TYPE D
Jenis Dan jumlah alat, material dapat dilihat pada analisa teknik
Jenis Dan jumlah alat, material dapat dilihat pada analisa teknik
4. Urugan tanah
Pemadatan akan kami lakukan secara berkala dengan tebal
pemadatan tanah per 20 cm untuk setiap kali pemadatan dan
Penyiraman.
Jika terdapat bongkahan tanah atau akar kayu dalam tanah yang akan
di urug maka kami akan melakukan pemisahan terlebih dahulu.
Pemadatan tanah akan kami lakukan dengan menggunakan tenaga
manual juga.
Tenaga Kerja = 2.00 Org
Waktu Pelaksanaan = 5.06 Hari
Jenis Dan jumlah alat, material yang digunakan dapat dilihat pada Tabel analisa
teknik
2. Penulangan.
a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan perhitungan struktur beton
bertulang disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.
b. Tulangan besi beton yang digunakan harus bebas dari minyak, kotoran, cat,
karat lepas dan lain-lain yang dapat merusak beton. Untuk baja tulangan
dipakai mutu baja u-24, dengan ukuran sesuai dengan gambar bestek.
c. Pelaksanaan penyambungan/pemotongan, pembengkokan dan pemasangan
harus sesuai dengan persyaratan dalam perhitungan struktur beton bertulang
indonesia disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.
d. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :
- Beton tanpa cetakan, kontak lansung dengan tanah = 50 mm.
- Beton dengan cetakan, kontak lansung dengan tanah = 50 mm.
- Balok, kolom tidak kontak lansung dengan tanah = 30 mm.
- Plat, dinding tidak kontak lansung dengan tanah = 25 mm.
3. Semen.
a. Semen kecuali tercantum lain dalam spesifikasi harus digunakan semen
portland dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 15-2049-
1994 dan ASTM C 150-84.
b. Cara pengaturan dan cara penyimpanan semen harus sedemikian rupa pada
tempat-tempat yang baik untuk memudahkan pekerjaan dan setiap saat semen
terlindung dalam kelembaban hujan.
4. Agregat beton.
a. Agregat beton berupa batu alam yaitu hasil desintegrasi
alam atau batu pecah yang diperoleh dari mesin pemecah batu (stone crusher).
5. Agregat yang di gunakan harus sesuai dengan spesifikasi menurut PBI-1971.
6. Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5 mm
menurut PBI (1971).
7. Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan
sebaiknya di atas dengan tepas agar agregat tersebut tidak tercampur dengan
tanah.
1. Agregat kasar.
a. Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir
yang kasar, keras tidak berpori dan bersudut, Bila ada butir yang pipih
jumlahnya lebih berat tidak boleh melebihi 20 % dari jumlah berat seluruhnya.
b. Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan
hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test.
2. Agregat halus
a. Agregat halus dapat digunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari
mesin pemecah batu.
b. Pasir halus bersih dari bahan organik, Lumpur, zat-zat alkali dan substansi
tersebut lebih dari 5 % (PBI – 1971).
c. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
d. Pasir halus terdiri dari partikel-pertikel yang tajam dan kasar.
e. Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar terjamin kemudahan
pelaksanaan pekerjaan dan sebaiknya dialas dengan tepas agar tidak tercampur
dengan tanah.
3. Air.
Air untuk pembuatan beton dan perawatan beton harus bersih, tidak
mengandung minyak, garam, zat-zat kimia yang dapat merusak beton dan baja
(PUBI – 1982).
4. Peraturan.
a. Persyaratan-persyaratan kontruksi beton, istilah-istilah teknik serta syarat-
syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi suatu kesatuan dalam bagian
dokumen ini.
b. Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan beton
harus sesuai dengan standar dibawah ini .
c. Tata cara perhitungan struktur untuk bangunan gedung SKSNI T-15-1991-03.
d. Standar Nasional Indonesia yang telah disahkan.
e. Peraturan Beton bertulang Indonesia (PBI-1971).
f. Persyaratan umum bahan bangunan Indonesia (PUBI-1982).
