Anda di halaman 1dari 13

JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6 (2): 174-186, Juli 2017

Website: http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs
DOI: 10.18196/jmmr.6140

Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Dokumen Rekam


Medis di RS X Kabupaten Kediri
Sayyidah Mirfat*, Nurwulan Andadari, Yetty Nusaria Nawa Indah
* Penulis Korespondensi: sayyidah.mirfat11@gmail.com
* Rumah Sakit Umum Islam Madinah Kasembon Malang, Jawa Timur
INDEXING ABSTRACT
Keywords: The purpose of this study was to determine the root problem of any late
Medical record; return of inpatient medical records documents in X Hospital. This research
delays return; was conducted with a qualitative descriptive approach with the method of
factors; observation, in-depth interviews and time motion study. Determining root
of the problem is done by brainstorming with the hospitals staff with USG
method (urgency, seriousness, growth). Root problem that contribute to
delay return of inpatient medical records are indiscipline doctor in filling
out medical records especially medical resumes; some doctor are not
making patient visit every day, so the order was given by phone; and
sometime nurses forgot to remind the doctor to fill out a medical resume
and signature. Other factors affecting the delay are method, money,
material dan machine factors.

Kata kunci: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui akar masalah
Rekam medis; keterlambatan pengembalian dokumen rekam medis rawat inap di RS X.
keterlambatan Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan
pengembalian; metode observasi, wawancara mendalam, serta time motion study.
faktor-faktor; Pencarian akar masalah dilakukan dengan cara brainstorming dengan
pihak rumah sakit dengan metode USG (urgency, seriousness, growth).
Faktor utama penyebab keterlambatan pengembalian DRM rawat inap
adalah faktor SDM (sumber daya manusia) yaitu ketidakdisiplinan DPJP
(dokter penanggungjawab pelayanan) dalam pengisian rekam medis
terutama resume medis, beberapa DPJP tidak visite setiap hari sehingga
advis pulang per telepon dan perawat lupa mengingatkan dokter untuk
mengisi resume medis dan tanda tangan. Faktor lain yang mempengaruhi
keterlambatan antara lain faktor method, money, material dan machine
© 2017 JMMR. All rights reserved

Article history: received 5 Juni 2017; revised 15 Junit 2017; accepted 20 July 2017

PENDAHULUAN untuk merakit dokumen rekam medis,


meneliti isi rekam medis termasuk
Rekam medik yang lengkap adalah kelengkapan penulisannya, mengendalikan
rekam medik yang telah diisi lengkap oleh dokumen rekam medis yang tidak lengkap
dokter dalam waktu kurang dari 24 jam serta mengendalikan penggunaan formulir
setelah selesai pelayanan rawat jalan atau rekam medis.1
setelah pasien rawat inap diputuskan untuk Penelitian yang dilakukan oleh
pulan. Pengembalian dokumen rekam Rachmani menunjukkan bahwa
medis dinyatakan terlambat apabila keterlambatan pengembalian dokumen
melebihi batas waktu pengembalian yaitu rekam medis ke bagian assembling di RS
maksimal 2x24 jam setelah pasien keluar Tentara dan POLRI Semarang sebesar
dari rumah sakit. Keterlambatan ini akan 95,10%. Data yang didapat yaitu rata-rata
menghambat pelaksanaan tugas bagian kembalinya dokumen rekam medis (DRM)
assembling rekam medis yang dapat adalah 5 hari, paling cepat 3 hari dan
berdampak pada terhambatnya pelayanan paling lama 159 hari. Penyebab
pasien. Bagian assembling memiliki tugas keterlambatan terbesar yaitu anggapan
|175 | Sayyidah Mirfat*, Nurwulan Andadari, Yetty Nusaria Nawa Indah – Faktor Penyebab …

responden bahwa pelayanan di rawat inap Turn Over (BTO) 42,34 kali, Gross Death
lebih penting daripada mengembalikan Rate (GDR) 45,85 permil dan Nett Death
DRM ke assembling dan jauhnya jarak Rate (NDR) 23,24 permil.
antara ruang rawat inap dengan bagian Hasil studi pendahuluan di RS X
assembling.2 melalui data sekunder dan wawancara
Rumah Sakit X merupakan salah satu dengan staf rekam medis maupun staf
rumah sakit umum tipe C yang ada di keperawatan menunjukkan bahwa rata-rata
kabupaten Kediri. Rumah sakit ini pengembalian dokumen rekam medis
mempunyai kapasitas tempat tidur pasien rawat inap dari ruang rawat inap ke bagian
sebanyak 160 TT (tempat tidur) dan sudah rekam medis di tahun 2016 adalah lebih
terakreditasi KARS (Komisi Akreditasi dari tujuh hari. Hal ini jauh dari standar
Rumah Sakit) versi 2012 dengan predikat yang diharapkan yaitu kurang dari 2x24
kelulusan paripurna. Indikator kinerja jam. Dari hasil wawancara dengan bagian
rumah sakit pada tahun 2016 (sampai rekam medis dan staf keperawatan
dengan bulan Juni 2016) meliputi Bed menunjukkan bahwa lamanya
Occupancy Rate (BOR) sebesar 96,70%, pengembalian dipengaruhi oleh kurang
Average Length of Stay (ALOS) 4,16 hari, lengkapnya pengisian data rekam medis
Turn Over Interval (TOI) 0,14 hari, Bed oleh dokter.

Rata2 Lama Setor DRM RI


RS. X 2016
15,0
10,0 11,0
8,3 7,6 7,7 7,2 6,2 6,6
5,0 6,2 Rata2

0,0
1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 1. Rata-Rata Lama Setor Dokumen Rekam Medis Rawat


Inap di RS X Januari-Agustus 2016
Sumber : Laporan Bulanan Rekam Medis, 2016.

Selain melakukan wawancara dengan pelayanan) diberikan lewat telepon.


staf keperawatan dan staf rekam medis, Sehingga resume medis belum diisi
observasi awal juga dilakukan dengan lengkap terutama bagian diagnosis utama
mengamati alur rekam medis rawat inap dan tanda tangan. Oleh karena itu,
saat pasien pulang. Pada observasi awal penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
tersebut, hampir di seluruh ruangan lebih lanjut akar masalah keterlambatan
perawat di ruang rawat inap ditemukan pengembalian dokumen rekam medis
tumpukan rekam medis pasien pulang. rawat inap di RS X.
Saat wawancara dengan perawat diketahui
bahwa rekam medis tersebut bukan hanya
milik pasien yang baru diperbolehkan
pulang, tetapi juga milik pasien yang sudah
pulang lebih dari empat hari. Kebanyakan
berkas rekam medis tersebut merupakan
milik pasien yang advis pulangnya oleh
DPJP (dokter penanggung jawab
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6 (2), 174-186 | 176 |

TINJAUAN LITERATUR DAN FOKUS Rekam medik yang lengkap adalah


PENELITIAN rekam medik yang telah diisi lengkap oleh
dokter dalam waktu kurang dari ≤ 24 jam
Tinjauan Umum Rekam Medis setelah selesai pelayanan rawat jalan atau
setelah pasien rawat inap diputuskan untuk
Rekam medis adalah suatu berkas pulang, yang meliputi identitas pasien,
yang berisi catatan dan dokumen anamnesa, rencana asuhan, pelaksanaan
kesehatan seseorang yang terdiri dari asuhan, tidak lanjut dan resume medis.6
identitas pasien, hasil pemeriksaan baik Pengembalian dokumen rekam medis
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan dinyatakan terlambat apabila melebihi
penunjang, pengobatan, tindakan dan batas waktu pengembalian yaitu maksimal
pelayanan lain yang diberikan oleh tenaga 2x24 jam setelah pasien keluar dari rumah
kesehatan kepada pasien.3 sakit. Keterlambatan ini akan menghambat
Rekam medis ada dua macam yaitu pelaksanaan tugas bagian assembling
berbasis kertas (paper based medical rekam medis yang dapat berdampak pada
records) dan berbasis elektronik (electronic terhambatnya pelayanan pasien. Bagian
medical records / EMR). EMR adalah assembling memiliki tugas untuk merakit
rekam medis yang disimpan dalam media dokumen rekam medis, meneliti isi rekam
elektronik seperti komputer digital. Rekam medis termasuk kelengkapan
medis memiliki manfaat antara lain untuk penulisannya, mengendalikan dokumen
dasar pengobatan kepada pasien, rekam medis yang tidak lengkap serta
peningkatan kualitas pelayanan, mengendalikan penggunaan formulir rekam
pendidikan dan penelitian, pembiayaan, medis.1
perhitungan statistik kesehatan serta untuk
pembuktian jika terjadi masalah hukum, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
disiplin dan etik yang berkaitan dengan Keterlambatan Penyerahan Dokumen
tenaga kesehatan.4 Kualitas pelayanan Rekam Medis Rawat Inap
rekam medis menjadi salah satu tolak ukur
mutu pelayanan rumah sakit. Salah satu Penelitian yang dilakukan oleh
parameter untuk menilai mutu pelayanan Rachmani di Rumah Sakit POLRI dan TNI
kesehatan di rumah sakit yaitu dengan Semarang menunjukkan bahwa banyak
menilai data dan informasi yang tersedia faktor yang mempengaruhi keterlambatan
dalam dokumen rekam medis. Indikator penyerahan dokumen rekam medis (DRM)
rekam medis yang baik dan lengkap yaitu rawat inap dari bangsal ke bagian
kelengkapan isi, akurat, tepat waktu dan assembling. Faktor yang mempengaruhi
pemenuhan aspek persyaratan hukum.5 keterlambatan ini antara lain belum adanya
Seorang dokter atau dokter gigi yang protap pengembalian dokumen rekam
tidak membuat rekam medis dapat terkena medis dari ruang rawat inap ke bagian
sanksi secara hukum maupun etika dan assembling, tidak adanya petugas rekam
disiplin profesi. Menurut Undang-Undang medis di ruangan yang meneliti
Praktik Kedokteran setiap dokter atau kelengkapan dokumen rekam medis, jarak
dokter gigi yang dengan sengaja tidak ruang rawat inap ke ruang rekam medis
membuat rekam medis dapat dihukum yang jauh, belum lengkapnya atau tidak
dengan pidana kurungan paling lama satu lengkapnya dokumen rekam medis
tahun dan denda paling banyak 50 juta terutama tanda tangan dokter sehingga
rupiah. Selain itu sanksi perdata juga dapat DRM rawat inap tidak dapat diserahkan
diberikan karena tidak melakukan yang dalam waktu 2x24 jam.1
seharusnya dilakukan (ingkar janji/ Keterlambatan pengembalian DRM
wanprestasi) dalam hubungannya dengan rawat inap ke bagian assembling dapat
pasien.4 mengganggu pelayanan, terutama jika
|177 | Sayyidah Mirfat*, Nurwulan Andadari, Yetty Nusaria Nawa Indah – Faktor Penyebab …

