REFERAT Gangguan Cemas
REFERAT Gangguan Cemas
GANGGUAN CEMAS
Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau internal. Masalah eksternal
umumnya terkait dengan hubungan antara seseorang dengan komunitas, teman,
atau keluarga. Masalah internal umumnya terkait dengan pikiran seseorang sendiri
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Teori Psikoanalitik
Sigmeun Freud menyatakan dalam bukunya “ 1926 Inhibitons, Symptoms,
Anxiety” bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan
yang tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan perwakilan dan pelepasan
sadar. Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam. Jika kecemasan naik di atas
tingkatan rendah intensitas karakter fungsinya sebagai suatu sinyal, ia akan timbul
sebagai serangan panik.
Teori Perilaku
Rasa cemas dianggap timbul sebagai respon dari stimulus lingkungan yang
spesifik. Contohnya, seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh ibunya yang
memperlakukannya semena-mena, akan segera merasa cemas bila ia bertemu
ibunya. Melalui proses generalisasi, ia akan menjadi tidak percaya dengan wanita.
Bahkan seorang anak dapat meniru sifat orang tuanya yang cemas.
Teori Eksistensi
Pada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan stimulus rasa cemas
yang bersifat kronis. Inti dari teori eksistensi adalah seseorang merasa hidup di
dalam dunia yang tidak bertujuan. Rasa cemas adalah respon mereka terhadap
rasa kekosongan eksistensi dan arti.
Neurotransmiter
1. Norepinephrine
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa
serangan panik, insomnia, terkejut, dan autonomic hyperarousal, merupakan
karakteristik dari peningkatan fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan
norepinephrine pada gangguan cemas, adalah pasien tersebut memiliki
kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan peningkatan
aktivitas yang mendadak. Sel-sel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara
primer pada locus ceruleus pada rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus
pada korteks serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula spinalis.
Percobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus pada daerah tersebut
menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan inhibisi, primata tersebut tidak
menunjukan adanya rasa takut. Studi pada manusia, didapatkan pasien dengan
gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor β-adrenergik
( Isoproterenol ) dan antagonis reseptor α-2 adrenergik dapat mencetuskan
serangan panik secara lebih sering dan lebih berat. Kebalikannya, clonidine,
agonis reseptor α-2 menunjukan pengurangan gejala cemas.
2. Serotonin
3. GABA
Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari efektivitas obat-
obatan benzodiazepine, yang meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABA
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Sistem saraf otonom pada pasien dengan gangguan cemas, terutama pada
pasien dengan gangguan serangan panik, mempertunjukan peningkatan tonus
simpatetik, yang beradaptasi lambat pada stimuli repetitif dan berlebih pada
stimuli yang sedang.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Korteks Serebri
Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio
parahippocampal, cingulate gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan
dengan gangguan cemas. Korteks temporal juga dikaitkan dengan gangguan
cemas. Hal ini diduga karena adanya kemiripan antara presentasi klinis dan EEG
pada pasien dengan epilepsy lobus temporal dan gangguan obsesif kompulsif.
Sistem Limbik
Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem
limbik juga memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan
stimulasi pada primata juga menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada
respon cemas dan takut. Dua area pada sistem limbik menarik perhatian peneliti,
yakni peningkatan aktivitas pada septohippocampal, yang diduga berkaitan
dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan dengan gangguan
obsesif kompulsif.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Faktor Biologis
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Faktor Genetika
Angka prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita
gangguan panik. Berbagai penelitian telah menemukan adanya peningkatan resiko
gangguan panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien
dengan gangguan panik dibandingkan dengan sanak saudara derajat pertama dari
pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar
monozigot.
Faktor Psikososial
Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon
yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau melalui proses
pembiasan klasik.
Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari
pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan
kecemasan. Apa yang sebelumnya merupakan suatu sinyal kecemasan ringan
menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala somatik.
