Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perlindungan hak kekayaan intelektual sangat penting bagi pembangunan
yang sedang berlangsung diIndonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang
dilindungi di Indonesia bisa saja berupa merek, lisensi, hak cipta, paten maupun
desain industri. Kata, huruf, angka, gambar, foto, bentuk, warna, jenis logo, label
atau gabungannya yang dapat digunakan untuk membedakan barang dan jasa
dapat dianggap sebagai sebuah merek.
Di sebagian negara, slogan iklan juga dianggap sebagai merek dan dapat
didaftarkan pada Kantor Hak dan Kekayaan Inteletual (HaKI). Jumlah negara
yang membuka kemungkinan untuk pendaftaran bentuk-bentuk mereka yang
kurang biasa didaftarkan seperti warna tunggal, tanda tiga dimensi (bentuk produk
atau kemasan), tanda-tanda yang dapat didengar (bunyi) atau tanda olfactory
(bau). Namun demikian, sebagian besar negara telah menentukan batasan-batasan
mengenai hal apa saja yang dapat didaftarkan sebagai sebuah merek, secara umum
adalah untuk tanda-tanda yang memang secara visual dapat dirasakan atau
yang dapat ditunjukkan dengan gambar atau tulisan
Pemahaman yang harus dibentuk ketika menempatkan merek sebagai hak
kekayaan intelektual adalah kelahiran hak atas merek yang diawali dengan
temuan-temuan barang atau jasa yang lebih dikenal dengan penciptaan. Pada
merek ada unsur ciptaan yakni : desain logo maupun huruf. Dalam merek, bukan
hak atas ciptaan itu yang dilindungi tetapi merek itu sendiri sebagai tanda
pembeda.
Merek pada saat ini bukan hanya sebagai suatu nama atau simbol
saja, melainkan merek memiliki aset kekayaan yang sangat besar. Merek
yang tepat dan dipilih secara hati-hati merupakan aset bisnis yang berharga
untuk sebagian besar perusahaan. Perkiraan nilai dari merek-merek terkenal
di dunia seperti Coca-Cola atau IBM melebihi 50 (lima puluh) milyar dollar
masing-masingnya. Hal ini karena konsumen menilai merek, reputasi, citradan
sejumlah kualitas-kualitas yang konsumen inginkan yang berhubungan dengan
merek. Konsumen dalam hal ini mau membayar lebih untuk produk dengan
merek tertentu yang telah diakui dunia dan yang dapat memenuhi harapan
mereka. Oleh karena itu, memiliki sebuah merek dengan citra dan reputasi
yang baik menja dikan sebuah perusahaan lebih kompetitif. Bahkan bagi
beberapa negara di Amerika Selatan, merek dijadikan sebagai simbol asosiasi
kultural dan sentuhan mistik.
Fungsi utama dari sebuah merek adalah agar konsumen dapat mencirikan
suatu produk (baik itu barang maupun jasa) yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga dapat dibedakan dari produk perusahaan lain yang serupa atau
yang mirip yang dimiliki oleh pesaingnya. Konsumen yang merasa puas
dengan suatu produk tertentu akan membeli atau memakai kembali produk
tersebut di masa yang akan datang. Untuk dapat melakukan hal tersebut
pemakai harus mampu membedakan dengan mudah antara produk yang asli
dengan produk-produk yang identik atau yang mirip.
Untuk memungkinkan satu perusahaan dapat membedakan dirinya dan
produk yang dimiliki terhadap apa yang dimiliki oleh para pesaingnya, maka
merek menjadi peran penting dalam pencitraan dan strategi pemasaran
perusahaan, pemberian kontribusi terhadap citra dan reputasi terhadap produk dari
sebuah perusahaan di mata konsumen. Citra dan reputasi perusahaan untuk
menciptakan kepercayaan merupakan dasar untuk mendapatkan pembeli yang
setia dan meningkatkan nama baik perusahaan. Konsumen sering memakai faktor
emosional pada merek tertentu, berdasarkan serentetan kualitas yang
diinginkan atau fitur-fitur yang terwujud dalam produk-produk yang dimiliki
merek tersebut, contoh : Mobil Toyota yang merupakan top best seller selama
satu dasawarsa terakhir ini di Indonesia telah mempunyai reputasi yang
legendaris sebagai mobil yang tahan segala kondisi dan cuaca serta suku
cadang yang murah dan mudah terjangkau.
Merek juga dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk berinvestasi
dalam memelihara dan meningkatkan kualitas produk yang mereka miliki guna
menjamin bahwa merek produk yang mereka miliki memiliki reputasi yang baik.
Hal ini terbukti bahwa beberapa merek terkenal, seperti: sepatu dan sandal
Pakalolo yang mempunyai kualitas yang bagus senantiasa berinvestasi dan
mengembangkan produk mereka dengan berbagai model dan inovasi yang
mutakhir sehingga masyarakat sudah meyakini kualitas dari Pakalolo.
Walaupun sebagian besar pelaku bisnis menyadari pentingnya penggunaan
merek untuk membedakan produk yang mereka miliki dengan produk para
pesaing mereka, tapi tidak semua dari mereka yang menyadari mengenai
pentingnya perlindungan merek melalui pendaftaran.
Tanpa adanya pendaftaran merek, investasi yang dimiliki dalam
memasarkan sebuah produk dapat menjadi sesuatu yang sia-sia karena perusahaan
pesaing dapat memanfaatkan merek yang sama atau merek yang mirip
tersebut untuk membuat atau memasarkan produk yang identik atau produk
yang mirip.
Jika seorang pesaing menggunakan mereka yang identik atau mirip,
pelanggan dapat menjadi bingung sehingga membeli produk pesaingnya
tersebut yang dikiranya produk dari perusahan sebenarnya.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam mengenai ilmu Hak Kekayaan Intelektual dan makalah ini
diberikan judul “Pentingnya Hak Atas Merk ”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Merek dan Hak atas Merek.?
2. Bagaimanakah jenis-jenis Hak Merek dan apa fungsi Merek.?
3. Bagaimana prosedur pendaftaran Merek.?
4. Bagaimana perlindungan Hak Merek dan apa sanksi pelanggaran Hak
Merek?

