Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Space occupying lesion merupakan generalisasi masalah tentang

adanya lesi pada ruang intrakranial khususnya yang mengenai otak.

Penyebabnya meliputi hematoma, abses otak dan tumor otak (Ejaz butt,

2005). Peningkatan tekanan intrakranial didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan dalam rongga kranialis. Ruang intrakranial ditempati oleh jaringan

otak, darah, dan cairan serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu

volume tertentu yang menghasilkan suatu tekanan intrakranial normal.

Peningkatan volume salah satu dari ketiga unsur utama

mengakibatkan desakan ruang yang ditempati unsur lainnya dan

menaikkan tekanan intrakranial. Hipotesis Monroe-Kellie memberikan

suatu contoh konsep pemahaman peningkatan tekanan intracranial (Price,

2005).

Tumor otak merupakan penyebab sebagian besar dari space

occupying lesion. SOL mempengaruhi rongga intracranial dan tulang

belakang, dari otak dan selaput- selaput otak dan berasal dari lumbal

spinalis. Berdasarkan penelitian 67 % adalah akibat tumor dan 33% akibat

infeksi. Sekitar 10 % dari semua neoplasma diseluruh tubuh ditemukan

pada susunan saraf pusat dan selaputnya, 8% berlokasi diruang intracranial

dan 2% diruang kanalis spinalis.


1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk menambah wawasan dan ilmu mengenai space occupying

lesion (SOL).

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui cara memberi asuhan keperawatan pada space

occupying lesion (SOL).

2) Untuk mengetahui penentuan pemberian asuhan keperawatan pada

space occupying lesion (SOL).

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari disusunnya laporan asuhan

keperawatan ini adalah mampu memberikan pengetahuan dan wawasan

tentang space occupying lesion (SOL) bagi mahasiswa dan pembaca, juga

memberikan pengetahuan tentang asuhan keperawatan space occupying

lesion (SOL).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Space Occupying Lesion (SOL) adalah adanya lesi pada ruang

intracranial khususnya yang mengenai otak. Timbulnya lesi pada otak

dapat disebabkan tumor pada intracranial sehingga ada desakan ruang baik

jinak atau ganas yang mengenai otak, meningen dan tengkorak (Smeltzer

& Bare, 2013).

2.2 Etiologi

1. Riwayat trauma kepala


2. Faktor genetik
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
4. Virus tertentu
5. Defisiensi imunologi
6. Congenital
2.3 Patofisiologi

Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gangguan vocal


terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor
yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai
darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi
secara akut dan dapat diakibatkan oleh gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai darah ke
jaringan otak.
Peningkatan intracranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor
diantaranya bertambahnya masa dalam tengkorak, terbentuknya oedema
sekitar tumor dan perubahan sirkulasi serebrospinal. Pertumbuhan tumor
akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan
mengambilkan ruang yang relative dari ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme
disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi
vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya
menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Peningkatan intracranial
akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk
menjadi efektif. Mekanisme kompensasi bekerja menurunkan volume
darah intrakranial, volume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intra
sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak
diobati mengakibatkan herniasi. Herniasi timbul bila girus medalis lobus
temporalis bergeser ke interior melalui insisuratentorial oleh massa
dalam hemister otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan
kehilangan kesadaran dan menekan saraf ketiga (Brunner & Suddart,
2001).
Idiopatik

Tumor otak/ SOL

Penekanan jaringan otak


Bertambahnya massa

Invasi jaringan otak Nekrosis jar. otak Penyerapan cairan otak

Kerusakan jar. Neuron Gangguan Suplai Obstruksi vena di otak


( Nyeri ) Hipoksia jaringan
darah

Kejang Gangguan Gangguan Gg. Perfusi Oedema


Neurologis fokal Fungsi otak jaringan

Defisit Disorientasi Peningkatan TIK Hidrosefalus


neurologis
Resiko Cidera Perubanah
Bradikardi progresif, Hernialis
proses pikir Bicara terganggu,
hipertensi sitemik, gang. ulkus
pernafasan afasia