Peneliti menyatakan bahwa serangan panik kemungkinan melibatkan arti
bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenesis serangan panik
mungkin berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi
psikologis.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan
relatif singkat dan disertai gejala somatik. Suatu serangan panik secara tiba-tiba
akan menyebabkan minimal 4 dari gejala-gejala somatik berikut:
1. Palpitasi
2. Berkeringat
3. Gemetar
4. Sesak napas
5. Perasaan tercekik
6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
7. Mual dan gangguan perut
8. Pusing, bergoyang, melayang atau pingsan
9. Derealisasi atau depersonalisasi
10. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Rasa takut mati
12. Parestesi atau mati rasa
13. Menggigil atau perasaan panas.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
a. Farmakoterapi
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan panik adalah obat
anti depresi dan obat anti cemas:
1. SSRI ( Serotonin Selective Reuptake Inhibitors), terdiri atas beberapa
macam dapat dipilih salah satu dari sertralin, fluoksetin, fluvoksamin,
escitalopram, dll. Obat diberikan dalam 3-6 bulan atau lebih, tergantung
kondisi individu, agar kadarnya stabil dalam darah sehingga dapat
mencegah kekambuhan
2. Alprazolam; awitan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 4-6
minggu, setelah itu secara perlahan-lahan diturunkan dosisnya sampai
akhirnya dihentikan. Jadi setelah itu dan seterusnya, individu hanya
minum golongan SSRI
b. Psikoterapi
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Terapi Relaksasi
Terapi ini bermanfaat meredakan secara relatif cepat serangan panik dan
menenangkan individu, namun itu dapat dicapai bagi yang telah berlatih setiap
hari. Prinsipnya adalah melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat, lalu
mengeluarkannya dengan lambat pula), mengendurkan seluruh otot tubuh dan
mensugesti pikiran ke arah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai. Dalam
proses terapi, dokter akan mebimbing secara perlahan-lahan, selama 20-30 menit.
Setelah itu, individu diminta untuk melakukannya sendiri di rumah setiap hari.
Psikoterapi Dinamik
Pasien diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan
sekedar menghilangkan gejalanya semata. Pada psikoterapi ini, biasanya pasien
lebih banyak berbicara, sedangkan dokter lebih banyak mendengar. Terapi ini
memerlukan waktu panjang, dapat berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Hal ini
tentu memerlukan kerjasama yang baik antara individu dengan dokternya, serta
kesabaran kedua belah pihak.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
2.2 FOBIA
Definisi Fobia
Fobia berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang berarti ketakutan.
Fobia adalah suatu ketakutan yang tidak irasional yang menyebabkan
penghindaran yang disadari objek, aktifitas / situasi yang ditakuti. Reaksi fobia
menyebabkan gangguan pada kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam
kehidupannya. Fobia dibedakan dalam tiga jenis menurut jenis objek atau situasi
ketakutan yaitu agorafobia, fobia spesifik, dan fobia sosial.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Fobia spesifik adalah suatu rasa takut yang kuat dan persisten pada suatu
objek atau situasi. Fobia sosial disebut juga gangguan kecemasan sosial adalah
rasa takut yang berlebihan terhadap penghinaan dan rasa malu dalam berbagai
lingkungan sosial.
Epidemiologi Fobia
Etiopatogenesis Fobia
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Faktor Psikoanalitik
Teori Sigmund Freud menyatakan neurosis fobik, merupakan penjelasan
analitik untuk fobia spesifik dan fobia sosial. Rasa cemas adalah sinyal untuk
menyadarkan ego, bahwa dorongan terlarang di alam bawah sadar yang akan
memuncak dan untuk menyadarkan ego untuk melakukan mekanisme pertahanan
melawan daya insting yang mengancam. Fobia merupakan hasil konflik yang
terpusat pada masalah masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan. Jika tindakan
represi untuk mencegah cemas gagal, sistem ego seseorang akan mengaktifkan
mekanisme pertahanan yang berupa “mengalihkan” ( displacement ), dimana
masalah yang tidak selesai dari masa kanak-kanak akan dialihkan kepada objek
atau situasi yang memiliki kemampuan untuk membangkitkan rasa cemas. Objek
atau situasi tersebut menjadi simbol dari masalah yang dahulu dialaminya (
Symbolization ).
Mekanisme pertahanan ego terhadap rasa cemas terdiri dari tiga hal, yakni
represion, displacement, dan symbolization. Sehingga rasa cemas tersebut teratasi
dengan membentuk phobic neurosis.
