N DENGAN
FRAKTUR FEMUR DEXTRA DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG
ESTI BHAKTI DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA ANTON SOEDJARWO
PONTIANAK
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan Untuk
Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Di Akademi Keperawatan
Dharma Insan Pontianak
OLEH :
SHERLY GITA PRAMESTI
NIM : 20151780
Ns. Stepanus Maman Hermawan., M. Kep Valentina Dwi Tina Henry, S.Kep,
Ners
NIK. 1092 NIK. 1113
Mengetahui,
Direktur
Akademi Keperawatan Dharma Insan
1. Penguji:
Maria Goretik, S.ST., M. Kes
( )
2. Pembimbing Utama:
Ns. Stepanus Maman Hermawan., M. Kep
( )
3. Pembimbing Pendamping:
Valentina Dwi Tina Henry, S. Kep., Ners
( )
Mengetahui,
Direktur
Akademi Keperawatan Dharma Insan
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
Ilmiah ini bukan hanya karena kemampuan penulis, tetapi karena banyak juga
didukung oleh berbagai pihak. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
4. Ibu Ns. Sisilia Lily, S.Kep., M.Kes selaku Pembantu direktur III bidang
5. Ibu Maria Goretik, S.ST., M. Kes selaku penguji utama dalam Karya Tulis
Ilmiah ini,
7. Ibu Valentina Dwi Tina Henry, S.Kep., Ners selaku pembimbing II serta
yang telah mendukung saya dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini,
9. Ibu Wilhelmina Irmina, S. Kep., Ners yang telah mendukung saya dalam
10. Ayah saya Martinus Sudarso, SKM dan ibu saya Sri Maria, A.Md., Keb
yang telah mendukung saya dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini,
Maria Yustinus, Devi Novita Huring, Yuda Perkasa Simatupang yang telah
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Penulis menerima kritik dan saran yang
membangun, penulis berharap Karya Tulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan luasnya (Djamal, Rompas, & Bawotong, 2015). Fraktur lebih sering terjadi
pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olah raga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor, sedangkan pada orang tua, wanita lebih sering
permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak,
merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik tulang rawan, baik
yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah
patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Aprilinan, Asih, &
Shodikin, 2016).
terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur
akibat kecelakaan lalu lintas (Aprilinan, Asih, & Shodikin, 2016). Prevalensi
cedera pada masyarakat Indonesia pada tahun 2007 sebesar 7,5%, dengan
urutan penyebab cedera terbanyak adalah jatuh, kecelakaan lalu lintas (KLL)
darat dan terluka benda tajam/ tumpul. Pada tahun 2013 terdapat peningkatan
jatuh 40,9%, kecelakaan sepeda motor (40,6%), cedera karena benda tajam/
pasien (17%) fraktur humerus, 1 pasien (8%) faktur tibia, 1 pasien (8%) fraktur
Masalah-masalah yang bisa saja terjadi sebagai akibat dari fraktur salah
keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstermitas secara
mandiri dan terarah (Herdman & Kamitsuru, 2015). Pengertian dari mobilisasi
adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang untuk bergerak dalam
psikologis (Marlina).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Parahita & Kurniyanta) tujuan
fraktur. Hal ini akan tercapai dengan melakukan traksi untuk meluruskan
sementara dengan traction splint. traction splint menarik bagian distal dari
Masalah lain yang dialami pada pasien fraktur adalah gangguan pola tidur.
Gangguan pola tidur adalah interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat
faktor eksternal (Herdman & Kamitsuru, 2015). Ada beberapa upaya untuk
dapat dilakukan dengan cara memberikan obat berupa suntikan anti nyeri
sesuai dengan dosis yang dituliskan dokter untuk mengurangi rasa nyeri.
dari beberapa tindakan penanganan seperti: teknik relaksasi, terapi musik dan
masalah tersebut agar pasien dapat melakukan perawatan diri secara total
melatih kaki yang tidak sakit agar tidak mengalami kekakuan otot. Penurunan
(menyeluruh) yang sesuai dengan standar oprasional prosedur. Salah satu peran
kebutuhan, bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama dalam
jangka waktu yang lama. Peran perawat untuk mengatasi masalah gangguan
pola tidur adalah monitor/ catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur, bantu
langkah seperti pijat, pemberian posisi dan sentuhan afektif. Peran perawat
untuk mengatasi masalah defisit perawatan diri adalah bantu pasien ke toilet
atau tempat lain untuk eliminasi pada interval waktu tertentu, bantu
mandi, mandi dengan berdiri, dengan menggunakan cara yang tepat atau sesuai
Wagner, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Pontianak.
2. Tujuan Khusus
Pontianak.
Pontianak.
Soedjarwo Pontianak.
D. Manfaat Penelitian
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat:
1. Bagi Akademis
dalam hal asuhan keperawatan pada pasien dengan Fraktur Femur Dextra
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi tambahan ilmu bagi pelayanan di
baik.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan dari penulis dengan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
kerja, kecelakaan lalu lintas, tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor
melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam
tulang.
3. Anatomi dan Fisiologi
Gambar 3.1
Gambar tulang femur
a) Os. Femur
distalis.
fossa trachanterica.
b) Os Patella
c) Os Tibia
d) Os Fibula
dengan tibia.
b. Fisiologi
tubuh.