Cemas Ancaman kematian Gangguan komunikasi Menisefalon


verbal tekanan
(Brunner & Mual, muntah, pandangan
Gg. Rasa Gangguan Penurunan
Suddart, 2001). kabur, penurunan fungsi
nyaman mobilitas fisik kesadaran
pendengaran, nyeri kepala
2.4 Manifestasi klinis

1. Peningkatan TIK (sakit kepala, muntah dan papiledema)


2. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena):
a) Tumor korteks motorik
Gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada satu sisi tubuh ( kejang
jacksonian )
b) Tumor lobus oksipital
hemianopsia homonimus kontralateral (hilang penglihatan pada setengah
lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dengan tumor) dan halusinasi
penglihatan.
c) Tumor serebelum
Pusing, gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi yang
lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan nistagmus ( gerakan mata berirama dan
tidak disengaja )
d) Tumor lobus frontal
Gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku,
disintegrasi perilaku mental, dan kurang merawat diri
e) Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan
saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas
fungsi motorik.
f) Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia ( Brunner &
Sudarth, 2003).
2.5 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi:


- Gangguan fungsi neurologis
- Gangguan kognitif
- Disfungsi seksual

2.6 Penatalaksanaan medis


1. Pendekatan pembedahan (craniotomy)
Dilakukan untuk mengobati meningioma, astrositoma kistik pada serebelum,
kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital seperti demoid dan beberapa
granuloma. Untuk klien dengan glioma maligna, pengangkatan tumor secara
menyeluruh dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat melakukan tindakan
yang mencakup pengurangan TIK. Mengangkat jaringan nefrotik dan
mengangkat bagian besar dari tumor yang secara teori meninggalkan sedikit sel
yang tertinggal atau menjadi resisten terhadap radiasi atau kemoterapi.
2. Pendekatan kemoterapy
Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga
menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi sumsum
tulang autologi intravens digunakan pada beberapa klien yang akan menerima
kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong
klien terhadap adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi
radiasi.
Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa
digunakan pada klien :
a) Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan terapi
radiasi
b) Setelah tumor recurance
c) Setelah lengkap tindakan radiasi
3. Pendekatan stereotaktik
Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan hingga titik tertentu

di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis atau untuk

menghancurkan jaringan pada penyakit seperti paralisis agitans, multiple

sklerosis & epilepsy.

2.7 Pemeriksaan penunjang

1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas


tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang
sistem vaskuler.
2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang
otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang
menggunakan CT Scan
3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.
4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
5. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal

2.8 Asuhan keperawatan

A) Pengkajian Primer
1. Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada
tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia,
kulit dan membran mukosa pucat, dingin, dan sianosis pada tahap lanjut.
2. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
a) Chin lift / jaw trust
b) Suction / hisap
c) Guedel airway
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
3. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi,
whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
B) Pengkajian Sekunder
1. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes.
2. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian
tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal.
4. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga
(otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses
paru, empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
5. Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
6. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
Tanda :
- TD meningkat
- N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh
pada vasomotor).
7. Eliminasi
Gejala : -
Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
8. Nutrisi
Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
9. Hygiene
Gejala : -
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri (pada
periode akut).
10. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.
Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit
dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK),
nistagmus, kejang umum lokal.
11. Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher /
pungung kaku.
Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
12. Pernapasan
Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental
(letargi sampai koma) dan gelisah.
C) Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya darah
ke jaringan otak
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK, agen pencedera fisik,
kompresi saraf oleh SOL
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran
akibat tekanan pada serebelum (otak kecil)
4. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi
sensoris, transmisi dan atau integrasi (trauma atau defisit neurologis)
5. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan TIK, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan,
(anoreksia, iritasi, penyimpangan rasa mual).
D) Perencanaan
N Diagnosa Perencanaan
o Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan Setelah a) Memantau a) Pengkajian
perfusi dilakukan status kecenderung
jaringan perawatan neurologis an adanya
cerebral selama 3x24 dengan teratur perubahan
berhubungn jam diharapkan dan bandingkan tingkat
dengan perfusi jaringan dengan keadaan kesadaran
kurangnya kembali normal normalnya dan potensi
darah ke dengan kriteria seperti GCS TIK adalah
jaringan otak hasil : sangat
- TTV normal berguna
- Kesadaran dalam
klien menentukan
kembali b) Memantau lokasi,
seperti frekuensi dan penyebaran,
sebelum irama jantung luas,dan
sakit perkembang
- Gelisah an dari
hilang kerusakan
- Ingatanya b) Perubahan
kembali c) Memantau suhu pada
seperti juga atur suhu frekuensi
sebelum lingkungan dan disritmia
sakit sesuai dapat terjadi
kebutuhan. yang
Batasi mencermink
penggunaan an trauma
selimut dan atau tekanan
lakukan batang otak
kompres hangat tentang ada
jika terjadi tidaknya
demam penyakit
d) Memantau c) Demam
masukan dan biasanya
pengeluaran, berhubungan
catat dengan
karakteristik proses
urin, tugor kulit inflamasi
dan keadaan tetapi
membrane mungkin
mukosa merupakan
e) Mengunakan komplikasi
selimut dari
hipotermia kerusakan
f) Kolaborasi pada
pemberian obat hipotalamus
sesuai indikasi d) Hipertermi
seperti steroid, meningkatka
klorpomasin, n kehilangan
asetaminofen air dan
meningkatka
n resiko
dehidrasi,
terutama jika
tingkat
kesadaran
menurun
e) Membantu
dalam
mengontrol
peningkatan
suhu
f) Dapat
menurunkan
permebilitas
kapiler
untuk
membatasi
pembentuka
n edema,
mengatasi
menggigil
yang dapat
meningkatka
n TIK,
menurunkan
metabolism
seluler/
menurunkan
konsumsi
oksigen

2. Nyeri Setelah a) Memberikan a) Menurunkan


berhubungan dilakukan lingkungan reaksi
dengan yang tenang terhadap
perawatan
peningkatan stimulus dari
TIK, agen selama 3x24 luar dan
pencedera jam nyeri hilang b) Meningkatkan meningkatka
fisik, kompresi tirah baring, n istirahat
dengan kriteria bantu
saraf oleh SOL b) Menurunkan
hasil : perawatan diri gerakan
- Nyeri hilang klien yang dapat
- Klien tenang c) Meletakkan meningkatka
- Tidak terjadi kantung es pada n nyeri
mual muntah kepala dan c) Meningkatka
- Klien dapat diatas mata n
beristirahat vasokontriks
dengan i,
tenang penumpukan
d) Mendukung resepsi
klien untuk sensori yang
menemukan akan
posisi yang menurunkan
nyaman nyeri
e) Memberikan d) Menurun
ROM kaniritasi
aktif/pasif meningeal
dan resultan
ketidaknyam
anan lebih
f) Mengunakan
lanjut
pelembab yang
agak hangat
pada nyeri
leher/punggung
yang tidak ada e) Membantu
demam merelaksasi
g) Kolaborasi ketegangan
pemberian otot yang
obat analgetik meningkatka
seperti n reduksi
asetaminofen, nyeri
kodein sesuai
indikasi

f) Meningkatka
n relaksasi
otot dan
menurunkan
rasa sakit
g) Untuk
menghilangk
an nyeri
yang hebat

