DISUSUN
Oleh
7. Rahmat 8. Ansar
Oleh karena itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama yang baik antar instasi
pengelola dan pengguna data iklim demi menunjang pembangunan pertanian secara
keseluruhan. Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang di ukur
berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Pengaruh suhu terhadap
mahkluk – mahkluk hidup adalah sangat besar sehingga pertumbuhannya benar – benar
seakan –akan tergantung padanya, terutama dalam kegiatan pertanian. Kita ambil
contoh tumbuhan – tumbuhan dimana tanaman layaknya mempunyai keinginan akan
suhu tertentu, artinya tanaman itu tidak akan tumbuh dengan baik bila syaratnya tidak
terpenuhi, juga berpengaruh pada proses pematangan buah makin tinggi suhu makin
cepat proses pematangan buah. Dengan suhu yang tinggi benih – benih akan
mengadakan metabolisme lebih cepat, akibatnya apabila benih – benih di biarkan aatau
di tanam pada dataran atau tanaman tinggi maka daya kecambahnya akan turun. Jadi
pada tanaman juga ada suhu maksimum, atau suhu optimum yang di inginkannya.
ΔE = ρCΔT
E = perubahan energi
ΔT = perubahan suhu dari satu unit volume persatuan unit waktu
Ρ = kerapatan
C = panas spesifik
Jika kita ingat kembali keadaan dimana hanya energi yang bersifat radiasi yang
terlibat, kita dapat membentuk sebuah analisa sederhana. Waktu benda menyerap
radiasi surya, suhu benda akan naik seperti yang digambarkan persamaan
4.1. Kenaikkan suhu tersebut akan menyebabkan kenaikan jumlah energi panas yang
dipancarkan seperti yang dijelaskan oleh hukum Stefan-Boltzman (persamaan
3.3). Dengan mengabaikan arus energi yang bersifat tidak radiatif, suhu akan naik
sampai laju penyerapan sama dengan laju pancaran. Dengan demikian perubahan netto
energi dalam benda tersebut bernilai nol, tidak terjadi lagi perubahan suhu dan benda
berada pada keseimbangan secara radiatif. Suhu yang sebenarnya pada titik ini, untuk
arus radiasi datang tertentu akan bergantung pada albedo benda yang mengatur jumlah
yang diserap dan pada emisivitasnya yang mengatur jumlah yang dipancarkan pada
suhu tertentu. Jika salah satu faktor ini berubah misalnya emisivitas atau albedo
meningkat, keseimbangan suhu akan menurun.
Kapasitas panas suatu benda tidak penting dalam menentukan suhu, tetapi
sangat penting dalam menentukan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
keseimbangan. Di atmosfir bebas, pertukaran energi yang bersifat radiatif adalah faktor
penentu terbesar dari laju pemanasan di setiap waktu. Tetapi, pemindahan energi
dalam bentuk-bentuk lain di permukaan secara lokal dapat merupakan faktor penting
juga. Di permukaan bumi perhitungan laju pemanasan atau suhu pada saat
keseimbangan tidak sesederhana yang dibayangkan karena arus energi yang bersifat
non-radiatif sama pentingnya dengan arus energi radiatif.
Dalam hal ini H adalah arus panas terasa ke udara, LE adalah arus panas laten
ke udara dan G adalah arus panas ke dalam tanah. Energi yang terasa mengalir dari
suhu yang tinggi ke rendah terutama karena pergerakan dari udara yang dipanaskan
oleh kontak permukaan. Energi laten berhubungan dengan pergerakan molekul uap air
dan pertukarannya terjadi karena penguapan (evaporasi) dan pengembunan
(kondensasi). Arus panas ke dalam tanah adalah dengan cara konduksi, tetapi dapat
juga secara konveksi jika permukaannya adalah air. Persamaan neraca energi diatas
menunjukkan bahwa ada keseimbangan antara berbagai arus energi. Hal ini berlaku
untuk kondisi rata-rata dalam jangka waktu yang panjang, tetapi disebagian besar
waktu keadaannya tidak demikian. Arus energi memang beragam secara terus
menerus, tetapi ada kecenderungan kuat untuk mencapai keseimbangan dan hal ini
yang mengakibatkan kestabilan suhu.
