Anda di halaman 1dari 4

April 13, 2018

Resensi Buku B. J. Habibie Si Jenius

IDENTITAS BUKU
Karya : Laurina Sandirini Siagian

Judul : B. J. Habibie Si Jenius


Pengarang : Jonar T.H. Situmorang, M.A.
Penerbit : IRCiSoD
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit :2017
Halaman : 200 halaman
Harga : Rp. 53.000,00
Cetakan : Pertama (2017)
KESAN
Buku non-fiksi yang berjudul “B.J. Habibie Si Jenius,” adalah buku karya Jonar T.H.
Situmorang, M. A. Dimana buku ini sendiri merupakan biografi yang diangkat dari kehidupan
seorang mnatan presiden Republik Indonesia ketiga sekaligus orang paling jenius di Indonesia
dan menjadi orang pertama yang berhasil menciptakan pesawat terbang serta mengharumkan
nama bangsa Indonesia.
Hal ini membuat saya tertarik untuk membaca isi dari buku ini. Ditambah lagi, sosok
Habibie yang sudah tidak asing lagi bagi saya, membuat saya sedikit termotivasi untuk menjadi
seperti beliau yang mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi. Isi buku ini menggunakan
Bahasa yang mudah dimengerti sehingga saya tidak kesulitan dalam membaca kata demi
katanya. Ukuran huruf yang tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil juga memudahkan
saya untuk membacanya.
Di dalam buku ini, menceritakan kehidupan Habibie sewaktu beliau masik
kecil,kehidupan keluarga besar Habibie yang selalu mengutamakan pendidikan, Pendidikan
Habibie mulai Sd hingga ia berkuliah di Jeerman, kesuksesan Habibie dalam menciptakan
pesawat terbang, jabatannya sebagai presiden, dan tak lupa juga pengalaman cintanya dengan
Ainun yang dapat menginspirasi sebagian besar orang. Ditambah lagi perjalanan cinta keduanya
yang diangkat menjadi sebuah film, bukan hanya orang Indonesia saja yang terinspirasi,
melainkan selluruh penjuru negara, baik di benua Asia bahkan sampai benua Eropa sekalipun.

KELEMAHAN BUKU
Tak ada gading yang tak retak. Sama halnya dengan buku ini. Buku yang berjudul
“B.J.Habibie Si Jenius,” ini memppunyai beberapa kelemahan. Diantaranya ialah, banyak
ditemukannya hasil copy-paste dari kutipan buku lain, yang membuat beberapa bagian isi buku
tidak sinkron. Hal ini dapat saya buktikan ketika penulis mencantumkan tanggal wafat ayah dari
Habibie, Alwi Abdul Jalil Habibie, di halaman 25 paragraf ketiga kalimat pertama, dikatakan
bahwa Alwi wafat pada tanggal 10 September 1950 di Makassar. Sedangkan, pada halaman 30,
sub bab ‘Meninggalnya Sang Ayah,’ penulis mengatakan bahwa Alwi, ayah Habibie, meninggal
pada tanggal 13 September 1950 di Makassar. Dan beberapa hal lainnya.
Hal ini tentunya membuat para pembaca, khususnya saya sendiri menjadi bingung
dengan hal yang memang menjadi kebenarannya. Selain itu, kelemahan lain dari buku ini masih
sama, yaitu ditemukannya hasil copy-paste sehingga beberapa kutipan yang di-copy terlihat
berbeda dengan kutipan lainnya.
Penggunaan bahasa asing di dalam buku ini juga menjadi salah satu kelemahan. Bukan
hanya Bahasa Inggris, namun juga Bahasa lain. Misalnya, Bahasa Jerman, Bahasa Gorontalo dan
beberapa bahasa lainnya. Tentunya hal ini membuat para pembaca mengalami kesulitan ketika
membaca terlebih saat memaknai arti dari bahasa asing tersebut.

KEUNGGULAN BUKU
Di samping kelemahan buku ini, ada beberapa keunggulan yang menjadi nilai dari buku
ini. Salah satunya dapat dilihat dari cover buku ini, yang sudah menjelaskan bahwa buku ini
merupakan biografi dari seorang Habibie, sehingga pembaca tidak perlu membaca synopsis
buku. Hal ini dapat kita lihat pada bagian cover, penulis membuat gambar Habibie menjadi
gambar utama cover buku ini.
Selain dilihat dari cover, keunggulan buku ini dapat dilihat pada bagian terakhir, tepatnya
saat-saat kesuksesan Habibie, penulis mencantumkannya dalam sebuah table sehingga tidak
menyulitkan pembaca dalam membaca buku ini.
Bahan kertas yang tidak mudah rusak dan tidak berwarna kusam menambah nilai buku
ini sehingga para pembaca tidak merasa bosan ketika membacanya. Ukuran huruf yang
digunakan juga tidak terlalu besar namun tidak terlalu kecil, memudahkan para pembaca untuk
membaca buku ini.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari buku ini adalah meskipun Habibie terlahir dari
seorang ayah yang berasal dari keluarga terpandang dan seorang ibu yang berasal dari keturunan
ningrat, hal tersebut tidak membuat seorang Habibie menjadi sombong. Melainkan hal tersebut ia
gunakan sebaik mungkin untuk mencapai cita-citanya yakni, menciptakan pesawat terbang. Hobi
membacanyalah yang membuat Habibie dapat mencapai keinginannya sejak kecil tersebut.
Memasuki perkuliahan, dimana saat itu ayahnya telah meninggal membuat ibunya mau tidak
mau menjadi tulang punggung keluarganya, sehingga mengalami kesuliatan keuangan. Namun
hal tersebut tidak mematahkan tekat awal seorang Habibie. Dibekali dengan otak yang jenius,
Habibie meneruskan perkuliahannya di Jerman dan berhasil mendapat beasiswa di sana.
Meskipun, banyak rintangan yang ia terima sewaktu di negeri orang, tidak ada satu hal pun yang
berhasil mematahkan semangatnya. Hingga pada akhirnya, Habibie sukses. Ia telah menjabat
sebagai wakil presiden pada tahun 1998. Pada Mei 1998, Habibi naik jabatan menjadi seorang
presiden ketiga negara Indonesia. Lain halnya dengan presiden lain yang memimpin dengan
wakilnya, Habibie menjabat sebagai presiden tanpa adanya seorang wakil. Tidak hanya sukses
dalam bidang politik, Habibie yang mempunyai otak jenius membuatnya dikenal sebagai ahli
penerbangan, karena keberhasilannya dalam menciptakan pesawat terbang. Hal ini tentunya
menjadi suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia .
Kisah Habibie ini mengajarkan kepada kita agar selalu berusaha untuk mencapai cita-cita.
Sama seperti Habibie yang pantang menyerah agar berhasil membuat pesawat terbang, demikian
juga kita, para pembaca, seharusnya kita tidak pantang menyerah dalam mencapai cita-cita kita.
Apapun itu, jika kita sudah berusaha, maka tidak ada yng mustahil bagi Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai