Laporan Aib Komang
Laporan Aib Komang
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PENGUKURAN POROSITAS
Dimana :
Øabs = porositas absolut (%)
Vp = Volume pori-pori batuan (cm3)
Vb = Volume total batuan (cm3)
Vg = Volume butiran (cm3)
5
2. Metode Saturation
4. Menimbang
W3 W2
Volume total batuan (Vb) =
B.J kerosin
W1 W2
Volume butiran (Vg) =
B.J kerosin
W3 W1
Volume pori (Vp) =
B.J kerosin
Volume pori
Porositas efektif ( eff ) = x 100%
Volume total batuan
W3 W1
= B.J kerosin x 100%
W3 W2
B.J kerosin
Vb Vg
Porositas = x 100%
Vb
8
8r 3 4
3(r 3 )
= x100%
8r 3
= 1 x100%
2(3)
= 47,6%
Sedangkan pada bidang Rhombohedral perhitungannya :
Volume total (bulk) = 8r3(sin 45) = 4√2 r3
4r 3
Volume butiran =
3
Vb Vg
Porositas = x 100%
Vb
4 2r 3 4
3(r 3 )
= x100%
4 2r 3
= 1 x100%
3 2r
= 26%
bervariasi, oleh karenanya harga porositas dari suatu lapisan ke lapisan yang
lain akan selalu bervariasi. Faktor utama yang menyebabkan harga porositas
bervariasi adalah :
1. Ukuran dan Bentuk Butir
Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh batuan,
tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir. Sedangkan
bentuk butir didasarkan pada bentuk penyudutan (ketajaman) dari
pinggir butir. Sebagai standar dipakai bentuk bola, jika bentuk butiran
mendekati bola maka porositas batuan akan lebih meningkat
dibandingkan bentuk yang menyudut.
2. Distribusi dan Penyusunan Butiran
Distribusi maksudnya penyebaran dari berbagai macam besar butir yang
tergantung pada proses sedimentasi dari batuan. Umumnya, jika batuan
tersebut diendapkan oleh arus kuat maka besar butir akan sama besar.
Sedangkan susunan adalah pengaturan butir saat batuan diendapkan.
90 o
o
90
90 o
90 o
90 o
o
90
6. Perhitungan :
W3 W2
Volume total batuan (Vb) =
B.J kerosin
W1 W2
Volume butiran (Vg) =
B.J kerosin
W3 W1
Volume pori (Vp) =
B.J kerosin
Volume pori
Porositas efektif ( eff ) = x 100%
Volume total batuan
W3 W1
= B.J kerosin x 100%
W3 W2
B.J kerosin
9. Putar handwheel sampai mercury untuk pertama kali muncul pada valve
picnometer. Catat volume scale dan dial handwheel (miring kanan),
misalnya 38,2 cc.
10. Hitung volume picnometer yang terisi Core sample : (50 – 38,2) cc = b
cc.
11. Hitung volume bulk dari Core sample : ( a – b ) cc = d cc.
12. Lanjutkan percobaan untuk menentukan volume pori (Vp), yaitu
dengan menutup valve picnometer. Kemudian atur pore space scale
pada angka nol. Untuk langkah 12 ini, pada saat meletakkan pore space
scale pada angka nol, kedudukan dial handwheel tidak harus pada
angka nol. Akan tetapi perlu dicatat besarnya angka yang ditunjukkan
dial handwheel (miring kiri) setelah pengukuran Vb. Harga tersebut
harus diperhitungkan saat mengukur Vp.
13. Putar handwheel searah jarum jam sampai ke kanan pada pressure
gauge menunjukkan angka 750 psia.
14. Catat perubahan volume pada pore space scale dan dial handwheel
(miring kiri) sebagai volume pori (Vp).
