Anda di halaman 1dari 36

Kata Pengantar

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan Laporan
Diskusi Tutorial ke-2 Blok Reproduksi dan Tumbuh Kembang semester IV Fakultas
Kedokteran Universitas Cenderawasih.

Tujuan pembuatan Laporan Diskusi Tutorial Blok Reproduksi dan Tumbuh


Kembang adalah untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan berupa
skenario yang diberikan, sekaligus untuk memenuhi persyaratan penilaian blok.

Kami menyadari bahwa dalam pengerjaan laporan ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, pembahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa
yang akan datang.

Jayapura, 8 Mei 2019

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Kata Pengantar i


Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................... ii
SKENARIO .............................................................................................................................. 1
STEP I KLARIFIKASI TERMINOLOGI ............................................................................... 2
STEP II MENGIDENTIFIKASI MASALAH ......................................................................... 3
STEP III CURAH PENDAPAT .............................................................................................. 4
STEP IV ANALISA MASALAH ............................................................................................ 5
STEP V MEMFORMULASIKAN TUJUAN BELAJAR ....................................................... 6
STEP VI BELAJAR MANDIRI .............................................................................................. 7
1. Anatomi Genitalia Masculina ........................................................................................... 7
2. Mekanisme Spermatogenesis .......................................................................................... 14
3. Infertilitas ........................................................................................................................ 21
4. Undescended Testis (UDT) ............................................................................................. 24
5. Hubungan antara Prematur dengan UDT ........................................................................ 26
6. Pemeriksaan Analisis Sperma ......................................................................................... 28
Kesimpulan ............................................................................................................................. 32
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 34

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Daftar Isi ii


SKENARIO

Seorang pria 28 tahun, datang dengan istrinya ke praktek dokter Sp.OG


karena keluhan belum mempunyai keturunan setelah menikah 5 tahun. Istrinya telah
menjalani pemerikaan terlebih dahulu dan dinyatakan tidak ada masalah infertilitas.
Diketahui pasien memiliki riwayat lahir premature, dengan undescended testis (UDT)
yang baru di sadari dan dilakukan pembedahan saat pasien sudah berusia 3 tahun.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, dokter menyarankan pasien tersebut menjalani
pemeriksaan analisis sperma.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | SKENARIO 1


STEP I
KLARIFIKASI TERMINOLOGI
1. Infertilitas
Menurut WHO, Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan yang aktif
secara seksual dan tidak menggunakan kontrasepsi untuk mencapai kehamilan
dalam satu tahun.
2. Prematur
Menurut definisi WHO, prematur adalah kelahiran bayi sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir).
3. Undescended Testis (UDT)
Undescended testis adalah gangguan kongenital berupa satu atau kedua testis
tidak dapat berhasil turun kedalam skrotum sehingga berada didalam rongga
abdomen atau kanalis ingunalis atau pada anaulus externa.
4. Pemeriksaan Analisis Sperma
Analisis sperma adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan
normal atau tidaknya sperma.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | STEP I 2


KLARIFIKASI TERMINOLOGI
STEP II
MENGIDENTIFIKASI MASALAH

1. Jelaskan Anatomi reproduksi pria mulai dari masa embriologi?


2. Apa saja hormon yang berperan pada system reproduksi pria?
3. Bagaimana proses pematangan sperma/spermatogenesis?
4. Apa itu Infertilitas?
5. Apa saja penyebab infertilitas pada pria dan wanita?
6. Apa itu Undescended Testis (UDT)?
7. Apa saja penyebab dan akibat dari UDT?
8. Bagaimana hubungan antara kelahiran prematur dengan kejadian UDT?
9. Apa itu pemeriksaan analisis sperma?
10. Apa tujuan pemeriksaan analisis sperma?
11. Apa saja indikasi yang diperlukan sebelum melakukan pemeriksaaan analisis
sperma?
12. Apa saja prosedur pemeriksaan analisis sperma?
13. Bagaimana hasil interpretasi pemeriksaan analisis sperma?

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | STEP II 3


MENGIDENTIFIKASI MASALAH
STEP III
CURAH PENDAPAT

1. Infertilitas ➡ kemandulan.

2. Prematur ➡ bayi lahir belum cukup bulan/minggu.

3. Undescended Testis (UDT) ➡ kelainan bawaan berupa testis yang tidak

berada pada skrotum.

4. Pemeriksaan Analisis Sperma ➡ tes yang dilakukan untuk mengetahui

tingkat kesuburan pria.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | STEP III 4


CURAH PENDAPAT
STEP IV
ANALISA MASALAH

Undescended
Testis

PREMATUR INFERTILITAS?

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | STEP IV 5


ANALISA MASALAH
STEP V
MEMFORMULASIKAN TUJUAN BELAJAR

1. Untuk mengetahui embriology anatomi system genitalia masculina.


2. Untuk mengetahui penyebab infertilitas pada pria dan wanita.
3. Untuk mengetahui pengertian, penyebab serta akibat dari UDT.
4. Untuk mengetahui hubungan bayi prematur dengan kejadian UDT.
5. Untuk mengetahui pengertian tujuan, indikasi, prosedur, dan interpretasi dari
hasil pemeriksaan analisis sperma.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | STEP V 6


MEMFORMULASIKAN TUJUAN BELAJAR
STEP VI
BELAJAR MANDIRI

1. Anatomi Genitalia Masculina

Gambar 1 : Genitalia Masculina

Organ genitalia masculina terbagi atas 2, yaitu genitalia musculina eksterna dan
genitalia masculina interna.