dokumen tersebut dibutuhkan saat pasien Rekam medis di era JKN menjadi
kontrol di rawat jalan atau jika pasien rawat sesuatu yang sangat penting karena
inap kembali. Petugas assembling menilai menjadi penentu dalam perhitungan biaya
kelengkapan DRM yang dikembalikan, jika untuk klaim. Menurut Pujihastuti, terdapat
dinilai tidak lengkap maka DRM akan 65% rumah sakit yang belum membuat
dikembalikan ke ruang rawat inap untuk diagnosis yang lengkap dan jelas di antara
dilengkapi dalam jangka waktu 2x24 jam. rumah sakit yang sudah bekerjasama
Keterlambatan ini tentu akan mengganggu dengan BPJS. Penelitian tersebut
kontinuitas pelayanan. mendapatkan hasil bahwa 30% rekam
Penelitian lain yang dilakukan oleh medis yang diteliti pengisian informasinya
Lihawa menunjukkan bahwa tidak lengkap, sedangkan keakuratan kode
ketidaklengkapan dokumen rekam medis diagnosisnya mencapai 70% yang
rawat inap merupakan masalah yang dipengaruhi kelengkapan pengisian
sering terjadi di rumah sakit. Faktor informasi diagnosis pada dokumen rekam
penyebab ketidaklengkapan pengisian medis.8
rekam medis antara lain: kurang adanya Penelitian lain yang dilakukan oleh
sosialisasi mengenai SPO dan kebijakan Febriyanti memberikan hasil bahwa
tentang rekam medis terutama kepada pengisian dokumen rekam medis di RSUD
para dokter spesialis; dokter belum dr. Slamet Garut masih belum sesuai
mengetahui bahwa rekam medis harus diisi dengan prosedur yang ditetapkan oleh
lengkap ≤24 jam setelah pasien rawat inap rumah sakit khususnya yang berkaitan
diputuskan pulang; susunan form rekam dengan identifikasi pasien, laporan penting,
medis yang tidak sistematis; rapat yang autentikasi dan pencatatan. Kelengkapan
membahas kelengkapan dokumen rekam identifikasi pasien hanya mencapai 20%,
medis kurang efektif karena tidak kelengkapan pengisian data laporan
melibatkan dokter spesialis; serta kepala penting pasien sebesar 31,12%, dan
ruangan atau perawat tidak selalu kelengkapan pengisian data autentikasi
mengingatkan dokter untuk melengkapi yaitu 83,33%. RSUD dr. Slamet Garut
rekam medis.5 sudah bekerjasama dengan
Menurut Pamungkas, penyebab
ketidaklengkapan DRM adalah kurang METODE PENELITIAN
disiplinnya dokter dalam pengisian rekam
medis. Dokter lebih memprioritaskan Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 16
pelayanan sehingga waktu yang Agustus 2016 – 21 Oktober 2016 secara
dialokasikan untuk pengisian dokumen deskriptif kualitatif dengan metode
rekam medis sedikit yang berakibat pada observasi, wawancara mendalam, serta
ketidaklengkapan dokumen rekam medis. time motion study. Wawancara mendalam
Faktor lain yaitu: kurangnya kesadaran dilakukan kepada satu dokter spesialis,
dokter akan pentingnya pengisian rekam satu dokter ruangan, kepala sub divisi
medis; belum maksimalnya monitoring dan rekam medis, kepala sub divisi
evaluasi kelengkapan rekam medis; belum keperawatan ruang rawat inap 1-6, perawat
adanya pencatatan KTD dan KNC akibat ruang intensive care unit (ICU), bidan
ketidaklengkapan DRM; form rekam medis ruang VK (Verlos Kamer) / kamar bersalin,
yang terlalu banyak jenisnya; serta dan petugas verifikasi. Pengamatan
terbatasnya dukungan dana dari (observasi) dan wawancara merupakan
manajemen terkait kelengkapan rekam dua teknik pengumpulan data (alat ukur)
medis.7 Padahal rekam medis sangat yang utama dalam penelitian kualitatif,
penting baik bagi pasien, tenaga kesehatan karena mempunyai kesahihan dan
maupun bagi fasilitas kesehatan. keandalan yang tinggi dan mampu
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6 (2), 174-186 | 178 |

menjaring data verbal dan nonverbal utama penyebab keterlambatan


tentang aspek perilaku manusia.10 pengembalian DRM rawat inap adalah dari
Penentuan penyebab masalah digali sisi dokter. DPJP di RS X kurang displin
melalui metoda curah pendapat dalam pengisian rekam medis terutama
(brainstorming) dan jangan menyimpang resume medis. DPJP mengisi asesmen
dari masalah. Untuk menentukan awal medis dan catatan terintegrasi, tetapi
kemungkinan penyebab masalah dapat ketika pasien akan pulang resume medis
menggunakan diagram tulang ikan sering belum dilengkapi.
(fishbone) atau disebut juga dengan
diagram Ishikawa.11 Dari diagram fishbone “Biasanya itu mbak ya..paling banyak itu
ditemukan lima kelompok faktor yaitu man, resume belum diisi, terus tanda tangan
material, method, money dan machine. dokternya juga susah” (A/R/25082016/1000).
“Terus kalau dokter spesialisnya maunya
Brainstorming bersama pembimbing
cuma nulis diagnosa ini saja, yang lainnya yang
lapangan, staf rekam medis, staf melengkapi akhirnya dokter ruangan dibantu
keperawatan, verifikator BPJS (Badan sama kasubdiv” (B/S/26082016/1114).
Penyelenggara Jaminan Sosial) dan dokter “Wong kadang itu ya, dok besok mau libur
dilakukan tanggal 3 Oktober 2016 untuk dua hari, minta tandatangan dulu, terus
mengetahui akar masalah yang paling dokternya bilang kan belum ada rencana
berkontribusi. Dari kelima faktor tersebut pulang. Dokternya bilang besok aja mbak kalau
lalu digunakan metode Urgency, udah pasti pulang”(C/D/23092016/1127).
Seriousness, Growth (USG) untuk “Ada beberapa dokter juga yang suka
menentukan faktor terbesar penyebab menunda-nunda, meskipun sudah dikasitau
kalau ada PR tapi bilange, sek talah sus, mben-
kendala tersebut.7
mben sek ae, aku selak nang poli iki lho.
Pokoknya ya yang paling sering ya kurang
HASIL DAN PEMBAHASAN tandatangan sama diagnosa di resume itu”
(E/B/22092016/1230).
Wawancara dengan kepala ruangan
rawat inap dan staf perawat rawat inap Hasil observasi di ruang rawat inap
menunjukkan bahwa keterlambatan terlihat penumpukan dokumen rekam
pengembalian DRM rawat inap ke bagian medis. Rekam medis tersebut bukan hanya
rekam medis merupakan masalah yang milik pasien yang baru diperbolehkan
muncul di RS X terutama setelah RS X pulang, tetapi juga milik pasien yang sudah
bekerjasama dengan BPJS. Rekam medis pulang lebih dari empat hari. Kebanyakan
pasien swasta lebih cepat kembali ke berkas rekam medis tersebut merupakan
bagian rekam medis karena tidak perlu milik pasien yang advis pulangnya oleh
melewati verifikasi. Setelah pasien DPJP diberikan lewat telepon. Sehingga
dinyatakan boleh pulang, resume medis resume medis belum diisi lengkap terutama
dapat dilengkapi oleh dokter ruangan jika bagian diagnosis utama dan tanda tangan.
DPJP (dokter penanggungjawab Selain itu setelah pasien pulang, dokumen
pelayanan) berhalangan. rekam medis tidak langsung dilengkapi baik
oleh perawat maupun oleh DPJP. DPJP
Faktor Sumber Daya Manusia yang visite langsung akan menandatangani
Kurangnya Kedisiplinan Dokter dalam resume medis, tetapi hanya beberapa
Pengisian Rekam Medis terutama dokter yang menulis lengkap resume
Resume Medis medisnya. Kebanyakan DPJP hanya
menulis diagnosis utama dan memberikan
FGD (focus group discussion) yang tanda tangan. Perawat jaga menumpuk
dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2016 DRM rawat inap pasien yang sudah
dan wawancara kepada perawat ruang pulang, dan keesokan harinya kepala
rawat inap menunjukkan bahwa faktor
|179 | Sayyidah Mirfat*, Nurwulan Andadari, Yetty Nusaria Nawa Indah – Faktor Penyebab …