Tetapi dalam kondisi atmosfir yang terus berubah keseimbangan ini jarang
tercapai. Sebaliknya ketidak seimbangan menyebabkan ada kelebihan energi yang
didapat atau yang hilang di permukaan, dengan demikian menyebabkan terjadinya
perubahan suhu. Sebagai contoh kita dapat kembali mempertimbangkan siklus energi
harian. Suhu permukaan mulai meningkat begitu radiasi netto menjadi positip. Dalam
hampir semua kejadian, permukaan selalu lebih panas daripada udara diatasnya,
sehingga terjadilah arus panas terasa. Radiasi netto juga dapat menyediakan energi
yang dibutuhkan untuk evaporasi sehingga mulailah terjadi perpindahan panas
laten. Pada waktu yang bersamaan, panas dipindahkan dari permukaan yang panas ke
lapisan tanah dibawahnya. Situasi ini dapat terus berlangsung sepanjang radiasi netto
positip. Tetapi, perubahan udara diatas permukaan dapat merusak pola yang sederhana
ini. Aliran udara yang hangat dapat membawa udara yang lebih panas dibanding udara
di permukaan dan menciptakan arus panas terasa menuju permukaan bumi.
Kalau permukaan itu terdiri dari air, arus gelombang dapat menciptakan hal
yang sama. Kalau tanah dalam keadaan kering mungkin tidak terjadi arus panas laten
ke atas. Kalau kita teruskan pola suhu harian yang ideal, begitu radiasi netto menjadi
negatip dan proses pendinginan secara radiasi mendominasi, arus dari energi non-
radiatif mulai menuju permukaan dan mengurangi kecepatan proses pendinginan. Jadi
secara umum perpindahan energi non-radiatif cenderung meminimalkan perubahan
suhu harian yang mungkin akan sangat besar jika hanya merupakan hasil pertukaran
energi yang bersifat radiatif saja.
Nilai tidak ditentukan oleh karakteristik molekul karena itu tidak dapat diukur
dalam percobaan laboratorium.
2.6.1 Troposfir
Jika kita bergerak naik di atmosfir, suhu udara menurun dengan
teratur. Udara semakin dingin karena atmosfir di lapisan bawah dipanasi dari
permukaan. Hampir semua radiasi surya yang tidak diserap pada bagian atas atmosfir
menembus lapisan bawah atmosfir untuk memanaskan permukaan, lalu permukaan
memanaskan udara yang bersentuhan dengan permukaan tersebut. Udara yang
dipanaskan lalu naik (konveksi) dan membagikan panasnya kepada lapisan udara yang
lebih tebal. Karena setiap udara yang naik, mengembang dan menjadi makin dingin,
maka pada setiap ketinggian udara yang naik lebih dingin dibandingkan udara yang
berada di bawahnya. Sementara itu, bumi secara tetap memancarkan energi infra merah
yang akan diserap dan dipancarkan kembali oleh uap air dan karbondioksida. Dengan
makin tingginya tempat, konsentrasi gas-gas ini berkurang sehingga hampir semua
serapan terjadi pada lapisan dekat permukaan. Dengan demikian, atmosfir yang paling
panas adalah di permukaan dan secara bertahap menjadi dingin dengan bertambahnya
ketinggian. Kecepatan angin di ketinggian dengan tekanan 1/2 dari tekanan di
permukaan bumi atau pada ketinggian kira-kira 5.5 km, jauh lebih kuat daripada angin
di permukaan.
Di lapisan ini kita dapatkan awan-awan berwarna cerah dan gelap, beberapa
nampak tipis dan tembus pandang, yang lainnya lebih besar dan tebal. Dalam awan -
awan ini kadang-kadang kita jumpai kilatan cahaya. Pada ketinggian dekat 11 km, kita
akan menemukan "sungai" udara sempit yang mengalir yang dinamakan jet-
stream. Sedikit diatas ketinggian ini, angin menghilang dan suhu udara tiba-tiba tidak
turun lagi. Jika kita merata-ratakan perubahan suhu dari permukaan sampai pada
ketinggian 11 km, kita dapati bahwa suhu udara turun sekitar 6.5 oC untuk setiap
ketinggian 1000 m. Laju penurunan suhu udara terhadap ketinggian disebut lapse-
rate dan nilai -6.5oC adalah lapse rate rata-rata (standard). Laju ini berfluktuasi,
beragam dari hari ke hari atau musim ke musim. Bagian dari atmosfir ini mengandung
semua gejala cuaca yang kita kenal di bumi seperti kilat, petir, topan, hujan es, debu
dan lain-lain. Juga lapisan ini selalu bercampur aduk oleh karena arus udara naik dan
turun. Bagian dari udara yang bersirkulasi ini, yang meliputi permukaan bumi sampai
daerah yang suhu udaranya tidak turun lagi disebut Troposfir yang berarti lapisan
yang berubah-ubah.
