Ukuran Dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah Mahasiswa Suku Bali Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Ukuran Dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah Mahasiswa Suku Bali Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh:
Gusi Oka Arya Anindyateja
NPM: 1406122010041
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
drg. Surwandi Walianto, M.Kes., Sert. Ort., FISID drg. Norman Hidajah, M.Biomed
NPK: 826 792 186 NPK: 827 205 223
ii
Tim penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripsi
dengan judul “UKURAN DAN BENTUK LENGKUNG GIGI RAHANG
BAWAH MAHASISWA SUKU BALI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR” yang telah
dipertanggungjawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 8
Februari 2018.
Atas nama Tim Penguji Skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.
Mengesahkan
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
skripsi dengan judul “Ukuran dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini
pengetahuan yang dimiliki penulis, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
Terselesaikannya skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
skripsi ini. Terima kasih atas bantuan dan kemudahan yang diberikan dari
iv
3. drg. Dwis Syahrul, M.Kes selaku dosen penguji yang telah banyak
Bapak I Gede Arya Ngeluhur tersayang dan Ibu I Gusti Agung Dewi Uyerawati
tercinta, rasa terima kasih dan penghargaan penulis berikan untuk kedua orang tua,
dan adik penulis terkasih Gusi Arya Indra Anindita yang tak hentinya memberikan
dukungan, semangat, kasih sayang, dan doa yang mengiringi penulis dalam
Teman-teman yang sudah membantu dalam penelitian skripsi ini yang tidak
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.
Penulis
v
Ukuran dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah
Mahasiswa Suku Bali Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTRAK
Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah sangat diperlukan dalam
menentukan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan stabilitas hasil perawatan yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendapatkan rerata ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada
suku Bali.
Penelitian deskriptif dan pengambilan sampel dengan teknik purposive
sampling, yang terdiri atas dua variabel ukuran lengkung gigi rahang bawah dan
bentuk lengkung gigi rahang bawah. Penelitian ini menggunakan 35 sampel model
studi rahang bawah yang diperoleh dari mahasiswa suku Bali di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Model studi yang diperoleh diukur
dalam arah sagital dan transversal berdasarkan metode Raberin.
Dari hasil penelitian, diperoleh rerata panjang lengkung gigi rahang bawah
mahasiswa suku Bali dalam arah sagital yaitu L31, L61, L71 berturut-turut 4,25;
23,51; 40,34 mm, sedangkan rerata lebar lengkung gigi dalam arah transversal yaitu
L33, L66, L77 sebagai berikut 27,10; 46,00; 56,75 mm. Distribusi bentuk lengkung
gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Bali di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar yaitu mid 54,28%, flat 22,87%, pointed
20,00%, wide 2,85% dan narrow 0%.
Kata Kunci: ukuran lengkung gigi, bentuk lengkung gigi, rahang bawah, suku Bali
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 21
LAMPIRAN .......................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi sampel penelitian ukuran dan bentuk lengkung
gigi rahang bawah mahasiswa suku Bali Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun 2017 berdasarkan jenis
kelamin .............................................................................................. 21
Tabel 4.2 Rata-rata ukuran lengkung gigi pada penelitian ukuran dan bentuk
lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Bali Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun
2017 ................................................................................................... 22
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi sampel penelitian ukuran dan bentuk lengkung
gigi rahang bawah mahasiswa suku Bali Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun 2017 berdasarkan
bentuk lengkung gigi ......................................................................... 23
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pengukuran lengkung gigi secara transversal dengan metode
Raberin ........................................................................................... 9
x
BAB I
PENDAHULUAN
ditujukan pada dua hal, yaitu klasifikasi dan perencanaan tindakan berikutnya.
