Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

Oleh :
Kelompok I-C

Tanggal Praktikum : 25 Mei 2010


Tanggal Penyerahan : 1 Juni 2010
Asisten : Fenty Evawati

LABORATORIUM FARMASI FISIKA


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1432H – 2011M
Modul 5
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan kita mampu untuk dapat :
 Menerangkan arti viskositas dan rheologi
 Membedakan cairan Newton dan non Newton
 Menggunakan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi
 Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan non Newton

B. LANDASAN TEORI
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,semakin tinggi
viskositas, akan semakin besar besar tahanan nya. Seperti cairan sederhana (biasa) dapat
diuraikan dalam istilah viskositas absolute. Rheologi berasal dari bahasa yunani yaitu rheo
mengalir dan logos ilmu, digunakan dalam istilah ini untuk pertama kali Bingham dan Crawford.
Jadi rheologi adalah bidang ilmu yang mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat.

Beberapa tahun terakhir prinsip dasar rheologi telah digunakan dalam penyeledikan cat,
rmasi tinta, dan berbagai adonan, bahan untuk pembuatan jalan, kosmetik produk, dan lain-lain.
Penyelidikan viskositas dari cairan sejati, larutan, dan system koloid baik yang encer maupun
yang kental jauh lebih bersifat praktis daripada bernilai teoritis.

Viskositas dan rheologi sangat bermanfaat dalam bidang farmasi dan menyarankan
penerapnanya dalam formulasi dan analisis produk farmasi tersebut seperti emulsi, pasta,
suppositoria dan penyalutan tablet. Suatu pabrik pembuat krim obat dan krim kosmetik, pasta,
serta lotion harus sanggup menghasilkan produk yang mempunyai konsistensi dan kelembutan
yang dapat diterima oleh konsumen.

Rheologi meliputi pencampuran dan aliran bahan, pemasukan kedalam wadah ,


pemindahan, sebelum digunakan, apakah dicapai dengan penuangan dari botol, pengeluaran dari
tube atau pelewatan dar suatu jarum suntik . rheologi dari suatu produk tetentu yang dapat
berkisar dalam konsistensi dari bentuk cair ke semisolid sampai kepadatan, dapat mempengaruhi
penerimaan bagi si pasien, stabilitas fisika, bahkan availabilitas biologis. Jadi viskositas telah
terbukti mempengaruhi laju absorbs obat dari saluran cerna.

Sifat-sifat rheologi dari sitem farmasetik dapat mempengaruhi pemilihan alat yang
digunakan untuk memproses produk tersebut dari pabriknya. Tidak adanya perhatian lebih
dalam pemilihan alat bisa menyebabkan hasil yang tidak di inginkan, dari segi karakteristik
alirannya, oleh karena itu penting untuk memilih alat yang tepat.

Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah sebgai berikut : Sistem
newton dan Sitem non –Newton, pemilihan tersebut bergantung pada sifat-sifat aliran apakah
sesuai dengan hokum aliran dari Newton atau tidak.

Sistem Newton

Hukum aliran dari Newton. Bagaikan sebuah cairan di dalam balok yang terdiri dari
lapisan – lapisan molekul pararel, yang dianalogikan bagaikan setumpuk kartu, lapisan dasar di
anggap menempel pada tempatnya. Jika bidang cairan paling atas bergerak dengan sutu
kecepatan konstan , setiap lapisan dibawahnya akan bergerak dengan kecepatan yang berbanding
lurus dengan jarak dengan lapisan dasar yang diam. Perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang
cairan dipisahkan oleh suatu jarak yang kecil sekali (dx) adalah perbadaan kecepatan atau rate of
shear, (dv/dx).

Gaya persatuan luas F1 / A diperlukan untuk menyebabkan aliran ini disebut shearin
stress. Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari cairan secara
kuantitatif. Dan menemukan bahwa makin besar viskositas suatu cairan maka makin besar pula
gaya persatuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear
tertentu. Oleh karena itu rate of shear harus berbanding langsung dengan shearing stress, atau:

𝐹ʹ 𝑑𝑣 𝐹ʹ 𝑑𝑉
[ = 𝜂. ] dimana, [𝐹 = ] ; [𝐺 = ]
𝐴 𝑑𝑥 𝐴 𝑑𝑥

Dimana ŋ adalah koefisien viskositas, biasanya dinyatakan hanya sebagai viskositas saja.
Persamaan di atas seringkali ditulis sebagai

𝐹
[𝜂 = ]
𝐺
= dyne.cm-2.cm.cm-1.detik
= dyne.cm-2.detik

= g.m-1.detik-1

= poise (1poise=100 centiPoise)

Satuan viskositas adalah poise, dinyatakan sebagai shearing force yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kecepatan 1 cm/detik antara dua bidang cairan yang pararel dimana luas masing-
masing adalah 1cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1cm. Satuan cgs unruk poise adalah dyne detik
cm-2 (yakni, dyne detik/cm2 ) atau g cm-1 detik-1 (yakni, g/cm detik). Satuan yang lebih enak
digunakan adalah centipoises cp (jamak,cps) 1 cp sama dengan 0.01 poise istilah fluiditas.