ruang akan membantu melengkapi dan pada pelayanan sehingga saat DPJP visite
menandai bagian yang belum lengkap. kadang perawat lupa mengingatkan dokter
untuk melengkapi rekam medis yang sudah
Beberapa DPJP Tidak Visite Setiap Hari, ditandai sebelumnya.
Sehingga Advis Pulang per Telepon
“Kadang juga perawatnya lupa gak
DPJP di RS X sebagian besar ngingetkan dokter buat tanda tangan sama
merupakan dokter tamu, sehingga tidak nulis resume” (E/B/22092016/1230).
“Faktor dari perawatnya yang kadang-
selalu visite setiap hari. Jika DPJP
kadang kita juga lupa buat mengingatkan”
berhalangan maka advis pulang akan (E/B/22092016/1230).
diberikan per telepon. Penulisan resume “Terus perawatnya juga lupa gak
medis dan tanda tangan akan diberikan mengingatkan. Terus paling sering ya advis
ketika DPJP visite atau ada jadwal di pulang lewat telepon itu” (B/S/24092016/1250).
poliklinik. Dokter spesialis juga kebanyakan
terburu-buru saat visite sehingga menunda- Beban Kerja Dokter dan Perawat Tinggi
nunda pengisian rekam medis, karena Karena Peningkatan BOR
sudah ditunggu banyak pasien di poliklinik.
Setelah dokumen rekam medis dinilai
“Gini lho dok, ruang sini kan pasiennya lengkap oleh kepala ruangan maka DRM
banyak, terus penuh-penuh. Jarang banget rawat inap tersebut akan disetorkan ke
kosong, terus pasien sekali pulang gitu
bagian rekam medis. Penyetoran ini
langsung banyak, padahal kadang itu advis
pulangnya per telepon” (C/D/26082016/1300). dilakukan oleh perawat jaga atau oleh
“Dokternya kan ada yang gak tiap hari petugas kurir untuk beberapa ruang rawat
visite, jadinya kadang advis pulang itu dikasi inap. Perawat jaga akan mengantar DRM
per telepon” (D/M/22092016/1200). ini jika sedang longgar yang artinya
“Selain itu kadang jumat cuman ngasi advis pekerjaan di pelayanan bisa ditinggalkan.
per telepon, sudah bisa pulang ini, terus Rekam medis yang sudah lengkap pada
sabtunya kita mau minta resume gak bisa sore hari baru akan disetorkan keesokan
soalnya sabtunya gak visite” harinya. Belum adanya petugas khusus
(C/D/23092016/1127). administrasi di ruang rawat inap,
“Kadang dokter pas gak visite advis
khususnya untuk mengantar dokumen
pulangnya per telepon kan akhirnya baru bisa
ketemu dokternya pas visit lagi atau poli dok, rekam medis ke bagian assembling rekam
jadi rekam medisnya numpuk” medis dianggap oleh perawat menjadi
(J/D/21102016/1253). salah satu akar masalah penyebab
“Karena kebanyakan dokter itu pas visite keterlambatan pengembalian DRM rawat
terburu-buru soalnya kan kebanyakan sudah inap ke rekam medis.
ditunggu pasien di poli” (E/B/22092016/1230). Observasi di ruangan rawat inap juga
dilakukan untuk mengetahui beban kerja
Perawat Lupa Mengingatkan Dokter perawat dalam pengisian rekam medis.
untuk Mengisi Resume Medis dan Selama observasi, perawat terlihat sibuk
Tandatangan memberikan pelayanan kepada pasien.
Kepala ruangan lebih banyak mengurusi
RS X memiliki BOR yang cukup tinggi masalah dokumen, sedangkan pelayanan
yaitu 96,70 % dan sebagian besar ditangani oleh perawat jaga. Untuk ruangan
pasiennya merupakan pasien BPJS. Beban kelas VIP (very important person) dan
kerja tenaga kesehatan terutama perawat kelas 1, rasio perawat dan pasien masih
menjadi tinggi. Menurut sebagian besar mencukupi. Tetapi untuk ruangan kelas II
kepala ruang rawat inap, tenaga perawat dan kelas III, terutama karena lebih sering
yang dimiliki masih kurang terutama di penuh, sehingga beban kerja perawat
ruang kelas II dan III. Perawat lebih fokus cukup tinggi. Kelas 3 memiliki kapasitas
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6 (2), 174-186 | 180 |