2) Fungsi tulang adalah untuk menjaga agar organ tubuh tetap berada
di tempatnya.
sumsum tulang.
4. Etiologi
a. Cedera traumatik
fraktur klavikula.
yang kuat.
b. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lembut
c. Secara spontan
5. Patofisiologi
Menurut (Wijaya & Putri, 2013)
Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma karena adanya
gangguan gaya dalam tubuh, yaitu stres, gangguan fisik, gangguan
metabolik, patologik. Kemampuan otot yang mendukung tulang menurun,
baik yang terbuka maupun yang tertutup. Fraktur menyebabkan kerusakan
pembuluh darah yang akan mengakibatkan perdarahan dan volume darah
menurun. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi
edema lokal maka penumpukan didalam tubuh. Fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan
rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi
neuro vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar
dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas
kulit. Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada
umumnya pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
imobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah
dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur dapat menyebabkan
Karena ada cidera, respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut
(venous return) dengan cara kontraksi volume darah didalam sistem vena
sistemik. Cara yang paling efektif untuk memulihkan kardiak pada tingkat
seluler, sel dengan perfusi dan oksigenisasi tidak adekuat tidak mendapat
patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak
setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga
aktivitas osteoblast dan sel –sel tulang baru mengalami remodeling untuk
6. Manifestasi Klinis
a. Nyeri
Nyeri ini dapat timbul berupa nyeri tekan, gerak, dan diam. Hal ini
jaringan dan juga bisa terjadi karena penekanan saraf sensoris karena
b. Bengkak
penurunan lingkup gerak daripada sendi panggul dan sendi lutut kanan.
timbul nyeri dan keterbatasan gerak serta aktivitas terganggu dan terjadi
Setiap sendi di sekitar area radang yang digerakkan, maka akan timbul
7. Pemeriksaan Diagnostik
yaitu:
metalikmen.
a. Reduksi
1) Reduksi tertutup
2) Reduksi terbuka
atau nail.
b. Traksi
1) Skin traksi
2) Skeletal traksi
(Djamil, 2015).
diindikasi pada fraktur terbuka grade II dan III, fraktur terbuka yang
disertai hilangnya jaringan atau tulang yang parah, fraktur yang disertai
(Djamil, 2015).
9. Komplikasi
a. Infeksi
internal fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat
b. Deayed Union
c. Non Union
d. Avaskuler nekrosis
e. Mal Union
Mal Union adalah terjadi penyambungan tulang tetapi menyambung
atau kecacatan.
a. Fase hematoma
b. Fase poliferasi
Fase pembentukan kalus terjadi selama 2-6 minggu. Pada sel yang
dibersihkan.
d. Fase Konsolidasi
diantara fragmen dengan tulang baru akan diisi oleh osteoblas. Perlu
normal.
e. Fase Remodelling
telah dihubungkan oleh tulang yang padat, tulang yang padat tersebut
1. Pengkajian
b. Keluhan utama, pada umumnya pada kasus fraktur adalah nyeri. Untuk
digunakan:
berdenyut.
4) Scale: skala nyeri. Misalnya 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6
c. Pola Eliminasi
jumlah.
hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur pasien. Selain itu,
lain.
mengatasi nyeri.
gerak.
2. Diagnosa Keperawatan
eksternal.
b) Batasan karakteristik:
penyebabnya.
akibat bergerak.
b) Batasan karakteristik:
Penurunan motivasi.
b) Batasan karakteristik:
di toilet.
3. Rencana Keperawatan
muskuloskeletal.
1) Ambulasi
(tidak terganggu).
(tidak terganggu).
terganggu).
terganggu).
f) Berjalan menaiki tangga dipertahankan pada level 5 (tidak
terganggu).
terganggu).
terganggu).
terganggu).
terganggu).
2) Pergerakan
terganggu).
terganggu).
yaitu:
Aktivitas-aktivitas:
menggunakan tubuh.
atau injuri.
dan efek yang mungkin timbul pada jaringan otot dan postur.
memindahkan peralatan.
Aktivitas-aktivitas:
dijangkau.
(pasien).
sesuai kebutuhan.
pemindahan.
lainnya.
ambulasi jarak.
NOC:
1) Tidur
g) Tidur dari awal sampai habis di malam hari secara konsisten (5)
tidak terganggu.
NIC:
1) Peningkatan tidur.
perencanaan.
tidur.
minimal 90 menit.
bangun pasien.
meningkatkan tidur.
gangguan muskuloskletal.
(tidak terganggu).
terganggu).
(tidak terganggu).
(tidak terganggu).
l) Berdiri setelah eliminasi atau berdiri dari kursi bantu untuk
eliminasi.
NIC: (eliminasi)
Aktivitas-aktivitas:
perawatan diri.
eliminasi.
commode, pispot).
kebutuhan.
dengan tepat.
NOC: (mandi)
(tidak terganggu).
terganggu).
terganggu).
terganggu).
l) Mencuci badan bagian bawah ditingkatkan ke level 5 (tidak
terganggu).
terganggu).
terganggu).
terganggu).