Cairan Newton adalah tipe cairan yang mengikuti hukum Newton dimana nilai sharing
stress sebanding dengan nilai rate of share (kecepatan geser), sehingga viskositas nya tetap pada
suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada kecepatan geser, jadi viskositasnya cukup
ditentukan pada satu kecepatan geser. Ketergantungan suhu dan teori viskositas, bila viskositas
gas meningkat dengan meningkatnya suhu, maka viskositas cairan justru menurun jika
temperatur dinaikkan. Fluiditas dari suatu cairan yang merupakan kebalikan dari viskostas akan
meningkat dengan makin tinnginya temperature. Kertegantungan viskositas cairan terhadap
temperature untuk sebagian besar zat dinyatakan oleh persamaan kinetika arhenius

𝜂 = AeEv/Rt

Di mana A adalah suatu konstanta yang bergantung pada bobot molekul dan volume molar dari
cairan tersebut, dan Ev adalah suatu energy pengaktifan yang dibutuhkan untuk memulai aliran
antara molekul-molekul tersebut.

Sistem Non-Newton

Ahli farmasi kemungkinan besar lebih sering menghadapi cairan non newton
dibandingkan dengan cairan biasa. Oleh karena itu harus mempunyai metode yang sesuai untuk
mempelajari zat-zat komplek ini. Non-Newtonian bodies adalah zat yang tidak megikuti
persamaan aliran newton, disperse heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid, emulsi,
suspense cair, salep dan produk-produk serupa masuk dalam kelas ini. Jika bahan non newton di
analisis dalam satu viscomter putar dan hasilnya diplot diperoleh berbagai kurva berdasarkan
grafik sifat aliranya (rheogram), cairan non-Newton terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Cairan yang sifat aliran nya tidak dipengaruhi waktu (kurva naik berhimpik dengan kurva
turun). Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni:
 Aliran Plastik
 Aliran Psedoplastik
 Aliran Dilatan
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang terflokulasi dalam
suspense pekat. Akibatnya terbentuk struktur kontinu di seluruh sisitem. Adanya yield value
disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel yang berdekatan disebabkan gaya van der
waals yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi, akibatnya yield value merupakan indikasi
dari kekuatan flokulasi. Makin banyak suspense yang terflokulasi makin tinngi yield valuenya.
Kekuatan friksi antara partikel-partikel yang bergerak dapat juga memberi andil pada yield value
tersebut.

Aliran pseudoplastik, sejumlah besar produk farmasi termasuk gom alam dan sintesis,
misalnya dispersi cair dari tragacanth, natrium alginate, metilselulosa, dan natrium karboksimetil
selulosa, menunjukan aliran pseudoplastik. Sebagai aturan umum aliran pseudoplastik
diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan yang merupakan kebalikan dari system plastis,
yang tersusun atas partikel-partikel yang terflokulasi dalam suspensi.

Aliran dilatan. Suspensi-suspensi tertentu dengan presantasi zat padat terdispersi yang
tinggi menujukan peningkatan dalam daya hambat untuk mengalir dengan meningkatnya rate of
shear, pada system ini sebenarnya volumenya meningkat jika terjadi shear oleh karena itu diberi
istilah dilatan. Tipe aliran ini kebalikan dari tipe aliran pseudoplastik, sementara bahan
pseudoplastik dikenal dengan sebagai shear-thinning system, maka bahan dilatan sering kali
disebut sebagai shear-thickening system. Jika stress dihalangkan suatu sisitem dilatan kembali ke
keadaan fluiditas aslinya.

b. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu (kurva naik tidak berhimpit dengan kurva turun),
kelompok ini terbagi menjadi tiga jenis, yakni :
 Aliran Tiksotropik
 Aliran Rheopeksi
 Aliran Antitiksotropik

Aliran tiksotropik. Aliran ini di definisikan sebagai suatu pemulihan yang isotherm dan
lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karna shearing. Seperti
yang di definisikan tersebut , tiksotropik hanya bisa diterapkan untuk shear-thinning system.
System tiksotropik biasanya menagndung partikel-partikel asimetris yang melalui berbagai titik
hubungan menyusun kerangka tiga dimensi di seluruh sampel tersebut. Pada keadaan diam
struktur ini mengakibatkan suatu derajat kekakuan pada system dan akan menyerupai gel.

Aliran rheopeksi. Adalah aliran terbentuknya gel menjadi sol, pada saat stress ditiadakan,
struktur tersebut mulai terbentuk kembali, proses ini tidak akan timbul dengan cepat, tetapi
secara bertahap dan terjadi restorasi dari konsistensi pada saat partikel – partikel asimetris
berhubungan satu dengan lainya disebabkan terjadi pergerakan Brown. Karena itu rheogram
yang didapat dari tiksotropik sangat bergantung pada laju yang meningkatkan dan yang
mengurangi shear serta lamanya waktu sampel tersebut mengalami rate of shear. Dengan kata
lain riwayat sampel tersebut mempunyai efek terhadap sifat rheologi dari suatu sitem tiksotropik.
Ketika digunakan shear dan aliran dimulai, struktur ini mulai memecah apabila titik hubungan
tersebut memisah dan partikel – parikel menjadi lurus, maka bahan tersebut akan mengalami
transformasi dari gel ke sol dan menujukan shear-thinning.