Syarat-syarat pelaksanaan.
1. Persiapan Pengecoran.
a. Beton.
Beton harus dibentuk dari campuran semen, agregat, air dalam suatu perbandingan
yang tepat sehingga didapat kekuatan tekan karakteristik σ bk =225 kg/cm2.
Seluruh pekerjaan beton bertulang pada bangunan ini memakai adukan 1 Pc : 2 Ps
: 3 kr.
b. Perlengkapan mengaduk.
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing
bahan pembentuk beton. perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara
pengerjaannya selalu harus mendapat persetujuan dari Direksi lapangan.
Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diadukan dalam mesin
pengaduk beton yaitu “ Batch mixer atau portable Contunious mixer (air dicampur
sekaligus). Mesin pengaduk tidak boleh dibenahi melebihi dari kapasitas yang telah
ditentukan. Setiap mesin pengaduk diperlengkapi dengan alat mekanis untuk
mengukur waktu dan menghitung jumlah adukan, waktu pengadukan ditambah bila
mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3. Direksi lapangan berwenang
untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan
gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang
merata seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari
adukan keadukan, pengadukan yang berlebihan (lamanya) yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak
dibenarkan.
2. Pengecoran beton.
a. Memberi tahu Direksi lapangan selambat-lambatnya 24 jam sebelum suatu
pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan Direksi lapangan untuk mengecor
beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta
bukti bahwa kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
b. Adukan beton tidak dapat dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen
dan agregat telah mencapai 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika direksi
lapangan menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
c. Beton harus di cor sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya pemisahan
material (segregation) dan perubahan letak tulangan, cara penuangan dengan alat-
alat pembantu seperti talang, pipa, chute, dsb harus mendapat persetujuan Direksi
lapangan.
d. Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih
dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh
dijatuhkan secera bebas dari ketinggian lebih dari 2 m selama dapat dilaksanakan
sebaiknya digunakan pipa yang berisi penuh aduk dengan pangkalnya yang
terbenam dalam adukan yang baru dituang.
e. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “Initial
set” atau yang telah mengeras dimana beton akan menjadi plastis karena getaran.
f. Semua pengecoran bagian dasar kontruksi beton menyentuh tanah harus diberi
lantai kerja setebal 5 cm agar menjadi duduknya tulangan dengan baik dan untuk
menghidari penyerapan air semen oleh tanah.
Jenis Dan jumlah alat, material, Jumlah Tenaga Kerja Dan jumlah hari pelaksanaa
dapat dilihat pada analisa teknik
Pekerjaan pemasangan bataco ini meliputi pekerjaan dinding bangunan tebal ½ dan 1 batu
pada seluruh detail yang disebutkan/ ditujukan pada gambar dan sesuai dengan petunjuk
Direksi/konsultan pengawas.
Semua pasanagan tembok dibuat tebal kurang lebih 14 cm. Pekerjaan dinding harus dipatok
(diukur) dan dibangun sesuai dengan ukuaran, ketebalan dan ketinggian yang tercantum
dalam gambar-gambar.
batu bata cetak dipasang dengan loncatan ½ bata untuk tembok. Siar- siar tebal 10-15 mm
dan merata padat.
Tiap tahapan pemasanan dinding tidak boleh dilaksakan lebih dari ketinggian 1 m/tahapan,
sampai dengan ikatan Pc kering dan kuat.
2. Plesteran 1 : 4
KETENTUAN UMUM
1. Sebelum diplester, permukaan dinding harus dibersihkan dan dibasahi dengan air,
naad/ siarnya dikorek sedalam 1 cm. Tebal plesteran disesuaikan dengan yang telah
disyaratkan.
2. Pada dinding trasram/ rapat air, adukan campuran semen pasir 1:3 seperti yang
ditentukan dalam shop drawing.
3. Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti
yang disyaratkan.
4. Instalasi M & E telah terpasang sesuai dengan koordinat titik M & E pada gambar
kerja termasuk juga pipa-pipa atau alat-alat lainnya.