C. Tujuan
Tujuan penelitian
a. Untuk menganalisis Merek dan Hak atas Merek
b. Untuk menjelaskan jenis-jenis Hak Merek dan apa fungsi Merek.
c. Untuk memahami prosedur pendaftaran Merek
d. Untuk menganalisis perlindungan Hak Merek dan apa sanksi
pelanggaran Hak Merek?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Merek
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,
merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Pasal 1 angka (1) UU No 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis (“UU Merek & IG“) memberikan pengertian bahwa
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar,
logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi
dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih
unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh
orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa
Dalam UU Merek & IG, tidak ada penjelasan baku mengenai gambar, nama,
kata, huruf, angka serta susunan warna namun dalam praktiknya yang dimaksud
dengan gambar, nama, kata, huruf, angka serta susunan warna adalah sebagai
berikut:
1. Gambar
Gambar yang dijadikan logo merek tidak boleh terlalu rumit seperti
benang kusut atau juga terlalu sederhana seperti titik. Sehingga, gambar
dapat melambangkan kekhususan tertentu dalam bentuk lencana atau
logo, dan secara visual langsung memancarkan identitas merek tersebut.
2. Nama.
Pada dasarnya nama orang, badan usaha, kota, benda, dapat dijadikan
sebagai Merek namun tetap harus memiliki daya pembeda (distinctive
power) yang kuat agar dapat menjadi identitas yang sangat spesifik dari
pemilik nama. Nama yang sangat umum yang tidak memiliki daya
pembeda yang kuat tidak dapat didaftarkan sebagai Merek karena akan
mengaburkan identitas khusus seseorang dan membuat bingung
masyarakat. Begitu pula dengan nama yang mempunyai lebih dari satu
pengertian tidak bisa dijadikan Merek.
3. Kata
Kata dapat dijadikan sebagai Merek jika mempunyai kekhususan yang
memberikan kekuatan daya pembeda dari Merek lain yang meliputi
berbagai bentuk yaitu:
a. Dapat merupakan kata dari bahasa asing, bahasa Indonesia, dan bahasa
daerah;
b. Dapat berupa kata sifat, kata kerja, dan kata benda;
c. Dapat merupakan kata yang berasal dari istilah bidang tertentu, seperti
budaya, pendidikan, kesehatan, teknik, olahraga, seni, dan sebagainya;
d. Bisa merupakan satu kata saja atau lebih dari satu kata, dua atau beberapa
kata.
4. Huruf
Sama halnya dengan gambar, sepanjang tidak memuat susunan yang
rumit dan tidak terlalu sederhana, huruf juga dapat dijadikan Merek.
5. Angka
Angka tidak dapat dijadikan sebagai Merek jika hanya mengandung 1
(satu) angka saja karena terlalu sederhana dan tidak memiliki daya
pembeda yang cukup. Oleh karena itu, angka harus dibuat sedemikian
rupa hingga memiliki daya pembeda, namun tidak terlalu rumit juga
karena akan sulit didefinisikan sehingga tidak dapat didaftarkan sebagai
Merek.
6. Susunan Warna
Merek yang berupa susunan warna berarti Merek tersebut terdiri dari
satu unsur warna. Susunan warna yang dibuat sederhana tanpa
dikombinasikan dengan unsur gambar atau lukisan geometris, diagonal
atau lingkaran, atau gambar dalam bentuk apa saja, dianggap kurang
memberikan daya pembeda.

7. Merek Kombinasi
Merek kombinasi merupakan unsur Merek yang terdiri dari gabungan
gambar, nama, kata, huruf, angka serta susunan warna yang secara
keseluruhan tidak merupakan satu kesatuan pengertian sendiri. Banyak
Merek-Merek yang berbentuk kombinasi dari berbagai unsur. Bahkan,
pada umumnya hampir semua Merek merupakan kombinasi dari dua,
tiga, atau seluruh unsur-unsur tersebut.

