Anda di halaman 1dari 64

MAKALAH MANAJEMEN PENGAJARAN FISIKA

OLEH:

KELOMPOK V
APRI TARIDA NAIBAHO (4153321003)
DINA AULIA LUBIS (4153321009)
IKA APRILIA (4153321015)

FISIKA EKSTENSI 2015

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIMED
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
kami menyelesaikan tugas makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas kelompok dari mata kuliah “MANAJEMEN
PENGAJARAN FISIKA” .
Kami menyadari bahwa tugas yang kami selesaikan ini masih
banyak kekurangan, baik dari segi penulisan maupun dari segi
materi yang dituangkan pada tugas ini, karena keterbatasan ilmu
yang kami miliki, kami memohon maaf atas segala kekurangan dari
tugas yang kami perbuat ini.
Mudah – mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat
memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang bermanfaat
bagi kami sebagai penyusun makalah mapun bagi pembaca.

Medan, Mei 2019


Penyusun

Kelompok V
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................1
B. Tujuan Penyusunan Makalah.............................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................4
A. Tugas, hak dan Kewajiban Guru dalam Pembelajaran........4
B. Tugas, hak dan Kewajiban Siswa dalam Pembelajaran.......11
C. Komptensi Guru Profesional Berdasarkan UU Pendidikan…19
D. Mengukur Kinerja Guru………………………………........37

BAB IV PENUTUP........................................................................55
A. Kesimpulan...............................................................................55
B. Saran.........................................................................................57
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................58
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kualitas manusia yang diinginkan oleh bangsa Indonesia
pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi
persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas
manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru mempunyai tugas,
hak, dan kewajiban yang sangat penting. Itulah sebabnya, guru harus
senantiasa mengembangkan kemampuan dirinya. Guru perlu
memiliki standar profesi dengan menguasai materi serta strategi
pembelajaran dan dapat mendorong siswanya untuk belajar sungguh-
sungguh.
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 2 ayat (1) menegaskan
bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pada Pasal 4 juga dijelaskan
bahwa kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional
Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa guru harus
memiliki pengetahuan yang luas, menguasai berbagai jenis bahan
pembelajaran, menguasai teori dan praktik pendidikan, serta
menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran. Kompetensi
guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran dan pendidikan di madrasah, namun kompetensi guru
tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi latar belakang pendidikan,
pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru
dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon
guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka
pembinaan dan pengembangan tenaga guru. Selain itu, penting
dalam hubungannya kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar
siswa. Dengan kompetensi profesional tersebut, dapat diduga
berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu
menghasilkan pendidikan yang bermutu.

B. TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH


Adapun tujuan penulis dari penyusunan makalah ini, selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pengajaran Fisika,
adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan mahasiswa mengenai tugas, hak dan
kewajiban seorang guru dan siswa dalam pembelajaran
2. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai komptensi
guru professional berdasarkan UU pendidikan
3. Menambah wawasan mahasiswa mengenai mengukur
kinerja guru
BAB II
PEMBAHASAN

A. TUGAS, HAK DAN KEWAJIBAN GURU DALAM


PEMBELAJARAN
1. Tugas Guru
Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa setiap guru
berfungsi sebagai: a. Designer of intruction (perancang pengajaran).
b. Manager of intruction (pengelola pengajaran). c. Evaluator of
student learning (penilai prestasi belajar siswa) (Syah, 2007:250).
Sebagai perancang pengajar menunjuk pada tugas guru untuk
membuat persiapan pembelajaran, yang antara lain adalah membuat
RPP. Sebagai pengelola pengajaran menunjuk pada tugas guru untuk
mengelola kegiatan pembelajaran, termasuk di dalamnya mengelola
kelas sehingga pembelajaran berlangsung secara efisien dan efektif.
Sedangkan peran sebagai evaluator menunjuk pada tugas guru untuk
melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran sehingga
diketahui tingkat capaian pembelajaran atau hasil belajar siswa.
Guru memiliki banyak tugas yang harus dilakukan. Tugas atau
fungsi guru tentu sesuai dengan peran-peran yang harus dimainkan.
Guru memiliki banyak peran dan banyak tugas (fungsi). Setiap ahli
mengemukakan pandangan yang bervariasi tentang peran (tugas)
guru, namun demikian ada titik temu pada tugastugas utama yang
harus dilakukan oleh guru.
Menurut S. Nasution (1988) bahwa tugas guru ada tiga bagian, yaitu:
a. Sebagai orang yang mengomunikasikan pengetahuan. Tugas
ini mengharuskan guru mengetahui pengetahuan yang
mendalam bahan yang akan diajarkannya. Sebagai
konsekwensinya adalah seorang guru tidak boleh berhenti
belajar, karena pengetahuan yang akan diberikan kepada
anak didiknya terlebih dahulu harus dipelajari. Selain itu,
guru perlu menyediakan berbagai fasilitas hidupnya,
memperbaiki nasib hidupnya, dan meningkatkan
kesejahteraan hidupnya, sehingga dapat melaksanakan
profesi keguruannya dengan baik.
b. Guru sebagai model berkaitan dengan bidang studi (mata
pelajaran) yang diajarkannya sebagai suatu yang berdaya
guna dan bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Guru harus menjadi model atau contoh nyata dari kehendak
bidang studi (mata pelajaran) yang diampunya. Khususnya
bidang studi akhlak, keimanan, kebersihan, dan sebagainya.
Guru yang bersangkutan
c. disarankan mampu memperlihatkan keindahan akhlak,
keimanan, dan kebersihan yang di ajarkan kepada siswanya.
Jangan harap anak didik (siswa) bersikap dan berperilaku etis
bila guru itu belum mampu m enampakkan bidang studi
(mata pelajaran) dimaksud dalam kepribadiannya.
d. Guru harus menampakkan model sebagai pribadi yang
disiplin, cermat berpikir, imencintai pelajaran penuh
mendalam, dan luas dedikasi.
Menurut DEPDIKBUD tugas utama guru adalah sebagai berikut:
a. Tugas profesional yaitu mendidik dalam rangka
menyumbangkan kepribadian,
b. mengajar dalam rangka menyeimbangkan kemampuan
berpikir, kecerdasan
c. dan melatih dalam rangka membina keterampilan.
d. Tugas manusiawi yaitu membina peserta didik dalam rangka
meningkatkan
e. dan mengembangkan martabat diri sendiri, kemampuan
manusia yang optimal
f. serta pribadi yang mandiri.
g. Tugas kemasyarakatan, yaitu dalam rangka mengembangkan
terbentuknya masyarakat Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Darmadi, 2009:
56).
Udin Syaefudin Saud mengemukakan bahwa tugas pokok guru
antara lain:
a. Guru sebagai pengajar. Ia harus menampilkan pribadinya
sebagai cendekiawan (scholar) dan sekaligus juga sebagai
pengajar (teacher). Dengan demikian yang bersangkutan itu
harus menguasai: (1) Bidang displin ilmu (scientific
discipline) yang akan diajarkannya, baik aspek substansinya
maupun metodologi penelitian dan pengembangannya. (2).
Cara mengajarkannya kepada orang lain atau bagaimana cara
mempelajarinya.
b. Guru sebagai pengajar dan juga sebagai pendidik Ia harus
menampilkan pribadinya sebagai ilmuan dan sekaligus
sebagai pendidik, sebagai berikut: (1) Menguasai bidang
disiplin ilmu yang diajarkannya (2) Menguasai cara belajar
dan mengadministrasikannya. (3) Memiliki wawasan dan
pemahaman tentang seluk beluk kependidikan, dengan
mempelajari: filsafat pendidikan, sejarah pendidikan, dan
psikologi pendidikan.
c. Guru sebagai pengajar, pendidik dan juga agen pembaharuan
dan pembangunan masyarakat. Yang diharapkan dapat
menampilkan pribadinya sebagai pengajar dan pendidik
peserta didiknya dalam berbagai situasi (individual,
kelompok, di dalam dan di luar kelas, formal dan non formal,
d. serta informal) (Saud, 2009: 36).
Sedangkan Roestiyah N. K menginvestarisir tugas guru secara garis
besar, yaitu:
a. Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan,
kepandaian, dan pengalaman empiric kepada peserta didik.
b. Membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan nilai
dasar negara.
c. Mengantarkan peserta didik menjadi warganegara yang baik.
d. Mengarahkan dan membimbing peserta didik sehingga
memiliki kedewasaan dalam berbicara, bertindak, dan
bersikap.
e. Memfungsikan diri antara sebagai penghubung antara
sekolah dan masyarakat.
f. Harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin, baik
kepada dirinya sendiri, peserta didik serta orang lain.
g. Memfungsikan diri sebagai manager dan administrator yang
disenangi.
h. Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai anamat
profesi. Guru di beri tanggungjawab paling besar dalam hal
perencanaan dan pelaksanaan kurikulum serta evaluasi
keberhasilannya.
i. Membimbing peserta didik untuk belajar memahami dan
menyelesaikan yang dihadapi peserta didiknya.
j. Guru harus merangsang peserta didik untuk memiliki
semangat yang tinggi dalam membentuk kelompok studi
serta dalam mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler dalam
rangka memperkaya pengalaman