tempat tidur (TT) sejumlah 39 TT, dengan Kesehatan, karena seharusnya rekam
jumlah perawat 15. Setiap shift jaga dijaga medis pasien rawat inap yang sudah
oleh 3-4 perawat, sehingga setiap perawat pulang seharusnya dikembalikan ke bagian
bertanggung jawab terhadap 10-13 pasien. rekam medis dalam waktu kurang dari 2x24
Kesibukan ini sangat terlihat terutama di jam. Hasil wawancara dengan staf
ruang kelas III, saat observasi selama 1 verifikasi menunjukkan bahwa verifikasi
jam di ruang rawat inap kelas 3 pada pagi dilakukan untuk memastikan persyaratan
hari, tidak terlihat ada perawat yang untuk klaim BPJS lengkap, penulisan
menganggur. Satu orang perawat resume medis lengkap terutama diagnosis
berkeliling dari satu pasien ke pasien lain utama dan tanda tangan DPJP, kesesuaian
untuk memeriksa TTV (tanda tanda vital), anamnesis dengan diagnosis. Rekam
dua orang mengerjakan dokumentasi, dan medis ada di ruang verifikasi rata-rata 5-10
kepala perawat mengorganisir dokumen hari. Berkas rekam medis yang disetorkan
rekam medis pasien yang sudah pulang hari ini akan mulai dikerjakan keesokan
dan melengkapinya. harinya. Lamanya berkas rekam medis ada
di verifikasi terutama untuk rekam medis
Faktor Metode pasien dengan diagnosis sulit, DPJP lebih
dari satu, selisih klaim dengan biaya rumah
Ketidakpastian Jam Visite Dokter
sakit tinggi dan coding. Jika berkas klaim
Spesialis
masih kurang lengkap maka DRM rawat
inap akan dikembalikan ke ruangan untuk
DPJP di RS X kebanyakan visite saat
dilengkapi.
ada jam poliklinik. DPJP kadang
“Soalnya kan yang BPJS itu kita nyetor ke
berhalangan hadir terutama di hari Sabtu verifikasi, itu harus sudah lengkap disetor
dan Minggu karena kadang ada jadwal kesana” (B/M/26082016/1114)
seminar terkait profesinya. Ketidakpastian
jam visite terutama untuk dokter tamu juga Faktor Kebijakan (Machine)
menjadi masalah yang memperlama
pengembalian DRM rawat inap. DPJP Kebijakan Penempelan Post It Belum
kadang visite sebelum atau sesudah jadwal Ada
poliklinik, terkadang juga visite malam hari.
Ketidakpastian ini membuat perawat tidak Rekam medis pasien BPJS harus
dapat mempersiapkan DRM yang belum lengkap terutama lembar resume medis,
lengkap. karena berkaitan dengan klaim. BPJS
mempersyaratkan minimal diagnosis utama
“Jadinya seringnya itu jam visitnya gak dan diagnosis sekunder harus dilengkapi
pasti, selonggarnya beliau. Kadang sebelum sendiri oleh DPJP dan ditanda tangani.
poli, sesudah poli, atau kadang ada yang pas Dokumen rekam medis yang belum
ga ada jadwal poli tapi ada pasien, ya kadang lengkap akan dilengkapi oleh kepala
jamnya selonggarnya beliau. Apalagi hari ruangan atau dokter ruangan. Responden
Sabtu, dokter kebanyakan seminar kalau pas D mengatakan bahwa bagian yang wajib
Sabtu, jadinya ya gak visit”
dilengkapi sendiri oleh DPJP akan
(C/D/26082016/1300).
diberikan tanda post it. Kebijakan
penempelan post it belum ada, sehingga
DRM Pasien BPJS Harus Masuk ke
belum semua ruangan menjalankannya.
Verifikasi
“Ditandain sama post it. Nanti ditempel
sama dikasi keterangan bagian mana yang
Berkas rekam medis pasien BPJS belum lengkap dan dokter siapa. Nanti pas
harus melewati bagian verifikasi dulu dokternya visite lagi kita ingetkan. Atau kalau
sebelum diserahkan ke bagian rekam gak pas visit ya dilengkapin di poli”
medis. Alur dokumen ini belum sesuai (D/M/22092016/1200).
dengan alur rekam medis dari Departemen
|181 | Sayyidah Mirfat*, Nurwulan Andadari, Yetty Nusaria Nawa Indah – Faktor Penyebab …

“Udah kita tempeli post it, bawa ke poli buat medis di ruangan rawat inap dan di unit
minta tandatangan” (E/B/22092016/1230). rekam medis. Di ruangan rawat inap, DRM
yang belum lengkap disimpan untuk
dilengkapi sebelum diserahkan ke unit
rekam medis. Penulis melihat tanggal
Feedback Data Rekam Medis Belum pulang serta kelengkapan DRM pasien
Sampai ke DPJP yang sudah pulang. Wawancara terhadap
Wawancara dengan bagian rekam perawat ruangan juga dilakukan untuk
medis juga dilakukan untuk mengetahui mengetahui alasan DRM belum diserahkan
akar masalah terkait keterlambatan ke unit rekam medis.
pengembalian DRM rawat inap. Time motion study dilakukan terhadap
Wawancara ini melibatkan kepala sub divisi delapan rekam medis pasien yang sudah
rekam medis, staf rekam medis bagian pulang satu hari sebelumnya di ruangan
assembling dan bagian pelaporan. Bagian rawat inap pada tanggal 22 September
rekam medis setiap bulannya membuat 2016. Terdapat tiga rekam medis yang
laporan lama hari pengembalian DRM sudah lengkap di antara delapan rekam
rawat inap dan angka KLPCM medis (dua pasien BPJS dan satu pasien
(ketidaklengkapan pengisian catatan swasta). Rekam medis yang sudah lengkap
medis). Data ini diberikan kepada bagian ini belum disetorkan ke rekam medis
manajemen dan juga feedback ke maupun verifikasi karena pekerjaan di
ruangan. Data belum memberikan pelayanan masih banyak, sehingga
gambaran kelengkapan catatan rekam menunggu waktu yang longgar. Rekam
medis setiap DPJP, hanya menunjukkan medis yang belum lengkap antara lain
lama pengembalian setiap ruang rawat karena DPJP belum menulis diagnosis
inap. Data ini juga belum pernah sekunder, belum memberikan paraf
disampaikan ke masing-masing DPJP, konfirmasi lacabak, belum memberikan
karena rapat komite medik tidak dilakukan tanda tangan di resume medis.
secara rutin. Rapat komite medik biasanya Observasi juga dilakukan di ruang VIP
menunggu acara rumah sakit, sehingga terhadap dua rekam medis pasien pulang
lebih mudah mengumpulkan dokter yang belum disetorkan, pada tanggal 23
spesialis. Bagian rekam medis juga sering September 2016. Rekam medis pertama
mendapat komplain dari dokter spesialis milik pasien yang sudah pulang dua hari
terkait penyediaan DRM rawat jalan. sebelumnya dan sudah lengkap, tetapi
Berkas ini sering tidak dapat disediakan belum disetorkan dengan alasan belum
karena saat pasien kontrol setelah rawat ada waktu longgar. Sedangkan rekam
inap, DRM masih ada di ruang rawat inap medis kedua merupakan rekam medis
untuk dilengkapi. pasien yang meninggal tanggal 19
“Jarang, saya gak tau ya misalnya ada tapi Septeber 2016, tetapi baru mendapat tanda
saya gak ikut. Tapi selama ini kok rasanya tangan DPJP tanggal 22 September 2016
jarang banget” (J/D/21102016/1253).
karena DPJP hanya memiliki jadwal poli
“Oohh, lama juga ya.. jadi habis opname
status balik ke rekam medis seminggu?” dua kali seminggu.
(J/D/21102016/1253) Observasi di unit rekam medis
dilakukan untuk melihat dokumen rekam
Hasil Time Motion Study medis yang masuk pada hari itu dan
menghitung lama penyetoran. Rata-rata
Time motion study dilakukan untuk lama penyetoran untuk pasien swasta
mengetahui jalannya dokumen rekam murni yaitu 3,15 hari sampai di bagian
medis pasien yang sudah pulang termasuk rekam medis, sedangkan pasien BPJS
waktunya. Time motion study dilakukan 3,42 hari sampai di verifikasi. Dari data ini
dengan cara melihat dokumen rekam dapat dilihat bahwa lama penyetoran DRM
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6 (2), 174-186 | 182 |

rawat inap pasien swasta dan pasien BPJS mendalam, dan time motion study
hampir sama, tetapi rekam medis pasien menemukan berbagai macam penyebab
BPJS masih harus melewati verifikasi. keterlambatan pengembalian dokumen
rekam medis rawat inap ke bagian rekam
Identifikasi Akar Masalah medis di RS X. Selanjutnya dilakukan
identifikasi akar masalah dengan
Hasil yang didapatkan dari keseluruhan menggunakan diagram fishbone dan
penelitian ini melalui observasi, wawancara dilakukan skoring dengan metode USG.