15. Hitung besarnya porositas.
=
57 gr 23gr
0,8 gr / cc
15
= 42,5 cc
W1 W2
f) Volume grain (Vg) =
BJ ker o sin
=
52 gr 23gr
0,8 gr / cc
= 35 cc
W3 W1
g) Volume pori (Vp) =
BJ ker o sin
=
57 gr 52 gr
0,8 gr / cc
= 6,25 cc
W3 W1
h) Øo = x100%
W3 W2
57 gr 52 gr x100%
=
57 gr 23gr
= 14,71 %
= 27,2cc
= 27,2 cc
c) Penentuan volume pori
o Skala awal = 0,1 cc
o Skala akhir = 4,3 cc
o Volume pori = ( skala awal - skala akhir )
= 0,91 4,3
= 3.42 cc
Vp
d) Øeff = x100%
Vb
3,42
= x100%
27,2
= 12,57 %
2.6. PEMBAHASAN
Porositas adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga
dalam batuan. Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan menentukan
kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Batuan reservoir yang memiliki
porositas yang baik, akan lebih banyak mengandung hidrokarbon di dalam
reservoir tersebut. Jadi, semakin besar porositas efektif suatu batuan
reservoir, maka akan semakin banyak pula hidrokarbon yang terkandung
dalam reservoir tersebu. Porositas diukur dengan dua cara yaitu, penentuan
porositas dengan cara menimbang dan penentuan porositas dengan cara
mercury injection pump. Dalam hal ini atau percobaan ini kita akan
17
2.7. KESIMPULAN
1. Besar porositas dipengaruhi oleh ukuran dari butiran batuan
2. Porositas adalah perbandingan volume pori batuan terhadap volume total
batuan
3. Berdasarkan proses terbentuknya porositas di bedakan menjadi porositas
primer dan sekunder
18
BAB III
PENGUKURAN SATURASI FLUIDA
Sw + S o + Sg = 1
S w + So = 1
dimana :
So = saturasi minyak
Sg = saturasi gas
Sw = saturasi gas
Dalam proses produksi selalu ada sejumlah minyak dan gas yang tidak
dapat diambil dengan teknik produksi yang paling maju yang dikenal dengan
istilah residual oil saturation (Sor) atau critical oil saturation (Soc), sedangkan
untuk gas dikenal dengan Sgr atau Sgc. Air yang selalu terdapat di dalam
ruang pori-pori batuan atau Zona transisi disebut dengan air connate. Dalam
proses produksi air tersisa disebut Swr atau Swc atau Swir.
tetapi biasanya antara 10 sampai 30%. Dengan demikian batas fluida antara
air dan minyak tidak selalu jelas. Besarnya penjenuhan air di dalam
reservoir minyak menentukan dapat tidaknya lapisan minyak itu
diproduksikan. Penjenuhan air dinyatakan sebagai Sw (water saturation).
Jika Sw lebih besar dari 50%, minyak masih dapat keluar; akan tetapi pada
umumnya harus lebih kecil dari 50%. Penjenuhan air tidak mungkin kurang
dari 10% dan dinamakan penjenuhan air yang tak terkurangi (irreducible
water saturation).
Hal ini biasanya terdapat pada reservoir dimana airnya membasahi
butir. Juga harus diperhatikan bahwa kedudukan minyak terhadap air
tergantung sekali daripada apakah reservoir tersebut basah minyak (oil wet)
atau basah air (water wet). Pada umumnya batuan reservoir bersifat basah
air. Air antar butir selalu terdapat dalam lapisan minyak, malah pernah
ditemukan pada ketinggian lebih dari 650 meter di atas batas minyak-air.
Pori – pori batuan Reservoir selalu berisi fluida dan fluida tersebut bisa
berupa minyak dan Gas (dead oil). Gas – Minyak – Air atau Gas – Air –
Minyak. Atau air selalu berada didalam reservoir sebab air lebih dulu ada
sebelum minyak atau gas datang/bermigrasi. Pada umumnya lebih sarang
(porous) batuan reservoir, lebih kecil penjenuhan air. Kadar air yang tinggi
dalam reservoir minyak mengurangi daya pengambilannya (recoverability).
