Laporan Kasus Dka Kulit Dan Kelamin
Laporan Kasus Dka Kulit Dan Kelamin
PENDAHULUAN
kimia di Indonesia kini kian pesat. Hal ini sangat berpotensi sebagai faktor
dermatitis kontak alergi lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya
sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh
penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergi kira-kira hanya 10-
20%. Sedangkan insiden dermatitis kontak alergi di perkirakan terjadi pada 0,21%
sesitisasi namun dermatitis kontak alergi jarang dijuampai pada anak. Bila dilihat
dari jenis kelamin, prevalensi pada wanita adalah dua kali lipat dibanding pada
laki-laki. Selain itu, bangsa kaukasian lebih sering terkena dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah dermatitis yang terjadi akibat pajanan
ulang dengan bahan luar yang bersifat haptenik atau antigenik yang sama atau
mempunyai struktur kimia serupa pada kulit seseorang yang sebelumnya telah
tersensitasi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Menurut Siregar (2004) dermatitis kontak alergi (DKA) adalah suatu dermatitis
(peradangan kulit) yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses
sensitisasi. Menurut National Occupational Health and Safety Commision (2006)
DKA adalah dermatitis yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat
terhadap bahan-bahan kimia yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi reaksi
alergi.6
II.2 ETIOLOGI
Dermatitis kontak alergi dapat disebabkan oleh sejumlah besar alergen yang
berada di dalam lingkup kerja atau dalam kehidupan pribadi. Reaksi alergi yang
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Seringkali alergen adalah
haptens seperti nikel, komponen obat lokal diterapkan atau kosmetik, atau beberapa
jenis bahan kimia yang ditambahkan ke pakaian dan sepatu. Berbagai faktor
berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya : potensi sensitisasi allergen, dosis per
unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembaban
lingkungan, vehikulum, dan pH juga faktor individu, misalnya keadaan kulit pada
lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis), status imunologi
(misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari).3,4
2
Tabel 1. 10 paparan alergen yang tersering, penatalaksanaan dan pencegahan9
II.3 PATOGENESIS
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada DKA adalah mengikuti respon imun
yang di perantarai oleh sel (cell-mediated immune response) atau reaksi imunologi
tipe IV, suatu hipersensitivitias tipe lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase, yaitu
fase sensitisasi dan fase elisitasi.4
3
1.Fase Sensitisasi
Sel langerhans mensekresi IL-1 yang menstimulasi sel-T untuk mensekresi IL-2
dan mengeskspresi reseptor IL-2. Sitokin kemudian akan menstimulasi proliferasi sel
T spesifik, dan kemudian akan membentuk sel-T memori, fase ini berlangsung selama
2-3 minggu. Sensitasi kontak bergantung pada adanya sinyal iritan yang dapat berasal
dari alergen kontak, karena sinyal antigenik hapten cenderung menyebabkan toleransi
sedangkan sinyal iritan memicu sensitasi.4
4
2.Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan ulang
alergen (hapten). Seperti pada pada fase sensitisasi, hapten akan ditangkap oleh sel
langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen, diikat oleh Human
Leucocyte Antigen -DR kemudian diekspresikan di permukaan sel. Selanjutnya,
kompleks HLA-DR antigen akan dipresentasikan kepada sel-T yang terlah
tersensitisasi (sel-T memori) baik di kulit maupun di kelenjar limfe sehingga terjadi
proses aktifasi. Sel langerhans mensekresi IL-1 yang menstimulasi sel-T untuk
memproduksi IL-2 dan mengekspresi IL-2R, yang menyebabkan proliferasi dan
ekspansi populasi sel-T di kulit. Sel-T teraktivasi juga mengeluarkan Interferon-γ
yang mengaktifkan keratinosit mengekspresikan ICAM-1 dan HLA-DR, adanya
ICAM-1 memungkinkan keratinosit untuk berinteraksi dengan sel-T dan leukosit
yang mengekspresi molekul Lymphocyte function-associated antigen 1, sedangkan
HLA-DR memungkinan keratinosit berinteraksi langsung dengan sel-T CD4+, dan
juga memungkinkan presentasi antigen kepada sel tersebut. HLA-DE juga dapat
merupakan target sel T sitotoksik pada keratinosit. Keratinosit menghasilkan juga
sejumlah sitokin antara lain IL-1, IL-6, TNF-α dan Granulocyte macrophage colony-
stimulating factor, semuanya dapat mengaktivasi sel-T, IL-1 dapat menstimulasi
keratinosit dan eikosanoid yang menghasilkan sitokin dan sel mas, sel mas ini yang
akan melepaskan histamin dan berbagai jenis faktor kemotaktik yang menyebabkan
dilatasi vaskular dan meningkatkan permeabilitas sehingga komplemen dapat
berdifusi masuk kedalam dermis dan epidermis. Kejadian tersebut akan menimbulkan
respon klinik DKA. Fase ini berlansung antara 24-48 jam.4
5
Gambar 1. Respon imun pada dermatitis kontak alergi8
intensitas paparan dan tingkat kesensitifitas seseorang. Tanda utama pada pasien,
DKA akut adalah eritema, edema, papul, vesikel, krusta dan apabila keadaan akut
yang terus berlangsung maka dapat terbentuk bula dan keluhan tersering adalah gatal.
