Burst Abdomen
Burst Abdomen
PENDAHULUAN
1
cara pencegahan terjadinya burst abdomen sehingga angka kejadian penyakit
tersebut dapat menurun. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
pula bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien burst
abdomen yang benar.
1.3 Tujuan
a. Memahami anatomi fisiologi abdomen
b. Bagaimana definisi dari penyakit burst abdomen
c. Memahami klasifikasi dari penyakit burst abdomen
d. Memahami etiologi dari penyakit burst abdomen
e. Memahami manifestasi klinis dari penyakit burst abdomen
f. Memahami patofisiologi dari penyakit burst abdomen
g. Memahami pemeriksaan diagnostic dari penyakit burst abdomen
h. Memahami penatalaksanaan dari penyakit burst abdomen
i. Memahami komplikasi dari penyakit burst abdomen
j. Memahami WOC dari penyakit burst abdomen
k. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan burst abdomen
1.4 Manfaat
a. Memperoleh pengetahuan tentang konsep dari penyakit burst abdomen.
b. Memperoleh pengetahuan dan dapat melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit burst abdomen.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua
sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di
bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum.
4
abdomen, fundus lambung mencapai ketinggian ruang interkostal (antar
iga) kelima kiri.
Gambar 2.2. Lambung
2. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta.
Gambar 2.3. Usus halus
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Merupakan bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas
5
jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari
merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya
oleh selaput peritoneum. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
b. Usus Kosong (Jejenum)
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2
meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam
usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus.
c. Usus Penyerapan (Illeum)
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4
m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam empedu.
3. Usus Besar
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri
dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri),
kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Gambar 2.4. Usus Besar
6
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
4. Hati
Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas
dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma.
5. Kantung Empedu
Kantung empedu adalah sebuah kantung berbentuk terong dan merupakan
membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah
permukaan bawah hati, sampai di pinggiran depannya. Panjangnya 8-12
cm. Kantung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher.
Fungsi kangtung empedu adalah :
a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.
b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat
7
Gambar.2.6 Kantung Empedu
6. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki fungsi
utama yakni untuk menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin dan glukagon. Kelenjar pankreas terletak
pada bagian belakang lambung dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari), strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah.
Jaringan pancreas terdiri atas lobula dari sel sekretori yang tersusun
mengitari saluran-saluran halus.
Gambar 2.7. Pankreas
8
7. Ginjal
Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding
abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12
hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena
besarnya lobus hepar.
Gambar 2.8. Ginjal
Ginjal dibungkus oleh tiga lapis yaitu yang terdalam adalah kapsula
renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar
adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung
dari trauma dan memfiksasi ginjal. Ginjal menjalankan fungsi yang vital
sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan
dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif.
8. Limpa
Limpa merupakan organ RES (Reticuloendothelial system) yg terletak di
cavum abdomen pada regio hipokondrium/ hipokondriaka sinistra. Limpa
terletak sepanjang costa IX, X, dan XI sinistra dan ekstremitas inferiornya
berjalan ke depan sampai sejauh linea aksillaris media.
9
b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk
homoglobin dan zat besi bebas.
10
3. Otot –otot dindidng abdomen
Gambar 2.10 Otot dinding abdomen
11
Otot ini berupa tendon menuju ke linea alba dan bagian inferior
vagina musculi trecti abdominis. Origo pada permukaan kartilagi
kostalis 7-12. Insertio pada fascia lumbo dorsalis, labium internum
crista iliaca, 2/3 lateral ligamen inguinale. Berupa tendoon menuju
linea alba dan bagian inferior vagina musculi recti abdominis. Fungsi
dari otot ini menekan perut , menegangkan dan menarik dinding perut.
e. Musculus piramidalis
Musculus piramidalis ini kadang sering tidak ada. Otot ini pada
dasarnya berasal dari permukaan anterior pubis dan berinsersi pada
linea alba. Otot ini terletak pada bagian depan bagian bawah musculus
rektus abdominis. Fungsi musculus piramidalis adalah untuk
menegangkan linea alba.
