Contoh Laporan Pasca Pelatihan
Contoh Laporan Pasca Pelatihan
PASCA PELATIHAN
JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN AHLI
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Evaluasi Pasca Pelatihan (EPP)
Jabatan Fungsional Sanitarian Ahli, Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Lemahabang Tahun 2010
ini.
Kegitaan EPP ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan pelatihan
Jabatan Fungsional Sanitarian Ahli yang diselenggarakan tahun 2009, melalui beberapa tahapan
evaluasi pasca dan sekaligus untuk mengetahui seberapa jauh para pejabat fungsional (mantan
peserta latih) dapat menerapkan kemampuan hasil pelatihan serta memperoleh gambaran
tentang faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan kemampuan
tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah memberikan
kerjasama dan partisipasinya dalam proses evaluasi pasca hingga laporan ini selesai.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, walaupun
telah diupayakan dengan baik. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan guna
perbaikan pelaksanaan evaluasi pasca pelatihan di masa yang akan datang.
Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi Bapelkes Lemahabang
dan bagi semua pihak terkait pada umumnya.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………. 1
B. Tujuan Evaluasi …………………………………………………………………………………………. 1
IV. PEMBAHASAN
A. Keadaan/situasi pelaksanaan pelatihan yang terindikasi belum optima..........30
B. Keadaan/situasi di tempat tugas penghambat penerapan kemampuan..........32
A. Latar Belakang
Dalam Keputusan Meneg PAN No.19 Tahun 2000, dinyatakan bahwa sanitarian adalah
pejabat fungsional yang melakukan kegiatan pengamantan, pengawasan dan
pemberdayaan masyarakat dalam rangka perbaikan kualitas lingkungan. Oleh karena
itu peningkatan kualitas sanitarian melalui pendidikan dan pelatihan fungsional untuk
mencapai persyaratan kompetensi sesuai dengan jabatan fungsional, khususnya pada
Sanitarian Ahli merupakan langkah penting yang harus ditempuh.
Untuk itu dengan menggunakan DIPA Bapelkes Lemahabang Tahun Anggaran 2009
telah dilakukan Pelatihan Jabatan Fungsional Sanitarian Ahli. Pelatihan dilaksanakan
pada tanggal 5 sampai dengan 14 Agustus 2009 atau selama 10 hari kerja dengan
beban 90 JPL. Peserta pelatihan berjumlah 30 orang yang berasal dari 9 Provinsi dan
Pusat/Unit Utama Kementerian Kesehatan RI.
Untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan pelatihan dapat dicapai telah dilakukan
ujian kompetensi sesaat sebelum pelatihan berakhir, namun untuk mengetahui
seberapa jauh para pejabat fungsional ini dapat menerapkan kemampuan hasil
pelatihan dan faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan
kemampuan itu kiranya perlu dilakukan Evaluasi Pasca Pelatihan.
Sekaitan dengan uraian di atas, maka melalui DIPA Bapelkes Lemahabang Tahun
Anggaran 2010 telah dilakukan Evaluasi Pasca Pelatihan Jabatan Fungsional Sanitarian
Ahli yang telah dilaksanakan pada tahun 2009 yang lalu. Apa dan bagianaimana
Evaluasi Pasca Pelatihan ini dilaksanakan dapat disimak pada laporan ini.
A. Tujuan Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan Jabatan fungsional Sanitarian Ahli secara garis besar dapat
digambarkan sebagai berikut.
Sesuai standar dan Pedoman Pelatihan Jabatan Fungsional Sanitarian yang diterbitkan
Pusdiklat Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2004, pelatihan pembekalan
diharuskan untuk mencapai kompetensi sesuai dengan jenjang jabatannya.
Seterusnya dalam standar dan pedoman tersebut ditetapkan bahwa
fungsi/kompetensi Sanitarian adalah sbb :
1. Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan
2. Melakukan pengamantan kesehatan lingkungan
3. Melakukan pengawasan kesehatan lingkungan
4. Memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan
5. Membuat karya tulis/karya ilmiah dibidang kesehatan lingkungan
6. Menterjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya dibidang kesehatan
lingkungan
7. Membuat buku pedoman/juklak/juknis dibidang kesehatan lingkungan
8. Mengembangkan teknologitepat guna dibidang kesehatan lingkungan
9. Mengajar/melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, dilakukan persiapan pelatihan secara administrasi dan teknis.