Aliran Antitiksotropik. Adalah suatu gejala kenaikan dalam hal kekentalan atau hambatan
(resistensi) mengalir dengan bertambahnya waktu shear ini telah diselidiki oleh Chong et al.10
dalam analisis rheologi dari magma magnesia. Dari penyelidikan bahwa magma magnesia di
shear berganti – ganti pada rate of shear yang meningkat, kemudian menurun, magma tersebut
akan terus mengental (suatu peningkatan dalam shearing stress per unit shear rate). Tetapi pada
laju yang menuun dan akhirnya mencapai suatu keaadan seimbang, di mana putaran selanjutnya
dari laju shear yang menaik –menurun tidak lagi meningkatkan konsitensi dari bahan tersebut.
Karakteristik antitiksotropik system keseimbangan yang didapat seperti gel dan mempunyai
kemampuan tersusupensi dengan baik, namun mudah di tuang. Teteapi jika didiamkan, bahan
tersebut kembali ke sifat sol nya.
Metode Penentuan Viskositas dan Rheologi

Pemilihan vaskometer, berhasil atau tidaknya penentuan dan evaluasi sifat-sifat rheologis
dari suatu sitem tertentu tergantung pada pemilihan peralatan yang tepat. Karena rate of shear
pada system newton berbanding langsung dengan shearing stress.

Viskometer satu titik. Alat ini bekerja pada rate of shear tunggal, sehinnga dapat
digunakan untuk cairan newton yang memiliki rate of shearnya berbanding langsung dengan
shearing stress. Yang termasuk kedalam jenis ini misalnya viscometer kapiler, bola jatuh,
penetrometer, plate-plastometer, dll.

Viskometer titik ganda. Alat ini bekerja pada berbagai rate of shear, sehinnga tepat untuk
digunakan pada cairan non-Newton. Dengan menggunakan alat ini dapat diperoleh rheogram
lengkap untuk menentukan karakteristik sifat aliran suatu system, yang termasuk ke dalam jenis
ini viscometer nya adalah viscometer rotasi tipe stromer,Brookfield,rotovisco, dll.

Alat Penentu Viskositas dan Rheologi

 Viskometer Bola Jatuh. Prinsip alat ini akan dilakukan penentuan suatu bola besi jatuh ke
bawah dalam suatu tabung gelas yang hampir vertical, menagndung cairan yang di uji
pada temperature konstan, laju jatuh nya bola yang memepunyai kerapatn dan diameter
tertentu adalah kebalikan fungsi viskositas sampel tersebut dapat dihiung dengan rumus :

N = t (Sb – Sf). B

Dimana, masing-masing adalah :

N = Viskositas (Poise)

t = Waktu interval dalam detik (lamanya bola jatuh antara dua titik)

Sb = Gravitasi jenis dari bola

Sf = Gravitasi jenis dari cairan


B = Konstanta untuk bola tertentu (besarnya sudah ada pada pedoman penggunaan alat
tersebut)

 Penetrometer. Adalah alat yang dipergunakan untuk menentukan konsistensi sediaan


setengah padat dibidang farmasi maupun non farmasi seperti penentuan konsistensi aspal,
vaselin, lemak pelumas, malam, adonan semen, dll. Penetrometer termasuk kedalam
kelompok viscometer satu titik. Penetrasi dinyatakan dalam satuan sepersepuluh
1
millimeter (10 𝑚𝑙) yang merupakan kedalaman kerucut atau jarum standar menembus

sampel tegak lurus dalam waktu dan suhu tertentu.


Cara kerjanya, sampel ditempatkan ditengah lempeng, kemudian dinaikan posisinya
sampai dibawah kerucut. Biasanya pengukuran dilakukan pada suhu 25oC selama 5 detik,
sampel tersebut di shear di antara lempeng yang diam dan kerucut yang berputar, rate of
shear dalamputaran permenit dinaikan atau diturunkan oleh sebuah dial pemilih dan
tarikan kental atau puntiran (shearing stress) yang dihasilkan pada kerucut tersebut di
baca pada skala penunjuk.
Viskositas (poise) dari cairan newton yang dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Aliran Newton :
𝐓
[𝛍 = ∁. ]
𝐫𝐩𝐦

Aliran Plastis :

𝐓 − 𝐓𝐟
[𝛍 = ∁. ]
𝐫𝐩𝐦
Dimana, masing-masing adalah :

µ = Viskositas plastis (poise)

C = Konstanta alat

T = Puntiran (Torque) yang terbaca


Tf = Puntiran (Torque) pada sumbu shearin stress (dieksploitasi dari bagian
linear kurva)

rpm = Jumlah putaran per menit (rotate per minute)

 Viskometer Rotasi, viscometer ini dapat digunakan untuk mengukur viskositas dan sifat
aliran cairan. Viscometer rotasi terdiri dari dua bagian yaitu mangkuk silinder (cup) dan
silinder pemutar (Bob), berdasarkan pembagian tersebut, dikenal dua jenis viscometer
rotasi yaitu :
Jenis coquette, yang berputar adalah mangkuk silindrisnya
Jenis Searle, yang berputarnya adalah silinder pemutarnya
Contoh viscometer jenis Searle adalah viscometer stromer dan Brookfield. Untuk
menghitung viskositas digunakan persamaan berikut

Aliran Newton :
𝑾
[𝝁 = 𝑲𝒗. ]
𝒓𝒑𝒎
Aliran Plastis :
𝑾 − 𝑾𝒇
[𝝁 = 𝑲𝒗. ]
𝒓𝒑𝒎
Dimana, masing-masing adalah :
µ = Viskositas Plastis
Kv = Konstanta Alat
W = Beban yang diberikan (gram)
Wf = Beban pada Yield Value (gram)
rpm = Jumlah putaran permenit (rotate per minute)
Untuk menghitung Kv umumnya digunakan cairan baku pembanding (BP) yang telah
diketahui viskositasnya. Untuk mengetahui sifat aliranya, diplotkurva antara rpm dengan
beban yang diberikan (W).
Untuk mengetahui sifat aliran, di buat kurva antara rpm dengan usaha yang
dibutuhkan untuk memutar spindle. Usaha dapat dihitung melalui perkalian angka yang
terbaca pada skla dengan 7,187 dyne.cm-1 (viscometer Brookfield tipe RV) dan 673,7
dyne.cm-1 (Viskometer Brookfield tipe LV).