antara struktur tulang bagian wajah lainnya dan sangat individual. Setiap orang
penampilannya sama. Penyesuaian rahang atas dan bawah ke arah transversal pada
pelebaran lengkung rahang atas ditentukan oleh lebarnya lengkung gigi rahang
(Williams dkk., 2012). Ukuran lengkung gigi arah transversal dan sagital pada satu
individu berbeda dengan individu lainnya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu lingkungan, nutrisi, genetik, ras dan jenis kelamin. Bentuk lengkung gigi
didasarkan pada bentuk tulang, dan setelah erupsi gigi, lengkung gigi beradaptasi
dan dipengaruhi oleh otot-otot rongga mulut. Perbedaan genetik dan lingkungan
berpengaruh terhadap perkembangan lengkung gigi. Zat genetik ibu sebagian besar
1
2
diwarisi oleh anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki yang mana sangat
pertumbuhan yang akan datang dan kestabilan hasil perawatan (Desi dkk., 2007
cited Adhani dkk., 2017). Evaluasi lengkung gigi penting untuk diagnosis defenitif
untuk dapat memprediksi bentuk lengkung gigi individual, tetapi belum ada
diantara formulasi tersebut yang dapat mewakili variasi bentuk lengkung gigi pada
seluruh populasi dan ras (White, 1978 cited Paputungan dkk., 2015).
Beberapa penelitian tentang ukuran dan bentuk lengkung gigi telah dilakukan
dengan metode Raberin. Penelitian tentang bentuk lengkung gigi rahang bawah
persentase terbanyak adalah mid sebesar 36% (Alpiah dkk., 2015). Penelitian pada
suku Papua yang menunjukkan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada suku
Papua yang terbanyak adalah mid sebesar 45,8% (Saputra, 2004). Ukuran dan
bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
terbanyak adalah mid (37,21%) (Novrida, 2007). Penelitian pada suku Mongondow
bentuk lengkung gigi rahang bawah dengan persentase terbanyak adalah mid
(51,4%) (Paputungan dkk., 2015). Penelitian Hasibuan (2009) tentang ukuran dan
bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa FKG USU ras DeutroMelayu
3
dan diperoleh bentuk lengkung gigi dengan persentase terbanyak berbentuk wide
sebesar 28,57%.
bahwa kelompok ras yang berbeda akan menampilkan pola kraniofasial yang
berbeda pula. Diduga, setiap suku di Indonesia memiliki ukuran dan bentuk
Tiap suku di Indonesia mempunyai variasi jenis bentuk lengkung gigi, maka
tidak ada archwire yang dapat digunakan untuk semua kasus ortodonti pada
Penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang ukuran dan bentuk
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dibuat rumusan masalah
yaitu :
TINJAUAN PUSTAKA
Lengkung gigi berbeda pada setiap individu, tidak ada seorangpun mempunyai
lengkung gigi yang sama meskipun mereka adalah anak kembar karena lengkung
gigi diperngaruhi oleh lingkungan, nutrisi, genetik, ras, dan jenis kelamin (Febrina,
1997). Bentuk lengkung gigi ini berhubungan dengan bentuk kepala misalnya
yang lebar (Rahardjo, 2008). Menurut Moyers (1988), pada waktu dilahirkan
lengkung alveolar cukup lebar untuk ruangan gigi sulung. Pada waktu
ukuran lengkung gigi dan perubahan oklusi. Selama periode gigi bercampur,
lengkung gigi menjadi bertambah lebar tetapi panjang lengkung bertambah pendek.
sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah yang dibentuk oleh mahkota gigi
geligi dan merupakan refleksi gabungan dari ukuran mahkota gigi, posisi dan
inklinasi gigi (Raberin dkk., 1993). Variasi bentuk lengkung gigi secara kualitatif
ialah oval, tapered, atau square sedangkan secara kuantitatif bentuk lengkung gigi
(Nazruddin, 2009). Pertumbuhan maksila dan mandibular berhenti pada usia sekitar
15 tahun untuk perempuan sedangkan laki-laki pada sekitar usia 17 tahun, hal ini
berarti pertumbuhan lengkung gigi juga sudah berhenti pada usia tersebut
(Rahardjo, 2008).