4. Peritonium
Peritoneum adalah suatu membrana serosa yang tipis, halus dan mengkilat,
terletak pada facies interna cavum abdominis. Secara umum, dibagi
menjadi peritoneum parietale, peritoneum viscerale, dan cavum peritonei.
Peritoneum viscerale adalah yang membungkus permukaan organ
abdominal, peritoneum parietale adalah yang menutupi dinding abdomen
dari dalam rongga abdomen, sedangkan cavum peritonei adalah rongga
yang terletak di antara kedua lapisan tersebut dan mengandung cairan
sereus.Peralihan peritoneum parietale menjadi paritoneum viscerale
(reflexi peritoneum) dapat berupa lipatan (plica), lembaran (omentum),
atau alat penggantung viscera.
Linea Alba
12
Gambar 2.11 Linea alba
Merupakan pita brosa yang terbentang vertikal dari processus xiphoideus
sampai symphysis pubica. Sarung rektus (rektus sheath) adalah kumpulan dari
aponeurosis otot-otot dinding abdomen yang membungkus m. rektus
abdominis. Sarung rektus ini berfungsi sebagai reticulum yang
mempertahankan m. rektus abdominis tetap pada posisinya (mencegah
terjadinya bow-string effect) pada waktu kontraksi
13
Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah terbukanya
tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ
dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari
penutupan luka didalam perut.
14
tubuh mengalami proses degenerasi dan otot dinding melemah (Lotfy,
2009).
3. Anemia
Hemoglobin menyumbang oksigen untuk regenerasi jaringan granulasi
dan penurunan tingkat hemoglobin mempengaruhi penyembuhan luka.
4. Hippoproteinemia
Hipoproteinemia adalah salah satu faktor yang penting dalam
penundaan penyembuhan, seseorang yang memiliki tingkat protein
serum dibawah 6g/dl memiliki risiko burst abdomen.
5. Defisiensi vitamin C
Vitamin C sangat penting untuk memperoleh kekuatan dalam
penyembuhan luka. Kekurangan vitamin C dapat mengganggu
penyembuhan dan merupakan predisposisi kegagalan luka.
6. Kortikosteroid
Steroid memiliki peranan dalam menghambat proses inflamasi, fungsi
mmakrofag, proliferasi kapiler, dan fibroblast. Selain itu kortikosteroid
juga dapat menurunkan sistem imun.
7. Merokok
Kebiasaan merokok sejak muda menyebabkan batuk-batuk yang
persisten, batuk yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdomen.
8. Hypoalbuminanemia (serum albumin <3 mg%)
Keadaan hipoalbuminemia ini akan mengurangi sintesa komponen
sulfas mukopolisarida dan kolagen yang merupakan bahan dasar
penyembuhan luka. Defisiensi tersebut akan mempengaruhi proses
fibroblasi dan kolagenisasi yang merupakan proses awal penyembuhan
luka.
9. Operasi yang bersifat emergensi
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan dengan terjadinya
burst abdomen. Hal ini mungkin lebih disebabkan karena keadaan
hemodinamik pasien yang tidak stabil dibandingkan dengan persiapan
operasi yang terencana.
10. Diabetes (GDP>140 mg/dl atau GDA>200 mg/dl)
Pada orang dengan diabetes, proses penyembuhan luka berlangsung
lama (Lotfy,2009). DM berkaitan dengan gangguan metabolisme pada
jaringan ikat hal tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh pada daya
tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses penyembuhan luka
operasi.
