Dasar Dasar Phantoom PDF
Dasar Dasar Phantoom PDF
PHANTOOM
DAFTAR ISI
2|Halaman
DASAR-DASAR PHANTOM
Partus : serangkaian proses dimana hasl konsepsi genap bulan atau hampir genap
bulan dikeluarkan dari tubuh ibu.
Partus normal : adalah partus yang
- Berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
- Bayi 1, genap bulan, letak belakang kepala, BB 2500-4000 gram
- Tak ada kompolikasi untuk ibu dan anak
- Berlangsung kurang dari 18 jam (WHO)
Partus fisiologis : sama dengan partus normal, dimana ibu berusia 20-30 tahun, dengannya
paritas kurang dari 5.
Partus spontan : partus yang berlangsung hanya dengan kekuatan ibu sendiri
1. Tunggu
- Lama menunggu : sesuai kurva friedman untuk mencapai pembukaan lengkap.
- Lama kala I rata-rata ;
a. Primi 13,5 jam yaitu : 8,6 jam fase laten + 4.3 jam fase aktif
b. Multi 7.5 jam yaitu 5,3 jam fase laten + 2.2 jam fase aktif
Lama menunggu dapat pula diperkirakan (berdasarnkan kurva Friedman) sebagai berikut :
a. Primi : T = (9 – n) x 1/2 + 1 jam
3|Halaman
b. Multi : T = (9 – n) x 1/4 + 1/2 jam
T= waktu menunggu
n = pembukaan (cm) dimana n > 3 (sudah masuk fase aktif)
Indikasi VT
a. Dalam kehamilan
- Primi 36 minggu kepala belum masuk PAP
- Riwayat obstetric jelek (prematuritas berulang, persalinan sulit, melahirkan janin mati
berulang dan lain-lain)
- Pemeriksaan luar tak jelas
b. Dalam persalinan
- Kelainan letak (mencari sebabnya_
- KK pecah kepala masih tinggi (adakah penumbungan)
- Pemeriksaan luar tak jelas
- Akan mengambil tindakan
- `Partus tidak berjalan sebagaimana diharapkan
4|Halaman
-Pelvic side wall (N sejajar)
o PBP : -arcus pubis (N > 900)
-mobilitas os coccygeus (N cukup)
- VU rectum : batu massa, kosong/terisi dan lain-lain
3. Pimpin mengejan
- Cara memimpin
Disuruh mengejan bila ada his, dan istirahat bila tidak ada his : setelah subocciput di bawah
simfisis: penderita disuruh berhenti mengejan karena lahirnya kepala harus pelan-pelan agar
perineum tak robek.
- Lama pimpinan mengejan
Rata-rata : primi 1 jam, multi 1 jam (kecuali ada indikasi mengakhiri persalinan, maka pimpinan
mengejan harus dihentikan, dan persalinan segera diakhiri.
4. Akhiri Persalinan
Indikasi mengakhiri persalinan
a. Indikasi ibu
- Rupture uteri immines
- Exhausten
- Keadaan yang mengancam keselamatan ibu. Misalnya perdarahan yang sukar
dikendalikan, infeksi intrauterine yang berat dan lain-lain
b. Indikasi anak
- Foetal disteress, ditandai
o DJJ < 100 atau > 160 x/menit
o DJJ irregular ( selisih 2) 11 14 11
o pH darah janin < 7.2
o keluar meconeum pada letak kepala
- Tali pusat menumbung pada letak kepala
- Compound presentation
- Letak dahi : letak muka dagu belakang
5|Halaman
- Transverse arrest :
Pembukaan lengkap, sutura sagitalis melintang kapala turun H III+
- Deep Transverse Arrest
Pembukaan lengkap, sutura sagitalis melintang, kepala H III+, telah dipimpin mengejan : 1
jam tetap melintang
- Presentation occiput posterior directa
Pembukaan lengkap, kepala masih di atas PAP, UUK di posterior
- Posisio Occipitalis Anterior directa
Pembukaan lengkap, kepala masih di atas PAP, UUK di anterior
- Psosisio occipitalis posterior persisten (Oc. Post. Position) kepala di dasar panggul UUK
lintang, dipimpin mengejan 1 jam tidak lahir
Indikasi waktu
- Partus tak maju : tak ada kemajuan pada kala I dalam suatu jangka waktu yang ditentukan
- Partus macet : tak ada kemajuan pada kala II dalam suatu jangka waktu yang ditentukan
- Partus lama : partus lebih dari 18 jam (WHO) beberapa kepustakaan 24 jam
- Indikasi pinard : letak belakang kepala, pembukaan lengkap, UUK di bawah simfisis (kepala
di dasar panggul), 2 jam dipimpin mengejan tak lahir
b. perabdominan
section caeseria
penentuan/pemilihan cara pengakhiran persalinan harus memperhatikan syarat dan kontra
indikasi
TIndakan-tindakan lain
6|Halaman
- memperbaiki his (pada pembukaan < 6 jam
- masuk kala II ( akan dipimpin mengejan)
- akan melakukan tindakan obstetric (forcep extr. Versi extractive, vaccum ektr dan lain-lain)
Teknik memecah KK
- penderita posisi lhitotomi
- vulva toilet, operator siap secara aseptis
- tangan kanan masuk ke jalan lahir antara KK dan jalan lahir
- pegang ½ kocher dengan tangan kiri dengan ujung yang runcing menyusuru tangan kanan
menghadap ke dalam
- tunggu sampai ada his, ujung runcing kocher dibalik dan ditusukkan pada KK sehingga KK
pecah keluar air ketuban, dinilai : jumlah, warna, bau, kekeruhan
- 1/2 kocher dikeluarkan dengan ujung runcing menghadap ke dalam menyusur tangan
kanan.
- VT untuk menilai adakah penumbungan
Profilaksi Pinard
- Yaitu penurunan kaki pada letak sungsang dengan tujuan untuk mempermudah persalinan,
missal pada ibu asthma, decomp. Cordis, eklamsi dan lain-lain.
- Syarat : pembukaan 4 cm/2 jari
- Keuntungan : bila sewaktu-waktu diperlukan pengakhiran persalinan/peringanan kala II
akan lebih mudah dilakukan.
Kerugian :
- Dengan presentasi kaki akan sulit mencapai pembukaan sempurna
- Kemungkinan infeksi
- Menyebabkan rangsangan pada janin kemungkinan aspirasi cairan amnion sehingga
janin lahir dengan Apgar score rendah
Perbaikan His
Cara (mulai dari yang teringan)
- Kosongkan VU, rectum, penderita disuruh berjalan-jalan
- Pecah KK (bila pembukaan > 6 cm)
- Oksitoksin drip 5 U dalam 500 cc dextrose 5% mulai 8 tetes dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit
sampai his adekuat, max 40 tetes permenit.
7|Halaman
His yang adekuat :
a. Kekuatan kontraksi : sedemikian hingga bagian janin tak teraba waktu his
b. Frekuensi dan lamanya :
- Kala I awal (fase laten) : 6-7 ‘ (23-30 ‖)
- Kala I akhir/kala II : 2-3 ‗ (40-60 ―)
c. Relaksasi cukup
d. Versi luar
Lihat versi
e. Peringanan kala II
Indikasi : keadaan-keadaan yang membahayakan ibu bila ibu menegjan, misalnya :
- Decompensatio cordis
- Preeklamsi berat/eklamsi
- Asma bronchiale
- Bekas SC
Macam tindakan :
- Forceps extraction
- Vaccum extr.
- Ekstraksi bokong/kaki
- Versi ekstraksi
8|Halaman
MANAJEMEN PERSALINAN
A. Kala
Kala I dimulai dari timbulnya tanda-tanda berlangsungnya proses persalinan (inpartu) sampai
terjadi pembukaan cervix lengkap. Factor/kekuatan yang menyebabkan cervix membuka ialah
:
a. Kontraksi uterus
b. Tekanan hidrostatik kulit ketuban terhadap cervix dan SBR. Bila KK sudah pecah kekuatan
berasal dari bagian bawah foetus terhadap cervix dan SBR.
B. Kala II
Tanda-tanda Kala II
- Pembukaan lengkap
- Anus dan vulva membuka, perineum menonjol (pada letak kepala)
- Ibu ingin mengejan
Pengelolaan persalinan
1. Pecah KK (bila KK masih utuh)
2. Pimpin mengejan
10 | H a l a m a n
3. Pengawasan 9 (idem kala I minus tanda-tanda kala II). DJJ didengarkan lebih sering (tiap 5
menit). Pada waktu ada his, awasi kemungkinan ada bandle ring.
4. Mencegah robekan perineum
a. Episiotomy pada primi, atau multi dengan bayi besar.
b. Perasat Ritgen :
Tangan kanan menahan perineum, tangan kiri menahan kepala agar tak terjadi defleksi
yang terlalu cepat.
5. Melahirkan badan bayi (setelah terjadi rotasi eksternal). Bahu depan dilahirkan menarik ke
bawah, bahu belakang dilahirkan dengan menarik ke atas disusul lahirnya perut dan kaki.
Pengeluaran anak jangan terlalu cepat dengan maksud :
- Mencegah robeknya perineum
- Uterus diberi kesempatan berkontraksi agar menyesuaikan pengosongan uterus
6. Anak dirawat :
- Muka anak diusap dengan duk steril, dihisap lendir dari hidung dan mulut hingga bersih
- Tali pusat tak perlu dipotong tergesa-gesa, kecuali pada :
o Anak asfiksi (agar dapat segera diresusitasi)
o Anak premature (agar darah yang masuk tubuh bayi dari placenta tak terlalu banyak
sehingga mengurangi beban jantung dan hati
- Anak dimandikan, diperiksa dan diukur
- Mata anak ditetesi nitras argentin atau tetra siklin
C. Kala III
Faktor-faktor yang mempengaruhi lepasnya plasenta :
- Kontraksi uterus (his)
- Sifat perlekatan plasenta pada uterus
o P. Normal : melekat pada endometrium tak sampai membrane basal
o P. Adhesiva : melekat erat pada endometrium tak sampai membrane basal
o P. Acreta : melekat pada endometrium sampai menembus membrane basal
o P. Increta : melekat / menembus myometrium
o P. Percreta melekat / menembus serossum
Pengelolaan
1. Memeriksa lepasnya plasenta
Tanda-tanda plasenta telah lepas :
- Fundus naik, perabaan uterus bulat dank eras
- Ibu merasa mulas (timbul kontraksi uterus lagi)
11 | H a l a m a n
- Bagian tali pusat yang diluar bertambah panjang
- Bila lepasnya : plasenta dari tepi (cara Duncan) terjadi pengeluaran darah banyak tiba-
tiba dari vagina.
