. tingkatan,
A. Merek Normal
Merek normal adalah merek yang tidak memiliki reputasi tinggi.
Merek kasual ini dipandang tidak memiliki pengaruh simbolis dari
seni hidup, baik dari segi penggunaan maupun teknologi. Perusahaan
atau konsumen menganggap merek tersebut berkualitas buruk.
Merek dipandang kurang memiliki karisma yang mampu
menciptakan rasa keintiman dan kekuatan mistik yang sugestif
kepada publik dan konsumen serta tidak mampu membentuk kelas
pasar dan pengguna.
berdasarkan pda tingkatannya
. B. Merek Terkenal
Merek jenis ini sangat terkenal karena logonya memiliki kekuatan untuk
menarik perhatian. Merek seperti itu memiliki daya pancar yang luar
biasa dan mempesona, sehingga semua jenis produk di bawah merek ini
segera menciptakan keakraban dan ikatan psikologis dengan konsumen.
C. Merek Terpopuler
Level tertinggi dari branding adalah merek terpopuler. Tingkat merek
terpopuler lebih tinggi dari merek biasa, sehingga semua jenis produk di
bawah merek ini segera menciptakan sentuhan legendaris.
Karena definisi ini, bagi mereka yang mencobanya, kemungkinan besar
akan terjebak dengan formula merek-merek populer yang tumpang
tindih.
Tahapan Pengembangan Merek
.1.Produk Tidak Bermerek
Pada tahap ini produk dikelola sebagai komoditas sehingga tidak
diperlukan branding. Kondisi ini sangat menguntungkan jika permintaan
lebih besar daripada penawaran (supply), yang sering terjadi dalam
situasi ekonomi monopoli. Misalnya beras murah, BBM, obat generik, dll.
2. Merek Sebagai Referensi
Pada tahap ini, ada sedikit persaingan, meskipun levelnya tidak terlalu
ketat. Persaingan ini mendorong produsen untuk membedakan
produknya.
Tujuannya agar produk yang dihasilkan perusahaan tersebut berbeda
dengan produk perusahaan lain. Misalnya, sepatu kets, sepatu kerja,
buku catatan, buku sketsa, dll.
Merek Sebagai Kepribadian
Periklanan pada tahap ini memiliki identitas yang sangat kompleks dan lebih
bersifat interaktif, sehingga pelanggan dapat dengan mudah menghubungi
merek tersebut.
Karena merek perusahaan merupakan perwakilan dari perusahaan sehingga
merek sama dengan perusahaan. Semua manajer dan karyawan memiliki
persepsi yang sama tentang merek mereka.
Komunikasi di luar perusahaan telah terintegrasi ke seluruh lini operasional,
sehingga informasi mengalir dengan lancar dari manajemen ke pelanggan dan
sebaliknya, dari pelanggan ke manajemen.
Contohnya adalah perangkat lunak Microsoft, di mana pelanggan dapat
berkomunikasi secara langsung kapan saja melalui internet dengan
perusahaan, dan sebaliknya, perusahaan dapat memberi tahu pelanggan
tentang produknya kapan saja.
Merek Sebagai Kebijakan Moral
4. Assosiasi merek (Brand Associations) Mencerminkan pencitraan suatu
merk terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan,
gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis,
dan lain-lain.
5. Aset-aset merek lainnya (Other Proprietary Brand Assets) Aset-aset merek
lainnya akan sangat bernilai jika aset-aset itu menghalangidan mencegah
para kompetitor mengambil alih loyalitas konsumen. Aset-aset merek
lainnya seperti hak paten, cap dagang, dan saluran hubungan, rahasia
teknologi, rahasia bisnis, akses khusus terhadap pemasaok/pasar, dll.
brand loyality
Menurut Durianto, Sugiarto dan Sitinjakbrand
loyality merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan
kepada suatu merek. Ukuran ini mampu memberikan
gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan
beralih ke merek produk lain. Seorang pelanggan yang
sangat loyal kepada suatu merek tidak aka dengan mudah
memindahkan suatu pembeliannya ke merek lain, apa
pun yang terjadi dengan merek tersebut. Bila loyalitas
pelanggan terhadap merek meningkat, kerentanan
kelompok pelanggan tersebut dari ancaman dan
serangan merek produk pesaing dapat dikurangi.
Cara Mengukur Brand Loyalty
Menurut Rangkuti (2004) dalam Rizan, dkk (2012: 7). Loyalitas merek
dapat diukur melalui:
Behavior measures adalah suatu cara langsung untuk menentukan
loyalitas terutama untuk habitual behavior (perilaku kebiasaan)
adalah dengan memperhitungkan pola pembelian aktual.
Measuring switch cost yaitu pengukuran pada variabel ini dapat
mengidentifiksikan loyalitas pelanggan dalam suatu merek. Pada
umumnya jika biaya untuk mengganti merek sangat mahal,
pelanggan akan enggan untuk berganti merek sehingga laju
penyusutan kelompok pelanggan dari waktu ke waktu akan rendah.
Cara Mengukur Brand Loyalty
Bahkan tidak ada padanan kata yang tepat untuk menerjemahkan kata
ikigai. A reason for being, kompleksitasnya melebihi diagram di atas.
Konsep ikigai kurang lebih sama-sama bisa diterapkan dalam
membangun bisnis Anda. Pada dasarnya, ikigai adalah alasan
mengapa Anda bangun di pagi hari, serupa juga dengan alasan
mengapa Anda membangun bisnis Anda?