Tabel 1. Hasil peringkat kendala menurut pihak rumah sakit


Faktor Akar Masalah U S G Total Peringkat
Man Kurangnya kedisiplinan dokter dalam pengisian 52 51 45 148 1
rekam medis terutama resume medis
Beban kerja dokter dan perawat tinggi karena 47 47 43 137 6
peningkatan BOR

Man Banyak dokter yang bukan merupakan home 46 49 43 138 5


doctor
Perawat kurang paham mengenai kelengkapan 33 34 33 100 12
klaim BPJS
Beberapa DPJP tidak visite setiap hari, sehingga 48 47 46 141 3
advis pulang per telepon
Perawat lupa mengingatkan dokter untuk 50 48 42 140 4
mengisi resume medis dan tandatangan
Material Petugas khusus untuk mengantarkan DRM ke 47 53 48 148 1
bagian rekam medis tidak ada
Tidak ada data tentang ketidaklengkapan rekam 45 49 44 138 8
medis per dokter
Machine Rapat komite medik tidak rutin 46 47 40 133 9
Belum ada kebijakan mengenai reward dan 49 49 40 138 5
punishment untuk pengisian rekam medis
Belum ada kebijakan tertulis tentang 41 40 34 115 11
penggunaan tanda (post it) untuk DRM yang
belum lengkap
Method Alur rekam medis belum sesuai dengan 46 45 45 136 7
pedoman Depkes
Ketidakpastian jam visite dokter spesialis 48 48 40 136 7
DRM pasien BPJS harus masuk ke verifikasi 42 48 40 130 10
Money Dukungan dana untuk reward terkait waktu 51 50 45 146 2
pengembalian DRM belum tersedia
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Tingkat Pendidikan akan menentukan Tingkat Pendidikan akan menentukan


peran seorang karyawan atau pegawai peran seorang karyawan atau pegawai
dalam melaksanakan tugasnya. Semakin dalam melaksanakan tugasnya. Semakin
tinggi ting-kat pendidikan seseorang maka tinggi ting-kat pendidikan seseorang maka
akan semakin banyak peran yang diberikan akan semakin banyak peran yang diberikan
kepada suatu perusahan. Hal ini selaras kepada suatu perusahan. Hal ini selaras
dengan akan ter-capainya tujuan dengan akan terca-painya tujuan
perusahaan secara maksimal. perusahaan secara maksimal. Peran yang
|183 | Sayyidah Mirfat*, Nurwulan Andadari, Yetty Nusaria Nawa Indah – Faktor Penyebab …

dijalankan oleh karyawan dengan penuh terutama resume medis, petugas khusus
kesadaran dan tanggung jawab inilih yang untuk mengantarkan DRM ke bagian rekam
disebut disiplin kerja, hal itu berarti semakin medis tidak ada, beberapa DPJP tidak
tinggi tingkat pendidikan dari karyawan visite setiap hari sehingga advis pulang per
atau pegawai maka semakin tinggi pula telepon, perawat lupa mengingatkan dokter
tingkat disiplin kerja dalam perusahaan untuk mengisi resume medis dan
tersebut.16 tandatangan serta banyak dokter yang
Bagian ini memuat data karakteristik bukan merupakan home doctor. Faktor lain
subjek/objek/sampel/responden penelitian, tentunya juga banyak mempengaruhi
hasil analisis data, pengujian instrumen keterlambatan seperti faktor method,
dan hipotesis (jika ada), jawaban dari money, material dan machine.
pertanyaan penelitian, temuan-temuan dan Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
interpretasi temuan-temuan. Bagian ini, bila ditemukan oleh Rachmani di Rumah Sakit
dimungkinkan, bisa dibuat grafik untuk POLRI dan TNI Semarang bahwa banyak
setiap variable penelitian. Selanjutnya faktor yang mempengaruhi keterlambatan
disajikan berturut-turut nilai statistik penyerahan dokumen rekam medis (DRM)
deskriptif (Misal; Mean, SD, Maximum, rawat inap dari bangsal ke bagian
Minimum) beserta interpretasinya. Pada assembling. Faktor yang mempengaruhi
bagian akhir bagian ini menyajikan hasil uji keterlambatan ini antara lain belum adanya
hipotesis penelitian dan pembahasannya protap pengembalian dokumen rekam
secara cukup. medis dari ruang rawat inap ke bagian
assembling, tidak adanya petugas rekam
Pembahasan medis di ruangan yang meneliti
kelengkapan dokumen rekam medis, jarak
Hasil wawancara dan observasi di ruang rawat inap ke ruang rekam medis
ruang rawat inap menunjukkan bahwa yang jauh, belum lengkapnya atau tidak
keterlambatan pengembalian DRM rawat lengkapnya dokumen rekam medis
inap di RS X merupakan masalah yang terutama tanda tangan dokter sehingga
sudah lama terjadi. Rekam medis menjadi DRM rawat inap tidak dapat diserahkan
hal yang sangat penting terutama sejak era dalam waktu 2x24 jam.1
JKN (jaminan kesehatan nasional), karena Keterlambatan pengembalian DRM
menjadi dasar perhitungan biaya rawat inap ke bagian assembling dapat
kesehatan. KLPCM RS X (kelengkapan mengganggu pelayanan, terutama jika
pengisian catatan medik) di tahun 2016 dokumen tersebut dibutuhkan saat pasien
sampai dengan bulan Juli 2016 sebesar kontrol di rawat jalan atau jika pasien rawat
96,2%, tetapi hal ini mempengaruhi inap kembali. DPJP di RS X sering
pengembalian DRM rawat inap yang cukup komplain jika saat pasien kontrol rekam
lama yaitu lebih dari 7 hari. Keterlambatan medis rawat inapnya tidak tersedia,
ini dapat menghambat pelayanan yang walaupun ada DPJP yang tidak
diberikan terutama untuk pasien JKN, mempermasalahkannya. Riwayat pasien
karena berkas rekam medis terutama sangat diperlukan untuk menentukan terapi
resume medis merupakan salah satu ataupun tindakan kepada pasien, apalagi
syarat klaim BPJS. Keterlambatan klaim jika pasien memiliki penyakit kronik.
BPJS dapat berdampak pada Petugas assembling menilai kelengkapan
terganggunya keuangan rumah sakit.12 DRM yang dikembalikan, jika dinilai tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lengkap maka DRM akan dikembalikan ke
faktor utama keterlambatan pengembalian ruang rawat inap untuk dilengkapi dalam
DRM rawat inap yaitu faktor SDM (sumber jangka waktu 2x24 jam. Keterlambatan ini
daya manusia) seperti ketidakdisiplinan tentu akan mengganggu kontinuitas
DPJP dalam pengisian rekam medis pelayanan.
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6 (2), 174-186 | 184 |