Ada beberapa perbedaan terkait undang-undang merek yang baru dengan


yang lama. Perbedaan tersebut di antaranya:
1. Yang lama, hanya berhubungan dengan merek konvensional sedangkan
yang baru, undang-undang terbaru memperluas merek yang akan
didaftarkan. Di antaranya penambahan merek 3 dimensi, merek suara, dan
merek hologram.
2. Yang lama, Proses pendaftaran relatif lebih lama.
Permohonan dilanjutkan dengan pemeriksaan formal, setelah itu
pemeriksaan subtantif, kemudian pengumuman dan diakhiri dengan
sertifikasi. Yang baru, proses pendaftaran menjadi lebih singkat.
Permohonan dilanjutkan dengan pemeriksaan formal, dilanjutkan dengan
pengumuman (hal tersebut guna melihat apakah ada yang keberatan),
dilanjutkan dengan pemeriksaan subtantif dan di akhir dengan sertifikasi.
Sehingga pemohon akan mendapatkan nomor lebih cepat dari sebelumnya.
3. Yanglama, Menteri tidak memiliki hak untuk menghapus merek terdaftar
sedangkan yang baru : Menteri memiliki hak untuk menghapus merek
terdaftar dengan alasan merek tersebut merupakan Indikasi Geografis, atau
bertentangan dengan kesusilaan dan agama.Sedangkan untuk pemilik
merek terdaftar tersebut dapat mengajukan keberatannya melalui gugatan
kePTUN.
4. Yang lama, Gugatan oleh merek terkenal sebelumnya tidak
diatur.sedangkan yang baru, merek terkenal dapat mengajukan gugatan
berdasarkan putusan pengadilan..
5. Yang lama, Tidak memuat mengenai pemberatan sanksi pidana.dan yang
baru, Memuat pemberatan sanksi pidana bagi merek yang produknya
mengancam keselamatan dan kesehatan jiwa manusia.
6. Yang lama, hanya menyinggung sedikit mengenai indikasi geografis,
namun memang banyak diatur di peraturan pemerintah. Yang baru,
Ketentuan mengenai indikasi geografis diatur dalam empat BAB (Pasal 53
sampaidengan71).Pemohon indikasi geografis yaitu:
a. Lembaga yang mewakili masyarakat di kawasan geografis tertentu.
b. Pemerintah Daerah provinsi atau kabupaten kota.
Produkyangdapatdimohonkan:
a. Sumber daya alam
b. Barangkerajinantangan
c. Hasil industri

Ada beberapa Pengertian merek menurut para ahli yaitu:


1. Kotler dan Amstrong (2012)
Kotler dan Amstrong menyatakan bahwa brand atau merek memiliki
pengertian sebagai sebuah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain atau
sebuah kombinasi di antaranya, yang bertujuan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen.
Menurutnya merek akan memudahkan konsumen dalam
mengidentifikasi produk-produk yang ada di pasar, mengidentifikasi
produk-produk mana yang memiliki manfaat lebih, atau produk-produk
mana yang sesuai dengan selera konsumen. Ditambah merek juga
menyatakan sesuatu tentang konsistensi dan kualitas. Artinya bila
kualitas dan konsistensi suatu merek itu bagus, maka akan sangat mudah
diterima oleh konsumen.
2. Aaker (1997)
Menurutnya merek atau brand adalah nama atau simbol yang besifat
membedakan dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari
seorang atau kelompok penjual tertentu sehingga membedakannya dari
produk lain yang dihasilkan oleh para kompetitor. Membedakan disini
bisa berarti dari segi logo, cap, nama, kemasan dll. Produk lain bisa
berupa barang-barang maupun jasa.
3. Wheeler (2006)
" A brand is the nucleus of sales and marketing activities, gerating
increased awareness and loyalty, when managed strategically".
Terjemahannya : Merek adalah nucleus (inti) dari sales (penjualan) dan
kegiatan pemasaran, menghasilkan peningkatan awareness (kesadaran)
dan loyalty (loyalitas) apabila dikelola secara strategis.
4. Lamb et al (2001)
Menurutnya definisi dari brand/merek adalah nama, istilah, tanda,
simbol atau desain atau kombinasi semuanya, yang mengidentifikasikan
produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing
5. Sinamora (2003)
Definisi merek menurut sinamora yaitu, brand adalah segala sesuatu
yang mengidentifikasi barang atau jasa penjual dan membedakannya
dari barang dan jasa lainnya. Merek dapat berupa sebuah kata, huruf-
huruf, sekelompok kata, simbol, desain atau beberapa kombinasi di atas.
6. Shimp (2010)
Mereka adalah rancangan unik perusahaan atau merek dagang
(trademark) yang membedakan penawarannya dari kategori produk
pendatang lain.
7. Alma (2014)
Terakhir, pendapat ahli tentang merek adalah suatu tanda atau simbol
yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang dapat
berupa kata-kata, gambar, atau kombinasi keduanya.
Dari pengertian-pengertian merek menurut para ahli di atas, dapat
disimbulkan bahwa pada intinya merk adalah : (mengandung beberapa point
penting.
a. Segala sesuatu yang membedakan produk dengan produk lainnya
atau memberikan identitas sehingga konsumen mudah dalam
mengidentifikasi produk
b. Dapat berupa nama, istilah, tanda, simbol, kemasan, gambar, cap
atau kombinasi dari semuanya
c. Digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa
d. Bila dikelola dengan baik dapat meningkatkan kesadaran dan
loyalitas konsumen
Adapun pengertian Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan
oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek
untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek atau memberikan
izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

B. Jenis-jenis Merek Dan fungsi Merek


Ada beberapa jenis jenis merek ,diantaranya adalah
1. Merek Dagang
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang
sejenis lainnya.
2. Merek Jasa
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis
lainnya.
3. Merek Kolektif
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau
jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh
beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
Fungsi Merek
Merek memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. Tanda Pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya.
2. Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya
cukup dengan menyebutkan mereknya.
3. Sebagai jaminan atas mutu barangnya.
4. Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.

