Anda di halaman 1dari 2

Bacalah kutipan novel berikut untuk menjawab soal nomor 4 dan 5!

(1) "Ehm.. Ehm.. Saya mendalami kaligrafi, Tad.. Ehm dan perlu ke Ponogoro untuk tambah
alat..." Kalimat yang sudah aku bayangkan tadi berantakan di bawah sorot mata Ustad Torik yang
bikin ngilu.
(2) Kamu ngomong apa? Bicara yang jelas lihat mata saya!" potongnya. Matanya yang dalam
mencorong tajam.
(3) Aku mengangkat muka, walau ngeri, aku coba pandang mukanya, hanya sampai bagian
jenggot. Matanya terlalu tajam. Dengan susah payah aku coba kembali susun kalimat di kepala.
(4) "Ustad, saya mau beli kalam kaligrafi di kota karena di sini tidak ada..."
"Tidak mungkin. Saya juga kaligrafer, semua alat tersedia di sini," katanya memotong cepat.
(5) "Tapi... tapi... kalam yang ada hanya untuk kaligrafi biasa. Saya ingin mencoba kaligrafi khouf
yang penuh garis-garis dan hiasan daun, Tad. Lebih dibutuhkan spidol tebal tipis dan penggaris
dibandingkan kalam biasa," belaku.

Watak ustad yang tegas diungkapkan melalui ….


A. dialog tokoh
B. tanggapan tokoh lain
C. keadaan sekitar tokoh
D. pikiran tokoh
E. uraian langsung pengarang

Pembahasan:
Ingat!!
Cara menampilkan watak tokoh dalam sebuah cerita ada dua cara:
1. Cara analitik, ialah cara menampilkan watak tokoh secara langsung melalui uraian pengarang.
2. Cara dramatik, ialah cara menampilkan watak tokokh tidak secara langsung tetapi melalui
gambaran ucapan/dialog, perbuatan, dan komentar atau penilaian tokoh dalam suatu cerita.
Pada kutipan novel di atas, perwatakan tokoh ustaz yang tegas dapat diketahui dengan cara
dramatik yaitu melalui gambaran ucapan/dialog antartokoh.

Jawaban: A

Perhatikan kutipan novel di bawah ini!


Aku masih akan mendengar suara itu apabila kembali ke dalam bilikku yang berdinding bambu.
Dalam kantuk maupun dalam jaga hutan bambu yang kini tenggelam dalam pekatnya kegelapan
itu masih selalu bisa kuhadirkan sebagi bagian diriku baik batang-batang bambu hijau yang basah,
dedaunan yang gugur di bawahnya, dan gemerisik dedaunan itu ketika angin yang paling
perlahanpun mengayunkan batang-batangnya saling bersentuhan. Ketika angin semakin kencang
kita akan mendengar semacam siulan di antara batang-batang yang sesekali terdengar seperti
rintihan.

Latar yang terdapat dalam kutipan novel tersebut adalah....


A. Bilik bambu, malam hari, mencekam
B. Hutan bambu, sore hari, menegangkan
C. Pohon bambu, malam hari, menenangkan
D. Bilik bambu, sore hari, sehabis hujan
E. Hutan bambu, pagi hari, mencekam

Perhatikan kutipan cerpen berikut ini!


Yamin dan puluhan massa yang mengejarnya melewati Aisyah. Ia menepi ke beranda sebuah toko
sembako. Degup jantungnya berirama cepat. Massa semakin bertambah. Yamin berusaha lari
sekencang mungkin. Semburat ketakutan melukis peluh sebiji jagung. Gerobak, tenda, dan apa
saja yang ada di depannya dirubuhkan untuk menghambat laju massa. Sebuah tas tangan metalik
terombang-ambing di genggaman. Otaknya berpikit keras untuk keluar dari situasi ini. Kakinya
cepat menuju pertigaan di depan.

Sudut pandang penceritaan dalam kutipan cerpen tersebut adalah....


A. Orang pertama sebagai narator
B. Orang pertama sebagai tokoh tambahan
C. Orang ketiga sebagai tokoh utama
D. Orang ketiga sebagai narator
E. Orang ketiga sebagai tokoh tambahan

Padahal dulu ayahnya orang mampu, dan pernah mengatakan sesuatu yang semakin menambah
sesak dada markoni, bahwa kalau markoni mau sekolah, ayahnya, Tuan Razak, yang adalah
seorang Syah Bandar, bersedia membiayai sekolahnya sampai kapan pun.
"Kalau perlu menggadaikan rumah." Terngiang-ngiang dalam telinga markoni kalimat itu.
Tuan Razak ingin sekali markoni mengikuti jejaknya di bidang maritim. markoni dinamai bergitu
agar menjadi seorang markonis kapal.

Watak tokoh Tuan Razak dalam cerita tersebut adalah....


A. tinggi hati
B. keras hati
C. rendah hati
D. kecil hati
E. Besar hati

Anda mungkin juga menyukai