1.1. Genitalia Masculina Eksterna

Perkembangan Organ Genitalia Masculina Eksterna

Genetalia externa berkembang dari bagian caudal sinus urogenitalis


perkembangan dari cloaca hindgut dan menajadi vesica urinaria dan bagian
bagian uretra yang memberikan kontribusi adalah ektorderm dan jaringan ikat
di bawahnya (masenkim). Bagian pertama perkembangan genetalia eksterna
adalah indentik pada kedua jenis kelamin (gonad indeferen). Dinding anterior

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | STEP VI 7


BELAJAR MANDIRI
sinus urogenitalis melekuk kedalam untuk membentuk urethal groove yang
di batasi pada kedua sisi oleh urethral folds dan labioscrotal folds terletak di
lateralnya dan di anterior urethtra groov terdapat tuberkel genetalia.
Selanjutnya, pada laki-laki tuberkel genetalia berkembang menjadi Penis
(corpora cavernosa) akibat pengaruh testosteron hormon seks laki-laki yang
di hasilkan oleh testis. Lipat genital bersatu di atas urethtral groove
membentuk corpus spingiosum dan glans penis. Dengan cara ini, secara
simultan akan terbentuk pars spingiosum urethtra. Pars prostatica dan pars
mabranacea urethtra di sebalah proksiamal berasal dari sinus urogenitalis,
labioscrotal folds membesar dan bersatu membentuk Scrotum.

Gambar 2: Tahap perkembangan genitalia masculina eksterna

Organ genitalia masculina eksterna terdiri atas:

a) Penis
Suatu organ yang berbentuk bulat memanjang dan memiliki ujung
berbentuk seperti helm disebut Glans penis, yang di penuhi serabut
saraf sehingga akan membuat penis menjadi sangat peka dan sensitif.
Penis memiliki kulit pembungkus yang disebut preputium.
Struktur penis tidak memiliki tulang, hanya jaringan seperti busa yang
di penuhi pembuluh darah. Ereksi terjadi karena rangsangan yang

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Anatomi Genitalia Masculina 8


membuat darah dalam jumlah besar mengalir dan memenuhi
pembuluh darah penis sehingga penis menjadi besar, tegang dan keras.

Gambar 3 : Struktur Penis

b) Scrotum
Suatu kantung yang terdiri dari kulit dan otot yang membungkus testis
atau buah zakar. Skrotum mempunyai fungsi untuk mempertahankan
suhu testis dibawah suhu tubuh (2°C dibawah suhu tubuh) yang sangat
penting untuk proses spermatogenesis.

1.2 Genitalia Masculina Interna

Perkembangan Genitalia Masculina Interna


Sampai minggu ke 7, perkembangan genetalia interna indentik pada kedua jenis
kelamin stadium indefereren seksual pada laki-laki, primordium gonad primitif
berkembang menjadi Testis. Testis berkembang di regio lumbalis setinggi
mesonefros yang memberikan beberapa canaliculus yang berperan sebagai
penghubung antara testis dan epididmis, karena pertumbuhan longitudinal tubuh,
testis mengalami relokasi ke kaudal (Descensus testis) tetapi tetap berhubung
dengan struktur – sturuktur vaskularnya. Di depanjang gubernaculum testis,
terbnetuk kantong peritoneal (proc.vaginalis peritonei) yang mencapai bagian
yang nantinya akan menjadi scrotum dan berperan dalam memandu penurunan
testis, suatu proses yang dalam keadaan normal selesai saat lahir. Saat lahir
proc.vaginalis peritonei menutup dan mengalami obliterasi di atas funiculus

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Anatomi Genitalia Masculina 9


spermaticus. Bagian distal proc.vaginalis menetap dan membnetuk tunica
vaginalis testis.
Hormon seks testis (terutama testoron) menginduksi diferensiaisi akhir duktus
wolffian menjadi genetalia laki – laki interna (Epididymis, Ductus deferens),
vesicula seminalis, dan kelenjer seks tambahan lain (kelenjer prostat, kelenjer
cowper) dari sinus urogenitalis. Hormon anti-Mullerian menekan diferensiasi
ductus mullerian menjadi genetalia perempuan.
Organ genitalia masculina interna terdiri atas testis, saluran reproduksi, dan
glandula accesorius.
a) Testis.
Testis berjumlah dua buah, berbentuk bulat lonjong dan menggantung
pada pangkal penis. Menghasilkan sel sperma yang dibentuk pada Tubulus
Seminiferus dalam proses spermatogenesis. Testis berkembang dalam
rongga abdomen sewaktu janin kemudian turun melalui saluran inguinal
kanan dan kiri dan selanjutnya masuk ke skrotum menjelang akhir
kehamilan (6-7 bulan).

Gambar 4 : Testis

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Anatomi Genitalia Masculina 10


b) Saluran Reproduksi
Saluran ini berfungsi untuk membawa spermatozoa dari testis keluar
tubuh, yang terdiri dari :
1) Tubuli seminiferi contorti
2) Tubuli seminiferi recti
3) Rete testis
4) Ductuli efferentes
Dari tubuli seminiferi contorti sampai ductuli efferentes, semua
saluran ini berada dalam testis.

5) Epididmis

 Yaitu tabung sempit yang sangat panjang & berkelok-kelok di


belakang testis.
 Tempat pematangan sperma sebelum menuju Vas deferens.
 Merupakan salah satu tempat penyimpanan sperma (bersama
vas deferens dan ampula).

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Anatomi Genitalia Masculina 11


6) Ductus deferens (Vas deferens)
Yaitu saluran yang berjalan dari bagian bawah epididimis menuju
ke belakang testis dan tali mani funikulus spermatikus selanjutnya
menuju rongga abdomen dan menuju pelvis di vesikula seminalis
Merupakan tempat penyimpanan sperma.
7) Ductus ejaculatorius
Adalah gabungan ductus deferens & ductus excretorius vesicula
seminalis. Setiap ductus ejaculatorius panjangnya ± 2 cm dan
menembus kelenjar prostat untuk bermuara ke dalam colliculus
seminalis pada dinding posterior lumen urethra pars prostatica.
8) Uretra
Merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari
3 bagian:
a. Uretra pars prostatica
Panjangnya ± 3 cm merentang dari bagian. bawah kandung
kemih, menembus prostat dan menerima sekresi dari
kelenjar prostat serta merupakan tempat muara dari duktus
ejakulatorius.
b. Uretra pars membranacea
Panjangnya ± 2 cm & bagian ini dikelilingi oleh muskulus
sphinter uretra eksterna.
c. Uretra pars spongiosa
Berjalan di dalam corpus spongiosum dari penis &
bermuara pada orifisium uretra eksterna di glans penis.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Anatomi Genitalia Masculina 12


c) Glandula Accesorius
Glandula accessorius yang dikenal dengan kelenjar genitalia tambahan
adalah kelenjar – kelenjar yang berhubungan dengan saluran reproduksi
pria, terdiri dari :
1. Vesicula seminalis
Merupakan. sepasang kantong bergelembung- gelembung yang
terletak di fundus vesica urinaria dan bermuara ke dalam ductus
ejaculatorius. Sekretnya adalah cairan kental bersifat basa, yang kaya
akan fruktosa, berfungsi untuk memberi nutrisi bagi spermatozoa.
2. Glandula prostat
Merupakan organ yang terdiri dari kelenjar - kelenjar tubuloalveolar &
menyelubungi urethra saat keluar dari vesica urinaria.Sekresi prostat
bermuara ke dalam urethra pars prostatica pada sinus prostaticus dan
sekresinya menyerupai cairan susu bersifat basa, berfungsi untuk
mengurangi keasaman vagina selama copulasi.
3. Glandula paraurethralis
a) Glandula bulbourethralis (Cowperi).
Berjumlah 2, terletak di dalam m. sphincter urethra externum pada
diaphragma UG,dorsal dari urethra pars membranacea.Ductusnya
menembus fascia diaphragma UG inferior masuk ke dalam bulbus
penis dan bermuara pada urethra pars spongiosa.
b) Glandula paraurethralis Littre.
Terletak di sekitar orificium urethra externum.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Anatomi Genitalia Masculina 13


2. Mekanisme Spermatogenesis
2.1 Peran Hormonal dalam Mekanisme Spermatogenesis

Hormon yang berperan penting dalam spermatogeneisis. Beberapa di antaranya


adalah sebagai berikut.

a. Testoteron
Testoteron disekresikan oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk
membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit
sekunder.
b. Hormone luteinisasi (luteinizing hormone)
LH disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-
sel Leydig untuk mensekresi testoteron.
c. Hormon perangsang-folikel (FSH)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisi anterior dan berfungsi
menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi
sperma (proses spermiogenesis) tidak akan terjadi.
d. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli
juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan
estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus.
Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
e. Growth hormone
Diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan
secara spesifik meningkatkan pembelahan awal pada spermatogonia, bila tidak
terdapat hormon pertumbuhan, seperti pada dwarfisme hipofisis, spermatogenesis
sangat berkurang atau tidak ada sama sekali sehingga menyebabkan infertilitas.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Mekanisme Spermatogenesis 14


Sebelum membahas mekanisme spermatogenesis, maka perlu kita ketahui anatomi
dari sel sperma. Anatomi sel sperma Terdiri dari 3 bagian yaitu Kepala, Capitulum,
dan Tail.

Gambar 5: Anatomi sel sperma

1. Kepala Sperma (nukleus, akrosom, post nuclear cap),


a. Nukleus (Inti)
- Berisi materi genetik
- Jumlah kromosom haploid
- Seluruh tujuan dari sel
b. Akrosom
- Terletak di ujung kepala
- Kantung enzim
- Digunakan untuk membantu sperma masuk ke telur
c. Apical Ridge
- Ridge terbentuk pada ujung sperma
d. Perforatorius
- Terletak di apikal ridge
- Besar dan berkaitan dengan sperma hewan pengerat

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Mekanisme Spermatogenesis 15


- Tidak membutuhkan pendorong
- Fungsi sesungguhnya tidak diketahui
e. Post nuclear cap
Terletak di bawah akrosom dan lateral nukleus
f. Plasma membrane
Membran sel yang mengelilingi kepala
2. Capitulum
3. Sperm Middle piece
a. Mitokondria
Menyediakan energi untuk bergerak ke filamen aksial
b. Annulus
Persimpangan bagian tengahan dan bagian kepala
4. Principal piece
Bagian terbesar dari ekor dan memberikan motilitas sperma ke bagian tengah.

2.2 Proses Spermatogenesis

Pembentukan sperma berlangsung di dalam testis. Proses pembentukan atau


pemasakan sperma ini disebut spermatogenesis. Spermatogenesis berawal dari sel
spermatogonia yang terdapat pada dinding tubulus seminiferus. Spermatogenesis
adalah suatu proses kompleks ketika sel germinativum primordial yang relatif belum
dife-rensiasi (primitif atau awal), spermatogonia (masing-masing mengandung
komplemen diploid 46 kromosom), berproliferasi dan diubah menjadi spermatozoa
yang sangat khusus dan motil (sperma), masing-masing mengandung set haploid 23
kromosom yang diterima secara acak.

Pemeriksaan mikroskopik tubulus seminiferus memperli-hatkan lapisan-


lapisan sel germinativum dalam suatu progresi anatomik pembentukan sperma,
dimulai dari yang paling kurang berdiferensiasi di lapisan luar dan bergerak masuk
melalui berbagai tahap pembelahan ke lumen, tempat sperma yang sangat

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Mekanisme Spermatogenesis 16


berdiferensiasi siap untuk keluar dari testis. Spermatogenesis memerlukan waktu 64
hari untuk pembentukan dari spermatogonium menjadi sperma matang. Setiap saat
terdapat berbagai tahapan spermatogenesis pada tubulus seminiferus yang berbeda.
Setiap hari dapat dihasilkan beberapa ratus juta sperma matang. Spermatogenesis
mencakup tiga tahap utama: proliferasi mitotik, meiosis, dan pengemasan.

3. PROLIFERASI MITOTIK
Spermatogonia yang terletak di lapisan terluar tubulus terus menerus
bermitosis, dengan semua sel baru yang mengandung komplemen lengkap 46
kromosom identik dengan sel induk. Proliferasi ini menghasilkan pasokan sel
germinativum baru yang terus menerus.

Setelah pembelahan mitotik sebuah spermatogonium, salah satu sel anak tetap
di tepi luar tubulus sebagai spermatogonium tak-berdiferensiasi, sehingga turunan
sel germinativum tetap terpelihara. Sel anak yang lain mulai bergerak ke arah
lumen sambil menjalani berbagai tahap yang dibutuhkan untuk membentuk
sperma, yang kemudian akan dibebaskan ke dalann lumen. Pada manusia, sel
anak penghasil sperma membelah secara mitotic dua kali lagi untuk menghasilkan
empat spermatosit primer identik. Setelah pembelahan mitotik terakhir,
spermatosit primer masuk ke fase istirahat ketika kromosom-kromosom
terduplikasi dan untai-untai rangkap tersebut tetap menyatu sebagai persiapan
untuk pembelahan meiosis pertama.

4. MEIOSIS
Selama meiosis, setiap spermatosit primer (dengan jumlah diploid 46
kromosom rangkap) membentuk dua spermatosit sekunder (masing-masing
dengan jumlah haploid 23 kromosom rangkap) selama pembelahan meiosis
pertama, akhirnya menghasilkan empat spermatid (masingmasing dengan 23
kromosom tunggal) akibat pembelahan meiosis kedua. Setelah tahap
spermatogenesis ini tidak terjadi pembelahan Iebih lanjut. Setiap spermatid

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Mekanisme Spermatogenesis 17


mengalami remodeling menjadi spermatozoa. Karena setiap spermatogonium
secara mitotis menghasilkan empat spermatosit primer dan setiap spermatosit
primer secara meiosis menghasilkan empat spermatid (calon spermatozoa),
rangkaian spermatogenik pada manusia secara teoretis menghasilkan 16
spermatozoa setiap kali spermatogonium memulai proses ini. Namun, biasanya
sebagian sel lenyap di berbagai tahap sehingga efisiensi produksi jarang setinggi
ini.

5. PENGEMASAN
Bahkan setelah meiosis, spermatid secara struktural masih mirip
spermatogonia yang belum berdiferensiasi, kecuali bahwa komplemen
kromosomnya kini hanya separuh. Pembentukan spermatozoa yang sangat khusus
dan bergerak dari spermatid memerlukan proses remodeling, atau pengemasan,
ekstensif elemen-elemen sel, suatu proses yang dikenal sebagai spermiogenesis.
Sperma pada hakikatnya adalah sel yang "ditelanjangi", yaitu sebagian besar
sitosol dan semua organel yang tidak dibutuhkan untuk menyampaikan informasi
genetik sperma ke ovum telah disingkirkan. Karena itu, sperma dapat bergerak
cepat, hanya membawa serta sedikit beban untuk melaksanakan pembuahan.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Mekanisme Spermatogenesis 18


Tahapan Spermatogenesis

I. Spermatocytogenesis (Proliferation)

- Terjadi di basal tubulus seminaferus


- Pembelahan sel mitosis dan proliferasi dan pemeliharaan spermatogonium
- Spermatogonia menjalani beberapa pembelahan mitosis dengan
pembelahan terakhir yang menghasilkan spermatosit primer
- Ada tiga jenis spermatogonium ditemukan di basal adalah spermatogonia
A, spermatogonium intermediate, dan spermatogonium B
- Durasi spermatocytogenesis bervariasi pada spesies yang berbeda:
Kerbau : 21 hari, domba : 18 hari, kuda: 21 hari
2. Meiosis
- Terjadi di kompartemen adluminal dari tubulus seminiferus
- Pengurangan jumlah kromosom pada gamet menjadi setengah (dari diploid
ke haploid)
- Spermatosit primer mengalami meiosis I dan menjadi spermatosit sekunder
dan kemudian menjalani meiosis II menghasilkan putaran spermatid
- Masa hidup dari spermatosit adalah yang paling lama dari semua jenis sel
- Spermatosit sekunder adalah berumur pendek (1-2 hari)
3. Spermiogenesis
- Terjadi di kompartemen adluminal dari tubulus seminiferus
- Spermatid matang mengalami elonginasi
- DNA menjadi sangat kental, akrosom terbentuk, flagela (ekor) dibentuk,
dan sel menjadi berpotensi motil.
- Spermatid memanjang bergerak lebih dekat ke lumen tubulus seminiferus
4. Empat Fase Spermiogenesis
1. Fase Golgi: pembentukan vesikel akrosom
2. Fase Cap: vesikel akrosom menyebar diatas inti dari spermatid da flagel
mulai membentuk

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Mekanisme Spermatogenesis 19


3. Fase akrosom: inti spermatid dan sitoplasma memanjang, akrosom menutupi
sebagian besar nukleus anterior
4. Fase pematangan: Mitokondria dirakit sekitar flagela dan flagela benar-benar
terbentuk.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Mekanisme Spermatogenesis 20


3. Infertilitas
Menurut KBBI, Infertilitas adalah ketidakmampuan menghasilkan keturunan
atau keadaan kurang subur. Jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas primer dan
infertilitas sekunder.

a) Infertilitas primer
Merupakan suatu keadaan dimana pada pria dan wanita atau suami dan tidak
bisa menghasilkan keturunan walaupun bersenggama tanpa usaha kontrasepsi
selama >12 bulan
b) Infertilitas sekunder
Merupakan suatu keadaan dimana pria dan wanita pernah menghasilkan
keturunan tetapi kemudian tidak mampu lagi untuk menghasilkan keturunan
meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur selama >12 bulan.

