Anda di halaman 1dari 24

JENIS KALIMAT

Pengelompokkan kalimat dapat dibagi menjadi :

1. Berdasarkan jenis kata predikatnya

Ø Kalimat verbal → kalimat yang predikatnya kata kerja

Kalimat verbal dibagi lagi menjadi :

v Kalimat aktif → kalimat yang subyeknya melakukan kerja

Kalimat aktif ada :

o Aktif transitif : Kalimat aktif yang membutuhkan objek

o Aktif intransitive : Kalimat aktif yang tidak membutuhkan objek

o Aktif bitransitif : Kalimat aktif yang memiliki 2 objek

v Kalimat pasif → kalimat yang subyeknya dikenai pekerjaan

Ø Kalimat nominal → kalimat yang predikatnya bukan kata kerja.

Contoh :

o Ayahnya guru (Predikat : kata benda)

o Anaknya cantik (Predikat : kata sifat)

o Duduknya di tengah (Predikat: kata keterangan)

2. Berdasarkan ada tidaknya objek pada predikat kata kerja

Ø Aktif transitif : Kalimat aktif yang membutuhkan objek

Ø Aktif intransitive : Kalimat aktif yang tidak membutuhkan objek

3. Berdasarkan susunan subjek-predikat

§ Kalimat bersusun biasa (subjek-predikat)

§ Kalimat susun balik / sungsang/ inverse (predikat-subjek). Contoh :

Cantik sekali anak itu

P S

4. Menurut lengkap tidaknya subjek-predikat

Ø Kalimat sempurna → sekurang-kurangnya terdiri satu pola kalimat subjek-predikat


Ø Kalimat tidak sempurna/ elips/ tidak lengkap/ minor → hanya terdiri dari subjek/ predikat/ objek/
keterangan, salah satu saja. Contoh :

ü Pergi !

ü Taksi !

5. Menurut jumlah subjek-predikat :

Ø Kalimat tunggal : terdiri dari satu pola kalimat (S-P)

Ø Kalimat majemuk : terdiri lebih dari satu pola kalimat

Kalimat majemuk dibagi menjadi :

o Kalimat majemuk setara (koordinatif)

ü Setara menggabungkan : dan, lalu, kemudian

ü Setara pemilihan : atau

ü Setara mempertentangkan : sedangkan, tetapi

ü Sebab akibat : sebab. Karena

ü Setara Menguatkan : bahkan

Contoh :

Ia sangat kikir bahkan ia tak mau membantu keluarganya

S P - S P O

Pola kalimatnya : SP-SPO

o Kalimat majemuk bertingkat (sub-ordinatif) terdiri :

Klausa inti : Induk kalimat

Klausa bawahan : klausa sematan / anak kalimat

Contoh :

S P

v Ketika saya datang, dia sudah pergi

KW S P

Pola kalimatnya : KW S P

SP
JENIS KALIMAT LAINNYA

§ Kalimat minor/Kalimat elips/Kalimat tak sempurna

Kalimat yang hanya memiliki satu unsur inti S/P/O/K.

Contoh : Amin! Tidak Datang!

§ Kalimat Mayor

Kalimat sempurna yang sekurang-kurangnya terdapat S – P.

§ Kalimat Inti

Cirinya :

o Terdiri dari dua kata yang merupakan inti kalimat

o Susunannya S – P

o Intonasi netral atau berita

Contoh :
Ayahnya guru. (KB – KS)

Adik menangis. (KB – KK)

Anaknya cantik. (KB – KS)

§ Kalimat luas

Kalimat inti yang diperluas.

Contoh :

Adiknya pergi.

Adiknya pergi ketika hujan lebat.

§ Kalimat transformasional

Kalimat inti yang mengalami pemberian intonasi, perubahan susunan kata atau penambahan unsur-
unsur.
Contoh :

Adik menangis. (Kalimat inti)

Adik Menangis [?] [!] (Kalimat transformasional) à Mengalami perubagan intonasi.

Menangislah adik. (P – S) (Kalimat transformasional à Mengalami perubahan susunan kata.

Adik menangis tersedu-sedu di kamar. (Kalimat transformasional) à Mengalami perluasan unsur-


unsur.

PARTIKEL

Partikel adalah semacam akhiran yang berbentuk khusus dan ringkas. Partikel sering diletakkan setelah
kata dasar atau kata berakhiran. Beda partikel dan akhiran adalah : akhiran berfungsi dalam
pembentukan kata sedangkan partikel berfungsi dalam embentukan kalimat setaraf dengan kata tugas.
Oleh karena itu, partikel masuk ke dalam bagian sintaksis.

