Anda di halaman 1dari 8

Peran Silikat Pada Tanaman Padi

Sumber Gambar: www.google.com

Silika, Silikat, atau Silikon (Si) merupakan unsur hara yang memberi banyak manfaat
bagi tanaman padi, juga tanaman akumulator Silika lainnya seperti jagung dan tebu.
Peran Hara Si bagi tanaman dapat menstimulasi fotosintesis dan translokasi karbon
dioksida (CO2). Unsur silikat terdapat pada tanaman padi terutama pada bagian daun,
batang, dan gabah.
Manfaat Unsur Silikat
Manfaat unsur Si pada tanaman padi antara lain yaitu ; (1) bentuk daun menjadi kuat
dan tegak (tidak terkulai) sehingga daun efektif menangkap radiasi surya, dan efesien
dalam penggunaan unsur hara N yang menentukan tinggi/rendahnya hasil tanaman,
(2) daun tanaman yang memiliki lapisan silikat yangh cukup baik, menjadikan
tanaman lebih tahan terhadap serangan berbagai penyakit yang diakibatkan oleh fungi
maupun bakteri, seperti blas, HDB, (3) batang tanaman menjadi lebih kuat dan kekar,
sehingga lebih tahan terhadap serangan penggerek batang, wereng coklat, dan
tanaman tidak mudah rebah, (4) perakaran tanaman lebih kuat, dan menaikkan
kemampuan akar mengoksidasi lingkungan, sehingga pada lahan yang banyak
mengandung unsur besinya (Fe2+). (5) dapat meningkatkan jumlah bulir gabah
permalai dan bobot gabah isi perumpun. Penelitian membuktikan bahwa pemberian
silikat yang cukup, dapat menekan serangan hama penggerek batang, wereng coklat,
wereng hijau, dan hama punggung putih. Larva hama yang memaakan tanaman yang
mengandung SiO2 kadar tinggi mengakibatkan alat mulutnya aus.
Gejala Kahat Silikat
Kahat Si pada daun, batang tanaman, dan gabah, apabila kurang terlindungi oleh
lapisan silikat yang kuat, akibatnya : (1) daun tanaman lemah terkulai, tidak dapat
efektif menagkap sinar matahari, sehingga produktivitas rendah/tidak optimal, (2)
tanaman peka kekeringan, karena penguapan air dari daun batang dipercepat,
sehingga tanaman mudah layu, (3) daun dan batang menjadi peka terhadap serangan
hama dan penyakit, (4) tanaman mudah rebah, (5) kulatis gabah berkurang, karena
mudah terserang hama dan penyakit.
Menurut Husnainin, unsur hara Silika untuk tanaman padi dapat diperoleh dari
sumber bahan organik :
• Jerami, mengandung SiO2 hingga 20% atau lebih dan merupakan sumber utama Si
yang mudah tersedia. Aplikasi jerami ke dalam tanah sawah meningkatkan
kandungan Si tersedia menjadi dua kali lipat dibanding tanpa jerami.
• Sekam padi, mengandung 20% SiO2 sehingga merupakan salah satu sumber Silika
yang potensial. Abu sekam padi merupakan sumber unsur Silika yang lebih baik
dibandingkan dengan sekam. Namun, abu sekam padi yang dapat menjadi sumber
Silika adalah yang dibakar pada suhu rendah dan waktu pembakaran yang lama.
Pembakaran sekam padi pada suhu tinggi akan mengubah bentuk Silika dalam
tanaman menjadi kristal kristobalit yang sulit tersedia bagi tanaman.
• Kompos, merupakan sumber unsur hara termasuk Silika karena mengandung sisa-
sisa tanaman yang mengandung Si. Kompos jerami merupakan sumber utama Silika
yang mengandung kurang lebih 20% SiO2.
• Phytolith atau disebut pula biogenic Si. Unsur hara Silika dalam larutan tanah yang