(tidak terganggu).
terganggu).
terganggu).
l) Memperhatikan kuku kaki ditingkatkan ke level 5 (tidak
terganggu).
terganggu).
(tidak terganggu).
(tidak terganggu).
NIC: mandi.
1) Memandikan.
(pasien).
perawatan diri.
perawatan diri.
diperlukan.
terapi).
diri pasien.
4. Implementasi Keperawatan
(Safii, 2012).
5. Evaluasi Keperawatan
1. Definisi mobilitas
waktu yang singkat memerlukan tindakan tertentu yang tepat, baik oleh
oleh perawat, antara lain: gerakan setiap persendian, postur tubuh, latihan
a. Gaya hidup
membatasi gerakan.
c. Kebudayaan
keluar rumah.
d. Tingkat energi
cukup.
METODE PENELITIAN
menurut (Hayati) dinamakan metode tradisional, karena metode ini cukup lama
rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.
Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-
pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode
etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk
penelitian.
Subjek studi kasus dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah pasien Fraktur
Femur yang dirawat di ruang Esti Bhakti di Rumah Sakit Bhayangkara Anton
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Ekslusi
C. Fokus Studi
Pasien fraktur femur dextra yang mengalami masalah aktifitas di ruang esti
2. Kebutuhan aktivitas
pergerakan fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang tersebut dapat
Tidur adalah salah satu cara melepaskan kelelahan jasmani dan mental.
Jika tidur semua keluhan akan hilang atau berkurang dan akan kembali
dihadapi.
untuk pasien dengan masalah fraktur adalah agar pasien dapat melakukan
perawatan diri secara total sejauh kemampuan yang bisa dilakukan dengan
mandiri.
F. Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
disampaikan responden.
2. Metode wawancara
yang tepat jika ingin mendapatkan data yang mendalam atau ingin
tersebut.
2 orang atau lebih, tetapi suatu interaksi yang terencana dan memiliki tujuan
spesifik yaitu mendapatkan data sesuai tujuan penelitian. Hal ini perlu
3. Metode kuisioner
sifatnya yang tidak harus bertatap muka dengan peneliti, maka metode ini
besar dan tersebar pada beberapa tempat. Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan metode ini juga disebut kuisioner. Kuisioner
G. Prosedur Penelitian
1. Menentukan permasalahan
2. Penetapan lokasi
diskusi terarah
6. Hasil.
gordon.
I. Etika Penelitian
confidentiality)
menyangkut privasi subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi
tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan
penelitian.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian Tahun 2018
No Juli Agustus
Kegiatan Juni
.
2 3 4 1 2 3 4 5 6 7
1. Penentuan judul
2. Pengumpulan data
Analisa data dan
3.
Penyusunan Laporan
4. Konsultasi
5. Ujian akhir KTI
6. Revisi KTI
7. Pengumpulan laporan
BAB IV
No. RM : 117083
1. Pengkajian
Identifikasi
a. Pasien
8) Pendidikan : SMA
1. Data Medik
b. Diagnosa Medik
2. Keadaan Umum
a. Tanda-Tanda Vital
1) Kesadaran
b) Kuantitatif
Jumlah : 15
M. A. P : 93,3 mmHg
4) Nadi
Frekuensi : 70 x/ menit
Irama : Teratur
5) Pernafasan
Frekuensi : 20 x/ menit
Irama : Teratur
Jenis : Dada
b. Pengukuran
59th
Gambar 4.1
Genogram
Keterangan:
= Meninggal
= Laki-laki normal
= Wanita normal
= Pasien
59th
= Umur pasien
= Tinggal serumah
Gondok.
1) Data Subjektif
ketika saya menggerakkan kaki kanan saya dan nyeri juga hilang
timbul. Sejak dirawat di rumah sakit, saya hanya berbaring di
2) Data Objektif
a) Observasi
1) Data subjektif
yaitu pada jam 10.00 WIB dan jam 17.00 WIB, setiap makan
tekanan darah sering tinggi. Pasien sering minum air putih ± 1,5
pasien makan 3 kali sehari pada jam 07.00 WIB, jam 12.00 WIB
2) Data Objektif
a) Observasi
Intake :
Infus RL 500 cc
2000 cc
b) Pemeriksaan fisik
Conjungtiva : Anemik.
mengunyah keras.
Lidah : Bersih.
Tonsil : T1 (normal).
Pharing : Tidak ada pembesaran.
Abdomen:
Kulit:
Edema : Negatif.
Icteric : Negatif.
3) Terapi
terlalu lembek, dan bau khas feses. Saya buang air kecil 5-6 kali,
terlalu lembek, dan bau khas feses. Saya buang air kecil 5-6 kali,
2) Data Objektif
a) Observasi
Kanan : Negatif.
1) Data Subjektif
oleh perawat dan keponakan saya seperti mandi, buang air besar,
buang air kecil, bergerak diatas tempat tidur, miring kiri dan
kanan, kaki kanan saya juga terpasang traksi dan susah untuk
bergerak”.
2) Data Objektif
a) Observasi
Aktivitas harian:
Makan 0 0 : Mandiri
1 : Bantuan dengan alat
Mandi 2
2 : Bantuan orang
3 : Bantuan orang dan alat
Berpakaian 0
4 : Bantuan penuh
Kerapian 0
Ambulasi 2
b) Pemeriksaan Fisik
JVP : ± 5-2 cm H2O.