Jenis dan fungsi partikel :

1. Partikel “lah”

a. Menguatkan perintah/perbuatan

Contoh : Pergilah kamu dari sini!

b. Menghaluskan permintaan

Contoh : Berilah aku sehelai kertas!

c. Menekankan subyek.

Contoh : Kitalah yang harus membina Orde Baru.

d. Mengeraskan jabatan kata keterangan.

Contoh : Tentulah ia terlambat datang.

e. Penyerahan/merendahkan diri.

Contoh : Baiklah, biarlah.

2. Partikel “kah”
a. Pembentuk kalimat tanya.

Contoh : Anikah nama anak itu?

b. Menekankan pertanyaan.

Contoh : Di manakah tempat tinggalmu?

c. Menyatakan ketidaktentuan/ketidakpastian dalam kalimat

Contoh : Mau menggambarkah atau mau menulis, terserah padamu.

3. Partikel “tah”

a. Pembentukan kata tanya dan kalimat retoris.

Contoh : Manatah mungkin orang mati hidup kembali.

4. Partikel “pun”

a. Berarti “juga”

Contoh : Ibu pergi ke pasar, akupun turut.

b. Mengeraskan kata yang mendahuluinya

Contoh : Siapapun yang berusaha menyelewengkan UUD 1945, akan behadapan dengan pemerintah
dan rakyat.

c. Mengeraskan bagian kalimat yang mengandung arti perlawanan.

Contoh : Sekalipun hari hujan, ia berangkat juga.

KALIMAT FAKTA DAN OPINI

Kalimat fakta adalah kalimat yang disusun berdasarkan data atau bukti-bukti yang benar-benar ada.
Ciri kalimat fakta:

• Mengandung unsur waktu yang mendetail

• Unsur tempat juga harus mendetail

• Merupakan berita yang berdasarkan bukti-bukti yang benar-benar ada

Kalimat opini adalah kalimat yang disusun berdasarkan pendapat tanpa bukti-bukti yang jelas dan hanya
merupakan pendapat pribadi itu sendiri.

Ciri:

• Merupakan pendapat pribadi

• Tidak disertai bukti-bukti yang akurat

TULISAN DALAM SURAT KABAR

• Artikel

Artikel merupakan salah satu bentuk karangan non fiksi yang berupa pendapat yang disusun untuk
menanggapi suatu fakta yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan penjabaran masalah disertai
masalah.

Ciri-ciri artikel:

v Terdapat penjabaran masalah dari fakta yang terjadi

v Terdapat akibat dari masalah tersebut

v Terdapat pendapat penulis menyikapi masalah tersebut

v Terdapat solusi dari penulis untuk menyelesaiklan masalah tersebut

v Bersifat objektif

Sering juga ditemukan analisis dari suatu artikel.


Analisis artikel adalah bentuk tulisan untuk menanggapi pendapat-pendapat yang oleh penulis dan
pendapatnya dalam menyelesaikan masalah.

• Tajuk rencana

Tajuk rencana adalah karangan non fiktif yang berisi opini/pendapat penulis (biasanya pemimpin
redaksi), yang disertai alasan, fakta, dan meyakinkan guna mempengaruhi pembaca agar menerima dan
membenarkan pendapat, gagasan, dan keyakinan penulis terhadap suatu masalah penting.

Ciri-ciri:

ü Mengulas peristiwa penting yang bersumber pada berita utama

ü Menjelaskan pendapat, gagasan, dan keyakinan penulis

ü Berisi alasan yang diperjelas dengan fakta dan bukti berupa contoh, data statistik, angka dan
sebagainya

ü Mengupas persoalan secara analisis sintesis

ü Berisi gagasan dan pendapat yang mempengaruhi pembaca sehingga pembaca mau menerima dan
membenarkan gagasan tersebut

• Esai

Esai adalah suatu karangan non fiksi yang disusun berdasarkan pendapat penulis untuk menanggapi
suatu masalah dengan menggunakan analogi dari masalah tersebut yang tidak memerlukan solusi dari
penulis.

Ciri-ciri esai:

• Terdapat analogi dari masalah

• Terdapat refleksi terhadap masalahnya

• Bersifat subjektif

• Biasanya digunakan untuk sindiran (sarkasme)

KERANGKA KARANGAN
Kerangka Karangan adalah kerangka yang dibuat sebelum kita membuat karangan atau tulisan. Kerangka
karangan ibarat jalan/ rambu-rambu pengarah agar karangan kita mencapai tujuan dengan baik. Dengan
kerangka karangan diharapkan karangan/ tulisan kita tidak mengalami penyimpangan. Itulah sebabnya
kerangka karangan menjadi sangat penting bagi penulis.

Kerangka karangan terdiri dari 3 bagian:

(1) Pendahuluan,

(2) Isi, dan

(3) Penutup.