Guru sebagai pengajar berkaitan dengan tugas-tugas


pembelajaran yang dilaksanakan di kelas, namun demikian kegiatan
guru yang berkaitan dengan pembelajaran itu tidak hanya tentang
interaksi pembelajaran. Guru juga melakukan serangkaian kegiatan
persiapan tentang materi pembelajaran dan bagaimana kegiatan
pembelajaran akan dilaksanakan di kelas. Tugas-tugas guru dalam
persiapan pembelajaran antara lain adalah: membuat RPP, membuat
catatan kecil (notes) tentang isi materi, mempersiapkan alat peraga
dan media pembelajaran, menulis kisi-kisi soal (tugas) yang harus
diselesaikan oleh siswa baik di kelas atau di rumah. RPP yang dibuat
oleh guru bukan hanya sebagai pedoman bagi guru dan disetor ke
kepala sekolah, tetapi juga semestinya para siswa pun harus tahu isi
RPP tersebut, sehingga merela memiliki gambaran tentang materi
yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus diselesaikan.
Dengan cara demikian para siswa bisa membuat persiapan belajar
sejak awal. Catatan kecil itu penting bagi guru. Manfaat catatan kecil
antara lain: membuat sajian materi pelajaran sistematis, menghindari
pengulangan yang tidak perlu, dan agar tida lupa terhadap materi
yang sedang disampaikan, sehingga para peserta didik mempersepsi
bahwa guru itu siap dan mampu dalam mengajar.
Mempersiapkan alat peraga dan media pembelajaran sangat
penting, sehingga pada saat guru sudah di kelas dan menyampaikan
materi pelajaran tidak kehilangan waktu. Semua alat peraga (alat
bantu) dan media pembelajaran harus sudah siap sebelum waktu
pelajaran berlangsung. Kalau alat peraga dan media pembelajaran
sudah di kelas, maka guru juga penting mengecek sebelum jam
pelajaran. Tidak jarang jam pelejaran berkurang karena gangguan
teknis, di mana alat peraga atau media pembelajaran belum siap.
Guru juga harus mempersiapkan beberapa soal (tugas) yang harus
diselesaikan oleh siswa. Membuat soal-soal bukan di kelas karena
mengganggu jam pembelajaran yang sangat terbatas. Dan biasanya
kualitas soal yang dibuat di rumah itu lebih tinggi karena melalui
proses pemikiran yang lebih luas daripada dibuat di sekolah secara
tergesa-gesa. Tugas guru yang harus dilaksanakan pada saat
pembelajaran antara lain adalah: membua pelajaran dengan salam,
kemudian diikuti doa bersama; memberikan motivasi pada para
siswa sehingga siswa siap menerima pelajaran; menjelaskan tujuan
pembelajaran; menyampaikan materi pelajaran; membuka dialog
(tanya jawab) atau diskusi; melakukan evaluasi; memberikan tugas
yang harus dikerjakan di rumah; dan menutup pelajaran dengan
do’a.
Hal penting yang harus dilakukan oleh guru adalah untuk
mencatat peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada saat
pembelajaran berlangsung. Peristiwa penting adalah kejadian-
kejadian yang terkait dengan pengembangan materi pembelajaran
atau pengelolaan kelas, sehingga sejak awal guru dapat berusaha
mencari solusi. Misalnya, pada saat guru sedang menyampaikan
materi pelajaran tidak ada diantara siswa yang mencatat. Tidak
mencatat adalah salah satu peristiwa penting di mana yang
semestinya para siswa mencatat ternyata mereka tidak
melakukannya. Melihat peristiwa seperti ini maka guru harus
mencari tahu mengapa tidak mencatata, lalu mencari solusinya.
Misalnya, para siswa tidak mencatat karena guru menjelaskan terlalu
cepat atau suaranya terlalu rendah sehingga tidak bias diikuti oleh
siswa, atau alas an-alasan lainnya.
Guru sebagai pendidik artinya bahwa tugas guru itu tidak
hanya menyampaikan materi pembelajaran, melainkan juga harus
mampu menanamkan nilai-nilai atau norma-norma pada peserta
didik sesuai dengan bidang atau matapelajaran masing-masing. Guru
bisa mengaitkan nilai-nilai atau norma-norma (sosial/agama) dengan
materi pelajaran, walaupun mungkin tidak terdapat dalam
kurikulum. Guru bukan sekedar sebagai pelaksana kurikulum,
melainkan juga sebagai pengembang kurikulum. Oleh sebab itu guru
harus kreatif dan inovatif, sehingga mampu memberikan energi
belajar bagi para siswanya. Guru juga perlu menanamkan pada diri
siswa untuk membangun hubungan yang baik dan harmonis antar
sesama siswa. Berbohong, mendhalimi, atau menyakiti orang lain
adalah perbuatan tercela, termasuk bertengkar dengan sesama siswa
yang belakangan ini sering terjadi di berbagai sekolah.
Guru sebagai pembimbing artinya bahwa guru juga memiliki
tugas untuk membantu siswa mencari jalan keluar dari masalah yang
sedang mereka hadapi, sehingga tidak sampai mengganggu belajar
mereka. Peran guru di sini adalah membantu siswa agar siswa
mampu memecahkan masalahnya sendiri. Jadi akhir dari pemberian
bantuan di sini adalah bagaimana membuat siswa mandiri, tidak
bergantung pada guru yang memberikan bantuan itu. Guru hanya
memberikan bantuan dalam batas mengajukan berbagai alternatif,
kemudian siswa sendiri yang
memilih dan melaksanakannya. Misalnya, siswa sering tidak bisa
konsentrasi mengikuti pelajaran. Bantuan yang mungkin diberikan,
misalnya, guru bisa menanyakan pada siswa bersangkutan mengapa
tidak bisa konsentrasi? Setelahsiswa bersangkutan mengemukakan
panjang lebar terkait dengan masalah tidak bisa konsentrasi tersebut,
maka guru bisa mendaftar beberapa alternatif yang bisa dipilih oleh
siswa tersebut. Guru tidak boleh memutuskan alternatif yang harus
diambil oleh siswa karena yang melakukan usaha pemecahan
masalah itu adalah
siswa bersangkutan.
Guru sebagai pengelola mengandung dua maksud, yakni
mengelola dalam arti menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan dalam
pembelajaran yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan. Pengelola berarti juga dalam konteks
pengelolaan kelas. Pada yang pertama, bahwa tugas guru adalah
membuat perencanaan pembelajaran dengan segala komponen
terkait; mengorganisir materi pembelajaran dan siswa dalam kelas;
menggerakkan siswa bagaimana membuat siswa semangat
mengikuti pembelajaran dan menyelesaikan tugas-tugas; dan
melakukan pengawasan terhadap kegiatan belajar siswa.
2. Hak dan Kewajiban Guru
Guru sebagai tenaga profesional memiliki hak-hak tertentu.
Hak-hak guru diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005,
pasal 14 sebagai berikut :
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum
dan jaminan kesejahteraan sosial.
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas
dan prestasi kerja.
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan
hak atas kekayaan intelektual.
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana
pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan.
f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada
peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik
guru, dan peraturan perundang-undangan.
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas.
h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi
profesi.
i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan
kebijakan pendidikan.
j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi;
dan/atau
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangnya.