2.6.2 Tropopause
Ketinggian lapisan ini mencapai 17 km dan suhu udara ternyata sama dengan
suhu pada ketinggian 11 km, karena tidak terjadi perubahan suhu terhadap
ketinggian. Dengan kata lain nilai lapse-ratenya nol. Daerah seperti ini yang suhunya
tidak berubah terhadap ketinggian disebutIsothermal. Dasar dari daerah isothermal
menandai batas atas troposfir dan merupakan awal lapisan lain yang
disebut Stratosfir. Lapisan yang memisahkan troposfir dan startosfir
disebut Tropopause.
Tropopause biasanya ditemukan pada ketinggian yang lebih tinggi di ekuator
dan ketinggian berkurang dengan semakin dekat ke kutub dan secara umum lebih tinggi
di musim panas dan lebih rendah di musim dingin pada semua lintang. Ketinggian
lapisan tropopause dapat ditentukan dengan membuat plot profil vertikal dari suhu
udara di atas permukaan bumi, titik awal dari daerah isothermal itulah yang menandai
posisi topopause.
2.6.3 Stratosfir
Lapisan ini berada pada ketinggian 20 km. Diluar dugaan, suhu malah
naik. Kenaikkan suhu dengan ketinggian disebut inversi. Inversi ini, seperti juga
lapisan isothermal dibawahnya mencegah arus vertikal dari troposfir menyebar ke
stratosfir. Inversi juga cenderung mengurangi jumlah gerakan vertikal di stratosfir itu
sendiri, karena itu lapisan ini dikenal sebagai daerah yang berlapis-lapis.
Apa yang menyebabkan inversi ?
Barangkali kita masih ingat bahwa lapisan ini mengandung ozon meskipun
sebenarnya konsentrasinya kecil, bahkan di daerah dimana ozon paling padat (kira-
kira pada ketinggian 25 km) hanya terdapat 12 molekul ozon untuk setiap juta molekul
udara. Disini, komposisi udara tetap hampir sama dengan di dekat permukaan,
terutama terdiri dari nitrogen 78% dan oksigen 21%. Meskipun konsentrasinya kecil,
ozon memainkan peranan penting dalam memanaskan udara. Ozon sangat menyerap
ultra violet pada panjang gelombang antara 0.2 dan 0.3 µm. Sebagian dari energi yang
diserap meningkatkan gerakan energi kinetik dari molekul ozon. Molekul-molekul ini
meneruskan energinya kepada molekul lain yang bertumbukan dengan molekul
tersebut. Peningkatan gerakan gas-gas menyebabkan kenaikan suhu yang menjelaskan
mengapa terjadi inversi di stratosfir. Jika tidak terdapat ozon, udara mungkin menjadi
lebih dingin dengan makin tingginya tempat seperti pada lapisan troposfir, tidak akan
terjadi inversi dan tidak ada daerah yang berlapis-lapis.
Dengan sangat menyerap radiasi ultra violet, ozon melindungi kehidupan di
permukaan dari bahaya radiasi gelombang pendek. Itulah sebabnya sangat berbahaya
kalau lapisan pelindung ini hilang oleh karena kegiatan manusia. Semakin tinggi kita
nak, suhu juga semakin tinggi. Suhu pada ketinggian 50 km jauh lebih hangat
dibandng pada daerah dengan konsentrasi ozon maksimal (pada ketinggian 25 km)
mengapa demikian ? Suhu maksimum terjadi pada daerah ini karena sebagian besar
radiasi ultra violet yang menyebabkan pemanasan diserap disini, sehingga tidak turun
sampai ke lapisan ozon.
Lagipula, udara pada ketinggian 50 km tidak sepadat pada ketinggian 25 km,
yang berarti jumlah molekul udara di lapisan ini hanya sedikit, sehingga sebagian
energi surya yang diterima di ketinggian ini akan menaikkan suhu ke derajat yang lebih
tinggi dibanding bila jumlah molekul udara lebih banyak. Karena atmosfir di lapisan
ini tipis, perpindahan enrgi ke arah bawah dengan cara tumbukan antar molekul
(konduksi) sangat lambat.