1. Pendahuluan

Pendahuluan berisi tentang latar belakang timbulnya masalah. Kita dapat memberikan penjelasan
secara global pengertian dari unsur kalimat tema. Yang dimaksud dengan unsur kalimat tema adalah
unsur-unsur yang membentuk kalimat tema yakni unsur subjek, unsur predikat, dan unsur objek atau
keterangan.

2. Isi

Isi karangan dapat dikembangkan dengan memasukkan alas an atau penjelasan secara ekspositoris yang
berkaitan dengan pikiran utama. Isi karangan dapat juga berisi ilustrasi berupa bukti atau contoh atau
rincian. Isi karangan berisi ide-ide pokok atau gagasan-gagasan utama dalam membentuk sebuah
karangan. Bagian ini merupakan bagian yang paling penting dari sebuah karangan, karena inti dari
karangan tersebut terkandung dalam isi.

3. Penutup

Bagian penutup biasanya berisi penegasan kembali pendapat atau gagasan yang telah dipaparkan pada
bagian isi, atau bentuk ringkas dari bagian isi.

Manfaat dari penyusunan kerangka karangan sebelum mulai menulis:

- susunan karangan dapat menjadi karangan yang sistematis

- memudahkan penulis untuk menciptakan klimaks yang berbeda-beda

- menghindari penggarapan sebuah topic sampai dua kali atau lebih.


- Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.

Syarat Kerangka karangan yang baik:

- pengungkapan gagasannya singkat, padat, dan jelas.

- Pikiran-pikiran utamanya tersusun sistematis dan logis

- Menggunakan pasangan symbol yang konsisten

- Tiap pikiran utama didukung dengan pikiran-pikiran penjelas.

Kerangka dalam cerpen atau prosa baru biasanya terdiri dari:

- Pembukaan

Bagian pembukaan biasanya menceritakan secara detail mengenai kehidupan sehari-hari tokoh dalam
cerita tersebut, atau memperkenalkan watak dari masing-masing tokoh dalam cerita.

- Konflik

Dalam bagian ini, biasanya mulai dimunculkan konflik atau masalah yang terjadi atau dialami oleh tokoh
dalam cerita tersebut. Konflik dapat berupa konflik dalam kehidupan sehari-hari, atau konflik batin yang
dialami tokoh dalam cerita tersebut.

- Klimaks/ Puncak Konflik

Bagian ini berisi tentang puncak dari konflik yang ada. Puncak permasalahan dan mulai mengarah
kepada penyelesaian.

- Penyelesaian

Bagian penyelesaian merupakan pemecahan dari masalah yang terjadi. penyelesaian dalam sebuah
cerita dapat dibagi menjadi dua, yaitu berakhir bahagia (happy ending) atau berakhir
menyedihkan. Semua itu ditentukan oleh si pengarang cerita sendiri.

POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF


Setelah memiliki bentuk-bentuk seperti narasi, eksposisi, argmentasi, dan sebagainya, paragraph juga
dapat dikembangan dengan melalui suatu pola penalaran. Paragraf dapat dikembangkan dengan tiga
cara, yaitu

1. Analogi

Pengembangan paragraph secara analogi adalah paragraph yang disertai dengan contoh-contoh yang
nantinya mengarah kepada suatu kesimpulan. Contoh-contoh yang diberikan belum dapat mewakili,
sehingga analogi disebut juga generalisasi yang salah.

Contoh Paragraf Analogi :

Jakarta merupakan kota yang sering dilanda banjir. Ada kawasan-kawasan yang sering dilanda banjir,
ada juga yang aman dari banjir. Cilandak merupakan daerah rawan banjir yang terletak di daerah Jakarta
Selatan. Hal yang sama dialami juga oleh daerah Cileduk. Walaupun berada di kawasan yang berbeda,
Tanjung Duren yang terletak di Jakarta Barat juga sering dilanda banjir. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa Jakarta merupakan kota yang sering mengalami kebanjiran.

2. Generalisasi

Pengembangan paragraph secara generalisasi adalah paragraf disertai contoh-contoh yang mengarah
pada suatu kesimpulan. Contoh-contoh yang diberikan sudah mewakili kesimpulan yang ditarik di dalam
paragraph tersebut.

Contoh Paragraf Generalisasi :

Jakarta merupakan kota yang sering dilanda banjir. Cilandak dan Cileduk adalah daerah yang sering
dilanda banjir di kawasan Jakarta Selatan. Pada kawasan Jakarta Barat, daerah Pesanggrahan, Kalideres,
dan Kebon Jeruk juga mengalami hal yang sama. Jakarta Timur, daerah Cipinang, Kalimalang, dan
Jatinegara. Jakarta Utara yaitu daerah Ancol dan Sunter. Jakarta Pusat, yaitu Jalan Sabang, Sudirman dan
Roxy. Daerah-daerah tersebut berada di seluruh kota Jakarta, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Kota Jakarta merupakan kota yang sering mengalami kebanjiran.