Cara memastikan lepasnya plasenta
a. Kustner
Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan di atas simfisis. Bila tali
pusat tak tertarik masuk lagi berarti tali pusat telah lepas.
b. Strassman
Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri mengetuk-ngetuk fundus. Jika
terasa getaran pada tali pusat, berarti tali pusat belum lepas.
c. Klein
Ibu disuruh mengejan. Bila plasenta telah lepas, tali pusat yang berada di luar
bertambah panjang dan tidak masuk lagi ketika ibu berhenti mengejan.
2. Bila plasenta tak kunjung lepas karena uterus tidak segera berkontraksi (missal
atonia uteri), maka usaha menimbulkan his :
- Kosongkan VU dan rectum
- Massage uterus secara lunak
- Oksitoksin injeksi i.m
3. Cara melahirkan plasenta :
a. Tak langsung : spontan, buatan/tak spontan (Crede, Brant, Andrew)
b. Langsung : placenta manueel
Pengeluaran plasenta secara tak spontan dan secara langsung dapat menimbulkan
komplikasi yang berbahaya, karenanya harus dilakukan dengan indikasi dan
memperhatikan syarat-syaratnya. Indikasi melahirkan plasenta secara buatan / langsung:
- Retensio plasenta (1/2 jam setelah anak lahir placenta belum lahir).
- Terjadi perdarahan hebat dalam kala III
a) Perasat Crede
- Syarat : -sudah ada kontraksi uterus (tak dapat dikerjakan pada atonia uteri)
-VU kosong
- Cara : -penolong berdiri di sebelah kiri penderita melihat kea rah kaki penderita
-tangan kanan mengurut rahim secara halus agar kontraksi
-setelah kontraksi kuat, uterus didorong ke garis tengah perut. Telapak
tangan kanan diletakkan di fundus dengan ibu jari di depan dan 4 jari lain di
belakang uterus.
12 | H a l a m a n
-dengan menangkap fundus secara demikian, tangan mengadakan tekanan
yang kuat pada uterus sambil mendorongnya kea rah sumbu panggul,
seolah-olah tangan memeras plasenta keluar rahim.
-bila gagal, dapat diulang sampai 3 kali
Perasat ini menimbulkan rasa nyeri hebat hingga perlu dibatasi sesuai indikasi.
- Komplikasi : -perlukaan pada uterus
-sebagian placenta tertinggal (placenta restan)
-inversio uteri
Tiga hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan post partum yang hebat.
c) Placenta manual
- Gunanya : -mempercepat pengeluaran placenta
-Eksplorasi jalan lahir jika ada luka/perdarahan setelah
tindakan/manipulasi
-Pada narcose dalam (forcep, VE dan sebagainya), karena tak akan
timbul his
- Cara : -disinfeksi vulva dan sekitarnya, vu dikosongkan
-disinfeksi lengan bawah penolong
-penolong mengenakan sarung tangan panjang
-anastesi
-tangan kanan masuk vagina secara obstetric
-tangan kanan masuk vagina secara obstetric hand, tangan kiri menahan
fundus uteri
13 | H a l a m a n
-tangan kanan menyusuri tali pusat sampai placenta, mencari pinggir
placenta yang sudah lepas, dengan sisi tangan sebelah ulnair placenta
dilepas dengan gerakan sejajar dinding uterus seperti membuka halaman
buku.
-setelah menyeluruh placenta lepas, tangan kiri menarik tali pusat sampai
placenta lahir. Tangan kanan mengeksplorasi kemungkinan tertinggalnya
sisa placenta / perforasi.
- Bahaya : -Infeksi
-perforasi
-placenta restan
4. Pengawasan selama kala III meliputi
- KU ibu
- Tinggi fundus uteri
- Kontraksi uterus/his
- Ppv
- Pengosongan VU
D. Kala IV
1. Memeriksa placenta (ukuran lengkap/tidak)
2. Eksplorasi jalan lahir dan jahit bila ada laserasi
3. Pengawasan ibu : -KU
-Ppv
-kontraksi uterus
4. Bila terjadi perdarahan karena atonia uteri, maka tindakan sebagai berikut (mulai dari yang
paling ringan) :
- Metergin 1 amp im (ditambah drip kalau perlu 0.2 mg)
- Kompresi bimanual dari luar/dari luar dan dalam
- Tampon
- Histerektomi.
14 | H a l a m a n
INDUKSI PERSALINAN
Indikasi :
a. Indikasi ibu :
- Preeklampsi / eklamsi
- Perdarahan antepartum
- KPD kehamilan > 36 minggu
- Intra uterine foetal death (IUFD)
- Hidramnion akut
b. Indikasi anak :
- DM
- Incompatibilitas rhesus
- Kematian intrauterine yang memakat pada kehamilan aterm
- Foetus yang selalu besar
- serotinus
Kontraindikasi :
a. mutlak :
- CPD
- Tumor yang menghalangi jalan lahir
- Kelainan letak : lintang, sungsang pada primi
- Kelainan presentasi : muka, dahi
- Bekas SC dengan persangkaan CPD
- Bekas myomectomy ekstensif
- Gemelli anak I
b. Relative :
- Grande multi
- Bekas SC
- Decomp cordis NYHA III (lebih baik SC)
Induksi akan memiliki kemungkinan berhasil lebih besar pada :
- Pengawasan baik
- Presentasi belakang kepala
- Kehamilan hamper / telah aterm
- Bishop‘s pelvic score 5 (cervix cukup matang)
15 | H a l a m a n
- Kepala telah masuk PAP (H III)
Score 0 1 2 3
Dilatation 0 1-2 cm 3-4 cm 5-6 cm
Effacement 0-30 % 40 – 50% 60-70% 80%
Consistency firm medium soft
Position posterior medial anterior
Station (-3) (-2) (-1), (0) (+1), (+3)
Komplikasi :
- Prematuritas, terutama pada induksi elektif
- Infeksi
- Prolapse funiculi, solution plasenta (pada amniotomi)
- Foetal distress
- Rupture uteri
Bila pervix belum cukup matang (Bishop‘s score <5), maka dapat diusahakan meningkatkan
kematangan dengan priming dengan :
- Digital : tiap hari dimasuki 1 jari, sehingga lama-lama menjadi lembut dan masak
- Obat : dietil stilboestrol 1 amp 3 hari berturut-turut (sekarang jarang digunakan karena
meningkatkan insiden sarcoma botryoides pada anaknya)
Seringkali langsung dilakukan induksi dengan oksitoksin drip meski Bishop‘s score kurang dari 5.
Bila sampai dengan botol ke-2 habis tidak terjadi pembukaan cervix, maka induksi diulang 24 jam
kemudian, dan infus oksitoksini tersebut di atas dianggap sebagai priming.
Teknik Induksi :
1. Pelepasan kulit ketuban
Melepas KK dari cervix pada kehamilan aterm dapat merangsang timbulnya his, sedang pada
kehamilan hampir aterm dapat lebih membuka dan melembutkan cervix. Jadi cara ini tak dapat
dilakukan pada cervix yang belum membuka dan kaku.
Cara ini bersar kemungkinannya berhasil bila :
- Kehamilan aterm
- Bagian terbawah janin sudah engaged
Cara melakukan
Dengan sarung tangan steril, jari telunjuk dimasukkan ke dalam osteum. KK dilepas dari cervix
sedikit demi sedikit sampai sejauh jari dapat dimasukkan.
16 | H a l a m a n
2. Pemecahan kulit ketuban
Pemecahan KK pada kehamilan aterm/hampir aterm akan merangsang timbulnya his dengan
syarat cervix telah matang
Cara :
- Tiap 2 jam 1 capsul, maksimal 6 caps/hari
- Bila gagal tunggu 24 jam, ulangi lagi (max 5 hari).
17 | H a l a m a n
PARTUS PERCOBAAN
18 | H a l a m a n
- Progressivitas pembukaan lambat (Estman: setelah evaluasi 6-8 jam; Benson : evaluasi 4-6
jam
- Dalam 2 jam, dengan his adekuat taka da kemajuan pembukaan (partus tak maju)
2. Test of Labour
Test of Labour dinilai berdasarkan kemampuan penurunan kepala selama proses persalinan.
Test of labour dikatakan berhasil bila sebelum dipimpin mengejan 1 jam, kepala sudah
engaged (H III +). Bila setelah 1 jam dipimpin mengejan kepala tak dapat turun sampai H III+,
test of labour dianggap gagal.
19 | H a l a m a n
KELAINAN LETAK DAN PRESENTASI
Prognosa Persalinan
20 | H a l a m a n
1. Prognosa terhadap anak
Kematian bayi mencapai 30% karena factor-faktor sebagai berikut :
- Prematuritas
- Penyebab sungsang sendiri (CPD, panggul sempit, placenta previa)
- Hypoxia (terjadi bila tali pusat tertekan badan dan kepala janin lebih dari 8 menit)
- Perdarahan otak karena kompresi kepala terlalu cepat
- Gangguan dalam persalinan, missal tangan menjungkit after coming head
- Akibat tindakan penolong, misalnya fraktur humerus, kerusakan saraf leher, plexus
brachialis
2. Prognosa terhadap ibu
- Lacerasi cervix karena pembukaan tak bias sempurna (terutama letak kaki, lutut)
- Infeksi karena manipulasi tangan penolong yang masuk ke dalam vagina
- Perdarahan post partum karena :
o Laserasi jalan lahir
o Komplikasi penyebab letak, sungsang, misalnya placenta previa, hidramnion (atonia
uteri)
Perasat Bracht
- Setelah bokong lahir, bokong dan paha janin dicekam dengan kedua tangan, sedemikian
hingga kedua ibu jari + sejajar pada pangkal paha dan 4 jari lainnya menggenggam
bokong; disertai ekspressi Kristeller oleh pembantu
- Setelah ujung tulang scapula lahir, bokong diarahkan ke atas perut itu untuk menambah
lordose. Tidak boleh melakukan tarikan pada janin karena lengan dapat menjungkit ke atas.
