Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU

Jeffry Todo Jeremia*, Ria Devitasari, Siti Atisya Y, Rianne Nabilah, Yatim
Mustakim (Asisten)
Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak 78124
*email : jeffryremia@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan penentuan orde reaksi dan tetapan laju. Tujuan dari
percobaan ini adalah menentukan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat oleh
ion hidroksida dengan cara titrasi. Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi
pereaksi ataupun produk dalam satu satuan waktu tertentu. Proses penentuan orde
reaksi dan harga tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida
dapat dilakukan dengan metode titrasi. Penentuan reaksi seperti ini didasarkan
pada jalanya reaksi yang diikuti dengan proses penentuan konsentrasi untuk ion –
OH pada waktu tertentu dengan cara mengambil sejumlah tertentu larutan
tersebut, kemudian ke dalam larutan yang ada mengandung asam berlebih atau
dapat di lakukan dengan cara mencampurkan larutan NaOH dengan etil asetat lalu
larutan yang sudah tercampur tersebut dicampurkan lagi dengan asam klorida dan
bagian yang berlebih dengan HCl akan dititrasi dengan larutan standar NaOH.
Harga tetapan laju yang dihasilkan dari percobaan ini adalah sebesar 0,0016x.
Kata kunci: laju reaksi, orde reaksi, tetapan laju

I. Data Pengamatan

No Titer V titrasi Perubahan warna


1 Campuran (t=0) 17 ml Merah muda
2 Campuran (t=7) 17,2 ml Merah muda
3 Campuran (t=14) 17,7 ml Merah muda
4 Campuran (t=21) 17,7 ml Merah muda

II. Hasil dan Pembahasan


2.1. Pembahasan
Kecepatan reaksi ialah kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi
terhadap waktu. Menurut hukum kegiatan massa, kecepatan reaksi pada
temperatur tetap, berbanding lurus dengan konsentrasi pengikut-
pengikutnya dan masing-masing berpangkat sebanyak molekul dalam
persamaan reaksi. Molekularitas dan tingkat reaksi tidak selalu sama,
sebab tingkat reaksi tergantung dari mekanisme reaksinya. Disamping itu
perlu diketahui bahwa molekularitas selalu merupakan bilangan bulat,
sedangkan tingkat reaksi dapat pecahan bahkan nol (Sukardjo, 1997).

Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk


dalam satuan-satuan waktu tertentu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai
laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau bertambah konsentrasi
suatu produk. Laju reaksi kimia adalah jumlah mol reaktan per satuan
volume yang bereaksi dalam satuan waktu tertentu. Adapun faktor yang
mempengaruhi laju reaksi, seperti sifat pereaksi, konsentrasi, temperatur
dan katalis. Persamaan tentang laju reaksi dapat dinyatakan sebagai :
(Sastrohamidjojo, 2001)
m n
v =k [ A ] [ B ]
Orde reaksi merupakan pangkat-pangkat dalam suatu persamaan laju
reaksi kimia. Orde reaksi tergantung reaksi yang berlangsung, bila
pangkat tinggi, maka laju reaksi semakin tinggi. Orde reaksi dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi. Orde reaksi total merupakan jumlah
total dari orde-orde reaksi tersebut. (Bird, 1991)
Pertama kali yang dilakukan adalah membuat larutan etil asetat
dengan cara mengambil 0,2 ml larutan etil asetat pekat dan dilarutkan
pada labu ukur 100 ml menggunakan akuades. Didapatkan konsentrasi etil
asetat 0,02 M. Kemudaian dibuat juga larutan NaOH 0,02 M dengan
menimbang NaOH sebanyak 0,2 gram, dan dilarutkan dengan akuades
dalam labu ukur 200 ml.
Kemudian disiapkan dua erlenmeyer untuk diisi masing-masing etil
asetat dan NaOH. Suhu disamakan pada 35 °C. Setelah sama,
dicampurkan kedua larutan tersebut, lalu dibiarkan dalam kurun waktu
(0,7,14,21) menit. Tujuan dari variasi waktu tersebut digunakan untuk
mengetahui perbandingan laju reaksi terhadap waktu yang digunakan
larutan untuk bereaksi. Waktu terhitung setelah kedua larutan bercampur.
Reaksi yang terjadi adalah :

