PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang sangat
dan keamanan makanan yang baik secara biologi, kimia maupun fisik selalu di
kurun waktu 2011 dan 2015, produk makanan yang tidak sesuai dengan
berbahaya yang digunakan sebagai zat adiktif untuk makanan dan adanya
keracunan makanan.
seluruh parameter mutu pangan yang ada. Konsumen menyadari bahwa mutu
pangan tidak hanya dijamin dari hasil uji produk akhir laboratorium tetapi
mereka mempunyai keyakinan bahwa produk yang aman didapat dari baku
1
yang ditangani dengan baik,diolah dan didistribusikan dengan baik yang akan
pangan yang digunakan untuk melindungi makanan dari bahaya biologi, kimia,
(Rauf, 2013).
satu tempat yang menyelenggarakan makanan untuk pasien rumah sakit dan
Wirawan Salatiga, Rumah Sakit Akademik UGM dan Rumah Sakit AMC milik
Anak Kahyangan. Selain melayani pasien rumah sakit, Katering Marwah juga
melayani pasien home care dan juga pasien home care tetapi untuk saat ini
RSAUGM dan AMC serta home care. Katering Marwah juga harus mampu
kebutuhan para pasien rumah sakit dan pemenuhan kebutuhan pasien home
care, tetapi juga harus mampu memberikan jaminan bahwa makanan yang
layak dikonsumsi.
Telur Bumbu Rujak merupakan salah satu menu untuk rumah sakit yang
disajikan oleh Katering Marwah. Telur Bumbu Rujak disajikan sebagai menu
2
pada siklus ke-2 di jam makan malam. Telur bumbu rujak berbahan dasar
telur ayam serta bumbu pendukung yang digunakan seperti bawang merah,
bawang putih, kunyit, lada, serai, garam, daun salam. Telur Bumbu Rujak
Bahaya juga dapat timbul pada saat proses penerimaan bahan makanan
Yogyakarta. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
3
2. Tujuan Khusus
Bumbu Rujak
D. Manfaat
2. Bagi Pasien
3. Bagi Peneliti
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemananan Pangan
harus terjamin terutama bagi pasien rumah sakit yang tubuhnya dalam
5
bahaya biologi atau mirobiologi, bahaya kimia dan bahaya fisik. Bahaya
biologis atau mikrobiologis terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus,
dan bakteri patogen yang dapat tumbuh dan berkembang di dalam bahan
lebih berbahaya.
jamur atau kapang penghasil toksin juga termasuk dalam bahaya kimia.
Bahaya fisik terdiri potongan kayu, batu, logam, rambut, dan kuku
yang telah rusak atau juga dari para pengolah makanan. Meskipun
bahaya ini tidak menimbulkan bahaya yang lebih tetapi bahasa fisik dapat
1. Pengertian
Pengertian lain dari HACCP adalah alat yang dipakai untuk mengukur
6
tepat dalam pengawan mutu bahan pangan dengan menitikberatkan pada
makanan dari potensi bahaya biologi, kimia dan fisik. Sistem tersebut
bahaya
beberapa prinsip yang dilaksanakan sistem HACCP terdiri dari tujuh yaitu
(Rauf, 2013).
7
diukur dari teridentifikasinya seluruh potensi bahaya yang mungkin
mikotoksin)
perfingens, S. aureus, C.
jejuni, E. coli
cereus
2. Kimia : Aflatoksin,
8
pestisida
perfingens, S. aureus
Kelompok Keterangan
Bahaya
menyusui.
pengemasan/penyajian.
9
setelah pengemasan hingga disantap oleh konsumen
dan fisik.
bahaya B-F
10
sudah dibuat hingga mencapai level yang dapat diterima. Level yang
diterima artinya pada kadar atau dosis yang tidak akan menimbulkan
(Rauf, 2013).
tidak bias diterima. Pada setiap titik pengendalian kritis, harus dibuat
batas kritis dan dan kemudian dilakukan validasi. Batas kritis dapat
dan proses.
yang lebih tinggi dan waktu dibuat lebih singkat. Kriteria yang umum
11
suatu CPP beroperasi di bawah kendali. Hal ini termasuk sistem
kritis kualitatif).
2013).
12
diperbaiki sehingga tindak lanjut yang tepat dalam proses produksi
Standarisasi, 1998).
g. Pemeliharaan Catatan
13
Pencatatan dan pembukuan yang efisien penting dalam
1. Telur Ayam
a. Pengertian
kalangan. Hal ini karena telur ayam mempunyai harga yang relatif
asam lemak Omega-3 empat kali lebih banyak, vitamin E dua kali
14
penelitian Sihombing (2014), pH telur yang baru ditelurkan
15
penanganan pengawetan akan mengalami penurunan kualitas
dan agak segar. Pilih telur yang berbentuk bulat telur, yaitu
agak tumpul.
matahari.
perubahan, antara lain isi telur yang semula terbagi 2 (kuning &
putih) dan kental berubah menjadi cair & tercampur, timbul bau
16
pernah dierami namun tidak sampai menetas dan terendam
17
BAB III
METODE
MArwah.
Desember 2017.
B. Tim Pelaksana
Wahyuningrum distribusi.
1. Bahan
18
b. Bumbu :
1) Bawang merah
2) Bawang putih
3) Merica
4) Daun salam
5) Kunyit
6) Laos
7) Serai
8) Tomat
9) Garam
2. Alat
a. Wajan
b. Kompor
c. Panci
d. Pisau
e. Blender
f. Toples
bumbu rujak adalah dengan menggunkan data primer dan data sekunder,
sebagai berikut.
19
a. Data Primer
b. Data Sekunder
standar bumbu.
20
BAB IV
A. Deskripsi Produk
Aroma : Harum
setelah pengolahan.
8. Label khusus
21
B. Prosedur Pengolahan/Penyediaan Makanan
a. Bawang merah
b. Bawang putih
c. Merica
d. Kunyit
e. Garam
f. Laos
g. Daun salam
h. Serai
i. Tomat
22
k. Menuangkan air hingga mendidih
*Terlampir*
kulitnya.
keabu-abuan.
23
Tomat Berwarna kemerahan, segar dan
tidak busuk.
dan segar
setengah tua.
putih kusam.
putih
berwarna.
Kimia Pestisida
24
Kimia Pestisida
Kimia Pestisida
Kimia Pestisida
Fisik Tanah
Kimia Pestisida
bubuk rasa
jamur
25
D. Titik Kendali Kritis
1. Telur Ayam
YA
TIDAK
YA
YA BUKAN CCP
26
2. Bumbu Utama
YA
TIDAK
YA
YA BUKAN CCP
27
3. Bumbu Pelengkap
Apakah air, garam, gula, lada, kaldu bubuk rasa jamur, tomat,
daun salam dan serai terdapat tindakan pencegahan untuk
bahaya yang teridentifikasi (Bahaya biologis, kimia dan fisik) ?
