Anda di halaman 1dari 7

HUKUM DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Oleh :

Putu Agus Keristiawan

Nim : 1604551200

Ttd :

Fakultas Hukum

Universitas Udayana

Denpasar

2018/2019
Take Home

Soal :

1. Dalam kaitannya dengan advokasi pemerintahan jelaskan apa yang menjadi motivasi
dari advokasi kebijakan publik.
2. Jelaskan dengan contoh tahap implementasi kebijakan publik.
3. Mengapa evaluasi kebijakan dikatakan sebagai langkah terakhir dari suatu proses
kebijakan.
4. Apakah yang dimaksud dengan ruang kebebasan dalam implementasi kebijakan publik.
5. Jelaksan type evaluasi yang paling banyak dilakukan pada tahun 2019 disertai dengan
contoh
Jawaban :

1. Motivasi advokasi dari kebijakan publik (Roem Topatimasang, dkk, 2000) :

- Menjadikan korban sebagai objek. - Menjadikan korban sebagai subjek utama


- Justru melanggengkan ketidakadilan - Berupaya meniadakan ketidakadilan

Motivasi advokasi kebijakan publik :

 Melakukan advokasi sesungguhnya juga mempersoalkan hal-hal yang berada di


balik suatu kebijakan, secara tidak langsung mulai mencurigai adanya bibit
ketidakadilan yang tersembunyi di balik suatu kebijakan resmi (Roem
Topatimasang, dkk, 2000).
 Kritik Ideologi Hukum, membuka tabir hukum untuk mengetahui nilai dan/atau
kepentingan yang tersembunyi di balik pembentukan peraturan perundang-
undangan

2. Tahapan implementasi kebijakan publik, yaitu:


a. Tahap Interpretasi: tahap penjabaran dan penerjemahan kebijakan yang masih
dalam bentuk abstrak menjadi serangkaian rumusan yang sifatnya teknis dan
operasional. Contohnya yaitu dimana hasil dari interpretasi tersebut biasanya
berbentuk petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis.
b. Tahap Perorganisasian: tahap pengaturan dan penetapan beberapa komponen
pelaksanaan kebijakan yakni: lembaga pelaksana kebijakan; anggaran yang
diperlukan; sarana dan prasarana; penetapan tata kerja; penetapan manajemen
kebijakan. Contohnya seperti pengorganisasian yang meliputi penataan kembali
sumber daya, unit dan metode sesuai dengan tujuan kebijakan
c. Tahap aplikasi: tahap penerapan rencana implementasi kebijakan ke kelompok
target atau sasaran kebijakan. Contohnya yaitu penerapan aplikasi yang berupa
penyediaan layanan, pembayaran, atau pelaksanaan instrumen atau tujuan yang
telah disepakati bersama.

3. Evaluasi kebijakan dikatakan sebagai langkah terakhir dari suatu proses kebijakan
sebab evaluasi kebijakan dalam perspektif alur proses/siklus kebijakan publik,
menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan, sehingga sudah sewajarnya
jika kebijakan publik yang telah dibuat dan dilaksanakan lalu dievaluasi. Dari evaluasi
akan diketahui keberhasilan atau kegagalan sebuah kebijakan, sehingga secara normatif
akan diperoleh rekomendasi apakah kebijakan dapat dilanjutkan; atau perlu perbaikan
sebelum dilanjutkan, atau bahkan harus dihentikan. Evaluasi juga menilai keterkaitan
antara teori (kebijakan) dengan prakteknya (implementasi) dalam bentuk dampak
kebijakan, apakah dampak tersebut sesuai dengan yang diperkirakan atau tidak. Dari
hasil evaluasi pula kita dapat menilai apakah sebuah kebijakan/program memberikan
manfaat atau tidak bagi masyarakat yang dituju. Secara normatif fungsi evaluasi sangat
dibutuhkan sebagai bentuk pertanggung-jawaban publik, terlebih di masa masyarakat
yang makin kritis menilai kinerja pemerintah.

4. Ruang kebebasan dalam implementasi yaitu dimana :

1. Para pelaksana umumnya mempunyai suatu kebebasan kebijakan tertentu, aspek


yuridisnya disebut sebagai “Freies Ermessen” atau “pouvoir discretionnaire”.
2. Kebebasan kebijakan dapat di sini digambarkan sebagai kemungkinan untuk
memilih dari beberapa kemungkinan-kemungkinan tindakan dengan sejumlah
pembatasan.
3. Batas-batas kebebasan kebijakan dari para pelaksana terutama diberikan dengan
kebijakan yang harus dilaksanakan, khususnya dengan program kebijakan yang
menjadi bagiannya.
4. Juga dapat berlaku batas lain, seperti kemampuan melaksanakan terbatas

(J.A.M. Maarse, dalam Hoogerwerf 1983:155-175).

Selain menurut pendapat J.A.M. Maarse pada bukunya, Implementasi kebijakan


publik adalah suatu tahap kebijakan publik antara pembentukan kebijakan dan
konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan
tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran kebijakan
maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu
dimplementasikan dengan baik. Suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan baik
juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut tidak diimplementasikan
dengan baik oleh pelaksana kebijakan. Yang di maksud dengan ruang kebebasan di sini
adalah di dalam mengim-plementasikan suatu kebijakan pemerintah memberikan ruang
kebebasan bagi masyarakat untuk memberikan kritikan dan saran bagi sebuah peraturan
yang akan diimplementasikan

5. Tipe-Tipe Evaluasi Kebijakan Publik :

 Menurut Fadillah Putra, ada tiga macam evaluasi kebijakan publik, yaitu :
a. Evaluasi Administratif. Tipe evaluasi ini dilakukan di dalam lingkup
pemerintahan atau di dalam instansi-instansi.
b. Evaluasi Yudisial.Yang menjadi titik amatan dari evaluasi ini adalah utamanya
berkaitan dengan pelanggaran-pelanggaran hukum yang ada pada kebijakan
tersebut.
c. Evaluasi Politik. Evaluasi ini dilakuakn oleh lembaga-lembaga politik baik
parlemen maupun parpol.
 Menurut Said Zainal Abidin, ada tiga tipe evaluasi :
a. Evaluasi awal (ex-ante evaluation), yakni melakukan penilaian atas konsep
rencana dengan tujuan menyempurnakan konsep.
b. Monitoring, yakni melakukan evaluasi dalam proses pelaksanaan dengan tujuan
menyempurnakan pelaksanaan.
c. evaluasi akhir (ex-post evaluation), dilakukan setelah selesai proses pelaksanaan
kebijakan, disebut juga evaluasi kinerja,yakni melakukan penilaian secara
menyeluruh dengan tujuan menyempurnakan kebijakan secara menyeluruh
untuk waktu yang akan datang.
 Sementara itu, Bingham dan Felbinger (dalam Lester & Steward, 2000) Membagi
evaluasi kebijakan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu:
1. Evaluasi Proses, yang focus pada bagaimana proses implementasi suatu
kebijakan.
2. Evaluasi Impak, yang fokus pada hasil akhir suatu kebijakan.
3. Evaluasi Kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan yang
direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.
4. Meta-Evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil atau temuan
evaluasi dari berbagai kebijakan yang terkait.

Tipe evaluasi yang paling banyak dilakukan di 2019 adalah tipe evaluasi kebijakan
sebab “evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak (anderson: 1975).
Evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja melainkan kepada seluruh proses
kebijakan”. Contoh :

Perda no. 10 tahun 1990 tentang “pembinaan pedagang kaki lima dalam kotamadya
daerah tingkat II ujung pandang”

Dewasa ini, sejalan dengan semakin berkembangnya peradaban di muka bumi


merupakan salah satu faktor dari pertumbuhan/perubahan dari semua sendi-sendi
kehidupan. Mulai dari aspek kehidupan sosial kemsyarakatan maupun dari aspek
kehidupan lingkungan. Dimana, perubahan pola tingkah laku masyarakat (sosial
kemsyarakatan) juga berdampak pada kehidupan lingkungan. Karena tak bias
dipungkiri bahwa masyarakat merupakan bagian dari lingkungan dan begitupun
sebaliknya. Lingkungan pada umumnya merupakan salah satu faktor penentu dari
sebuah perubahan peradaban, baik itu dari segi lingkungan tempat tinggal maupun dari
segi pola tingkah laku masyarakatnya.

Sejalan dengan hal tersebut diatas, dampak perubahan peradaban tersebut indonesia
pada umumnya dan makassar pun juga terjadi atau ikut merasakan dari perubahan
tersebut. Dimana makassar yang notabenenya merupakan salah satu kota besar di
indonesia telah mengalami perubahan yang cukup pesat dari aspek kehidupan
masyarakat maupun dari aspek lingkungannya. Daerah kabupaten atau kota adalah
ungkapan dari dampak perubahan yang ada, baik itu dari segi masyarakatnya ataupun
dari segi lingkungannya. Makassar satu kota madya yang ada di indonesia timur karena
telah mampu mengikuti arus perubahan yang ada, baik dari pola tingkah laku
masyarakatnya maupun dari lingkungan atau tata kelolah pemukiman/kota yang ada.
Dan terbukti telah meraih 2 kali penghargaan adipura pada tahun 1998 sebagai kota
kecil terbaik dan pada tahun 2011 sebagai kota metropolitan.

Hal tersebut di atas telah membuktikan bahwa kota makassar merupakan salah satu
kota yang memiliki predikat baik segalah aspek. Mulai dari kehidupan masyarakat, tata
kelolah pemukiman dan perkotaan, yang menjadi nilai plus.

Anda mungkin juga menyukai