Dokumentasi pelayanan yang buruk tanggungjawab setiap pemberi pelayanan


(penulisan rekam medis) mengurangi kesehatan. Seorang dokter atau dokter gigi
kualitas pelayanan dan melemahkan yang tidak membuat rekam medis dapat
analisis. Penulisan rekam medis juga buruk terkena sanksi secara hukum maupun etika
bahkan pada pasien-pasien kritis di rumah dan disiplin profesi. Menurut Undang-
sakit. Masalah ini berdampak pada Undang Praktik Kedokteran setiap dokter
pelayanan kesehatan dan hasil penelitian, atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak
termasuk pengembangan laporan medis.13 membuat rekam medis dapat dihukum
Menurut Pamungkas penyebab dengan pidana kurungan paling lama satu
ketidaklengkapan DRM adalah kurang tahun dan denda paling banyak 50 juta
disiplinnya dokter dalam pengisian rekam rupiah. Selain itu sanksi perdata juga dapat
medis. Dokter lebih memprioritaskan diberikan karena tidak melakukan yang
pelayanan sehingga waktu yang seharusnya dilakukan (ingkar janji/
dialokasikan untuk pengisian dokumen wanprestasi) dalam hubungannya dengan
rekam medis sedikit yang berakibat pada pasien.4 Pengisian rekam medis
ketidaklengkapan dokumen rekam medis. merupakan tanggungjawab setiap
Faktor lain yaitu: kurangnya kesadaran profesional pemberi asuhan, setiap kali
dokter akan pentingnya pengisian rekam melakukan pemeriksaan maupun
medis; belum maksimalnya monitoring dan merencanakan pengobatan dan tindakan
evaluasi kelengkapan rekam medis; belum bagi pasien. Selain itu juga dengan tingkat
adanya pencatatan KTD dan KNC akibat kedisiplinan pengembalian dokumen rekam
ketidaklengkapan DRM; form rekam medis medis yang baik, dokter juga akan
yang terlalu banyak jenisnya; serta merasakan manfaatnya apabila dokter
terbatasnya dukungan dana dari sewaktu-waktu membutuhkan dokumen
manajemen terkait kelengkapan rekam rekam medis tersebut.15
medis.7 Rekam medis di era JKN menjadi
Tingginya BOR dan kunjungan pasien sesuatu yang sangat penting karena
di RS X berdampak pada tingginya beban menjadi penentu dalam perhitungan biaya
kerja dokter maupun perawat, sehingga untuk klaim. RS X sudah memiliki tim
dokter lebih mendahulukan pelayanan verifikasi dan rekam medis yang menilai
kepada pasien daripada melengkapi rekam kelengkapan rekam medis. Menurut
medis. Dokter sering terburu-buru saat Pujihastuti dan Sudra, terdapat 65% rumah
visite karena sudah ditunggu banyak sakit yang belum membuat diagnosis yang
pasien di poliklinik. Temuan ini sejalan lengkap dan jelas di antara rumah sakit
dengan penelitian yang dilakukan di RSUD yang sudah bekerjasama dengan BPJS.
Banyudono Boyolali bahwa Penelitian tersebut mendapatkan hasil
ketidaklengkapan pengisian rekam medis bahwa 30% rekam medis yang diteliti
disebabkan oleh tingginya beban dokter, pengisian informasinya tidak lengkap,
perawat atau tenaga medis lainnya. Pasien sedangkan keakuratan kode diagnosisnya
yang banyak setiap harinya membuat mencapai 70% yang dipengaruhi
kebanyakan tenaga kesehatan melewatkan kelengkapan pengisian informasi diagnosis
untuk menuliskan nama dan pada dokumen rekam medis.8
membubuhkan paraf atau tandatangan di Penelitian lain yang dilakukan di RSUD
setiap formulir rekam medis. Selain itu dr. Slamet Garut memberikan hasil bahwa
kurangnya pemahaman mengenai pengisian dokumen rekam medis masih
pentingnya rekam medis sebagai bukti belum sesuai dengan prosedur yang
otentik pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh rumah sakit khususnya
diberikan kepada pasien, juga berpengaruh yang berkaitan dengan identifikasi pasien,
terhadap masalah ini.14 laporan penting, autentikasi dan
Pengisian rekam medis merupakan pencatatan. Kelengkapan identifikasi
|185 | Sayyidah Mirfat*, Nurwulan Andadari, Yetty Nusaria Nawa Indah – Faktor Penyebab …