C. MONOGRAFI
Zat aktif yang digunakan pada saat praktikum adalah Gliserin, Carboxy Methyl Celulosa
Natrium, Pulvis Gumi Arabicum, Propilenglikol, Sirupus Simplex dengan monografi
sebagai berikut:
1. Gliserin/Gliserol/Glycerolum (C3H8O3)
Pemerian Cairan seperti sirop; jernih tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti
rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih
kurang 200.
Kelarutan Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) P; praktis tidak
larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Identifikasi
A. Panaskan dengan kalium bisulfate P; terjadi uap merangsang.
B. Jika dibakar dengan sedikit natrium karbonat P diatas nyala api, terjadi nyala hijau.
Bobot per ml 1,255 sampai 1,260, sesuai dengan kadar 98,0 % sampai 100,0% C3H8O3
Indeks Bias Antara 1,471 dam 1,474
*Sumber : Farmakope Indonesia Edisi III
2. Carboxy Methyl Celulosa Natrium (CMC-Na)
CMC-Na adalah turunan dari selulosa dan sering dipakai dalam industri pangan,
atau digunakan dalam bahan makanan untuk mencegah terjadinya retrogradasi.
Pembuatan CMC adalah dengan cara mereaksikan NaOH dengan selulosa murni,
kemudian ditambahkan Na-kloro asetat (Fennema, Karen and Lund, 1996) .
Na-CMC merupakan zat dengan warna putih atau sedikit kekuningan, tidak
berbau dan tidak berasa, berbentuk granula yang halus atau bubuk yang bersifat
higroskopis (Inchem, 2002). Menurut Tranggono dkk. (1991), CMC ini mudah larut
dalam air panas maupun air dingin. Pada pemanasan dapat terjadi pengurangan viskositas
yang bersifat dapat balik (reversible). Viskositas larutan CMC dipengaruhi oleh pH
larutan, kisaran pH Na-CMC adalah 5-11 sedangkan pH optimum adalah 5, dan jika pH
terlalu rendah (<3), Na-CMC akan mengendap (Anonymous.2004).
Na-CMC akan terdispersi dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang bersifat
hidrofilik akan menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar
granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan
larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas (Fennema, Karen and Lund,
1996). Hal ini akan menyebabkan partikel-partikel terperangkap dalam sistem tersebut
dan memperlambat proses pengendapan karena adanya pengaruh gaya gravitasi.
Menurut Fardiaz, dkk. (1987), ada empat sifat fungsional yang penting dari Na-
CMC yaitu untuk pengental stabilisator, pembentuk gel dan beberapa hal sebagai
pengemulsi. Didalam sistem emulsi hidrokoloid (Na-CMC) tidak berfungsi sebagai
pengemulsi tetapi lebih sebagai senyawa yang memberikan kestabilan.
Belizt and Grosch (1986) mengatakan, penggunaan Na-CMC sebagai derivat dari
selulosa antara 0,01%-0,8% akanmempengaruhi produk pangan seperti jelli buah, sari
buah, mayonaise dan lain-lain. Menurut Fennema (1986), semua zat pengental dan
pengental adalah hidrofil dan terdispersi dalam larutan yang dikenal sebagai hidrokoloid.
*Sumber Ditulis oleh Ari Setyawan (Alumni Jurusan Tekhnologi Hasil Pertanian
Universitas Brawijaya 2007)

3. Pulvis Gumi Arabicum (PGA)


Sebagai koloid pelindung. Diperoleh dari tanaman akasia, dapat larut dalam air,
bersifat asam karena adanya aktivitas enzim yaitu enzim oksidase yang akan
menguraikan zat aktif yang sensitive terhadap oksidase. Enzim tersebut dapat dihilangkan
denga pemanasan. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam supensi harus
ditambahkan pelarut. Suspending agent gom arab yang digunakan dalam suspense
mempunyai konsentrasi antara 5%-10%.
Serbuk gom akasia adalah berbentuk serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak
berbau. Kelarutan, larut hampir sempurna dalam air, tetpi sangat lambat, meninggalkan
sisa bagian tanaman dalam jumlah sangat sedikit dan memberikan cairan seperti
mucillago, tidak berwarna atau kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam
lemah terhadap kertas lakmus, praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Berkhasiat
sebagai suspending agent. (Indonesia, 1995:718)
Mucilago Pulvis Gummi Arabicum dibuat dengan menambahkan satu setengah
kali air dari berat zat aktif pada gom itu, kemudian diaduk sampai diperoleh suatu massa
yang homogen.(Vanduin, 1947:58)

4. Propilen Glikol (C3H8O2)


Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopik.
Kelarutan Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan kloroform;
larut dalam 6 bagian eter; tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan
minyak lemak.
Bobot per ml : 1,035 gr sampai 1,037 gr.
Jarak Didih Pada suhi 1850 sampai 1890 tersuling tidak kurang dari 95,0% v/v
Indeks bias : 1,035 sampai 1,433
*Sumber : Farmakope Indonesia Edisi III

5. Sirupus Simplex
Pembuatan Gula pasir ditambahkan Aqua dest, 65 gram glukosa dilarutkan dalam
air panas hingga diperoleh 100 ml larutan.
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna.
Penetapan Kadar Memenuhi syarat penetapan Sakarosa yang tertera pada sirupi.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk
*Sumber : Farmakope Indonesia Edisi III

D. ALAT DAN BAHAN


ALAT BAHAN
Viskometer Hoeppler Gliserin

Viskometer Brookfield Propylenglikol

Spatula Sirupus Simpleks


Stopwatch Carboxy Mthyel Celulosa Natrium 1 %
Kertas perkamen Pulvis Gumi Arabicum 1 %
Batang pengaduk Glukosa
Timbangan analitik Aquadest

Penangas air
Gelas kimia
Bola

E. PROSEDUR KERJA
1. Viskometer Hoeppler (Bola Jatuh)

Tabung diisi dengan cairan yang diukur viskositasnya sampai jenuh

Bola yang sesuai dimasukkan ke dalam tabung

Ditambahkan cairan sampai tabung penuh dan ditutup sedemikian rupa

Ketika bola sudah turun melampaui garis awal, bola dikembalikan ke posisi semula
dengan cara membalikkan tabung

Waktu tempuh bola dicatat ketika mulai dari garis m1 sampai m3 dalam detik

Menentukan bobot jenis cairan dengan menggunakan piknometer

Menghitung viskositas cairan dengan menggunakan rumus yang sesuai


2. Viskometer Brookfield

Pasang spindel pada gantungan spindel

Turunkan sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup kedalam cairan yang akan
diukur viskositasnya

Pasangkan stop kontak

Hidupkan motor sambil menekan tombol

Biarkan spindel berputar dan perhatikan jarum merah pada skala

Catat angka yang ditunjukkan jarum merah tersebut untuk menghitungkan viskosita,
angka pembacaan dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dikutip dari table yang
terdapat pada brosur alat

Dengan mengubah-ubah rpm, akan diperoleh viskosita cairan pada berbagai rpm.

Buatlah grafik antara rpm dan viskositas, kemudian tentukan tipe aliran dari masing-
masing zat.
F. PENIMBANGAN DAN PERHITUNGAN BAHAN
Perhitungan :
1. Carboxy Methyl Celulosa Natrium 1 %
1%
x 500 = 5 gr
100 %
2. Pulvis Gumi Arabicum 1 %
1%
x 500 = 5 gr
100 %
3. Glukosa untuk Sirupus Simpleks
65 %
x 100 = 65 gr
100

Pengembangan Carboxy Methyl Celulosa Natrium 1 %


Aquadestila = 20 x berat CMC Na 1 %
Aquadestila = 20 x 5 gr = 100 ml

Pengembangan Pulvis Gumi Arabicum 1 %


Aquadestila = 1,5 x berat PGA 1 %
Aquadestila = 1,5 x 5 gr = 7,5 ml

Pengembangan Sirupus Simpleks


Aquadestila = 100 gr x berat glukosa untuk Sirupus Simpleks
Aquadestila = 100 gr x 65 gr = 35 gr bagian air

Penimbangan :
Carboxy Methyl Celulosa Natrium 1 %............................. 5 gr
Pulvis Gumi Arabicum 1 %................................................ 5 gr
Glukosa untuk Sirupus Simpleks…………………………. 65 gr
Aquadest untuk Pengembangan Carboxy Methyl Celulosa Natrium 1 % 100 ml
Aquadest untuk Pengembangan Carboxy Methyl Celulosa Natrium 1 % ad 500 ml

Aquadest untuk Pengembangan Pulvis Gumi Arabicum 1 % 7,5 ml


Aquadest untuk Pengembangan Pulvis Gumi Arabicum 1 % 500 ml

Aquadest untuk Pengembangan Sirupus Simpleks 35 gr bagian air


Aquadest untuk Pengembangan Sirupus Simpleks 100 ml

G. HASIL PENGAMATAN
1. Data Hasil Pengukuran Viskositas dengan Menggunakan Viskometer Hoeppler
Tabel Bola yang Dipakai
Konstanta (B)
Bobot Jenis Diameter
Nama Zat Jenis Bola Bola
Bola (g/cm3) Bola (mm)
(mPa.s.cm3/g.s)
Propylenglikol Boron Silica Glass 2,2 15,4 0,09
Gliserin Nickeliron Alloy 8,1 15,5 0,09
Sirupus Simpleks Boron Silica Glass 2,2 15,4 0,09

Tabel Hasil Pengukuran Viskositas dengan Menggunakan Viskometer Hoeppler

Waktu [t] (s)


Bobot Bobot Jenis Konstanta [B] Viskositas
Nama Zat Jenis Bola Cairan Bola [ŋ]
(g/cm3) (g/cm3) t1 t2 t3 t total (mPa.s.cm3/g.s) (mPa.s)