Air ini biasanya merupakan selaput tipis yang mengelilingi butir-butir
batuan reservoir dan dengan demikian merupakan pelumas untuk
bergeraknya minyak bumi, terutama dalam reservoir dimana butir-butirnya
bersifat basah air. Penentuan Sw ditentukan di laboratorium dengan
mengextraksinya dari inti pemboran, akan tetapi secara rutin dilakukan dari
analisa log listrik, terutama dari kurva SP.
23
Vp = Vo + Vw + Vg
Vp = Vo + Vw
Vp = Vg + Vw
3.3.2 Bahan :
a) Fresh core
b) Air
c) Minyak
24
Gambar 3.5. Solvent extractor Gambar 3.6. Skema Stark dan Distilation Apparatur
Metode Destilasi
Prosedur :
1. Ambil fersh Core yang telah dijenuhi dengan air dan minyak.
2. Timbang Core tersebut, missal beratnya = a gram.
3. Masukkan Core tersebut ke dalam labu Dean & Stark yang telah diisi
dengan toluena.
25
= a – (b + c) gram = d gram.
d
Vo e cc
B.J min yak
e b
So Sw
Vp Vp
3.5.1 Analisa
a) Timbangan core kering = 34,3 gr
b) Timbangan core jenuh = 37 gr
c) Volume pori = 9,43 cc
(didapat dari metode penimbangan)
26
3.5.2 Perhitungan
a) Berat minyak = berat core jenuh - berat core kering – berat air
= 37 gr – 34,3 gr – 0.4 gr
= 2.3 gr
b) Volume minyak
2.3 gr
𝑉𝑜 = = 2,90 cc
0.793 gr/cc
Vo 2,90 cc
𝑆𝑜 = = = 0.30
Vp 9,43 cc
d) Saturasi air (Sw )
VW 0.4 cc
𝑆𝑤 = = = 0.04
Vp 9,43 cc
3.6 PEMBAHASAN
Saturasi fluida adalah ukuran kejenuhan fluida di dalam formasi
batuan atau dapat juga diartikan sebagai perbandingan antara volume pori
batuan yang terisi fluida terhadap volume pori total batuan. Di dalam suatu
batuan reservoir biasanya terdapat tiga jenis fluida, yaitu oil, water dan
27
gas. Dari data percobaan yang telah diberikan dan sesuai dengan hasil
perhitungan, dapat dilihat bahwa gas memiliki saturasi paling besar
dibandingkan oil dan water.
Dalam percobaan ini kita menentukan saturasi sauatu core.
Pertama kita menentukan volume masing-masing fliuda (minyak, air, gas)
dengan cara metode destilasi. Setelah didapatkan hasilnya, kita akan
mendapatkan berat minyak yaitu 2,3gr. Setelah berat minyak didapat lalu
menghitung volum minyak, dan hasilnya 2,90cc. Dari situ kita bias
menghitung saturasi minyak (So) yaitu 0,30, Setelah itu kita juga bias
mencari saturasi airnya dari berat air yang didapat yaitu 0,04, dan saturasi
gasnya adalah 0.66. Hasil Sg didapat dari persamaan. Dari semua hasil
saturasi, saturasi gas (Sg) yang nilainya besar, berarti core tersebut dominan gas.
3.7 KESIMPULAN
1. Perbandingan total fluida yang mengisi batuan terhadap volume pori
batuan tidak akan lebih besar dari 1
2. Saturasi adalah perbandingan volume pori yang diisi fluida tertentu
terhadap volume pori total batuan.
3. Melalui saturasi dapat diketahui fluida mana yang lebih dominan
dalam mengisi ruang (pori) batuan, pada percobaaan yang lebih
dominan adalah gas sebesar 66% .
4. Volume pori total (Vp) batuan mempengaruhi saturasi batuan.
5. Pengukuran saturasi sangat penting dalam penentuan jenis reservoir,
apakah merupakan reservoir minyak atau merupakan reservoir gas.
28
BAB IV
PENGUKURAN PERMEABILITAS
k.dp
v=-
μ.dL
dimana :
V = kecepatan aliran fluida, cm / det
μ = viscositas fluida yg mengalir, cp
dp/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = permeabilitas dalam media berpori, darcy.
