Anda di halaman 1dari 15

PENGAUDITAN II

PENYELESAIAN AUDIT

KELOMPOK : 1
Ruang EII1

NAMA : NIM
1. Dwiki Vernanda Krisnayana Putra 1607532022
2. Gede Wahya Dhiyatmika 1607532025
3. I Gede Dika Waisna Putra 1607532030

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI NON REGULAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR BALI
2018
1. MELAKSANAKAN PENGUJIAN TAMBAHAN UNTUK PENYAJIAN DAN
PENGUNGKAPAN

Tujuan yang berhubungan dengan transaksi, tujuan yang berhubungan dengan saldo, dan
tujuan pengujian dan pengungkapan. Akan dibahas tiga tahap pertaman proses audit menjelaskan
bagaimana auditor merancang dan melaksanakan pengujian audit untuk memperoleh bukti yang
kuat untuk mendukung setiap kategori dari tujuan tujuan audit, auditor melakukan pendekatan
untuk memperoleh bukti untuk tujuan audit yang berhubungan penyajian dan pengungkapan,
konsisten dengan bagaimana mereka melakukan pendekatan untuk memperoleh bukti untuk tujuan
audit yag berkaitan dengan transaksi saldo.

1) Melaksanakan prosedur untuk memahami pengendalian yang berkaitan dengan tujuan


penyajian dan pengungkapan sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko.
2) Melakukan uji pengendalian dan hubungan dengan pengungkapan ketika penilaian awal atas
risiko pengendalian berada di bawah maksimum.
3) Melaksanakan prosedur substantive untuk memperoleh assurance bahwa semua tujuan audit
dicapai untuk informasi dan jumlah yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan
keuangan.

Salah satu ke khawatiran utama auditor berkenaan dengan tujuan penyajian


danpengungkapan adalah menentukan apakah manajemen telah mengungkapkan semua informasi
yang diperlukan (tujuan kelengkapan penyajian dan pegungkapan). Untuk menilai risiko bahwa
tujuan kelengkapan untuk penyajian dan pengungkapan tidak dipenuhi, auditor
mempertimbangkan informasi yang diperolehnya selama tiga tahap pertama pengujian audit untuk
menentukan apakah mereka menyadari fakta dan situasi yang seharusnya diungkapkan

2. REVIEW ATAS UTANG BERSYARAT DAN KOMITMEN

Utang bersyarat adalah kewajiban potensial kepada pihak luar di masa dating yang
jumlahnya belum diketahui yang merupakan akibat dari aktivitas yang terjadi sebelumnya. Utang
bersyarat yang material harus diungkapkan dalam catatan kaki laporan keuangan. Terdapat tiga
kondisi untuk keberadaan utang bersyarat, yaitu :
1. Terdapat potensi pembayaran kepada pihak luar atau pengurangan asset yang diakibatkan
oleh kondisi yang ada.
2. Terdapat ketidakpastian mengenai jumlah pembayaran atau penurunan aset di masa
mendatang.
3. Hasil akhirnya akan ditentukan oleh kejadian atau kejadian – kejadian di masa mendatang.

Standar akuntansi menggunakan dua pendekatan berkaitan dengan kerugian akibat


kontingensi. Pengukuran pertama kontingensi menggunakan metoda nilai wajar, dan pendekatan
kedua menggunakan tingkat kemungkinan. Catatan kaki kontingensi harus menjelaskan sifat
kontigensi sepanjang hal itu diketahui dan pendapat nasehat hokum atau manajemen tentang hasil
akhir yang diperkirakan. Beberapa jenis utang bersyarat yang sering menjadi perhatian auditor
adalah :

a. Perkara pengadilan akibat pelanggaran atas hak paten atau pelanggaran yang lainnya
b. Pajak penghasilan yang masih menjadi persoalan
c. Garansi produk
d. Utang wesel yang diskontokan
e. Jaminan atas utang pihak lain
f. Saldo belum digunakan dari letter of credit yang sedang berjalan

Tujuan utama auditor dalam memeriksa utang bersayara adalah menilai perlakuan akuntansi
atas utang bersyarat yang diketahui untuk memastikan apakah manajemen telah menggolongkan
kontingensi dengan tepat dan mengidentifikasi seberapa besar kemungkinan kontingensi yang
belum diidentifikasi oleh manajemen.