YA
TIDAK
YA
YA BUKAN CCP
28
4. Air
YA
TIDAK
YA
YA BUKAN CCP
29
5. Pencampuran
YA
TIDAK
YA
YA BUKAN CCP
30
6. Penggerusan 2
YA
TIDAK
YA
YA BUKAN CCP
31
7. Pemasakan
YA
TIDAK
YA
YA BUKAN CCP
32
8. Perebusan 1
YA
TIDAK
YA
YA BUKAN CCP
33
9. Perebusan 2
YA
TIDAK
YA
YA BUKAN CCP
34
Tahap CCP dan CP pada pengolahan telur ayam bumbu rujak
Proses CCP CP
Penyeleksian 1 √ -
Pengupasan 1 √ -
Pencucian 1 √ -
Penyeleksian 2 √ -
Pengupasan 2 √ -
Pencucian 2 √ -
Pengupasan 3 √ -
Pencucian 3 √ -
Pemotongan 1 - √
Pencucian 4 √ -
Pemotongan 2 - √
Penggerusan 1 - √
Pencucian 5 √ -
Perebusan 3 √ -
Pendinginan - √
Pengupasan 4 √ -
Pencucian 6 √ -
Pencampuran 1 - √
Penggerusan 2 - √
Pemasakan √ -
Perebusan 1 - √
Perebusan 2 √ -
35
E. Batas Kritis
busuk
busuk
pasir
40 menit
36
Pencucian 6 Biologi, kimia, fisik Tidak ada debu, pasir
menit
30 menit
37
F. Monitoring dan Tindakan Perbaikan
Tabel Monitoring dan Tindakan Pada Pengolahan Telur Ayam Bumbu Rujak
Penyeleksian 1 Biologi Tidak ada Bagian yang Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
Pengupasan 1 Biologi, Semua kulit Kulit yang Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
Pencucian 1 Biologi, Tidak ada Potongan kulit, Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
Kimia, Fisik potongan kotoran,pasir, dan secara pencucian persiapan pencucian lagi
bahan
38
Penyeleksian 2 Biologi, Tidak ada Tidak ada bagian Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
bahan
Pengupasan 2 Biologi, Tidak ada Kulit, debu, dan Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
Kimia, Fisik bagian tanah tanah yang secara pengupasan persiapan pencucian
menempel bahan
Pencucian 2 Biologi, Tidak ada Tanah dan debu Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
Kimia, Fisik tanah dan yang menempel secara pencucian Persiapan pencucian lagi
Pengupasan 3 Biologi, Tidak ada Batang, akar, Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
39
Kimia, Fisik batang, tidak bagian busuk secara pengupasan persiapan pegupasan
bagian yang
busuk
Pencucian 3 Biologi, Tidak ada Bagian yang tidak Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
kotoram,
pasir
Pencucian 4 Biologi, Tidak ada Bagian yang tidak Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
pasir tidak
diperlukan lagi
40
Pencucian 5 Biologi, Tidak ada Bagian yang tidak Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
pasir tidak
diperlukan lagi
Perebusan 3 Biologi Suhu 100°C, Suhu dan waktu Monitoring Kontinyu Tenaga Dilakukan
waktu
Pengupasan Biologi, fisik Tidak ada Bagian yang tidak Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
pasir
Pencucian 6 Biologi, Tidak ada Bagian yang tidak Pemeriksaan 1× selama Tenaga Dilakukan
kimia, fisik potongan diperlukan pada secara pembersihan pengolah pencucian lagi
41
kulit, kotoran, bahan langsung
pasir
Pemasakan Biologi Suhu 72oC Suhu dan waktu Monitoring Kontinyu Tenaga Dilakukan
waktu
Perebusan 2 Biologi Suhu 100oC Suhu dan waktu Monitoring Kontinyu Tenaga Dilakukan
waktu
42
PEMBAHASAN
Telur ayam bumbu rujak merupakan menu lauk hewani pada siklus kedua
untuk RSA UGM. Lauk ini di olah untuk berbagai jenis diet antara lain, diet
normal, DM, RG, DHDJ dan BS. Bahan utama yang digunakan untuk membuat
telur ayam bumbu rujak adalah telur ayam, sebagai bumbu pelengkap sebagai
berikut bawang merah, bawang putih, lada, kunyit, tomat, garam, daun salam,
serai, kaldu rasa jamur, Rasa dari telur ayam bumbu rujak ini adalah sedikit
mudah dicerna. Lauk hewani telur ayam bumbu rujak diperuntukkan untuk pasien
rumah sakit.
Marwah pada hari Jum’at tanggal 22 Desember 2017. Pengamatan ini dilakukan
untuk mengetahuai keamanan pangan produk olahan telur ayam bumbu rujak.
Berikut ini adalah bahan-bahan telur ayam bumbu rujak adalah sebagai berikut :
a. Telur Ayam
telur ayam bumbu rujak. Pada bahan makanan telur ayam terdapat titik
kendali kritis (CCP) yang ditemukan ada pada perebusan 3 dan pegupasan
dihilangkan/dikurangi yaitu bakteri pada telur ayam mati pada saat perebusan
44
b. Bawang merah
digunakan dalam pengolahan telur ayam bumbu rujak. Pada bawang merah
Pada tahap pencucian diharapkan bawang merah bebas dari kotoran, kulit,
c. Bawang putih
dalam pengolahan telur ayam bumbu rujak. Pada bawang putih terdapat titik
biologis dan bahaya fisik, seperti bawang putih yang busuk tidak dipakai,
untuk menghilangkan bahaya biologis dan fisik yaitu mengupas seluruh kulit
menghilangkan bahaya biologis, fisik dan kimia. Jamur, pasir atau kulit yang
45
d. Lada
Lada adalah salah satu bahan pelengkap atau bumbu yang digunakan
dalam pengolahan telur ayam bumbu rujak. Pada bahan pelengkap lada tidak
ditemukan titik kendali kritis. Oleh sebab itu diperlukan modifikasi proses
yang dapat menghilangkan bahaya yang terdapat pada lada yaitu dilakukan
e. Kunyit
dalam pengolahan telur ayam bumbu rujak. Pada bahan kunyit ditemukan
biologis.
f. Tomat
digunakan dalam pengolahan telur ayam bumbu rujak. Pada bahan tomat
g. Serai
Serai adalah salah satu bahan pelengkap atau bumbu yang digunakan
dalam pengolahan telur ayam bumbu rujak. Pada bahan serai ditemukan titik
46
h. Daun Salam
Daun salam adalah salah satu bahan pelengkap atau bumbu yang
digunakan dalam pengolahan telur ayam bumbu rujak. Pada bahan daun
salam dalam ditemukan titik kendali kritis (CCP) yaitu pencucian 6. Pada
i. Garam
Garam adalah salah satu pelengkap atau bumbu yang digunakan untuk
mengolah telur ayam bumbu rujak. Pada bahan garam tidak ditemukan titik
kendali kritis (CCP). Oleh sebab itu diperlukan modikasi proses yang
Kaldu bubuk rasa jamur adalah salah satu penyedap yang digunakan
dalam pengolahan telur ayam bumbu rujak. Pada bahan tidak ditemukan titik
kendali kritis (CCP). Oleh sebab itu diperlukan modifikasi proses yang
rasa jamur.
k. Air
Air merupakan adalah salah satu pelengkap atau bumbu yang digunakan
untuk mengolah telur ayam bumbu rujak. Pada air tidak ditemukan titik
47
l. Pencampuran
m. Penggerusan 2
n. Pemasakan
saat pemasakan. Bakteri yang terdapat pada bumbu yang dimasak dapat
menit.
o. Perebusan 1
yang terdapat pada bumbu yang direbus dapat mati saat pemasakan dengan
48
p. Perebusan 2
saat pemasakan. Bakteri yang terdapat pada bumbu dan bahan yang direbus
dapat mati saat pemasakan dengan suhu perebusan sebesar 72oC selama
30 menit.
49
BAB V
A. Kesimpulan
1. Telur ayam bumbu rujak adalah lauk hewani menu ke-2 untuk makan
sore pasien RSA UGM. Telur ayam bumbu rujak diperuntukkan untuk
ayam, bawang merah, bawang putih, merica, kunyit, laos, tomat, daun
salam, serai, garam, gula, kaldu bubuk rasa jamur dan air.
3. CCP pada proses pembuatan telur ayam bumbu rujak meliputi proses
perebusan 2.
B. Saran
50
sampah injak dengan menginjak tuas, tidak membuka menggunakan
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet dan Wootton. 2009. Ilmu Pangan. Terjemahan:
Ditjen PPM & PL. Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan. Jakarta; 2001.
Kurtini, T., K. Nova., dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. Anugrah Utama
Rauf, Rusdin. 2013. Sanitasi Pangan dan HACCP. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syah et al. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Himpunan Alumni
52