Secara administrasi antara lain penunjukan Panitia Pelatihan, persiapan anggaran
pelatihan, proses pemanggilan peserta pelatihan. Secara teknis dilakukan
persiapan Akreditasi Pelatihan, dimulai dari Kerangka Acuan Pelatihan, GBPP,
Jadual Pelatihan dan persiapan teknis sarana dan prasarana.
2. Tahap Pelaksanaan
Proses pembelajaran menggunakan prinsip andragogi dengan menggunakan
beragam teknik seperti ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, simulai dan
praktek. Pada akhir pembelajaran peserta melaksanakan praktek lapangan dalam
rangka mempraktikkan teori yang diperoleh di kelas dan membandingkannya
dengan keadaan sesungguhnya di lapangan, serta melakukan pemeriksaan 10
parameter air (sampel) di laboratorium.
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap 3 komponen, yaitu :
Peserta latih
Evaluasi terhadap peserta latih dilakukan melalui pre test, post test dan uji
komprehensif.
Fasilitator/Narasumber
Penyelenggara Pelatihan
C. Hasil Pelatihan
3. Uji Komprehensif
Uji komprehensif dilakukan di akhir proses pembelajaran yaitu pada hari Kamis,
tanggal 13 Agustus 2009 pukul 08.00-10.15 WIB. Uji komprehensif ini dirancang
dalam bentuk soal Essay, yang meliputi uji terhadap perundang-undangan yang
melandasi Jabatan Fungsional Sanitarian, kewenangan Sanitarian AAhli dan uji
terhadap kemampuan menyusun bukti fisik DUPAK dari materi inti yang sudah
diberikan.
Berdasarkan hasil uji komprehensif diatas, seluruh peserta (30 orang) dinyatakan
lulus mengikuti pelatihan dengan nilai terendah 6,00 dan nilai tertinggi 8,90.
Panitia menentukan 5 peswerta terbaik sebagai berikut :
1. Saiful Bahri, SKM, nilai 8,90 dari KKP Batam
2. Siti Yulaekah, SKM, M.Kes, nilai 8,70 dari Dinas Kesehatan Prop. Jawa Tengah
3. Rin Dwi, SKM, M.Kes, nilai 8,50 dari Dinas Kesehatan Prop. Jawa Barat
4. Ohan Hanifah, ST, nilai 8,20 dari Bapelkes Lemahabang
5. Zulfia Maharani, ST, nilai 8,20 dari RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo
Sebelum digunakan secara resmi, instrumen evaluasi ini telah dilakukan uji coba pada 4
orang responden pada tanggal 1 dan 2 Maret 2010. Hasil uji coba instrumen terdapat
beberapa hal yang memerlukan penyempurnaan. Secara rinci instrumen evaluasi ini
dapat disimak pada lampiran.
Pengumpulan data dilaksanakan pada rentang tanggal 24 Maret s.d 31 Maret 2010
oleh 5 tim, masing-masing tim terdiri dari Evaluator dan Staf Administrasi dengan
tahapan pengisian kuesioner dan chek list yang dilakukan oleh responden mantan
peserta diklat dan atasan/teman sekerja, kemudian tahap berikutnya dilakukan
wawancara mendalam dan observasitentang hal–hal yang memerlukan konfirmasi,
khususnya pada isian chek list dengan maksud sebagai upaya “re-check” terhadap
“kebenaran” isian itu. Dengan demikian dapat saja isian dalam chek list berubah sesuai
hasil wawancara mendalam dan observasi yang dilakukan oleh para evaluator yang
berkunjung.