Gliserin 2,2 1,234 131 171 264 188 0,09 16,345


Propylenglikol 8,1 1,062 66 54 52 57 0,09 36,105
Sirupus
2,2 1,27 59 141 54 254 0,09 22,083
Simpleks
Keterangan : mPa.s ≈ cP
PERHITUNGAN :
Berat Jenis
Berat Jenis Gliserin
W3 - W1 48,61 - 17,67 30,94
Bj = = = = 1,234 g/cm3
W2 - W1 42,74 - 17,67 25,07

Berat Jenis Propylenglikol


W3 - W1 44,29 - 17,67 26,62
Bj = = = = 1,062 g/cm3
W2 - W1 42,74 - 17,67 25,07

Berat Jenis Sirupus Simpleks


W3 - W1 49,51 - 17,67 31,84
Bj = = = = 1,27 g/cm3
W2 - W1 42,74 - 17,67 25,07

Waktu Total
Waktu Total Gliserin
t1 + t2 + t3 131 s + 171 s + 264 s
ttotal = = = 188 s
3 3

Waktu Total Propylenglikol


t1 + t2 + t3 66 s + 54 s + 52 s
ttotal = = = 57 s
3 3

Waktu Total Sirupus Simpleks


t1 + t2 + t3 59 s + 141 s + 54 s
ttotal = = = 254 s
3 3

VISKOSITAS
Viskositas Gliserin
ŋ = t ( Pbola - Pcairan ) B
= 188 s ( 2,2 g/cm3 – 1,234 g/cm3 ) 0,09 mPa.s.cm3/g.s
= 188 s ( 0,966 g/cm3 ) 0,09 mPa.s.cm3/g.s
= 16,345 mPa.s

Viskositas Propylenglikol
ŋ = t ( Pbola - Pcairan ) B
= 57 s ( 8,1 g/cm3 – 1,062 g/cm3 ) 0,09 mPa.s.cm3/g.s
= 188 s ( 7,038 g/cm3 ) 0,09 mPa.s.cm3/g.s
= 36,105 mPa.s

Viskositas Sirupus Simpleks


ŋ = t ( Pbola - Pcairan ) B
= 57 s ( 2,2 g/cm3 – 1,27 g/cm3 ) 0,09 mPa.s.cm3/g.s
= 188 s ( 0,966 g/cm3 ) 0,09 mPa.s.cm3/g.s
= 22,083 mPa.s

2. Data Hasil Pengukuran Viskositas dengan Menggunakan Viskometer Brookfiled


untuk Menentukan Sifat Aliran
Tabel Pengukuran Viskositas Menggunakan Viskometer Brookfield pada Gliserin
Speed Spindel
(rpm) 62 63 64
20 420 cP 348 cP 330 cP
30 425 cP 360 cP 440 cP
50 431 cP 355 cP 490 cP
60 426 cP 354 cP 500 cP
100 423 cP 373 cP 546 cP

Tabel Pengukuran Viskositas Menggunakan Viskometer Brookfield pada Pulvis Gumi


Arabicum 1 %
Speed Spindel
(rpm) 62 63 64
20 - - -
30 - - -
50 - - -
60 3,5 cP - -
100 7,5 cP 12 cP 60 cP
Keterangan : (-) tidak terdektesi

Tabel Pengukuran Viskositas Menggunakan Viskometer Brookfield pada Carboxy


Methyl Celulosa Natrium 1 %
Speed Spindel
(rpm) 62 63 64
20 95 cP 54 cP -
30 94 cP 76 cP -
50 91,8 cP 89 cP 100 cP
60 90,5 cP 90 cP 110 cP
100 90,4 cP 94 cP 144 cP

GRAFIK
Grafik Antara Viskositas Gliserin dengan rpm
Grafik Antara Viskositas Gliserin dengan rpm pada
Spindel 62
432

430

428
Viskositas (ŋ)

426 y = 0.0155x + 424.2


R² = 0.0141
424 Y-Values
Linear (Y-Values)
422

420

418
0 20 40 60 80 100 120
rpm

Grafik Antara Viskositas Gliserin dengan rpm pada


Spindel 63
375
y = 0.25x + 345
370
R² = 0.685
Viskositas (ŋ)

365

360
Y-Values
355 Linear (Y-Values)

350

345
0 20 40 60 80 100 120
rpm
Grafik Antara Viskositas Gliserin dengan rpm pada
Spindel 64
700

600 y = 2.3165x + 340.74


R² = 0.7658
500
Viskositas (ŋ)

400

300 Y-Values
Linear (Y-Values)
200

100

0
0 20 40 60 80 100 120
rpm

Grafik Antara Viskositas Pulvis Gumi Arabicum 1 % dengan rpm

Grafik Antara Viskositas PGA 1 % dengan rpm pada


Spindel 62
8
7 y = 0.1x - 3
R² = 0.8758
6
5
Viskositas (ŋ)

4
3 Y-Values
2 Linear (Y-Values)
1
0
-1 0 20 40 60 80 100 120

-2
rpm
Grafik Antara Viskositas PGA 1% dengan rpm pada
Spindel 63
14
12
10 y = 0.1485x - 5.3196
R² = 0.7423
Viskositas (ŋ)