15
2.5 Manifestasi Klinis Burst Abdomen
1. Luka yang dehiscence yang ditunjukkan pada 7-14 hari setelah operasi
2. Nyeri yang sangat bahkan sampai meledak-ledak
3. Batuk yang berat disertai muntah-muntah
4. Adanya serosa kekuning- kuningan yang keluar dari luka
5. Perut yang distended (membesar dan tegang) yang menandai adanya
infeksi di daerah tersebut
6. Keluar cairan merah pada bekas jahitan atau bahkan keluar nanah
7. Luka jahitan menjadi lembek dan merah (hiperemi)
8. Keadaan umum pasien juga menurun ditandai dengan wajah tampak
anemis dan pasien tampak sangat kesakitan
16
Sebagai respon terhadap jaringan yang mengalami hipoksia, maka
sitokin dilepaskan. Molekul-molekul ini meningkatkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas kapiler, yang mengarah pada terjadinya edema.
Setalah seluler mengalami re-perfusi, oksigen radikal bebas dihasilkan. Agen
ini mempunyai efek toksik pada membrane sel yang kondisinya diperparah
oleh adanya sitokin, yang merangsang pelepasan radikal lebih banyak lagi.
Selain itu, kurangnya penghantaran oksigen ke jaringan yang mengalami
keterbatasan produksi adenosine trifospat dan penurunan persediaan dari
adenosine trifosfat ini tergantung pada aktifitas selular. Yang terkenadampak
adalah pompa natrium-kalium. Efisien fungsi pompa sangat penting untuk
peraturan intraseluler elektrolit. Ketika pompa gagal, terjadi kebocoran
natrium kedalam sel sehingga menarik air. Sehingga sel membengkak, selaput
kehilangan integritas, menumpahkan isi intraselular ke lingkungan
ekstraselulardan lebih jauh mengakibatkan inflamasi (peradangan).
Peradangan dengan cepat mengarah pada pembentukan edema, sebagai akibat
dari kebocoran kapiler, dan jaringan yang semakin membengkak di usus
akibat semakin meningkatnya tekakan intra-abdomen. Pada awal tekanan,
perfusi usus terganggu, dan siklus hipoksia selular, kematian sel, peradangan,
dan edema terus berlanjut.
17
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putuh,
dan ketidakseimbangan elektrolit.
18
d. Antibiotik pra bedah diberikan secara rutin.
e. Dilakukan rawat luka pada abdomen dengan teknik steril selama
dua hari sekali.
f. Perlu diperhatikan juga tentang nutrisi pasien. Pemberian nutrisi
tinggi protein dan serat pada pasien dengan burst abdomen
membantu penyembuhan dan fungsi saluran cerna pasien.
Penumpukan Jahitan
Ada beberapa teknik penumpukan jahitan, tetapi pada prinsipnya adalah :
a. Memakai jahitan luka yang padat dan tidak menyerap
b. Luas potongan paling tidak 3 cm dari tepi luka dan interval stik jahitan3
cm atau kurang
c. Salah satu dari eksternal (menggabungkan semua lapisan peritonium
melewati kulit) atau (semua lapisan kecuali kulit) mungkin di gunakan
d. Penumpukan jahitan luka internal dapat menghindari pembentukanbekas
luka yang tidak sedap dipandang akan tetapi luka itu tidak dapat
dipindahkan pada waktu berikutnya (meningkatkan resiko infeksi)
e. Jangan mengikat terlalu kuat
f. Penumpukan jahitan luka eksternal biasanya dibiarkan selama paling
tidak 3 minggu
19
Untuk mengatasi keluhan setelah operasi merasakan bagian yang
dioperasi seperti tertarik dan nyeri, kini tersedia jala sintesis yang dikenal
dengan “mesh”. Penutupan “mesh” pada insisi abdomen biasanya
menujukkan :
a. Kerusakannya adalah penutupan dari satu atau dua lapisan pada
lubang
b. Lubang adalah jahitan luka pada tempat dari jahitan luka yang
menembus lapisan tebal dinding abdomen
c. Perubahan balutan dan granulasi bentuk jaringan berikutnya,
akhirnya berpengaruh pada permukan yang bisa di bungkus dengan
pemindahan robekan kulit.