Pada agoraphobia atau erythrophobia, rasa cemas diduga datang dari rasa
malu yang mempengaruhi superego. Setiap orang dilahirkan dengan tingkat
temperamen yang berbeda yang menyebabkan mereka dapat menangani stimuli
stress dari luar dengan cara yang berbeda. Dalam memunculkan fobia, diperlukan
tingkat stress yang cukup, seperti kekerasan dalam rumah tangga, terkucilkan dari
kehidupan sosial sampai kehilangan orang yang dicintai.
Faktor Perilaku
John B. Watson memiliki hipotesis mengenai fobia, dimana fobia muncul
dari rasa cemas dari stimuli yang menakutkan yang muncul bersamaan dengan
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
stimuli kedua yang bersifat netral. Jika dua stimuli dihubungkan bersamaan,
stimuli netral tersebut bisa membangkitkan kecemasan oleh dirinya sendiri.
Contohnya pada seseorang yang fobia dengan kucing, dahulu ia pernah dicakar
oleh kucing, dimana cakaran tersebut merupakan stimuli yang menakutkan,
sedangkan kucing tersebut merupakan stimuli yang netral, namun karena stimuli
tersebut muncul secara bersamaan, sehingga kucing tersebut juga menjadi stimuli
yang menakutkan.
Fobia Spesifik
Pembentukan fobia spesifik muncul karena proses pemasangan objek
spesifik atau situasi tertentu dengan perasaan takut dan panik. Kecenderungan
nonspesifik untuk merasakan takut dan cemas membentuk efek back group,
misalnya pada suatu keadaan tertentu seperti mengemudi bila dihubungkan
dengan kecelakaan, akan menyebabkan seseorang mengalami asosiasi permanen
antara mengemudi dengan kecelakaan. Mekanisme asosiasi lain antara objek fobik
dan emosi fobik adalah modelling, dimana seseorang mengamati reaksi orang lain
dan pengalihan informasi, seseorang diperingati tentang bahaya tertentu misalnya
ular berbisa
Hasil studi menemukan jikalau seseorang dengan fobia spesifik tersebut
memiliki anggota keluarga tingkat satu memiliki fobia dengan jenis yang sama.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Sehingga faktor genetik juga memiliki peran dalam fobia spesifik, contohnya pada
fobia terhadap darah-suntikan-sakit yang tampak nyata terkait dengan keluarga.
Fobia Sosial
Penelitian melaporkan jika beberapa anak kemungkinan memiliki faktor
keturunan berdasarkan inhibisi perilaku yang konsisten. Hal ini cukup sering pada
anak-anak dengan orang tua yang memiliki gangguan serangan panik, dan
mungkin berkembang menjadi pemalu yang parah saat dewasa. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh lingkungan didikan keluarga yang tertutup, kurang
perduli, dan terlalu protektif mengenai anak mereka. Beberapa hal kecil dapat
menjadi indikator dari sifat seseorang, seperti seseorang yang berkuasa mungkin
cenderung berjalan dengan dagu terangkat dan melakukan kontak mata,
dibandingkan dengan seseorang yang dikalahkan sering berjalan dengan kepala
tertunduk dan jarang melakukan kontak mata.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Fobia ditandai oleh kesadaran akan kecemasan yang berat ketika pasien
terpapar situasi atau objek spesifik. DSM-IV-TR menyatakan bila serangan panik
dapat terjadi pada pasien dengan fobia spesifik atau fobia sosial, namun mereka
sudah mengetahui kemungkinan terjadinya serangan panik tersebut. Paparan
terhadap stimulan tertentu dapat mencetuskan terjadinya serangan panik.
Fobia Spesifik
Revisi keempat dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
( DSM-IV-TR ), menggunakan isitilah fobia spesifik untuk dicocokkan dengan
hasil revisi kesepuluh dari International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problems ( ICD-10 ).
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
A. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan,
ditandai oleh adanya atau antisipasi dari suatu obyek atau situasi spesifik
(misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian, binatang, mendapat suntikkan,
melihat darah).
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.