Pada DKA kronik, bisa saja penderita. Pada yang kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan
6
ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya
campuran.1,3,6
Tanda yang khas pada kulit pasien yaitu kulit menjadi kering, berisisik dan
7
II.5 DIAGNOSIS
A.Anamnesis
didasarkan kelainan kulit, selain itu ditanyakan pula riwayat pekerjaan, hobi, obat
diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, riwayat atopi, baik
B.Pemeriksaan Fisik
Penampilan klinis DKA dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan durasi.
Pada kebanyakan kasus, erupsi akut ditandai dengan macula dan papula eritema,
vesikel, atau bula, tergantung pada intensitas dari respon alergi. Namun, dalam DKA
akut di daerah tertentu dari t ubuh, seperti kelopak mata, penis, dan skrotum, eritema
menonjol, dan pengerasan kulit, skala, dan lichenifikasi dini bisa saja terjadi. Pada
DKA kronis hampir semua kulit muncul scaling, lichenifikasi, dermatitis yang pecah-
8
C.Pemeriksaan Penunjang
Uji Tempel
secara rutin dan dibiarkan menempel di kulit, misalnya kosmetik, pelembab, bila
dipakai untuk uji tempel, dapat langsung digunakan apa adanya. Bila menggunakan
bahan yang secara rutin dipakai dengan air untuk membilasnya, misalnya sampo,
pasta gigi, harus diencerkan terlebih dahulu. Bahan yang tidak larut dalam air
diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin atau minyak mineral. Produk yang diketahui
bersifat iritan, misalnya deterjen, hanya boleh diuji bila diduga keras penyebab alergi.
Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai penyebab alergi, maka uji
tempel dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut yang direndam dalam air
garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air, dan ditempelkan di kulit dengan
hasil positif dengan alergen bukan standar perlu kontrol (5 sampai 10 orang) untuk
9
Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas Pembacaan pertama
dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang diuji telah
biasanya 72 atau 96 jam setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini penting untuk
membantu membedakan antara respons alergik atau iritasi, dan juga mengidentifikasi
lebih banyak lagi respons positif alergen. Hasil positif dapat bertambah setelah 96
jam aplikasi, oleh karena itu perlu dipesan kepada pasien untuk melapor, bila hal itu
setelah pembacaan kedua. Respon alergik biasanya menjadi lebih jelas antara
pembacaan kesatu dan kedua, berawal dari +/- ke + atau ++ bahkan ke +++(reaksi
decrescendo).4
10
Pemeriksaan Histopalogi
sebagai berikut4 :
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orna gdari berbagai golongan
umur, ras, dan jenis kelamin. Penyebab munculnya dermatitis ini, misalnya
11
bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu.Gejala
klinis dapat berupa eritema, vesikel, bula, nekrosis, kulit kering, skuama,
2. Dermatitis Atopi
Keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal yang umumnya
3. Dermatitis Numularis
Lesi berbentuk uang logam (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan
tegas.1.2.4
4. Dermatitis Seboroik
Kelainan kulit dermatitis seboroik terdiri atas eritema dan skuama yang
berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Dermatitis yang
ringan hanyak mengenai kulit kepala berupa skuama-skuama yang halus, mulai
12
sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dan skuama-
skuama yang halus dan kasar atau disebut ketombe (pitiriasis sika). Bentuk
5. Psoriasis
Effloresensi kulit pada pasien psoriasis terdiri atas bercak-bercak eritema yang
berkonfluensi.1.2.4
II.7 PENATALAKSANAAN
1. Medika mentosa
Dermatitis akut dalam bentuk apapun baik diobati dengan kompres lembab
kortikosteroid topikal potensi pertengahan atau tinggi. Dalam kasus yang parah,
mg/hari, tapering selama 7-10 hari diperlukan. Kasus lebih kronis dapat diobati
pruritus.1,2
pencetus atau alergen harus diketahui secara tepat dan pasien diberitahukan
13
untuk berhati-hati apabila menemui atau kontak dengan alergen. Beberapa
alergen seperti nikel atau kromat sangat sulit untuk dihindari. Dalam beberapa
II.8 PROGNOSIS
Prognosis DKA umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan.
Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis
oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis) atau
terpajan oleh alergen yang tidak mungkin terhindari, misalnya berhubungan dengan
14
BAB III
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. EW
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
III.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
15
Pasien Perempuan berusia 46 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD
Siak dengan keluhan timbul bercak merah yang menebal dan bersisik hampir di
pergelangan tangan dan kaki kiri kanan. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 5 bulan
yang lalu dan awalnya berupa kemerahan pada kulit dengan awal mula kelainan kulit
yang kecil. Pasien merasakan gatal pada bagian kemerahan tersebut. Bercak
kemudian bertambah luas sampai mengikuti bagian pola benda yang dipakai seperti
pada kaki yaitu sendal, kedua lengan tangan juga begitu. Pasien belum pernah berobat
kulit sebelumnya. Riwayat alergi makanan sebelumnya disangkal, riwayat penyakit
diabetes militus dan alergi lainnya disangkal.
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti yang
dialami saat ini. Tidak ada riwayat alergi (makanan, obat-obatan), tidak ada riwayat
atopi.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat kulit sebelumnya
16
- Kelainan Selaput/Mukosa : Tidak Ada Kelainan
- Kelainan Mata : Tidak Ada Kelainan
- Kelainan Kuku : Tidak Ada Kelainan
- Kelainan Rambut : Tidak Ada Kelainan
- Kelainan KGB : Tidak Ada Kelainan
- Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan
Status Dermatologis : Ditemukan di Regio carpal dekstra dan di Regio dorsum pedis
dekstra at sinistra efloresensi berupa macula eritema dengan skuama tebal berlapis
warna putih di atasnya, multiple, bentuknya teratur, berbatas tegas, ukurannya
numular sampai plakat.
17
Resume :
Pasien Perempuan berusia 46 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD
Siak dengan keluhan timbul bercak merah yang menebal dan bersisik di pergelangan
tangan dan kaki pada bagian kiri dan kanan, sejak 5bulan yang lalu.Pasien merasakan
gatal pada bagian kemerahan tersebut. Bercak kemudian bertambah luas sampai
mengikut lingkar pergelangan tangan dan pada bagian kaki pada kanan kiri. Pasien
belum pernah mengalami keluham serupa sebelumnya. Pasien belum pernah berobat
kulit sebelumnya. Riwayat alergi makanan sebelumnya disangkal, riwayat penyakit
diabetes militus dan alergi lainnya disangkal. Dari pemeriksaan fisik Tekanan Darah
120/90. Status Dermatologis pada daerah carpal dekstra et sinistra, dorsum desktra et
sinistra terdapat macula eritema region, sirkumskrip, bentuk teratur, ukuran numular,
plakat dengan Skuama tebal berlapis berwarna putih diatasnya.
III.7 Penatalaksanaan :
Medikamentosa :
1.Topikal.
- Carmed cream 10 % 3x1
2.Sistemik
- Metil Prednisolon tab 2x16 mg
- Cetirizin tab 1x10 mg
18
Non-medikamentosa :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak menular, penyakit ini
dapat kambuh apabila kontak dengan benda penyebab alergi secara berulang.
- Menjelaskan pada pasien untuk menghindari menggunakan benda-benda yang
menimbulkan pemicu alergi.
- Jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan luka dan akan
menyebabkan infeksi
III.8 Prognosis :
- Quo Ad Sanationam : Dubia
- Quo Ad Vitam : Bonam
- Quo Ad Fungsionam : Bonam
- Quo Ad Kosmetikum : Bonam
19
BAB IV
PEMBAHASAN
20
standar perlu kontrol (5 sampai 10 orang) untuk menyingkirkan kemungkinan terkena
iritasi.
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan uji temple dan pemeriksaan uji
lainnya. Ditegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis kepada pasien, diberikan
pengobatan dengan terapi carmed, cetirizine, methyl prednisolone, cefixim,
ketoconazole + forderm. Penderita di sarankan untuk menghindari penggunaan
deterjen dan sandal karet.
Pasien menjaga daerah lesi tetap kering terhindar dari keringat dan
kelembaban. Bila terkena air keringkan dengan handuk. Ketika gatal Jangan digaruk
karena garukan dapat menyebabkan luka dan akan menyebabkan infeksi. Hindari
21
DAFTAR PUSTAKA
7. Sularsito, Sri Adi dan Suria Djuanda. 2010. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi 6. Jakarta : FKUI
8. Buxton PK. ABC of Dermatology. 4th ed. London: tovistock square; 2003
9. Elise MH, Jacob SE. Allergic Contact Dermatitis in Children, Prevention,
Diagnosis, and Management. 2011.
22