Terdapat perbedaan tipe dari “mesh” yang mempunya keuntungan dan
permasalahan masing-masing :
a. Untuk digunakan sementara
b. Baik untukmabdomen yang terinfeksi
c. Erosi dalam usus dan pembentukan fistula
d. Bentuk pelekatnya tebal atau padat
20
Menurut The National Nosocomial Surveillence Infection (NNSI),
kriteria jenis-jenis SSI ada tiga sebagai berikut :
a. Superficial Incision SSI ( ITP Superfisial )
Merupakan infeksi yang terjadi pada kurun waktu 30 hari pasca operasi
dan infeksi tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada
tempat insisi dengan setidaknya ditemukan salah satu tanda sebagai
berikut :
1) Terdapat cairan purulen.
2) Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan
superfisial.
3) Terdapat minimal satu dari tanda-tanda inflammasi
4) Dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang merawat.
21
Hematoma menyebabkan gangguan proses penyembuhan
luka karena menyediakan tempat perkembangbiakan kuman yang
baik. Risiko terjadinya hematoma akan meningkat pada luka dengan
diseksi subkutis yang luas dan perlengketan jaringan yang terjadi jelek.
Hematoma pada luka biasanya disertai dengan adanya rasa nyeri, tekanan
dan pembengkakan disekitar luka.
5. Seroma
Seroma adalah pengumpulan limfe yang disebabkan oleh robeknya
pembuluh limfe saat operasi. Pembuluh limfe akan membengkak disertai
dengan rasa nyeri. Seroma pada luka dapat diatasi dengan melakukan
aspirasi dengan jarum, setelah diyakini tidak ada tanda peradangan.
6. Dehisensi luka operasi
Dehisensi luka operasi adalah terpisahnya semua lapisan jahitan
dinding perut yang meliputi kulit, jaringan subkutis, fascia sampai
peritoneum.
Bila isi perut keluar dari luka operasi disebut dengan wound
eviseration atau burst abdomen. Bila tidak mengenai semua peritoneum
disebut dengan incomplete wound disruption. Berdasarkan waktu
terjadinya dehisensi luka operasi dapat terjadi dini (<3hari pasca operasi),
yang biasanya disebabkan oleh teknik atau cara penutupan dinding perut
yang tidak baik. Sedangkan dehisensi luka operasi lambat jika terjadi
>7-12 hari pasca operasi. Pada keadaan ini biasanya dihubungkan dengan
usia, adanya infeksi, status gizi dan faktor lainnya. Dehisensi luka
seringkal iterjadi tanpa gejala khas, biasanya penderita sering merasa ada
jaringan dari dalam rongga abdomen yang bergerak keluar disertai
keluarnya cairan serous berwarna merah muda dari luka operasi.
22
2.10 WOC
Batuk, Merokok, Anemia, Tipe insisi, Jahitan luka, Batuk, Distensi abdomen,
Hypoalbumin, Usia Bahan jahitan, Teknik Kebocoran usus, Infeksi,
penutupan laparatomi Hematoma
Anemia
Tipe insisi Batuk
Penurunan Hb
Penekanan Intra Abdomen
Midline incision
Suplay oksigen ke
Ketegangan pada luka
jaringan menurun Titik lemah abdomen
BURST ABDOMEN
MK : Nyeri
Intake makanan ↓ MK : Pola Pertahanan tubuh
nafas tidak berespon : Inflamasi
Nutrisi tidak adekuat
efektif
24
1) B1 (Breath) :
Terdapat RR yang meningkat
2) B2 (Blood) :
Jika terjadi pendarahan bisa timbul tekanan darah menurun, nadi
meningkat namun lemah, akral teraba basah, pucat dan dingin serta
takikardia.
3) B3 (Brain) :-
4) B4 (Bladder) :-
5) B5 (Bowel) :
Nafsu makan turun, BB turun, pasien lemah, bibir kering.
Dilanjutkan dengan memeriksa bagian perut dimulai dengan :
- Inspeksi : adakah pembesaran abdomen, peregangan atau
tonjolan dan apakah ada distensi abdomen. Pada pasien
hipertermi luka post operasi biasanya sedikit bengkak an
terdapat rembesan darah.