8
6
Y-Values
4
Linear (Y-Values)
2
0
0 20 40 60 80 100 120
-2
-4
rpm

Grafik Antara Viskositas PGA 1 % dengan rpm pada


Spindel 64
70
60
50 y = 0.7423x - 26.598
R² = 0.7423
Viskositas (ŋ)

40
30
Y-Values
20
Linear (Y-Values)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
-10
-20
rpm

Grafik Antara Viskositas Carboxy Methyl Celulosa Natrium 1 % dengan rpm


Grafik Antara Viskositas CMC Na 1 % dengan rpm
pada Spindel 62
96

95

94
Viskositas (ŋ)

93

92 Y-Values
Linear (Y-Values)
91

90 y = -0.0589x + 95.401
R² = 0.7784
89
0 20 40 60 80 100 120
rpm

Grafik Antara Viskositas CMC Na 1 % dengan rpm


pada Spindel 63
120
y = 0.4263x + 58.433
100
R² = 0.6607
Viskositas (ŋ)

80

60
Y-Values
40 Linear (Y-Values)

20

0
0 20 40 60 80 100 120
rpm
Grafik Antara Viskositas CMC Na 1 % dengan rpm
pada Spindel 64
180
160 y = 1.9567x - 30.948
R² = 0.8358
140
120
Viskositas (ŋ)

100
80 Y-Values
60 Linear (Y-Values)
40
20
0
-20 0 20 40 60 80 100 120
rpm

H. PEMBAHASAN
I. Viskometer Hoeppler
Dalam percobaan viskometer bola jatuh ini, suatu bola gelas (bobot jenis 2.2
gram/cm3, diameter 15.4 cm, dan konstanta 0.09 mPa.s.cm3/g.s) atau bola besi (bobot
jenis 8.1 gram/cm3, diameter 15.5 cm, dan konstanta 0.09 mPa.s.cm3/g.s) jatuh ke bawah
dalam suatu tabung gelas yang hampir vertikal, mengandung cairan yang diuji pada
temperatur konstan. Cairan yang digunakan antara lain propilenglikol, gliserin, dan
sirupus simpleks. Laju jatuhnya bola yang mempunyai kerapatan dan diameter tertentu
adalah kebalikan fungsi viskositas sampel tersebut. Viskometer Hoeppler merupakan alat
yang ada dalam perdagangan berdasarkan pada pinsip ini. Sampel dan bola diletakkan
dalam tabung gelas dalam dan dibiarkan mencapai temperatur keseimbangan dengan air
yang berada di dalam jaket di sekelilingnya pada temperatur konstan. Tabung dan jaket
air tersebut dibalik, yang akan menyebabkan bola berada pada puncak tabung gelas
dalam. Waktu bagi bola tersebut untuk jatuh antara dua tanda diukur dengan teliti dan
diulangi beberapa kali kemudian dirata-ratakan. Waktu rata-rata bola gelas pada cairan
propilenglikol adalah 57 detik, bola besi pada gliserin 188 detik, dan bola gelas pada
sirupus simpleks adalah 85 detik. Kemudian viskositas suatu cairan Newton dihitung
dengan persamaan η = t (Sb – Sf) B, dimana η adalah vikositas, t adalah waktu interval
dalam detik (lamanya bola jatuh antara kedua titik m1 dan m3), Sb adalah gravitasi jenis
dari bola dan Sf adalah gravitasi jenis dari cairan, keduanya pada temperatur dimana
percobaan dilakukan. B adalah konstanta untuk bola tertentu, yang besarnya sudah ada
pada pedoman penggunaan alat tersebut. Karena keanekaragaman bola gelas dan juga
bola besi dengan diameter yang berbeda-beda pula, alat ini dapat digunakan untuk harga
viskositas dari 0.5 sampai 200.000 poise. Untuk mendapatkan yang terbaik, harus
digunakan sebuah bola yang menghasilkan t tidak kurang dari 30 detik. Dari perhitungan
tersebut, diperoleh viskositas propilenglikol, gliserin, dan sirupus simpleks berturut-turut
adalah 36,105 mPa.s, 16,345 mPa.s dan 22,083 mPa.s.
Pada percobaan ini, jika bidang cairan paling atas bergerak dengan dengan suatu
kecepatan konstan, setiap lapisan di bawahnya akan bergerak dengan suatu kecepatan
yang berbanding lurus dengan jarak dari lapisan dasar yang diam. Perbedaan kecepatan
(dv) antara dua bidang cairan dipisahkan oleh suatu jarak yang kecil sekali (dr) adalah
“perbedaan kecepatan” atau “rate of shear”, dv/dr. Gaya per satuan luas F' / A diperlukan
untuk menyebabkan aliran, ini disebut shearing stress. Semakin besar viskositas suatu
cairan, akan semakin besar pula gaya per satuan luas (shearing stress) yang diperlukan
untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu. Oleh karena itu, rate of shear harus
berbanding lurus dengan shearing stress dimana η adalah koefisien viskositas, biasanya
dinyatakan hanya sebagai viskositas saja.
Satuan viskositas adalah poise dinyatakan sebagai shearing stress yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan 1 cm/detik antara dua bidang cairan yang
paralel dimana luas masing-masing adalah 1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm. Satuan
yang lebih enak digunakan adalah centipoise atau cp (jamak, cps), 1 cp sama dengan 0,01
poise.

