Krim
Krim
JURUSAN FARMASI
2014
(KRIM)
1. TUJUAN
2. Mengetahui cara pembuatan krim dengan basis krim yang cocok dan enak digunakan.
3. Menentukan formula dari basis krim yang cocok untuk pembuatan sediaan semi solid.
4. Membuat sediaan semi solid yang dapat digunakan sebagai rubifacient (memperlebar
permukaan).
1. PRINSIP
1. Saponifikasi
Proses penyabunan yang merupakan hasil dari reaksi antara asam lemah dengan basa kuat
yang menghasilkan garamnya dan gliserol.
Emulsi yang terdiri dari dua fasa dimana fasa minyak lebih sedikit volumenya dari pada fasa
air atau bisa juga dikatakan air sebagai zat pembawanya.
Teori
Definisi Krim
1. Menurut FI III
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi, mengandung tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar.
2. Menurut FI IV
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung 1 atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Penggolongan Cream
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam–asam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan
krim tipe air dalam minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis
dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span,
adeps lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun
monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat.
Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc
dan emulygidum.
Kestabilan krim akan terganggu/ rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah
satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan
dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka
waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin)
dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga
0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk,
penandaan pada etiket harus juga tertera “obat luar”
Bagian lemak dilebur diatas penangas air, kemudian ditambahkan bagian airnya dengan zat
pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.
1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak)
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan
perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau
pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
2. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harusdalam keadaan panas.
3. Mudah lengket, terutama tipe A/M(air dalam minyak).
4. Mudahpecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
5. Pembuatannya harus secara aseptik
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak
lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat,
Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
Zat berkhasiat
Minyak
Air
Pengemulsi
Bahan Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide,
lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat,
PEG. Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet,
untuk meningkatkan stabilitas sediaan.
Bahan Pengawet
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil
paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab.
Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh
(Lachman, 1994).
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama
di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga
terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).
Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu
sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan (Anief, 1994).
Data Preformulasi :
1. Zat aktif
Kelarutan = Mometasone furoate adalah putih bubuk praktis tidak larut dalam
air, sedikit larut dalam oktanol, dan cukup larut dalam etil alkohol.
Stabilitas =
Dosis = 0,1%
Indikasi = darmatosis
Efek Samping = rasa terbakar, kulit kasar kering iritasi, gatal, erupsi yang menyerupai
akne
Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
3. Bahan Tambahan
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, atau kuning pucat,
mirip lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dan
dengan air dingin.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x beratnya,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter
dan kloroform.
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform
P dan dalam eter P.
Kelarutan :Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah
larut dalam etanol dan dalam eter.
Bahan:
1. Mometasone Furoate
2. Acid stearic
3. Adeps lanae
4. Paraffin liquid
5. TEA (Trieathanolamin)
6. Methylis parabenum (Nipagin)
1. FORMULA :
SUE
Adeps lanae 30
TEA (Trieathanolamin) 15
Mf. Cream
Ø Perhitungan
1. Zat aktif : Mometasone furoate:
2. Basis cream :
Alat :
1. Alat pencampur
2. Batang pengaduk
3. Beaker glass
4. Heater
5. Kompor
6. Pot plastik
7. Timbangan
8. Water bath
Bahan :
1. Mometasone furoate
2. Asam stearat
3. Adeps lanae
4. Paraffin liquid
5. TEA
6. Aquadest
7. Nipagin
Prosedur Pembuatan
Agar system pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan
kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan
pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia pelaksanaan harus
berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an
spesifikasi yang telah ada (Lachman, 1994).
1. Organoleptis
Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan
menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung prosentase masing-
masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
2. Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di
gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar
mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH
meter.
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian
atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2
menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan
berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).
Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara
menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya
tetesan – tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.
Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu
kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan
pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal
untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut (Wade, 1994).
1. Pengemasan
Ukuran : 10 gram
Catatan :–
Pembahasan
Pada praktikum kali kami melakukan percobaan pembuatan krim Mofacort dan melakukan
evaluasinya.
Dalam praktik, kami melakukan pembuatan sediaan krim berdasarkan formula yang telah
kami buat sebelumnya.Untuk membuat formula tersebut langkah pertama yang kami lakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan, alat yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan krim ini
adalah becker glass, batang pengaduk, spatula logam, mortir dan stamper, kaca arloji, cawan
porselen, neraca, alat evaluasi sediaan.
Sedangakan bahan yang dipergunakan adalah mometasone, nipagin, aquadest, asam stearat,
triethanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan aquadest .
Setelah alat dan bahan siap, langkah kedua adalah menimbang bahan sesuai dengan
perhitungan yang ada
Langkah ketiga, setelah penimbangan bahan adalah praktikan membuat basis krim terlebih
dahulu, pembuatan basis dengan cara melebur dengan cawan porselen bahan–bahan seperti
asam stearat, trietanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan sebagian aquades diatas
water bath. Aduk ad leleh dan homogen.
Kemudian langkah keempat adalah memulai pembuatan krim mofacort, bahan pertama yang
dicampur adalah mometasone ditambah dengan nipagin dilarutkan dengan sebagian aquades
(sisa dari basis krim) dalam mortir, aduk ad larut dan homogen, setelah itu tambahkan basis
krim yang telah jadi kedalam campuran tersebut kedalam mortir aduk ad larut dan homogen.
Tempatkan pada wadah yang sesuai menjadi 2 sediaan krim. Dimana sediaan yang satunya
untuk proses evaluasi.