C. Pendaftaran Merek
Yang dapat mengajukan pendaftaran merek adalah :
1. Orang (persoon)
2. Badan Hukum (recht persoon)
3. Beberapa orang atau badan hukum (pemilikan bersama)
Fungsi Pendaftaran Merek:
1. Sebagai alat bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang
didaftarkan.
2. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan
atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang
lain untuk barang/jasa sejenis.
3. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang
sama keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk
barang/jasa sejenis.

Prosedur Permohonan Pendaftaran Merek berdasarkan Undang-Undang


Merek No. 15 Tahun 2001.
1. Permohonan pendaftaran Merek diajukan dengan cara mengisi
formulir yang telah disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia
dan diketik rangkap 4 (empat).
2. Pemohon wajib melampirkan:
a. Surat pernyataan di atas kertas bermeterai cukup yang ditanda
tangani oleh pemohon (bukan kuasanya), yang menyatakan
bahwa merek yang dimohonkan adalah miliknya.
b. Surat kuasa khusus, apabila permohonan pendaftaran diajukan
melalui kuasa
c. Salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya
yang dilegalisasi oleh notaris, apabila pemohon badan hukum
d. 24 (dua puluh empat) lembar etiket merek (4 lembar dilekatkan
pada formulir) yang dicetak diatas kertas
e. Fotokopi kartu tanda penduduk pemohon.
f. Bukti prioritas asli dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia,
apabila permohonan dilakukan dengan hak prioritas.
g. Bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp. 600.000,-
(enam ratus ribu rupiah).
Sebelum mengajukan aplikasi pendaftaran hak merek, sebaiknya dilakukan
dulu pencarian bahwa hak merek yang akan Anda ajukan belum pernah terdaftar
di Dirjen HAKI. Setelah terdapat konfirmasi bahwa hak merek tersebut masih bisa
didaftarkan, maka selanjutnya proses pendaftaran bisa dilakukan. Lama proses
dari pendaftaran hingga terbitnya sertifikat hak merek (jika tidak ada keberatan
dari pihak lain) adalah sekitar 2 -3 tahun.
Prosedur Permohonan Pendaftaran Merek berdasarkan Undang-Undang
Merek No. 20 Tahun 2016. Dokumen dan persyaratan yang harus dilengkapi saat
pengajuan untuk mendapatkan Tanggal Penerimaan adalah:
1. Formulir Pendaftaran Merek yang dibuat rangkap
dua, telah diisi lengkap dan ditanda-tangani oleh
Pemohon atau Kuasanya;
2. Kelas dan jenis barang/jasa. Satu permohonan
merek untuk satu merek di satu kelas, namun tidak
terbatas jumlah jenis barang/jasanya. Kelas dan
jenis barang tidak dapat diganti ataupun ditambah
setelah mendapat Tanggal Penerimaan, namun untuk
jenis barang dapat dikurangi.
3. Membayar biaya pendaftaran sebesar Rp.
2.000.000,00;
4. Contoh etiket merek sebanyak 3 (tiga) lembar,
dengan ukuran minimum 2 x 2 cm dan maksimum 9
x 9 cm;
5. Surat Pernyataan Hak, yang merupakan pernyataan
Pemohon bahwa ia memang memiliki hak untuk
mengajukan pendaftaran merek tersebut dan akan
menggunakan merek yang didaftarkan dalam
perdagangan barang/jasa untuk mana merek tersebut
didaftar;
6. Surat Kuasa, jika permohonan diajukan melalui
Kuasa.
Saat ini permohonan pendaftaran merek juga bisa diajukan secara elektronik
(e-filing), namun sejauh ini akses masih belum dibuka secara luas dan hanya
terbatas pada Kanwil KemenkumHAM, universitas, dan Konsultan HKI.
Manakala persyaratan minimum (formulir yang diisi lengkap, label merek,
pembayaran biaya) sudah terpenuhi, permohonan akan mendapatkan Tanggal
Penerimaan. Paling lambat 15 hari setelah Tanggal Penerimaan, permohonan akan
diumumkan dalam Berita Resmi Merek, di mana masa Pengumuman akan
berlangsung selama 2 (dua) bulan. Selama masa pengumuman tersebut
masyarakat berkesempatan mengajukan keberatan jika merasa merek tersebut
tidak dapat didaftar atau harus ditolak pendaftarannya, untuk mana kemudian
Pemohon berhak menyampaikan sanggahan atas keberatan tersebut.
Dalam waktu 30 (tigapuluh) hari setelah berakhirnya masa Pengumuman,
atau setelah batas akhir penyampaian sanggahan atas keberatan, permohonan akan
memasuki masa Pemeriksaan Substantif. Tahapan ini adalah penentuan apakah
suatu merek yang dimohonkan dapat didaftar atau tidak, dan harus diputuskan
selambat-lambatnya dalam waktu 150 (seratuslimapuluh) hari sejak dimulainya
masa Pemeriksaan Substantif.
Dalam hal merek ditolak untuk didaftar, Pemohon berhak mengajukan
banding ke Komisi Banding Merek.
Dalam hal merek disetujui untuk didaftar, DJKI berkewajiban untuk
menerbitkan Sertifikat Pendaftaran Merek dalam waktu 15 (limabelas) hari sejak
tanggal Pendaftaran Merek.
Hal-Hal yang Menyebabkan Suatu Merek Tidak Dapat di Daftarkan.
1. Didaftarkan oleh pemohon yang tidak beritikad baik.
2. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas keagamaan, kesusilaan, atau ketertiban umum.
3. Tidak memiliki daya pembeda.
4. Telah menjadi milik umum.
5. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya. (Pasal 4 dan Pasal 5 UU Merek).