Stridor : Negatif.
Cyanosis : Negatif.
Perkusi : Sonor.
Jantung
Thrill : Negatif.
Murmur : Negatif.
HR : 70 x/ menit.
A. Renalis : Negatif.
A. Femoralis : Negatif.
Kiri 4 1 Kanan
Reflek fisiologik
Kanan : Positif.
Columna Vertebralis
Inspeksi : Kelainan bentuk : Tidak ada.
segala arah.
c) Terapi
b) Ceftriaxone 2 x 1 gr intravena
c) Gentamicin 2 x 2 mg intravena
1) Data Subjektif
Pasien mengatakan,”sebelum sakit, saya biasanya tidur dari jam 20.00 WIB
dan bangun jam 07.00 WIB, saya tidur dengan nyenyak di rumah, saya
Pasien mengatakan,”sejak dirawat di rumah sakit, saya tidur jam 21.00 WIB
dan bangun jam 05.00 WIB, setiap malam saya terbangun karena nyeri saya
datang dan kaki kanan saya susah bergerak karena terpasang traksi”.
2) Data Objektif
a) Observasi
Ekspresi wajah mengantuk : Positif.
1) Data Subjektif
Pasien mengatakan, ”saya tidak menggunakan alat bantu dengar dan tidak
menggunakan kacamata, jika ada rasa nyeri saya hanya urut-urut saja”.
Pasien mengatakan, ”sejak saya dirawat di rumah sakit, kaki saya terasa
nyeri karena kaki saya patah, nyeri terasa nyut-nyut letaknya dari pangkal
paha sampai kaki dengan skala 2 (nyeri ringan) nyeri hilang timbul”.
2) Data Objektif
a) Observasi
b) Pemeriksaan Fisik
Penglihatan
Cornea : Jernih.
Visus : 6/6.
Pendengaran
3) Terapi
1) Data Subjektif
Pasien mengatakan, ”saya malu dengan orang-orang karena kaki saya yang
patah ini karena tidak bisa berjalan lagi, jika saya pulang ke rumah saya
Pasien mengatakan,” saya malu dengan orang-orang karena kaki saya yang
patah ini karena tidak bisa berjalan lagi, jika saya pulang ke rumah saya
2) Data Objektif
a) Observasi
b) Pemeriksaan fisik
1) Data Subjektif
baik dengan tetangga saya dan keluarga lainnya. Biasanya ketika ada
2) Data Objektif
a) Observasi
1) Data Subjektif
Pasien mengatakan, ”saya mulai menstruasi saat umur saya 12 tahun, dan
menopause pada umur 30-40 an, selama menstruasi tidak ada gangguan,
saya menstruasi setiap bulan, saya tidak punya anak karena saya menikah
umur 42 tahun.”
1) Data Subjektif
Pasien mengatakan, ”jika saya ada masalah, saya selalu cerita dengan
keponakan saya.”
keponakan saya.”
2) Data Objektif
a) Observasi
b) Pemeriksan Fisik
HR : 70 x/ menit.
1) Data Subjektif
sholat”.
2) Data Objektif
a) Observasi
Masalah
No. Data Etiologi
1. Ds: Gangguan Hambatan
Pasien mengatakan, ”sejak dirawat di rumah muskuloskeletal. mobilitas fisik.
sakit, saya hanya berbaring saja di tempat tidur
dan tidak dapat melakukan aktivitas lainnya
karena kaki saya patah, aktivitas saya dibantu
oleh perawat dan keponakan saya seperti
mandi, buang air besar, buang air kecil,
bergerak diatas tempat tidur, miring kiri dan
kanan”.
Do:
a. Aktivitas pasien seperti mandi, buang air
besar, buang air kecil, bergerak ditempat
tidur,dan ambulasi tampak dibantu oleh
keponakan pasien dan perawat.
b. Kesulitan membolak-balik posisi.
c. Tekanan darah: 140/70 mmHg, nadi: 70 x/
menit, pernafasan: 20 x/ menit, suhu: 36,5
o
C.
d. Uji kekuatan otot: tangan kanan 4, tangan
kiri 4, kaki kanan 1 dan kaki kiri 4.
2. Ds: Imobilisasi. Gangguan pola
Pasien mengatakan, ”sejak dirawat di rumah
sakit, saya tidur jam 21.00 WIB dan bangun tidur.
jam 05.00 WIB, setiap malam saya terbangun
karena nyeri saya datang”.
Do:
a. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat.
b. Pasien tampak banyak menguap dan
ekspresi wajah mengantuk.
3. Ds: Gangguan Defisit perawatan
Pasien mengatakan, ”sejak dirawat di rumah muskuloskeletal. diri: Mandi,
sakit, saya hanya berbaring saja di tempat tidur Eliminasi.
dan tidak dapat melakukan aktivitas lainnya
karena kaki saya patah, aktivitas saya dibantu
oleh perawat dan keponakan saya seperti
mandi, buang air besar, buang air kecil,
bergerak diatas tempat tidur, miring kiri dan
kanan”.