Langkah kelima, adalah evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah evaluasi
organoleptis, homogenitas, daya lekat, proteksi dan daya sebar.
Evaluasi pertama adalah uji organoleptis, evalusi yang dilakukan dengan cara mengamati
sediaan sirup tersebut dengan dilihat bentuk, warna, dan bau dari sediaan krim kloramfenikol
yang dibuat tersebut. Evaluasi ini dilakukan agar mengetahui sediaan yang dibuat sesuai
dengan standar krim yang ada, dalam arti sediaan krim tersebut stabil dan tidak menyimpang
dari standar krim.
Evaluasi kedua yaitu uji homogenitas. Uji ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui
sediaan yang dibuat homogen atau tidak, karena sediaan krim yang baik harus homogen dan
bebas dari pertikel- partikel yang masih mengumpal. Cara kerja pada uji ini yaitu dengan
mengoleskan sedikit sediaan krim di objek glass dan amati adakah partikel yang masih
menggumpal atau tidak tercampur sempurna. Jika tidak berarti larutan dikatakan homogen.
Evaluasi ketiga adalah uji daya lekat. Uji ini dilakukan untuk mengetahui lamanya daya lekat
sediaan krtim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat yang bernama alat uji daya lekat. Cara
kerja untuk melakukan uji ini adalah timbang 0,5 gram sediaan krim yang telah dibuat,
olehkan pada objek glass dan tutup dengan penutup objek glass pada alat daya lekat tersebut.
Kemudian ditambah beban 500 g, biarkan selama 1 menit. Setalah 1 menit turunkan beban
dan tarik pada alat daya lekat tersebut dan cacat lamanya waktu penurup objek glas terlepas.
Evaluasi keempat adalah uji proteksi . Uji ini dilakukan yang pada prinsipnya untuk
mengetahui sediaan krim tersebut memberika proteksi atau tidak. Cara kerja untuk uji ini
adalah dengan membuat kertas dari kertas saring 10 cm x 10 cm kemudian dibasahi dengan
indikator pp dan dikeringkan kemudian dioleskan dengan sediaan krim yang telah dibuat.
Selanjutnya membuat areal dengan kertas saring ukuran 2,5 cm x 2,5 cm dan ditetesi dengan
parafin cair dan kemudian dikeringkan. Setelah itu letakkan kertas tersebut dikertas pertama
yang lebih besar dan tetesi dengan KOH, amati terjadi warna merahkah pada areal tersebut,
pada selang waktu 15”, 30”, 45”, 60”, 3’,dan 5’. Kemudian lakukan replikasi. Tujuan dari
replikasi ini adalah untuk memperoleh data yang akurat dan tepat.
Evaluasi kelima adalah uji daya sebar. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya sebar yang
dapat ditempuh sediaan krim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat ekstensometer, cara kerja
yang dilakukan adalah dengan menimbang 0,5 g kemudian diletakkan ditengah alat dan
sebelumnya timbang tutup eksentensometer yang akan digunakan. Setelah itu letakkan
penutup kaca tersebut ditengah massa dan catat diameter sediaan yang menyebar dengan
mengambil panjang rata-rata diameter. Kemudian tambahkan dengan beban 50 g diamkan 1
menit dan catat diameter sediaan yang menyebar. Lalu tambahkan lagi dengan 50 g, biarkan 1
menit dan catat diameternya seperti sebelumnya.
Uji organoleptis sediaan krim mometasone yaitu bentuknya setengah padat, bau :stela, warna
: putih.
Uji homogenitas, hasil yang diperoleh adalah krim mometasone yang dibuat adalah homogen,
tidak terdapat partikel yang mengumpal.
Uji daya lekat dengan 3 kali replikasi pengujian yang diperoleh hasil dengan rata-rata 0,26
detik untuk daya lekat dari krim mometasone terhadap alat penguji.
Uji daya proteksi pada krim mometasone dilakukan dengan 3 kali replikasi pengujian pula,
untuk menimimalisir terjadinya kesalahan perolehan data. Yakni pada rentang waktu antara
15 detik hingga 5 menit krim mometasone menimbulkan noda merah pada kertas saring yang
menandakan bahwa krim mometasone ini tidak mampu memberikan daya proteksi terhadap
suatu cairan.
Uji daya sebar, dengan 3 kali replikasi pengujian yang diperoleh terhadap luas pemukaan
krim mometasone pada alat ekstensometer dengan tanpa beban adalah 8,5 cm2 , beban 50
gram adalah 10,7 cm2, sertapada beban 100 gram adalah 11,7 cm2 .Berarti krim mometasone
mampu menyebar dengan cukup luas dipermukaan kulit jika digunakan.
Uji tipe krim, hasil yang diperoleh adalah sediaan krim yang dibuat bertipe air dalam minyak
(w/o).
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan krim adalah :
1. Kelarutan
Perhatikan kelarutan dari zat aktif yang akan dipakai dalam pembuatan. Apakah mudah larut,
atau sukar larut.
2. Kestabilan
Perhatikan zat aktif yang digunakan apakah stabil dan dapat digunakan dalam pembuatan
sediaan. Zat aktif yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan adalah zat tersebut tidak
mengalami perubahan fisika ataupun kimia bila dilarutkan dalam pelarut. Karena dalam hal
pembuatan sediaan setengah padat (krim) ada pelarut-pelarut tertentu yang digunakan.
KESIMPULAN
Iklan
Bagikan ini:
Twitter
Facebook4
Google