Makalah Tugas, Hak Dan Kewajiban Guru Dalam Pembelajaran
Makalah Tugas, Hak Dan Kewajiban Guru Dalam Pembelajaran
OLEH:
KELOMPOK V
APRI TARIDA NAIBAHO (4153321003)
DINA AULIA LUBIS (4153321009)
IKA APRILIA (4153321015)
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIMED
2019
KATA PENGANTAR
Kelompok V
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................1
B. Tujuan Penyusunan Makalah.............................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................4
A. Tugas, hak dan Kewajiban Guru dalam Pembelajaran........4
B. Tugas, hak dan Kewajiban Siswa dalam Pembelajaran.......11
C. Komptensi Guru Profesional Berdasarkan UU Pendidikan…19
D. Mengukur Kinerja Guru………………………………........37
BAB IV PENUTUP........................................................................55
A. Kesimpulan...............................................................................55
B. Saran.........................................................................................57
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................58
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kualitas manusia yang diinginkan oleh bangsa Indonesia
pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi
persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas
manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru mempunyai tugas,
hak, dan kewajiban yang sangat penting. Itulah sebabnya, guru harus
senantiasa mengembangkan kemampuan dirinya. Guru perlu
memiliki standar profesi dengan menguasai materi serta strategi
pembelajaran dan dapat mendorong siswanya untuk belajar sungguh-
sungguh.
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 2 ayat (1) menegaskan
bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pada Pasal 4 juga dijelaskan
bahwa kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional
Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa guru harus
memiliki pengetahuan yang luas, menguasai berbagai jenis bahan
pembelajaran, menguasai teori dan praktik pendidikan, serta
menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran. Kompetensi
guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran dan pendidikan di madrasah, namun kompetensi guru
tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi latar belakang pendidikan,
pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru
dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon
guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka
pembinaan dan pengembangan tenaga guru. Selain itu, penting
dalam hubungannya kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar
siswa. Dengan kompetensi profesional tersebut, dapat diduga
berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu
menghasilkan pendidikan yang bermutu.
(3) Patuh dan hormat pada guru: tugas seorang siswa di sekolah
selanjutnya adalah patuh dan hormat kepada guru. Rahmat, barokah
dan manfaat dari sebuah ilmu itu tergantung dari ridhonya guru.
Oleh karena itu jika siswa ingin menjadi siswa yang cerdas haruslah
patuh, taat dan hormat pada guru. Contoh:
1) Kompetensi pedagogik
Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik”. Departemen Pendidikan
Nasional menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan
pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan
melakukan penilaian.
b) menyajikan materi,
f) memotivasi siswa,
g) mengorganisasi kegiatan,
i) menyimpulkan pelajaran,
j) memberikan umpan balik,
l) menggunakan waktu.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses
belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung
hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan
dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada
dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan
lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur
kognitif para siswa.
2) Kompetensi Kepribadian
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya
mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya
manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan
memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut
“digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di
contoh sikap dan perilakunya).
Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan seseorang guru sebagai pengembang sumber daya
manusia. Karena guru berperan sebagai pembimbing, pembantu, dan
sekaligus anutan.
Menurut Zakiah Darajat dikatakan bahwa kepribadian itulah
yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina
yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hara depan anak didik terutama bagi anak didik
yang masih kecil dan mereka tengah mengalami kegoncangan jiwa.
Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru professional sangat
diharapkan memahami bagaimana karakteristik kepribadian dirinya
yang diperlukan sebagai panutan para peserta didiknya. Secara
konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD
1945 yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa., di
samping harus memiliki kualifikasi dan keahlian sebagai tenaga
pengajar seprti yang dipersyaratkan dalam-dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasioanal.
Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi
keberhasilan belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat
dalam Syah menegaskan bahwa, Kepribadian itulah yang akan
menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi
anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi
masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih
kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami
kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Karakteristik kepribadian
yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti
profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan
psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta
merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara
simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel
pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan
beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan
terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan
dan pengenalan.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan
kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan
peserta didik”. Surya menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai
kompetensi personal yaitu, “kemampuan pribadi seorang guru yang
diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal
ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan
diri. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah
bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan
mampu menilai diri pribadi. Johnson sebagaimana dikutip Anwar
mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup:
a. penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan
tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi
pendidikan beserta unsur-unsurnya,
4) Kompetensi professional
Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya
mengemukakan kompetensi profesional adalah:
“Berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan
dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi
kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan
yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab
akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya”.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar mengemukakan kemampuan
profesional mencakup:
a. penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang
harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan
yang diajarkan tersebut,
b. penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan,
Arikunto mengemukakan:
Kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki
pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang
studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu
menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode yang tepat dan
mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar.
a. Identitas RPP
b. b. Stándar Kompetensi (SK)
c. Kompetensi dasar (KD)
d. Indikator
e. Tujuan pembelajaran
f. Materi pembelajaran
g. Metode pembelajaran
h. Langkah-langkah kegiatan
i. Sumber pembelajaran
j. Penilaian
1. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti
penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya
kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber
belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembejaran.
Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab
guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya menuntut
kemampuan guru.
a. Pengelolaan Kelas
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna
mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan
adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan
kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan
disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket
kebersihan, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas,
melakukan absensi setiap akan memulai proses
pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk
siswa. Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas
adalah pengaturan ruang/ setting tempat duduk siswa
yang dilakukan pergantian, tujuannya memberikan
kesempatan belajar secara merata kepada siswa.
b. Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran
yang perlu dikuasi guru di samping pengelolaan kelas
adalah menggunakan media dan sumber belajar. Media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa,
sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. (R.
Ibrahim dan Nana Syaodih S., 1993: 78) Sedangkan yang
dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman.
Kemampuan menguasai sumber belajar di samping
mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga
harus berusaha mencari dan membaca buku-
buku/sumber-sumber lain yang relevan guna
meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan
perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam
proses pembelajaran.
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar
tidak hanya menggunakan media yang sudah tersedia
seperti media cetak, media audio, dan media audio visual.
Tatapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada
penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.
Dalam kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan
media yang sudah ada (by utilization) seperti globe, peta,
gambar dan sebagainya, atau guru dapat mendesain
media untuk kepentingan pembelajaran (by design)
seperti membuat media foto, film, pembelajaran berbasis
komputer, dan sebagainya.
c. Penggunaan Metode Pembelajaran
Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode
pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan
menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi
yang akan disampaikan. Menurut R. Ibrahim dan Nana S.
Sukmadinata (1993: 74) ”Setiap metode pembelajaran
memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai
sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun
yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai”.
Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen
idealnya seorang guru harus menggunakan multi metode,
yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran
di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan
tanya jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan
pemberian tugas dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan
untuk menjembatani kebutuhan siswa, dan menghindari
terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.
2. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang
ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan
pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki
kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara
evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan
penggunaan hasil evaluasi. Pendekatan atau cara yang dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian hasil belajar
adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
Acuan Patokan (PAP). PAN adalah cara penilaian yang tidak
selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau
penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil
belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang
paling besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa
yang memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya. Sedangkan
PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh siswa
tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam
soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah
nilai sebenarnya berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab
dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau
batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak
berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan.
Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan
untuk memberikan penilaian dan memperbaiki sistem
pembelajaran. Kempuan lainnya yang perlu dikuasai guru
pada kegiatan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah
menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi meliputi: tes tertulis,
tes lisan, dan tes perbuatan. Seorang guru dapat menentukan
alat tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan.
Bentuk tes tertulis yang banyak dipergunakan guru adalah
ragam benar/ salah, pilihan ganda, menjodohkan,
melengkapi, dan jawaban singkat. Tes lisan adalah soal tes
yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan dan langsung
dijawab oleh siswa secara lisan. Tes ini umumya ditujukan
untuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan
sebelumnya. Tes perbuatan adalah tes yang dilakukan guru
kepada siswa. Dalam hal ini siswa diminta melakukan atau
memperagakan sesuatu perbuatan sesuai dengan materi yang
telah diajarkan seperti pada mata pelajaran kesenian,
keterampilan, olahraga, komputer, dan sebagainya.
Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat
tes ini dapat digambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk
alat-alat tes secara variatif, karena alat-alat tes yang telah
disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat penilaian hasil
belajar. Di samping pendekatan penilaian dan penyusunan
alat-alat tes, hal lain yang harus diperhatikan guru adalah
pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Ada dua hal yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar, yaitu:
a. Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yang
tidak dipahami oleh sebagian kecil siswa, guru tidak
perlu memperbaiki program pembelajaran, melainkan
cukup memberikan kegiatan remidial bagi siswa-
siswa yang bersangkutan.
b. Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak
dipahami oleh sebagian besar siswa, maka diperlukan
perbaikan terhadap program pembelajaran, khususnya
berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.
Mengacu pada kedua hal tersebut, maka frekuensi
kegiatan pengembangan pembelajaran dapat dijadikan
indikasi kemampuan guru dalam pengolahan dan
penggunaan hasil belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut
meliputi:
a. Kegiatan remidial, yaitu penambahan jam pelajaran,
mengadakan tes, dan menyediakan waktu khusus untuk
bimbingan siswa.
b. Kegiatan perbaikan program pembelajaran, baik dalam
program semesteran maupun program satuan pelajaran atau
rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu menyangkut
perbaikan berbagai aspek yang perlu diganti atau
disempurnakan.
1) Merencanakan
a. Membuka Pelajaran
Membuka Pelajaran, komponennya meliputi:
1) Menarik perhatian siswa. Gaya mengajar, penggunaan
media pembelajaran atau pola interaksi yang bervariasi.
2) Menimbulkan motivasi, disertasi kehangatan dan
keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan
ide yang bertentangan dan memperhatikan minat atau interest
siswa.
3) Bemberi acuan melalui berbagai usaha, seperti
mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas,
menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan,
mengingatkan masalah pokok yang akan diba-has dan
mengajukan beberapa pertanyaan.
4) Memberikan apersepsi (memberikan kaitan antara materi
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari) sehingga
materi yang dipelari merupakan satu kesatuan yang utuh
yang tidak terpisah-pisah.
b. Menutup Pelajaran.
1. Motivasi
2. Abilitas
3. Kinerja