Do:
a. Ketidakmampuan melakukan higiene
eliminasi secara komplit.
b. Ketidakmampuan mencapai toilet.
c. Ketidakmampuan naik ke toilet.
d. Aktivitas pasien seperti mandi, buang air
besar, buang air kecil, bergerak ditempat
tidur,dan ambulasi tampak dibantu oleh
keponakan pasien dan perawat.
3. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan
No. Paraf/
Tanggal Diagnosa Keperawatan
DP Nama
I Senin, 14-05-2018 Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, yang ditandai oleh:
Ds :
Pasien mengatakan,”sejak dirawat di rumah sakit, saya hanya
berbaring saja di tempat tidur dan tidak dapat melakukan
aktivitas lainnya karena kaki saya patah, aktivitas saya dibantu
oleh perawat dan keponakan saya seperti mandi, buang air
besar, buang air kecil, bergerak diatas tempat tidur, miring kiri
dan kanan”.
Do:
a. Aktivitas pasien seperti mandi, buang air besar, buang air
kecil, bergerak ditempat tidur,dan ambulasi tampak dibantu
oleh keponakan pasien dan perawat.
b. Kesulitan membolak-balik posisi. Sherly
c. Tekanan darah: 140/70 mmHg, nadi: 70 x/ menit, Gita
pernafasan: 20 x/ menit, suhu: 36,5 oC. Pramesti
d. Uji kekuatan otot: tangan kanan 4, tangan kiri 4, kaki kanan
1 dan kaki kiri 4.
II Senin, 14-05-2018 Gangguan pola tidur berhubungan dengan Imobilisasi, yang
ditandai oleh:
Ds:
Pasien mengatakan,”sejak dirawat di rumah sakit, saya tidur
jam 21.00 WIB dan bangun jam 05.00 WIB, setiap malam saya
terbangun karena nyeri saya datang”.
Do: Sherly
a. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat. Gita
b. Pasien tampak banyak menguap dan ekspresi wajah Pramesti
mengantuk.
III Senin, 14-05-2018 Defisit perawatan diri: Mandi, Eliminasi berhubungan dengan
Gangguan muskuloskeletal, yang ditandai oleh:
Ds:
Pasien mengatakan,”aktivitas saya dibantu oleh perawat dan
keponakan saya seperti mandi, buang air besar, buang air kecil.
Do:
a. Ketidakmampuan melakukan higiene eliminasi secara
komplit.
b. Ketidakmampuan mencapai toilet. Sherly
c. Ketidakmampuan naik ke toilet. Gita
d. Aktivitas seperti mandi, buang air besar, dan buang air Pramesti
kecil tampak dibantu oleh keponakan pasien dan perawat.
4. Rencana Keperawatan
Tabel 4.3
Rencana Keperawatan
No
. Diagnosa Keperawatan Tujuan NOC NIC
DP
I Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan Setelah 1. Ambulasi : 1. Bantu untuk menghindari duduk
muskuloskeletal, yang ditandai oleh: dilakukan Kemampuan dalam posisi yang sama dalam
Ds: asuhan menopang berat jangka waktu yang lama.
Pasien mengatakan,”sejak dirawat di rumah sakit, saya keperawatan badan 2. Bantu pasien untuk
hanya berbaring saja di tempat tidur dan tidak dapat selama 3 x 24 ditingkatkan ke perpindahan, sesuai kebutuhan.
melakukan aktivitas lainnya karena kaki saya patah, jam diharapkan level 5 (tidak 3. Bantu pasien dengan ambulasi
aktivitas saya dibantu oleh perawat dan keponakan saya masalah terganggu). awal dan jika diperlukan.
seperti mandi, buang air besar, buang air kecil, bergerak aktivitas 2. Pergerakan : 4. Dorong pasien untuk “bangkit
diatas tempat tidur, miring kiri dan kanan”. teratasi. a. Gerakan otot sebanyak dan sesering yang
Do: diringkatkan ke diinginkan jika sesuai.
a. Aktivitas pasien seperti mandi, buang air besar, buang level 5 (tidak 5. Edukasi penggunaan matras/
air kecil, bergerak ditempat tidur,dan ambulasi terganggu). tempat duduk atau bantal yang
tampak dibantu oleh keponakan pasien dan perawat. b. Gerakan sendi lembut, jika diindikasikan.
b. Kesulitan membolak-balik posisi. ditingkatkan ke
c. Tekanan darah: 140/70 mmHg, nadi: 70 x/ menit, level 5 (tidak
pernafasan: 20 x/ menit, suhu: 36,5 oC. terganggu).
d. Uji kekuatan otot: tangan kanan 4, tangan kiri 4, kaki
kanan 1, dan kaki kiri 4.
II Gangguan pola tidur berhubungan dengan Imobilisasi, Setelah 1. Tidur 1. Tentukan pola tidur/ aktivitas
yang ditandai oleh: dilakukan a. Jam tidur 6-8 pasien.
Ds: asuhan jam (5) tidak 2. Monitor/ catat pola tidur pasien
Pasien mengatakan,”sejak dirawat di rumah sakit, saya keperawatan terganggu. dan jumlah jam tidur.
tidur jam 21.00 WIB dan bangun jam 05.00 WIB, setiap selama 3x24 b. Pola tidur (5) 3. Monitor pola tidur pasien, dan
malam saya terbangun karena nyeri saya datang”. jam, diharapkan tidak catat kondisi fisik (misalnya
gangguan pola terganggu. apnea tidur, sumbatan jalan
Do: tidur teratasi. c. Kualitas tidur nafas, nyeri/ ketidaknyamanan,
a. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat. (5) tidak dan frekuensi buang air kecil?
b. Pasien tampak banyak menguap dan ekspresi wajah terganggu. Dan/ atau psikologis (misalnya,
mengantuk. d. Perasaan segar ketakutan atau kecemasan)
setelah tidur (5) keadaan yang mengganggu
tidak tidur.
terganggu. 4. Anjurkan pasien untuk
e. Nyeri 0 (tidak memantau pola tidur.
terganggu). 5. Sesuaikan lingkungan
(misalnya, cahaya, kebisingan,
suhu, kasur dan tempat tidur)
untuk meningkatkan tidur.
6. Bantu untuk menghilangkan
situasi stress sebelum tidur.
7. Bantu pasien untuk membatasi
tidur siang dengan menyediakan
aktivitas yang meningkatkan
kondisi terjaga, dengan tepat.
8. Bantu meningkatkan jumlah
jam tidur, jika diperlukan.
9. Anjurkan untuk tidur siang di
siang hari, jika diindikasikan,
untuk memenuhi kebutuhan
tubuh.
10. Diskusikan dengan pasien dan
keluarga mengenai teknik untuk
meningkatkan tidur.
III Defisit perawatan diri: Mandi, Eliminasi berhubungan Tujuan : setelah a. Perawatan diri: 1. Beri privasi privasi selama
dengan Gangguan muskuloskeletal, yang ditandai oleh: dilakukan Eliminasi eliminasi.
Ds: asuhan 1. Mengelap 2. Ganti pakaian pasien setelah
Pasien mengatakan,”aktivitas saya dibantu oleh perawat keperawatan sendiri setelah eliminasi.
dan keponakan saya seperti mandi, buang air besar, selama 3 x 24 buang urine 3. Bantu (memandikan pasien)
buang air kecil. jam diharapkan ditingkatkan ke dengan menggunakan kursi
Do: defisit level 5 (tidak untuk mandi, bak tempat mandi,
a. Ketidakmampuan melakukan higiene eliminasi perawatan diri terganggu). mandi dengan berdiri, dengan
secara komplit. teratasi. 2. Mengelap menggunakan cara yang tepat
b. Ketidakmampuan mencapai toilet. sendiri setelah atau sesuai dengan keinginan
c. Ketidakmampuan naik ke toilet. buang air besar (pasien).
d. Aktivitas seperti mandi, buang air besar, dan buang ditingkatkan ke 4. Bantu dalam hal kebersihan
air kecil tampak dibantu oleh keponakan pasien dan level 5 (tidak (misalnya deodorant atau
perawat. terganggu). farfum).
3. Mencuci wajah 5. Monitor kondisi kulit saat
ditingkatkan ke mandi.
level 5 (tidak 6. Letakkan handuk, sabun,
terganggu). deodorant, alat bercukur, dan
4. Mencuci badan asesoris lain yang diperlukan di
bagian atas sisi tempat tidur atau kamar
ditingkatkan ke mandi.
level 5 (tidak 7. Sediakan barang pribadi yang
terganggu). diinginkan (misalnya,
5. Mencuci badan deodorant, sikat gigi.
bagian bawah sabun mandi, shampo, lotion,
ditingkatkan ke dan produk aromaterapi.
level 5 (tidak 8. Fasilitasi pasien untuk
terganggu). menggosok gigi dengan tepat.
6. Membersihkan 9. Berikan bantuan sampai pasien
area perineum benar-benar mampu merawat
ditingkatkan ke diri secara mandiri.
level 5 (tidak
terganggu).
7. Mengeringkan
badan
ditingkatkan ke
level 5 (tidak
terganggu).
8. Mempertahank
an penampilan
yang rapi
ditingkatkan ke
level 5 (tidak
terganggu).
5. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
No.
Tanggal/ Waktu Evaluasi Keperawatan Nama/ Paraf
DP
Penulis dalam bab ini akan membahas tentang masalah-masalah yang muncul
terdapat antara konsep dasar teori dengan hasil penelitian di lahan praktik
1. Pengkajian
dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien
dapat diidentifikasi.
tertutup, fraktur terbuka dan fraktur dengan komplikasi. Pada pasien Ny. N
termasuk fraktur tertutup yaitu kulit tidak tertembus oleh fragmen tulang
sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak memiliki
Pada kasus Ny. N ketika hendak ke kamar mandi jatuh sebanyak 2 kali
hingga akhirnya kaki kanan tidak dapat digerakkan. Pasien Ny. N pernah
Pada tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan fraktur femur
cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri. Setelah terjadi patah tulang
Sedangkan pada Ny. N tanda dan gejala yang muncul yaitu: Pasien
tempat tidur dan tidak dapat melakukan aktivitas lainnya karena kaki saya
patah, aktivitas saya dibantu oleh perawat dan keponakan saya seperti
mandi, buang air besar, buang air kecil, bergerak diatas tempat tidur,
miring kiri dan kanan. Sejak dirawat dirumah sakit, saya tidur jam 21.00
WIB dan bagun jam 05.00 WIB, setiap malam saya terbangun karena nyeri
saya datang”. Aktivitas pasien seperti mandi, buang air besar, buang air
kekuatan otot : tangan kanan 4, tangan kiri 4, kaki kanan 1, kaki kiri 4.
dikarenakan adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan pihak
ruangan yang memberikan data yang cukup serta klien kooperatif dan
aktif.