3. Sebab-akibat

Pengembangan paragraph secara sebab-akibat adalah paragraph yang diawali dengan suatu masalah
yang nantinya akan dibahas sebab dan akibat dari masalah tersebut.

Contoh Paragraf Sebab-akibat :

Seno merupakan anak yang nakal. Ia tidak pernah menuruti nasihat orang tuanya. Suatu hari, ia
membeli makanan di pinggir jalan. Setelah melahap makanan tersebut, tiba-tiba ia merasa sakit perut.
Ternyata ia sakit perut karena memakan makanan yang sudah basi. Maka, ia segera lari pulang ke rumah
untuk meminta pertolongan. Lalu, ibunya berkata bahwa halnya dapat terjadi sebagai akibat dari
kenakalan Seno sendiri, yaitu tidak menuruti perintah ibunya, sehingga jajan sembarangan.
IDENTIFIKASI IDE POKOK

Mengidentifikasi ide pokok dalam suatu paragraf

Hal-hal pokok yang terdapat dalam paragraf dapat terletak baik di awal maupun di akhir paragraph. Jika
ide pokok terletak pada awal paragraf, maka paragraph itu disebut paragraph deduktif. Namun jika ide
pokok terletak pada akhir suatu paragraf, maka disebut paragraph induktif. Biasanya, ide pokok terdapat
dalam kalimat utama.

Pada paragraph deduktif, penulis biasanya menyampaikan pernyataan-pernyataan khusus terlebih


dahulu baru diikuti dengan pernyataan umum. Sebaliknya pada paragraph induktif, penulis
menyampaikan pernyataan-pernyataan umum, kemudian baru menyampaikan pernyataan khusus.

Mengidentifikasi ide pokok dalam suatu wacana

Dalam sebuah wacana, terdapat sejumlah hal pokok yang menjadi inti. Hal-hal pokok tersebut dapat
ditulis secara lugas atau tersamar dan tersebar dalam setiap kalimat yang membangun wacana. Jika
dituliskan secara lugas atau eksplisit, pembaca dapat dengan mudah menangkap inti wacana. Namun,
jika ditulis secara implicit, pembaca harus membaca dengan lebih jeli untuk memahaminya.

KALIMAT AMBIGU

Kalimat ambigu adalah kalimat yang memiliki makna ganda, hal ini disebabkan oleh frase ambigu
yang terbentuk di kalimat, sehingga pembaca / pendengar bisa berbeda dalam mentafsirkan maksud si
pembicara/penulis.

Misalnya :

Edward kemarin memandangi lukisan Hiubert.

Hal ini dapat diartikan sebagai edward memandangi lukisan yang terdapat gambar hiubert, atau edward
memandangi lukisan hasil karya hiubert, atau edward memandangi lukisan milik hiubert.

KATA PENGHUBUNG
Digunakan untuk menggabunkan dua klausa menjadi satu kalimat, ada beberapa jenis kata penghubung
:

1. Kata sambung menyatakan waktu

Misalnya : sesudah, sebelum, ketika, setiba

2. Kata sambung menyatakan syarat

Misalnya : kalau, jika, jikalau, apabila, asal, andai, andaikan, andaikata

3. Kata sambung menyatakan keadaan

Misalnya : sambil, sedang, sembari, padahal

4. Kata sambung menyatakan cara

Misalnya : supaya, agar, agar supaya, tetapi, melainkan, biarpun, jikalau, walaupun, meskipun,
sekalipun, kalau

5. Kata sambung menyatakan hubungan sebab akibat

Misalnya : sebab, karena

6. Kata sambung pengatar

Misalnya : alkisah

7. Kata sambung penyusun

Misalnya : lagi, lagipula, serta

KETEPATAN PENGGUNAAN BAHASA

Istilah

Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, proses,
keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu

Macam-macam istilah :

1. Istilah khusus

adalah istilah yang muncul karena pemakaian dan maknanya terbatas pada suatu bidang
tertentu. Contoh : epidemi, moneter, agraris

2. Istilah umum

Adalah istilah yang muncul karena unsure bahasa digunakan secara umum. Contoh : upaya, kaji, ahli
Ciri – ciri istilah :

1. arti : istilah dapat dijelaskan melalui sebuah batasan dan pengertian

2. beraneka tunggal (tidak mempunyai sinonim) atau monosemantik

3. bermakna tetap baik lepas maupun dalam konteks/bebas konteks

4. dapat dianalisis oleh rumus/lambing, misalnya O2,H2O,dsb

5. makna istilah tidak menimbulkan nilai rasa tertentu (bebas konotasi sosial)