Hal-hal yang menyebabkan suatu permohonan merek harus ditolak oleh


Dirjen HKI:
1. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk
barang dan/atau jasa yang sejenis.
2. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau
jasa.
3. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau
jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu
yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
4. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
indikasi geografis yang sudah dikenal.
5. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama
badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali ata persetujuan
tertulis dari yang berhak.
6. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama,
bendera atau lambang atau simbol atau emblem suatu negara atau
lembaga nasional maupun internasional,kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang.
7. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel
resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga pemerintahan,
kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

Jangka Waktu dan Perpanjangan


1. Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10
tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang.
2. Permohonan perpanjangan diajukan secara tertulis oleh pemilik merek
atau kuasanya dalam jangka waktu 12 bulan sebelum berakhir jangka
waktu perlindungan merek terdaftar tersebut.
Permohonan perpanjangan disetujui:
1. Bila merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang/jasa
sebagaimana yang disebut pada merek tersebut.
2. Barang atau jasa dari merek tersebut masih diproduksi dan
diperdagangkan.
Perpanjangan ditolak:
1. Permohonan ditolak apabila permohonan perpanjangan di ajukan
kurang dari 12 bulan dari masa berakhirnya perlindungan hukum
merek tersebut.
2. Apabila mempunyai persamaan pada pokok atau merek terkenal
milik orang lain.

. Penghapusan dan Pembatalan Pendaftaran Merek


Penghapusan pendaftaran merek dari daftar umum merek dapat dilakukan
atas prakarsa direktorat jendral berdasarkan permohonan pemilik merek yang
bersangkutan.
Penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa direktorat jenderal dapat
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Merek tidak digunakan selama 3 tahun berturut-turut dalam
perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau
pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima
oleh direktorat jenderal.
2. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai
dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran,
termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang
terdaftar.
Dengan demikian, penghapusan pandaftaran merek dicatat dalam daftar
umum dan diumumkan dalam berita resmi merek.
Penghapusan merek dan merek kolektif berdasarkan alasan diatas dapat
diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk gugatan kepada pengadilan niaga dan
setiap putusan pengadilan niaga hanya dapat diajukan kasasi.