𝑘. 𝑑𝑝
𝑞=
𝑚. 𝑑𝑦
dimana :
q = kecepatan alir fluida, cm/s
k = permeabilitas, darcy
m = viskoditas, cp
𝑑𝑝
𝑑𝑦
= gradient hidrolik, atm/cm
30
percobaan ini dapat ditentukan harga saturasi minyak (So) dan saturasi air
(Sw) pada kondisi stabil. Harga permeabilitas efektip untuk minyak dan air
adalah :
Q o . o . L Q w . w . L
Ko Kw
A.( P1 P2 ) A.( P1 P2 )
dimana :
o = viskositas minyak
w = viskositas air.
Percobaan ini diulangi untuk laju permukaan (input rate) yang
berbeda untuk minyak dan air, dengan (Qo + Qw) tetap kontan. Harga-
Q o . o . L
harga Ko dan Kw pada Persamaan Ko dan
A.( P1 P2 )
Q w . w . L
Kw jika diplot terhadap So dan Sw akan diperoleh hubungan
A.( P1 P2 )
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2 Dari Gambar 4.2 dapat
ditunjukkan bahwa Ko pada Sw = 0 dan So = 1 akan sama dengan harga K
absolut, demikian juga untuk harga K absolutnya (titik A dan B pada
Gambar 4.2)
Gambar 4.1 Kurva Permeabilitas Efektif untuk Sistem Minyak dan Air
(Craft, B.C., Hawkins M.F., 1959)
32
ko k w 1
2) Gas parameter
a) Core holder dan thermometer
b) Triple range flowmeter dengan selector valve
33
4.3.2 Bahan :
a) Fresh Core
b) Gas
g Qg L
k
A P
Pengukuran Permeabilitas Absolut dengan Gas Permeameter
Persamaan yang digunakan :
g Qg L
k
A P
4.5.2. Perhitungan
1
a) Luas penampang core (A) = 4 𝜋𝑑2
1
= 4 3,14 x (4 cm)2
= 12,56 cm2
b) Permeabilitas (k)
k1
k2
4.6. PEMBAHASAN
Sesuai dengan persamaan permeabilitas yang telah di sampaikan
pada poin sebelumnya, permeabilitas berbanding lurus dengan viskositas
gas, laju aliran gas dan panjang core, dan juga berbanding terbalik dengan
luas penampang core dan beda tekanan yang bekerja pada core. Ada tiga
37
macam data yang diberikan dalam percobaan ini, dengan flow reading,
laju aliran gas serta beda tekanan yang berbeda – beda. Data pertama
memiliki laju aliran gas 21,922 cc/dtk, beda tekanan 0,2 atm dan
menghasilkan permeabilitas senilai 0,445 darcy. Data kedua memiliki
laju aliran gas 40,625 cc/dtk dengan beda tekanan 0,5 atm menghasilkan
permeabilitas sebesar 0,330 darcy. Dan data ketiga memiliki laju aliran
gas sebesar 50 cc/dtk dengan beda tekanan 1 atm sehingga menghasilkan
permeabilitas sebesar 0,203 darcy. Seperti yang terlihat pada tabel dan
grafik di bawah ini:
PERMEABILITAS VS 1/ΔP
0.5
5; 0.445
Permeabilitas (darcy)
0.4
2; 0.33
0.3
0
0 1 2 3 4 5 6
1/ΔP (1/atm)
38
4.7. KESIMPULAN
1. Ukuran porositas efektif sangat mempengaruhi permeabilitas.
2. Permeabilitas adalah kemampuan dari batuan untuk mengalirkan fluida
3. Permeabilitas dibedakan menjadi permeabilitas absolute,efektif dan
relatif
4. Semakin besar perbedaan tekanan semakin besar laju alir fluida
5. Perhitungan permeabilitas dari ketiga percobaan, semakin besar
perbedaan tekanan semakin kecil permeabilitasnya.