3. Gangguan Setelah a) Memeriksa a) Mengidentifi


mobilitas fisik dilakukan kembali kasi
berhubungan perawatan kemampuan kemungkina
dengan selama 2 x 24 dan keadaan n kerusakan
penurunan jam diharapkan secara secara
kesadaran klien dapat fungsional pada fungsional
akibat tekanan menunjukkan kerusakan yang dan
pada cara mobilisasi terjadi. mempengaru
serebelum secara optimal. hi pilihan
(otak kecil) Kriteria hasil : intervensi
- Klien dapat b) Mengkaji yang akan
meningkatka derajat dilakukan.
n kekuatan mobilitas klien b) Seseorang
dan fungsi dengan dalam semua
tubuh yang menggunakan kategori
sakit skala sama – sama
- Mempertaha ketergantungan mempunyai
nkan (0 – 4) risiko
integritas kecelakaan
kulit dan namun
kandung katagori 2 –
kemih dan 4
fungsi usus. mempunyai
resiko
c) Meletakkan terbesar
pasien pada untuk
posisi tertentu, terjadinya
ubah posisi bahaya tsb
klien secara sehubungan
teratur dan buat dengan
sedikit imobilisasi.
perubahan c) Perubahan
posisi antara posisi yang
waktu teratur
menyebabka
n
penyebaran
terhadap
berat badan
dan
meningkatka
n sirkulasi
seluruh
bagian
tubuh.

4. Gangguan Setelah a) Memastikan a) Membantu


persepsi dilakukan atau validasi pasien untuk
sensori perawatan persepsi klien memisahkan
selama 3 x 24
berhubungan dan berikan pada realitas
jam diharapkan
dengan penglihatan umpan balik, dari
perubahan klien kembali orientasikan perubahan
resepsi normal dengan kembali pasien persepsi,
sensoris, kriteria hasil : secara teratur gangguan
transmisi dan Klien dapat pada fungsi
atau integrasi melihat dengan lingkungan, dan kognitif dan
jelas
(trauma atau tindakan yang atau
defisit akan dilakukan penurunan
neurologis) terutama jika penglihatan
penglihatannya dapat
terganggu menjadi
b) Membuat potensi
jadwal istirahat timbulnya
yang disorientasi
adekuat/periode dan ansietas
tidur tanpa ada b) Mengurangi
gangguan kelelahan,
mencegah
kejenuhan,
memberikan
kesempatan
untuk tidur
c) Memberikan REM
kesempatan (ketidakadaa
yang lebih n tidur REM
banyak untuk ini dapat
berkomunikasi meningkatka
dam melakikan n gangguan
aktivitas persepsi
sensori
c) Menurunkan
fruktasi yang
d) Merujuk pada
berhubungan
ahli fisioterapi
dengan
perubahan
kemampuan
/pola respon
yang
memanjang
d) Pendekatan
antar disiplin
dapat
menciptakan
rencana
penatalaksan
aan
berintegrasi
yang
didasarkan
atas
kombinasi
kemampuan/
ketidakmam
puan secara
individu
yang unik
dengan
berfokus
pada
peningkatan
evaluasi, dan
fungsi fisik,
kognitif, dan
perseptual

5. Ketidakseimba Setelah a) Mengkaji a) Menentukan


ngan dilakukan kemampuan pemilihan
kebutuhan perawatan klien untuk terhadapjeni
nutrisi kurang selama 3 x 24 mengunyah, s makanan
dari kebutuhan jam menelan sehingga
berhubungan diharapkan pasien
dengan kebutuhan terlindungi
peningkatan klien menjadi b) Memberi dari aspirasi
TIK, adekuat makanan b) Meningkatk
konsekuensi dengan dalam jumlah an proses
kemoterapi, kriteria hasil : kecil dan pencernaan
radiasi, - Mual muntah sering dan
pembedahan, hilang kontraksi
(anoreksia, - Napsu pasien
iritasi, makan terhadap
penyimpangan meningkat nutrisi yang
rasa mual) - BB kembali diberikan
c) Menimbang
seperti dan dapat
berat badan
sebelum meningkatka
sakit n kerjasama
pasien saat
d) Kolaborasi de makan
ngan ahli gizi c) Mengevalua
si
keefektifan/
kebutuhan
mengubah
pemberian
nutrisi
d) Merupakan
sumber yang
efektif untuk
mengidentifi
kasi
kebutuhan
kalori/nutrisi
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERSYARAFAN: SPACE OCCUPYING LESION (SOL) DI RUANG ICU
RS AL ISLAM BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai