Anda di halaman 1dari 13

SHIGELLA

1.1 MORFOLOGI

1.1.1 KLASIFIKASI

Ordo : Eubacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Shigella

Spesies : Shigella dysenteriae

Shigella boydii

Shigella flexneri

Shigella sonnei

1.1.2 Ciri-ciri khas organisma

a. Bentuk batang ukuran 0,5 -0,7 um x 2-3 um ramping Gram negatip

b. Tidak berkapsul

c. Umumnya tidak bergerak

d. Tidak membentuk spora

1.1.3 Biakan

a. Aerob atau fakultatif anaerob

b. Koloni tampak konvex, bulat, transparan dengan pinggiran yang utuh

c. Ukuran 2-3 mm, tidak bewarna karena tidak meragi laktosa

d. Media isolasi : Mac conkey, Salmonella-Shigella agar

e. Media penyubur : Selenit


1.1.4 Pembagian Shigella berdasarkan sifat biokimia dan Antigen

a. Golongan A (Shigella dysenteriae )

Ditemukan oleh Tn Shiga ( 1889 & 1901 ) , Tn Kruse (1900) dan Tn Schmitzii

( 1927 ). Disebut juga Sh Shigae. Tidak meragi manitol. Berdasarkan antigen

spesifiknya dibedakan menjadi 19 type.

Gejala berat karena dipengaruhi oleh endo dan eksotoksin yang bersifat

neurotoksis, maka diertai dengan suhu badan yang tinggi. Endotoksisn

merangsang mukosa usus untuk mengeluarkan cairan melalui rongga usus dalam

jumlah besar sehingga menyebabkan diare jarang terjadi dehidrasi. Eksotoksin

bersifat kuat (poten ) dan bertanggung jawab terhadap beratnya penyakit serta

keadaan toksis penderita.

b. Golongan B ( Shigella flexneri )

Berdasarkan antigen spesifik terdapat 6 type yang penting :

a. Sh. New castle memfermentasikan KH membentuk asam dan gas ( Gol

Shigella lain hanya membentuk asam )

b. Satu-satunya yang mempunyai fimbria (flagel)

c. Gejala yang ditimbulkan lebih ringan dibandingkan gol A

c. Golongan C ( Shigella boydi )

Yang termasuk golongan ini ada 16 type . Penyakit yang ditimbulkan lebih

ringan dari gol A tetapi lebih berat dari gol B

d. Golongan D (Shigella sonnei )


Sindrome yang ditimbulkan lebih ringan dari gol lainnya hanya ada 1 type.

Termostabil (550C 1 jam yang lainnya mati ). Kuman ini mempunyai 2 macam

koloni yang R dan S antigennya berbeda, fermentasi KH lambat (18-24 jam )

Shigella Sp

1.2 EPIDEMIOLOGI

Di daerah tropis yang sering ditemukan ialah S.dysenteriae dan S.flexneri,

sedangkan S.sonnei lebih sering dijumpai di daerah sub tropis atau daerah industri

(Abuhammour, 2002). Di Indonesia, Shigella sp merupakan penyebab tersering ke-2 dari

diare yang dirawat di rumah sakit, yakni sebesar 27,3%. Dari keseluruhan Shigella sp

tersebut, 82,8% merupakan S. flexneri; 15,0% adalah S. sonnei; dan 2,2% merupakan S.

Dysenteriae (Tjaniadi, et al.,. 2003).

Shigellosis atau disentri basiler merupakan penyakit infeksi saluran pencernaan yang

ditandai dengan diare cair akut atau dan disentri (tinja bercampur darah, lendir, dan nanah),

pada umumnya disertai demam dan nyeri perut (Krugman, et al., 1992; Levine, 2000).

Penyakit ini ditularkan melalui jalan fekal-oral dengan masa inkubasi 1-7 hari, untuk
terjadinya penularan tersebut diperlukan dosis minimal penularan 100 bakteri Shigella sp. (

Lima, et al., 1997; Zinner, et al., 2000; Sack, et al., 2014).

Laporan epidemiologi menunjukkan bahwa 600.000 dari 140 juta pasien shigellosis

meninggal setiap tahun di seluruh dunia (Iwalokun, et al., 2001). Setiap tahun, ada sekitar

500.000 kasus shigellosis di Amerika Serikat (Scallan, et al., 2011). Pada tahun 2013 rata-

rata kejadian tahunan shigellosis di Amerika Serikat adalah 4,82 kasus per 100.000 orang

(Crim, et al., 20014). Data di Indonesia memperlihatkan 29% kematian diare terjadi pada

umur 1 sampai 4 tahun disebabkan oleh disentri basiler (Edmundson, 2014). Tingginya

insiden dan mortalitas dihubungkan dengan status sosial ekonomi yang rendah, kepadatan

penduduk dan kebersihan yang kurang (Subekti, et al., 2001)

1.3 GOOD LABORATORY PRACTICE SHIGELLA

1.3.1 Good Planning ( Perencanaan )

Untuk memenuhi kebutuhan akan pemeriksaan mikrobiologi yang meningkat salah

satunya adalah identifikasi Shigella sp , maka rumah sakit mengunakan automatic

microbiologi laboratory.Salah satu alat yang digunakan adalah Vitek 2 Compact

bioMeriux .Sebelum digunakan alat tersebut harus di kalibrasi dan divalidasi

metodenya.

Kalibrasi Pabrik : Sebelum pengiriman, VITEK 2 Compact Instrumen

memenuhi semua prosedur uji penerimaan yang ditetapkan oleh bioMérieux. The

Field Service Engineer melakukan verifikasi VITEK pabrik kalibrasi sebagai

bagian dari prosedur pemasangan alat ini. Hal ini dapat ditemukan dalam Sertifikasi

VITEK Book Record.

Pemantauan internal dari modul VITEK reader / inkubator.

Modul VITEK reader / inkubator melakukan penanganan kartu dan scanning

mekanisme serta pemanas yang mempertahankan kartu pada suhu inkubasi yang
diperlukan. Nampan yang memegang kartu yang dipasang ke carousel yang

berputar sekali setiap 15 menit untuk posisi kartu untuk data scanning dan

identifikasi. Sebuah thermistor terletak di tengah poros carousel dan diposisikan

untuk memonitor setiap perubahan suhu di carousel stack. Sebuah pemanas dan

kipas di atas carousel mempertahankan suhu pada suhu rata-rata 35,5ºC.

Suhu inkubasi secara otomatis diverifikasi selama inisiasi instrumen VITEK dan

komputer. Penyimpangan suhu dari ± 2ºC menghasilkan pesan kesalahan pada

modul terminal data seperti, “Reader Temperature High”, atau “Reader

Temperature Low”. Siklus proses dibatalkan jika suhu bervariasi” 5EC dari suhu

set selama lebih dari satu jam.

Hasil untuk kalibrasi instrumen DensiChek digital dan harus berada dalam ± 0,10

dari standar yang digunakan untuk mengkalibrasi instrumen. Jika kalibrasi berada

di luar kisaran ini, ulangi langkah-langkah kalibrasi. Jika nilai McFarland masih di

luar rentang yang dapat diterima, hentikan penggunaan DensiChek dan

menghubungi bioMérieux.

Kesalahan Error Message Queue:

Bila instrumen V2C berkedip Error Message Queue instrumen tidak akan

beroperasi. Setiap pesan kesalahan harus ditinjau dengan membuka setiap pesan

menggunakan panah bawah pada papan kunci instrumen diikuti dengan tanda seru.

Jika Error Message Queue tidak jelas setelah prosedur ini, tutup mesin selama 2

menit dan reboot instrumen. Jika gagal, hubungi layanan teknis di bioMérieux.

(komunikasi pribadi dengan layanan teknis bioMérieux

1.3.2 Good Sampling

Bahan pemeriksaan adalah swab rektum untuk pembiakan

1.3.2.1 Pengambilan Spesimen Rectal Swab :


a. Pasien belum mengkonsumsi antibiotik

b. Gunakan APD steril

c. Siapkan cutton swab steril dan media transport (Amies medium )

yang sudah diberi identitas nama,umur, jenis kelamin, tgl ambil

d. Siapkan pasien dalam ruangan khusus yang tidak terlihat orang

lain

e. Persilahkan pasien menungging dengan harapan dubur terlihat

sehingga mudah waktu melakukan pengambilan spesimen

f. Ambil cutton swab steril dan masukkan dalam dubur ( 2 cm ) ,

tarik sambil sedikit memutar, lalu masukkan dalam media

transport...Tutup botol media, lalu masukkan dalam specimen

carrier.

Kirim ke Laboratorium tanpa pendingin.

1.3.3 Good Analytical

1.3.3.1 Bahan uji : rectal swab dalam media transport Amies tanpa

pengawet dan tanpa pendingin


1.3.3.2 Identifikasi Kuman dan uji kepekaan antibiotic dengan

automatic microbiology laboratory.

Alat yang digunakan :

Vitek 2 Compact bioMérieux.

Vitek 2 Compact merupakan sistem identifikasi otomatis untuk

mikroorganisme. Alat ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis

bakteri dan uji antibiotik dalam waktu 4 jam..Fungsi alat ini penting

karena selain bisa mengecek jenis kuman, mereka juga bisa

mendeteksi kepekaan kuman terhadapat antibiotik. Banyak kuman

yang memiliki tingkat resistensi yang tinggi terhadap antibiotik. Hal

ini terjadi karena pemberian antibiotik yang sembarangan dan zat

kimia yang banyak tersebar di sekitar kita. Agar resistensi antibiotic

tidak terjadi, tenaga kesehatan diharapkan untuk tidak mudah

memberikan antibiotik karena beberapa kuman dan virus bisa mati

sendiri tanpa perlu obat karena tubuh memiliki sistem pertahanannya

sendiri.

1.3.3.3 Preparasi sampel dilakukan secara aseptic di dalam biosafety

Cabinet
1.3.4 Good Measurement ( Pengukuran )

1.3.4.1 Prosesur Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Gram Awal

Dari media transport dibuat preparat hapusan lalu diwarnai gram

Hasil ditulis :………………………

b. Penanaman Media

Dari media transport ditanam ke 2 media :

1. MC Conkey untuk menumbuhkan bakteri gram negative


2. BAP ( Blood Agar Plate ) untuk menumbuhkan bakteri gram

positif

3. Diinkubasi 37⁰ C 24 jam

4. Dilihat pertumbuhan kemudian dipilih koloni yang dominan

c. Persiapan Sampel:

Gunakan isolate bakteri yang muda dan koloni murni. Siapkan

masing-masing 2 tabung untuk setiap isolate.Setiap tabung diisi

dengan 3 ml larutan NaCl 0,45 % pH 5,0. Ambil koloni bakteri, buat

suspense larutan NaCl dan homogenisasi

Untuk kekeruhan inokulum dengan menggunakan alat Densicheck

dengan cara:

Tabung inokulum yang akan diukur dibersihkan terlebih dahulu

pada bagian luarnya dengan tissue

Masukkan tabung ke lubang pengukuran pada Densicheck, putar

360º selama 2 detik

Angka hasil pengukuran akan muncul dalam satuan McFarland.

Bakteri Gram negative dan positif = 0,5 – 0,63 McFarland.

Jika kekeruhan kurang maka tambahkan koloni bakteri

Jika kekeruhan berlebih, maka ambil sejumlah volume inokulum dan

encerkan dengan menambahkan larutan NaCl


Densicheck

Untuk tes sensitivitas antibiotik ambil 145 µl untuk bakteri gram

negative atau 280 µl untuk bakteri gram positif dari tabung inokulum

pertama ke tabung kedua dengan menggunakan mikropipet dan tip

yang steril. Susun tabung pertama untuk identifikasi kemudian

tabung kedua untuk tes sensitivitas antibiotik pada cassette

Letakkan kartu Vitek 2, sesuai dengan urutan untuk identifikasi dan

untuk sensitivitas antibiotik.Ada 2 kartu Vitek untuk bakteri,yaitu

GN untuk gram negative dan GP untuk gram positif. Gunakan salah

satu sesuai dengan gram yang ditemukan pada pemeriksaan awal.

INGAT :

Kartu Vitek untuk identifikasi dengan selang berwarna BIRU.

Kartu Vitek untuk tes sensitivitas dengan selang warna ABU- ABU.

d. Memasukkan Data

Masukkan informasi pasien, dengan cara :

o Buka software Vitek 2 pada monitor dengan meng”klik” 2 kali

pada gambar Vitek 2 software

o Masukkan username dan password


o Lengkapi data yang harus diisi antara lain:Pasien ID ; no medical

record/no laboratorium; Nama pasien ;Lab ID; Tipe sampel

(specimen) contoh : darah, sputum, pus, dll.

o Tekan OK

e. Mengerjakan dengan SETUP TEST POST ENTRY:

o Cassette yang sudah berisi kartu dan inokulum dimasukkan

langsung ke ruang pengisian dan ke incubator

o Jika kartu sudah dalam incubator, kembali ke layar monitor

o Isi formulir cassette yang akan diperiksa, jika belum mempunyai

formulir tersebut, bisa dicetak dari menu cassette, klik gambar

printer di sisi kanan atas, pilih blank cassette

o Lengkapi data no cassette, jenis kartu yang dipakai, 6 angka

terakhir barcode kartu dan lab ID

o Tekan gambar cassette

o Perhatikan tulisan tercetak merah pada navigation tree, klik dan

cocokkan data tipe kertu dan barcodenya, lengkapi informasi

cassette yang belum terisi yaitu : Accessio Number = Lab ID

o Jika sudah selesai JANGAN LUPA DISIMPAN : tekan gambar

“disket”

f. Pemasukan ke ruang pengisian

o Masukkan cassette ke ruang pengisian

o Tekan “START FILL”

o Pengisian akan memerlukan waktu beberapa menit

o Jika selesai, maka alarm berbunyi, tanda incubator akan

berkedip-kedip dan cassette segera dipindahkan ke incubator


g. Pemasukan ke incubator

o Masukkan segera cassette ke ruang incubator

o Proses dimulai

o Jika selesai, maka alarm berbunyi, tanda incubator akan

berkedip-kedip dan cassette harus segera dikeluarkan

o Proses incubator akan berlangung beberapa jam dan hasil akan

tercetak secara otomatis

1.3.5 Good Dokumentation ( Dokumentasi )

Hasil pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk soft copy dan dapat dicetak

sewaktu – waktu dibutuhkan

Contoh hasil identifikasi dan sensitivitas bakteri :


1.3.6 Good Housekeeping ( Akomodasi lingkungan )

1.2.6.1 Penyimpanan

- Media bekas pemeriksaan bisa disimpan ke dalam incubator

sebelum dibuang

- Membuang media bekas pemeriksaan terlebih dahulu disterilisasi

dengan autoclave

- Bila sudah dingin media dapat dibuang ke sampah medis

Untuk memjaga laboratorium senantiasa dalam kondisi bersih maka petugas

laboratorium harus disiplin untuk membuang sampah medis sesuai tempatnya

Anda mungkin juga menyukai