CH3COOO2H5 + NaOH  CH3COONa + 3H2O3


Setelah dicapai waktu yang diinginkan, kemudian dipipet campuran
antara larutan NaOH dan etil asetat sebanak 10 ml ke dalam erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan HCl dalam larutan tersebut untuk memberi
suasana asam. Setelah itu larutan diberikan indikator PP sebagai indikator
penunjuk titik ekuivalen campuran saat dilakukan titrasi menggunakan
NaOH standar. Titrasi adalah metode
penetapan kadar suatu larutan dengan
menggunakan laruta standar yang sudah
diketahui konsentasinya. Dalam hal ini,
suatu larutan yang konsentrasinyatidak
diketahui sampai reaksi kimia antara
kedua larutan tersebut berlangsung
sempurna. Titik ekuivalen dalam titrasi
adalah titik keadaan asam-basa dapat
ditentukan secara stokiometri.
(Chandra, 2012)
Setelah dilakukan titrasi, larutan
merubah menjadi warna merah muda.
Perubahan warna dapat terjadi dikarenakan larutan yang dititrasi telah
mencapai titik ekuivalen. Volume titrasi dicatat sesuai percobaan. Dari
Gambar 1. Proses Titrasi hasil proses titrasi, volume titrasi
pada variasi waktu (0, 7, 14, 21)
menit adalah (17; 17,2; 17,7; 17,7) ml. Hal tersebut sesuai dengan konsep
laju reaksi yang menyatakan baha semakin rendah suhu maka semakin
lambat reaksi yang terjadi. Berdasarkan hasil grafik di bawah, laju reaksi
yang didapatkan pada percobaan ini adalah 0,0016x.
2.2. Perhitungan
I.1.1. Penentuan Larutan
a. Larutan HCl 0.02 M
M1V1 = M2V2
12.063∙ V 1 = 0.02 · 250
V 1 = 0.4 ml
b. Larutan NaOH 0.02 M
m 1000
M= ×
Mr Vc

m 1000
0.02= ×
40 250

m = 0.2 gram

c. Larutan Etil Asetat 0.02 M


M1V1 = M2V2
10.12∙ V 1=0.02 ∙100
V1 = 0.2 ml
I.1.2. Standarisasi NaOH
NaOH + HCl → NaCl + H2O
n NaOH = M HCl · v HCl
= 0.02 · 10
= 0.2 mmol
n NaOH 0.2
M NaOH = = =0.0179 M ≈ 0.02 M
v NaOH 11.2
I.1.3. Penentuan Laju Orde Reaksi
a. Mol C4H8O2 awal = M x V = 0.02 x 10 = 0.2 mmol
b. Mol NaOH awal = M x V = 0.02 x 10 = 0.2 mmol
c. Mol HCl awal = M x V = 0.02 x 20 = 0.4 mmol
d. Mol HCl yang tidak bereaksi = mol NaOH titrasi = 0.2
mmol

t (s) M NaOH V NaOH n NaOH


0 standarisasi
0.02 titrasi
17 titrasi
0.34
420 0.02 17.2 0.344
840 0.02 17.7 0.354
1260 0.02 17.7 0.354
e. Mol HCl yang bereaksi = Mol HCl awal – Mol HCl tidak bereaksi

t (s) mol HCl mol HCl mol HCl


0 awal
0.4 tidak
0.34 bereaksi
0.06
420 0.4 0.344 0.056
840 0.4 0.354 0.046
1260 0.4 0.354 0.046
f. Mol HCl bereaksi = Mol NaOH sisa
g. X = Mol NaOH yang bereaksi = mol NaOH awal – mol
NaOH sisa
mol X pada waktu tertentu
h. [ X ] =
v total campuran

t (s) mol mol Mol X Volume [X]