2. Diagnosa Keperawatan
adalah hambatan mobilitas fisik, gangguan pola tidur dan defisit perawatan
diri: eliminasi dan mandi. Alasan dipilih masalah gangguan mobilitas fisik
saya hanya berbaring saja di tempat tidur dan tidak dapat melakukan
aktivitas lainnya karena kaki saya patah, aktivitas saya dibantu oleh
perawat dan keponakan saya seperti mandi, buang air besar, buang air
kecil, bergerak diatas tempat tidur, miring kiri dan kanan. Aktivitas pasien
seperti mandi, buang air besar, buang air kecil, bergerak ditempat tidur,dan
rumah sakit, saya tidur jam 21.00 WIB dan bangun jam 05.00 WIB, setiap
malam saya terbangun karena nyeri saya datang. Pasien tampak banyak
perawatan diri: eliminasi dan mandi adalah adalah ditemukan data pasien
tempat tidur dan tidak dapat melakukan aktivitas lainnya karena kaki saya
patah, aktivitas saya dibantu oleh perawat dan keponakan saya seperti
mandi, buang air besar, buang air kecil, bergerak diatas tempat tidur,
miring kiri dan kanan. Aktivitas pasien seperti mandi, buang air besar,
buang air kecil, bergerak ditempat tidur,dan ambulasi tampak dibantu oleh
dengan kondisi klien dan tindakan yang dibutuhkan klien pada saat
berupa: bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama dalam
imobilisasi yaitu: Tentukan pola tidur/ aktivitas pasien, monitor/ catat pola
tidur pasien dan jumlah jam tidur, monitor pola tidur pasien, dan catat
mandi, mandi dengan berdiri, dengan menggunakan cara yang tepat atau
deodorant, alat bercukur, dan asesoris lain yang diperlukan di sisi tempat
(misalnya, deodorant, sikat gigi, sabun mandi, shampo, lotion, dan produk
4. Implementasi Keperawatan
duduk dalam posisi yang sama dalam jangka waktu yang lama, membantu
mandi di tempat tidur dan memonitor kondisi kulit saat mandi. Meletakkan
handuk, sabun, deodorant, dan asesoris lain yang diperlukan di sisi tempat
dengan cara membantu pasien duduk diatas tempat tidur, membantu pasien
buang air kecil dan memberi privasi selama eliminasi, membantu pasien
mandi di tempat tidur dan memonitor kondisi kulit saat mandi. Meletakkan
handuk, sabun, deodorant, dan asesoris lain yang diperlukan di sisi tempat
tidur. Membantu pasien buang air besar dan memberi privasi selama
pasien buang air kecil dan memberi privasi selama eliminasi. Membantu
diatas pispot. Membantu klien meningkatkan jumlah jam tidur dengan cara
pasien duduk diatas tempat tidur. Mengkaji ulang keadaan umum pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
dengan tanggal 16 Mei 2018 pada kasus Ny. N dengan fraktur femur
dextra dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas. Evaluasi pada tanggal 14
dengan pasien mengatakan hanya berbaring saja di tempat tidur dan tidak
oleh perawat dan keponakan seperti mandi, buang air besar, buang air
kecil, bergerak diatas tempat tidur, miring kiri dan kanan. Pasien terpasang
pasien mengatakan tidur jam 21.00 WIB dan bangun tidur jam 05.00 WIB,
setiap malam pasien terbangun karena nyeri datang. Pasien tampak banyak
berbaring saja di tempat tidur dan tidak dapat melakukan aktivitas lainnya
seperti mandi, buang air besar, buang air kecil, bergerak diatas tempat
tidur, miring kiri dan kanan. Pasien terpasang traksi di kaki kanan.
keponakan seperti mandi, buang air besar, buang air kecil, bergerak di atas
tempat tidur, miring kiri dan kanan. Pasien terpasang traksi di kaki kanan.
teratasi ditandai dengan pasien mengatakan tidur jam 22.00 WIB dan
bangun jam 03.00 WIB, setiap malam pasien terbangun karena nyeri
perawatan diri: eliminasi dan mandi belum teratasi ditandai dengan pasien
aktivitas lainnya karena kakinya patah, aktivitas dibantu oleh perawat dan
keponakan seperti mandi, buang air besar, buang air kecil, bergerak di atas
tempat tidur, miring kiri dan kanan. Pasien terpasang traksi di kaki kanan.
tempat tidur dan tidak dapat melakukan aktivitas lainnya karena kaki
patah, aktivitas dibantu oleh perawat dan keponakan seperti mandi, buang
air besar, buang air kecil, bergerak di atas tempat tidur, miring kiri dan
belum teratasi ditandai dengan pasien mengatakan tidur jam 20.00 WIB
dan bangun jam 05.00 WIB, setiap malam terbangun dan tidak bisa tidur
lagi karena kakinya nyeri. Pada saat dikaji pasien tampak banyak menguap
pasien mengatakan hanya berbaring saja di tempat tidur dan tidak dapat
perawat dan keponakan seperti mandi, buang air besar, buang air kecil,
bergerak di atas tempat tidur, miring kiri dan kanan. Pasien terpasang
PENUTUP
A. Kesimpulan
kecelakaan lalu lintas, tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor lain
Bayusentono, 2016).