diserap tanaman langsung ditranslokasi ke bagian-bagian tanaman yang
membutuhkan dan mengakumulasi Silika, yang selanjutnya akan menumpuk pada
bagian tersebut sampai tanaman mati. Setelah tanaman mati, bagian tanaman tersebut
akan kembali ke dalam tanah sebagai sumber stok Silika.
Mempopulerkan kembali penggunaan pupuk silika pada tanaman padi saat ini sangat
tepat, seiring dengan kebijakan pemerintah saat ini meningkatkan produksi padi
nasional. Memanfaatkan lahan-lahan suboptimal, lahan endemik serangan hama dan
penyakit, serta lahan optimal dengan sistem usahatani intensip, penggunaan pupuk N
dosisi tinggi. Lahan-lahan tersebut memerlukan tambahan silikat.
Dalam upaya perluasan tanaman padi, lahan-lahan suboptimal, seperti lahan kering,
lahan sawah tadah hujan, lahan rawa pasang surut, termasuk lahan gambut dengan
berbagai kendala biotik (hama dasn penyakit) dan abiotik (kekeringan dan kesuburan
rendah) akan turut dimanfaatkan guna mencukupi kebutuhan produksi padi nasional.
Pada lahan-lahan seperti ini tanaman padi memiliki kandungan silikat yang cukup,
agar tanaman terlindung dari serangan hama dan penyakit, serta pertumbuhan
tanaman yang tegar. Demikian halnya pada lahan-lahan sawah beririgasi, daerah yang
endemik serangan hama dan penyakit, penggunaan pupuk N dosis tinggi kadangkala
terjadi ledakan serangan hama dan penyakit yang berakibat menurunnya hasil.
Pada umumnya pada lahan-lahan sawah beririgasi teknis dan air selalu tersedia
sepanjang tahun, maka petani berupaya untuk menanam padi terus menerus secara
intensip dengan penggunaan pupuk N dosis tinggi. Hal ini akan berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan tanaman padi, yaitu melemahnya jaringan tanaman
(succulent), sehingga tanaman akan lebih peka terhadap serangan hama dan penyakit.
Dengan demikian akan berakibat pada penurunan tingkat produktivitas, penurunan
pendapatan, kerugian dan ketidak-pastian produksi. Kejadian ini dikhawatirkan akan
semakin luas dan semakin parah apa bila tidak ada upaya perbaikan dalam sistim
produksi padi.
Salah satu saran perbaikan produksi tanaman padi adalah mengangkat kembali peran
dan penggunaan silikat pada tanaman padi guna meningkatkan produktivitas dan
menjaga kesetabilan hasil yang sudah tinggi.
Batas kritis kaandungan Si pada daun tanaman padi adalah < 5% adalah pada fase
anakan dan inisiasi malai, sedangkan pada fase pemasakan gabah tanaman yang kahat
Si jeraminya mengandung < 5%. Nilai optimal konsentrasi Si dalam jerami adalah 8-
10%. Si banyak terdapat pada lapisan epidermis di daun, pelepah daun dan batang.
Silikat diserap oleh akar, ditranslokasikan ke daun, sehingga jaringan tersebut
mengeras. Serapan silikat pada tanaman padi sebanyak 6 kali serapan K, 10 kali
serapan N, 20 kali serapan P2O5, dan 30 kali serapan kalsium.
Secara umum pemberian silikat dapat memperbaiki sifat fisiologi dan ketahanan
tanaman terhadap serangan hama, penyakit, dan terhadap kerebahan. Pengaruh paling
pemberian silikat paling nyata bila diberikan pada stadia generatif atau saat
perpanjangan bunga (Takahashi 1995).
Ruslia Atmaja