5
6
karakteristik dimensi lengkung gigi. Hal ini mengikuti perubahan variabel garis
perkembangan oklusi, serta fungsi rongga mulut. Perubahan lengkung gigi adalah
pertambahan ukuran dimensi lengkung gigi pada masa gigi sulung, gigi bercampur
dan gigi permanen (Sarworini, 2003). Perubahan lengkung gigi yang terjadi pada
jangka hidup seseorang penting pada klinis kedokteran gigi terutama dalam
perawatan maloklusi. Perubahan lengkung gigi ini bukan saja membantu secara
klinis dokter gigi dalam perencanaan perawatan tetapi juga membantu menjelaskan
kepada pasien tentang perubahan yang mungkin terjadi selama perawatan (Samir
dkk., 1998).
Beberapa faktor yang memengaruhi bentuk dan ukuran lengkung gigi yaitu
genetik, lingkungan, ras dan jenis kelamin (Lavelle dkk., 1971). Faktor genetik
lengkung gigi, tulang alveolar dan tengkorak, maka untuk mendapatkan data yang
valid perlu dilakukan penelitian suatu suku dengan keturunan dua generasi yaitu
pengambilan sampel dengan melihat kesamaan suku dari orangtua yaitu ayah dan
ibu dan kakek-nenek dari kedua orangtua sampel. Hubungan bagian bukal yaitu
hubungan molar pertama antara maksila dan mandibular dalam arah sagital pada
remaja yang mempunyai hubungan genetik lebih serupa daripada remaja yang tidak
gigi daripada faktor genetik. Faktor lingkungan tersebut adalah lokasi, makanan,
7
kebiasaan oral, fisik dan malnutrisi (Cassidy dkk., 1998). Perubahan dalam
kebiasaan diet seperti tekstur makanan yang lebih halus menyebabkan penggunaan
sempit (Lindsten dkk., 2002). Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi
antara lain menghisap ibu jari atau jari-jari tangan, menghisap dot, bernafas melalui
mulut, dan penjuluran lidah. Hasil penelitian Aznar (2006) menunjukkan kebiasaan
menghisap jari untuk jangka waktu yang panjang akan menyebabkan penambahan
berkaitan dengan pengurangan ukuran pada rahang atas dan bawah terutama pada
karakteristik lengkung gigi tergantung dari frekuensi, intensitas dan lama durasi.
Dampak perubahan dapat mengenai seluruh morfologi fasial yaitu gigi, rahang dan
Ukuran lengkung gigi pada laki-laki lebih besar dari perempuan, hal ini
disebabkan karena laki-laki mempunyai wajah yang lebih besar dan pertumbuhan
ke arah transversal yang lebih besar dari perempuan. Lavelle (1971) menyatakan
bahwa perbedaan ukuran lengkung gigi rahang bawah antara laki-laki dan
makan, dan trauma yang lebih berpengaruh pada laki-laki daripada perempuan.
pertumbuhan rahang (Foster dkk., 2008). Hal ini didukung oleh penelitian Kiliaridis
masseter lebih tebal mempunyai rahang yang lebih lebar dari perempuan yang
Lavelle (1971), Olmez dan Dogan (2011) menyatakan bahwa kelompok ras
yang berbeda akan menunjukkan ukuran dan bentuk lengkung rahang yang
bervariasi. Faktor lain yang berpengaruh pada lengkung gigi seperti karies
interproksimal dan kehilangan prematur gigi sulung. Karies dan kehilangan gigi
1999).
dari tiga ukuran transversal dan tiga ukuran sagital. Menurut Raberin, lebar
lengkung gigi adalah yang diukur dalam arah transversal yang dikategorikan atas :
1. L33 yaitu jarak yang diukur antara puncak cusp kaninus kiri ke kaninus kanan
(lebar inter-kaninus).