Ekspressi dari luar tetap.
21 | H a l a m a n
- Bokong tetap diarahkan ke perut ibu, hingga kedua lengan lahir.
- Ekspresi dari luar tetap, hingga mulut dan hidung bayi tampak dari vulva. Sisa kepala
dilahirkan dengan mengarahkan punggung bayi ke perut ibu.
Syarat
Kontra Indikasi
Gagal
(-) (+)
Sampai bokong lahir
Sampai ujung
scapula lahir
Ekstraksi
Manual hilf
Perasat Mueller
Teknik :
- Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan kedua ibu jari sejajar sacrum anak dan jari
lain pada lipat paha. Tali pusat dilahirkan dengan dikendurkan
- Tubuh anak ditarik curam ke bawah (mendekati vertical) supaya seluruh gelang bahu anak
masuk di PAP, sampai bahu anak Nampak di vulva di bawah simfisis
- Biasanya siku dan lengan lahir sendiri bersama bahu. bila tidak, maka lengan itu dilahirkan
dengan cara seperti cara klasik.
22 | H a l a m a n
- Untuk melahirkan lengan belakang, maka kedua kaki dipegang dengan jari telunjuk di
antara kedua kaki, dinaikkan setinggi-tingginya sehingga bahu dan lengan belakang lahir
dengan mudah.
Perasat Lovset
Dasar cara ini adalah bahu belakang janin selalu lebih rendah dari bahu depan karena
lengkungan sacrum ibu.
- Setelah tali pusat lahir dan dikendorkan, tubuh janin ditarik ke bawah sampai ujung scapula
lahir di bawah (simfisis)
- Badan janin diputar dengan memegang dada dan punggung di antara dua tangan penolong
sampai bahu terdapat di depan dan tampak di bawah simfisis kemudian lengan dapat
dilahirkan dengan mudah
- Bahu yang sekarang menjadi bahu belakang dilahirkan dengan memutar badan janin kea
rah yang berlawanan dengan arah putar pertama, sehingga bahu belakang menjadi bahu
depan dan lengan dapat dilahirkan dengan mudah.
23 | H a l a m a n
Perasat Mauriceau (eit-Smellie)
- Sebelumnya ditentukan dulu letak dari muka janin, bila di kiri maka tangan kanan penolong
dimasukkan vagina, jari telunjuk masuk ke mulut janin, sedang jari tengah dan jari manis di
fossa canina agar kepala tetap fleksi
- Badan janin diletakkan pada tangan tersebut seperti menunggang kuda
- Tangan yang lain memegang bahu janin sedemikian hingga leher di antara jari tengah dan
telunjuk. Tangan tersebut menarik janin ke arah bawah sampai batas rambut terlihat di
bawah simfisis, kemudian dengan subocciput sebagai hipomochlion, badan janin digerakan
ke atas, maka kepala bayi melewati perineum dan lahir seluruhnya.
Apabila kepala sukar lahir dengan cara Mauriceau maka dapat diunakan cunam Piper. Jadi
dalam setiap pertolongan partus sungsang, harus selalu disiapkan cunam tersebut.
Ekstraksi Kaki
a. Pada satu kaki
- Betis anak dipegang sedemikian rupa sehingga kedua jari-jari sejajar pada tungkai
sambil ditarik ke bawah
- Assisten mulai melakukan Kristeller
- Tungkai ditarik sampai paha lahir,
b. Pada dua kaki
- Kedua kaki dipegang dengan jari I-III kanan sedemikan rupa sehingga jari tengah di
antara kedua kaki, ditarik ke bawah sampai betis
- Dengan seluruh tangan kiri dipegang betis kiri dan tangan kanan pada betis kanan,
ditarik sehingga paha lahir.
- Pegangan dipindah ke paha dengan cara sda… dilakukan episiotomy, kemudian
dilakukan penarikan ke bawah sampai trochanter mayor depan lahir di bawah simfisis.
Trochanter belakang dilahirkan dengan menarik ke atas. Dengan demikian bokong lahir
seluruhnya.
- Perutnya dilahirkan dengan meletakkan kedua ibu jari di belakang sacrum, kedua jari
telunjuk pada crista ilicaca kanan dan kiri, dan ketiga jari lain pada paha ditarik ke
bawah, dilanjutkan dengan manual
Ekstraksi bokong
- Tindakan ini dilakukan bila bokong sudah di dasar panggul (H III-IV) sehingga mudah
dicapai oleh telunjuk penolong pada letak bokong dan kaki. Untuk letak sungsang
24 | H a l a m a n
punggung kiri digunakan tangan kiri, dan letak sungsang punggung kanan dipergunakan
tangan kanan.
- Jari tangan telunjuk yang sesuai dibengkokkan dan dimasukkan lipat paha depan, sedang
ibu jari di belakang sacrum dan jari-jari lain dilipatkan
- Assisten melakukan dorongan Kristeller
- Dengan jari telunjuk dilakukan tarikan ke bawah dengan bantuan tangan lain yang diletakan
di atas punggung pergelangan tangan yang pertama
- Segera setelah bokong menjadi lebih turun, dicoba memasukkan jari telunjuk tangan kedua
pada lipat paha belakang sehingga tarikan menjadi dengan dua tangan (sebelumnya
Episiotomi dulu).
Catatan :
- Pada pertolongan partus sungsang selalu dilakukan episiotomy baik pada primi maupun
multi
- Indikasi SC bila
o Riwayat obstetric jelek
o Primi tua
o Riwayat infertilitas
o Kepala defleksi (diketahui dengan BNO, klinis, palpasi cephalic prominen lebar)
o Sebab letak sungsang ada kelainan pada jalan lahir (tumor jalan lahir, panggul
sempit dan sebagainya).
B. Letak Lintang
Merupakan keadaan di mana sumbu anak melintang terhadap sumbu ibu. Pada umumnya
kepala dan bokong di fossa iliaca dan bahu akan berada di atas PAP sehingga bagian
terbawah adalah bahu (shoulder presentation/acromion presentation).
Etiologi :
1. Kelemahan dinding perut/uterus karena multiparitas
2. Kesempitan panggul
3. Placentra previa
4. Prematuritas
5. Hidramnion
6. Gemelli
7. Tumor-tumor panggul
8. Kelainan bentuk panggul
9. Kelainan bentuk anak (hidrosefalus, anensefalus)
25 | H a l a m a n
Mekanisme persalinan :
a. Janin genap bulan letak lintang hidup :
- Tak akan dapat lahir spontan
- Bila persalinan dibiarkan berlangsung akan menyebabkan kematian ibu dan janin
dengan terjadinya letak lintang kasep, yaitu keadaan di mana janin terperangkap/terjepit
dalam rongga panggul, sementara uterus terus berkontraksi untuk mengeluarkan janin
sehingga SBR kian teregang dan terjadi cincin retraksi yang pathologis. Jika tidak
segera diberi pertolongan akan terjadi rupture uteri.
b. Janin kecil/janin mati, panggul ibu cukup lebar
Dapat terjadi partus spontan dengan cara :
- Conduplicatio corporae :
Badan janin lahir seolah-olah terlipat
- Evolution spontanea Denman
Bahu tertahan di simfisis, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga
panggul dan dilahirkan, kemudian diikuti badan bagian atas dan kepala
- Evolution spontanea cara Douglas
Bahu masuk rongga panggul untuk kemudian dilewati bokong dan kaki yang lahir lebih
dulu, diikuti bagian-bagian badan lainnya dan kepala.
Kedua cara iterakhir hanya merupakan variasi dari mekanisme fleksi lateral yang maksimal
tubuh janin.
Prognosa bersalin
Kurang baik bagi ibu maupun ana. Perlu diingat bahwa letak lintang (terutama pada primi)
biasanya disebabkan oleh factor-faktor yang menghalangi turunnya kepala ke dalam panggul
(panggul sempit, tumor, placenta previa, dan lain-lain).
a. Terhadap ibu
1) P
- Spontan karena letak lintang kasep
- Traumatic : karena manipulasi versi ekstraksi yang kurang baik
2) Partus lama
3) Komplikasi dari factor-faktor penyebab letak lintang itu sendiri (placenta previa,
hidramnion dan sebagainya)
4) Kematian ibu karena rupture uteri, infeksi karena KPD dan lain-ain
26 | H a l a m a n
b. Terhadap anak
1) Penumbungan tali pusat
2) Trauma pada tindakan versi ekstraksi
3) Kontraksi tetani
4) Kematian karena rupture uteri, infeksi karena partus lama
4.Pembukaan Lengkap KK
(+) atau (-) baru saja
Pecah KK VE
Bila VL gagal pada primi para, atau tak dapat dilakukan karena syarat dan kontraindikasi tak
terpenuhi (mis. KK (-), dating ke VK dengan pembukaan > 4 cm maka sebaiknya dilakukan SC
dengan pertimbangan :
- Bahu tak dapat menyebabkan dilatasi dengan baik, sehingga kala I lama dan cervix sulit
membuka sempurna
27 | H a l a m a n
- Tak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra uterin pada waktu his, sehingga
KK mudah pecah dan terjadi prolapse funiculi
- VE sukar dilakukan pada primi karena uterus dan jalan lahir kaku.
Pada keadaan letak lintang kasep, baik multiprimi persalinan harus segera diakhiri :
- SC bila janin hidup
- Embriotomi bila janin mati
Diagnosa :
- Waktu hamil sulit
- Putaran paksi dalam : UUB berputar ke simfisis
- Kelahiran kepala : UUB lahir, kemudian dengan glabella sebagai hipomochlion kepala fleksi
sehingga occiput lahir
Etiologi :
- Kelainan bentuk panggul
- Multiparitas (otot panggu lembek)
- Kelainan bentuk kepala janin
Pengelolaan :
- Dapat ditunggu kelahiran spontan
- Episiotomy (karena kepala lahir dengan diameter frontooccipitalis yang lebih besar dari
diameter occipitobregmatica, sehingga menyebabkan perlukaan perineum yang luas)
- Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala sudah di dasar panggul, dilakukan
ekstraksi forceps.
D. Letak Muka
Diagnosa :
- Palpasi : L II : tahanan terkuat dirasakan di pihka bagian-bagian kecil janin
- Auskultasi : DJJ terjelas di pihak bagian kecil janin
- Periksa dalam : teraba dagu, mulut, hidung pinggir orbita dahi.
Etiologi : merupakan factor-faktor yang menyebabkan defleksi kepala atau menghalangi fleksi
kepala
28 | H a l a m a n
1. Kesempitan panggul
2. Janin besar
3. Multiparitas dan perut gantung
4. Placenta previa
5. Foetal death – tonus otot hilang –defleksi
6. Letak uterus yang miring
7. Lilitan tali pusat pada leher
8. Kelainan bawaan janin, missal : tumor leher depan, spasme otot leher dan sebagainya.
Pengelolaan :
Persalinan dengan presentasi muka harus diteliti kemungkinan CPD.
1. Rontgen pelvimetri
2. Bila didapatkan derajat-derajat kesempitan panggul dengan disproporsi, maka perlu SC
3. Bila panggul normal
a. Dagu di depan diharapkan spontan atau bila perlu dengan forceps
b. Dagu di belakang diharapkan rotasi spontan dagu kea rah depan dan persalinan
berlangsung sba.
c. Dagu tetap di belakang setelah dipimpin mengejan beberapa saat (tidak ada kemajuan
dalam rotasi internal) atau sering disebut %^&* telor maka :
- SC bila janin hidup (primi maupun multi_
- Perforasi bila janin mati
Catatan : bila janin lahir pervaginam, maka janin akan melalui PBP dengan diameter
suboccipilobregmatica yang lebih besar dari diameter occipitobregmatica. Karena itu selalu
dilakukan #$%^&*(
E. Letak Dini
Diagnosa :
- Palpasi : idem letak muka
- Auskultasi : idem letak muka
- VT:
o Teraba sutura frontalis, sebagian sutura sagitalis, sebagian UUK, pinggir orbita,
pangkal hidung
o Tidak teraba : hidung, mulut , dagu
29 | H a l a m a n
Pengelolaan :
- Bayi kecil biasanya dapat lahir pervaginam (jangan lupa episiotomy)
- Bayi genap bulan terdapat dua kemungkinan :
o Letak dahi bersifat sementara sehingga dapat diharapkan partus spontan ±43% bila
taka da CPD
o Letak dahi menetap (pesisten), sangat sukar lahir pervaginam karena diameter
menotoocipitalis sukar melewati PAP, sehingga untuk engaged harus melalui moulage
hebat. Ini mengakibatkan kematian perinatal tinggi dan perlukaan luas dari perineum.
Maka sebaiknya dilakukan SC.
Pada letak sungsang dapat terjadi presentasi ganda dengan tangan menumbung.
- Presentasi ganda jarang ditemukan. Paling sering adalah tangan atau lengan di samping
kepala. Presentasi ganda terjadi karena PAP tidak diisi secara sempurna oleh kepala atau
bokong janin, missal pada multipara perut gantung, kepala masih tinggi, panggul sempit,
janin kecil dan lain-lain.
Pengelolaan :
- Pada tangan menumbung biasanya tidak diperlukan tindakan
- Pada lengan menumbung dan kelihatan menghalangi turunnya kepala perlu dilakukan
reposisi. Tangan penolong dimasukkan ke dalam vagina mendorong lengan janin ke atas
melewati kepalanya, kemudian kepala didorong masuk PAP dengan tekanan dari luar.
- Kadang presentasi ganda disertai penumbukan tali pusat. Dalam hal ini perngelolaannya
seperti pada tali pusat menumbung.
- Bila presentasi ganda disebabkan karena panggul sempit, maka dilakukan SC
30 | H a l a m a n
Pada persalinan normal pada letak belakang kepala, putaran paksi dalam berlangsung begitu
rupa hingga UUK berputar ke depan sampai di bawah simfisis bila kepala sampai di dasar
panggul. Dalam peristiwa putaran paksi dalam ini dapat timbul kelainan :
- Keadaan dimana putaran paksi dalam macet, sehingga UUK tidak sampai di bawah
simfisis, tapi melintas (occiput transverse position).
- Keadaan dimana UUK tidak berputar ke depan tetapi kea rah sacrum sehingga disebut
juga ―putaran paksi yang keliru‖. Posisi tersebut disebut Occiput Posterior Position.
Etiologi :
- Keadaan yang menyebabkan kurangnya tahanan yang adekuat dari panggul sehingga
tidak menimbulkan putaran paksi yang diharapkan, missal kelemahan otot dasar panggul
(multi paritas), kepala kecil dan sebagainya
- Keadaan dimana tahanan panggul terhadap kepala berlebihan sehingga kepala tidak
berputar sebagaimana diharapkan, missal CPD, panggul android.
Diagnosa :
- Dugaan kelainan putaran parsi timbul bila terjadi kemacetan persalinan kala II pada waktu
kepala sudah atau hampir berada di dasar panggul.
- Diagnose ditegakkan dengan VI : bagian terendah UUK turun H III+ atau H III-IV, posisi
UUK lintang atau posterior.
Pengelolaan :
1. Pastikan ada tidaknya CPD
2. Dipimpin mengejan bila taka da CPD, diharapkan terjadi putar aksi yang benar, dengan
pengawasan 9 secara teliti.
3. Bila dalam 1 jam posisi kepala tersebut menetap (deeptransverse Arrest/position occipitalis
posterior persisten), maka tak dapat diharapkan bahwa kedudukan kepala akan berubah.
Dalam keadaan demikian persalinan akan macet dan perlu diadakan pertolongan aktif
dengan ekspresi Kristeller atau pemberian uterotonika untuk mempercepat persalinan
karena dapat menimbulkan rupture uteri.
31 | H a l a m a n
EKSTRAKSI FORCEPS
Pemakaian forcep :
- Letak kepala : bila ada indikasi mengakhiri persalinan atau memperingan kala II (biasanya F.
Naegele)
- Letak sungsang : pada after coming head (biasanya F. Piper)
Macam-macam Forcep :
1. Pembukaan lengkap
2. CPD (-)
3. Kepala normal ukuran, konsistens dan bentuknya
4. KK (-) (bila KK (+) bahaya solution placenta)
5. Kepala turun H III+ (pada letak muka/dahi H IV)
6. Anak hidup/baru saja mati
32 | H a l a m a n
- Kepala janin dilahirkan dengan UUK di depan, sehingga diputar dua tahap (dijadikan
UUK lintang dulu, kemudian baru UUK depan). Cara ini sekarang jarang dipakai.
g. UUK kanan belakang : forceps dipasang sejajar kepala anak : miring terhadap panggul.
Dipasang sendok kanan dulu dan di wander. Sebelum dikunci disilang dulu. Selanjutnya
menurut Lange (dijadikan UUK belakang) atau Schanzoni (dijadikan UUK lintang, baru
depan).
h. UUK kiri belakang : idem, sendok kiri dulu. Penguncian tanpa penyilangan.
3. Memasang forceps :
- Cara memegang seperti memegang pensil
- Forcep kiri dipegang dengan tangan kiri, demikian pula sebaliknya. Tangkai sejajar lipat
paha ibu. Letak forceps di garis median.
- 3-4 jari yang tidak memegang forceps masuk jalan lahir; forceps dimasukkan menyusur jari-
jari tersebut.
4. Mengunci forceps :
- Tekan pada daerah perineum. Setelah kedua sendok saling mendekat dikunc
- Kesukaran dalam mengunci mungkin disebabkan oleh :
o Forceps tak sebidang (lebih tinggi / rendah terhadap bidang datar
o Forceps tak sama tinggi (yang satu lebih masuk)
o Bagian-bagian tertentu terjepit
o Pemasangan forceps salah satu pada rekontruksi toucher
o Ada moulding atau bentuk kepala abnormal
5. Eksplorasi : ada bagian terjepit atau tidak.
Caranya : dua jari dimasukkan, lingkarkan ke seluruh lingkaran kepala.
6. Traksi percobaan :
- Dua jari tangan kiri masuk jalan lahir sampai menyentuh kepala anak
- Tangan kanan memegang forceps. Forceps ditarik kepala ikut tertarik berarti forceps sudah
mencekam dengan baik.
7. Traksi sesungguhnya :
Arah tarikan :
- H III+ : ke bawah
- H IV : sejajar sampai subocciput di bawah simfisis
- Kemudian ditarik keatas dengan tangan kanan, sedang tangan kiri menahan perineum
8. Melepas forceps :
- Jari kelingking masuk antara kedua daun forceps, ibu jari masuk di antara kedua tangkai
forceps, kemudian dilepaskan
Contoh ―nyanyian‖ forceps
33 | H a l a m a n
- Persiapan ibu
o Partus set dan partus buatan set
o Episiotomy dan jahit set
o Narcose set (trilens)
o Infus set
o Duk steril (6 buah)
o Uterotonika
o Antibiotic
- Persiapan anak
o Resusitasi set
o Cardiotonika
o Vit K.
o Antibiotika
- Persiapan operator
o Topi, masker
o Jas steril
o Schort
o Sarung tangan steril
o Cuci tangaan fuhrbringer
NYANYIAN FORCEPS
- Penderita diinfus narcose trilene
- Pasang duk steril
- VT untuk mengetahui apakah ada perubahan posisi
- Ambil forceps cocokkan dulu, ternyata cocook
- Kita gambarkan kedudukan forceps terhadap kepala anak
- Rekonstruksi forceps
Missal : UUK kiri depan :
- Mula-mula yang dimasukkan daun forceps yang sukar dulu (kanan). Tangkai forceps kanan
kita pegang dengan tangan kanan seperti memegang pensil, tangan kiri dengan 2-4 jari
masuk ke jalan lahir di antara kepala dan dinding vagina.
Tangkai forceps kita pegang dengan posisi sejajar lipat paha ibu sebelah kiri, kemudian
daun forceps dimasukkan, menyelusuri jari tangan kiri dengan bantuan ibu jari sampai daun
forceps mencakup kepala anak, kemudian wander ke atas dan diturunkan sampai tangkai
forceps dalam kedudukan mendatar.
34 | H a l a m a n
Forceps disuruh pegang asisten atau dipegang dengan jari-jari kelingking tangan kanan
yang masuk ke jalan lahir seperti di atas. Kemudian kita pegang forceps kiri dengan tangan
kiri dan selanjutnya seperti nyanyian waktu memasang forceps yang kanan, sampai
kedudukannya sedemikian sehingga untuk mengunci perlu dilakukan penyilangan terlebih
dahulu.
- Control toucher apakah ada bagian yang terjepit kecuali kepala
- Traksi percobaan dengan tangan kiri memegang tangkai forceps, tangan kanan memegang
pertemuan di atas kunci dan kedua jari menempel kepala anak. Traksi percobaan berhasil
bila kedua jari tetap menempel kepala anak dan kepala anak bergerak ke bawah.
- Dilakukan traksi ke bawah sambil mengadakan putaran sampai H IV, kemudian mendatar
sampai subboccipital lahir
- Episiotomy waktu kepala anak tampak di vulva sebesar telur ayam, kemudian traksi ke atas
(dengan satu tangan) dengan subocciput sebagai hipomohhlion, lahir dahi, muka, dagu,
tangan yang lain menahan perineum narcose stop
- Forceps dilepas dengan cara jari kelingking tangan kanan masuk di antara daun forceps,
menekan kea rah tangkai sambil ibu jari menekan tengah-tengah tangkai sampai kedua
daun membuka
- Selanjutnya placenta dilahirkan secara manual
35 | H a l a m a n
VERSI
CEPHALIC VERSIOIN
Biasanya versi luar
Indikasi :
- Kelainan letak : letak lintang, letak sungsang
Kontraindikasi
- Gemelli anak I
- Bekas sectiocesaria
- Hipertensi, praeklamsi, eklamsi
- Placenta previa
- Rupture uteri imminent
36 | H a l a m a n
- Penderita ditidurkan terlentang dengan kaki sedikit diflexikan (Trendlenberg)kita berdiri
sebelah kanan dan menghadap kaki ibu, dengan dua tangan bagian bawah anak diangkat
sehingga lepas dari PAP, (agar tak geli diberi talk. Juga tangan tak boleh dingin)
- Setelah berhasil lepas dari PAP, kemudian posisi kita rubah menghadap muka ibu
- Kemudian atu tangan menahan bagian bokong dan tangan yang satunya pada bagian kepala
anak
- Lalu dengan bersamaan anak tersebut diputar lengan anak putaran kea rah perut janin (agar
kepala tetap fleksi). Sudut putaran terkecil. Keadaan ini kita putar terus sampai akhirnya
kepala anak sampai PAP
- Tangan kemudian kita ubah letaknya dimana yang tadinya pegang kepala sekarang
memegang bokong dan sebaliknya. Setelah kepala tepat di atas PAP, tekan ke bawah supaya
kepala masuk PAP dan tak bergerak lagi. Sesudahnya penderita diberi berita
- Sebelum selama 16 menit sesudah bersi luar DJJ dimonitor. Bila DJJ menjadi buruk
kembalikan ke posisi semula
PODALIC VERSION
Biasanya internal version, yakni memegang kaki anak ditarik melalui canalis cervicalis, biasanya
diikuti ekstraksi (versi ekstraksi)
Indikasi :
- Letak lintang
- Letak kepala kelainan
- Ada indikasi untuk mengakhiri persalinan atau memperingan kala II
Kontraindikasi
- Bekas section cesaria
- Rupture uteri immines
- Panggul sempit/ sempit ringan
Syarat-syarat :
37 | H a l a m a n
- Pembukaan lengkap
- KK (+)/(-) asal kurang dari ½ jam
- Bagian bawah anak belum masuk PAP atau sudah masuk tetapi masih dapat didorong ke atas
(H II (-))
- Tak ada CPD
TEKNIK
- Berbaring lithotomi dan trendelenberg
- Vesica urinaria dan rectum harus dikosongkan
- Narcose dalam beri infus
- Tangan yang dimasukkan adalah yang dekat dengan kaki anak. Missal : kaki sebelah kiri
yang dimasukkan tangan kanan
- Tangan masuk secara obstetric hand dan pada waktu ini tangan yang satu menahan fundus
uteri (untuk menghindari rupture uteri)
- Kaki yang harus dipegang : (agar posisi anak menjadi tengkurap)
Misal : Letak kepala yang diambil kaki depan
Letak lintang Dorso superior kaki depan (S-A)
Dorso inferior kaki belakang (I-P)
Dorso posterior kaki atas (P-S)
Kalau sukar mencapai satu kaki maka kita boleh pegang dua kaki sekaligus. Cara mencari kaki
:
Langsung : punggung-perut-kaki
Tak langsung : punggung-bokong-paha-kaki
- Setelah kaki dipegang (antara jari tengah dan telunjuk) disini tunggu fase relaxasi
- Cara memutar :
Pasif (tangan dalam hanya membimbing)
Aktif (tangan luar : menekan menuju fundus)
- Versi berhasil bila
Kaki dilepaskan tidak akan masuk lagi
Kepala sudah difundus uteri
- Dilanjutkan dengan ekstraksi kaki (lihat ekstraksi kaki)
Eknik
- Penderita tidur lithotoi
- VU dan caecum dikosongkan
- Narcose
- Tangan dimasukkan secara obstetric hand dan yang bias dimasukkan hanya dua jari, labia
dilebarkan dengan tangan yang satu
- Untuk mencari kaki fundus ditekan ke bawah, tangan luar mendorong kepala anak kea rah
punggung anak, dua jari dari tangan dalam menolak kea rah yang sama sehingga kepala
sampai di fossa iliaca. (bila placentra previs lateralis dari placenta ditembus dulu dengan
kocher)
- Tangan luar pindah ke bokong dan mendekatkannya ke jari-jari tangan dalam
- Kedua jari menjepit salah satu kaki anak dan membawanya keluar sedang tangan luar
mendorong kepala ke fundus
- Pada kaki dipasang jerat, digantung bebas ½ kg, beban seringan-ringannya sampai dapat
emnghentikan perdarahan. Bila terlalu berat dapat menyebabkan robekan cervix.
Kesukaran
- Vagina sempit, dasar panggul kaku EP
- His mengganggu narcose diperdalam
- Lingkaran kekejangan contraction ring maka narcose diperdalam
39 | H a l a m a n
Perasat JUSTINE SIEGAMUNDI :
Kaki yang telah diturunkan diberi jerat dan dipegang tangan luar. Tangan dalam yang dekat
dengan kepala anak mendorong kepala melalui lingkaran kekejangan ke fundus
Perasat BROSE
Kaki yang telah diturunkan diberi jerat dan dipegang tangan luar, tangan dalam yang dekat
dengan kepala diletakkan antara kepala dan lingkaran kekejangan. Ibu jari mendorong kepala ke
fundus.
40 | H a l a m a n
EMBRYOTOMY
Sengaja merusak tubuh anak dengan maksud supaya tubuh mengecil dan dapat dilahirkan
pervaginam.
Syarat :
- Anak mati
- Pembukaan lebih dari 7 jam
- Conjugate vera lebih dari 6 cm
Indikasi Ada indikasi menyelesaikan persalinan dengan syarat di ….
CRANIOTOMY
Dimaksudkan untuk mengecilkan kepala dari anak dengan usaha mengeluarkan isi kepala ialah
otaknya.
Indikasi : anak mati dengan segera anak harus dikeluarkan da nada kesukaran dalam melahirkan
kepala. Dapat dilakukan pada letak kepala dan letak sungsang.
Syarat :
- Anak mati
- Pembukaan lebih besar atau sama dengan 7 cm
- Conjugate vera lebih besar atau sama dengan 6 cm
42 | H a l a m a n
- Tempat yang ditusuk for. Occi. Magnum, rahang bawah bila dagu tersangkut symphisis,
pembantu menarik kedua kaki ke bawah
- Perforatorium ditusukkan leher anak dibelakang otot sterno cleido mastoideus dan diteruskan
mengikuti jalan otot ke dasar tengkorak. Jari telunjuk tangan lain dimasukkan luka kulit
tersebut, meraba tempat perhubungan tengkorak dan permulaan tulang belakang.
- Perforation dimasukkan dengan bimbingan jari telunjuk tadi menembus selaput antara
tengkorak dan tulang atlas
- Setelah perforasi kepala dilakukan dengan : mauriceal craniclast k.p.
SECTIO :
DEKAPITASI
Yaitu melepaskan kepala dari tubuh atau memotong leher anak.
Indikasi :
- Untuk melahirkan anak mati dan lintang dan persalinan harus segera diakhiri
Syarat :
- Pembukaan 7 cm/pejajaran harus lengkap
- Koncugata vera lebih dari 6 cm
Nyanyian decapitasi :
Persiapan alat :
- Pengkait brouwn
- Gunting siebold
- Tampon kasa atau tali untuk mengikat tangan yang menumbung
43 | H a l a m a n
- Cara ini dpergunakan terutama bila bahu telah jauh masuk ke dalam rongga panggul,
bagian leher mudah dicapai dan hendaklah dilihat, agar pengguntingannya dilakukan avus,
artinya dengan penglihatan
- Kalau leher tinggi ditarik dulu dengan penggait Brouwn
- Tangan yang menumbung ditarik kea rah kaki anak agar leher mudah dicapai dan juga
agar leher itu tidak mudah bergerak
- Untuk melindungi dengan jalan lahir dipasang speculum, di mana ia diperlukan gunting dari
Siebold dengan pimpinan dan perlindungan tangan kiri menggunting leher sedikit demi
sedikit.
44 | H a l a m a n
Prosedur :
- Kadang-kadang di sini terjadi penumbungan dari tangan supaya tidak mengganggu diikat
lebih dulu
- Kemudian kita menembus daerah bawah dari apek dengan perforatorium (buka tutup putar
buka tutup) lubang
- Dengan cunam tulang melaluilubang tersebut di atas kita keluarkan isi rongga dada/perut
- Pada waktu mengeluarkan harus selalu diperhatikan usus hepar, jantung, paru-paru setelah
keluar semua kosong
- Sehingga dapat dilakukan secara evolution spontanea
- Bila masih sukar dapat dilakukan spondilotomy
45 | H a l a m a n
SECTIO CAESARIA
Merupakan tindakan untuk melahirkan bayi parabdominal dengan membuka dinding uterus
dengan cara mengiris dinding perut dan dinding uterus.
Macam :
1. Klasik/corporal : incise memanjang pada dinding anterior rahim
2. Transperitoneal profunda : incise pada SBR (paling sering)
3. Extraperiotneal : cavum peritonei tidak dibuka
4. Caesarian histerektomi : SC diikuti histerektomi supra vaginal
Indikasi :
- Perdarahan hebat karena atonia uteri
- Placenta increta, percreta
- Infeksi intra uterin yang berat
Indikasi SC :
1. Placenta previa totalis
2. Panggul sempit :
- CV 8,5 cm bila anak hidup
- CV 6 cm bila anak mati
- CV 6,5 – 10 cm dengan partus percobaan gagal
3. Sudah pernah SC dua kali (SC yang ketiga kalinya)
4. Letak lintang
5. Tumor yang menghalangi jalan lahir
6. Pada kehamilan sesudah operasi vaginal (missal, operasi fistel)
7. Ibu menderita herpes genitalis
8. Ada indikasi mengakhiri persalinan dimana syarat pervaginam tak terpenuhi, atau cara
pervaginam gagal
Persiapan SC (Elektif)
- Hb > 10 gr%
- Puasa 6 jam
- Sedia darah
- Antibiotika profilaksi
- Laboratorium rutin, test faal hati, ginjal
- EKG (bila umur 35 tahun)
46 | H a l a m a n
- lavamen
SC cara klasik
Keuntungan :
- teknik relative lebih mudah
- cepat lahirkan bayi (penting untuk foetal distress)
Kerugian
- penyembuhan jaringan parut kurang baik (karena luka di daerah yang kontraktil dan mobil
waktu involusi)
- resiko infeksi lebih besar karena bekas incise tak tertutup baik oleh peritoneum
- risiko perdarahan lebih banyak
- banyak perlekatan jaringan sehingga :
o SC berikutnya (bila diperlukan) lebih sulit
o Gangguan kontraksi uterus pada partus berikutnya
- Kemungkinan rupture uteri lebih besar
Teknik pelaksanaan :
Persiapan Alat :
- Baju dan sarung tangan steril - Spatula abdominal 1
- Topi dan alas kaki, masker - Jarum jaringan kulit
- Duk steril 5 - Duk clemp 6
- Suctin pump 1 - Arterial clemp 6
- Scalpel 1 - Gunting bedah 1
- Pinset chirurgis 2 - Miculitz 4
- Pean (klem bengkong) 5 - Benang sihide, catgut
- Rake retractor 1 - Tampon
- Abdominal retractor 1 - Korentang steril
- Ovarium clemp 1 - Gaas, darm gaas
- Needle holder 2
Teknik pelaksanaan :
- Incise perut pada linea mediana di bawah pusat sepanjang 15 cm
- Irisan diperdalam sampai peritoneum terbuka
- Pasang speculum perut, eksplorasi. Tampak uterus gravid aterm
- Pasang darm gaas untuk lindungi peritoneum
47 | H a l a m a n
- Incise corpus uteri pada garis median lokal sampai batas atas plica vesicouterina. Dibuat
lubang kecil pada KK untuk menghisap air ketuban, kemudian lubang dilebarkan dan janin
dilahirkan dengan tarikan pada kaki. Potong tali pusat
- Injeksi metergin 1 amp intra mural
- Placenta dilahirkan secara manual/tarikan ringan
- Uterus dikeluarkan dari cavum abdomen, jahit silang dan over hitching dalam 2-3 lapis
- Reperitonellisasi
- Perdarahan dirawat. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
SC Transperitoneal Profunda
Keuntungan :
- Penyembuhan jaringan perut lebih baik (karena tidak di daerah kontraktil dan tidak dipengaruhi
involusi)
- Perdarahan sedikit
- Risiko infeksi lebih sedikit
- Kemungkinan rupture 1/2 klasik (terutama saat persalinan
Kerugian
- Teknik lebih sulit
- Kemungkinan trauma VU post op kencing warna merah
Teknik :
- Persiapan alat idem klasik
- Penderita telentang, disinfeksi dd. Abdomen dan sekitarnya
- Tutup duk steril
- Incise dinding perut + 10 cm di lenia mediana mulai tepi atas simfisis sampai bawah pusat,
diperdalam sampai peritoneum terbuka
- Pasang speculum perut, eksplorasi, tampak uterus sebesar hamil aterm
- Pisahkan plica vesicouterina
- Pasang speculum abdomen. Incisi SBR semilunar + 10 cm perdalam secara tajam/tumpul
- Pecah KK, anak dilahirkan dengan … (ekstraksi kaki, mengait kepala). Potong tali pusat
- Injeksi metergin 1 amp intra mural
- Placenta dilahirkan secara manual / tarikan ringan
- Uterus dikeluarkan dari cavum abdomen, SBR dijahit
- Silang 2 lapis
- Reperitonealisasi
48 | H a l a m a n
- Eksplorasi, perdarahan riwayat
- Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
49 | H a l a m a n
PENYULIT PERSALINAN
GEMELLI
Diduga Gemelli bila :
- Uterus lebih besar dari umur kehamilan
- Kenaikkan berat badan yang cepat
- Teraba 2 ballotemen
Komplikasi gemelli
1. Waktu kehamilan
- Preeklamsi/eklamsi
- Hidramnion
- Anemi
- Prematuritas
- Keluhan subyektif : sesak, kaki bengkak dan lain-lain
2. Waktu persalinan
- Inertia uteri primer / sekunder
- Partus macet
- Atonia uteri
- Tali pusat menumbung
Pengelolaan
1. Pada kehamilan
- ANC lebih sering untuk menghindari komplikasi
- Suplementasi zat besi dan protein
- Coitus dikurangi setelah 30 minggu
2. Pada kehamilan
- Kala I : tunggu pengawasan 10
- Kala II :
50 | H a l a m a n
Anak I Kontrol DJJ, letak janin
Spontan
His (+) :
Letak kepala/sungsang :
His (-) : VT
- Pecah KK
Infus oksitosin dalam D 5%
- Pimpin mengejan
Letlin
VE gagal
Indikasi SC bila :
- Interlocking
- Compaction
- Collection
- Kedua anak letak lintang
- Endansi
- Bekas SC
Catatan :
Janin pada gemelli biasanya premature, sehingga perlu episiotomy untuk mengurangi
tekanan pada kepala janin.
- Kala III
Oksitoksin 10 U.im segera setelah anak lahir agar uterus segera berkontraksi sehingga
mengurangi perdarahan dan placenta dapat dilahirkan lebih cepat
- Kala IV
Methergin 1 amp im dan pengawasan lebih teliti
Prognosis
Ibu : kurang baik (banyak kemungkinan penyulit timbul)
Anak : kurang baik, anak II prognosis lebih buruk karena
- Prematuritas
- Solution plasenta setelah lahirnya anak
- Servix mulai menguncup kembali
- Tindakan manipulatif
51 | H a l a m a n
KETUBAN PECAH DINI
Ketuban pecah dini :Ketuban pecah sebelum mulainya persalinan
Ketuban pecah awal : KK pecah pada pembukaan kecil dalam proses persalinan
Diagnosa KPD
- Anamnesa : keluar cairan ngepyok
- Sifat-sifat fisik cairan amnion : bau khas, warna keruh
- Tes lakmus : alkalis
- Mikroskopi : rambut laguno, butir lemak (vernix)
Bahaya KPD/komplikasi
a. Infeksi karena
b. Pada yang belum viable (<36 minggu), bila cairan amnion terus keluar dapat terjadi
oligohidramnion. Curiga hidramnion bila :
- TFU kurang dari umur kehamilan
- Ibu kesakitan pada tiap gerak anak
Komplikasi oligohidramnion
- Deformitas karena gangguan pertumbuhan ekstremitas
- Fraktur kompresi pada vertebra
c. Pada yang berlanjut dengan persalinan :
- Prematuritas
- Partus lama / partus macet karena gangguan penurunan local triction ring, inertia uteri
52 | H a l a m a n
- Penumbungan tali pusat/anggota
- Emboli air ketuban
- Foetal distress
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Perdarahan pervaginam pada kehamilan > 28 minggu
PLACENTA PRAEVIA
Etiologi : ketidak seimbangan antara jumlah kebutuhan bayi akan nutrisi dan oksigen dengan
jumlah zat-zat tersebut yang tersedia, missal :
- Anemi malnutrisi
- Multiparitas
- Bekas endometritis
- Bekas curet berulang
- Gemelli
- DM
Diagnosa
- Anamnesa : perdarahan tanpa sebab, banyak, tak nyeri
- Sifat perdarahan :
o Warna merah segar
o Tidak nyeri
o Ada hubungannya dengan his (timbul/tambah banyak saat his)
o Umumnya mulai minggu 28 sudah terjadi perdarahan sedikit-sedikit karena sudah
terbentuknya SBR
- Kepala sulit masuk PAP sehingga sering terhambat
o Hamil 36 minggu
o Kelainan letak sungsang, lintang
- Inspeculo :
o Perdarahan dari ostium uteri externum
o KK tak jelas, tak menonjol sebagian/seluruhnya saat his
- Diagnosa pasti : VT (OK), USG
53 | H a l a m a n
- Prinsip pengelolaan tergantung :
o Jumlah perdarahan
o Umur/viabilitas janin
- Bila jumlah perdarahan banyak (ditandai darah merembes terus dari OUE, penurunan Hb
gr% lebih, tanda-tanda presyok/syok), maka tanpa memandang umur kehamilan dilakukan
pengakhiran kehamilan. Berdasarkan umur janin :
PLACENTA PRAEVIA
Tunggu viable SC
Perdarahan berhenti Perdarahan profuse
Primi Multi
FE, SC (VE tak VE, FE, SC sesuai
dianjurkan pada syarat dan kontra
primi) indikasi
Catatan :
Pada multi dengan PP 30%, telah dilakukan pemecahan KK tetap berdarah sedang pembukaan
belum lengkap, dapat dilakukan usaha penghentian perdarahan dengan Cunam Willet (letak
kepala) atau cara Braxton Hick‘s dan kemudian diharapkan persalinan spontan. Tapi di RS
tindakan-tindakan tersebut tak dianjurkan lagi karena memberi prognosa yang buruk pada anak.
SOLUTIO PLACENTAE
Definisi : lepasnya placenta (sebagian / seluruhnya) sebelum lahirnya anak, pada kehamilan lebih
dari 28 minggu.
54 | H a l a m a n
Etiologi
- Hipertensi
- Eklamsi/preeklamsi
- Trauma
- Penyakit sistematik yang menaikkan tekanan V. Cava inf
- Multi paritas
- Defisiensi Vit C, asam folat
- VL pada tali pusat pendek
- Pengosongan uterus terlalu cepat (KK pecah pada hidramnion, gemelli anak I)
Diagnosa
Anamnesa : riwayat, trauma, hipertensi, penyakit yang menaikkan tekanan V. cava, VL
Pemeriksaan fisik / lab :
- S.P ringan : Uterus tak terlalu tegang, bagian-bagian anak masih teraba,
Janin masih hidup
- S.P. sedang : Dinding uterus tegang, nyeri perabaan, janin distress
Kelainan pembeekuan darah, kelainan ginjal
- S.P. berat : Uterus keras seperti papan, janin mati
Syok, kelainan ginjal, gangguan pembekuan darah
- USG
Prinsip pengelolaan :
RIngan sedang :
- Belum viable : pertahankan secara konservativ
- Viable : usahakan lahir dalam 6-8 jam
Berat : keluarkan janin (viable/non viable)
55 | H a l a m a n
SOLUTIO PLACENTAE
SC Tunggu viable
Partus pervaginam SC
Macam TPM
- Occult (tersembunyi) : tali pusat tak terlihat dari vulva, hanya teraba waktu VT
- Tali pusat di luar vulva
Sebab-sebab TPM :
- Hidramnion
- Disproporsi sefalopelfik
- Prematuritas
- Kelainan letak
HIDRAMNION
Hidramnion adalah keadaan di mana jumlah cairan amnion lebih dari 2000 cc (normal 1000 –
1500 cc).
Etiologi
- Ibu DM
- Gemelli
- Kelainan janin (atresia esohagei, spina bifida, anensefalus dan lain-lain)
Diagnosa hidramnion
57 | H a l a m a n
- Klinis : I : dinding perut tegang dan mengkilat, perut lebih buncit
P : bagian anak sukar diraba, test undulasi (+)
A : DJJ terdengar jauh dan berubah-ubah punctum maksimumnya
- Rontgen : kerangka janin terletak di dasar atau melayang
- USG : volume air ketuban berlebihan
Komplikasi hidramnion :
1. Waktu hamil : -preeklamsi/eklamsi
-prematuritas
-sesak nafas
2. Waktu persalinan : -inertia uteri partus lama
-atonia uteri kesukaran melahirkan placenta. Perdarahan postpartum
-kelainan letak
58 | H a l a m a n
Mekanisme persalinan imatur berlangsung melalui tahap-tahap seperti persalinan biasa.
Pengeluaran plasenta sering terhambat.
Pengelolaan :
1. Prinsip : buah kehamilan dipertahankan sampai aterm/viable
2. Mencegah berlangsungnya persalinan (menghilangkan his)
- Posisi trendelenburg untuk mengurangi tekanan kepala pada SBR sehingga rangsangan
terhadap uterus untuk berkontraksi berkurang.
- Obat-obatan :
o Sedative, missal : luminal 3x30 mg/hari atau valium
o Tokolitik isoksuprin
3. Bila partus prematus tak dapat dicegah, maka pertolongan persalinan dilakukan seperti biasa
dengan memperhatikan sebagai berikut :
- Perlengkapan untuk bayi premature (alat resusitasi, incubator dan lain-lain)
- Dilakukan episiotomy untuk menghindari perlukaan kelahiran atau perdarahan otak karena
tengkorak janin lebih lunak
- Injeksi Vit. K 1 mg setelah bayi lahir
59 | H a l a m a n
- Kulit tumit keriput - Kulit tumit tak keriput
- Lanugo sedikit - Lanugo berlebihan
- Tulang rawan telinga (+) - Tulang rawan telinga (-), telinga masih
- Dapat dirawat di rumah terlipat
- Perlu dirawat dalam inkubator
Etiologi
- Penyakit ibu : lues, nefritis kronis, eklamsia dsb
- Infeksi akut, intoksikasi
- Kelainan bawaan yang berat
- Incompatibilitas darah
Pengelolaan
Bila dx, IUFD telah ditegakkan, perlu diberikan keterangan mengenai hal tersebut kepada ibu dan
suaminya. Pada umumnya kelahiran janin dapat diharapkan spontan. Bila janin tak lahir dalam 5
minggu atau saat kematian janin tak dapat diperkirakan, maka dilakukan partus induksi, karena
setelah 4 minggu dapat mulai terjadi kelainan pembekuan darah.
60 | H a l a m a n
III : segala jaringan kendor, sendi-sendi longgar, kulit kisut dan kendor, tengkorak merupakan
kantong.
RETENSIO PLACENTA
Pengertian : keadaan di mana placenta belum lahir ½ jam atau lebih setelah kelahiran bayi
Etiologi :
- Atonia uteri
- Pelekatan placenta abnormal pada uterus
- Placenta telah lepas namun tertangkap dalam uterus oleh suatu lingkaran kontraksi (Placenta
Incscerata). Ini dapat terjadi karena tindakan yang kurang tepat pada kala III missal :
o Mengurut uterus secara kasar
o Pemberian uterotonika yang salah
Retensio placenta dapat disertai atau tanpa disertai pendarahan.
INVERSIO UTERI
61 | H a l a m a n
Infersio uteri merupakan komplikasi persalinan yang berat dan dapat menyebabkan kematian
penderita karena syok atau perdarahan..
Etiologi :
Tindakan yang salah pada kala III, misal melakukan perasat Crede atau Brant Andrew waktu tidak
ada his, menarik-narik tali pusat untuk mempercepat kelahiran uri.
Gejala-gejala :
- Syok karena nyeri hebat atau perdarahan
- Perdarahan (kecuali bila seluruh uri masih melekat erat pada dinding uterus)
- Tampak keluar tumor dari vagina warna kemerah-merahan. Placenta masih melekat bila belum
dilahirkan.
Pengelolaan
1. Mencegah / mengatasi syok
- Injeksi morfin 15 mg atau pethidin 50 mg untuk mengurangi rasa nyeri
- Infus NaCl fisiologis
2. Mencegah infeksi : antibiotika profilaksi
3. reposisi
PARTUS LAMA
Pengertian : partus yang berlangsung lebih dari 18 jam (WHO) (beberapa kepustakaan : partus
berlangsung lebih 24 jam, atau kala I 20 jam, atau kala II 2 jam).
Pada partus lama umumnya ibu dalam keadaan lelah, demikian pula keadaan janin dan uterus.
Bila partus lama dibiarkan tanpa pertolongan aktif, tidak dapat diharapkan persalinan akan
berakhir sendiri tanpa membahayakan jiwa itu maupun janin. Kadang-kadang sulit memastikan
partus lama dari segi waktu karena kesulitan menentukan saat mulai inpartu. Untuk ini perlu
diperhatikan adanya tanda-tanda partus lama :
- KU lemah kelelahan
- Nadi cepat, RR cepat
- Dehidrasi
- Perut kembung (dehidrasi—hipokalemi)
- Edem alat genital
62 | H a l a m a n
- Foetal distress
- Exhausted
- Rupture uteri
Dalam praaktek sering kali partus lama berasal dari pertolongan persalinan yang berlarut-larut
oleh dukun.
63 | H a l a m a n
Partus lama karena keadaan janin
- Kepala janin terlalu besar (misal hidrosefalus)
- Kelainan letak : sungsang, lintang
- Kelainan presentasi kepala
Pengelolaan
1. Perbaikan KU : infus glukosa 10%, sedative bila perlu
2. Cari sebab partus lama
3. Akhiri persalinan sesuai syarat dan kontra indikasi. Bila partus lama benar-benar hanya karena
his hipotoni (inertia uteri) dapat diberikan piton drop bila tak ada kontra indikasi.
Pemberian piton dengan pengawasan ekstra ketat
- Grandemulti
- Uterus sangat teregang (gemelli, hidramnion)
PREEKLAMSI / EKLAMSI
Preeklamsi adalah sekelompok penyulit yang timbul pada kehamilan, persalnan atau nifas
disebabkan kehamilan itu sendiri, yang ditandai hipertensi dan edema tau proteinuria.