a. Prosedur Audit Untuk Menemukan Kontijensi

Langkah pertama dalam melakukan audit kontijensi adalah menentukan apakah terdapat
kontijensi (tujuan penyajian dan pengungkapan atas keterjadian). Seperti pada kenyataannya lebih
sulit menemukan transaski yang tidak tercatat daripada melakukan verifikasi atas informasi yang
tercatat. Saat auditor mengetahui terjadi kontijensi mereka akan melakukan evaluasi Materialitas
dan Pengungkapan Penjelasan Tambahan. Berikut adalah prosedur audit yang biasa digunakan
oleh para auditor dalam mengaudit kewajiban kontijensi :
a. Melakukan Tanya-Jawab dengan pihak manajemen (langsung / tertulis) tentang tercatatnya
kontijensi.
b. Menelaah laporan agen penerimaan internal pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya atas
penentuan PPh.
c. Menelaah notulensi pertemuan direktur dan pemegang saham bila ada indikasi tuntutan
hukum atau kontijensi lainnya.
d. Menelaah kondisi hukum untuk periode audit dan menelaah tagihan dan pernyataan dari
penasihat hukum atas terjadinya kewajiban kontijensi.
e. Memperoleh surat dari penasihat hukum atas status kewajiban kontijensi
f. Menelaah dokumentasi audit bila terdapat informasi yang mengindikasikan terjadinya
kontijensi.
g. Memeriksa perjanjian kredit tanggal neraca dan meminta konfirmasi saldo yang terpakai
atau tidak.

b. Evaluasi Kewajiban Kontijensi Yang Telah Diketahui


Jika auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontijensi, maka harus mengevaluasi
signifikansi potensi utang dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam laporan keuangan untuk
memperoleh bukti atas keterjadian atas hak dan kewajiban dalam tujuan penyajian dan
pengungkapan. Untuk kontijensi yang membutuhkan pengungkapan , auditor juga menelaah
konsep penjelasan tambahan untuk memastikan bahwa informasi yang diuangkapkan dapat
dipahami dan dinyatakan dengan wajar sesuai kondisi kontijensi.
c. Prosedur Audit Untuk Menemukan Komitmen
Penelitian untuk mencari komitmen yang belum diketahui biasanya dilakukan sebagai
bagian dari audit atas masing-masing area audit. Misalkan, dalam melakukan verifikasi penjualan,
auditor seharusnya waspada atas adanya komitmen penjualan.
d. Tanya Jawab Dengan Pengacara Klien
Prosedur utama yang diandalkan auditor untuk mengungkapkan tuntutan hukum yang
diketahui atau klaim lain terhadap klien dan mengidentifikasi klaim tambahan yaitu Tanya jawab
dengan pengacara klien. Auditor mengandalkan keahlian dan pengetahuan pengacara mengenai
masalah hukum guna memberikan pendapat professional atas hasil tuntutan hukum yang
diharapkan dan kemungkinan jumlah kewajiban kewajiban termasuk biaya sidang.
3. MENELAAH PERISTIWA KEMUDIAN

Telaah peristiwa kemudian atau kejadian setelah tanggal neraca harus dilakukan auditor
untuk menelaah transaksi dan kejadian yang muncul setelah tanggal neraca untuk menentukan
apakah terdapat transaksi atau kejadian yang mempengaruhi penyajian dan pengungkapan pada
laporan periode berjalan. Prosedur audit ini disyaratkan di PSA 46 (SA 560). Tanggung jawab
auditor atas telaah kejadian setelah tanggal neraca biasanya terbatas pada periode awal, yaitu pada
tanggal neraca dan berakhir pada tanggal laporan auditor. Oleh karena tanggal laporan auditor
merupakan saat penyelesaian prosedur audit yang penting di kantor klien, maka telaah kejadian
setelah tanggal neraca harus diselesaikan mendekati akhir audit.