2. L66 yaitu jarak yang diukur antara puncak cusp mesio-bukal molar 1 permanen
3. L77 yaitu jarak yang diukur antara puncak cusp disto-bukal molar 2 permanen
Gambar 2.1 Pengukuran lengkung gigi secara transversal dengan metode Raberin
(Raberin dkk., 1993).
Menurut Lindsten (2002), pengukuran lengkung gigi pada masa gigi bercampur
2. Puncak cusp mesiobukal gigi molar pertama permanen kanan dan kiri
(L66MB).
3. Fossa sentral gigi molar pertama permanen kanan dan kiri (L66FS).
4. Permukaan palatal gigi molar pertama permanen kanan dan kiri (L66L).
2. Puncak cusp mesiobukal gigi molar pertama permanen kanan dan kiri
(L66MB).
3. Permukaan lingual gigi molar pertama permanen kanan dan kiri (L66L).
10
Menurut Raberin (1993), panjang lengkung gigi adalah jarak yang diukur
1. L31 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan puncak cusp kaninus kiri dan kanan
(kedalaman kaninus).
2. L61 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus
3. L71 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus
Gambar 2.3 Pengukuran lengkung gigi secara sagital dengan metode Raberin
(Raberin dkk., 1993).
Menurut Lindsten (2002), pengukuran lengkung gigi pada masa gigi bercampur
arah sagital baik pada rahang atas maupun rahang bawah diukur melalui permukaan
mesial (titik kontak mesial) gigi molar pertama permanen tegak lurus dengan gigi
insisivus interior.
Gambar 2.4 Pengukuran lengkung gigi secara sagital dengan metode Lindstein
(Lindstein dkk., 2002).
variasi manusia di dunia. Ras juga merupakan salah satu faktor yang dapat
dan antar ras yang ada (Sudarso, 2003). Ras bangsa di dunia dapat digolongkan
dalam tiga macam ras, yaitu: Kaukasoid, Mongoloid, dan Negroid (Jacob, 2000).
Ras Kaukasoid tersebar luas di dunia, meliputi Eropa, Afrika Utara, Asia Barat,
Amerika dan Australia. Wilayah tersebut mencakup beberapa kelompok suku dan
budaya termasuk suku Iran, suku Arab, suku Yunani, suku Berber, suku Assyria,
suku Kurdi, dan suku Turki. Sedangkan Ras Mongoloid adalah ras manusia yang
sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar
dilepas pantai timur Afrika, beberapa bagian di India Timur Laut, Eropa Utara,
wilayah tersebut mencakup beberapa kelompok suku dan budaya termasuk suku
Jawa, suku Tionghoa, suku Madura, suku Bali, suku Makassar (Dewanto, 1992).
bibir tebal, dan kulit hitam. Kelompok manusia yang termasuk golongan ini
Muna.
Indonesia. Golongan ini dibagi atas Melayu Tua (Proto Melayu) dan Melayu
Melayu ini kemudian dibedakan atas Proto-Melayu atau Melayu Tua dan
terdiri dari suku Jawa, Bali, Sunda, Madura, Aceh, Minangkabau, Lampung,
(Al-Maruzy, 2011).
Penduduk Pulau Bali sebagian besar adalah Suku Bali. Suku Bali termasuk
golongan bangsa Deutro Melayu yang merupakan ras Mongoloid. Sub ras
sampai tinggi dan dapat juga bertubuh tegap. Kulit berwarna kuning langsat sampai
sawo matang. Rambutnya lebat, bentuknya lurus hingga berombak dan berwarna
14
coklat hingga hitam. Bentuk kepala bulat hingga sedang dengan dahi yang curam
Menurut Wisundari (2009) suku Bali di kelompokkan menjadi dua, yaitu suku
Bali Aga dan Bali Dataran. Suku Bali Aga atau Bali Mula adalah masyarakat yang
Bali Dataran yang banyak memperoleh pengaruh Hindu Jawa banyak tinggal di
daerah pesisir, kota-kota dan dataran rendah, jadi mereka dipengaruhi oleh budaya
METODE PENELITIAN
a. Lebar lengkung gigi adalah jarak yang diukur dalam arah transversal.
Dikategorikan dengan :
1. L33 yaitu jarak yang diukur antara puncak cusp kaninus kiri ke kaninus
2. L66 yaitu jarak yang diukur antara puncak cusp mesio-bukal molar
intermolar pertama).
3. L77 yaitu jarak yang diukur antara puncak cusp disto-bukal molar kedua
b. Panjang lengkung gigi adalah jarak yang diukur dalam arah sagital.
Dikategorikan dengan :
1. L31 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak
lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak cusp kaninus kiri dan
15
16
2. L61 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak
3. L71 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak
mm.
nilai yang diukur tehadap perbandingan nilai rata-rata seluruh sampel yang
a. Populasi :
b. Sampel :
Denpasar.
sebagai berikut :
18
keturunan diatas)
Usia 18 – 22 tahun
2. Kriteria Eksklusi
Agenisi
Bahan :
Alat :
Kuisioner
19
Pulpen
Pensil
Penggaris
Penghapus
Kalkulator
Bowl
Spatel
pengukuran transversal diukur jarak L33, L66, dan L77 dan untuk
sagital diukur jarak L31, L61, dan L71. Pengukuran secara transversal
dan L61/L71.
5. Menganalisis data.
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian tentang ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang
22 Desember 2017 dimulai pada pukul 13.00 WITA sampai selesai, bertempat di
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi sampel penelitian ukuran dan bentuk lengkung gigi
rahang bawah mahasiswa suku Bali Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar tahun 2017 berdasarkan jenis kelamin
15 orang (45,71%).
21
22
Tabel 4.2 Rata-rata ukuran lengkung gigi pada penelitian ukuran dan bentuk
lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Bali Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun 2017
Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Bali Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun 2017, dari tabel di atas
menunjukkan bahwa rata - rata lebar lengkung gigi rahang bawah yaitu L33
(27,10 mm), L66 (46,00 mm), dan L77 (56,75 mm), sedangkan untuk rata-rata
panjang lengkung gigi rahang bawah yaitu L31 (4,25 mm), L61 (23,51 mm), dan
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi sampel penelitian ukuran dan bentuk lengkung gigi
rahang bawah mahasiswa suku Bali Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun 2017 berdasarkan bentuk
lengkung gigi
penelitian ukuran dan bentuk lengkung gigi mahasiswa suku Bali Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun 2017, dari tabel di atas
menunjukkan bahwa pada sampel rahang bawah memiliki bentuk lengkung gigi
sebanyak 7 orang (20,00%), wide sebanyak 1 orang (2,85%) dan tidak ada yang
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Novrida (2007) yang
hasil pengukuran panjang dan lebar lengkung gigi rahang bawah yaitu masing-
masing L31, L61, L71, L33, L66 dan L77 menunjukkan perbedaan angka bervariasi
yang tidak terlalu besar. Sementara itu pengukuran lengkung gigi rahang bawah
pada ras Deutro Melayu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan oleh Hasibuan (2009), menunjukkan hasil pengukuran rerata yang
lebih kecil dibandingkan dengan suku Bali yang juga masih merupakan keturunan
ras Deutro Melayu. Hal ini terjadi karena variasi ukuran lengkung gigi rahang
bawah tidak hanya ditentukan oleh ras, melainkan faktor-faktor lain seperti
lingkungan, genetik dan jenis kelamin juga berpengaruh terhadap ukuran lengkung
Ukuran panjang dan lebar lengkung gigi rahang bawah tiap individu bervariasi.
ukuran lengkung gigi adalah kelompok etnis, jenis kelamin, keturunan dan
dengan penelitian serupa yang dilakukan pada mahasiswa ras Deutro Melayu di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, walaupun suku Bali masih
merupakan keturunan dari ras tersebut. Cassidy dkk., (1998) menyatakan bahwa
faktor lingkungan lebih berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk lengkung gigi
daripada faktor genetik. Hal-hal yang termasuk dalam faktor lingkungan tersebut
24
25
antara lain lokasi, makanan, kebiasaan oral, fisik dan malnutrisi. Kebiasaan makan
pengunyahan dan gigi berkurang, sehingga hal ini berpengaruh pada ukuran rahang
bawah menjadi kecil dan rahang atas menjadi sempit. Kebiasaan oral yang
memengaruhi lengkung gigi antara lain menghisap ibu jari atau jari-jari tangan,
menghisap dot, bernafas melalui mulut dan penjuluran lidah. Kebiasaan oral yang
akan memengaruhi pada ukuran dan bentuk lengkung gigi tergantung dari frekuensi
dan lama durasi melakukan kebiasaan tersebut (Aznar dkk., 2006). Malnutrisi dapat
menimbulkan kelainan pada gigi dan mulut serta dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan gigi dan tulang rahang menjadi lambat (Cassidy dkk., 1998).
Raberin dkk., (1993) telah melakukan penelitian untuk menetapkan ukuran dan
bentuk lengkung gigi rahang bawah yang ideal dan menyatakan bahwa ada lima
bentuk lengkung gigi rahang bawah, yaitu flat, pointed, mid, wide dan narrow.
Penentuan bentuk lengkung gigi rahang bawah didapatkan berdasarkan nilai deviasi
relatif dari lima perbandingan ukuran panjang dan lebar yaitu masing-masing
Hasil penelitian dari 35 sampel rahang bawah pada mahasiswa suku Bali di
menjadi beberapa macam bentuk lengkung gigi rahang bawah (Tabel 4.3). Bentuk
lengkung gigi rahang bawah yang paling banyak yaitu mid (54,28%) sedangkan
bentuk lengkung gigi rahang bawah yang paling sedikit yaitu narrow (0%).
Bentuk mid didapatkan karena tidak ada perbedaan yang terlalu jauh dari hasil
pengukuran panjang dan lebar lengkung gigi, yaitu terdapat keseimbangan antara
arah antero-posterior dengan lateral lengkung gigi rahang bawah. Lain halnya
26
dengan bentuk narrow, hal ini dikarenakan hasil pengukuran arah transversal lebih
Lavelle (1971), Olmez dan Dogan (2011) menyatakan bahwa kelompok ras
yang berbeda akan menunjukkan ukuran dan bentuk lengkung gigi yang bervariasi.
(2009) pada mahasiswa suku Batak yang termasuk dalam ras Proto Melayu di
Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara paling
lengkung gigi pada mahasiswa suku Bali yang termasuk ras Deutro Melayu di
bentuk juga tidak hanya didapat melalui perbedaan kelompok suku namun dalam
satu kelompok ras yang sama juga menampilkan variasi perbedaan bentuk seperti
hasil penelitian Hasibuan (2009) yang menunjukkan bentuk paling banyak pada ras
wide sedangkan suku Bali yang juga termasuk ras Deutro Melayu tidak demikian.
Adanya variasi ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada setiap
individu merupakan hal yang pasti, sehingga tidak satupun bentuk yang ideal dapat
dijadikan standar untuk menentukan bentuk lengkung gigi individual. Ukuran dan
khususnya dalam bidang ortodonti karena ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang
bawah ideal yang dimiliki setiap individu berbeda-beda satu dengan yang lain.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan rerata ukuran panjang lengkung gigi
rahang bawah pada suku Bali masing-masing L31, L61, L71 yaitu 4,25; 23,51;
40,34 mm, sedangkan lebar lengkung gigi rahang bawah masing-masing L33,
L66, L77 yaitu 27,10; 46,00; 56,75 mm. Bentuk lengkung gigi rahang bawah
yang paling banyak pada suku Bali yaitu mid sedangkan narrow merupakan
6.2 Saran
lengkung gigi rahang bawah pada suku Bali dengan jumlah sampel yang
lebih besar.
27
DAFTAR PUSTAKA
Adhani R, Widodo, Adib M. 2017, ‘Differences between male and female dental
Al-Maruzy, A. 2011, Proto Melayu dan Deutro Melayu Indonesia [serial online]
Mei 2011].
Alpiah D, Anindita PS, Juliatri. 2015, ‘Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang
bawah pada suku Minahasa’, Jurnal e-GiGi , vol. 3, no. 2, hlm. 376-377.
native Greek and American Caucasian adolescent’, Am J Orthod, vol. 95, no.
Aznar T, Galan AF, Marin I, Dominguez A. 2006, ‘Dental arch diameters and
relationships to oral habits’, Angle Orthod, vol. 76, no. 3, hlm. 441-445.
Desi FK, Sylvia M, Kristiani S. 2007, ‘Hubungan lebar mesiodistal gigi insisif
dengan lengkung gigi pada kasus berdesakan anterior’, Jurnal PDGI, vol.
Oktober 1992.
Febrina RS, Eky SSS, Endah M. 1997, ‘Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang
28
29
Foster CM, Sunga E, Chung CH. 2008, ‘Relationship between dental arch width
and vertical facial morphology in untreated adults’, Eur J Orthod, hlm. 288-
294.
Hasibuan MK. 2009, Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada
Nasional.
Jesika. 2009, Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa
suku Batak Fakultas Kedokteran Gigi dan Teknik USU, Skripsi, Universitas
Jakarta.
Lara EC, Carlos GPJ, Kubodera IT, Margarita MN. 2007, ‘Dental arch morphology
of Mazahua and Mestizo teenagers from central Mexico’, Braz J Oral Sci,
Lavelle CLB, Foster TD, Flinn RM. 1971, ‘Dental arches in various ethnic groups’,
arch depth dimensions in the mixed dentition in a skeletal sample from the
14th to the 19th century and Norwegian children and Norwegian sami
Moyer RE. 1988, Handbook of orthodontics, Ed. Ke-4, Year book Medical
Nazruddin. 2009, Perbedaan ukuran lebar lengkung gigi dan lebar lengkung
alveolar maloklusi klas II divisi 1 dan klas I oklusi normal, Tesis, Universitas
Novrida Z. 2007, Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa
Olmez S dan Dogan S. 2011, ’Comparison of the arch forms and dimension in
Paputungan R, Anindita PS, Siagian K. 2015, ‘Ukuran dan bentuk lengkung gigi
rahang bawah pada suku Mongondow’, Jurnal e-GiGi, vol. 3, no. 2, hlm.
350-355.
Pundayani PS. 2004,”Perbandingan lebar lengkung basal dan lengkung gigi rahang
atas pada maloklusi kelas II divisi I dan oklusi normal remaja keturunan Cina
Raberin M, Laumon B, Martin JL, Brunner F. 1993, ’Dimension and form of dental
Samir E, Bishara, Jakobsen JR, Treder J, Nowak A. 1998, ’Arch length changes
from 6 weeks to 45 years’, Angle Orthod, vol. 68, no. 1, hlm. 69-73.
Saputra Y, Anindita PS, Pangemanan D. 2016, ‘Ukuran dan bentuk lengkung gigi
rahang bawah pada orang Papua’, Jurnal e-GiGi , vol. 4, no. 2, hlm. 256-
257.
Sarworini BB. 2003, ‘Perubahan dan karakteristik lengkung gigi selama periode
hlm. 73-77.
Atas terhadap Bentuk Lengkung dan Wajah Anak Arah Lateral pada Anak
Perempuan Suku Jawa dengan Cina Umur 5-6 tahun, Kedokteran Gigi,
AE Publishing, Jakarta.
Sylvia M. 1993, ‘Variasi normal ukuran gigi, rahang dan wajah penduduk Pulau
Flores dan Timor Nusa Tenggara Timur’, MIKGI, vol. 6, no.12, hlm. 340-
343.
White LW. 1978, ‘Individualized ideal arches’, J Clin Orthod, vol. 12, no. 11,
hlm. 779-787.
Wisudantari Putu. 2009, Kontruksi Identitas Jender di Bali, FPsi UI, Jakarta.
LAMPIRAN
32
33
Lampiran 1
Foto-Foto Penelitian
34
Lampiran 2
35
Lampiran 3
36
Lampiran 4
37
Lampiran 5
Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah Mahasiswa Suku Bali FKG Unmas
No, L33 L66 L77 L31 L61 L71
1 29,20 44,20 56,89 3,25 23,05 43,65
2 23,27 38,97 51,58 2,66 22,68 39,06
3 29,61 48,16 60,5 4,15 24,95 42,06
4 23,77 45,72 57,44 4,68 21,65 38,32
5 27,61 47,88 62,31 4,92 25,96 43,98
6 23,97 48,27 54,81 3,91 20,26 36,70
7 30,18 48,09 58,06 5,35 25,08 43,58
8 27,24 50,14 63,74 4,16 23,13 38,30
9 26,88 45,12 55,18 3,03 24,14 39,79
10 26,99 47,60 53,90 4,83 24,03 40,32
11 26,61 44,13 60,06 3,54 25,78 41,47
12 26,23 41,31 52,34 3,21 22,48 38,04
13 27,15 45,77 56,61 4,63 23,55 39,67
14 26,99 43,72 50,84 5,13 22,89 39,49
15 29,98 52,38 59,85 4,55 23,88 41,45
16 26,06 44,78 54,54 3,32 22,69 38,45
17 26,26 41,62 52,21 6,35 22,07 39,47
18 29,61 51,47 59,75 4,37 24,20 40,92
19 27,09 47,58 56,20 5,67 22,43 41,24
20 24,96 40,33 48,43 3,94 22,24 38,98
21 27,21 48,25 56,46 4,47 25,17 42,83
22 25,43 48,16 56,19 3,65 21,99 38,72
23 29,17 44,77 60,91 3,18 23,24 39,62
24 29,15 50,35 58,76 5,87 26,41 43,84
25 27,43 46,69 53,27 4,92 24,37 40,92
26 27,11 48,04 56,63 4,01 24,28 42,03
27 27,25 44,71 51,75 4,36 23,63 43,17
28 25,52 42,19 52,75 3,27 20,29 37,65
29 28,47 46,86 63,62 3,73 24,15 42,15
30 29,83 45,81 57,03 3,75 25,46 35,84
31 26,61 46,88 61,31 4,92 24,96 42,98
32 26,24 49,14 62,74 4,16 22,13 37,30
33 25,61 43,13 59,06 3,54 24,78 40,47
34 25,26 40,62 51,21 5,35 21,07 38,47
35 28,61 47,16 59,50 4,15 23,95 41,06
Rata-Rata 27,10 46,00 56,75 4,25 23,51 40,34
Standar Deviasi 1.80 3.20 3.90 0.86 1.51 2.17
Lampiran 6
38
Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah Mahasiswa Suku Bali FKG Unmas
Mean Ratio Mean Ratio Persentase Bentuk
No Ratio Seluruh sampel Satu sampel Deviasi Relatif Lengkung
(x) (X) (X-x)/x X 100 Rahang
Mid
13 L31/L33 0,160 0,170 6,250
40
Mid
26 L31/L33 0,160 0,147 -8,125
42