3.1 Penyebab Infertilitas pada Pria

Penyebab Infertilitas pada pria diantaranya sebagai berikut:


1) Gangguan spermatogenesis
Analisis sperma dapat mengungkap jumlah spermtozoa normal atau tidak.
Pengambilan spesimen segar dengan cara masturbasi di laboratorium.
Standar untuk spesimen semen normal telah ditetapkan oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO).

Volume > 2ml


Konsentrasi sperma >20 juta/ml
Konsentrasi sperma total >40 juta
Motilitas 50% gerakan ke depan
Morfologi 50% dengan morfologi normal

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Infertilitas 21


2) Obstruksi
Obstruksi atau sumbatan merupakan salah satu penyebab infertil pada pria.
Obstruksi dapat terjadi pada ductus atau tubulus yang disebabkan karena
konginetal dan penyakit peradangan (inflamasi) akut atau kronis yang
mengenai membran basalis atau dinding otot tubulus seminiferus misalnya
orkitis, infeksi prostat, infeksi gonokokus. Obstruksi juga dapat terjadi pada
vas deferens.
3) Ketidak mampuan koitus atau ejakulasi
Faktor-faktor fisik yang menyebabkan ketidakmampuan koitus atau
ejakulasi, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis seperti priapismus
atau penyakit peyronie. Faktor-faktor psikologis yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi dan
kebiasaan pria alkoholisme kronik.
4) Faktor sederhana
Faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi dengan air
terlalu panas atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat menyebabkan
keadaan luar panas yang tidak menguntungkan untuk produksi sperma sehat.

3.2 Penyebab Infertilitas pada Wanita

Penyebab infertilitas pada wanita sebagai berikut:

1) Hormonal

Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang


menyebabkan kegagalan ovulasi, kegagalan endometrium uterus untuk
berpoliferasi sekresi, sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan
bagi sperma, kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi
spernatozoa mencapai uterus.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Infertilitas 22


2) Obstruksi

Ketika saluran indung telur atau tuba falopi rusak atau tersumbat, maka hal
itu akan menyulitkan sperma membuahi sel telur atau menghalangi gerak
sel telur yang sudah dibuahi kedalam uterus. Kerusakan itu dapat di picu
oleh beberapa faktor.

a) Faktor pertama adalah penyakit radang panggul, yaitu radang pada


uterus dan tabung tuba falopi oleh penyakit menular seksual seperti
klamidia dan gonore.
b) Yang kedua, pernah menjalani operasi besar atau operasi pada
panggul, termasuk operasi untuk kehamilan ektopik, yaitu sel telur
yang dibuahi tertanam dan mulai berkembang di saluran indung
telur atau ovarium, bukan rahim.
c) Faktor ketiga adalah karena tuberkulosis pada panggul. Faktor ini
merupakan salah satu penyebab utama infertilitas pada wanita.

3) Faktor lokal

Faktor-faktor lokal yang menyababkan intertil pada wanita adalah fibroid


uterus yang menghambat implantasi ovum, erosi servix yang
mempengaruhi PH sekresi sehingga merusak sperma, kelainan kongenital
vagina, servix atau uterus yang menghalangi pertemuan sperma dan ovum,
mioma uteri, oleh karena menyebabkan tekanan pada tuba uterina, distrosi,
atau elongasi kavum uteri, iritasi miometrium, atau torsi oleh miomi yang
bertangkai.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Infertilitas 23


4. Undescended Testis (UDT)
4.1 Definisi

Undescended testis adalah gangguan kongenital berupa satu atau kedua testis
tidak dapat berhasil turun kedalam skrotum sehingga berada didalam rongga
abdomen atau kanalis ingunalis atau pada anaulus externa. Sekitar dua bulan
menjelang kelahiran atau pada trimester ketiga kehamilan, testis turun secara alami
melalui suatu saluran bernama inguinal canal, lalu menempati skrotum. Seorang bayi
dinyatakan mengalami kriptorkismus ketika pada saat lahir testis tetap berada di
dalam rongga perut atau di inguinal canal, dan tidak berada pada skrotum seperti
seharusnya. Kriptokismus terjadi pada 30% neonatus pria yang premature dan hanya
ditemui 3% bayi yang lahir atrem. pada sekitar 80% bayi yang terkena kelainan ini
testis akan mengalami desensus (penurunan) secara spontan dalam usia satu tahun
pertama.

4.2 Penyebab

Belum bisa dijelaskan keadaan yang mungkin menyebabkan undesendens tesitis


adalah :

 Factor hormonal, yang paling besar kemungkinannya adalah hormone


androgenic dan plasenta hormone adrenal maternal atau fetal atau testis janin
yang immature dan kemungkinan pula hormone progesterone maternal atau
hormone gonadotropik dari kelenjar hipofisi maternal
 Defisiensi testoteron yang mengakibatkan defek pada poros hipofisis –
hipotalamus-gonad sehingga terjadi kegagalan deferensiasi dan penurunan
gonad
 Factor anatomis yang menghambat penuruan gonad seperti lokasi testis yang
ektopik atau funikulus spermatikus yang pendek

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Undescended Testis (UDT) 24


 Prediposisi genetic pada sejumlah kecil kasus (insidensi kriptokismus yang
lebih besar dari pada bayi dengan defek neural tube)
 Neonatus premature yang paling sering terkena sebagai akibat desensus testis
yang normal kedalam skrotum selama usia 7 bulan

4.3 Patofisiologi

Sekresi testosterone oleh testes janin merupakan stimulus normal yang


menyebabkan testes turun kedalam skrotum dari abdomen .oleh karenanya banyak
kejadian undesendens testis disebabkan kelainan pembentukan testes yang abnormal
yang tidak mampu mensekresi cukup testosterone karena testis tetap berada pada
suhu yang lebih tinggi maka spermatogenesis pada keadaan ini akan menyebabkan
buruknya hasil sperma.

4.4 Akibat

 Infertilitas akibat suhu testis melebihi suhu optimal untuk spermatogenesis


 Peningkatan resiko yang signifikan untuk terjadi kanker testis karena suhu yang
tinggi dapat menyebabkan pembelahan sel-sel benih abnormal
 Penongkatan kerentanan testis terhadap trauma

Jika testis tidak dapat turun secara spontan pada waktu 1 tahun umumya keadaan ini
merupakan indikasi untuk tindakan pembedahan. Pembedahan harus dilakukan
menjelang usia 2 tahun karena pada saat itu sekitar 40% testis yang tidak turun itu
sudah tidak mampu menghasilkan sperma yang baik .

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Undescended Testis (UDT) 25


5. Hubungan antara Prematur dengan UDT

Sebelum mengetahui hubungan antara prematur dengan kejadian UDT, terlebih


dahulu kita harus mengetahui definisi dari prematur dan UDT.

5.1 Prematur
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir).
Terdapat 3 subkategori usia kelahiran prematur berdasarkan kategori
World Health Organization (WHO), yaitu:

1. Extremely preterm (<28 minggu)


2. Very preterm (28 hingga <32 minggu)
3. Moderate to late preterm (32 hingga<37 minggu).

5.2 Undescended Testis (UDT)

UDT/Kriptorkidisme berarti gagalnya sebuah testis turun dari abdomen ke dalam


skrotum pada waktu atau sekitar waktu kelahiran bayi. Selama perkembangan janin
laki-laki, testes berasal dari tonjolan genital (genital ridges) di abdomen. Akan tetapi,
pada sekitar 3 minggu - 1 bulan sebelum kelahiran bayi, testes turun secara normal
melalui kanalis inguinalis ke dalam skrotum. Oleh karena itu, kriptokidisme/UDT
disebabkan oleh adanya kelainan pembentukan testis yang abnormal yang tidak
mampu menyeksresi cukup testosterone. Kadang-kadang, penurunan ini tidak terjadi
sama sekali atau terjadi sebagian, sehingga salah satu atau kedua testes tetap berada
di abdomen, di kanalis inguinalis, atau di tempat lain sepanjang jalur turunnya.

5.3 Hubungan antara bayi prematur dengan kejadian UDT

Bayi laki-laki yang lahir dengan kondisi premature memiliki risiko terjadinya
UDT/kriptokidisme. Pada saat bayi lahir dalam kondisi premature, perkembangan
system organ dari janin masih dalam kondisi belum lengkap/sempurna. Imaturitas

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Hubungan antara Prematur dengan 26
UDT
dari berbagai system organ pada bayi premature membuat ketidakstabilan control
mekanisme homeostatic tubuh. Dalam proses tumbuh kembangnya, janin
membutuhkan hormon-hormon, nutrisi serta oksigen yang di dapat dari plasenta.
Selama kehidupan janin, testis janin sudah dirangsang oleh Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) untuk membentuk testosteron. HCG dari plasenta
menimbulkan efek perangsangan sel-sel interstisial pada testis janin untuk membantu
pembentukan testosterone pada janin laki-laki sampai waktu lahir.

Jadi ada hubungan antara kelahiran premature dengan kondisi UDT, karena
menurut pembahasan di atas apabila dikaitkan dengan scenario, maka dapat diberi
hipotesis sementara bahwa pasien tersebut dapat dikatakan lahir premature antara
minggu ke-28 sampai minggu ke-31 atau yang di kenal dengan istilah Very paterm,
Mengapa demikian? Karena pasien diketahui lahir prematur dengan kondisi UDT
(undescended testis). UDT/kriptokidisme adalah kondisi gagalnya sebuah testis turun
kedalam skrotum pada waktu atau sekitar waktu kelahiran bayi. Sementara dalam
keadaan normal, proses turunnya testis dimulai sekitar 3 minggu sampai 1 bulan
sebelum masa kelahiran normal bayi (minggu ke-37). Proses turunnya testis melalui
canalis inguinalis menuju scrotum dibantu oleh hormone testosterone yang dihasilkan
oleh testis janin. Pembentukan testosterone oleh testis janin dibantu oleh rangsangan
dari Hormone Chorionic Gonadotropin (HCG) yang berasal dari plasenta. HCG akan
merangsang sel-sel interstisial pada testis janin untuk terus membantu pembentukan
testosterone. Jadi, apabila bayi lahir dalam kondisi premature dengan kategori Very
paterm maka kemungkinan besar akan mengalami kondisi UDT karena penurunan
testis dari abdomen kedalam skrotum tidak terjadi sempurna karena terjadi defisiensi
testosterone sebagai pencetus utama turunnya testis dari abdomen kedalam skrotum.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Hubungan antara Prematur dengan 27
UDT
6. Pemeriksaan Analisis Sperma
Analisis sperma adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan normal
atau tidaknya sperma. Pemeriksaan analisis sperma umumnya dilakukan pada pria
yang memiliki pasangan yang sulit untuk hamil dan merupakan bagian dari tes
kesuburan. Selain itu, analisis sperma juga dapat dilakukan pada pria yang menjalani
vasektomi untuk menentukan apakah operasi tersebut berhasil atau tidak.