39
BAB V
SIEVE ANALYSIS
a. Saucier :
50 Percentil Gravel
G S Ratio
50 Percentil Sand
b. Schwartz :
10 Percentil Gravel
G S Ratio
10 Percentil Sand
atau
42
40 Percentil Gravel
G S Ratio
40 Percentil Sand
c. CoberlyHillWagnerGumpertz :
15. Buat grafik semilog antara opening diameter dengan cumulative percent
retained
16. Dari grafik yang didapat (seperti huruf S), hitung:
dia pada 25%
Sorting coefficient =
dia pada 75%
Medium diameter pada 50% = ........................mm
5.5.2.Perhitungan
1. Berat kumulatif sieve no.16 = 46
% Berat kumulatif sieve no. 16 = 46/102,4 × 100% = 44,92%
2. Berat kumulatif sieve no. 30 = 46+ 11 = 57
% Berat kumulatif sieve no. 30 = 57/102,4 × 100% = 55,66%
3. Berat kumulatif sieve no. 40 = 57 + 18 = 75
% Berat kumulatif sieve no. 40 = 75/102,4 × 100% = 73,24%
4. Berat kumulatif sieve no. 50 = 75 + 27,4 = 102,4
% Berat kumulatif sieve no. 50=102,4/102,4 × 100% = 100%
45
Untuk 40%
55,66
44,92
40
0,59 1,19 x
55,66
50
44,92
0,59 x 1,19
55,66 – 50 0,59 – x
55,66 – 44,92 0,59 – 1.19
5,66 0,59 – x
10,74 – 0.6
x 0,906 cc
46
Untuk 90%
100
90
73,24
0,297 x 0,42
100 – 90 0,297 – x
100 – 73,24 0,297 – 0,42
10 0,297 - x
26,76 –0,123
x 0,334 cc
5.6. PEMBAHASAN
Sieve analysis adalah metode untuk menentukan pembagian butir
atau gradasi dalam bentuk agregat kasar dan agregat halus dengan
menggunakan saringan atau sieve.. Dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
1.404 40
1.19 44.92
0.906 50
0.59 55.66
0.42 73.34
0.334 90
0.297 100
5.7. KESIMPULAN
1. Keseragaman butiran core yang diteliti merupakan pemilahan yang
sedang C = 4,203
2. Besar Opening Diameter & ayakan menentukan seberapa banyak butir
pasir yang tersaring
3. Semakin kecil ukuran opening diameter, semakin besar % berat
kumulatifnya.
4. Save analysis digunakan untuk menentukan keseragaman butir suatu
batuan
5. Ketika menghadapi masalah kepasiran pada formasi perlu dilakukan
sieve analysis guna untuk menentukan besar saringan yang akan
digunakan untuk menanggulanginya.
49
BAB VI
PENENTUAN KADAR LARUT SAMPLE FORMASI
DALAM LARUTAN ASAM
5 Keringkan residu dalam oven kira-kira selama ½ jam dengan suhu 105oC
(220oF), kemudian dinginkan dan akhirnya ditimbang.
6 Hitung kelarutan sebagai % berat dari material yang larut dalam HCI
15%.
6.6. PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini kita akan menentukan % solubility batu pasir
dan batu karbonat. Pada batu pasir data diatas didapatkan dari berat batu
pasir sebelum pengasaman 11 gr dan sesudah pengasaman 11 gr, maka %
solubility dari batu pasir adalah 0 %. Pada batu karbonat berat batu pasir
53
6.7. KESIMPULAN
1. Persentase berat solubility pada sampel batu karbonat lebih besar
dibanding dengan sampel batu pasir.
2. Persentase berat solubility adalah sebagai persentase berat material yang
larut dalam asam
3. Melalui data persentase berat solubility dapat direncanakan seberapa
pekat asam yang akan diinjeksikan ke formasi.
4. Penginjeksian asam ke formasi bertujuan untuk meningkatkan
produktifitas sumur
5. Acidizing merupakan salah satu cara dalam meningkatkan produktivitas
suatu sumur dengan menginjeksikan asam ke formasi.