pasien hanya mencapai 20%, kelengkapan dominan adalah faktor sumber daya
pengisian data laporan penting pasien manusia yang terdiri dari kurangnya
sebesar 31,12%, dan kelengkapan kedisiplinan dokter dalam pengisian rekam
pengisian data authentikasi yaitu 83,33%. medis terutama resume medis, beban kerja
RSUD dr. Slamet Garut sudah dokter dan perawat tinggi karena
bekerjasama dengan BPJS sejak 1 Januari peningkatan BOR, banyak dokter yang
2014.9 Kelengkapan rekam medis di RS X bukan merupakan home doctor, perawat
sudah baik yaitu di atas 95 %, karena kurang paham mengenai kelengkapan
manajemen mengharuskan rekam medis klaim BPJS, beberapa DPJP tidak visite
sudah lengkap sebelum disetorkan ke setiap hari sehingga advis pulang per
bagian rekam medis atau verifikasi. Hal itu telepon, perawat lupa mengingatkan dokter
berdampak pada lamanya pengembalian untuk mengisi resume medis dan
DRM rawat inap ke bagian rekam medis. tandatangan. Faktor lain yang
Bagian ini memuat data karakteristik mempengaruhi keterlambatan antara lain
subjek/objek/sampel/responden penelitian, faktor method, money, material dan
hasil analisis data, pengujian instrumen machine.
dan hipotesis (jika ada), jawaban dari Keterbatasan penelitian ini yaitu
pertanyaan penelitian, temuan-temuan dan kurangnya wawancara dan observasi
interpretasi temuan-temuan. Bagian ini, bila mengenai perilaku dokter dalam pengisian
dimungkinkan, bisa dibuat grafik untuk rekam medis dari sudut pandang dokter
setiap variable penelitian. Selanjutnya sendiri. Sebagian besar data didapat dari
disajikan berturut-turut nilai statistik perawat dan dokter ruangan, sehingga ada
deskriptif (Misal; Mean, SD, Maximum, kemungkinan bersifat subyektif.
Minimum) beserta interpretasinya. Pada Possible solution yang dapat dilakukan
bagian akhir bagian ini menyajikan hasil uji adalah menggunakan post it untuk
hipotesis penelitian dan pembahasannya menandai dokumen rekam medis yang
secara cukup. belum lengkap serta membuat kebijakan
Bagian ini memuat data karakteristik agar DPJP segera menuliskan diagnosis
subjek/objek/sampel/responden penelitian, utama dan sekunder pada resume medis
hasil analisis data, pengujian instrumen ketika diagnosis sudah ditegakkan dan
dan hipotesis (jika ada), jawaban dari memberikan tandatangan di resume medis.
pertanyaan penelitian, temuan-temuan dan Kebijakan ini dibuat dalam bentuk SPO
interpretasi temuan-temuan. Bagian ini, bila penempelan post it DRM rawat inap yang
dimungkinkan, bisa dibuat grafik untuk beum lengkap serta petunjuk teknis
setiap variable penelitian. Selanjutnya pengisian resume medis. Dengan
disajikan berturut-turut nilai statistik diterapkannya solusi ini, diharapkan
deskriptif (Misal; Mean, SD, Maximum, keterlambatan pengembalian DRM rawat
Minimum) beserta interpretasinya. Pada inap bisa diminimalisir.
bagian akhir bagian ini menyajikan hasil uji
hipotesis penelitian dan pembahasannya DAFTAR PUSTAKA
secara cukup.
1. Rachmani, E. (2010). Analisa
SIMPULAN keterlambatan penyerahan dokumen
rekam medis rawat inap di Rumah Sakit
Dari hasil penelitian ini dapat POLRI dan TNI Semarang. Jurnal
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang Visikes, 9(2), 107-111.
menyebabkan keterlambatan 2. Williams, F., and Boren, S. (2008). The
pengembalian dokumen rekam medis role of the electronic medical record
rawat inap ke bagian rekam medis di RS X (EMR) in care delivery development in
sangat kompleks. Faktor yang paling developing countries: a systematic
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6 (2), 174-186 | 186 |

review. Journal of Innovation in Health 11. Bustami. (2011). Penjaminan mutu


Informatics, 16(2), 139-145. pelayanan kesehatan dan
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. akseptabilitasnya. Jakarta: Erlangga.
(2008). Peraturan Menteri Kesehatan 12. Winarti, dan Supriyanto, S. (2013).
Republik Indonesia nomor Analisis kelengkapan pengisian dan
269/MENKES/PER/III/2008 tentang pengembalian rekam medis rawat inap
rekam medis. Jakarta: Kementerian rumah sakit. Jurnal Administrasi
Kesehatan RI. Kesehatan Indonesia, 1(4), 345-351.
4. Konsil Kedokteran Indonesia. (2006). 13. Dharmawan, R.W., Siti, E., dan Riyadi.
Manual rekam medis. Jakarta: Konsil (2015). Pengaruh kemudahan dan
Kedokteran Indonesia. kemanfaatan sistem informasi rekam
5. Lihawa, C., Mansur, M., dan Wahyu, T. medis terhadap kinerja dokter (studi
(2015). Faktor-faktor penyebab pada dokter Rumah Sakit Islam
ketidaklengkapan pengisian rekam Aisyiyah Jawa Timur, Malang). Jurnal
medis dokter di ruang rawat inap RSI Administrasi Bisnis, 27(2), 1-4.
Unisma Malang. Jurnal Kedokteran 14. Nugraheni, S., Ariani, D., dan
Brawijaya, 28(2), 119-123. Ruslinawati, Y. (2013). Tinjauan
6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. kelengkapan dokumen rekam medis
(2008). Peraturan Menteri Kesehatan pasien rawat inap penyakit typhoid
Republik Indonesia nomor fever di RSUD Banyudono Boyolali
228/MENKES/SK/III/2002 tentang tahun 2012. Jurnal Infokes Apikes Citra
pedoman penyusunan standar Medika Surakarta, 3(3), 51-62.
pelayanan minimal rumah sakit yang 15. Rahmadhani, I.S., Sugiarsi, S., dan
wajib dilaksanakan daerah. Jakarta: Pujihastuti, A. (2008). Faktor penyebab
Kementerian Kesehatan RI. ketidaklengkapan dokumen rekam
7. Pamungkas, F., Hariyanto, T., dan medis pasien rawat inap dalam batas
Woro, E. (2015). Identifikasi waktu pelengkapan di Rumah Sakit
ketidaklengkapan dokumen rekam Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.
medis rawat inap di RSUD Ngudi Jurnal Kesehatan, 2(2), 82-88.
Waluyo Wlingi. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, 28(2), 124-128.
8. Pujihastuti, A., dan Sudra, RI. (2014).
Hubungan kelengkapan informasi
dengan keakuratan kode diagnosis dan
tindakan pada dokumen rekam medis
rawat inap. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia, 2(2),
60-64.
9. Febriyanti, R.I.M., dan Sugiarti, I.
(2015). Analisis kelengkapan pengisian
data formulir anamnesis dan
pemeriksaan fisik kasus bedah. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan
Indonesia, 3(1), 31-37.
10. Bachri, B. (2010). Meyakinkan validitas
data melalui triangulasi pada penelitian
kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan,
10(1), 46‐62.

Anda mungkin juga menyukai