1. Preeklamsi ringan
Diagnosa :
- Hipertensi dengan T 140/90 mmHg, 160/110 mmHg, atau terdapat kenaikan tekanan
diastolic 15 mmHg, dan sistolik 30 mmHg, atau terdapat kenaikan berat badan dalam
trimester III ½ kg dalam 1 minggu atau 2 kg dalam 1 bulan.
- Edema : (-) atau ringan
- Proteinuria sedikit (<+3)
- Tidak ada keluhan-keluhan
64 | H a l a m a n
2. Preeklamsi berat / eklamsi
Preeklamsi berat : penyakit karena kehamilan 20 minggu ditandai trias EPH dan salah satu
tanda sebagai berikut :
- Tensi sistol > 160, diastole > 110 mmHg
- Proteinuria 5 gr/hari (+3)
- Oliguria < 400 cc/24 jam
- Gangguan serebral/visual, edem pulmonum, sianosis.
Diagnose banding
- PE berat : hipertensi, penyakit ginjal
- Eklamsi : epilepsy, cerebrovascular accident (CVA), comma hepaticum / uremicum /
diabeticum, intoksikasi (obat dan lain-lain)
65 | H a l a m a n
3) Bila koma lebih dari 24 jam, diberi makanan personde
4) Pada PE berat bila keadaan membaik (menjadi PE ringan), dilakukan USG atau
taksiran BB secara Johnoson. Bila TBJ > 2000 gr dilakukan induksi (terutama dengan
piton drip)
5) Pada eklamsi bila keadaan tenang (optimal) segera induksi.
6) Syarat pemberian sulfas magnesicus :
- KPR (+)
- RR > 16 kali/menit
- Tersedia gluconas calc. 10% 10 cc sebagai antidotum
- Untuk pemberian selanjutnya diurese > 100 cc/4 jam
b. Pengawasan
Dilakukan terhadap :
1) Prognosa
Meliputi : kesadaran, kejang, edem paru, tensi, Ht (tiap 8 jam), kadar asam urat
darah/hari
2) Komplikasi
Meliputi : sianosis, edem paru, bronkopnemoni, decomp. Cordis, solution placenta, CVA
3) Pengobatan
Catat jumlah cairan masuk/keluar, obat antihpertensi, obat anti kejang, diurese, edem
paru, KPR, respirase, CVP
4) Dirawat di ICU bila :
- Pemberian diazepam 60 mg
- Heart rate > 120 x/menit
- RR > 36 x/menit
- Kejang yang tak teratasi sesuai protocol pengobatan
c. Pengobatan
1) PE berat
a. Dengan sulfas magnesicus
Sulfas magnesicus 40% 25 cc (10 gr) i.m masing-masing glutea kanan 12,5 cc,
glutea kiri 12,5 cc. bila masih diperlukan dan syarat memenuhi, diberi SM 40% 12,5
cc (5 gr) i.m. tiap 4 jam sampai 24 jam post.partum.
b. Dengan diazepam
10 mg diazepam drip dalam 0.5% dengan tetesan 30 tetes/menit. Dalam 24 jam tak
melebihi 100-120 mg.
2) Eklamsi
a. Dengan sulfas magnesicus
66 | H a l a m a n
SM 20% (4 gr) i.v. pelan-pelan) (selama 3 menit) diikuti SM 40% 12,5 cc (5 gr) i.m.
pada daerah glutea.
Bila masih kejang, 20 menit kemudian ditambah SM 20% 10cc i.v. secara pelan-
pelan (selama 3 menit). Bila dalam 20 menit.
Bila dalam 20 menit masih kejang, ditambah SM 20% 20 cc i.v. pelan-pelan.
Bila setelah 30 menit masih kejang, beri Dilantin (dfenil hidantonin) 100 mg i.v.
pelan-pelan.
Untuk pemberian selanjutnya (bila perlu dan memenuhi syarat) beri SM 40% 12,5 cc
(5gr) i.m. tiap 4 jam sampai 25 jam pasca persalinan
b. Dengan diazepam
20 mg diazepam i.v. pelan-pelan diikuti 10 mg Diazepam dalam drip D 5% 500 cc
tetesan 30 tetes/menit.
3) Bila tensi lebih dari 180 mmHg, beri CatapresR (Clonidin) 150 mg i.v. pelan-pelan. Bila
respon (-), 6 jam kemudian ditambah 150 mg i.v. pelan-pelan bila respon (+) 4 jam
kemudian berikan Catapres tab 2 x ½ perhari.
Catatan : pada pemberian catapres harus diawasi tensinya secara intensif yaitu menit
ke-1, ke-3 dan ke-5, kemudian tiap 15 menit
4) Pada eklamsi beri ampisilin 1 gr i.v tiap 12 jam (tes dulu) untuk profilaksi terhadap
anemia
d. Evaluasi
- Prognosa
- Komplikasi
- pengobatan
67 | H a l a m a n
APPENDIK
b. Johnson
BB janin ditaksir dengan menghitung TFU, kemudian dilihat korelasinya dengan umur
kehamilan (lihat daftar). Rumus Johnson (Johnson‘s Rule) :
TBJ = (TFU-n) x 155 gr
n = 12 bila bagian bawah anak di atas PAP
n = 11 bila bagian bawah anak sudah masuk PAP
TFU dinyatakan dalam cm
68 | H a l a m a n
c. Mc. Donald
TFU x 2/7 = . . . bulan
TFU x 8/7 = . . . minggu
Rumus-rumus di atas tidak berlaku pada :
- Asites
- Tumor abdomen
- Gemelli
- Hidramnion
Pembesaran uterus yang lambat curiga IUGR (intra uterine growth retardation),
oligohidramnion dan sebagainya.
4. Kadar HCG
(+) mulai umur kehamilan 6 minggu (terlambat haid 2 minggu)
6. Rontgent
Dengan melihat pusat ossiikasi pada :
- Epifise femur distal 36-38 minggu
- Epifise tibia proximal 40 minggu
- Tulang kuboid 40 minggu
69 | H a l a m a n
Kerugian :
- Mahal
- Efek terhadap janin :
o Penekanan system hemopoitik
o Kelainan kongenital
o Mutasi gen
7. Amniosentesis
Dengan mengukur kadar zat-zat misal creatinin, sfingomyelin dan lain-lain.
70 | H a l a m a n
CARA MENGIRIM PENDERITA KEBIDANAN DENGAN PENYULIT
1. Perdarahan antepartum
Bila diagnose klinik tak jelas harus dianggap plasenta previa, tidak boleh di VT atau pasang
tampon. Sebelum dikirim pasang infus Na Cl atau plasma expander. Bila diagnose klinik
solution plasenta :
- Injeksi morfin 15 mg/pethidin 50 mg untuk mengurangi nyeri
- Pasang infus Dextrosa 5% untuk mencegah syok.
2. Retensio placentae
- Infus garam faali/plasma expander untuk menjaga kemungkinan perdarahan selama
perjalanan
- Suntik antibiotika, misal PS untuk mencegah infeksi.
3. Perdarahan postpartum (Atonia uteri)
- Injeksi methergin 1 ampul i.v. dan oksitoksin 10 U i.m. agar rahim berkontraksi
- Infus garam faali/plasma expander untuk mencegah syok, dengan oksitoksin 10 U (drip)
- Fundus uteri ditahan dengan tangan atau kantong pasir untuk menambah kompresi (kalau
perlu)
- Pasang kateter tetap agar kontraksi uterus tidak terganggu isi VU
4. Partus lama
- Pasang infus Na Cl atau D 5% untuk mengatasi dehidrasi
- Injeksi pethidin 50 mg i.m. agar penderita istirahat
- Injeksi antibiotika
- Disiapkan paket pesalinan bila terjadi persalinan dijalan
5. Rupture uteri imminens
- Injeksi pethidin 50 mg atau morfin 15 mg i.m. untuk melemahkan his dan mengurangi nyeri
- Infus Na Cl atau D 5% untuk mengatasi dehidrasi
- Pada letak kepala dengan janin mati dilakukan perforasi untuk mengecilkan kepala
6. Rupture uteri
- Injeksi pethidin 50 mg atau morfin 15 mg i.m
- Infus Na Cl atau plasma expander
- Injeksi antibiotika untuk mencegah infeksi
- Injeksi methergin agar uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang
7. Tali pusat menumbung dengan janin masih hidup
Agar tali pusat tidak terjepit kepala
- Megolakkan kepala ke samping
- Pasng kateter tetap, VU diisi cairan garam faal 200 cc, kateter diklem sehingga VU tetap
terisi
71 | H a l a m a n
- Penderita tidur trendelen
- Jika tali pusat berada di luar vulva, tali pusat dibungkus kasa steril setelah didisinfeksi
8. Eklamsi
- Injeksi sulfas magnesicus 10 gr atau kalium 50 mg + 50 mg dalam 500 cc D 5% drip untuk
mencegah kejang lagi
- Pasang kateter tetap dan ukur diuresis
- Pasang sudip lidah yntuk menghindari perlukaan bila timbul kejang
9. Abortus dengan perdarahan banyak
- Suntik oksitoksin 10 U i.m. dan metergin 1 amp agar perdarahan berkurang
- Infus garam faali/plasma expander
- Injeksi pethidin untuk mengurangi nyeri (kalau perlu)
- Injeksi antibiotika bila ada tanda-tanda infeksi
10. Kehamilan ekotpik terganggu
- Infus garam faal untuk mencegah syok
- Injeksi pethidin 50 mg untuk mengurangi nyeri
- Tidak perlu diusahakan menaikkan tensi hingga normal, cukup 90-100 mmHg sistolik agar
perdrahan tidak bertambah deras
11. Mola hidatidosa dengan perdarahan
- Infus garam faali/plasma expander untuk mencegah syok
- Suntik antibiotika
- Beri penenang, misal luminal 50 mg
72 | H a l a m a n