6.1 Tujuan Pemeriksaan

Tujuan tes analisis semen adalah untuk mendapatkan informasi objektif mengenai
kualitas (Warna, volume, bau, ph, viskositas, liquifaksi) dan kuantitas (Motilitas,
jumlah sperma, morfologi, aglutinasi, hitung leukosit) semen yang merupakan bagian
terpenting dalam mendiagnosis infertilitas pada pria

6.2 Indikasi Pemeriksaan

Indikasi untuk analisa cairan semen yaitu:


1. Merupakan salah satu tes awal pada pemeriksaan infertilitas
2. Kualifikasi donor untuk program inseminasi buatan
3. Untuk memberikan informasi kelengkapan dokumentasi vasektomi
4. Evalusai kualitas semen untuk peyimpanan sperma di bank sperma
5. Jika dibutuhkan untuk studi forensik pada kasus kriminal seksual seperti
perkosaan.
6. Studi forensik dalam penyelidikan paternitas
6.3 Prosedur Pemeriksaan

Sebelum melakukan analisis sperma, Anda mungkin akan diperintahkan untuk tidak
melakukan hubungan seks maupun masturbasi selama paling tidak 2-5 hari sebelum
sampel diambil. Anda akan diperintahkan untuk melakukan masturbasi untuk
mengeluarkan sampel air mani.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Pemeriksaan Analisis Sperma 28


Sampel air mani akan ditampung dalam sebuah tabung steril untuk dianalisis di
laboratorium. Pengumpulan sampel air mani sebenarnya dapat dilakukan di rumah,
namun harus menggunakan kondom khusus yang hanya bisa didapatkan dari ahli
kesehatan.

Pengambilan sampel di rumah tidak umum dilakukan, karena cairan tersebut harus
dianalisis dalam waktu 1 jam setelah dikeluarkan. Pemeriksaan analisis sperma
direkomendasikan untuk dilakukan 2 kali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Kedua tes ini umumnya memiliki jarak 2 hingga 3 minggu.

6.4 Interpretasi Hasil Pemeriksaan

Nilai rujukan tes makroskopik

1. Warna
Normal : Putih keabu-abuan atau putih
Abnormal : Merah-kecoklatan (Hemospermia)
: Kekuningan (Jaundice)
2. Volume
Normal :1,5 - 5 ml/ejakulat
Abnormal : < 1,5 ml (hypospermia)
: > 5,5 ml (hyperspermia
3. Bau
Normal : Khas seperti bunga akasia, Bau Sperma yang khas tersebut
disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang
dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
Abnormal : Busuk (terdapat infeksi )
4. PH
Normal : 7,2 – 8
Abnormal : < 7,2 (pH yang rendah terjadi karena peradangan yang kronis dari
kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika
seminalis kecil, buntu maupun rusak)
: > 8 (pH yang rendah disebabkan oleh peradangan akut kelenjar
atau saluran genital)
5. Viskositas
Normal : sampel menetes dalam tetesan yang kecil < 2 cm

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Pemeriksaan Analisis Sperma 29


Abnormal : sampel menetes membentuk benang > 2 cm
6. Liquifaksi :
Normal : mencair dalam 20-60 menit. Konsistensi berubah menjadi encer dan
bening.
Abnormal : > 60 menit masih tidak berlikuefaksi, maka dikatakan memanjang

PASCA ANALITIK

1. Motilitas sperma < 40% (PR+NP) berhubungan dengan peningkatan resiko


infertilitas.

2. Oligospermia : Jumlah sperma < 20 juta berkaitan dengan peningkatan resiko


infertilitas akibat kelainan pada testis, obstruksi pada duktus ejakulatorius, riwayat
terapi radiasi pada testis, atau akibat pemakaian obat-obatan (seperti Azathiopirin
atau simetidin)

3. Azoosperma : bisa akibat adanya obstruksi (produksi sperma normal) seperti pada
infeksi berat, trauma iatrogenik atau pembedahan inguinal, anomali kongenital vas
deferens. Tanpa obstruksi (spermatogenesis tidak terjadi atau menurun) akibat
gangguan intrinsik pada testis atau endokrinopati

4. Adanya aglutinasi menunjukkan adanya penyebab imunologik pada infertilitas.

5. Morfologi spermatozoa dinyatakan sebagai morfologi normal, immatur, atau


abnormal. Apabila sperma normal < 4% atau immatur berkaitan dengan adanya
peningkatan resiko infertil Kelainan morfologi yang sering adalah:
a. Kelainan kepala : ukuran besar atau kecil, lonjong, kepala tidak berbentuk,
bentuk kerucut, kepala ganda, bentuk vakuola
b. Kelainan leher / midpiece : bengkok atau tipis
c. Kelainan ekor : Ukuran pendek, ganda, bentuk gulungan, kusut atau ekor
panjang
6. Jumlah leukosit yang tinggi menunjukkan adanya infeksi. 2 Jika sperma
memperlihatkan adanya pola konsisten aglutinasi pada pemeriksaan mikroskopik,
hal ini dapat menandakan suatu penyebab imunologik, seperti adanya antibodi
antisperma.1 Hasil analisa semen dapat mengindikasikan adanya abnormalitas
anatomi saluran genital pria. Azoosperma atau oligosperma pada analisa semen
dapat menandakan adanya obstruksi pada vas deferens atau duktus ejakulatorius.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Pemeriksaan Analisis Sperma 30


Istilah yang dipakai dalam pelaporan analisa semen :

