Anda di halaman 1dari 2

Penulis : Mikke Susanto

Judul : Menimbang ruang Menata Rupa – Wajah & Tata Pameran Seni Rupa

Selain mengemukakannya unsur pleasuring yang bersifat praktik eksperimentatif, kurator dapat
pula mengejawantahkan pikiran - pikirannya (lewat kerja kurasinya) dengan membayangkan pameran
sebagai tempat mengadakan dan memberi publik sebuah ruang dan sajian imajinatif. Umpakan saja praktik
kurasi itu sebagai tempat atau “buku” untuk mendendangkan sebuah kisa –sekalipun bukan bermaksud
sebagai bentuk narasi yang naratif. Minimal pameran yang dikemukakan memberi sajian yang sifatnya
membawa publik mengalami sensasi terhadap sebuah hal/ kasus. Kurasi yang berbau dan bercitra “puitis”
itu bisa diterjemahkan melalui naskah dan pengantar kuratorial, maupun lewat karya yang dipamerkan ,
atau dari cara penyajian ruangnya, sesuai dengan jenis dan karakter pameran yang dibuat. Seperti halnya
dalam kajian budaya muncul terminologi “poetics of exhibiting” yang berarti praktik memproduksi arti
(meaning) melalui pemesanan (artikulasi) internal an sistem pembentukan tersendiri, tetapi terhubungkan
dengan komponen – komponen pameran. Dalam hal ini pameran dan kurasi adalah pemicu munculnya
metafora – metafora.

Kerja kurator sebagai pembangun citra (diri, seniman atau institusi yang dinauginya), atau sebagai
“aktivis”, dan “agen konflik”, termasuk pula mengembangkan apa yang harus dilaksanakan. Dalam hal ini
sebuah perhelatan bernama pameran seni rupa menjadi sebuah arena untuk mengadu profesionalisme.
Antara kerangka kerja dan sikap kerja profesionalisme inilah yang akan memberi gambarang bagaimana
kerja kurator A dan B. Tingkat profesionalitas yang dimiliki setiap kurator dalam hal ini dapat dilihat dari
penyusunan kurasi hingga hasil – hasil secara detail yang digesekkan dalam penyusunan kurasi pameran
yang dibuat.

Sebelum memasuki persoalan etika profesional alangkah menariknya bila seorang kurator memiliki
kualitas persoal dalam menjalankan tugas dan profesinya. Kualitas personal dalam hal ini adalah:

 Dapat membuat penilaian yang baik (able to make good judgements)


 Akurat, metodik, dan memiliki mata yang tajam dalam melihat detail (accurate, methodical and
have an eye for detail)
 Melakukan penelitian dan gigih mengejar informasi (enquiring and persistent)
 Dapat memotivasi diri sendiri (self-motivated)
 Dapat menerima kritik (able to accept criticism)
 Dapat memvisualisasikan pameran sesuai desain (able visualise exhibite for their design)
 Berpikir kreatif (able to think creatively)
 Dapat bekerja dalam tim (able to work well in a team)
 Dewasa dalam melakukan kerjasama yang menarik dengan masyarakat (able to deal well with
people)
Sedangkan beberapa tanggung jawab yang terkait dengan etika kuratorial yang dikemas oleh
Christine Clark menarik untuk diketahui, yaitu :
1. Pendekatan yang adil terhadap setiap seniman.
2. Korespondensi dan persetujuan finansial sejak awal.
3. Menjaga kepercayaan yang diberikan oleh seniman dan loyal.
4. Menghindari konflik kepentingan.
5. Waspada terhadap isu kekuasaan.
6. Waspada terhadap jaringan gosip.

Anda mungkin juga menyukai