http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/11389/peran-silikat-pada-tanaman-
padi
LU BURUNG

Sumber Gambar: Koleksi Pribadi


Flu burung merupakan salah satu penyakit viral H5N1 yang penyebarannya melalui
ternak sebangsa burung. Flu burung merupakan penyakit yang berbahaya karena
dapat menyebar dengan cepat ke seluruh area peternakan dan membunuh unggas serta
menular pada manusia yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini pertamakali
diumumkan pada tanggal 24 Januari 2004 oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia
dan telah menyebar di 30 Provinsi dari 33 Provinsis yang ada. Flu burung (Avian
Influenza) adalah penyakit pada ternak unggas yang disebabkan oleh virus influenza
tipe A sub tipe H5 N1 yang merupakan family Orthomyxoviridea, Genus Virus
Influenze Tipe A Ada beberapa sifat virus AI : ? Dalam air. Virus tahan hidup selama
4 hari pada suhu 220 Cdan 30 hari pada suhu 00. ? Virus mati dengan desinfektan :
ammonium kuatener, formalin 2 -5%, iodium komplek, senyawa fenol, natrium /
kalium hipoklorit. ? Di kandang ayam, virus AI bertahan selam 2 minggu setelah
depopulasi ayam ? Virus dalam feces dalam keadaan basah bertahan 32 hari. Gejala
Klinis ? Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan
(sianosis). ? Kadang-kadang ada cairan di mata dan hidung. ? Pembengkaan di daerah
bagian muka dan kepala. ? Pendarahan di bawah kulit (sub kutan). ? Pendarahan titik
(ptechie) pada daerah dada, kaki dan telapak kaki. ? Batuk, bersin dan ngorok. ?
Unggas mengalami diare dan kematian Penularan flu burung dari unggas ke ternak
unggas lainnya termasuk manusia terjadi secara langsung lewat kontak air liur dan
kotoran unggas. Kontak bisa terjadi dengan perantara sentuhan tidak langsung atau
juga melalui kendaraan yang mengangkut unggas. Sumber penularan juga termasuk
kandang, alat-alat peternakan, pakan ternak, pakaian, sepatu para peternak.
Pelaksanaan pencegahan, pengendalaian dan pemberantasan penyakit flu burung
dilakukansebagai berikut : ? Pelaksanaan biosekurity secara ketat untuk mencegah
semua kemungkinan penularan atau kontak dengan peternakan tertular dan
penyebaran penyakit melalaui : a. Pembatasan lalu lintas dan tindak karantina/isolasi
peternakan tertular dan lokasi tempat-tempa penampungan unggas yang tertular. b.
Dekontaminasi/desinfeksi ? Pemusnahan unggas selektif (depopulasi) dipeternakan
tertular dilakukan dengan : a. Membunuh dengan jalan euthanasia atau menyembelih
semua unggas hidup yang sakit dan unggas yang sekandang. b. Disposal. ? Vaksinasi
Tindakan vaksinasi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Vaksin yang
dipergunakan adalah vaksin inaktif yang telah mendapatkan nomor regristasi dari
pemerintah. b. Program vaksinasi : Umur 4 - 7 hari : 0,2 ml di bawah kulit pada
pangkal leher Umur 4 -7 minggu : 0,5 ml di bawah kulit pada pangkal leher Umur 12
minggu : 0,5 ml di bawah kulit pada pangkal leher atau otot dada Setiap 3 -4 bulan di
ulang : 0,5 ml pada otot dada Pada ayam pedaging dilaksanakan pada umur 4 - 7 hari
sedang pada unggas lainnya disesuaikan dengan petunjuk pada etiket yang ada.
Upaya pencegahan berkembangnya flu burung dilakukan dengan menerapkan 6
langkah pencegahan sebagai berikut : 1. Tak perlu panik dan khawatir berlebihan
dengan flu burung karena penyebabnya adalah virus lemah yang mudah mati oleh
panas, sinar matahari dan desinfektan (deterjen dll). 2. Usahakan kebersihan kandang
unggas dan semprotkan bahan-bahan desinfektan (antihama). 3. Mencuci tangan
dengan air sabun aetelah kontak dengan unggas atau kotorannya. 4. Proteksi anak-
anak dan lansia dari kontak langsung dengan unggas terutama yang sakit. 5. Amankan
makanan dengan memasak daging dan telur unggas dahulu sebelum disantap. 6.
Segera lapor kepada aparat berwenang jika ada unggas sakit atau mati yang
mencurigakan Kedisiplinan dalam melakukan tindakan pencegahan timbulnya
penyakit adalah kunci utama kesuksesan pemeliharaan ayam atau unggas lainnya.
Penulis : Ir. Nurul Ashar (Penyuluh Pertanian Madya Dipertanhut Kab. Pemalang)
DAFTAR PUSTAKA Anonimus, 2006. Pola Aksi Penyuluhan Pertanian Tumpas Flu
Burung, Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, BPSMP, Deptan . Jakarta.
Hatmono H. 2006. Afian Influenza. Bahan Diklat Penyakit Hewan Menular. BPSMP.
Disnak Provinsi Jawa Tengah. Ungaran

http://cybex.pertanian.go.id/materilokalita/detail/8825
URUS ANTISIPASI FLU BURUNG