D. Perlindungan Hak Merek dan apa sanksi pelanggaran Hak Merek


Menurut Suteti (2009: 98) Perlindungan Merek adalah salah satu bentuk
kepastian hokum yang dibutuhkan investor, baik dalam maupun luar negeri.
Setelah Indonesia meratifikasi Konvensi tentang Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) guna mengesahkan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia atau Agreement Establishing
the WTO, dilakukan pembenahan dalam berbagai peraturan perundang-
undangan tentang Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia
Turut-sertanya Indonesia dalam era globalisasi menimbulkan tingkat
persaingan yang semakin meninggi. Dalam persaingan usaha yang cukup
ketat, timbul banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh pelaku
usaha untuk menjatuhkan kompetitor usahanya, misalnya dengan melakukan
pemalsuan merek atau pemakaian merek milik orang lain secara tanpa izin.
Hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi pemilik merek yang sebenarnya
apabila kualitas yang dijual tidak sama dengan kualitas yang asli. Selain
itu juga menimbulkan kebingungan bagi masyarakat luas.
Agar merek-merek tersebut dapat dilindungi hukum, khususnya
hukum merek di Indonesia, maka merek tersebut harus didaftarkan ke
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia -Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual sehingga terdaftar dalam Daftar Umum Merek
dan pemilik merek yang sebenarnya akan mendapat sertifikat merek sebagai
tanda bukti hak/kepemilikan atas merek dagang produk. Bila tidak, maka
pemilik merek yang sebenarnya akan sulit membuktikan haknya apabila
suatu ketika merek tersebut digunakan pihak lain atau digugat oleh pihak
lain. Mengenai hak atas merek tersebut diatur dalam Undang-undang
Nomor 15 Tahun2001 tentang Merek berbunyi sebagai berikut. Hak atas
Merek adalah hak ekslusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik
Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu
tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan
izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.Di dalam rangka memberikan
perlindungan hukum kepada pemilik terdaftar, hakim pengadilan
negeri/pengadilan niaga dapat menetapkan penetapan sementara pengadilan.
Pasal 80 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menyatakan bahwa
berdasarkan bukti yang cukup pihak yang haknya dirugikan dapat
meminta hakim pengadilan niaga untuk menerbitkan surat penetapan
sementara tentang :
a. Pencegahan masuknya barang yang berkaitan dengan pelanggran
hak merek. Ketentuan ini dimaksudkanuntuk mencegah kerugian
yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, sehingga
pengadilan niaga diberi kewenangan untuk menerbitkan kewenangan
sementara guna mencegah berlanjutnya pelanggaran dan masuknya
barang yang diduga melanggar hak atas merek ke jalur perdagangan
termasuktindakan importisasi.
b. Penyimpanan alat bukti yang berkaitan dengan pelanggaran merek
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pihak pelanggar
menghilangkan barang bukti Permohonan penetapan sementara
diajukan secara tertulis kepada pengadilan niaga dengan persyaratan
sebagai berikut:
7. Melampirkan bukti kepemilikan merek yaitu
sertifikat merek atau surat pencacatan
perjanjian lisensi bila pemohon penetapan adalah
penerima lisensinya
8. Melampirkan bukti adanya petunjuk awal yang
kuat atas pelanggaran merek
9. Keterngan yang jelas mengenai jenis barang dan
atau dokumen yang diminta, dicari,
dikumpulkan dan diamankan untuk keperluan
pembuktian
10. Adanya kekhawatiran bahwa pihak yang
diduga melakuka pelanggarnan merek akan dapat
dengan mudah menghilangkan barang bukti
11. Membayar jaminan berupa uang tunai atau
jaminan bank, yang besarnya harus
sebanding dengan nilai barang atau nilai jasa yang
dikenai penetapan sementara.
Disamping ada gugatan perdata dalam hal pelanggaran merek dan
persaingan curang, menurut Soenandar, Taryana (2007: 92) hukum
mengancam barangsiapa yang melakukan kebohongan atau memberikan
informasi bohong, atau pernyataan bohong, baik secara lisan maupun secara
tertulis, atau bentuk kebohongan lainnya sehingga mendapat izin dari Kantor
Paten un mendaftarkan merek dan nama perusahaan atau menyatakan
dirinya sebagai pemilik dari merek atau nama perniagaan itu, atau
menggunakan merek-merek tersebut
Sertifikat merek merupakan tanda bukti bahwa merek tersebut telah
didaftarkan dalam Daftar Umum Merek. Undang-undang Nomor 15 Tahun
2001 tentang Merek memberikan hak ekslusif kepada pemiliknya. Hak
ekslusif ini memberikan jaminan perlindungan hukum atas merek yang
mereka gunakan. Hak ekslusif ini melarang produsen lain menggunakan
merek dengan tulisan ataupun gambar yang sama pada kemasannya. Akan
tetapi hak tersebut tidak diberikan kepada para produsen yang belum
memiliki sertifikat merek. Dalam kelanjutan usahanya, merek yang
mereka gunakan bisa digunakan oleh orang lain. Didalam penyelesaian
sengketa Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
telah menyediakan 2 (dua) sarana hukum, yang dapat dipergunakan
sekaligus untuk menindak pelaku pelanggaran terhadap hak merek, yakni
sarana hukum Pidana dan hukum Perdata. Selaian adanya pidana dan
perdata juga penyelesaian dibidang hak merek dapat di lakukan diluar
pengadilan melalui arbitrase atau altermative penyelesaian sengketa.
Terhadap pelanggaran hak merek si pelanggaran selain dikenakan sanksi
pidana juga secara keperdataannyadapat dituntut oleh pemilik hak merek
dan/atau pemegang hak merekyang haknya di langgar. Mereka dapat
mengajukan gugatan untuk menuntut ganti rugi kepada pihak yang dianggap
melanggar haknya, sehingga hak untuk mengajukan gugatan perdata sama
sekali tidak mengurangi hak Negara sehingga untuk melakukan upaya
penuntutan pidana atas pelanggaran Merek tersebut.
Bagi para pelaku usaha yang meniru merek usaha milik orang lain yang
sudah terdaftar terlebih dahulu. Adapun ancaman yang dapat dijatuhkan bagi
Pelaku Usaha yang meniru Merek dagang orang lain berdasarkan UU Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis yaitu:

a. Pasal 100
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sama
pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain
untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(3) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), yang jenis barangnya mengakibatkan gangguan kesehatan,
gangguan lingkungan hidup, dan/atau kematian manusia, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
b. Pasal 101
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang
mempunyai persamaan pada keseluruhan dengan Indikasi Geografis milik pihak
lain untuk barang dan/atau produk yang sama atau sejenis dengan barang
dan/atau produk yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Indikasi Geografis milik pihak
lain untuk barang dan/atau produk yang sama atau sejenis dengan barang
dan/atau produk yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).
c. Pasal 102
Setiap Orang yang memperdagangkan barang dan/atau jasa dan/atau produk
yang diketahui atau patut diduga mengetahui bahwa barang dan/atau jasa
dan/atau produk tersebut merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 100 dan Pasal 101 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
d, Pasal 103
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 sampai dengan Pasal
102 merupakan delik aduan.
Sengketa merek yang melibatkan merek terkenal di Indonesia bukan suatu
hal yang baru. Kasus-kasus berkaitan dengan hal tersebut sudah kerap terjadi.
Berikut adalah beberapa kasus pilihan yang menyangkut merek terkenal dalam
tiga tahun terakhir yang diadili di Pengadilan Niaga pada Pengadialn Negeri
Jakarta Pusat hingga ke tahap kasasi:

1. Kasus Pierre Cardin


Pierre Cardin adalah seorang perancanng busana terkenal asal Perancis
yang menggunakan namanya dalam berbagai macam produk busana.
Tim hukumnya pernah mengajukan gugatan merek melawan Alexanter
Satryo Wibowo yang merupakan pengusaha lokal asal Indonesia. Pada
pengadilan tingkat pertama, majelis hakim menolak gugatan yang
dilayangkan oleh Pierre Cardin. Salah satu alasannya adalah majelis
hakim mengakui adanya merek Pierre Cardin milik Alexander yang
telah didaftarkan terlebih dahulu pada 29 Juli 1977.