Sedangkan kewajiban guru diatur dalam Undang-Undang Nomor


14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bagian Kedua (Hak dan
Kewajiban), Pasal 20 sebagai berikut: Dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru berkewajiban:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi
fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum,
dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Tentang tanggung jawab guru dikemukakan oleh Wens Tanlain,


dkk, bahwa ada beberapa poin yang menjadi tanggung jawab
seorang guru, antara lain: mematuhi norma dan nilai kemanusiaan,
menerima tugas mendidik bukan sebagai beban, tetapi dengan
gembira dan sepenuh hati, menyadari benar akan apa yang
dikerjakan dan akibat dari setiap perbuatannya itu, belajar dan
mengajar memberikan penghargaan kepada orang lain termasuk
kepada peserta didik, bersikap arif dan bijaksana serta rendah hati,
dan sebagai orang beragama melakukan kesemua yang tersebut di
atas berdasarkan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sagala,
2009: 13).
Tentang tanggung jawab guru Hamalik (2001:127-133) bahwa
tanggungjawab seorang guru sebagai guru yang profesional antara
lain yaitu:
a. Guru harus menuntut murid-murid belajar, turut serta
membina kurikulum sekolah.
b. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian,
watak, dan jasmaniah).
c. Memberikan bimbingan kepada murid; melakukan diagnosis
atas kesulitankesulitan belajar dan mengadakan penilaian
atas kemajuan belajar.
d. Menyelenggarakan penelitian; mengenal masyarakat dan ikut
serta aktif.
e. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila.
f. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan
bangsa dan perdamaian dunia.
g. Turut menyukseskan pembangunan.
h. Tanggungjawab meningkatkan peranan profesional guru.
Tugas, hak, dan kewajiban guru sebagaimana diuraikan di
atas tentu tidak harus semua dimiliki atau dikuasai oleh guru.
Namun dalam pemahaman di sini bahwa semakin guru itu mampu
memenuhi unsur-unsur peran, hak, dan kewajibannya dalam
melaksanakan tugas di sekolah maka guru tersebut menunjukkan jati
dirinya sebagai guru profesional.
B. TUGAS, HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DALAM
PEMBELAJARAN
1. Tugas Siswa Dalam Pembelajaran
Tugas seorang siswa di sekolah dibagi menjadi 5 unsur
pokok yaitu:

(1) Belajar : belajar merupakan tugas pokok seorang siswa, karena


melalui belajar dapat menciptakan generasi muda yang cerdas.
Tugas siswa di sekolah dibagi menjadi 3 diantaranya adalah:

a. Memahami dan mempelajari materi yang diajarakan


b. Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
c. Mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan
mengerjakan PR jika Ada PR.
(2) Taat pada peraturan sekolah: setiap sekolah memiliki tatatertib
yang harus ditaati oleh para siswa, demi terciptanya kondisi sekolah
yang kondusif, aman, nyaman untuk siswa dalam belajar dan
menjalani aktivitas selama di sekolah. Selain itu tatatertib sekolah
juga sebagai patokan dan kontrol prilaku siswa di sekolah. Jika
tatatertib dilangar maka akan mendapatkan sangsi atau hukuman.

(3) Patuh dan hormat pada guru: tugas seorang siswa di sekolah
selanjutnya adalah patuh dan hormat kepada guru. Rahmat, barokah
dan manfaat dari sebuah ilmu itu tergantung dari ridhonya guru.
Oleh karena itu jika siswa ingin menjadi siswa yang cerdas haruslah
patuh, taat dan hormat pada guru. Contoh:

a. Menuruti semua perintah guru.


b. Menghargai guru.
c. Memperhatikan jika diterangkan materi oleh guru.
(4) Disiplin: ada sebuah istilah “ kunci meraih sukses adalah
disiplin” istilah ini memiliki makna yang kuat jika seseorang
memiliki disiplin yang tinggi maka dia akan sukses. Begitu juga
dengan siswa jika seorang siswa memiliki disiplin yang tinggi maka
dia akan dapat meraih cita-cita yang diinginkan. Bentuk dari disiplin
siswa adalah:

a. Disiplin dalam belajar


b. Disiplin dalam sekolah
(5) Menjaga nama baik sekolah: menjaga nama baik sekolah
adalah kewajiban setiap siswa, dengan menjaga nama baik sekolah
maka siswa dan sekolah akan mendapatkan nilai positif dari
masyrakat. Dan jika siswa dapat memberikan prestasi bagi sekolah
akan menjadi sebuah kebangaan yang luar biasa.

2. Kewajiban Siswa di Sekolah

Siswa di sekolah sebagai warga sekolah, tidak dapat terlepas


dari kewajiban. Kewajiban-kewajiban tersebut harus
dilaksanakan agar mendapatkan hak. Apabila kewajiban-
kewajiban tersebut tidak dilaksanakan atau dipatuhi, maka
akan mendapatkan sanksi dari sekolah. Secara umum
kewajiban seorang siswa atau siswi di sekolah adalah sebagai
berikut:
1. Mengikuti seluruh kegiatan sekolah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. Meninggalkan lingkungan sekolah segera setelah kegiatan
yang diikutinya berakhir.
3. Mewujudkan dan memelihara ketertiban, keamanan,
keindahan, kekeluargaan dan kerindangan
4. Hadir di sekolah sebelum bel sekolah dibunyikan.
5. Memberi keterangan izin/sakit/berhalangan yang sah (dari
orang tua/wali/dokter/polisi) pada saat tidak masuk sekolah.
6. Siswa wajib mengikuti Upacara Bendera dan apel.
7. Siswa wajib memelihara seluruh fasilitas yang ada di
lingkungan sekolah.
8. Menyiapkan, menggunakan dan memelihara seluruh
peralatan dan perlengkapan belajar mengajar.
9. Mematuhi berbagai ketentuan khusus yang mengatur
pengunaan fasilitas di lingkungan sekolah.
10. Siswa wajib menggunakan pakaian sesuai dengan jadwal dan
ketentuan yang telah ditetapkan.
11. Rambut harus rapi, tidak dicat dan tidak mengganggu belajar
(untuk siswa putra tidak melebihi kerah kemeja, alis mata
dan telinga)
12. Siswa wajib membawa alat -alat belajar (buku paket, buku
catatan, buku tugas, dan alat- alat tulis)
13. Siswa tidak diperkenankan meninggalkan kelas tanpa seizin
guru kelas atau guru piket.
14. Siswa tidak boleh membawa barang-barang yang tidak
berhubungan dengan pelajaran ke sekolah.
15. Siswa wajib mengikuti ulangan yang diadakan sekolah..