C. Gambaran Hasil Pengumpulan Data
· Gambaran usia responden yang terbanyak antara 25–34 tahun (36,84%) dan
antara 45–54 tahun (36,84%), dengan masa kerja sebagai sanitarian lebih dari
10 tahun sebanyak 47,37%, sedangkan lama bekerja di instansi sekarang ini
lebih dari 10 tahun sebanyak 42,11%
· 68,42% responden belum pernah melakukan sama sekali, dan 5,26% sudah
melakukan, tetapi belum sesuai ketentuan. Sedangkan penyebab dari kedua
hal di atas menurut responden 50% mengaku belum mampu melakukan dan
35,71 karena adanya faktor lain, diantaranya :
bukan bertugas sebagai sanitarian
belum pernah mencoba dan malas/kurang kreatif
kurang pandai berbahasa asing
terlalu banyak pekerjaan/tidak sempat
tidak berhubungan dengan pekerjaan saya
· 68,42% responden belum pernah melakukan sama sekali, dan 10,53% sudah
melakukan, tetapi belum sesuai ketentuan. Sedangkan penyebab dari kedua
hal di atas menurut responden 52,94% mengaku belum mampu melakukan
dan 47,06 karena adanya faktor lain, diantaranya :
bukan bertugas sebagai sanitarian
belum pernah mencoba dan malas/kurang kreatif
alat bahan sulit ditemukan
terlalu banyak pekerjaan/tidak sempat
tidak berhubungan dengan pekerjaan saya
tidak memerlukan teknologi tepat guna
1) Alat Bantu PKL : 36,84% mendukung dan 5,26% sangat mendukung, dengan
komentar :
· Akses internet untuk referensi agar disediakan
· Alat & bhn masih kurang, peserta tidak praktek langsung
· Alat bantu masih terbatas
· Kurang memadai
· Masih ada yang tidak bisa dipenuhi panitia pelatihan
· Tidak ada alat bantu pengukur kualitas lingkungan
· Tidak ada alat-alat, karena hanya orientasi
5) Situasi dan kondisi tempat PKL : 42,11% kurang mendukung dan 26,32% hampir
mendukung, dengan komentar :
· Bising, jauh dari jangkauan
· Di tempat lingkungan sendiri
· Hanya di sekitar Bapelkes, semestinya praktek keluar
· Harus yang benar & sesuai,sebaiknya di lokasi yang skala besar
· Kotor dan kurang mendukung
· Kurang aplikatif dan berbeda dgn di tempat bekerja
· Kurang, hanya ada WTP, tempat lain tidak ada
· Masalah kesehatan lingkungan di bapelkes belum tertangani scr tuntas
· Perlu mendapat perhatian yang serius
· Tidak ada ruang khusus utk PKL
· Ternyata bukan pengolahan air limbah
2) Bahan Pembelajaran : Modul, Hand Out, Panduan Praktik dll : 42,11% hampir
mendukung dan 31,58% mendukung, dengan komentar :
· Bahan pembelajaran sebaiknya diberikan di awal kegiatan
· Buku panduan jabatan fungsional sanitarian tidak dibagianikan ke peserta
· CD materi dibagianikan pada akhir diklat dan masih kosong
· Kadang-kadang telat,harusnya sebelum pelaksanaan sudah disiapkan
· Modul tidak ada, panduan tidak ada
1) Saya mengikuti posedur dan teknik yang diperoleh pada diklat untuk diterapkan
dalam melaksanakan tugas sebagai Sanitarian Ahli : 57,89% setuju dan 21,05
ragu-ragu
2) Saya mampu mengembangkan cara kerja baru dengan berpedoman pengetahuan
dan pengalaman sewaktu mengikuti diklat Jabatan Fungsional Sanitarian Ahli :
63,16% setuju dan 15,79% ragu-ragu
3) Berbagai masalah dapat saya diselesaikan dengan mudah melalui pengembangan
pengetahuan & pengalaman yang saya peroleh melalui diklat Jabatan Fungsional
Sanitarian Ahli : 47,37% setuju dan 31,58% ragu-ragu
4) Saya menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam diklat itu untuk
mengembangkan kompetensi di bidang kesehatan lingkungan : 63,16% setuju dan
21,05% sangat setuju
5) Saya menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam diklat untuk
mengembangkan cara penyelesaian tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatan
kesehatan lingkungan, sehingga terasa lebih ringan, mudah dan cepat : 47,37%
setuju dan 15,79% sangat setuju
6) Setelah menerapkan hasil diklat ini, tingkat kesalahan dalam pekerjaan saya
terutama yang berakitan dengan kesehatan lingkungan semakin berkurang :
52,63% setuju dan 15,79% sangat setuju
7) Setelah mengikuti diklat, saya dapat menunjukan cara kerja yang lebih baik