54
BAB VII
PENENTUAN TEKANAN KAPILER PADA SAMPLE
BATUAN RESERVOIR
Pc Pnw Pwf
Tekanan kapiler mempunyai dua pengaruh yang penting dalam reservoir
minyak atau gas, yaitu :
a. Mengontrol distribusi fluida di dalam reservoir
b. Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak
atau mengalir melalui pori-pori reservoir sampai mencapai
batuan yang impermeable.
2. .cos
Pc . g. h
r
dimana :
Pc = tekanan kapiler
= tegangan permukaan antara dua fluida
cos = sudut kontak permukaan antara dua fluida
r = jari-jari lengkung pori-pori
= perbedaan densitas dua fluida
g = percepatan gravitasi
h = tinggi kolom
56
Gambar 7.4. Pump Plunger Gambar 7.5. Travelling Yoke Gambar 7.6. Make-up Nut
perbedaan terlalu besar yoke stop harus direset kembali dan deviasi
pembacaan adalah 0,001 cc.
Perhitungan Kolom 5 :
Dengan cara Interpolasi mencari nilai pressure volume correct :
No. 1
1
0,1
0
0,15 x 0
62
1 – 0,1 0,15 - x
1–0 0,15 – 0
0,9 0,15 - x
1 0,15
x = 0.015 cc
No. 2
4
2,5
1
0,25 x 0,15
4 – 2,5 0,25 - x
4–1 0,25 – 0.15
1,5 0,25 - x
3 0,1
x = 0,2 cc
No. 3
4
3,5
1
0,25 x 0,15
63
4 – 3,5 0,25 - x
4–1 0,25 – 0,15
0.5 0,25 - x
3 0,1
x = 0,233 cc
No. 4
9
4
1
0,35 x 0,15
9–4 0,35 - x
9–1 0,35 – 0.15
5 0,35 - x
8 0,2
x = 0,25 cc
No. 5
9
6,5
4
0,35 x 0,25
64
9 – 6,5 0,35 - x
9–4 0,35 – 0,25
2,5 0,35 - x
5 0,1
x = 0,3 cc
Perhitungan Kolom 5 :
Rumus:
Kolom3 – Kolom 4
Perhitungan Kolom 6 :
Rumus :
Actual Volume Mercury of Injection
x 100%
Volume pori
Volume Pori = 30 cc
1.
25,008 = 83,627 %
x 100%
30
2.
22,3 = 74,333 %
x 100%
30
3. 17,267 = 57,557 %
x 100%
30
65
4. 14,75 = 49,167 %
x 100%
30
5. 12,7 = 42,333 %
x 100%
30
7.6. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini membahas mengenai tekanan kapiler yang
diberikan kepada suatu formasi batuan reservoir. Tekanan kapiler
merupakan perbedaan tekanan yang ada antara permukaan dua fluida yang
tidak tercampur, sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang
memisahkan fluida tersebut. Ada dua grafik yang akan dibahas pada bab ini,
yaitu:
Grafik 7.1. Hubungan Correct Pressure (atm) dan Mercury Saturation (%)
100
90
80
70
60
50 Correct Pressure vs
40 Mercury Saturation
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Mercury Saturation (%)
Pressure vs Volume
150
140
130
120
110
100
Pressure (atm)
90
80
70
Pressure vs Volume
60
50
40
30
20
10
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Volume (cc)
7.3 KESIMPULAN
1. Tekanan kapiler adalah perbedaan tekanan antara fluida yang membasahi
batuan terhadap fluida yang tidak membasahi batuan
69
BAB VIII
PEMBAHASAN UMUM
Porositas adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam batuan
(menggambarkan prosentase dari total ruang yang tersedia untuk ditempati oleh
fluida).Klasifikasi dari porositas, antara lain :
Berdasarkan proses pembentukannya :
Porositas Primer
Merupakan porositas yang terjadi bersamaan dengan proses pengendapan
batuan.
Porositas Sekunder
Merupakan porositas yang terjadi setelah proses pengendapan batuan
terjadi. Porositas sekunder dapat terjadi antara lain akibat aksi pelarutan air
tanah atau akibat rekahan (hydraulic fracturing).
besar besar porositas maka semakin besar saturainya. Dalam dunia perminyakan
penghitungan porositas sangat penting dilakukan terutama dalam pengestimasian
cadangan minyak suatu reservoir.