6. pemakaian istilah bersifat internasional dan sekurang-kurangnya bersifat nasional

Pembentukan istilah :

1. mengambil kata/gabungan kata umum dengan makna tetap

2. menyerap dari bahasa daerah

3. menyerap dari bahasa asing, mengadopsi, menterjemahkan

Penggabungan istilah :

1. makna istilah baku yang sesuai dengan prinsip pembentukan istilah

2. bila 2 istilah bersinonim, Indonesia dan asing, keduanya dapat dipakai

3. sebaiknya tidak menggunakan istilah yang telah dihilangkan

4. gunakan istilah yang berbeda terhadap sinonim asing yang hampir bersamaan. Contoh istilah:
biologi, kimia, fisika, kesehatan, pertanian.

STRUKTUR KALIMAT

Kata atau kelompok kata merupakan pembentuk utama kalimat. Dalam kalimat terdapat pula
pengatruan hubungan antara bagian-bagiannya sehingga kata atau kelompok kata mempunyai fungsi
atau jabatan tertentu.

Fungsi atau jabatan kata dalam kalimat yang umum adalah subyek, predikat, obeyk, keterangan, yang
sering kita kenal dengan SPOK.

Contoh : Deni memukul anjing.


Cara mengetahui subyek, predikat, dan obyek adalah sebagai berikut :

o Siapa yang diveritakan atau yang melakukan pekerjaan dalam kalimat tersebut diatas, jawabnya
adalah Deni, maka disini jelas bahwa Deni merupakan subyek

o Mengapa Deni?

Deni memukul anjing. Maka dalam hal ini kata memukul sebagai predikat

o Apa yang dipukul Deni?

Yang dipukul Deni adalah anjing. Jadi dalam hal ini anjing merupakan obyek, yaitu yang dikenai
pekerjaan yang dilakukan oleh subyek.

Untuk mencari keterangan dalam suatu kalimat dapat dibantu dengan menggunakan kata Tanya :
dimana, kemana, kapan, bilamana, berapa, bagaimana, dan sebagainya.

Contoh : Deni memukul anjing tadi pagi di depan rumah.

o Siapa : Deni

o Mengapa : memukul

o Apa : anjing

o Kapan : tadi pagi, merupakan keterangan waktu

o Dimana : di depan rumah, merupakan keterangan tempat.

Secara ringkas, jabatan kata dapat dijadikan bagan sebagai berikut :

o Subyek, orang yang melakukan suatu perbuatan atau pekerjaan

o Predikat, pekerjaan yang dilakukan oleh subyek

o Obyek

§ Obyek penderita, sesuatu yang dikenai pekerjaan yang dilakukan subyek

Contoh seperti Deni memukul anjing diatas, anjing merupakan obyek penderita

§ Obyek penyerta

Contoh : Ibu membelikan Ani pakaian.

Ani adalah obyek penyerta sedangkan pakaian adalah obyek penderita

§ Obyek pelaku

Obyek yang terdapat dalam kalimat pasif.

Contoh : Baju dijahit ibu untuk adik. Dalam hal ini baju merupakan obyek pelaku
o Keterangan

§ Keterangan waktu : tadi pagi, kemarin siang

§ Keterangan tempat : di sekolah, di rumah

§ Keterangan alat : dengan cangkul, dengan pisau

§ Keterangan sebab : karena

§ Keterangan akibat : maka, sehingga

§ Keterangan maksud / tujuan : agar, supaya

§ Keterangan syarat : jika, kalau

Kalimat yang terdiri minimal dari subyek dan predikat seperti kalimat – kalimat diatas disebut kalimat
sempurna atau kalimat mayor. Selain itu terdapat pula kalimat minor / elips / tidak lengkap, seperti :
Pergi!, Taksi!

Ada juga kalimat susun balik atau kalimat sungsang / inversi yang mempunyai pola kalimat P-S, predikat-
subyek, seperti : Cantik sekali anak itu. Cantik sekali merupakan predikat dan anak itu merupakan
subyek.

KALIMAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

Kalimat langsung adalah kalimat berita yang memuat peristiwa atau kejadian dari sumber lain dengan
langsung menirukan, mengutip atau mengulang kembali ujaran dari sumber tersebut.

Contoh:

1. Ayah menyuruhku, “Antarkan surat ini ke kantor Bapak!”

Pengiring Kutipan

2. “Silakan, masuk!” kata Pak Guru kepada Husin.

Kutipan Pengiring

3. “Kak, kau disuruh ibu!” kata Heni, “disuruh makan.”