0 0.2 0.06 0.14 30 0.0047
420 0.2 0.056 0.144 30 0.0048
840 0.2 0.046 0.154 30 0.0051
1260 0.2 0.046 0.154 30 0.0051

X
i. =k xt
[ A 0 ] ( [ A 0 ]− [ X ] )
j. Tetapan Laju Reaksi
t (s) [X] [ A0] [ A 0 ] − [ X ] [ A 0 ] ( [ A 0 ] −[ X ] ) X
0 0.0047 t (s) 0.02 0.0153 X 0.00031 k [ A 015.3595 ] ( [ A 0 ]− [ X ] )
420 0.0048 0 0.02 [ A 015.3595 ] ([ A 0 ]− [ X0.00030
0.0152 ]) 0 15.7895
840 0.0051 4200.02 15.7895 0.18797 17.1141
0.0149 0.00030
1260 0.0051 8400.02 17.1141 0.1019 17.1141
0.0149 0.00030
1260 17.1141 0.0679
k.

Tetapan Laju
17.5000
17.0000 f(x) = 0x + 15.36
R² = 0.88
16.5000
16.0000
15.5000
15.0000
14.5000
14.0000
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Tetapa n Laju Li nea r (Teta pan La ju)

Grafik
Gambar. Grafik Orde Reaksi dan Tetapan Laju

2.3. Jawaban Pertanyaan


1. Kenyataan yang menyatakan bahwa reaksi penyabunan etil asetat
merupakan reaksi orde kedua adalah reaksi suatu etil asetat terhadap
basa NaOH merupakan hukum laju keseluruhan reaksi merupakan
penjumlahan orde semua komponen, V= k [A] [B]
2. Satuan hantaran molar adalah M dan hantaran jenis adalah gr/mol.
3. Akibat yang terjadi bila titrasi dari HCl tidak segera dilakukan adalah
larutan tersebut akan menghentikan reaksi saja, namun terjadi
penurunan suhu bila akan dilakukan titrasi dalam waktu lama setelah
penambahan HCl.
4. Cara menentukan Orde reaksi dari suatu reaksi kimia adalah
tergantung reaksi yang terjadi, melihat pengaruh reaktan terhadap
produk dan melalui penjumlahan komponen orde setiap reaksi yang
terjadi.
5. Energi pengaktifan dapat ditentukan secara percobaan langsung
dengan cara menambahkan senyawa tertentu yang dapat
menghasilkan energi tertentu
III. Penutup
III.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka disimpulkan
bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida merupakan orde
reaksi kedua dan harga konsnta laju (B) yang dihasilkan dari grafik adalah
sebesar 0,0016x.
III.2. Saran
Setelah melakukan percobaan maka disarankan untuk praktikum
selanjutnya adalah agar menggunakan juga variasi suhu untuk melihat
pengaruh suhu terhadap laju reaksi dalam percobaan dan melihat hasil dari
proses titrasi yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

 Bird, S. 1991. Laju Reaksi dan Tetapan Laju. Jakarta : Erlangga


 Chandra, Achmad Dwiana. 2012. Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self
Tuning PID melalui Metode Adaptive Control. Jurnal Teknik POMITS
Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
 Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta
 Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta

Pre-Test

1. Apa yang dimaksud dengan laju reaksi?


Jawab :
Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk dalam
satuan-satuan waktu tertentu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau bertambah konsentrasi suatu
produk.
2. Apa yang mempengaruhi laju suatu reaksi?
Jawab :
seperti sifat pereaksi, konsentrasi, temperatur dan katalis.
3. Apa yang dimaksud dengan orde reaksi
Jawab :
Orde reaksi merupakan pangkat-pangkat dalam suatu persamaan laju
reaksi kimia.

Anda mungkin juga menyukai