a. Jenis-Jenis Kejadian Setelah Tanggal Neraca


Ada dua kejadian yang harus dipertimbangkan oleh manajemen dan dievaluasi oleh auditor
yaitu:
1. Kejadian yang berdampak langsung pada Laporan Keuangan dan membutuhkan penyesuaian.
Beberapa kejadian setelah tanggal neraca memberikan informasi tambahan kepada
manajemen agar dapat menentukan penyajian dan pengungkapan yang wajar atas saldo akun
pada tanggal neraca.Informasi ini membantu auditor dalam melakukan verifikasi saldo.
Kejadian setelah tanggal neraca seperti berikut ini, memerlukan penyesuaian atas saldo akun
pada laporan keuangan tahun berjalan jika jumlahnya material:

a) Pernyataan kebangkrutan oleh pelanggan atas saldo piutang dagang yang beredar karena
kondisi keuangan pelanggan memburuk.
b) Penetapan proses litigasi pada nilai yang berbeda dengan nilai yang ditetapkan pada
pembukuan.
c) Penghentian aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi pada nilai di bawah nilai buku.
d) Penjualan investasi pada harga di bawah harga perolehan.

Saat kejadian setelah tanggal neraca digunakan untuk mengevaluasi jumlah yang
dimasukkan dalam laporan keuangan akhir tahun, auditor harus memisahkan antara kondisi
pada tanggal neraca dan kondisi setelah akhir tahun.Informasi setelah tanggal neraca tidak
boleh dimasukkan dalam laporan jika keadaan yang menyebabkan perubahan nilai terjadi
setelah akhir tahun.
2. Kejadian yang tidak berdampak langsung pada Laporan Keuangan, tetapi memerlukan
pengungkapan.
Kejadian ini memberikan kondisi yang tidak terjadi pada tanggal neraca yang dilaporkan,
tetapi tidak signifikan namun tetap memerlukan pengungkapan meskipun tidak memerlukan
penyesuaian akun. Akun ini biasanya diungkapkan dengan penjelasan tambahan, tetapi
terkadang bisa cukup signifikan sehingga memerlukan pengungkapan pada laporan keuangan
tambahan (supplemental financial statements) yang memasukkan dampak kejadian seolah-olah
kejadian tersebut muncul pada tanggal neraca.
Kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca yang memerlukan pengungkapan,
bukan hanya penyesuaian dalam laporan keuangan, meliputi:

a) Penurunan nilai pasar atas sekuritas milik perusahaan untuk investasi sementara atau akan
dijual kembali
b) Penerbitan obligasi atau sekuritas ekuitas
c) Penurunan nilai pasar atas persediaan sebagai dampak dari tindakan pemerintah yang
membatasi penjualan produk
d) Kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran
e) Penggabungan usaha atau akuisisi.