5. Untuk lokasi pekerjaan yang tidak berada dibawah atap, selama waktu hujan harus
diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dinding dengan bahan pelindung
yang sesuai.
6. Kualifikasi tenaga kerja untuk pekerjaan ini harus berpengalaman dan benar-benar
ahli dalam teknik pemasangannya.
7. Dibutuhkan peralatan kerja yang memadai seperti waterpass, unting-unting, selang
dan benang ukur serta jidar (alumunium atau kaso) untuk meratakan plesteran.
Formulir
Urutan dan Tahapan Proses Pelaksana
(Jika ada)
Permukaan dinding bata dibasahi dengan Surveyor
air sampai basah secara merata.
Dibuat sipatan pada dinding dengan Pekerja
posisi diatas plafon dan pada pertemuan dengan
tembok sebagai pedoman kerataan dan tegak
lurus plesteran ( harus lot), lalu pasang tarikan
benang vertikal dan horisontal untuk caplakan
kepalaan dan cek tarikan benangnya (cek
ketebalan plesteran). Pekerja
Kepalaan plesteran harus tegak lurus Pelaksana
dengan benang sipatan atas dan bawah dan
dibuat dengan lebar 5 cm untuk tiap jarak 1,5
m. Diperlukan 3 caplakan untuk setiap Pekerja
kepalaan plesteran. Pelaksana
Pada posisi pertemuan ujung dinding
bagian dalam, kepalaan dibuat tepat pada kedua Pekerja
sisi sudut pertemuan dengan lebar 5 cm.
Lakukan plesteran pada bidang-bidang
yang telah ada kepalaannya sampai selesai
seluruh permukaannya dengan kamprotan yang Pekerja
memiliki jarak lempar + 50 cm.
Gunakan jidar untuk meratakan Pekerja
permukaan sesuai dengan ketebalan kepalaan.
Saat plesteran setengah kering, gunakan
Pekerja
roskam untuk menggosok permukaan dinding
sampai halus dan rata. Pelaksana
Plesteran yang tebalnya kurang dari 1,5
cm harus diplester sekaligus dimulai dari atas
ke bawah sedangkan plesteran yang melebihi 2
cm harus diplester 2 kali untuk setiap lapisnya.
Untuk pipa-pipa yang letaknya berdempetan
lebih dari 2 batang diberi kawat ayam dengan Pelaksana
tujuan membantu dan memperkuat daya lekat
plesteran.
Kelembaban plesteran harus dijaga
sehingga pengeringan berlangsung wajar dan
tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi Pekerja
permukaan plesteran setiap kali terlihat kering
dan melindungi dari terik panas matahari
langsung. Pelaksana/Quality
Selanjutnya, dinding yang telah diplester Control
dirawat selama 8 hari, sehingga dapat
dilakukan pekerjan selanjutnya.
Cek hasil akhir pekerjaan agar plesteran
tetap rata dan tidak kasar serta tidak mengalami
retak-retak dengan toleransi kerataan bidang
antara garis atas dan bawah paling maksimal 2
mm.
Jenis Dan jumlah alat, material yang digunakan dapat dilihat pada Tabel analisa
teknik
E. PEKERJAAN LANTAI
1. Lantai Keramik Uk. 40 x 40 Cm
KETENTUAN UMUM
1. Gambar kerja untuk pemasangan keramik harus telah dibuat dengan benar yang
meliputi penentuan sisa potongan keramik yang harus > ½ badan keramik,
menentukan nad keramik dinding dan lantai bertemu dan seragam, menentukan titik
awal keramik serta tata letak senitair dan fixture (harus diperempatan/ tengah badan
keramik). Juga menentukan expantion joint untuk minimal setiap luasan 12-16m2.
2. Untuk lokasi pekerjaan yang tidak berada dibawah atap, selama waktu hujan harus
diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dinding dengan bahan pelindung
yang sesuai.
3. Kualifikasi tenaga kerja untuk pekerjaan ini harus berpengalaman dan benar-benar
ahli dalam teknik pemasangannya.
4. Dibutuhkan peralatan kerja yang memadai seperti jidar alluminium, bak air, tempat
dudukan/ tatakan keramik, benang/ senar, palu karet, waterpass, sendok spesi, sekop,
busa/ spon, dan kain/ lap basah.
Tahapan Urutan pemasangan keramik
Formulir
Urutan dan Tahapan Proses Pelaksana
(Jika ada)
Setelah menyiapkan peralatan dan bahan Pelaksana/
yang diperlukan, pahami gambar kerja serta pola Quality Control
pemasangan keramik termasuk peil
pemasangannya. Pelaksana
Sortir keramik agar menghasilkan
keseragaman dimensi, presisi dan warna. Pekerja
Rendam keramik yang akan dipasang ke
dalam bak air selama 1 jam. Lalu keramik
Pelaksana/
dianginkan dengan cara diletakkan pada Surveyor
dudukan/ tatakan keramik.
Tentukan garis dasar pasangan serta peil Pelaksana/
dari lantai. Penentuan peil ini untuk seluruh Surveyor
kesatuan pemasangan keramik.
Pasang benang arah horisontal dan vertikal
pada lantai sesuai elevasi (peil) pada shop
drawing. Kedudukan benang harus datar dan
siku. Apabila dinding yang ada adalah dinding Pekerja
keramik, maka kedudukan naad lantai harus
disesuaikan dengan naad yang ada pada dinding.
Pasang keramik sebagai pasangan kepalaan Pelaksana
sepanjang garis dasar yang telah terpasang untuk
arah horisontal dan vertikal. Pekerja
Cek kesikuan pasangan keramik dengan
besi siku dan kerataan elevasi keramik dengan
waterpass.
Isi bagian/ daerah permukaan lantai yang Pekerja
lainnya dengan adukan. Lalu pasang keramik
berikutnya sesuai posisinya sambil mengatur Pekerja
jarak naad supaya seragam, usahakan tidak ada
las-lasan. Pelaksana/
Gunakan palu karet untuk mendatarkan/ Quality Control
meratakan permukaan keramik supaya tidak Pekerja
cacat atau rusak.
Pekerja
Untuk menghindari naiknya lantai
(menggelembungnya lantai) maka buatlah
Pekerja
delatasi.
Setelah itu, cek kerataan elevasi keramik
dengan waterpass.
Pekerja
Bersihkan permukaan pasangan keramik
yang telah terpasang dengan kain/ lap basah
Pekerja
sampai bersih.
Siapkan isian/ bahan cor naad pada bak air
Pekerja
(ember) dan aduk hingga rata agar warna naad
tidak belang.
Korek lubang alur naad keramik dengan Pekerja
sikat kawat sampai sedalam ketebalan keramik
atau 5 s/d 10 mm. Pekerja
Sapu bersih alur lubang naad dan
permukaan keramik dari kotoran dan spesi.
Siram alur lubang naad keramik dengan air Pekerja
dan biarkan dalam beberapa menit.
Tuang adonan semen acian pada alur
lubang naad keseluruh permukaan keramik yang Pekerja
luasnya telah ditentukan dengan tahapan per 3 x
3 meter.
Arahkan atau alirkan adonan tersebut tepat Pekerja
ke masing-masing alur naad.
Tekan adonan acian yang sudah setengah
kering pada posisi diatas masing-masing alur
naad supaya meresap ke celah naad dan padat. Pekerja
Bersihkan sisa-sisa adonan semen pada
permukaan keramik tersebut dengan busa/ spons Pekerja
basah atau kain/ lap basah.
Ratakan alur naad dengan permukaan
keramik dengan cara menekannya memakai alat
busa/ spons keras atau karet hitam tebal 1,5 cm.
Cekungkan alur naad tersebut dengan alat
kawat yang sudah ditekuk membentuk setengah
lingkaran berdiameter 2x lebar naad atau dengan
memakai kepala paku yang sesuai ukurannya.
Rapihkan pinggir keramik dengan
memakai skrap tetapi jangan sampai tertutup
dengan isian naad.
Setelah itu, sapu/ bersihkan seluruh
permukaan keramik yang telah diisi naad.
Jenis Dan jumlah alat, material yang digunakan dapat dilihat pada Tabel analisa
teknik
Metode Dan Urutan Pelaksanaan Sama dengan diatas hanya perbedaan tempat dan
ukuran keramik yang digunakan yaitu Uk. 20 x 20 Cm
Jenis Dan jumlah alat, material yang digunakan dapat dilihat pada Tabel analisa
teknik
4. Listplank Papan
Sebelum Pemasangan Serut lah Kayu agar Lurus Dan Siku
Lakukan Pengukuran Dan Tarik Benang Lurus vertical untuk kelurusan pemasangan
Tempelkan Papan List Plank Sesuai Dengan kesejajaran benang dan dibantu dengan
paku pada rangka penunjang list plank yang telah ada untuk memperkuat.
5. Rangka Plafond
Metode Dan Urutan Pemasangan Rangka dari kayu
Tentukan elevasi plavond dan buat garis sipatan pada dinding & as sumbu ruangan
Siapakan Kayu Yang telah diserut dan sesuaikan ukuran nya
Kayu harus tegak dan lurus
Pasang rangka Kayu tepi sebagai Kayu list/Pengikat tepi tepat pada sipatan
Tentukan jarak penempatan kait penggantung
Pasang benang untuk pedoman penentuan titik paku penggantung untuk menjamin
kelurusan
Pasang paku kait dan rod/penggantung
Pasang Kayu rangka utama
Pasang rangka pembagi
Pasang dan kuatkan dengan Paku
Jenis Dan jumlah alat, material yang digunakan dapat dilihat pada Tabel analisa
teknik
H.PEKERJAAN PENGECATAN
Pengecatan dibagi dalam 2 bagian, yaitu pengecatan menggunakan cat minyak dikhususkan
untuk kayu, serta pengecatan dengan cat tembok untuk dinding bangunan. Pekerjaan cat kayu
harus dilakukan lapis demi lapis dengan memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan yang
digunakan. Urutan pekerjaan sebagai berikut : 2 (dua) kali pengerjaan meni kayu/cat dasar, 1
(satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu, Penghalusan dengan amplas. Finishing dengan
cat kayu sampai rata minimal 3 (tiga) kali.
Untuk pengecatan dinding Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai
berikut : Penggosokan dinding dengan kertas gosok sampai rata dan halus, setelah itu dilap
dengan kain basah hingga bersih. Melapis dinding dengan plamur tembok, dipoles sampai
rata. Setelah betul betul kering digosok dengan amplas halus dan dilap dengan kain kering
yang bersih. Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata, minimal 3 (tiga) kali.
Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata sama dan tidak terdapat belang
belang atau noda noda mengelupas. Pengecatan plafond harus dilakukan menurut proses
membersihkan bidang plafond yang akan dicat. Mengecat plafond 2 (dua) kali, sehingga
menghasilkan bidang pengecatan yang merata sama dan tidak terdapat belang belang atau
noda noda mengelupas.
CAT TEMBOK
KETENTUAN UMUM
1. Shop drawing sudah disetujui.
2. Bahan dan alat kerja sudah siap.
3. Sudut dinding lurus.
4. Dinding rata/tidak bergelombang.
5. Dinding tidak retak-retak.
6. Dinding luar tidak diijinkan untuk diplamir.
7. Umur acian minimum 2 minggu (dinding sudah kering).
8. Bidang yang akan dicat bersih dari kotoran dan debu.
9. Lindungi material yang tidak dicat dengan cellotype.
10. Bahan cat sesuai dengan spek yang diberikan.
kebawah.
Pekerja
4. Pengecatan lapis kedua menutup lapis pertama.
Pekerja
5. Pengecatan lapis selanjutnya ditujukan agar hasilnya
tidak belang/bisa rata.
Pekerjaan Pengacatan dinding
B. CAT KAYU
KETENTUAN UMUM
1. Permukaan bidang yang akan dicat harus rata.
2. Lindungi material yang tidak dicat dengan baik dan aman seperti engsel, kunci, kaca.
3. Bahan dan alat kerja sudah siap.
4. Bahan cat sesuai dengan spesifikasi material.
TAHAPAN PROSES
Formulir
Urutan dan Tahapan Proses Pelaksana
(Jika ada)
1. Dempul/plamir kayu yang akan dicat kemudian Pekerja
diamplas menggunakan amplas kayu
2. Lakukan cat dasar secara tipis dan rata searah serat Pekerja
kayu
3. Cat lapis berikutnya sampai finis dengan hasil: Pekerja
Warna cat rata Pelaksana
Tidak belang Quality Control
Tidak gelembung
Tidak berkerut
Tidak ada cacat
4. Bidang yang tidak dicat bersih dan tidak cacat Pelaksana
Quality Control
KETENTUAN UMUM
1. Permukaan bidang yang akan dicat bersih
2. Bahan cat sesuai spek
3. Bidang yang tidak dicat ditutup dengan baik dan aman
4. Bahan dan alat kerja sudah siap
TAHAPAN PROSES
Pekerjaan MEP
Pekerjaan Instalasi Listrik
Pekerjaan Instalasi Listrik ini diserahkan langsung pada Jasa PLN agar instalasinya lebih
sempurna, Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak serta jenis
armatur lampu yang dipakai dikerjakan sesuai dengan gambar instalasi listrik. Sedangkan
sistim pemasangan pipa pipa listrik pada dinding maupun beton ditanam (sistem inbouw) dan
penarikan kabel (jaringan kabel) diatas plafond diikat dengan isolator khusus dengan jarak
1,00 atau 1,20 m, atau jaringan kabel diatas plafond tersebut dimasukkan dalam pipa PVC.
Khusus untuk instalasi stop kontak dilengkapi kabel arde (pentanahan) sesuai dengan
peraturan yang berlaku (mencapai dan terendam air tanah).
J. PEKERJAAN SANITAIR
Tentukan lokasi septik tank sesuai dengan rencana dan jalur pipa air kotor.
Gali lubang untuk peletakan septik tank.
Buat dudukan septik tank dengan bahan beton bertulang.
Letakkan septik tank kedalam lubang diatas dudukan beton.
Pasang seling dari baja yang diangkur ke sisi luar galian untuk menahan kedudukan septik
tank.
Urug kembali sisi lubang setelah septik tank pada posisi yang benar.
Buat bak kontrol untuk manhole septik tank.
Sambungkan pipa air kotor pada inlet septik tank dan pipa outlet ke saluran luar bangunan.
Pemasangan pipa didalam bangunan dipasang dalam dinding ( in-bouw ). Pasangan
Pipa tersebut harus horizontal dan vertikal. Tidak boleh dipasang miring.
Air Kotor dari MCK dialirkan ke saluran terdekat dengan pipa beton diameter 20 cm.
Pembuangan limbah/kotoran dari wastafel dialirkan dengan pipa PVC diameter 4” ke
septictank. Pada tempat-tempat tertentu sambungan pipa harus dipasang bak kontrol.
Septictank dan resapannya harus dibuat sesuai dengan spesifikasi dan gambar kerja
yang ada.
Jenis Dan jumlah alat, Jumlah Tenaga Kerja dan Jadwal Waktu Pelaksanan material
yang digunakan Setiap item dapat dilihat pada Tabel analisa teknik
PENUTUP
Demikian metode pelaksanaan secara garis besarnya, metode pelaksanaanya yang lebih detail
akan dibuat pada saat pelaksanaan nanti.
Tentu saja di dalam pelaksanaanya nanti dapat timbul alternatif – alternatif lain yang
mungkin lebih efesien dan efektif.
Mudah – mudahan uraian ini dapat diberikan gambaran yang cukup jelas tentang langkah –
langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini.
SELESAI
Munawir, ST
Direktur