2.6.4 Mesosfir
Di atas ketinggian 50 km, kita jumpai suhu udara menjadi isothermal
kemudian turun kembali. Kita menuju ke lapisan yang disebut Mesosfir atau lapisan
tengah. Batas pada ketinggian 50 km yang memisahkan lapisan-lapisan ini
disebut Stratopause. Seperti Tropopause, ketinggiannya beragam tergantung
linttang tempat dan musim, tetapi keragamannya tidak sebesar pada Tropopause.
Tekanan udara turun secara drastis 1000 kali lebih rendah daripada di
permukaan. Kalau tekanan di permukaan 1000 mb, di lapisan ini hanya 1 mb. Ini
berarti hanya 1/1000 dari semua molekul attmosfir berada di lapisan atas, sisanya
(99.9%) berada di dekat permukaan bumi. Di lapisan ini udara sangat tipis, sehingga
meskipun matahari bersinar sangat terang, langit nampak semakin gelap. Hal ini meng-
gambarkan sedikitnya molekul di atmosfir.
Telah kita ketahui bahwa molekul udara secara selektif membaurkan panjang
gelombang yang lebih pendek dari cahaya tampak dan hal ini membuat langit nampak
biru. Dengan molekul-molekul yang sangat sedikit di lapisan ini, hanya sedikit terjadi
pembauran cahaya, itu sebabnya langit nampak semakin gelap. Semakin tinggi tempat,
udara semakin dingin. Penurunan suhu sebagian disebabkan karena hanya
sedikit ozon yang terdapat di udara untuk menyerap radiasi surya, sehingga molekul-
molekul terutama yang berada berada dekat puncak mesosfir mampu untuk
memancarkan lebih banyak energi daripada menyerapnya, ini menyebabkan terjadinya
defisit energi dan penurunan suhu. Panas dari stratosfir dibawa ke atas oleh proses
konveksi untuk menggantikan defisit energi ini, tetapi udara yang naik juga menjadi
dingin, sehingga kita jumpai gerakan vertikal di atmosfir dengan suhu yang semakin
dingin dengan ketinggian sampai pada ketinggian 85 km. Pada ketinggian ini suhu
atmosfir mencapai nilai terendah -90oC.
2.6.5 Thermosfir
Diatas ketinggian 85 km, suhu udara mula-mula isothermal lalu meningkat
dengan ketinggian. Lapisan baru ini dinamai thermosfir. Batas yang memisahkan
mesosfir yang lebih rendah dan lebih dingin dari lapisan thermosfir yang lebih hangat
disebut Mesopause. Di lapisan ini, semakin tinggi tempat udara menjadi lebih hangat,
terjadi suatu inversi lagi. Di lapisan ini radiasi ultra violet dibawah panjang gelombang
0.2 µm diserap, terutama oleh molekul oksigen. Radiasi ini menyediakan cukup energi
untuk memecahkan molekul oksigen menjadi dua atom oksigen yang terpisah pada
proses yang nampak seperti ini :
2.6.6 Exosfir
Di lapisan yang sangat tinggi, atmosfir menjadi sangat tipis. Atmosfir dan
molekul bergerak dalam jarak yang agak jauh sebelum mereka saling bertumbukan satu
dengan yang lain. Pada ketinggian 250 km jarak-rata-rata satu atom dengan atom lain
(yang disebut rata-rata jalur bebas atom, lihat tabel 4.2) adalah 1000 m dan pada
ketinggian 500 km jaraknya 10000 m. Karena peluang untuk bertabrakan berkurang,
banyak dari molekul-molekul yang ringan dan bergerak cepat lepas dari tarikan
gravitasi bumi. Lapisan dimana atom-atom dan molekul-molekul lepas ke luar angkasa
disebut exosfir. ini adalah lapisan batas teratas dari atmosfir, kira-kira setinggi 500 km
dari permukaan bumi.
Tabel 4.2. Rata-rata jalur Bebas Atom
Ketinggian Wilayah Jalur bebas rata-rata
(Km) (m)
Manik Tumiar K. 2014. Klimatologi Dasar unsur iklim dan proses pembentukan
iklim. Yogyakarta : Graha Ilmu.