b. Pengujian Audit
Prosedur audit untuk menelaah kejadian setelah tanggal neraca terbagi dalam dua kategori
yaitu:
1. Prosedur yang biasanya terintegrasi sebagai bagian dari verifikasi saldo akun akhir tahun.
Kategori ini meliputi pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai bagiandari
pengujian perincian saldo.Misalnya auditor memeriksa transaksi penjualan danpembelian
setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah pisah batasnya akurat.Auditor juga menguji
tertagihnya piutang dagang dengan menelaah penerimaan kasperiode setelah tanggal neraca
untuk mengevaluasi penilaian cadangan kerugian piutangtidak tertagih.
2. Prosedur yang Dilakukan Khususnya untuk Menemukan Kejadian atau Transaksi yang harus
Diakui sebagai Kejadian setelah Tanggal Neraca.
Kategori pengujian kedua adalah pengujian yang khusus menyediakan informasi untuk
menguji saldo akun tahun berjalan atau penjelasan tambahan sebagai pengujian kelengkapan
untuk tujuan penyajian dan pengungkapan. Pengujian tersebut meliputi:
a) Tanya Jawab dengan Manajemen
Tanya jawab dengan pihak manajemen mengenai kejadian setelah tanggal neraca harus
dilakukan dengan pihak klien yang tepat untuk mendapatkan jawaban yang memadai. Tanya
jawab biasanya bervariasi pada masing-masing klien, tetapi biasanya ditujukan untuk
menemukan kewajiban kontijensi atau komitmen, perubahan signifikan atas atau struktur
modal perusahaan, status bagian-bagian yang belum diketahui dengan pasti pada tanggal
neraca, dan penyesuaian tidak lazim yang dilakukan setelah tanggal neraca.
b) Koresondensi dengan Pengacara.
Auditor berkorespondensi dengan pengacara sebagai bagian dari pencarian kewajiban
kontijensi. Auditor biasanya meminta pengacara untuk memberikan tanggal dan
mengirimkan surat pada tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan untuk memenuhi
kewajiban auditor atas kejadian setelah tanggal neraca.
c) Telaah atas Laporan Internal yang Dibuat setelah Tanggal Neraca.
Dalam menelaah laporan internal, auditor harus menekankan perubahan pada bisnis
perusahaan yang dibandingkan dengan hasilnya untuk periode audit dan perubahan setelah
akhir tahun.Mereka harus berhati-hati atas perubahan besar yang terjadi dalam bisnis atau
lingkunganr dimana klien beroperasi. Auditor harus membahas laporan intern dengan
manajemen untuk menentukan apakah laporan itu dibuat dengan dasar yang sama dengan
laporan periode berjalan dan melakukan tanya jawab mengenai perubahan signifikan atas
hasil operasinya.
d) Telaah atas Pencatatan yang Dibuat setelah Tanggal Neraca.
Auditor harus menelaah jurnal dan buku besar untuk menentukan keberadaan dan sifat dari
transaksi signifikan yang berhubungan dengan tahun berjalan. Jika jurnal tidak selalu
terbarui, maka auditor harus menelaah dokumen yang akan digunakan untuk menyusun
jurnal tersebut.
e) Pemeriksaan Notulensi Pertemuan Dewan Direksi setelah Tanggal Neraca.
Auditor harus memeriksa notulensi pertemuan pemegang saham dan pertemuan direksi atas
kejadian-kejadian setelah tanggal neraca yang memengaruhi pelaporan periode berjalan.
f) Permintaan Surat Representasi
Surat representasi dibuat oleh manajemen klien kepada auditor yang menyatakan adanya
perbedaan hal-hal selama masa audit, termasuk pembahasan mengenai kejadian setelah
tanggal neraca.Surat ini harus dibuat dan mencakup hal-hal lain yang penting.

c. Penetapan Tanggal Ganda


Biasanya auditor menentukan bahwa kejadian setelah tanggal neraca yang memengaruhi
laporan keuangan periode berjalan terjadi setelah pekerjaan lapangan selesai, tetapi sebelum
laporan audit diterbitkan. Auditor memiliki dua pilihan atas perluasan pengujian kejadian setelah
tanggal neraca, yaitu:

1. Memperluas seluruh kejadian setelah tanggal neraca ke batas tanggal yang baru.
2. Membatasi telaah kejadian setelah tanggal neraca sehubungan dengan kejadian baru
setelah tanggal neraca.

4. PENGUMPULAN BUKTI AKHIR

Auditor mempunyai sedikit tanggung jawab akumulasi akhir yang dapat diterapkan untuk
seluruh siklus lain disamping penelitian atas kewajiban kontijensi dan menelaah peristiwa
kemudian. Pengumpulan bukti akhir dapat dilakukan melalui 5 jenis berikut, diantaranya:

a. Melakukan Prosedur Analitis akhir


Prosedur analitis yang dilakukan selama penyelesaian audit berguna sebagai telaah akhiratas
salah saji material atau masalah keuangan yang tidak disebutkan selama pengujian dan membantu
auditor dalam memberikan pandangan objektif atas laporan keuangan. Saat melakukan prosedur
analitis selama tahap telaah akhir, yang disyaratkan dalam standar audit, rekanan biasanya
membaca laporan keuangan, termasuk penjelasan tambahan dan mempertimbangkan hal berikut:
a. Kecukupan bukti yang dikumpulkan atas saldo akun yang tidak lazim atau tidak diharapkan
atau hubungan yang teridentifikasi selama perencanaan atau selama pelaksanaan audit.
b. Saldo akun yang tidak lazim atau tidak diharapkan atau hubungan yang tidak teridentifikasi
sebelumnya.
c. Hasil dari prosedur analitis akhir bisa jadi mengindikasikan bahwa bukti audit tambahan
dibutuhkan.

