradisional menjadi pola pikir rasional. Praktis dan efisien
Syarat modernisasi menurut Soerjono Soekanto adalah :
1.cara berfikir yang ilmiah (scientific thinking)
2.sistem administrasi yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi
3.adanya sistem pengumpulan datayang baik dan teratur dan terpusat
4.penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara
penggunaan alat – alat komunikasi massa
5.tingkat organisasi yang tinggi
6.sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial
Setiap modernisasi hal yang paling mendukung adalah sumber daya manusia modern.
Adapun konsep manusia modern dikemukakan oleh Alex Inkeles adalah sebagai berikut:
1.Bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru dan penemuan-penemuan baru
2.Senantiasa siap menerima perubahan

147
3.Mempunyai kepekaan terhadap masalah – masalah yang dihadapi di sekitarnya
4.Senantiasa mempunyai informasi yang lengkap mengenai pendiriannya
5.Lebih banyak berorientasi ke masa kini dan masa mendatang
6.Senantiasa menyadari potensi-potensi yang ada pada dirinya
7.Tidak parah pada nasib
8.Percaya pada keampuhan iptek
9.Menyadari hak-hak, kewajiban serta kehormatan orang lain
Pengertian Globalisasi
Pengertian Globalisasi menurut beberapa ahli adalah :
1.Selo Soemardjan : globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan
komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti
sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya yerbentuknya PBB, OKI
2.Menurut Anthony Giddens (1989), proses peningkatan kesalingtergantungan masyarakat
dunia dinamakan dengan globalisasi. Ditandai oleh kesenjangan tingkat kehidupan antara
masyarakat industri dan masyarakat dunia ketiga(yang pernah dijajah Barat dan mayoritas
hidup dari pertanian)
Globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan teknologi di bidang komunikasi dunia.
Biasanya unsur globalisasi yang mudah diterima masyarakat adalah berupa teknologi tepat
guna dan mudah aplikasinya, pendidikan formal serta unsur yang sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi masyarakat. Sedang unsur globalisasi yang sulit diteriba biasanya berupa
teknologi yang rumit dan mahal, menyangkut ideologi, politik dan kepercayaan serta sukar
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masyarakat. Masyarakat penerima globalisasi
ada yang mampu menerima globalisasi tersebut atau ada yang menolak. Adapun mereka yang
menolak biasanya adalah :
1.kelompok masyarakat yang belum mapan atau belum siap menerima perubahan
2.kelompok masyarakat tertinggal yang terasing
3.kelompok masyarakat dari kalangan generasi tua yang cenderung mencurigai globalisasi
Adapun kelompok masyarakat atau individu yang menerima globalisasi adalah
1.kelompok masyarakat yang kedudukan atau status sosialnya sudah mapan
2.kelompok masyarakat kota yang telah menikmati berbagai media komunikasi dan informasi
globalisasi
3.kelompok masyarakat dari kalangan generasi muda yang memiliki kecenderungan terbuka
menerima unsur-unsur perubahan dan modernisasi
Dampak Perubahan Sosial Budaya sebagai Akibat Modernisasi dan Globalisasi.
Dampak positif modernisasi adalah :
1.Tercapainya kemajuan kebudayaan bangsa
2.Meningkatnya industri yang memungkinkan masyarakat lebih sejahtera (lapangan kerja,
barang konsumsi, volume ekspor dan lain-lain)
3.Meningkatnya efesiensi dan efektifitas kerja, transportasi dan komunikasi
4.Meningkatnya sector ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kualitas sumber daya manusia
Dampak negatif modernisasi antara lain
1.Pudarnya pengetahuan tradisional
2.Pudarnya sistem kepercayaan atau religi tradisional
3.Bergesernya nilai budaya akibat kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan

148
4.Melemahnya etos kerja tradisional
5.Meningkatnya angka kriminalitas dan kenakalan remaja
6.Meningkatnya tingkat pencemaran lingkungan
7.Menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi
Dampak positif globalisasi
1.Masuknya nilai – nilai positif (disiplin, etos kerja, pentingnya pendidikan)
2.Mempercepat proses pembangunan karena perkembangan iptek
3.Menumbuhkan dinamika terbuka dan tanggap terhadap unsur –unsur pembaruan
Dampak negatif globalisasi
1.Terjadinya cultural shock, yaitu masyarakat mengalami disorientasi dan frustasi karena
tidak siap menerima kenyataan perubahan akibat globalisasi
2.Terjadinya cultural lag yaitu unsur – unsur globalisasi tidak berlangsung secara serempak
3.Anomi, yaitu keadaan tanpa nilai karena nilai dan norma lama telah ditinggalkan sedang
nilai dan norma baru belum terbentuk.
Tantangan Global Terhadap Eksistensi Jati Diri Bangsa
Jati Diri Bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia adalah masyarakat multikultur yang sesungguhnya sulit untuk
dirumuskan jati dirinya. Tetapi bangsa Inodesia memiliki puncak-puncak kebudayaan daerah
yang luhur dan akhirnya diterima oleh seluruh bangsa sehingga memunculkan budaya
nasional. Jati diri bangsa Indonesia adalah budaya-budaya yang khas atau karakter yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia yang mampu membedakan dengan bangsa-bangsa lain di
dunia. Jati diri bangsa Indonesia antara lain
1.mementingkan nilai-nilai religius dan ketakwaan terhadap Tuhan YME
2.senantiasa menempuh jalan musyawarah
3.mementingkan gotong royong
4.menghormati harkat dan martabat orang lain (santun dan malu terhadap hal yang berkaitan
dengan kesusilaan)
5.dapat menerima perbedaan serta menghargai perbedaan
Adanya modernisasi maupun globalisasi dapat memudarkan budaya dan jati dir
bangsa. Adapun tantangan global terhadap keberadaan jati diri yang dimiliki bangsa adalah
adanya sikap, unsur atau nilai:
a.Konsumerisme
b.Westernisasi
c.Sekulerisme
d.Kekurangmandirian
e.Adanya demoralisasi, kenakalan remaja
f.Munculnya kondisi disharmonis
g.Meningkatnya sikap egois dan materialistis
h.Munculnya pola kehidupan yang kompetitif dan disorganisasi sosial
i.Kerusakan lingkungan
Upaya Mencegah Memudarnya Budaya dan Jati Diri Bangsa
Adanya arus globalisasi dan modernisasi memunculkan masalah pada generasi muda.
Generasi muda merupakan pewaris kebudayaan maupun berkewajiban mempertahankan jati
diri bangsa, tetapi pada faktanya sekarang ini banyak generasi muda merasa asing di negeri

149
sendiri. Oleh karena itu upaya mencegah memudarnya budaya dan jati diri bangsa perlu
dilakukan baik oleh pemerintah, pihak swasta maupun secara penuh kesadaran oleh
masyarakat itu sendiri. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
1.Melakukan reorientasi budaya (culture reorientation), yaitu aktivitas menengok kembali
keberadaan budaya sebagai langkah awal untuk memperkenalkan budaya sendiri kepada
generasi baru yang belum memahami nama, fungsi dan asalusul suatu subkebudayaan
2.Melakukan revitalisasi budaya, yaitu upaya perombakan dan penyesuaian sedemikian rupa
sehingga unsur-unsur budaya tersebut menjadi penting kembali
3.Melakukan refungsionalisasi budaya, yaitu membuat suatu budaya mengakar dan berfungsi
bagi keperluan sehari-hari masyarakat
4.Mengupayakan pelembagaan budaya
5.Melakukan implementasi budaya.

150
MATERI XXVIII
STATUS SOSIAL DAN AKSES KESEHATAN

A. Definisi
Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam
masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi
akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang
status sosialnya rendah.
B. Macam – Macam Status Sosial
Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial
1.AscribedStatus
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras,
kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha
yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan
masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan
kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku,
ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
C. Faktor Penentu Status Sosial
Kelas sosial ada yang tercipta sejak lahir namun ada juga yang harus dengan susah payah
untuk mendapatkannya, baik itu dengan sekolah maupun lembaga tinggi lainnya.
Variabel Ekonomi
a) Status pekerjaan
b) Pendapatan
c) Harta benda