Saturasi fluida merupakan ukuran kejenuhan fluida di dalam formasi batuan
atau dapat juga didefinisikan perbandingan antara volume pori batuan yang terisi
fluida terhadap volume pori total batuan. Di dalam suatu batuan reservoir
biasanya terdapat tiga jenis fluida, yaitu oil, water dan gas. besar kecilnya volume
fluida yang mengisi pori – pori batuan dapat mempengaruhi besar kecilnya
saturasi fluida tersebut di dalam suatu formasi batuan reservoir. Dalam percobaan
ini kita akan menentukan saturasi sauatu core. Pertama kita akan menentukan
volume masing-masing fliuda (minyak, air, gas) dengan cara metode destilasi.
Setelah dapat mencari Saturasi fluidanya (oil, gas water). Setelah kita ketahui
jenis fluida apa yang melewati pori-pori batuan dari saturasi, maka kita juga harus
mengetahui kemampuan batuan tersebut untuk bisa melewatkan fluida ini. Untuk
itu kita harus menentukan dulu permeabilitas. Dalam dunia perminyakan saturasi
digunakan untuk menentukan jeniss reservoir, apakah dominan gas atau oil.
Sementara permeabilitas adalah sifat-sifat fisik batuan reservoir untuk dapat
mengalirkan fluida melalui pori-pori yang saling berhubungan tanpa merusak
partikel pembentuk batuan tersebut. Di dalam reservoir fluida yang mengalir
biasanya lebih dari satu macam, sehingga permeabilitas dapat dibagi menjadi.
Permeabilitas memiliki satuan yaitu darcy, Dimana satu darcy berlaku, dengan
viscositas 1 Cp, dengan laju alir 1 cc/dt melalui luas penampang 1 cm 2 dan
mengalami penurunan tekanan 1 atm/ cm.Dalam percobaan ini kita akan
menentukan permeabilitas suatu sample (core) dengan menggunakan gas
permeameter. Percobaan dilakukan 3 kali. Setelah didapatkan hasil-hasilnya lalu
dimasukkan atau diplotkan ke dalam suatu grafik, seperti grafik 4.1 garfik
hubungan antara permeabilitas (k) dengan perbedaan tekanan (1/P).
Permeabilitas sangat dipengaruhi oleh perbedaan tekanan dan viskositas fluidanya
72
BAB IX
KESIMPULAN UMUM
1. Analisa inti batuan adalah merupakan tahapan analisa setelah contoh formasi
di bawah permukaan (core) diambil.
4. Saturasi oil merupakan perbandingan antara volume pori core yang diisi oleh
oil dengan volume pori total core. Saturasi water merupakan perbandingan
antara volume pori core yang diisi oleh water dengan volume pori total core.
5. Besar kecilnya volume fluida yang mengisi pori – pori batuan dapat
mempengaruhi besar kecilnya saturasi fluida tersebut di dalam suatu formasi
batuan reservoir.
6. Permeabilitas adalah kemampuan dari suatu batuan untuk melewatkan fluida.
11. Stimulasi adalah upaya dalam peningkatan produktifitas sumur, salah satunya
adalah menggunakan metode acidizing.
12. Sebelum melakukan acidizing terlebih dahulu ditentukan %berat solubility
batuan.
13. Persentase berat solubility adalah persentase berat material yang larut dalam
asam.
14. Tekanan Kapiler adalah perbedaan tekanan antara fluida yang bersifat
membashi batuan dengan fluida yang tidak membasahi batuan.
15. Semakin besar correct pressure yang ada pada sample batuan, maka mercury
saturationnya akan semakin kecil.
78
DAFTAR PUSTAKA
.................... www.migasnet04sholeh779.blogspot.com
.................... www.glossary.oilfield.slb.com
.................... www.migasnet01_fatniasi710.blogspot.com
79
LAMPIRAN