Tidak berhenti sampai disitu, Pierre Cardin melanjutkan perkara tersebut


sampai tingkat Kasasi. Namun, upaya ini lagi-lagi kandas. Hal ini
ditegaskan lebih lanjut oleh Mahkamah Agung dalam putusan perkara
Nomor 557/K/Pdt.Sus-HKI/2015 bahwa Alexander sebagai pemilik
merek Pierre Cardin lokal memiliki pembeda dalam produknya.

“Termohon memiliki pembeda dengan selalu mencantumkan kata-kata


Product by PT.Gudang Rejeki sebagai pembeda, disamping keterangan
lainnya sebagai produk Indonesia. Sehingga dengan demikian
menguatkan dasar pemikiran bahwa merk tersebut tidak mendompleng
keterkenalan merk lain,” demikian bunyi pertimbangan majelis kasasi.

2. Kasus Lexus
Merek Lexus dari Toyota Motor Corporation, perusahaan yang sudah
berdiri sejak 28 Agustus 1937, juga pernah menjadi objek sengketa di
pengadilan. Kasus ini berawal ketika pemilik merek Lexus mengajukan
gugatan ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
melawan ProLexus yang merupakan perusahaan milik lokal. Lexus
sebagai Penggugat meminta agar pendaftaran merek ProLexus dapat
dibatalkan karena dianggap telah melakukan itikad tidak baik, yaitu
menggunakan nama ProLexus dengan tujuan untuk ‘membonceng’ nama
yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat.

Selain itu, dalam gugatannya, pihak Lexus mengatakan bahwa hal


tersebut dapat menimbulkan kerancuan yang nantinya menyebabkan
masyarakat berpendapat kalau antara Lexus dan ProLexus memiliki
keterkaitan di bidang usaha. Akan tetapi, Majelis hakim memenangkan
pihak ProLexus, baik pada tingkat pertama dan juga pada tingkat kasasi.

Pada saat pemilik merek Lexus kembali mengajukan permohonan


kasasi, pihak lawan, ProLexus mengajukan keberatan yang diantaranya
menyebutkan bahwa kurangnya pihak yang disebut dalam gugatan.
“Bahwa sejatinya, suatu gugatan haruslah lengkap pihak-pihaknya. Oleh
karena dalam surat gugatan Penggugat a quo tidak menarik Direktorat
Merek sebagai pihak Tergugat/Turut Tergugat meskipun secara factual
kedudukan Direktorat Merek sangat penting sebagaimana telah
diuraikan dalam surat gugatan Penggugat sendiri pada posita point 12,
13 serta petitum point 5 dan 6, maka praktis menjadikan gugatan
Penggugat a quo menjadi kurang pihak,” demikian isi dari eksepsi yang
termuat dalam perkara nomor 450_K_Pdt.Sus-HKI_2014.
Selain itu, majelis hakim juga mengabulkan keberatan yang diajukan
oleh pihak ProLexus bahwa gugatan tersebut telah lewat waktu atau
daluwarsa. Hal tersebut dikarenakan gugatan yang diajukan oleh
pemegang merek Lexus sebagai merek mobil baru diajukan pada tanggal
03 Desember 2013, sedangkan merek ProLexus sebagai merek sepatu
atau sandal yang sudah didaftarkan sejak 29 September 2000. Sehingga
dalam putusan tersebut, majelis hakim menyatakan dapat mengabulkan
keberatan yang diajukan oleh pihak ProLexus dalam hal kurangnya
pihak dan juga batas waktu atau daluwarsa.
“Menerima dan mengabulkan eksepsi yang diajukan oleh Tergugat
sepanjang mengenai daluwarsa dan kekurangan pihak,” demikian
kutipan dari putusan tersebut.

3. Kasus Monster Energy Company


Pada Tahun 2015, terdapat satu lagi kasus mengenai merek dimana
pemilik merek asing sebagai Penggugat sekaligus Pemohon tidak
dimenangkan oleh Majelis Hakim. Monster Energy Company, dahulu
bernama Hansen Beverage Company merupakan perusahaan minuman
asal California, Amerika Serikat yang melayangkan gugatannya
melawan Andria Thamrun, pemilik merek lokal yang juga bernama
monster ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Salah satu yang menjadi alasan pemilik merek California mengajukan
gugatan tersebut karena merasa bahwa merek Monster lokal memiliki
persamaan pada pokoknya dengan merek Monster Energy yang berasal
dari Amerika Serikat tersebut.