khususnya sebagai Sanitarian Ahli : 52,63% setuju dan 21,05 ragu-ragu
· Metoda, Waktu dan Media pembelajaran : perlu dilakukan perbaikan pada metoda
dan media pembelajaran agar lebih menarik dan tidak monoton, waktu pelatihan
sebaiknya ditambah agar penerapan materi lebih maksimal
· Materi/pokok bahasan : sebaiknya ada modul yang standar (tidak hanya berupa
hand out saja), dan dengan tahapan yang jelas
· Fasilitator : keterlibatan tenaga fungsional dari KKP (pelaksanaan sebelumnya
cenderung kearah Dinkes)
· Penginapan sebainya dilengkapi sarana olahraga, televisi dan internet (wi-f)
· Kelengkapan modul dan bahan materi sudah dibagikan ke peserta pelatihan di awal
proses pembelajaran/pelatihan
· Pembaharuan materi/pokok bahasan oleh fasilitator harus lebih sistematis, detil
dan dilengkapi dengan contoh
· Agar waktu untuk pembelajaran materi/pokok bahasan serta prakteknya ditambah
supaya mudah dalam pemahamannya
· Materi dan bahan yang didapat adalah hal-hal yang diperlukan bagiani seorang
sanitarian ahli, namun penerapannya di lapangan sangat tergantung pada instansi
setempat
· Khususnya untuk dinas kesehatan, khususnya Provinsi, jarang ada kegiatan di Sie PL
sehingga sulit dalam mempublikasikan tugas fungsional seorang Sanitarian, begitu
pula dalam hal pengumpulan kredit poin akan sangat sulit
· Baru kali ini pelatihan yang ada evaluasinya
· Ragu dan bingung untuk pelaksanaannya dan hubungannya dengan DUPAK/PAK
· Belum terbiasa melakukan tupoksi Sanitarian Ahli
· Karena menurut SK Meneg PAN 19/2000 butir kegiatan untuk Sanitarian Ahli
Puskesmas tidak ada
· Ada materi praktek, perhitungan nilai PAK
· Narasumber HAKLI harus hadir karena menambah motivasi tenaga kesehatan
lingkungan
· Contoh-contoh yang diberikan fasilitator pada saat praktik penyusunan bukti fisik
agar lebih bervariasi sesuai dengan perkembangan kesehatan lingkungan saat ini
· Sarana penunjang ditingkatkan kembali
d. Kesan dan saran perbaikan yang ditujukan pada teman pasca mengikuti diklat
Jabatan Fungsional Sanitarian Ahli
1 Tugas pokok sehari-hari sudah dijalankan dengan baik namun agar lebih
dioptimalkan untuk hal-hal sbb :
· Menindaklanjuti pengawasan kesehatan lingkungan
· Penilaian penyajian HACCP tidak saja hanya untuk Food Security VVIP
tetapi juga untuk lainnya
· Melaksanakan studi dampak kesehatan lingkungan
· Menyusun karya tulis ilmiah di bidang kesehatan lingkungan
2 Ilmu kesehatan kesehatan lingkungan terus bergerak maju sesuai dengan
kemajuan teknologi. Untuk itu yang bersangkutan (peserta diklat) mohon
terus dapat mengikuti perkembangan ilmu kesehatan lingkungan baik melalui
membaca buku-buku kesehatan lingkungan, informasi-informasi yang ada
sehingga yang bersangkutan dapat mengembangkan diri sesuai dengan ilmu
yang dimiliki
3 Tugas teknis berkaitan lingkungan baik sesuai tugas staf dari lingkungan fisik
Pada bab pembahasan ini akan difokuskan pada aspek penerapan kemampuan hasil
pelatihan ditempat tugas beserta faktor–faktor yang mempengaruhinya yang dapat
dikelompokkan dalam 2 faktor yakni, faktor yang berpengaruh pada saat pelaksanaan
diklat di Bapelkes Lemahabang tahun 2009 yang lalu dan faktor yang berpengaruh di
tempat tugas ketika mantan peserta diklat akan menerapkan kemampuan hasil diklatnya.
Sedangkan faktor lain di luar kedua faktor itu untuk sementara diabaikan, karena adanya
kendala pada biaya dan waktu yang dibutuhkan.
Penerapan kemampuan hasil pelatihan ditempat tugas dengan benar masih jauh dari
tujuan pelatihan, mantan peserta diklat yang belum menerapkan dan yang sudah
menerapkan tetapi belum sesuai dengan ketentuan rata–rata masih diatas 60% dari total
sampel 19 orang (63,33) yang telah dikonfirmasi bekerja sebagai sanitarian, walaupun
bukan pemangku jabatan fungsional sanitarian.
Keadaan di atas menurut data dapat diketahui penyebabnya 2 (dua) faktor utama, yakni
keadaan/situasi saat pelaksanaan pelatihan dan keadaan/situasi ditempat kerja yang tidak
memungkinkan untuk menerapkannya.
