Anda di halaman 1dari 5

“ TARI APSARA”

NAMA : PUTU ANGGA PRATAMA

NIM : 201701025

PRODI : TARI

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR


Tarian merupakan tradisi penting dalam kehidupan masyarakat Kamboja sejak
zaman dahulu, karena digunakan untuk menginspirasi bagi yang menyaksikannya,
meningkatkan budaya, etika bahkan moral. Dengan menari, rakyat Kamboja dapat
mengekspresikan nilai-nilai mitos yang diyakininya, nilai-nilai spiritual dan juga
mengungkapkan estetika yang dimilikinya. Bahkan pada tarian klasik, seperti juga
tarian klasik lainnya di Asia, awalnya dipercaya sebagai media penghubung antara
dunia Dewata dan manusia, sehingga menari merupakan bagian dari ritual doa.
Biasanya hanya dilakukan terbatas di kalangan istana kerajaan sebagai permohonan agar
para Dewa memberi perlindungan terhadap krisis yang terjadi seperti banjir, kekeringan,
kelaparan, penyakit dan perang.

Sebagai tradisi yang lekat dalam kehidupan masyarakat dan tidak bisa lepas dari
jalinan sejarah yang terjadi, tarian Kamboja juga mengalami masa kelam dalam
perkembangannya. Hampir semua tarian Kamboja, termasuk yang klasik, mengalami
masa mati suri selama Khmer Merah berkuasa antara 1975 – 1979, karena seni termasuk
sisi kehidupan yang tidak diperkenankan keberadaannya dalam ideologi yang
berkembang saat itu. Lebih dari 80 persen seniman tradisional tewas karena terbunuh,
kelaparan atau penyakit. Setelahnya, para seniman yang masih hidup bersama beberapa
orang yang memiliki keberanian untuk mengekspressikan diri, mencari satu sama lain
untuk membentuk kelompok-kelompok untuk tujuan menghidupkan kembali tradisi tari.
Akhirnya dengan berakhirnya perang sipil dan semakin membaiknya kehidupan politik
di Kamboja, seni tari Kamboja mengakhiri kondisi mati surinya yang kemudian terus
berkembang semakin luas, tidak hanya di dalam negeri melainkan juga ke seluruh
penjuru dunia.

Tari Apsara adalah tarian klasik Khmer yang diciptakan oleh Sendratari
Kerajaan Kamboja pada pertengahan abad ke-20 di bawah perlindungan Ratu Sisowath
Kossamak yang terinspirasi dari relief-relief kerajaan. Menurut legenda apsara adalah
para bidadari awan dan air, ketika para bidadari ini bersenda gurau, pepohonan dan
binatang berkembang biak. Maka dari itu rakyat kamboja telah menghormati Apsara
sebgai Dewi Kesejahteraan. Tari Apsara dipertunjukkan pada hari-hari raya untuk
memuji jasa para dewa. Tari Apsara diperankan dan ditarikan oleh penari perempuan
mengenakan pakaian yang pas melilit tubuh mereka, serta mengenakan pehiasan dan
mahkota yang mewah dan indah. Tari Apsara dibawakan atau ditarikan secara
berkelompok dan membawa sebuah properti seperti ranting pohon yang masih berisi
daun dan bunga, disematkan di depan pusarnya. Warna pakaian yang dipergunakan
dalam tarian ini tidak terlalu mencolok dan perpaduan anatara warna kostum dan hiasan
yang menempel di badan penari sangat bagus dan indah. Terdapat satu orang penari
menggunakan kain

yang memiliki warna berbeda diantara penari lainnya. Untuk gerakan tariannya telah
disesuaikan dengan pakem tari klasik Kamboja yang menggambarkan mitologi klasik
dan kisah religius Hindu mengenai mitos bidadari apsara penghuni swargaloka yang
cantik jelita. Dimana gerakan dalam tarian ini sangat lembut dan penarinya
membawakan secara lemah gemulai. Di bagian pertengahan dalam tarian ini salah satu
penari menari dengan sendirinya dan sisanya hanya sebagai pendukung dalam tarian
tersebut. Musik iringan yang digunakan untuk mengiringi tarian ini bernama ”Pinpeat”
adalah musik tradisional orang Khmer.

Menurut legenda agama Hindu, tarian tersebut dipertunjukan oleh para bidadari
Apsara dalam acara melayani para dewa. Menurut saudara Kimsoerun, seorang dosen
Sekolah Menengah Kesenian Kamboja memberitahukan: “Berbeda dengan tarian-tarian
tradisional dari negara-negara lain, tarian Apsara menuntut penarinya harus lambat,
tidak kaku, harus lembut sehingga terlihat seperti helai-helai kain yang lembut dan
halus, baru bisa memanifestasikan jiwa dan keindahan tarian Apsara. Menari cepat
mudah, tapi menari lambat sangat sulit”.

Tarian Apsara sampai sekarang ini dianggap sebagai aset dan jiwa nasional
Kamboja serta diakui oleh UNESCO sebagai Pusaka Budaya Nonbenda di Dunia.
Dengan mendapat bantuan Kerajaan, para seniman Apsara melakukan pertunjukan dari
semua penjuru Tanah Air, merekrut para anak-anak, khususnya anak-anak yatim piatu
dan anak-anak miskin untuk belajar menari Apsara. Sekarang ini, selain melayani
Kerajaan, ada kira-kira 300 penari tarian Apsara yang selalu melakukan pertunjukan di
Gedung Teater Chatomuk dan di berbagai pusat kebudayaan. Ibu Vy Ratana, seorang
petugas dari Direktorat Kesenian Kamboja memberitahukan: “Pada zaman genosida Pol
Poth, semua nilai budaya Kamboja dimusnahkan sama sekali, di antaranya ada tarian
Apsara. Sampai sekarang ini, kami ingin membangun kembali semua tarian untuk
dipertunjukan di dunia, misalnya Perancis, Jerman dan dimana ada orang Khmer, agar
mereka bisa ingat selama-lamanya akan tarian tradisional Apsara dari bangsa
Kamboja”.

Bagi Kamboja, tarian Apsara merupakan jiwa dan aset besar dari Tanah Air beserta
kompleks candi Angkor bersejarah. Kalau dulu, tarian Apsara hanya diperuntukkan bagi
Kerajaan atau para hulubalang besar dalam Istana saja, tapi sekarang, ketika pariwisata
Kamboja berkembang, tarian Apsara dipopulerkan secara luas. Tarian Apsara telah
menjadi identitas budaya khas dari negeri pagoda yang tidak bisa dilewatkan turis
ketika berkunjung ke Kamboja.
DAFTAR PUSTAKA

http://vovworld.vn/id-ID/rumah-asean/apsara-tarian-bidadari-kamboja-
511164.vov 2

https://www.google.com/search?q=apsara+dance&source=lnms&tbm=isch&sa=
X&ved=0ahUKEwiw3uPZ8d_eAhVHwI8KHZ-
xBgUQ_AUIDigB&biw=1024&bih=486#imgrc=dfAeM1gP3bXveM:

Anda mungkin juga menyukai