3. Hak Siswa di Sekolah


Hak akan diperoleh setelah kewajiban dipenuhi. Hak siswa
atau siswi di sekolah antara lain sebagai berikut:
1. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
2. Menggunakan fasilitas pembelajaran sesuai dengan prosedur
dan ketentuan yang berlaku.
3. Mendapatkan penghargaan berupa piagam penghargaan atas
prestasi yang dicapai.
4. Mendapatkan porsi pengembangan sesuai potensi yang
dimiliki.
5. Memperoleh bimbingan dan konsultasi secara optimal dalam
mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.
6. Mendapatkan perlindungan selama berada di lingkungan
sekolah pada jam belajar dan penugasan.
7. Mendapatkan laporan dan umpan balik hasil proses pendidikan
yang diikutinya.
C. KOMPETENSI GURU PROFESIONAL
1. Pengertian kompetensi Guru.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Majid
menjelaskan bahwa, “kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru
akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi
tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan
profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Muhibbin
Syah mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah,
“kemampuan atau kecakapan. Usman mengemukakan bahwa,
“kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi
atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang
kuantitatif. E. Mulyasa mengutip pendapat Mc. Ahsan bahwa
kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities
that a person achieves, which become part of his or her being to the
extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive,
affective, and psychomotor behaviors. Dalam hal ini, kompetensi
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Departemen Pendidikan Nasional merumuskan definisi
kompetensi sebagai “pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Menurut Syah, kompetensi adalah, “kemampuan, kecakapan,
keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan
hukum. Selanjutnya masih menurut Syah, dikemukakan bahwa
kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab
dan layak. Jadi kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai
penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
menjalankan profesi sebagai guru. Dengan demikian kompetensi
guru merupakan penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.
2. Dimensi-dimensi guru
Menurut Undang-undang Nomor14 tahun 2005 tentang Guru
Dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi: “kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

1) Kompetensi pedagogik
Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik”. Departemen Pendidikan
Nasional menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan
pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan
melakukan penilaian.

(1) Kompetensi menyusun rencana pembelajaran.


Menurut Joni, kemampuan merencanakan program belajar
mengajar mencakup kemampuan:

a) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,

b) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar,

c) merencanakan pengelolaan kelas,

d) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran;


dan

e) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan


pengajaran.

Departemen Pendidikan Nasional mengemukakan kompetensi


penyusunan rencana pembelajaran meliputi:

a) mampu mendeskripsikan tujuan,

b) mampu memilih materi,

c) mampu mengorganisir materi,

d) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran,


e) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga
pembelajaran,

f) mampu menyusun perangkat penilaian,

g) mampu menentukan teknik penilaian, dan

h) mampu mengalokasikan waktu.

Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar


mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus
dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup:
merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan,
merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan
sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.

(2) Kompetensi melaksanakan proses pembelajaran


Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap
pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini
kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan dan
menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang
telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar
penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan,
apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang,
manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar,
pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan
keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar,
penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar,
dan keterampilan menilai hasil belajar siswa. Yutmini
mengemukakan, persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru
dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan:
a) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan
latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran,

b) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan


perlengkapan pengajaran,

c) berkomunikasi dengan siswa,

d) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan

e) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.

Hal serupa dikemukakan oleh Harahap yang menyatakan,


kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan program
mengajar adalah mencakup kemampuan:
a) memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai
menutup pelajaran,

b) mengarahkan tujuan pengajaran,

c) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan


dengan tujuan pengajaran,

d) melakukan pemantapan belajar,

e) menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan


benar,

f) melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan,

g) memperbaiki program belajar mengajar, dan


h) melaksanakan hasil penilaian belajar.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut


pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran
harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan
pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien.
Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam
mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa,
kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan
perilaku siswa. Depdiknas mengemukakan kompetensi
melaksanakan proses belajar mengajar meliputi:
a) membuka pelajaran,

b) menyajikan materi,

c) menggunakan media dan metode,

d) menggunakan alat peraga,

e) menggunakan bahasa yang komunikatif,

f) memotivasi siswa,

g) mengorganisasi kegiatan,

h) berinteraksi dengan siswa secara komunikatif,

i) menyimpulkan pelajaran,
j) memberikan umpan balik,

k) melaksanakan penilaian, dan

l) menggunakan waktu.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses
belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung
hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan
dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada
dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan
lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur
kognitif para siswa.

(3) Kompetensi melaksanakan penilaian proses pembelajaran


Menurut Sutisna, “penilaian proses belajar mengajar
dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan
belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian
diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi
program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-
maksud yang telah ditetapkan.
Commite menjelaskan, evaluasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari setiap upaya manusia, lebih lanjut dikatan bahwa:
Evaluasi yang baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan
pendidikan, sedangkan evaluasi yang salah akan merugikan
pendidikan. Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses
belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat
mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa,
sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan
dilaksanakan.
Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar
merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga
dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa.
Departemen Pendidikan Nasional mengemukakan kompetensi
penilaian belajar peserta didik meliputi:
a. mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran,

b. mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda,

c. mampu memperbaiki soal yang tidak valid,

d. mampu memeriksa jawab,

e. mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian,

f. mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian,

g. mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian,

h. mampu menentukan korelasi soal berdasarkan hasil


penilaian,

i. mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian,

j. mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan


logis,

k. mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian,

l. mengklasifikasi kemampuan siswa,

m. mampu mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil


penilaian,
n. mampu melaksanakan tindak lanjut,

o. mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut, dan

p. mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut


hasil penilaian.

Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik tercermin dari


indikator kemampuan merencanakan program belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar
mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

2) Kompetensi Kepribadian
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya
mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya
manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan
memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut
“digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di
contoh sikap dan perilakunya).
Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan seseorang guru sebagai pengembang sumber daya
manusia. Karena guru berperan sebagai pembimbing, pembantu, dan
sekaligus anutan.
Menurut Zakiah Darajat dikatakan bahwa kepribadian itulah
yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina
yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hara depan anak didik terutama bagi anak didik
yang masih kecil dan mereka tengah mengalami kegoncangan jiwa.
Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru professional sangat
diharapkan memahami bagaimana karakteristik kepribadian dirinya
yang diperlukan sebagai panutan para peserta didiknya. Secara
konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD
1945 yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa., di
samping harus memiliki kualifikasi dan keahlian sebagai tenaga
pengajar seprti yang dipersyaratkan dalam-dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasioanal.
Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi
keberhasilan belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat
dalam Syah menegaskan bahwa, Kepribadian itulah yang akan
menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi
anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi
masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih
kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami
kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Karakteristik kepribadian
yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti
profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan
psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta
merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara
simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel
pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan
beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan
terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan
dan pengenalan.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan
kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan
peserta didik”. Surya menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai
kompetensi personal yaitu, “kemampuan pribadi seorang guru yang
diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal
ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan
diri. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah
bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan
mampu menilai diri pribadi. Johnson sebagaimana dikutip Anwar
mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup:
a. penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan
tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi
pendidikan beserta unsur-unsurnya,

b. pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang


seyogyanya dianut oleh seorang guru,

c. kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya


untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi
para siswanya.

Arikunto mengemukakan, “kompetensi personal


mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga
menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani
oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru
tercermin dari indikator sikap, dan keteladanan. Guru sebagai tenaga
pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik
kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan sumber daya manusia. Pribadi guru adalah hal yang
sangat penting. Seorang guru harus memiliki sikap yang mempribadi
sehingga dapat dibedakan ia dengan guru yang lain. Memang,
kepribadian menurut Zakiah Darajat disebut sebagai sesuatu yang
abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat
penampilan, tindakan, dan atau ucapan ketika menghadapi suatu
persoalan, atau melalui atasannya saja.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis.
Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku
seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama
hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan,
tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan
kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka
akan naik pula wibawa orang tersebut.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat (3) butir b
dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan
yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia.
3) Kompetensi sosial
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa
siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di
depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses
komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi
sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Surya
mengemukakan kompetensi sosial adalah “kemampuan yang
diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan
orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan
dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar mengemukakan “kemampuan
sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada
tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan
tugasnya sebagai guru. Arikunto mengemukakan “kompetensi sosial
mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik
dengan peserta didik, sesama guru, kepala madrasah, pegawai tata
usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.
Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang
perlu dicontoh dan merupkan suritauladan dalam kehidupanya
sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan
masyakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang
efektif. Dengan dimilikinnya kemampuan tersebut, otomatis
hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar,
sehingga jika ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak
akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial meliputi kemampuan
guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan
mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru yang
harus dilakukan adalah:
a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4) Kompetensi professional
Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya
mengemukakan kompetensi profesional adalah:
“Berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan
dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi
kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan
yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab
akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya”.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar mengemukakan kemampuan
profesional mencakup:
a. penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang
harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan
yang diajarkan tersebut,
b. penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan,

c. penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan


pembelajaran siswa.

Arikunto mengemukakan:
Kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki
pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang
studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu
menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode yang tepat dan
mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar.

D. MENGUKUR KINERJA GURU

Kinerja Guru Berdasarkan uraian tentang kompetensi dan


peranan guru, tentu dapat diidentifikasi kinerja ideal seorang guru
dalam melaksanakan peran dan tugasnya. Kinerja adalah
performance atau unjuk kerja. Kinerja dapat pula diartikan prestasi
kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. (LAN, 1992).
Menurut August W. Smith, Kinerja adalah performance is output
derives from processes, human otherwise, artinya kinerja adalah
hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Dari pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu wujud
perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: ability, capacity,
held, incentive, environment dan validity (Noto Atmojo, 1992).
Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell (1989) dapat dilihat
dari empat hal, yaitu: 1. Quality of work – kualitas hasil kerja 2.
Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan 3. Initiative
– prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan 4. Capability –
kemampuan menyelesaikan pekerjaan 5. Comunication –
kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain. Standar kinerja
perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan
penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang
diharapkan. Standar kinerja dapat dijadikan patokan dalam
mengadakan pertanggungjawaban terhadap apa yang telah
dilaksanakan. Menurut Ivancevich (1996), patokan tersebut meliputi:
(1) hasil, mengacu pada ukuran output utama organisasi; (2)
efisiensi, mengacu pada penggunaan sumber daya langka oleh
organisasi; (3) kepuasan, mengacu pada keberhasilan organisasi
dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya; dan (4)
keadaptasian, mengacu pada ukuran tanggapan organisasi terhadap
perubahan.

Berkenaan dengan standar kinerja guru Piet A. Sahertian dalam


Kusmianto (1997: 49) bahwa, standar kinerja guru itu berhubungan
dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1)
bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan
perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran,
(4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5)
kepemimpinan yang aktif dari guru. Kinerja guru mempunyai
spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur
berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh
setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang
dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu
bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan
kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

1. Indikator Kinerja Guru Dan Penilaiannya

1) Indikator Kinerja Guru

Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja


guru. Georgia Departemen of Education telah mengembangkan
teacher performance assessment instrument yang kemudian
dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan
Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1)
rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut
dengann RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur
pembelajaran (classroom procedure), dan (3) hubungan antar pribadi
(interpersonal skill).

Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga


kegiatan pembelajaran dikelas yaitu:

(1) Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran


Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran
adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru
menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari
cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP). Unsur/komponen
yang ada dalam silabus terdi ri dari:
a. Identitas Silabus
b. Stándar Kompetensi (SK)
c. Kompetensi Dasar (KD)
d. Materi Pembelajaran
e. Kegiatan Pembelajaran
f. Indikator
g. Alokasi waktu
h. Sumber pembelajaran

Program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan


sitilah RPP, yang merupakan penjabaran lebih rinci dan specifik dari
silabus, ditandai oleh adnya komponen-komponen :

a. Identitas RPP
b. b. Stándar Kompetensi (SK)
c. Kompetensi dasar (KD)
d. Indikator
e. Tujuan pembelajaran
f. Materi pembelajaran
g. Metode pembelajaran
h. Langkah-langkah kegiatan
i. Sumber pembelajaran
j. Penilaian
1. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti
penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya
kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber
belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembejaran.
Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab
guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya menuntut
kemampuan guru.
a. Pengelolaan Kelas
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna
mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan
adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan
kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan
disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket
kebersihan, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas,
melakukan absensi setiap akan memulai proses
pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk
siswa. Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas
adalah pengaturan ruang/ setting tempat duduk siswa
yang dilakukan pergantian, tujuannya memberikan
kesempatan belajar secara merata kepada siswa.
b. Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran
yang perlu dikuasi guru di samping pengelolaan kelas
adalah menggunakan media dan sumber belajar. Media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa,
sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. (R.
Ibrahim dan Nana Syaodih S., 1993: 78) Sedangkan yang
dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman.
Kemampuan menguasai sumber belajar di samping
mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga
harus berusaha mencari dan membaca buku-
buku/sumber-sumber lain yang relevan guna
meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan
perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam
proses pembelajaran.
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar
tidak hanya menggunakan media yang sudah tersedia
seperti media cetak, media audio, dan media audio visual.
Tatapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada
penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.
Dalam kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan
media yang sudah ada (by utilization) seperti globe, peta,
gambar dan sebagainya, atau guru dapat mendesain
media untuk kepentingan pembelajaran (by design)
seperti membuat media foto, film, pembelajaran berbasis
komputer, dan sebagainya.
c. Penggunaan Metode Pembelajaran
Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode
pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan
menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi
yang akan disampaikan. Menurut R. Ibrahim dan Nana S.
Sukmadinata (1993: 74) ”Setiap metode pembelajaran
memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai
sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun
yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai”.
Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen
idealnya seorang guru harus menggunakan multi metode,
yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran
di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan
tanya jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan
pemberian tugas dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan
untuk menjembatani kebutuhan siswa, dan menghindari
terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.
2. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang
ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan
pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki
kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara
evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan
penggunaan hasil evaluasi. Pendekatan atau cara yang dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian hasil belajar
adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
Acuan Patokan (PAP). PAN adalah cara penilaian yang tidak
selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau
penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil
belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang
paling besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa
yang memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya. Sedangkan
PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh siswa
tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam
soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah
nilai sebenarnya berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab
dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau
batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak
berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan.
Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan
untuk memberikan penilaian dan memperbaiki sistem
pembelajaran. Kempuan lainnya yang perlu dikuasai guru
pada kegiatan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah
menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi meliputi: tes tertulis,
tes lisan, dan tes perbuatan. Seorang guru dapat menentukan
alat tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan.
Bentuk tes tertulis yang banyak dipergunakan guru adalah
ragam benar/ salah, pilihan ganda, menjodohkan,
melengkapi, dan jawaban singkat. Tes lisan adalah soal tes
yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan dan langsung
dijawab oleh siswa secara lisan. Tes ini umumya ditujukan
untuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan
sebelumnya. Tes perbuatan adalah tes yang dilakukan guru
kepada siswa. Dalam hal ini siswa diminta melakukan atau
memperagakan sesuatu perbuatan sesuai dengan materi yang
telah diajarkan seperti pada mata pelajaran kesenian,
keterampilan, olahraga, komputer, dan sebagainya.
Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat
tes ini dapat digambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk
alat-alat tes secara variatif, karena alat-alat tes yang telah
disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat penilaian hasil
belajar. Di samping pendekatan penilaian dan penyusunan
alat-alat tes, hal lain yang harus diperhatikan guru adalah
pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Ada dua hal yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar, yaitu:
a. Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yang
tidak dipahami oleh sebagian kecil siswa, guru tidak
perlu memperbaiki program pembelajaran, melainkan
cukup memberikan kegiatan remidial bagi siswa-
siswa yang bersangkutan.
b. Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak
dipahami oleh sebagian besar siswa, maka diperlukan
perbaikan terhadap program pembelajaran, khususnya
berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.
Mengacu pada kedua hal tersebut, maka frekuensi
kegiatan pengembangan pembelajaran dapat dijadikan
indikasi kemampuan guru dalam pengolahan dan
penggunaan hasil belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut
meliputi:
a. Kegiatan remidial, yaitu penambahan jam pelajaran,
mengadakan tes, dan menyediakan waktu khusus untuk
bimbingan siswa.
b. Kegiatan perbaikan program pembelajaran, baik dalam
program semesteran maupun program satuan pelajaran atau
rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu menyangkut
perbaikan berbagai aspek yang perlu diganti atau
disempurnakan.

2) Indikator Abilitas Guru

Abilitas dapat dipandang sebagai suatu karakteristik umum


dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Abilitas seorang
guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui
delapan keterampilan mengajar (teaching skills), yakni:

1) Keterampilan Bertanya (Questioning skills).


Dalam proses pembelajaran, bertanya memainkan
peranan penting, hal ini dikarenakan pertanyaan yang
tersusun dengan baik dan teknik melontarkan pertanyaan
yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap
siswa, yiatu:
a. Meningkatkan pastisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa
terhadap sesuatu masa-lah yang sedang dibicarakan.
c. Mengembangkan pola fikir dan cara belajar aktif dari
siswa, karena pada hakikatnya berpikir itu sendiri
sesungguhnya adalah bertanya.
d. Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan
yang baik akan mem-bantu siswa agar dapat
menentukan jawaban yang baik.
e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang
sedang dibahas.

Pertanyaan yang baik menurut Uzer Usman (1992: 67) adalah:

a. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.


b. Berikan informasi yang cukup untuk menjawab
pertanyaan.
c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
d. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir
sebelum menja-wab pertanyaan.
e. Berikan pertanyaan kepada seluruh siswa secara
merata.
f. Berikan respon yang ramah dan menyenangkan
sehingga timbul kebera-nian siswa untuk menjawab
dan bertanya.
g. Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat
menemukan sendiri ja-waban yang benar.
2) Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skills)

Penguatan adalah segala bentuk respon apakah bersifat


verbal (diungkapkan dengan kata-kata langsung seperti: bagus,
pintar, ya, betul, tepat sekali, dan sebagainya), maupun nonverbal
(biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat, pendekatan, dan
sebagainya) merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatannya
sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi. Reinforcement dapat
berarti juga respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut. Tindakah tersebut dimaksudkan untuk memberikan
ganjaran atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat
berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran.

Tujuan dari pemberian penguatan ini adalah untuk:

(1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.

(2) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.

(3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku


siswa yang produktif.

Ada 4 cara dalam memberikan penguatan (reinforcement) yaitu:

a. Penguatan kepada pribadi tertentu. Penguatan harus jelas


kepada siapa ditujukan, yaitu dengan cara menyebutkan
namanya, sebab bila tidak jelas akan tidak efektif.
b. Penguatan kepada kelompok siswa, yaitu dengan
memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang
dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
c. Pemberian penguatan dengan cara segera. Penguatan
seharusnya diberikan sesegera mungkin setelah muncul
tingkah laku/respon siswa yang diharapkan. Penguatan yang
ditunda cenderung kurang efektif.
d. Variasi dalam penggunaan. Jenis penguatan yang diberikan
hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja
karena akan menimbulkan kebosanan, dan lama kelamaan
akan kurang efektif.

3) Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks


proses interaksi pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi
kejenuhan siswa, sehingga dalam situasi belajar mengajar, siswa
menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi. Tujuan
dan manfaat variation skills adalah untuk:

a. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa


kepada aspek-aspek pembelajaran yang relevan.
b. Memberikan kesempatan berkembangnya bakat yang
dimiliki siswa
c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru
dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang
lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi.

Ada tiga prinsip penggunaan variation skills yang perlu diperhatikan


guru yaitu:
a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu
yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.

b. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan


sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak
mengganggu kegiatan pembelajaran.

c. Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan


dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4) Keterampilan Menjelaskan (Explaning skills)

Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah


penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis
untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan lainnya,
misalnya sebab dan akibat. Penyampaian informasi yang terencana
dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri
utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan
aspek yang sangat penting dari kegiatan guru dalam berinteraksi
dengan siswa di dalam kelas. Tujuan pemberian penjelasan dalam
pembelajaran adalah: (1) membimbing siswa untuk dapat memahami
konsep, hukum, dalil, fakta, dan prinsip secara objektif dan bernalar;
(2) melibatkan siswa untuk berfikir dengan memacahkan masalah-
masalah atau pertanyaan; (3) mendapatkan balikan dari siswa
mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi
kesalahpahaman siswa; dan (4) membimbing siswa untuk
menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-
bukti dalam memecahkan masalah.
A. Komponen-komponen dalam Menjelaskan (explaning skills)

1) Merencanakan

Penjelasan yang dilakukan guru perlu direncanakan dengan


baik, terutama yang berkenaan dengan isi materi dan siswa itu
sendiri. Isi materi meliputi analisis masalah secara keseluruhan,
penentuan jenis hubungan yang ada di antara unsur-unsur yang
dikaitkan dengan penggunaan rumus, hukum, generalisasi yang
sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Hal-hal yang
berhubungan dengan siswa hendaknya diperhatikan perbedaan
individual tiap siswa baik itu usia, tugas perkembangan, jenis
kelamin, kemampuan, interes, latar belakang sosial budaya, bakat,
dan lingkungan belajar anak.

2) Penyajian Suatu Penjelasan

Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya


dengan memperhatikan hal-hal berikuti ini:

a) Kejelasan. Penjelasan hendaknya diberikan dengan


menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
siswa, hindari penggunaan kata yang tidak perlu.
b) Penggunaan Contoh dan Ilustrasi. Memberikan
penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang
ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui
oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual).
c) Pemberian Tekanan. Dalam memberikan penjelasan guru
harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah/topik
utama dan mengurangi informasi yang tidak terlalu
penting.
d) Penggunaan Balikan. Guru hendaknya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertian siswa
ketika penjelasan itu diberikan.

3. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (Set


Induction and Closure Skills)

Membuka pelajaran (set insuction) adalah usaha atau


kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
untuk menciptakan pra-kondisi bagi siswa agar mental maupun
perhatiannnya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya, sehingga
usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan
belajar.

Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh


guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa
yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian
siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
Komponen membuka dan menutup pelajaran sebagaimana
dijelaskan M. Uzer Usman (1992: 85) adalah sebagai berikut:

a. Membuka Pelajaran
Membuka Pelajaran, komponennya meliputi:
1) Menarik perhatian siswa. Gaya mengajar, penggunaan
media pembelajaran atau pola interaksi yang bervariasi.
2) Menimbulkan motivasi, disertasi kehangatan dan
keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan
ide yang bertentangan dan memperhatikan minat atau interest
siswa.
3) Bemberi acuan melalui berbagai usaha, seperti
mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas,
menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan,
mengingatkan masalah pokok yang akan diba-has dan
mengajukan beberapa pertanyaan.
4) Memberikan apersepsi (memberikan kaitan antara materi
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari) sehingga
materi yang dipelari merupakan satu kesatuan yang utuh
yang tidak terpisah-pisah.

b. Menutup Pelajaran.

Dalam menutup pelajaran, cara yang harus dilakukan guru


adalah:

1) Meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan


merangkum atau menyimpulkan hasil pembelajaran.
2) Melakukan evaluasi. Bentuk evaluasi yang dilakukan
oleh guru antara lain adalah mendemonstrasikan
keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi
lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri dan
memberikan soal-soal tertulis.
4. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang


melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan dan pemacahan masalah. Siswa berdiskusi dalam
kelompok-kelompok kecil di bawah bimbingan guru atau temannya
untuk berbagi informasi, pemecahan masalah atau pengambilan
keputusan. Komponen-komponen yang perlu dikuasi guru dalam
membimbing diskusi kelompok yaitu:

a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi,


dengan cara merumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas
pada awal diskusi, kemukakan masalah-masalah khusus,
catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan dan
merangkum hasil diskusi.
b. Memperjelas masalah, untuk menghindari kesalahpahaman
dalam memimpin diskusi seorang guru perlu memperjelas
atau menguraikan permasalahan, meminta komentar siswa,
dan menguraikan gagasan siswa dengan memberikan
informasi tambahan agar kelompok peserta diskusi
memperoleh pengertian yang lebih jelas.
c. Menganalisis pandangan siswa. Adanya perbedaan pendapat
dalam diskusi, menuntut seorang guru harus mampu
menganalisis dengan cara memperjelas hal-hal yang
disepakati dan hal-hal yang perlu disepakati di samping
meneliti apakah suatu alasan mempunyai dasar yang kuat.
d. Meningkatkan urunan siswa, yaitu mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang menantang, memberikan contoh dengan
tepat, dan memberikan waktu untuk berpikir dan
memberikan urun pendapat siswa dengan penuh perhatian.
e. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi, dilakukan
dengan cara memancing pertanyaan siswa yang enggan
berpartisipasi, memberikan kesempatan pada siswa yang
belum bertanya (diam) terlebih dahulu, mencegah monopoli
pembicaraan, dan mendorong siswa untuk berkomentar
terhadap pertanyaan temannya.
f. Menutup diskusi, yaitu membuat rangkuman hasil diskusi,
menindaklanjuti hasil diskusi dan mengajak siswa untuk
menilai proses maupun hasil diskusi.
g. Hal-hal yang perlu dihindari yaitu mendominasi/monopoli
pembicaraan dalam diskusi, membiarkan terjadinya
penyimpangan dalam diskusi.

5. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk


menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang
memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa
yang tepat waktu dalam dalam menyelesaikan tugas atau penetapan
norma kelompok yang produktif.
Komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah sebagai
berikut:

1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan


pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, seperti
menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian,
memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang
jelas, menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang,
memberikan penguatan (reinforcement).
2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi
belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru
terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud
agar guru dapat melakukan tindakan remidial untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Guru dapat
menggunakan strategi:
a. Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis
tingkah laku siswa yang mengalami masalah/kesulitan dan
berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan
mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b. Guru menggunakan pendekatan pemecahan masalah
kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas melalui
kerjasama di antara siswa dan memelihara kegiatan-kegiatan
kelompok.
c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah.
Di samping dua jenis keterampilan di atas, hal lain yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam pengelolaan kelas adalah menghindari
campur tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa
alasan, ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan,
penyimpangan, dan sikap yang terlalu membingungkan.

6. Keterampilan Pembelajaran Perseorangan

Pembelajaran ini terjadi bila jumlah siswa yang dihadapi oleh


guru terbatas yaitu antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan
seorang untuk perseorangan. Hakikat pembelajaran perseorangan
adalah:

a. Terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa


dan juga siswa dengan siswa.

b. Siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan


masing-masing.

c. Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan


kebutuhannya.

d. Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran.

Peran guru dalam pembelajaran perseorangan ini adalah sebagai


organisator, nara-sumber, motivator, fasilitator, konselor dan
sekaligus sebagai peserta kegiatan. Komponen-komponen yang perlu
dikuasi guru berkenaan dengan pembelajaran perseorangan ini
adalah:
a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
b. Keterampilan mengorganisasi.
c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yaitu
memungkinkan guru membantu siswa untuk maju tanpa
mengalami frustasi. Hal ini dapat dicapai bagi guru yang
memiliki keterampilan dalam memberikan penguatan dan
mengembangkan supervisi.
d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran, mencakup membantu siswa menetapkan
tujuan dan menstimulasi siswa untuk mencapai tujuan
tersebut, merencanakan kegiatan pembelajaran bersama
siswa yang mencakup kriteria keberhasilan, langkah-langkah
kegiatan pembelajaran, waktu serta kondisi belajar, bertindak
sebagai supervisor dan membantu siswa menilai
pencapaiannya sendiri.

3. Instrumen Penilaian Kinerja Guru

Terdapat berbagai model instrumen yang dapat dipakai


dalam penilaian kinerja guru. Namun demikian, ada dua model yang
paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu
skala penilaian dan (lembar) observasi. Skala penilaian mengukur
penampilan atau perilaku orang lain (individu) melalui pernyataan
perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki makna
atau nilai. Kategori dibuat dalam bentuk rentangan mulai dari yang
tertinggi sampai terrendah. Rentangan ini dapat disimbolkan melalui
huruf (A, B, C, D) atau angka (4, 3, 2, 1), atau berupa kata-kata,
mulai dari tinggi, sedang, kurang, rendah, dan sebagainya.

Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa


digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses
terjadinya suatu kegiatan Yang dapat diamati baik dalam situasi
yang alami (sebenarnya) maupun situasi buatan. Tingkah laku guru
dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan
observasi. Tentu saja penilai harus terlebih dahulu mempersiapkan
lembaran-lembaran yang berisi aspek-aspek yang hendak dinilai.
Dalam lembaran tersebut terdapat kolom di sebelah aspek yang
hendak dinilai, di mana penilai dapat memberikan catatan atau
penilaian mengenai kuantitas dan/atau kualitas aspek yang dinilai.
Penilaian dapat diberikan dalam bentuk tanda cek (√). Lembar
penilaian observasi juga dapat dibuat dalam bentuk yang tidak
terstruktur. Maksudnya penilai (observer) tidak memberikan tanda
cek, namun menuliskan catatan mengenai kondisi aspek yang
diamati.

Hal ini biasanya dilakukan apabila hal-hal yang diamati


memang belum dapat dipastikan seperti apa dan bagaimana
kemunculannya. Sebagai contoh, penilaian terhadap kemampuan
seorang guru baru dalam mengelola kelas. Meskipun kisi-kisi
pengelolaan kelas telah jelas, akan tetapi bisa saja guru baru yang
dinilai tersebut memunculkan perilaku yang tidak terprediksi dalam
menghadapi para siswa di kelas. Hal ini dilakukan terutama bila
penilai menggunakan pendekatan kualitatif. Beberapa contoh model
instrumen penilaian guru disajikan dalam lampiran.

4. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru

Teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai


kualitas kinerja guru menurut T.R. Mithcell (1978) yaitu :

Dari formula tersebut dapat dikatakan bahwa, motivasi dan


abilitas adalah unsur-unsur yang berfungsi membentuk kinerja guru
dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.

1. Motivasi

Motivasi memiliki pengertian yang beragam baik yang


berhubungan dengan perilaku individu maupun perilaku
organisasi. Motivasi merupakan unsur penting dalam diri
manusia yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam
usaha atau pekerjaan individu.

Menurut Stoner (1992: 440) motivasi diartikan sebagai


faktor-faktor penyebab yang menghubungkan dengan sesuatu
dalam perilaku seseorang. Menurut Maslow (1970: 35)
sesuatu tersebut adalah dorongan berbagai kebutuhan hidup
individu dari mulai kebutuhan fisik, rasa aman, sosial,
penghargaan dan aktualisasi diri. Pendekatan yang dapat
digunakan adalah pendekatan insentif keuangan sebagaimana
dikemukakan Adam Smith (1976), pendekatan standar kerja
sebagaimana dijelaskan oleh Frederick Taylor (1978: 262),
dan pendekatan analisis pekerjaan dan struktur penggajian
(job analysis and wage structure approach) yaitu
mengklasifikasikan sikap, skill, dan pengetahuan dalam
usaha untuk mempertemukan kemampuan dan skill individu
dengan persyaratan pekerjaan. Analisis tugas adalah suatu
proses pengukuran sikap pegawai dan penetapan tingkat
pentingnya pekerjaan untuk menetapkan keputusan
konpensasi. Berdasarkan pendekatan di atas, maka di
kalangan para guru, jabatan guru dapat dipandang secara
aplikatif sebagai salah satu cara dalam memotivasi
(pemotivasi) para guru untuk meningkatkan kemampuannya.

2. Abilitas

Abilitas adalah faktor yang penting dalam


meningkatkan produktivitas kerja, abilitas berhubungan
dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
individu. Menurut Bob Davis at. al. (1994: 235) skill dan
abilitas adalah dua hal yang saling berhubungan. Abilitas
seseorang dapat dilihat dari skill yang diwujudkan melalui
tindakannya. Berkenaan dengan abilitas dalam arti kecakapan
guru A. Samana (1994: 51) menjelaskan bahwa, ”Kecakapan
profesional guru menunjuk pada suatu tindakan kependidikan
yang berdampak positif bagi proses belajar dan
perkembangan pribadi siswa”. Bentuk tindakan dalam
pendidikan dapat berwujud keterampilan mengajar (teaching
skills) sebagai akumulasi dari pengetahuan (knowledge) yang
diperoleh para guru pada saat menempuh pendidikan seperti
di SPG, PGSD, atau sejenisnya.

3. Kinerja

Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru


adalah kegiatan yang meliputi perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran/KBM, dan melakukan penilaian
hasil belajar. Hubungan alur kinerja, motivasi, dan abilitas
guru dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Alur Kinerja, Motivasi dan Abilitas Guru


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Guru sebagai pengajar berkaitan dengan tugas-tugas


pembelajaran yang dilaksanakan di kelas, namun demikian kegiatan
guru yang berkaitan dengan pembelajaran itu tidak hanya tentang
interaksi pembelajaran. Guru juga melakukan serangkaian kegiatan
persiapan tentang materi pembelajaran dan bagaimana kegiatan
pembelajaran akan dilaksanakan di kelas. Tugas-tugas guru dalam
persiapan pembelajaran antara lain adalah: membuat RPP, membuat
catatan kecil (notes) tentang isi materi, mempersiapkan alat peraga
dan media pembelajaran, menulis kisi-kisi soal (tugas) yang harus
diselesaikan oleh siswa baik di kelas atau di rumah. RPP yang
dibuat oleh guru bukan hanya sebagai pedoman bagi guru dan
disetor ke kepala sekolah, tetapi juga semestinya para siswa pun
harus tahu isi RPP tersebut, sehingga merela memiliki gambaran
tentang materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus
diselesaikan.

Kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai


penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
menjalankan profesi sebagai guru. Dengan demikian kompetensi
guru merupakan penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru. Menurut
Undang-undang Nomor14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen
pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi: “kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kinerja Guru Berdasarkan uraian tentang kompetensi dan


peranan guru, tentu dapat diidentifikasi kinerja ideal seorang guru
dalam melaksanakan peran dan tugasnya. Kinerja adalah
performance atau unjuk kerja. Kinerja guru mempunyai spesifikasi
tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan
spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud
adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana
seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan
pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
B. Saran

Dengan adanya penyusunan makalah ini semoga dapat


menambah wawasan mahasiswa khususnya penyusun makalah
apasaja tugas, hak dan keajiban seorang guru dan siswa dalam
pembelajaran, mengetahui bagaiman kompetensi guru professional
berdasarkan UU pendidikan serta menambah wawasan mahasiswa
mengenai mengukur kinerja seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho Susanto. 2000. Pelaksanaan Penilaian Jabatan Fungsional


Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Standar Nasional


Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007


tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah.

Toto Toharuddin. 2002. Kinerja Profesional Guru. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia

Usman, Moh. Uzer. 1994.Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Wau, Yasaratodo. (2018). Profesi Kependidikan. Unimed Press:


Medan

Anda mungkin juga menyukai