- Palpasi : pada permukaan perut untuk menilai kekuatan otot-otot
perut, nyeri 2 cm pada sekitar luka
- Perkusi : normal atau tidak normal
- Auskultasi : bising usus normal
6) B6 (Bone) :
Lemah, turgor jelek
h. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Hematologi) :
1. Hemoglobin< dari 13-18 gr / dl ( turun )
2. Leukosit> 3,8 – 10,6 ribu mm3 (meningkat )
3. Hematokrit< dari 40-52%
4. Trombosit normal 150 – 440 ribu mm3
5. Albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan nyeri
3. Hyperthermia (00007) berhubungan dengan adanya peningkatan laju
metabolisme akibat respon inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan nyeri abdomen
3. Intervensi Keperawatan
25
to severe with an anticipated or predictable end.
Domain 12. Comfort
Class 2. Physical comfort
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Pain Management (1400)
keperawatan selama 1x24 jam nyeri 1. Lakukan penilaian yang komprehensif
klien dapat berkurang, dengan terhadap nyeri termasuk lokasi,
kriteria hasil: karakteristik, onset / durasi, frekuensi,
Pain Control (1605) kualitas, intensitas atau keparahan nyeri,
1. Mengenali timbulnya nyeri dan faktor pencetus
2. Amati isyarat nonverbal dari
(160502)
2. Menjelaskan faktor penyebab ketidaknyamanan, terutama pada mereka
(160501) yang tidak dapat berkomunikasi secara
3. Melaporkan nyeri yang
efektif
terkontrol (160511) 3. Menentukan dampak dari pengalaman
nyeri terhadap kualitas hidup (Misalnya,
tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi,
suasana hati, hubungan, kinerja kerja, dan
peran tanggung jawab)
4. Membantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan memberikan dukungan
5. Mengurangi atau menghilangkan faktor-
faktor yang memicu atau meningkatkan
pengalaman nyeri (misalnya, takut,
kelelahan, monoton, dan kurangnya
pengetahuan)
6. Pilih dan menerapkan berbagai langkah-
langkah (mis, farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal) untuk
mengurangi rasa nyeri
7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
8. Berkolaborasi dengan pasien dan
kesehatan profesional lainnya untuk
memilih dan menerapkan tindakan
nonfarmakologi penghilang nyeri, yang
26
sesuai
9. Memberikan pasien yang mengalami
nyeri yang optimal dengan analgesik
yang diresepkan
10. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (misalnya, hipnotis,
relaksasi, terapi musik, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupresur, terapi
kompres panas / dingin, dan pijat)
sebelum, sesudah, dan, jika mungkin,
selama terjadinya nyeri .
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Respiratory Status (3350)
selama 1x24 jam pola nafas klien 1. Memantau kecepatan, irama,
dapat kembali normal, dengan kriteria kedalaman, dan upaya pernapasan
2. Memantau pola pernapasan (mis,
hasil:
bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
Respiratory Status (0415)
Cheyne-Stokes pernapasan, apneustic)
1. Respiratory rate (041501)
3. Memantau saturasi oksigen
2. Irama pernapasan (041502)
4. Pantau adanya kelelahan otot
3. Kedalaman inspirasi (041503)
4. Saturasi Oksigen (041508) diafragma, seperti ditunjukkan oleh
5. Sesak saat istirahat (041514)
gerak paradoks
5. Lakukan auskultasi bunyi nafas,
mencatat daerah menurun atau tidak
ada ventilasi dan adanya bunyi
adventif
6. Pantau adanya dyspnea dan keadaan
yang meningkatkan dan memperburuk
27
pernapasan
7. Lakukan pengobatan terapi
pernapasan (misalnya, nebulizer),
sesuai yang dibutuhkan
28
selama 1x24 jam kebutuhan nutrisi 1. Menentukan status nutrisi klien dan
klien dapat terpenuhi, dengan kriteria kemampuan untuk memenuhi
hasil: 613 kebutuhan nutrisi
2. Mengidentifikasi alergi makanan pada
Nutritional Status (1004)
klien atau intoleransi terhadap
1. Asupan nutrisi
2. Asupan makanan makanan
3. Monitor asupan kalori dan diet
4. Monitor pola penurunan atau
peningkatan berat badan klien
29
RR meningkat 30x/menit, nafas cepat dan dangkal, terdapat
penggunaan otot bantu napas.