Majelis hakim tingkat pertama menyatakan bahwa gugatan tersebut


tidak dapat diterima. Kasus tersebut berlanjut sampai ke tingkat kasasi.
Dalam putusan nomor 70/Pdt.SUS/Merek/2014/PN.Niaga Jkt.Pst,
Majelis Hakim kembali menolak permohonan kasasi dari pihak Monster
energy California dan mengabulkan keberatan dari pemilik merek lokal
dikarenakan gugatan tersebut prematur.

Majelis hakim menyatakan bahwa gugatan tersebut memang belum


waktunya untuk diajukan. “Majelis Hakim berkesimpulan memang
sesuai hukum acara perdata pihak Penggugat harus menunggu terlebih
dahulu putusan dari Komisi Banding Merek sehingga tidak ada putusan
yang saling tumpang tindih dan oleh karenanya gugatan Penggugat
mengenai penghapusan pendaftaran Merek milik Tergugat di bawah
daftar No. IDM000232502 belum waktunya untuk diajukan gugatan a
quo, dengan demikian gugatan Penggugat bersifat prematur,” demikian
kesimpulan majelis hakim dalam putusan tersebut.

4. Kasus Bioneuron
Awal September 2015, PT Phapros yang merupakan perusahaan lokal
berasal dari Semarang mengajukan permohonan kasasi melawan Merck
KGaA yang merupakan perusahaan farmasi multinasional berasal dari
Jerman. Kasus ini berawal pada Januari 2015, dimana Merck
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat. Pemilik Merck menilai bahwa PT Phapros telah
menggunakan nama merek Bioneuron tanpa sepengetahuannya yang
memiliki kesamaan bentuk, ucarapan dan bunyi.

Hal tersebut dianggap dapat membuat konsumen keliru dalam


membedakan perusahaan pemilik merek yang bersangkutan. Berkaitan
dengan hal ini, PT Phapros sebagai Tergugat menganggap bahwa
gugatan tersebut mengada-ada sehingga tidak dapat dibenarkan. Majelis
Hakim dalam pengadilan tingkat pertama memutuskan bahwa pihak
Merck sebagai Penggugat dapat menguatkan dalil-dalilnya sehingga
pada tingkat pertama, pihak Merck dimenangkan. Tidak terima dengan
keputusan Majelis Hakim pada tingkat pertama, PT Phapros mengajukan
permohonan kasasi karena merasa bahwa Majelis Hakim dalam
pengadilan tingkat pertama terkesan memihak.

“Putusan Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat


tersebut sangatlah bersikap memihak kepada Termohon Kasasi sehingga
bertentangan dengan prosedur beracara dan melanggar asas Mendengar
kedua belah pihak yang berperkara (Horen van Beide Partijen),”
demikian kutipan dari salah satu memori kasasi PT Phapros.

Majelis hakim menolak permohonan kasasi tersebut dengan menyatakan


bahwa majelis hakim pada pengadilan tingkat pertama tidak salah dalam
menerapkan hukum. “Setelah meneliti secara saksama memori kasasi
tanggal 29 Januari 2015 dan kontra memori kasasi tanggal 25 Februari
2015 dihubungkan dengan pertimbangan judex facti, dalam hal ini
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak salah
menerapkan hukum,” demikian pernyataan majelis hakim pada putusan
perkara nomor 409 K/Pdt.Sus-HKI/2015.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.
2. Jenis-jenis merek dapat dibagi menjadi merek dagang, merek jasa, dan
merek kolektif.
3. Fungsi merek diantaranya, yaitu sebagai jaminan atas mutu barangnya,
menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.
4. Yang dapat mengajukan pendaftaran merek adalah orang (persoon),
Badan Hukum (recht persoon), beberapa orang atau badan hukum
(pemilikan bersama). Merek tidak dapat didaftar karena bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, tidak memiliki pembeda, serta
menjadi milik umum. Dan merek dapat ditolak karena mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik
pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa
yang sejenis.
5. Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10
tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan dapat
diperpanjang dengan jangka waktu yang sama.
6. Penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa direktorat jenderal dapat
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Merek tidak digunakan
selama 3 tahun berturut-turut dalam perdagangan barang dan/atau jasa
sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada
alas an yang dapat diterima oleh direktorat jenderal, merek digunakan
untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang
atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian merek
yang tidak sesuai dengan merek yang terdaftar.
7. Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain
secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai parsamaan
pada pokoknya atau keseluruhnya untuk barang atau jasa yang sejenis,
berupa Gugatan ganti rugi, dan/atau perhentian semua perbuatan yang
berkaitan dengan penggunaan merek tersebut.
8. Setiap tindak pidana terhadap merek merupakan delik aduan yang
dikarenakan sanksi pidana kurngan/penjara dan denda.
B. Saran
1. Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
2. Diharapkan para pembaca dapat menjadikan makalah ini sebagai
sumber pembelajaran mengenai manajemen keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Simangunsong Advendi, Hukum dalam Ekonomi, Cet. IV, Ed.2, Jakarta: PT


Grasindo. 2007
http://id.wikipedia.org/wiki/Merek
http://andimarman99.blogspot.com/2012/05/hak-merek.html
https://kliklegal.com/lima-kasus-merek-terkenal-di-pengadilan-indonesia/
https://www.kitapunya.net/2018/03/pengertian-merek-menurut-para-ahli.html

Anda mungkin juga menyukai