tanda dan gejala yang dialami pada Ny. N adalah tidak dapat melakukan
berbagai aktivitas selain di atas tempat tidur. Aktivitas yang tidak dapat
dilakukan pada Ny. N adalah mandi, buang air besar, buang air kecil,
bergerak di atas tempat tidur dan ambulasi tampak dibantu oleh keponakan
pasien dan perawat. Uji kekuatan otot: tangan kanan 4, tangan kiri 4, kaki
kanan 1, kaki kiri 1. Pasien juga tidak dapat tidur dengan nyenyak ketika
3. Diagnosa keperawatan
4. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang penulis susun pada kasus Tn. S sesuai dengan
duduk dalam posisi yang sama dalam jangka waktu yang lama, bantu
(tongkat, walker, atau kursi roda) untuk ambulasi, jika pasien tidak stabil,
bantu pasien dengan ambulasi awal dan jika diperlukan, dorong pasien
Tentukan pola tidur/ aktivitas pasien, monitor/ catat pola tidur pasien dan
jumlah jam tidur, monitor pola tidur pasien, dan catat kondisi fisik
frekuensi buang air kecil? Dan/ atau psikologis (misalnya, ketakutan atau
suhu, kasur dan tempat tidur) untuk meningkatkan tidur, dorong pasien
menggunakan kursi untuk mandi, bak tempat mandi, mandi dengan berdiri,
kulit saat mandi, letakkan handuk, sabun, deodorant, alat bercukur, dan
asesoris lain yang diperlukan di sisi tempat tidur atau kamar mandi,
untuk menggosok gigi dengan tepat, berikan bantuan sampai pasien benar-
5. Implementasi Keperawatan
air kecil/ buang air besar dan memberi privasi selama eliminasi, membantu
6. Evaluasi
dan tidak dapat melakukan aktivitas lainnya karena kaki saya patah,
aktivitas saya dibantu oleh perawat dan keponakan saya seperti mandi,
buang air besar, buang air kecil, bergerak diatas tempat tidur, miring kiri
B. Saran
1. Bagi Akademis
dalam hal asuhan keperawatan pada pasien dengan Fraktur Femur Dextra
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi tambahan ilmu bagi pelayanan di
baik.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya.
Daftar Pustaka
Aprilinan, D., Asih, S. W., & Shodikin, M. (2016). Efektifitas Latihan Otot Isometrik
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Dengan Fracture Lower
Extermity Di Poli Orthopedi Dan Trauatologi RSD dr. Soebandi Jember .
zIntervention Classification (NIC). Indonesia: United Kingdom.
Asrizal, R. A. (2014). Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung .
Media.
Djamal, R., Rompas, S., & Bawotong, J. (2015). Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Irina A RSUP Prof DR R D Kandou Manado.
Universitas Sam Ratulangi Manado .
Djamil, M. (2015, Agustus). Distribusi Fraktur Femur yang Dirawat Di Rumah Sakit.
Ekawati, I. D. (2008). Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Post Fraktur Cruris
1/3 Tengah Dextra Dengan Pemasangan Plate Dan Screw Di Bangsal Bougenville
Rumah Sakit Orthopedi. Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta .
Faridah, V. N. (2016). Aroma Terapi Minyak Atsiri Mawar Efektif Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Tidur Pada Pasien Post Operasi Fraktur. STIkes Muhammadiyah
Lamongan .
Kaprisyah, R. (2013). Insidensi Infeksi Luka Operasi Akut Berdasarkan Gejala Klinik
Pada Pasien Fraktur Tertutup Di RSU Dokter Soedarso Pontianak. Universitas
Tanjungpura .
Lusianawaty, T. (2015). Faktor Yang Berperan Pada Lama Rawat Inap Akibat Cedera
Pada Kelompok Pekerja Usia Prodktif Di Indonesia.
Mahartha, G. R., Maliawan, S., & Kawiyana, K. S. (2013). Manajemen Fraktur Pada
Trauma Musuloskeletal. Universitas Udayana .
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Indonesia: United Kingdom.
Noorisa, R., Apriliwati, D., Aziz, A., & Bayusentono, S. (2016). The Characteristic Of
Patiens With Femoral Fracture In Departement Of Orthopaedic And
Traumatology RSUD DR. Soetomo Surabaya. Universitas Airlangga .
Wahyuni, S. (2012). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Nn. E Dengan Close
Fraktur Clavicula 1/3 Tengah Dextra Di Instalasi Bedah Sentral RS Orthopedi
Prof. DR. Soeharso Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta .
Wandira, S. (2017). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasca Pemasangan Open
Reduction Internal Fixatie (Orif) Fraktur Medial Humeri Sinistra Di RST. Dr.
Soedjono Magelang . Universitas Muhammadiyah Surakarta .
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Bengkulu: Nuha
Medika.