Hukum Dan Kebijakan Publik
Hukum Dan Kebijakan Publik
Oleh :
Nim : 1604551200
Ttd :
Fakultas Hukum
Universitas Udayana
Denpasar
2018/2019
Take Home
Soal :
1. Dalam kaitannya dengan advokasi pemerintahan jelaskan apa yang menjadi motivasi
dari advokasi kebijakan publik.
2. Jelaskan dengan contoh tahap implementasi kebijakan publik.
3. Mengapa evaluasi kebijakan dikatakan sebagai langkah terakhir dari suatu proses
kebijakan.
4. Apakah yang dimaksud dengan ruang kebebasan dalam implementasi kebijakan publik.
5. Jelaksan type evaluasi yang paling banyak dilakukan pada tahun 2019 disertai dengan
contoh
Jawaban :
3. Evaluasi kebijakan dikatakan sebagai langkah terakhir dari suatu proses kebijakan
sebab evaluasi kebijakan dalam perspektif alur proses/siklus kebijakan publik,
menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan, sehingga sudah sewajarnya
jika kebijakan publik yang telah dibuat dan dilaksanakan lalu dievaluasi. Dari evaluasi
akan diketahui keberhasilan atau kegagalan sebuah kebijakan, sehingga secara normatif
akan diperoleh rekomendasi apakah kebijakan dapat dilanjutkan; atau perlu perbaikan
sebelum dilanjutkan, atau bahkan harus dihentikan. Evaluasi juga menilai keterkaitan
antara teori (kebijakan) dengan prakteknya (implementasi) dalam bentuk dampak
kebijakan, apakah dampak tersebut sesuai dengan yang diperkirakan atau tidak. Dari
hasil evaluasi pula kita dapat menilai apakah sebuah kebijakan/program memberikan
manfaat atau tidak bagi masyarakat yang dituju. Secara normatif fungsi evaluasi sangat
dibutuhkan sebagai bentuk pertanggung-jawaban publik, terlebih di masa masyarakat
yang makin kritis menilai kinerja pemerintah.
Menurut Fadillah Putra, ada tiga macam evaluasi kebijakan publik, yaitu :
a. Evaluasi Administratif. Tipe evaluasi ini dilakukan di dalam lingkup
pemerintahan atau di dalam instansi-instansi.
b. Evaluasi Yudisial.Yang menjadi titik amatan dari evaluasi ini adalah utamanya
berkaitan dengan pelanggaran-pelanggaran hukum yang ada pada kebijakan
tersebut.
c. Evaluasi Politik. Evaluasi ini dilakuakn oleh lembaga-lembaga politik baik
parlemen maupun parpol.
Menurut Said Zainal Abidin, ada tiga tipe evaluasi :
a. Evaluasi awal (ex-ante evaluation), yakni melakukan penilaian atas konsep
rencana dengan tujuan menyempurnakan konsep.
b. Monitoring, yakni melakukan evaluasi dalam proses pelaksanaan dengan tujuan
menyempurnakan pelaksanaan.
c. evaluasi akhir (ex-post evaluation), dilakukan setelah selesai proses pelaksanaan
kebijakan, disebut juga evaluasi kinerja,yakni melakukan penilaian secara
menyeluruh dengan tujuan menyempurnakan kebijakan secara menyeluruh
untuk waktu yang akan datang.
Sementara itu, Bingham dan Felbinger (dalam Lester & Steward, 2000) Membagi
evaluasi kebijakan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu:
1. Evaluasi Proses, yang focus pada bagaimana proses implementasi suatu
kebijakan.
2. Evaluasi Impak, yang fokus pada hasil akhir suatu kebijakan.
3. Evaluasi Kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan yang
direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.
4. Meta-Evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil atau temuan
evaluasi dari berbagai kebijakan yang terkait.
Tipe evaluasi yang paling banyak dilakukan di 2019 adalah tipe evaluasi kebijakan
sebab “evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak (anderson: 1975).
Evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja melainkan kepada seluruh proses
kebijakan”. Contoh :
Perda no. 10 tahun 1990 tentang “pembinaan pedagang kaki lima dalam kotamadya
daerah tingkat II ujung pandang”
Sejalan dengan hal tersebut diatas, dampak perubahan peradaban tersebut indonesia
pada umumnya dan makassar pun juga terjadi atau ikut merasakan dari perubahan
tersebut. Dimana makassar yang notabenenya merupakan salah satu kota besar di
indonesia telah mengalami perubahan yang cukup pesat dari aspek kehidupan
masyarakat maupun dari aspek lingkungannya. Daerah kabupaten atau kota adalah
ungkapan dari dampak perubahan yang ada, baik itu dari segi masyarakatnya ataupun
dari segi lingkungannya. Makassar satu kota madya yang ada di indonesia timur karena
telah mampu mengikuti arus perubahan yang ada, baik dari pola tingkah laku
masyarakatnya maupun dari lingkungan atau tata kelolah pemukiman/kota yang ada.
Dan terbukti telah meraih 2 kali penghargaan adipura pada tahun 1998 sebagai kota
kecil terbaik dan pada tahun 2011 sebagai kota metropolitan.
Hal tersebut di atas telah membuktikan bahwa kota makassar merupakan salah satu
kota yang memiliki predikat baik segalah aspek. Mulai dari kehidupan masyarakat, tata
kelolah pemukiman dan perkotaan, yang menjadi nilai plus.