Kutipan Pengiring Kutipan


Ciri-ciri:

1. Bertanda petik dalam bahasa tulis.

2. Intonasi bagian kutipan bernada lebih tinggi daripada bagian lainnya.

3. Berkemungkinan susunan:

a) pengiring/kutipan

b) kutipan/pengiring

c) kutipan/pengiring/kutipan

4. Bunyi pertama awal kutipan dimulai dengan huruf kapital.

Contoh lain kalimat langsung:

“Saya mau pulang ke rumah,” kata ibu,”Saya mau mengerjakan PR.”

Kalimat tak langsung adalah ragam kalimat berita yang memuat peristiwa atau kejadian dari sumber
lain yang diubah susunannya oleh penutur, tidak secara langsung menirukan atau mengucapkan dari
sumber tersebut.

Contoh :

1. Ayah menyuruhku untuk mengantarkan surat ini ke kantornya.

2. Pak Guru menyilakan Husin untuk masuk.

3. Heni berkata kepada kakaknya bahwa ia dipanggil ibu untuk makan.

Ciri-ciri:

1. Tidak bertanda petik.

2. Intonasi mendatar dan menurun pada akhir kalimat.

3. Pelaku yang dinyatakan pada isi kalimat langsung mengalami perubahan, yakni:

a) kata ganti orang ke-1 menjadi kata orang ke-3

b) kata ganti orang ke-2 menjadi kata orang ke-1

c) kata ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka,

sesuai dengan isinya.


4. Berkata tugas: bahwa, agar, sebab, untuk, supaya, tentang, dan sebagainya.

JENIS PARAGRAF

Berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraph dibagi menjadi 3 bagian :

Ø Paragraf deduksi

→ Paragraf yang letak kalimat utamanya ada di awal paragraph

Contoh :

Rumah Badu sangat luas. Rumahnya dikelilingi oleh taman yang luasnya hamper dua kalinya rumahku.
Gedung rumahnya sendiri teridri dari ntiga lantai. Lantai pertama digunakan untuk ruang keluarga,
ruang tamu dan ruang makan. Lantai 2 ada kamar tidur orang tuanya dan ruang audio visual sedangkan
lantai tiga terdapat Kamar tidur Badu dan adiknya.

Kalimat utamanya : Rumah Badu sangat luas

Ø Paragraf induksi

→ paragraph yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraph

Contoh :

Kehadiran pasar swalayan dan plaza akhir-akhir ini semakin semarak di Indonesia,
terutama di Jakarta dan kota pendukungnya seperti Bekasi, Tangerang, Depok dan Bogor. Kalau dulu,
orang yang berkantong tebal dan tinggal di pusat kota sajalah yang dapat menikmatinya. Kini
masyarakat menengah ke bawah pun sudah dapat menikmati sarana semacam itu. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pembangunan fisik di Indonesia, khususnya Jakarta dan kota pendukungnya
cukup pesat.

Kalimat utamanya : Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan fisik di Indonesia, khususnya Jakarta
dan kota pendukungnya cukup pesat.

Ø Paragraf campuran

→ Paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan akhir paragraph

Contoh :

Vandalisme yang dilakukan orang bermacam-macam. Vandalisme yang berupa coret-coretan


dengan aneka warna, misalnya dapat ditemukan pada tembok, pagar, candi, gua, gedung dan batu-batu
di gunung. Coretan itu biasanya digunakan untuk menandai bahwa yang bersangkutan telah dating ke
tempat itu. Contoh yang lain seperti memotong dahan pohon, memetik bunga, mengambil tanaman.
Perbuatan seperti itu sering dilakukan dengan tidak menyadari kerusakan yang diakibatkan. Vandalisme
yang dilakukan orang memang bisa bermacam-macam.

Kalimat utamanya : Vandalisme yang dilakukan orang bisa bermacam-macam.


PARAGRAF

1. Narasi

Merupakan jenis karangan non fiksi yang menceritakan berdasarkan kronologis waktu.

Ciri utama:

§ kronologis waktu

§ keterangan waktu

§ fakta dan data nyata

2. Deskripsi

Merupakan jenis karangan non fiksi yang bertujuan memberikan gambaran.

Ciri utama :

§ memberikan gambaran

§ panca indera

§ cirri-ciri

3. Eksposisi

Merupakan jenis karangan non fiksi yang bertujuan memaparkan runtutan proses.

Ciri utama :

§ ilmiah

§ sistematis

§ runtun

§ proses

4. Argumentasi

Merupakan jenis karangan non fiksi yang memaparkan masalah beserta pendapat dan referensi
pendukung.
Ciri utama :

§ Pendapat

§ Fakta atau bukti pendukung

5. Persuasi

Merupakan jenis karangan non fiksi yang bersifat mengajak atau mempengaruhi pembaca.