b. Mengevaluasi Asumsi Kelangsungan Usaha


PSA 30 (SA 341) mensyaratkan auditor untuk mengevaluasi bila ada keraguan yang
substansial mengenai kemampuan klien dalam melanjutkan usaha, setidaknya dalam waktusatu
tahun atau lebih setelah tanggal neraca. Auditor membuat penilaian pada awalnya sebagai bagian
dari perencanaan, tetapi bisa saja mengubah hasil penilaian bila ada informasi baru. Auditor
menggunakan prosedur analitis, mendiskusikan dengan manajemen mengenai kemungkinan
adanya kesulitan keuangan, dan mengumpulkan informasi mengenai bisnis klien selama masa
audit agar dapat memberikan penilaian terhadap kemungkinan kesulitan keuangan pada tahun
depan..
c. Memperoleh Surat Representasi Manajemen
PSA 17 (SA 333) mensyaratkan auditor untuk memperoleh surat representasi yang
mendokumentasikan representasi penting bagi manajemen yang dibuat selama audit. Penolakan
klien untuk membuat dan menandatangani surat tersebut berakibat padamunculnya opini dengan
pengecualian atau tidak ada opini. Ada tiga tujuan surat representasi klien tersebut, yaitu:

a. Menekankan kepada manajemen bahwa mereka bertanggung jawab atas penilaian laporan
keuangan.
b. Mengingatkan manajemen atas potensi salah saji atau hal yang tidak dimasukkan dalam
laporan keuangan.
c. Mendokumentasikan jawaban dari manajemen atas tanya jawab mengenai berbaagai spek
dalam audit.
d. Mempertimbangkan Informasi yang Menyertai Laporan Keuangan Dasar
Klien kadang-kadang memasukkan informasi tambahan di luar laporan keuangan dasar yang
dibuat untuk manajemen atau pengguna laporan dari luar.PSA 36 (SA 351) merujuk pada
informasi tambahan tersebut sebagai informasi yang menyertai laporan keuangan dasar dalam
dokumen yang diserahkan oleh auditor. Beberapa jenis informasi tambahan informasi, yaitu:

a) laporan komparatif terinci yang mendukung keseluruhan pengendalian atas laporan


keuangan utama atas akun harga pokok penjualan, beban operasi, dan aktiva rupa-rupa;
b) tambahan informasi yang diwajibkan oleh FASB dan SEC;
c) data statistik tahun lalu dalam bentuk rasio dan tren;
d) skedul pertanggungan asuransi;
e) komentar tertentu atas perubahan yang terjadi dalam laporan.

Biasanya, auditor tidak melakukan audit terperinci yang memadai untuk menyesuaikan opini
atas informasi tambahan, tetapi dalam kondisi tertentu auditor dapat saja mengandalkan bahwa
informasi tersebut disajikan dengan wajar. Standar pelaporan profesi mensyaratkan auditor untuk
membuat pernyataan yang jelas mengenai tingkat tanggung jawab yang diambil atas informasi
tambahan ini. Dua jenis opini yang diperbolehkan: opini positif yang mengindikasikan tingkat
kepastian tinggi atau tidak memberikan pendapat yang mengindikasikan tidak ada kepastian.
Saat auditor menerbitkan opini atas informasi tambahan yang menyertai laporan keuangan,
materialitasnya sama dengan yang digunakan dalam membuat opini terhadap laporan keuangan
dasar. Akibatnya, prosedur tambahan yang diperlukan tidak seluas saat auditor menerbitkan opini
atas informasi yang diambilnya sendiri, seperti atas laporan akun atau bagian tertentu.

c. Membaca Informasi Lain Dalam laporan Tahunan


PSA 44 (SA 550) mensyaratkan auditor untuk membaca informasi lain yang dimasukkan
dalam laporan tahunan mengenai laporan keuangan. SA 550 hanya menyebutkan informasi yang
bukan bagian dari laporan keuangan, tetapi dipublikasikan bersama dengan laporan ini. Misalnya,
surat direktur dan penjelasan atas aktivitas perusahaan yang dimasukkan dalam laporan tahunan
untuk hampir sekuruh perusahaan publik. Jika auditor menyimpulkan bahwa ada
ketidakkonsistenan yang material, maka ia harus meminta klien untuk mengubah informasi
tersebut. Jika klien menolak, dan hal ini tidak biasa, maka auditor akan memasukkan paragraf
penjelasan dalam laporan audit atau mengundurkan diri.