Jumlah Motilitas Morfologi


Istilah spermatozoa (%) (%)
(juta/ml)
1. Normospermia ≥ 20 ≥40 ≥4
2. Oligospermia < 20 ≥40 ≥4
3. Ekstrim oligospermia <5 ≥40 ≥4
4. Stenospermia ≥ 20 < 40 ≥4
5. Teratozoospermia ≥ 20 ≥40 <4
6. Oligoastenospermia ≥ 20 < 40 ≥4
7.Oligoastenoteratozoospermia < 20 < 40 <4
8. Oligoteratozoospermia < 20 ≥40 <4
9. Astenoteratozoospermia > 20 < 40 <4
10. Polizoospermia ≥ 250 ≥40 ≥4
11. Azoospermia Bila spermatozoa tidak ada dalam semen
12. Nekrozoospermia Bila semua sperma tidak ada yang hidup
13. Aspermia Bila tidak ada cairan semen yang keluar saat
ejakulasi
14. Hypospermia Volume semen < 1,5 ml
15. Hyperspermia Volume semen > 5,5 ml
16. Pyospermia Ada sel darah putih pada semen
17. Hematospermia Ada sel darah merah pada semen

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Pemeriksaan Analisis Sperma 31


Kesimpulan
Genitalia masculina terbagi atas 2 yaitu genitalia masculina eksterna dan
genitalia masculine interna. Genitalia masculine externa terdiri atas penis dan
skrotum. Sedangkan genitalia interna terdiri atas testis, saluran reproduksi, dan
glandula accesorius.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa.
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup
pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang
bertujuan untuk membentuk sperma fungsional, Spermatogenesis terjadi di tubulus
seminiferus. Apabila terjadi gangguan dari proses spermatogenesis ini dapat
menyebabkan infertilitas.
Testis belum turun ke dalam skrotum merupakan keadaan yang paling sering
terjadi pada neonatus prematur. Namun keadaan ini juga bisa terjadi karena factor
hormonal, defisiensi testosterone dan faktor anatomis. Jika testis tidak dapat turun
secara spontan pada wakti 1 tahun umumnya keadaan ini merupakan indikasi untuk
tindakan pembedahan. Pembedahan harus dilakukan menjelang usia 2 tahun karena
pada saat itu sekitar 40% testis yang tidak turun itu sudah tidak mampu menghasilkan
sperma yang baik. Undescended testis bila tidak cepat ditangani akan berdampak
pada kualitas sperma dan bisa mengalami infertilitas.
Ada hubungan antara kelahiran premature dengan kondisi UDT, karena
menurut pembahasan di atas apabila dikaitkan dengan scenario, maka dapat diberi
hipotesis sementara bahwa pasien tersebut dapat dikatakan lahir premature antara
minggu ke-28 sampai minggu ke-31 atau yang di kenal dengan istilah Very paterm,
Mengapa demikian? Karena menurut scenario pasien diketahui memiliki riwayat lahir
prematur dengan kondisi UDT (undescended testis). Sementara dalam keadaan
normal, proses turunnya testis dimulai sekitar 3 minggu sampai 1 bulan sebelum
masa kelahiran normal bayi (minggu ke-37) atau pada rentan waktu kategori very

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Kesimpulan 32


paterm. Proses turunnya testis ke dalam skrotum dipengaruhi oleh hormone
testoteron dari testis janin, pembentukan testoseteron dari testis janin sendiri
dirangsang oleh HCG dari plasenta ibu. Sehingga apabila terjadi kelahiran prematur
pada kategori Very paterm, kemungkinan bayi tersebut mengalami UDT karena
terjadi defisiensi hormone testosterone.

Analisis sperma adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan normal


atau tidaknya sperma. Indikasi pemeriksaan analisis sperma merupakan salah satu tes
awal pada pemeriksaan infertilitas, yang betujuan untuk mendapatkan informasi
objektif mengenai kualitas dan kuantitas semen yang merupakan bagian terpenting
dalam mendiagnosis infertilitas pada pria.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Kesimpulan 33


Daftar Pustaka

F. Paulsen & J. Waschke sobotta atlas Anatomi Manusia Ed. – 23 Jakarta. EKG , 2012 UU
No. 19 Th 2002

Guyton, A. C., dan Hall, J. E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisis 12. Jakarta:
EGC.

Ferial, Eddyman. 2013. Biologi Reproduksi. Jakarta : Erlangga

Fried, H. George dkk.(2005). Schaum’s Outlines BIOLOGI edisi kedua. Jakarta: Erlangga

Heffner, Linda & Schust Danny. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga.

Langman, Sadler T. 2010. Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta: EGC

Rohen, Johannes & Drecoll, Elke. 2003. Embriologi Fungsional, Perkembangan Sistem
Fungsi Organ Manusia. Edisi 2. Jakarta : EGC

Soenardihardjo & Bambang, dkk. 2011. Buku Ajar Embriologi. Suarabaya: Pusat Penerbitan
dan Percetakan Universitas Airlangga.

Hardjoeno, Fitriani M. Substansi dan Cairan Tubuh. Makassar : Lembaga penerbitan


Universitas Hasanuddin. 2011. Page 175 -191

Hubbard, JD. A concise Review of Clinacal Laboratory Science. Philadelphia : Walters


Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins. Page 349 – 351

Turgeon, ML. Clinical Laboratory Science. 6th edition. Boston : El Sevier Mosby. Page 451
– 452

Hardjoeno, Fitriani M. Substansi dan Cairan Tubuh. Makassar : Lembaga penerbitan


Universitas Hasanuddin. 2011. Page 175 -191

World Health Organization (WHO). World Health Organization Laboratory Manual for the
Examination and Processing of Human Semen. 5th edition. Switzerland: WHO. 2010 : 13-
114.

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG (PBL-2) | Daftar Pustaka 34

Anda mungkin juga menyukai