Variabel Interaksi
a) Prestis individu
b) Asosiasi
c) Sosialisasi

Variabel Politik
a) Kekuasaan
b) Kesadaran kelas
c) Mobilitas

Pengukuran kelas sosial


Ada Tiga faktor yang biasa mempengaruhi atau digunakan untuk menilai
statifikasi atau mengukur kelas sosial yang ada di masyarakat, antara lain adalah:
1. Kekayaan relative

151
2. Kekuasaan atau pengaruh
3. Martabat
Pengukuran kelas sosial dapat juga dilakukan melalui beberapa pengukuran
yang bersifat objektif:
1. Ukuran subjektif dimana orang diminta menentukan sendiri posisi kelas sosialnya.
(kelas sossial di tentukan secara pribadi)
2. Ukuran reputasi ditentukan oleh orang lain dari luar lingkungannya. (kelas sosial
ditentukan menurut reputasinya)
3. Ukuran objektif didasarkan atas variable sosioekonomi seperti pekerjaan, basar
pendapatan, dan pendidikan. (kelas sosial dikarenakan kekayaan dan pekerjaan)
Menurut Talcott Persons, menyebutkan ada lima menentukan tinggi rendahnya status
seseorang, yaitu:
· Kriteria kelahiran (ras, kebangsawanan, jenis keCamin,
· Kualitas atau mutu pribadi (umur, kearifan atau kebijaksanaan)
· Prestasi (kesuksesan usaha, pangkat,
· Pemilikan atau kekayaan (kekayaan harta benda)
· Otoritas (kekuasaan dan wewenang: kemampuan-untuk menguasai/
mempengaruhi orang lain sehingga orang itu mau bertindak sesuai dengan yang
diinginkan tanpa perlawanan)

Beberapa indikator lain yang berpengaruh terhadap pembentukan kelas sosial, yaitu:
A. Kekayaan
Untuk memahami peran uang dalam menentukan strata sosiai/kelas sosial, kita
harus menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan suatu cara hidup.
Artinya bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup
tertentu pula, dan untuk menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini
uang memiliki peran untuk menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
B. Pekerjaan
Dengan semakin beragamnya pekerjaan yang terspesialisasi kedalam jenis-
jenis pekerjaan tertentu, kita secara sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan
tertentu lebih terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada
masyarakat Cina klasik, dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan memandang
rendah serdadu; Sedangkan orang-orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya.
C. Pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam
dua hal. Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua,
jenis dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan
tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan
mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan
cara hidup seseorang

D. Akses Kesehatan Pada Masyarakat


Kesehatan adalah hak dan investasi, setiap warga negara berhak atas kesehatannya
termasuk masyarakat miskin, untuk itu diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan

152
bagi upaya pemenuhan hak warga negara untuk tetap hidup sehat. Kualitas kesehatan
masyarakat Indonesia selama ini tergolong rendah, selama ini masyarakat terutama
masyarakat miskin cenderung kurang memperhatikan kesehatan mereka. Hal ini dapat
disebabkan karena rendahnya tingkat pemahaman mereka akan pentingnya kesehatan dalam
kehidupan, padahal kesadaran rakyat tentang pemeliharaan dan perlindungan kesehatan
sangatlah penting untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Disisi lain,
rendahnya derajat kesehatan masyarakat dapat pula disebabkan oleh ketidakmampuan mereka
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena mahalnya biaya pelayanan yang harus
dibayar.
Mengingat kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat, maka
pemerintah harus menciptakan suatu pembangunan kesehatan yang memadai sebagai upaya
perbaikan terhadap buruknya tingkat kesehatan selama ini. Dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) pada Pasal 28H, menetapkan bahwa
kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin, dalam implementasinya dilaksanakan
secara bertahap sesuai kemampuan keuangan pemerintah dan pemerintah daerah.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
dan UUD 1945, setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada
masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan
setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi
pembangunan negara, dan upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan
dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan
merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat.
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 28H dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan tersebut mengisyaratkan bahwa setiap individu, keluarga dan masyarakat
berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab
mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu. Upaya mewujudkan hak tersebut pemerintah harus menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang merata, adil dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Untuk itu pemerintah perlu melakukan upaya-upaya untuk menjamin akses penduduk miskin
terhadap pelayanan kesehatan. Kemudian sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal 34
ayat 2 yang menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Dengan dimasukkannya Sistem Jaminan Sosial dalam perubahan UUD 1945, dan
terbitnya UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),
menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait harus
memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyatnya. Karena melalui SJSN sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial pada
hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya yang layak Berdasarkan konstitusi dan undang-undang tersebut, pemerintah
melakukan upayaupaya untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan
kesehatan, diantaranya adalah Program Jaringan Pengaman Sosial Kesehatan (JPS-BK) tahun

153
1998-2000, Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDSE) tahun 2001, dan Program
Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) tahun 2002-2004.
Pada awal tahun 2005, melalui Keputusan Menteri Kesehatan 1241/Menkes/XI/04
pemerintah menetapkan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin
(JPKMM) melalui pihak ketiga, yaitu, PT Askes (persero) Program ini lebih dikenal sebagai
program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin).
Program Askeskin merupakan kelanjutan dari PKPS-BBM yang telah dilaksanakan
sebelumnya, dimana pembiayaannya didanai dari subsidi BBM yang telah dikurangi
pemerintah untuk dialihkan menjadi subsidi di bidang kesehatan. Program Askeskin (2005-
2007) kemudian berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang. JPKMM/Askeskin, maupun
Jamkesmas kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu melaksanakan penjaminan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu dengan menggunakan
prinsip asuransi kesehatan sosial.
Pelaksanaan program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip penyelenggaraan
sebagaimana yang diatur dalam UU SJSN, yaitu dikelola secara nasional, nirlaba,
portabilitas, transparan, efisien dan efektif. Pelaksanaan program Jamkesmas tersebut
merupakan upaya untuk menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin dan tidak mampu yang merupakan masa transisi sampai dengan diserahkannya kepada
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sesuai UU SJSN.

154
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Zainuddin. Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008
Atkinson, R.L., dkk.(2000). Hilgards Introduction to Psychology. ( 13 th ed). Editor : Smith,
Carolyn D. Harcourt College Publishers.
American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual IV-TR. USA:
APA
American Psychiatric Association (2000) Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR. Arlington, VA: American
Psychiatric Association.
Bernard Raho, 2007; Teori Sosiologi Modern, Prestasi Pustaka Publisher
Colman. A. M. (2003). Dictionory of psichology. New York : Oxfort universit y
Press.
Davison, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. 2004. Abnormal Psychology 9th ed. USA: John
Wiley & Sons, Inc.
Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007) . Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya
danTeknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek.
George Ritzer dan Douglas Goodman, 2009; Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik
Sampai Perekembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, Kreasi Wacana,
Jogjakarta.
George Ritzer, 2009; Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, PT RajaGrafindo
Persada.
Hermawan, Ruswandi dan Kanda Rukandi. (2007). Perspektif Sosial Budaya. Bandung:UPI
PRESS
Hermawan, Ruswandi dkk. (2006) . perkembangan masyarakat dan Budaya. Bandung :UPI
PRESS.
Jusung, Z.D. (2006). Stress Management, http://www.blogsome.com (on-line).
Kuswanto dan Bambang Siswanto. (2003). Sosiologi. Solo: Tiga SerangkaiDr. Duddy
Mulyawan‘s Site
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2006.
Salman, Otje dan Anthon F. Susanto. Beberapa Aspek Sosiologi Hukum. PT Alumni,
Bandung, 2004
Pinel, J. P. (2009). Biopsikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Puspitawati, Ira (2008). Psikologi Faal. Depok: Universitas Gunadarma
Subandi, M.A., & Hasanat, N.U. 2001. Pengembangan Model Pelayanan Rohani Bagi Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Umum. Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. 5
(1): 2-6.
Millon, Theodore, Seth G., Carrie M., Sarah M., & Rowena R. 2004. Personality Disorder In
Modern Life. US: john wiley & sons, inc.
Nevid, J., Rahtus S., & Beverly G. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nevid, Jeffrey S, dkk. 2005. Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga: Jakarta .
Nevid, J.S., Rathus, S.A.,& Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal, Edisi Kelima Jilid 1
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Wiramihardja, Sutardjo A. 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT Refika
Aditama

155
156

Anda mungkin juga menyukai