Sumber Gambar: Kreasi Pribadi

Kemunculan penyakit avian influenza (AI) atau flu burung dibeberapa negara yang
seperti kita membaca dalam running tek televisi sangat mengkhawatirkan akan
menyerang ke dunia perunggasan kita juga. Seperti hantu gentayangan penyakit flu
burung sangat mudah menular dan bersifat zoonosis sehingga perlu keseriusan dan
kehati-hatian dalam mengatasi penyakit ini.
Memelihara unggas terutama ayam ke depannya mungkin tidak bisa menggunakan
cara-cara lama lagi atau konvensional, tapi harus menggunakan kaidah-kaidah
kesehatan dengan prinsip mencegah lebih baik mengobati atau merugi. Upaya untuk
mencegah kejadian penyakit flu burung adalah dengan melakukan vaksinasi,
biosekuriti, deteksi, lapor dan respon (DLR).
Prgram vaksinasi mencegah flu burung pada ayam yang berkembang pada ternak
ayam atau itik saat ini tidak sendirian atau tunggal tapi biasanya dibarengi dengan
kandungan vaksin yang lain. Sebagai contoh vaksin AI dibarenngi dengan vaksin
gumboro atau penyakit viral lainnya karena penyakit datang ke peternakan bisanya
tidak sendirian tapi berupa gerombolan. Adapun pedoman 3 tepat vaksin menjadi
kunci keberhasilan vaksinasi.
Tepat produk
Dalam melakukan vaksinasi kita harus mampu memilih vaksin yang tepat seperti
strain vaksin yang cocok dengan virus yang berkembang di daerah setempat dan lulus
uji tantang.
Tepat Jadwal
Pada ayam petelur periode vaksinasi harus ketat yaitu menggunakan rumus 3 + 2
yaitu 3 kali sebelum bertelur (pullet) dan 2 kali selama periode produksi. Sedang pada
ayam pedaging program vaksinasi flu burung dilaksanakan pada umur 1 – 4 hari atau
paling lambat pada umur 10 hari. Umur rawan ayam pedaging terkena virus flu
burung pada usia 22 – 35 hari.
Tepat teknik
Peralatan pelaksanaan vaksinasi menjadi syarat penting untuk menunjang
keberhasilan vaksinasi. Penggunaan alat yang steril, jarum suntik yang tajam,
penanganan ayam yang baik serta jauh dari kegaduhan dan vaksin yang digunakan
dalam kondisi baik akan mendukung Keberhasilan vaksinasi.
Selain program vaksinasi tidak akalah penting adalah tindakan biosekuriti. Program
vaksinasi yang dilakukan tidak akan banyak berarti manakala kita ceroboh dalam
melakukan menejemen perkandangan yang baik. Prinsip biosekuriti adalah supaya
kuman yang datang dari luar perkandangan supaya tidak masuk dan menular di
kandang ternak. Biosekuriti dalam budidaya ternak dibagai beberpa zona yaitu
Zona hijau
Merupakan tempat ternak itu hidup (kandang). Zona ini harus steril dari hama dan
penyakit sehingga semua yang masuk ke kandang ini baik alat maupun pemelihara
harus steril.
Zona Kuning
Merupakan tempat antara zona hijau dan merah(dunia luar). Akses ke zona ini perlu
di batasi dan dicegah penularan hama dan penyakit dengan desinfektan. Hanya sarana
mobilitas, pakan dan peralatan yang ada di tempat ini dalam kondisi steril atau telah
mendapat perlakuan pencucian hama dan penyakit.
Zona merah
Daerah diluar kawasan peternakan. Daerah ini banyak sekali hama dan penyakit yang
akan membawa hama dan penyakit ke daerah perkandangan. Oleh karena itu segala
barang dan lat dari zona merah harus dilakukan desinfeksi untuk mencegah timbulnya
hama dan penyakit.
Selain program vaksinasi dan biosekuriti upaya lain yang perlu dilakukan adalah
menjaga sanitasi kandang serta menjaga stamina ayam supaya baik. Upaya ini
misalnya memberikan jamu ayam pada pergantian musim atau secara berkala pada
periode waktu tertentu.
Penulis : Nurul Ashar ( PP Madya pada KJF Dipertanhut Kab. Pemalang)
Sumber :
Anonimus, 2016..Flu burung. https://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung diunduh
tanggal 20 Desember 2016.
Anonimus, 2013. Cara Sederhana Mencegah Flu Burung.
http://ternakayampelung.com/obat-dan-penyakit/cara-sederhana-mencegah-flu-
burung diunduh tanggal 20 Desember 2016
Hatmono H. Drh. 2006. Avian Influensa dan Penanggulanggan. Bahan Materi
Pelatihan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular.. Subdin Kesehatan Hewan dan
Kesmavet. Disna. Provinsi Jawa Tengah.
Suwarna. 2016. Teknis Praktis Mengusir Flu Burung pada Ternak unggas. Edisi 3650.
Tabloid inar Tani. Jakarta.

Tanggal Artikel : 22-12-2016

http://cybex.pertanian.go.id/materilokalita/detail/13239/jurus-antisipasi-flu-burung

Anda mungkin juga menyukai