5. MENGEVALUASI AKHIR
Setelah melaksanakan seluruh prosedur audit dalam setiap area audit, termasuk telaah untuk
kontinjensi dan kejadian setelah tanggal neraca serta akumulasi bukti akhir, auditor harus
mengintergrasikan hasil tersebut kedalam satu kesimpulan keseluruhan mengenai laporan
keuangan.
Evaluasi akhir atas kecukupan bahan bukti adalah berupa penelaahan oleh auditor atas
seluruh audit untuk menentukan apakah seluruh aspek penting telah cukup diuji setelah
mempertimbangkan situasi penugasan. Langkah utama dalam proses ini adalah penelaahan
program audit untuk meyakinkan bahwa seluruh bagian telah secara akurat diselesaikan dan
didokumentasikan dan bahwa seluruh tujuan audit dipenuhi. Kelima aspek dalam evaluasi hasil,
yaitu:
1) Bukti yang tepat dan memadai.
Untuk membuat evaluasi akhir apakah bukti sudah diakumulasikan dengan tepat dan
memadai, auditor menelaah dokumentasi atas audit keseluruhan untuk menentukan apakah
seluruh hal material dari transaksi, akun dan pengungkapan sudah diuji secara memadai,
dengan mempertimbangkan seluruh kondisi audit. Bagian penting dalam telaah adalah
memastikan bahwa seluruh bagian dari program audit dilengkapi dengan akurat dan
didokumentasikandan seluruh tujuan audit terpenuhi.
Jika auditor memutuskan bahwa bukti yang memadai tidak terpenuhi dalam rangka
memutuskan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, maka mereka memiliki dua
pilihan mengakumulasikan bukti tambahan atau menerbitkan opini dengan pengecualian
atau tidak memberikan opini.
2) Bukti pendukung opini auditor.
Bagian penting dari evaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara wajar adalah
mengikhtisarkan salah saji yang ditemukan dalam audit.Manakala auditor menemukan salah
saji yang material, neraca saldo harus disesuaikan untuk mengkoreksi laporan keuangan.
Auditor dapat mencatat jejak kekeliruan dan menggabungkannya dalam berbagai cara yang
berbeda, tetapi kebanyakan auditor menggunakan skedul audit salah-saji yang tidak
disesuaikan atau ikhtisar salah-saji yang mungkin.
Jika auditor percaya bahwa terdapat kecukupan bahan bukti tetapi tidak menjamin
kesimpulan mengenai penyajian laporan keuangan yang wajar, auditor sekali lagi
mempunyai dua pilihan: laporan harus direvisi hingga auditor puas atau memberikan
pendapat wajar tanpa syarat atau menolak untuk memberikan pendapat harus diterbtikan.

3) Pengungkapan laporan keuangan.


Sebelum menyelesesaikan audit, auditor harus membuat evaluasi akhir apakah
pengungkapan laporan keuangan sudah memenuhi seluruh tujuan penyajian dan
pengungkapan. Sebagai bagian dari telaah akhir dalam pengungkapan laporan keuangan,
banyak KAP mensyaratkan adanya penyelesaian daftar pengungkapan laporan keungan
untuk setiap audit. Kuesioner ini didesain untuk mengingatkan auditor tentang masalah yang
biasanya muncul dalam laporan keuangan dan memfasilitasi telaah akhir untuk keseluruhan
audit oleh seorang rekanan independen.
4) Telaah dokumentasi audit
Ada tiga alasan mengapa staf firma audit yang berpengalaman harus menelaah
dokumentasi audit pada saat penyelesaian audit:
a. Untuk mengevalusi kinerja karyawan yang belum berpengalaman.
b. Memastikan bahwa proses audit memenuhi standar kinerja.
c. Menghilangkan kerancuan yang sering muncul dalam penilaian auditor.
5) Telaah independen
Pada saat penyelesaian audit yang lebih besar, biasanya terdapat telaah untuk laporan
keuangan dan keseluruhan berkas audit oleh penelaah independen yang ridak terlibat dalam
audit, tetapi merupakan staf kantor akuntan yang juga melakukan audit. Telaah independen
diisyaratkan oleh SEC termasuk telaah atas informasi keuangan interim dan audit
pengendalian internal.
6) Ringkasan evaluasi bukti
Auditor mengevaluasi kecukupan dan kelayakan bukti pada saat mengevaluasi risiko
audit, berdasarkan akun dan siklus, dan kemudian membuat evaluasi yang sama untuk
laporan keuangan keseluruhan. Auditor juga mengevaluasi bukti pendukung atas opini audit
dengan mengestimasi salah saji dalam setiap akun dan kemudian untuk laporan keuangan
keseluruhan. Evaluasi risiko audit dan estimasi salah saji dibuat pada waktu bersamaan dan
berdasarkan evaluasi tersebut, laporan audit diterbitkan untuk laporan keuangan.