Sebutkan tipe :
Tipe Binatang
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Fobia Sosial
Menurut DSM-IV-TR untuk fobia sosial dinyatakan bahwa fobia sosial
dapat diikuti dengan serangan panik. DSM-IV-TR juga menyertakan untuk fobia
sosial yang bersifat menyeluruh yang berguna untuk menentukan terapi,
prognosis, dan respon terhadap terapi. DSM-IV-TR menyingkirkan diagnosa fobia
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
sosial bila gejala yang timbul merupakan akibat dari penghindaran sosialisasi
karena rasa malu dari kelainan mental atau non-mental.
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.
H. Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental dengannya
misalnya takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit Parkinson, atau
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Sebutkan Jika :
Menyeluruh : jika ketakutan termasuk situasi yang paling sosial (juga
pertimbangkan diagnosis tambahan Gangguan Kepribadian Menghindar)
Fobia Sosial
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk suatu diagnosis pasti:
• Gejala-gejala psikologis, perilaku /otonomik harus merupakan manifestasi
primer dari anxietas dan bukan sekundari gejala lain seperti waham /
pikiran obsesif
• Anxietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu saja
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Diagnosis fobia harus dapat dibedakan dari ketakutan yang sesuai dan rasa
malu yang normal. DSM-IV-TR membantu dalam pembedaan dengan
mengharuskan gejala mengganggu kemampuan pasien berfungsi secara tepat.
Kondisi medis non-psikiatrik yang dapat mencetuskan fobia berupa penggunaan
obat-obat atau zat-zat terlarang, tumor sistem saraf pusat, dan penyakit
serebrovaskuler. Skizofrenia merupakan diagnosis banding untuk fobia spesifik
dan fobia sosial. Hal ini dikarenakan fobia dapat menjadi salah satu gejala
psikosis mereka. Namun berbeda dengan pasien skizofrenia, pasien yang
mengalami fobia menyadari ketidaklogisan dari rasa cemasnya dan tidak memiliki
imajinasi yang bizar seperti pada psikosis.
Dalam penegakan diagnosis banding, harus mempertimbangkan gangguan
serangan panik, agoraphobia, dan gangguan pribadi menghindar. Pada kasus-
kasus individual, penegakan diagnosisnya cukup sulit, namun secara umum pasien
yang mengalami fobia akan segera merasa cemas ketika dihadapkan dengan
stimulannya. Dan umumnya pada fobia sosial, pasien akan merasa cemas bila
dihadapkan pada situasi yang spesifik.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Diagnosis banding untuk fobia sosial adalah gangguan depresif berat dan
gangguan kepribadian schizoid. Penghindaran dari segala bentuk sosialisasi akan
mengarah pada gangguan depresi berat. Pada gangguan kepribadian schizoid,
pasien umumnya tidak ingin berinteraksi dibandingkan takut berinteraksi dengan
sosial.
Penatalaksanaan Fobia
Terapi Perilaku
Salah satu terapi yang paling sering digunakan dan dipelajari adalah terapi
perilaku. Kesuksesan terapi ini bergantung pada :
komitmen pasien dengan terapi
permasalahan dan tujuan terapi yang jelas
berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menangani masalah.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Psikoterapi
Dahulu psikiater-psikiater percaya bahwa psikoterapi merupakan terapi
yang terutama, namun dengan seiring berjalannya waktu, psikiater dihadapkan
pada kenyataan bahwa psikoterapi tidak mengurangi kecemasan yang timbul dari
respon pasien terhadap stimulus tersebut. Kemudian para psikiater berinisiatif
untuk menghimbau pasien menghadapi sumber-sumber kecemasannya.