II. VISKOMETER BROOKFIELD


Percobaan kedua adalah menentukan sifat aliran dari suatu cairan non newton.
Cairan non newton memiliki viskositas yang berbeda pada variasi kecepatan geser,
sehingga untuk mengukur viskositasnya dilakukan dengan mengukur pada beberapa
kecepatan geser. Sediaan farmasi yang baik umumnya harus memiliki sifat aliran
tiksotropik, sebab pada saat bergerak viskositasnya kecil sehingga adanya homogenitas
dari dosis sediaan, sedangkan pada saat diam viskositas dari sediaan kembali meningkat.
Pada percobaan ini pengukuran aliran dilakukan dengan menggunakan viskosimeter
Brookfield. Pemilihan spindle tergantung pada viskositasnya cairan yang akan di uji,
semakin besar viskositas dari suatu cairan uji maka spindle yang digunakan makin kecil
untuk mempermudah proses pengukuran sifat aliran.
Langkah awal yakni spindle dipasang pada gantungan spindle untuk mengukur
kecepatan geser (shearing stress) dari suatu larutan. Larutan yang akan diukur
ditempatkan pada gelas beker. Turunkan spindle sedemikian rupa pada cairan tadi
sehingga batas spindle tercelup ke dalam cairan tanpa menyentuh dasar maupun dinding
dari gelas beker karena jika spindel menyentuh dasar akan terjadi gesekan yang akan
memberi gaya yang menghambat perputaran spindle dan dapat merusak alat. Hal ini
menyebabkan pengukuran menjadi kurang tepat. Kontrol kecepatan pada alat diatur mulai
dari kecepatan terendah yaitu 0,3 rpm hingga 100 rpm, pengujian dilakukan sebanyak 3
kali pada masing-masing pengaturan kecepatan. Viskositas dapat diukur pada saat spindle
mulai berputar, maka pada penampang alat akan terlihat harga viskositas zat dalam cP
(centipoises). Harga dari viskositas akan muncul jika persentase skala yang muncul ≥ 0.
Jika skala tidak menunjukkan angka atau menampilkan angka negatif berarti alat tersebut
tidak mampu mengukur viskositas sampel pada kecepatan yang telah ditentukan karena
viakositas terlalu besar atau kecepatan gerak spindle terlalu kecil..
Dalam pengukuran viskometer titik ganda dengan viskometer Brookfield
menggunakan cairan ( larutan ) gliserin, CMCNa dan PGA. Dari hasil percobaan cairan
gliserin merupakan cairan Newton, karena gliserin memiliki viskositas konstan pada suhu
dan tekanan konstan, tetapi gliserin pun dapat masuk pada cairan non-newton dengan tipe
aliran pseudoplastik, ada pemberian harga teganagn geser yang rendah, jadai setelah
diberi pengaruhgaya geser, akan terjadi aliran (asal kurva di titik nol). Pada kerja gaya
geser yanglebih tinggi, aliran mula-mula terhambat (bagian kurva yang cembung)
berubah menjadi perilaku ideal atau nyaris ideal(bagian lurus dari kurva). Jadi viskositas
turun dengan menaiknya beban geseran, dan system menjadi lebih encer. Pada cairan
CMCNa merupakan cairan non Newton di pengaruhi oleh waktu, karena CMCNa
meemiki viskositas tidak konstan dan termasuk kelompok aliran tiksotropik. Akan tetapi,
pengujian dengan cairan PGA, bertambah besarnya konsentrasi PGA maka viskositasnya
juga semakin besar, hal ini merupakan cairan non-newton tidak dipengaruhi waktu yaitu
aliran dilatan dimana di dalam aliran ini apabila viskosiatsnya naik makan konsentrasinya
pun meningkat.

I. KESIMPULAN
Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa viskometer Hoeppler atau viskositas
bola jatuh dipengaruhi oleh beberapa poin berikut :
1. Bobot jenis sampel dan jenis bola (meliputi bobot jenis, diameter, dan konstantanya) Laju
jatuhnya bola yang mempunyai kerapatan dan diameter tertentu adalah kebalikan fungsi
viskositas sampel tersebut.
2. Tabung dan jaket air. Tabung dan jaket air yang dibalik, yang akan menyebabkan bola
berada pada puncak tabung gelas dalam.
3. Temperatur
4. Gravitasi jenis dari bola dan gravitasi jenis dari cairan pada temperatur dimana percobaan
dilakukan.
Viscometer Brookfield :
1. Gliserin tipe aliran newton dan non-newton
2. CMC-Na termasuk tipe aliran non-newton yang dipengaruhi oleh waktu yaitu aliran
tiksotropik
3. PGA termasuk aliran non-newton yang tidak dipengaruhi oleh waktu yaitu aliran dilatan.
4. Sifat viskositas ini sangat penting diketahui dalam farmasi, formulasi maupun industri.
Hal ini dapat ditunjukkan dalam pencampuran dan aliran bahan obat, pengemasan dalam
wadah serta dalam pengambilannya.
5. Viskositas pun penting dalam analisa produk seperti emulsi, pasta, suppositoria, serta
pemilihan peralatan untuk processing yang digunakan dalam pembuatannya.
J. DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C. Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI-Press

Ari, Setyawan (Alumni Jurusan Tekhnologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya 2007)

Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979. Departemen Kesehatan RI

Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata. 2008. Farmasi Fisika 2 Edisi Ketiga . Jakarta :

UIPress.

Anda mungkin juga menyukai