Sesuai dengan data yang ditemukan keadaan/situasi saat pelaksanaan pelatihan yang
terindikasi sebagai penyebab langsung maupun tidak langsung belum optimalnya
pencapaian tujuan pelatihan yang dilihat dari aspek penerapan kemampuan di
tempat tugas pasca pelatihan dapat digambarkan sebagai berikut :
2. Kesiapan bahan latih (modul, hand out dan media pembelajaran belum optimal)
5. Jumlah dan porsi jam pembelajaran (teori & praktik) yang masih belum seimbang
Lebih dari 45% responden mengutarakan bahwa jam praktik sangat kurang
sehingga kesempatan untuk “mencoba” dirasakan kurang sekali, apalagi terdapat
beberapa kegiatan praktikum ternyata hanya “melihat-lihat saja” karena memang
waktu yang tersedia kurang mendukung.
Keadaan/situasi di tempat tugas menurut data yang ada ternyata mempunyai andil
yang cukup besar terhadap belum diterapkannya kemampuan hasil diklat ditempat
tugas, diantaranya Kebijakan Pimpinan di era otonomi daerah, diantaranya :
· Tidak adanya dana dan fasilitas pendukung untuk menerapkan kemampuan
hasil diklat
· Rencana kerja dilakukan dikantor induk
· Tidak ada kegiatan lapangan
· program kesehatan lingkungan kurang mendapat dukungan
· belum menjadi prioritas program
· Memidahkan staf tanpa patroon karir yang jelas, sehingga mantan peserta
diklat tidak mungkin lagi dapat menerapkan kemampuan hasil diklat, karena
tupoksinya sudah berbeda.
Walaupun belum semua tujuan diklat Jabatan fungsional Sanitarian ini dapat mencapai
hasil seperti yang diharapkan, tetapi pada kenyataannya diklat ini membawa dampak
pada terjadinya perubahan kinerj mantan peserta diklat seperti yang diutarakan sendiri
oleh mantan peserta diklat dan atasan/temen sekerjanya. Jika isian cheklist dan hasil
wawancara itu benar maka telah terjadi keuntungan lain di luar tujuan pelatihan seperti
yang diamanatkan oleh kurikulum diklat.
Lebih lanjut untuk melihat keuntungan lain selain ketercapaian tujuan diklat, maka dapat
disimak pada bab III tentang :
· Gambaran Indikator peningkatan kinerja yang dirasakan oleh mantan peserta diklat
· Gambaran manfaat diklat yang dirasakan oleh mantan peserta diklat
· Gambaran perubahan tampilan kerja menurut atasan/teman sekerja
· Indikator yang digunakan atasan/teman sekerja dalam melihat adanya perubahan
tampilan kerja setelah yang bersangkutan mengikuti diklat :
· Gambaran karya nyata menurut atasan/teman sekerja (terbanyak) yang dihasilkan
setelah yang bersangkutan mengikuti diklat
A. Simpulan
Berdasar pada data yang berhasil diolah dan uraian pembahasan di atas maka
Evaluasi Pasca Diklat Jabatan fungsional Sanitarian Ahli dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Hampir 50% mantan peserta Diklat Jabatan fungsional Sanitarian Ahli, yang
diwakili oleh 19 orang responden (63,33%) belum menerapkan kemampuan hasil
diklat, hal ini disebabkan oleh 2 (dua) faktor utama, yakni (1) faktor yang
berpengaruh pada saat pelaksanaan diklat di Bapelkes Lemahabang tahun 2009
yang lalu dan (2) faktor yang berpengaruh di tempat tugas ketika mantan peserta
diklat akan menerapkan kemampuan hasil diklatnya. Faktor yang pertama
mengakibatkan mantan peserta merasa belum mampu untuk menerapkan
disebabkan keadaan/situasi saat pelaksanaan diklat yang masih belum optimal
sedangkan faktor yang kedua mengakibatkan mantan peserta sekembalinya
ketempat tugas tidak dapat menerapkannya disedbakan oleh adanya kebijakan
(sistem) di tempat kerja yang tidak memungkinkan.
Walaupun belum semua tujuan diklat Jabatan fungsional Sanitarian ini dapat
mencapai hasil seperti yang diharapkan, tetapi pada kenyataannya diklat ini
membawa dampak pada terjadinya perubahan kinerja mantan peserta diklat
seperti yang diutarakan sendiri oleh para mantan peserta diklat dan atasan/teman
sekerjanya.
B. Rekomendasi
Pelatihan ini cukup strategis guna mengembangkan jabatan fungsional bagian para
sanitarian, tetapi kurang mendapat perhatian yang serius di tingkat user, untuk itu
perlu dilakukan advokasi di tingkat user.