Ciri utama :

§ Ajakan

§ alasan/faka/data yang memperkuat

FRASE

Frase adalah kelompok kata yang tidak mempunyai subyek dan predikat (bersifat nonpredikatif). Dalam
sebuah frase terdapat 2 buah unsure/ komponen. Salah satu unsur adalah inti dan yang lain sebagai
penjelas. Sebuah frase disebut menurut intinya.

Sifat frase :

o Frase benda (frase nominal)

Adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata nominal.

Misalnya : - Ia membeli sepeda baru

- Ia membeli sepeda

Sepeda baru mempunyai distribusi yang sama dengan kata sepeda. Kata sepeda termasuk kata
nominal, karena itu frase sepeda baru termasuk golongan frase nominal. Secara kategorial frase
nominal terdiri dari :

§ N diikuti N seperti pada rumah pekarangan, ayah ibu, suami istri, gedung sekolah, kakak saya

§ N diikuti V seperti pada orang bertopi, anak berseragam, rumah bertingkat

§ N diikuti bilangan seperti pada telur tiga butir, sawah lima petak, sarung sepuluh helai

§ N diikuti keterangan seperti pada orang tadi, Koran kemarin pagi

§ N diikuti frase depan, seperti pada beras dari pelanggan, penilaian terhadap masalah itu

§ N didahului bilangan seperti pada dua buah sepeda, enam penjahat, sepuluh ekor ayam

§ N didahului kata sandang seperti pada Si Ahmad, sang Kancil


§ Yang diikuti N seperti pada yang ini, yang itu

§ Yang diikuti V seperti pada yang tidak naik kelas, yang terpandai, yang bertopi

§ Yang diikuti bilangan seperti pada yang 3 buah, yang 10 biji, yang ketiga puluh

§ Yang diikuti keterangan seperti pada yang tadi, yang sekarang, yang kemarin siang

§ Yang diikuti frase depan seperti pada yang ke Surabaya, yang untuk Ahmad

o Frase kerja (frase verbal)

Adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan frase verbal

Misal : - 2 orang siswa sedang membaca buku di perpustakaan

- 2 orang siswa membaca buku di perpustakaan

Frase sedang membaca punya distribusi yang sama dengan kata membaca. Kata membaca termasuk
golongan verba, karena itu frase sedang membaca juga termasuk golongan verba

o Frase bilangan

Frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.

§ Ia membeli 2 buah jam

§ Ia membeli 2 jam

Frase 2 buah dalam 2 buah jam punya distribusi yang sama dengan kata 2. Kata 2 termasuk golongan
kata bilangan, karena itu frase 2 buah termasuk frase bilangan

o Frase keterangan

Frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.

§ Tadi pagi saya terlambat bangun pagi

§ Tadi saya terlambat bangun pagi

Frase tadi pagi punya distribusi yang sama dengan kata tadi. Kata tadi termasuk kata keterangan waktu,
maka frase tadi pagi termasuk frase keterangan

o Frase depan / preposional

Frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda / penjelas diikuti oleh kata / frase sebagai aksis /
unsur pusat

Misal : Di sebuah rumah tinggal seorang nenek renta

Frase di sebuah rumah terdiri dari kata depan di sebagai penanda diikuti sebuah rumah sebagai aksisnya

o Frase adjektiva

Frase yang terdiri dari sebuah kata sifat sebagai unsur pusat dan sebuah kata / frase sebagai penjelas
Mis : Udaranya terlalu panas.

Frase terlalu panas terdiri dari panas sebagai kata sifat dan sekaligus sebagai unsur pusat dan didahului
kata terlalu sebagai penjelas.

Berdasarkan sifat relasi komponennya, frase dibedakan atas :

o Frase endosentris koordinatif / setara : suami istri, ayah ibu, kakak adik

o Frase endosentris apositif : teman sekelasku, dirawat di rumah sakit

o Frase endosentris atributif : ada yhang menjadi inti (DM-MD), diterangkan menerangkat atau
menerangkan diterangkan.

Contoh : rumah saya (rumah sebagai inti / diterangkan dan saya sebagai atribut / menerangkan; tragedi
berdarah (tragedy sebagai inti sedang berdarah merupakan atribut berimbuhan)

o Frase eksosentris : didahului kata depan / sambung seperti di pasar, ke kota

Frase terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :

o Inti + inti yang bermakna denotasi → frase setara

o Inti + satelit yang bermakna denotasi → frase bertingkat

o Inti + inti yang bermakna konotasi → frase idiomatik

Untuk memahaminya perhatikan contoh-contoh berikut :

· Ahong sedang diajukan ke meja hijau

Peran S P ket tempat

Jenis kata K.benda F.kerja F.benda

Unsur frase - satelit inti I I → frase setara

Frase bertingkat I I → frase idiomatik

· Ahong telah mencuri meja hijau

Peran S P O

Jenis kata K.benda F.kerja F.benda

Unsur frase - satelit inti I S

F.bertingkat F.bertingkat
· Pelaku peledakan sedang tersenyum

Peran S P

Jenis kata F.benda F.kerja

Unsur frase inti satelit S I

F. bertingkat F.bertingkat

· Tragedi kemanusiaan terjadi di Bali

Peran S P ket tempat

Jenis kata F.benda K.kerja F.benda

Unsur frase inti satelit - I I

F.bertingkat F.setara

· Masyarakat Indonesia sangat mengecam tragedi berdarah di Bali

Peran S P O ket tempat

Jenis kata F.benda F.kerja F.benda F.benda

Unsur frase inti satelit satelit inti inti satelit I I

F.bertingkat F.bertingkat F.bertingkat F.setara

· Nama baik Indonesia sudah tercoreng oleh pelaku pengeboman

Peran S P O

Jenis kata F.benda F.kerja F.benda

Unsur frase inti satelit satelit inti S inti

F.bertingkat F.bertingkat

I S inti satelit

F.bertingkat F.bertingkat F.bertingkat


· Pelaku pengeboman sedang dicari aparat kepolisian

Peran S P O

Jenis kata F.benda F.kerja F.benda

Unsur frase inti satelit satelit inti inti satelit

F.bertingkat F.bertingkat F.bertingkat

Selain frase-frase diatas juga terdapat frase ambigu atau frase yang memiliki makna ganda. Sebagai
contoh frase “Lukisan ayah”. Frase ini dapat berarti lukisan milik ayah, lukisan hasil karya ayah, atau
dapat pula berarti lukisan gambar atau wajah ayah.

Sering terjadi kesalahan antara perbedaan frase dan kata majemuk. Perbedaan frase dan kata majemuk
terletak pada kesatuan artinya dan keeratan bagian pembentuknya. Keeratan itu ditandai oleh
ketidakmungkinan menyisipkan kata di antara bagian itu.

Contoh : “Orang tua itu sakit” dan “Orang tua Ani sakit”.

Orang tua dalam orang tua itu sakit merupakan frase yang berarti orang yang sudah tua. Frase ini dapat
disisipi kata seperti yang menjadi “Orang yang sudah tua itu sakit”. Akan tetapi kata orang tua dalam
Orang tua Ani sakit merupakan kata majemuk, bermakna ayah dan ibu Ani. Kata majemuk ini tidak
dapat disisipi kata lain lagi. Sehingga dapat disimpukan keeratan bagian pembentukan kata majemuk
lebih erat daripada frase karena pada frase masih dapat disisipi kata lain lagi sedang pada kata majemuk
tidak dapat.

KLAUSA

Klausa terdapat dalam kalimat majemuk, terdiri dari :

o Klausa inti = induk kalimat

o Klausa bawahan = klausa sematan = anak kalimat

Contoh : Ketika saya datang, dia sudah pergi. → K SP

Keterangan waktu S predikat SP

Dia sudah pergi merupakan induk kalimat, sedang ketika saya sudah datang merupakan klausa bawahan
atau yang disebut anak kalimat perluasan keterangan waktu
Ia tidak tahu bahwa ayahnya sakit keras. → SP O

S P O / Pelengkap SP

Ia tidak tahu merupakan induk kalimat sedang bahwa ayahnya sakit keras merupakan anak kalimat
perluasan objek atau pelengkap.

Ketika ia mengalami kecelakaan, ayahnya dinas di luar negeri dan ibunya pergi

Keterangan waktu S P K tempat S P

ke Bandung. → K SPK - SPK

K tempat SP

Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk campuran dimana ketika ia mengalami kecelakaan
merupakan anak kalimat perluasan keterangan waktu, sedang ayahnya dinas di luar negeri dan ibunya
pergi ke Bandung keduanya adalah induk kalimat yang memiliki kedudukan yang setara atau sederajat.

Jadi yang dimaksud klausa adalah gabungan kata yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat karena
merupakan perluasan bagian – bagian kalimat seperti subyek, predikat, obyek, pelengkap, atau
keterangan. Klausa biasanya dijumpai pada kalimat majemuk yang setidaknya memiliki 2 buah klausa,
yang satu klausa inti atau induk kalimat, sedang yang lain merupakan klausa bawahan atau anak
kalimat. Ciri dari klausa bawahan biasanya didahului kata depan seperti kata bahwa, ketika, saat, akibat,
dsb.

Anda mungkin juga menyukai