Oleh:
A2C/FARMASI KLINIS
KELOMPOK 8
I Komang Darma Santikayana (171200202)
Made Indah Pradnya Sriani (171200210)
Ni Luh Nyoman Sri Eka Wedanti (171200218)
Ni Wayan Eka Wahyuni (171200226)
Shinta Diah Krisnanti (171200234)
Om Swastyastu,
Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang
Widhi Wasa karena atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Antidiabetik Drug SGLR-2 Inhibitor” selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memberikan pengetahuan kepada para
pembaca mengenai Antidiabetik Drug SGLR-2 Inhibitor. Pembahasan makalah ini
disusun secara sederhana sehingga pembaca mudah memahami konsep dan materi dari
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengalami berbagai tantangan dan
hambatan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus – tulusnya kepada
keluarga dan teman – teman yang telah memberi dukungan serta semangat sampai
akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum ideal dan perlu penyempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi perbaikan isi makalah ini. Semoga makalah ini ada manfaatnya.
Om Santih, Santih, Santih, Om.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan
suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan
gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa ke atas pada
seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM
belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun
diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain
komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf,
hati, mata dan ginjal.
DM tipe II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini
disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin
dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk
metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap
tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM tipe II dengan
obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia
30 tahun.
Mengobati hiperglikemia dengan obat yang menghalangi reabsorpsi
glukosa ginjal melalui transporter SGLT2 merupakan pendekatan baru untuk
pengobatan diabetes. Meskipun pendekatan ini tidak secara langsung
menargetkan patofisiologi diabetes tipe 2, itu memang memiliki keuntungan
karena penurunan sirkulasi glukosa sebagai akibat dari hilangnya glukosa urin
akan mengakibatkan defisit energi bersih, mempromosikan penurunan berat
badan dan berpotensi secara tidak langsung meningkatkan banyak fitur kondisi,
termasuk peningkatan output glukosa hepatik dan kegagalan sel-beta pankreas.
Oleh karena itu obat ini memiliki potensi untuk menjadi obat yang
1
2
berguna pada pasien yang menggunakan obat hipoglikemik oral atau insulin,
dengan risiko rendah untuk hipoglikemia dan potensi untuk menurunkan berat
badan. Hasil uji klinis jangka panjang keamanan dan kemanjuran pada akhirnya
akan menentukan apakah penghambatan SGLT2 dapat ditambahkan ke daftar
obat yang memiliki tempat dalam pengelolaan penderita diabetes tipe 2 (John
P.H. Wilding. 2008).
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
melalui urin, sehingga dapat memperbaiki kontrol glikemik. Pada individu yang
sehat, SGLT-2 dapat menyerap kembali sekitar 90% glukosa. Namun,
penghambat SGLT-2 hanya menghambat sekitar 30-50% dari beban glukosa
yang terfiltrasi. Peningkatan ekskresi glukosa melalui urin akan menyebabkan
kehilangan kalori sehingga dapat mengalami penurunan berat badan. Selain itu,
efek lain yang dapat ditimbulkan dari peningkatan ekskresi glukosa melalui
urin adalah tekanan darah sistolik menurun (Freeman, 2013).
<1% diekskresikan
tidak berubah
Dapagliflozi Absorbsi Infeksi mikotik
n Ketersediaan hayati: genital wanita Diindikasikan untuk
78% Nasofaringitis meningkatkan
Waktu puncak Infeksi saluran kontrol glikemik
plasma: 2 jam (puasa); kemih dengan diabetes
~ 3 jam (dengan Nyeri punggung mellitus tipe 2
makanan tinggi Peningkatan
lemak) buang air kecil
Makanan berlemak Infeksi mikotik
tinggi mengurangi genital pria
konsentrasi plasma Mual
puncak hingga 50% Influenza
Distribusi Dislipidemi
Protein bound: 91% Sembelit
Metabolisme
Metabolisme terutama
dimediasi oleh
UGT1A9
Metabolisme yang
dimediasi CYP adalah
jalur pembersihan
minor pada manusia
Dimetabolisme luas,
terutama untuk
menghasilkan
dapagliflozin 3-O-
glucuronide
(metabolit tidak aktif)
Eliminasi
Half-life: 12.9 hr
Excretion: 75% urine;
21% feces
Bioavailabilitas: Nasofaringitis
100% Nyeri punggung
Distribusi Efek samping
Vd: 85.5 L ginjal
Protein binding:
93.6%
Metabolisme
Jalur metabolic utama
untuk ertugliflozin
adalah UGT1A9 dan
UGT2B7 yang
dimediasi O-
glukuronidasi menjadi
2 glukuronida (tidak
aktif secara
farmakologis pada
konsentrasi yang
relevan secara klinis)
Ekskresi
Half-life: 16.6 hr
Klirens: 11.2 L/hr
Feses 40.9%, Urin
50.2%
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut
1. SGLT-2 adalah pilihan pengobatan baru untuk diabetes tipe 2 mellitus,
bertindak secara independen dari insulin.
2. SGLT-2 Inhibitors bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi glukosa di
tubulus proksimal dan memfasilitasi ekskresi glukosa melalui urin, sehingga
dapat memperbaiki kontrol glikemik.
3. Obat di kelas inhibitor SGLT2 termasuk empagliflozin, canagliflozin,
dapagliflozin, ipragliflozin.
3.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
John P.H. Wilding. 2008. A Study of Dapagliflozin in Patients With Type 2 Diabetes
Receiving High Doses of Insulin Plus Insulin Sensitizers. University of
Liverpool
Leyna Leite Santos Fernando José Camello de Lima, Célio Fernando de Sousa-
Rodrigues, Fabiano Timbó Barbosa. 2017. Use Of SGLT-2 Inhibitors InTthe
Treatment Of Type 2 Diabetes Mellitus. Universidade Federal de Alagoas
(Ufal), Maceió, AL, Brazil.
10