Terapi Lainnya
Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna pada terapi
gangguan fobia. Hipnosis digunakan untuk meningkatkan sugesti ahli terapi
bahwa objek fobik tidaklah berbahaya, dan teknik hipnosis diri diajarkan pada
pasien sebagai metode relaksasi jika berhadapan dengan objek fobik. Psikoterapi
suportif dan terapi keluarga berguna dalam membantu pasien secara aktif
menghadapi objek fobik selama pengobatan. Obat-obatan seperti antagonis
reseptor α-2 adrenergik dapat berguna pada pasien dengan fobia spesifik,
benzodiazepine, psikoterapi, atau terapi kombinasi dapat digunakan pada kasus
fobia spesifik. Pasien dengan fobia sosial, psikoterapi dan farmakoterapi berguna
untuk menangani gangguan fobia sosial. Menggabungkan kedua bentuk terapi
diduga meningkatkan efektivitas terapi. Obat-obatan yang dapat digunakan pada
fobia sosial berupa :
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
Benzodiazepine
Venlafaxine
Buspirone
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Faktor Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya gangguan ini adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di otak. Basal
ganglia, sistem limbik dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada
timbulnya gangguan ini. Pada pasien juga ditemukan sistem serotonergik yang
abnormal. Neurotransmitter yang berkaitan adalah GABA, serotonin,
norepinefrin, glutamat, dan kolesitokinin. Pemeriksaan PET (Positron Emission
Tomography) ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa putih
otak.
Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien
gangguan anxietas menyeluruh dan gangguan depresi mayor pada pasien wanita.
Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama penderita juga mengalami gangguan
yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50%
pada kembar monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.
Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala dari
konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling primitif
anxietas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta. Pada tingkat yang
lebih matang lagi dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang penting.
Anxietas kastrasi berhubungan dengan fase oedipal sedangkan anxietas superego
merupakan ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandangannya
sendiri (merupakan anxietas yang paling matang).
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Termasuk :
Neurosis anxietas
Reaksi anxietas
Keadaan anxietas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Gangguan Obsesif Kompulsif), merasa jauh dari rumah atau kerabat dekat
(seperti pada Gangguan Cemas Perpisan), pertambahan berat badan
(seperti pada Anoreksia Nervosa), menderita berbagai keluhan fisik
(seperti pada Gangguan Somatisasi), atau menderita penyakit serius
(seperti pada Hipokondriasis), serta kecemasan dan kekhawatiran tidak
terjadi secara eksklusif selama Gangguan Stres Pascatrauma.
E. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lainnya.
F. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis
umum (misalnya hipertiroidisme) dan tidak terjadi secara eksklusif selama
suatu Gangguan Mood, Ganguan Psikotik, atau Gangguan Perkembangan
Pervasif.
a) Farmakoterapi
Benzodiazepin
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa 34
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Buspiron
Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding
dengan gejala somatik. Tidak menyebabkan withdrawl. Kekurangannya adalah
efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita
yang sudah menggunakan benzodiazepin tidak akan memberikan respon yang
baik dengan buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepin
dengan buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepin setelah 2-3 minggu,
disaat efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.
b) Psikoterapi
Terapi Suportif
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang menganggu
(intrusif). Sedangkan kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari,
dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, atau menghindari.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Faktor Biologik
Neurotransmitter
1. Sistem Serotonergik
Telah banyak pengujian obat yang mendukung hipotesis bahwa disregulasi
dari obat-obat serotonergik lebih efektif dari obat yang mempengaruhi
sistem neurotransmitter lain, tetapi patofisiologi jelas hubungan serotonin
dapat mempengaruhi gangguan obsesif kompulsif masih belum jelas. Studi
klinis yang telah meneliti konsentrasi metabolisme serotonin pada cairan
serebrospinal dan afinitasnya dan jumlah platelet-binding sites dari
tritiated imipramine (Trofranil), yang berhubungan dengan daerah
perlekatan reuptake serotonin, dan telah dilaporkan temuan variabel pada
pasien gangguan obsesi kompulsif.
2. Sistem noradrenergik
Pada masa sekarang ini, sudah berkurang bukti-bukti nyata yang
menyatakan bahwa disfungsi pada sistem noradrenergik pada gangguan
obsesi kompulsif. Laporan anekdotal menunjukkan kemajuan pada gejala
obsesi kompulsif yang menggunakan clonidine oral, obat yang
menurunkan jumlah pelepasan norephineprin dari ujung saraf presinaptik.