Penerbitan Laporan Audit


Sebagian besar auditor dalam mengaudit menerbitkan laporan standar tanpa pengecualian
dengan kata-kata baku. KAP biasanya memiliki bentuk baku laporan audit dan hanya di ganti nama
klien, judul laporan keuangan, dan tanggalnya. Apabila KAP memutuskan bahwa laporan standar
tanpa pengecualian tidak memadai, maka pembahasan lebih lanjut dilakukan antara rekanan dalam
KAP dan juga klien. KAP memiliki manual laporan audit komprehensif yang membantu mereka
dalam memilih kata-kata yang tepat dalam laporan jika diperlukan oleh auditor

6. KOMUNIKASI DENGAN MANAJEMEN DAN PIHAK YANG BERTANGGUNG


JAWAB ATAS TATA KELOLA

Setelah audit diselesaikan terdapat beberapa hal yang perlu disampaikan auditor kepada
komite audit dan pihak yang berkaitan dengan tata kelola, diantaranya:
1) Pembahasan Tentang Kecurangan dan Tindakan Ilegal
PSA 32 (SA 316) dan PSA 31 (SA 317) mensyaratkan auditor untuk menyampaikan
seluruh kecurangan dan tindakan illegal kepada komite audit dan kelompok lain yang
sejenis, meskipun tidak material. Tujuannya adalah untuk membantu komite audit dalam
melakukan tugas pengawasan atas laporan keuangan.
2) Pembahasan Tentang Kurangnya Pengendalian Internal
Auditor harus menyampaikan perihal kurangnya pengendalian internal dan kelemahan
material dalam desain atas pengoperasian pengendalian internal secara tertulis kepada pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola.
3) Pembahasan Hal Lainnya Kepada Komite Audit
PSA 48 (SA 380) mensyaratkan auditor untuk menyampaikan informasi tambahan yang
diperoleh selama audit kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, biasanya
adalah komite audit. Tujuan dari penyampaian ini adalah agar komite audit dan pihak lain
yang bertanggung jawab atas tata kelola mengetahui tentang informasi penting dan relevan
mengenai proses laporan keuangan dan memberikan kesempatan kepada komite audit untuk
membahas hal-hal penting dengan auditor.
4) Surat Manajemen (Management Letter)
Surat manajemen ditujukan untuk menginformasikan kepada klien mengenai
rekomendasi KAP (Kantor Akuntan Publik) guna meningkatkan bisnis klien. Rekomendasi
biasanya berfokus pada efisiensi pengoperasian perusahaan. Kombinasi antara pengalaman
auditor dalam berbagai area bisnis dan melalui pemahaman yang diperoleh dalam melakukan
audit membuat auditor dapat memberikan pengarahan kepada manajemen.

7. SURAT DITUJUKAN KEPADA MANAJEMEN

Setelah pengauditan selesai, auditor merasa perlu untuk mengirim surat ditunjukkan kepada
manajemen. Tujuan dari pengiriman surat tersebut adalah untuk member informasi kepada klien
tentang rekomendasi yang diberikan akuntan publik untuk perbaikan suatu bidang tertentu dalam
bisnis klien. Banyak akuntan publik membuat surat ditunjukkan kepada manajemen pada setiap
audit yang dilakukannya untuk menunjukkan kepada manajemen bahwa kantor akuntan publik
memberi manfaat tambahan kepada entitas yang diauditnya diluar jasa audit. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan hubungan baik dengan manajemen dan menawarkan jasa – jasa lain yang
dapat dilakukan oleh kantor akuntan publik, seperti misalnya jasa di bidang perpajakan atau
bantuan manajemen lainnya.
REFERENSI

Jusup, Haryono Al. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta : Unit
Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Anda mungkin juga menyukai