2) B2 (Blood) :
Akral hangat, CRT kurang dari 3 detik, tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 95x/menit, suhu 37,8°C
3) B3 (Brain) : -
4) B4 (Bladder) : -
5) B5 (Bowel) :
Nafsu makan turun, BB turun (65 Kg menjadi 63 Kg), pasien
lemah dan kurus. Dilanjutkan dengan memeriksa bagian perut
dimulai dengan:
- Inspeksi : luka post operasi pasien sedikit bengkak dan
terdapat rembesan darah, distensi abdomen
- Palpasi : nyeri pada sekitar luka
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus meningkat
6) B6 (Bone) :
Lemah dan turgor jelek
2. Analisa Data
30
Sesak
DS: - Luka post operasi Hipertermi
DO: Akral hangat, CRT <
3 detik, suhu 37,8°C Post de entri kuman
Timbul luka
Pertahanan tubuh
berespon : inflamasi
Hipoksia sel
Lemas
31
Nutrisi tidak adekuat
3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan nyeri
3. Hyperthermia (00007) berhubungan dengan adanya peningkatan laju
metabolisme akibat respon inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan nyeri abdomen
5. Intervensi Keperawatan
32
4. Membantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan memberikan dukungan
5. Mengurangi atau menghilangkan
faktor-faktor yang memicu atau
meningkatkan pengalaman nyeri
(misalnya, takut, kelelahan, monoton,
dan kurangnya pengetahuan)
6. Pilih dan menerapkan berbagai
langkah-langkah (mis, farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal) untuk
mengurangi rasa nyeri
7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri
8. Berkolaborasi dengan pasien dan
kesehatan profesional lainnya untuk
memilih dan menerapkan tindakan
nonfarmakologi penghilang nyeri,
yang sesuai
9. Memberikan pasien yang mengalami
nyeri yang optimal dengan analgesik
yang diresepkan
10. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (misalnya, hipnotis,
relaksasi, terapi musik, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupresur, terapi
kompres panas / dingin, dan pijat)
sebelum, sesudah, dan, jika mungkin,
selama terjadinya nyeri
33
Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Respiratory Status (3350)
selama 1x24 jam pola nafas klien 1. Memantau kecepatan, irama,
dapat kembali normal, dengan kriteria kedalaman, dan upaya pernapasan
2. Memantau pola pernapasan (mis,
hasil:
bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
Respiratory Status (0415)
Cheyne-Stokes pernapasan, apneustic)
1. Respiratory rate (041501)
3. Memantau saturasi oksigen
2. Irama pernapasan (041502)
4. Pantau adanya kelelahan otot
3. Kedalaman inspirasi (041503)
4. Saturasi Oksigen (041508) diafragma, seperti ditunjukkan oleh
5. Sesak saat istirahat (041514)
gerak paradoks
5. Lakukan auskultasi bunyi nafas,
mencatat daerah menurun atau tidak
ada ventilasi dan adanya bunyi
adventif
6. Pantau adanya dyspnea dan keadaan
yang meningkatkan dan memperburuk
pernapasan
7. Lakukan pengobatan terapi
pernapasan (misalnya, nebulizer),
sesuai yang dibutuhkan
34
hipertermia lengkap
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala 3. Pantau komplikasi (misalnya,
hiperthermi gangguan ginjal, ketidakseimbangan
3. Mengidentifikasi kondisi
asam-basa)
kesehatan yang mempercepat 4. Beritahu pasien pada tanda-tanda awal
peningkatan suhu dan gejala penyakit yang berhubungan
dengan panas
35
36
BAB 4
KESIMPULAN
37
DAFTAR PUSTAKA
38