Neuroimunnologi
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Genetik
Terdapat studi yang mendukung hipotesis bahwa terdapat pengaruh
genetik pada gangguan obsesi kompulsif. Terdapat bukti tiga sampai lima kali
lebih besar kemungkinan mendapatkan gangguan obsesi kompulsif atau jenis
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
lainnya pada angka kejadian. Studi juga menunjukkan hubungan gangguan obsesi
kompulsif pada pasien kembar lebih tinggi pada kembar monozigot daripada
kembar dizigot. Studi lain juga menunjukkan peningkatan angka kejadian pada
gangguan yang menyerupai obsesi kompulsif, gangguan tik, gangguan bentuk
tubuh, hipokondriasis, gangguan makan, dan gangguan kebiasaan, seperti
menggigit kuku.
Faktor Kebiasaan
Berdasarkan studi teori, obsesi adalah kondisi yang menstimulus.
Hubungan antara stimulus netral menjadi berasosiasi dengan ketakutan atau
anxietas melalui proses dari hasil pengkondisian yang berhubungan yang
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
menyebabkan anxietas. Pada objek sebelumnya dan dikatakan bahwa stimuli yang
sesuai dapat mencetuskan anxietas atau rasa tidak nyaman.
Faktor Psikososial
Faktor Personalitas
Gangguan obsesi kompulsif dihubungkan dengan pikiran obsesif yang
perduli pada detail, perfeksionalitas, dan personalitas lainnya. Sebagian besar
orang dengan gangguan obsesi kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif yang
menyertai sebelumnya. Hanya sekitar lima belas sampai tiga puluh lima persen
dari pasien dengan gangguan obsesi kompulsif yang terdapat gangguan obsesif
yang berkembang.
Faktor Psikodinamik
Insight psikodinamik mungkin dapat membantu pada pemahaman masalah
pada penatalaksanaan, kesulitan interpersonal, dan masalah pesonalitas yang
sesuai dengan gangguan Axis I. Tidak sedikit pasien dengan gangguan obsesi
kompulsif menolak berkooperatif dengan pengobatan secara efektif dengan
selective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs) dan terapi kebiasaan.
Bagaimanapun juga gejala dari gangguan obsesi kompulsif mungkin saja disertai
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
dengan cara yang realistik dengan apa yang mereka maksudkan untuk
menetralkan atau mencegah, atau secara jelas berlebihan.
B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang menyadari bahwa
obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan : hal
ini tidak berlaku untuk anak-anak.
C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaaan yang jelas,
menghabiskan waktu (lebih dari 1 jam sehari), atau secara bermakna
mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau
kegiatan atau hubungan sosial biasanya.
D. Jika terdapat gangguan Aksis I lainnya, Isi obsesi atau kompulsi tidak
terbatas padanya (misalnya, preokupasi dengan makanan yang terdapat
pada Gangguan Makan; mencabut rambut yang terdapat pada
Trikotilomania; perhatian pada penampilan yang terdapat pada Gangguan
Dismorfik Tubuh; preokupasi dengan zat yang terdapat pada suatu
Gangguan Penggunaan Zat; preokupasi dengan menderita suatu penyakit
serius yang terdapat pada Hipokondriasis; preokupasi dengan dorongan
atau fantasi seksual yang terdapat pada Parafilia; atau perenungan bersalah
yang terdapat pada Gangguan Depresi Mayor.
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (misal,
penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum
Sebutkan Jika :
Dengan tilikan buruk : jika, selama sebagian besar waktu episode terakhir, orang
tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan atau tidak
beralasan.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
yang dijalaninya. Dalam kondisi tertentu, terapi kelompok juga dapat membantu
seorang pasien dalam terapinya.
Lebih dari 50% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif gejala awalnya
muncul mendadak. Permulaan gangguan terjadi setelah adanya peristiwa yang
menimbulkan stres, seperti kehamilan, masalah seksual, kematian keluarga.
Seringkali pasien merahasiakan gejala sehingga terlambat datang berobat.
Perjalanan penyakit bervariasi, sering berlangsung panjang, beberapa pasien
mengalami perjalanan penyakit yang berfluktuasi sementara sebagian lain
menetap dan terus-menerus ada.
Universitas Tarumanagara
Gangguan Cemas
Universitas Tarumanagara